Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

Mendefinisikan Pengertian Kurikulum, Menjelaskan Fungsi Kurikulum


Dan Komponen-Komponen Kurikulum Dan Mendeskripsikan
Perubahan-Perubahan Kurikulum

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Telaah Kurikukum


Dosen Pengampu : Hartini, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh :
1. Dandy sakti hari pratama 2017.11.0898
2. Melly erpina thesta dewi 2017.11.887

PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
STKIP PARIS BERANTAI
KOTABARU
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas rahmat dan
hidayah-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah tentang Mendefinisikan
Pengertian Kurikulum, Menjelaskan Fungsi Kurikulum Dan Komponen-
Komponen Kurikulum Dan Mendeskripsikan Perubahan-Perubahan Kurikulum
ini tepat waktu. Meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami
berterimakasih pada Ibu Hartini ,S.pd.,M.Pd. Selaku Dosen mata kuliah Telaah
Kurikulum yang telah memberikan kami tugas ini kepada kami.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.


Sekiranya makalah yang telah di susun ini dapat berguna bagi kami sendiri dan
pembacanya. Dapat membuka wawasan kita dan pengetahuan kita mengenai
Metode Simpleks dalam mata kuliah ini.

Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat


kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu kami berharap adanya
kritik dan saran yang membangun oleh pembaca demi penyempurnaan makalah
yang kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa kritik dan saran yang membangun.

Kotabaru, 15 September 2019

Penyusun

[i]
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................... 1

C. Tujuan Pembahasan ......................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Menjabarkan Pengembangan Kurikulum ....................................... 1

1. Pengertian Kurikulum……………………................................ 3

2. Faktor Yang Mempengaruhi Pengembangan Kurikulum .......... 3

3. Artikulasi dan Hambatan Pengembangan Kurikulum ............... 5

4. Model-Model Pengembangan Kurikulum ................................. 7

A. Menjelaskan Pembinaan Kurikulum

1. Hakikat Pembinaan Kurikulum di Sekolah ............................... 11

2. Ruang Lingkup Pembinaan Kurikulum ..................................... 12

3. Guru dan Upaya Pembinaan Kurikulum ................................... 14

4. Peranan Kepala Sekolah dalam Pembinaan Kurikulum ............ 16

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................................... 18

B. Saran ................................................................................................ 18

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 19

[ii]
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kurikulum merupakan alat yang sangat penting bagi keberhasilan suatu


pendidikan. Tanpa kurikulum yang sesuai dan tepat akan sulit untuk mencapai
tujuan dan sasaran pendidikan yang diinginkan. Dalam sejarah pendidikan di
Indonesia sudah beberapa kali diadakan perubahan dan perbaikan kurikulum yang
tujuannya sudah tentu untuk menyesuaikannya dengan perkembangan dan
kemajuan zaman, guna mencapai hasil yang maksimal.

Perubahan kurikulum didasari pada kesadaran bahwa perkembangan dan


perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perubahan global, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta seni dan budaya. Perubahan secara terus
menerus ini menuntut perlunya perbaikan sistem pendidikan nasional, termasuk
penyempurnaan kurikulum untuk mewujudkan masyarakat yang mampu bersaing
dan menyesuaikan diri dengan perubahan.

Perubahan kurikulum yang terjadi di Indonesia dewasa ini salah satu


diantaranya adalah karena ilmu pengetahuan itu sendiri selalu dinamis. Selain itu,
perubahan tersebut juga dinilainya dipengaruhi oleh kebutuhan manusia yang
selalu berubah juga pengaruh dari luar, dimana secara menyeluruh kurikulum itu
tidak berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi oleh prubahan iklim ekonomi, politik, dan
kebudayaan. Sehingga dengan adanya perubahan kurikulum itu, pada gilirannya
berdampak pada kemajuan bangsa dan negara. Kurikulum pendidikan harus
berubah tapi diiringi juga dengan perubahan dari seluruh masyarakat pendidikan
di Indonesia yang harus mengikuti perubahan tersebut, karena kurikulum itu
bersifat dinamis bukan stasis, kalau kurikulum bersifat statis maka itulah yang
merupakan kurikulum yang tidak baik.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah Penjabaran Pengembangan Kurikulum?

[1]
2. Apa sajakah Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengembangan Kurikulum?
3. Bagaimana Artikulasi dan Hambatan dalam Pengembangan Kurikulum?
4. Bagaimanakah Model-Model Pengembangan Kurikulum?
5. Apa hakikat pembinaan kurikulum di sekolah ?
6. Apa saja ruang lingkup pembinaan kurikulum ?
7. Bagaimana guru dan upaya pembinaan kurikulum ?
8. Bagaimana peran kepala sekolah dalam pembinaan kurulum ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Penjabaran Pengembangan Kurikulum?
2. Untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengembangan
Kurikulum?
3. Untuk mengetahui Artikulasi dan Hambatan dalam Pengembangan
Kurikulum?
4. Untuk mengetahui Model-Model Pengembangan Kurikulum?
5. Untuk mengetahui hakikat pembinaan kurikulum di sekolah ?
6. Untuk mengetahui ruang lingkup pembinaan kurikulum ?
7. Untuk mengetahui bagaimana guru dan upaya pembinaan kurikulum ?
8. Untuk mengetahui bagaimana peran kepala sekolah dalam pembinaan
kurulum?

[2]
BAB II
PENDAHULUAN

A. Mendefinisikan Pengertian Kurikulum

Istilah “Kurikulum” memiliki berbagai tafsiran yang dirumuskan oleh


pakar-pakar ahli dalam bidang pengembangan kurikulum sejak dulu sampai
dewasa ini. Tafsiran-tafsiran tentang pengertian maupun definisi
kurikulum tersebut berbeda-beda satu dengan yang lainnya, sesuai dengan titik
berat inti dan menurut pandangan dari pakar yang bersangkutan.
Awalnya istilah kurikulum digunakan dalam dunia olah raga pada jaman
Yunani Kuno. Curriculum dalam bahasa Yunani berasal dari kata “Curriculae”, “
Curir “ artinya pelari dan “ Curere “ artinya ditempuh atau berpacu. Curriculum
diartikan jarak yang harus ditempuh oleh pelari. Mengambil makna yang
terkandung dari rumusan tersebut, kurikulum dalam pendidikan diartikan
sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan anak didik untuk
memperoleh ijazah. Kurikulum sebagai program pendidikan harus mencakup :
(1). Sejumlah mata pelajaran atau organisasi pengetahuan; (2) pengalaman belajar
atau kegiatan belajar; (3) program belajar ( plan for learning ) untuk siswa ; (4)
hasil belajar yang diharapkan.
Mengenai kurikulum, berikut adalah definisi maupun pengertian kurikulum
menurut pendapat-pendapat para ahli yang telah diungkapkan, diantaranya yaitu:
1. UU No. 20 Tahun 2003. Kurikulum merupakan seperangkat rencana & sebuah
pengaturan berkaitan dengan tujuan, isi, bahan ajar & cara yang digunakan
sebagai pedoman dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
sebuah tujuan pendidikan nasional.
2. Dr. H. Nana Sudjana Tahun (2005). Kurikulum merupakan niat & harapan
yang dituangkan kedalam bentuk rencana maupun program pendidikan yang
dilaksanakan oleh para pendidik di sekolah. Kurikulum sebagai niat & rencana,
sedangkan pelaksaannya adalah proses belajar mengajar. Yang terlibat didalam
proses tersebut yaitu pendidik dan peserta didik.

[3]
3. Crow and Crow. Kurikulum ialah suatu rancangan dalam pengajaran yang
tersusun secara sistematis untuk menyelesaikan program dalam memperoleh
ijazah.
4. Drs. Cece Wijaya, dkk. Mengartikan kurikulum dalam arti yang luas yakni
meliputi keseluruhan program dan kehidupan didalam sekolah.
5. Prof.Dr. Henry Guntur Tarigan. Kurikulum ialah suatu formulasi
pedagogis yang termasuk paling utama dan terpenting dalam konteks proses
belajar mengajar.
6. Harsono (2005). Mengungkapkan bahwa kurikulum ialah suatu gagasan
pendidikan yang diekpresikan melalui praktik. Pengertian kurikulum saat ini
semakin berkembang, sehingga yang dimaksud dengan kurikulum itu tidak hanya
sebagai gagasan pendidikan, namun seluruh program pembelajaran yang
terencana dari institusi pendidikan nasional.
7. Hamid Hasan (1988). Berpendapat bahwa konsep kurikulum bisa ditinjau dari
4 sudut yakni : (1) kurikulum sebagai suatu ide; yang dihasilkan melalui teori-
teori dan penelitian ; (2) sebagai suatu rencana tertulis, yaitu sebagai perwujudan
dari kurikulum sebagai suatu ide, didalamnya berisi tentang tujuan, bahan ajar,
aktifitas belajar, alat-alat atau media, dan waktu pembelajaran ; (3) sebagai suatu
kegiatan, merupakan pelaksanaan dari kurikulum sebagai suatu rencana tertulis
yakni dalam bentuk praktek pembelajaran ; (4) sebagai suatu hasil, yaitu
konsekwensi dari kurikulum sebagai suatu kegiatan, melalui ketercapaiannya
tujuan kurikulum terhadap peserta didik.
8. Kerr, J.F (1968). Kurikulum merupakan seluruh pembelajaran yang dirancang
dan dilakukakan secara individu maupun kelompok, baik didalam sekolah
maupun diluar sekolah.
9. George A. Beaucham (1976). Kurikulum diartikan sebagai dokumen tertulis
yang berisikan seluruh mata pelajaran yang akan diajarkan kepada peserta didik
melalui pilihan berbagai disiplin ilmu dan rumusan masalah dalam kehidupan
sehari-hari.
10. Good V.Carter (1973). Mengatakan bahwa kurikulum merupakan
sekumpulan kursus ataupun urutan pembelajaran yang sistematik.

[4]
11. Inlow (1966). Kurikulum merupakan suatu usaha menyeluruh yang dirancang
secara khusus guna untuk membimbing peserta didik dalam memperoleh hasil
belajar dari pembelajaran yang sudah ditetapkan.
12. B. Bara, Ch (2008). Mengkonsepkan kurikulum kedalam 4 pengertian yakni:
(1) kurikulum sebagai suatu produk ; (2) sebagai program ; (3) sebagai hasil yang
diinginkan atau dicapai ; & (4) sebagai pengalaman belajar.
13.David Praff. Kurikulum merupakan seperangkat organisasi dari pendidikan
formal / pusat-pusat pelatihan pembelajaran.
14. Donald E. Orlasky, Othanel Smith (1978) & Peter F. Olivva (1982).
Menyatakan bahwa kurikulum pada dasarnya ialah suatu bentuk perencanaan
maupun program dari pengalaman peserta didik yang diarahkan dan
dikembangkan di sekolah.
15. Daniel Tanner & Laurel Tanner. Mereka mengemukakan pengertian
kurikulum sebagai suatu pengalaman pembelajaran yang terarah, terencana secara
sistematis juga tersusun melalui proses rekontruksi pengetahuan & pengalaman
serta berada dibawah pengawasan lembaga pendidikan sehingga para peserta
didik memiliki motivasi & minat belajar yang tinggi.
16. Neagley dan Evans (1967). Mengemukakan kurikulum sebagai sebuah
pengalaman yang telah dirancang dari pihak sekolah untuk membantu peserta
didik dalam mencapai hasil belajar yang baik.
17. Hilda Taba (1962). Kurikulum dianggap sebagai a plan of learning yang
artinya bahwa kurikulum merupakan sesuatu yang direncanakan untuk dipelajari
oleh peserta didik.
18. Grayson (1978). Menjelaskan kurikulum sebagai suatu perencanaan dalam
memperoleh pengeluaran yang diharapkan dari suatu pembelajaran yang telah
diajarkan.
19. Prof. Dr. S. Nasution, M. A. Menjelaskan kurikulum sebagai suatu rencana
yang disusun untuk melancarkan proses kegiatan belajar mengajar di bawah
naungan, bimbingan & tanggunga jawab sekolah / lembaga pendidikan.
20. S. H. Hasan (1992). Menurutnya kurikulum itu bersifat fleksibilitas. Yakni
sebagai suatu pemikiran kependidikan bagi diklat, sehingga dalam posisi teoritik,

[5]
harus dikembangkan dalam kurikulum sebagai sesuatu yang terencana dan juga
dianggap sebagai kaidah pengembang kurikulum.
21. Prof. Drs. H. Darkir. Menyatakan bahwa kurikulum merupakan alat dalam
mencapai tujuan pendidikan. Jadi, kurikulum ialah program pendidikan dan bukan
program pengajaran, sehingga program itu direncanakan dan dirancang sebagai
bahan ajar dan juga pengalaman belajar.
22. William B. Ragam & Robert S. Flaming. Kurikulum merupakan keseluruhan
pengalaman peserta didik yang menjadi tanggung jawab pihak sekolah atau
lembaga.
23. Murray Print. Menjelaskan bahwa kurikulum ialah ruang pembelajaran yang
direncanakan, diberikan secara langsung kepada peserta didik oleh sebuah
lembaga pendidikan dan merupakan pengalaman yang bisa dinikmati oleh seluruh
peserta didik ketika kurikulum itu diterapkan.
24. Saylor (1958). Kurikulum ialah keseluruhan usaha pihak sekolah untuk
mempengaruhi PBM baik secara langsung didalam kelas, tempat bermain,
ataupun di luar sekolah.
25. Valiga, T & Magel, C. Kurikulum merupakan suatu urutan pengalaman yang
telah ditetapkan oleh pihak sekolah untuk mendisiplinkan cara berfikir &
bertindak para peserta didik.
B. Menjelaskan Fungsi Kurikulum
Kurikulum sebagai alat dalam pendidikan memiliki berbagai macam fungsi
dalam pendidikan yang sangat berperan dalam kegunannya. Fungsi
Kurikulum adalah sebagai berikut...
 Fungsi Penyesuaian (the adjustive or adaptive function) :Kurikulum
berfungsi sebagai penyesuain adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri
dengan perubahan yang terjadi dilingkungannya karna lingkungan bersifat
dinamis artinya dapat berubah-ubah.
 Fungsi Integrasi (the integrating function) :Kurikulum berfungsi sebagai
penyesuain mengandung makna bahwa kurikulum merupakan alat
pendidikan yang mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang utut yang
dapat dibutuhkan dan berintegrasi di masyarakat.

[6]
 Fungsi Diferensiasi (the diferentiating function) :Kurikulum berfungsi
sebagai diferensiansi adalah sebagai alat yang memberikan pelayanan dari
berbagai perbedaan disetiap siswa yang harus dihargai dan dilayani.
 Fungsi Persiapan (the propaeduetic function) :Kurikulum berfungsi
sebagai persiapan yang mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan mampu mempersiapkan siswa kejenjang selanjutnya dan juga
dapat mempersiapkan diri dapat hidup dalam masyarakat, jika tidak
melanjukan pendidikan.
 Fungsi Pemilihan (the selective function) :Kurikulum berfungsi sebagai
pemilihan adalah memberikan kesempatan bagi siswa untuk menentukan
pilihan program belajar yang sesuai dengan minat dan bakatnya.
 Fungsi Diagnostik (the diagnostic function) :Kurikulum sebagai
diagnostik mengandung makna bahwa kurikulum adalah alat pendidikan
yang mampu mengarahkan dan memahami potensi siswa serta kelemahan
dalam dirinya. Jika telah memahami potensi dan mengetahui
kelemahannya, maka diharapkan siswa dapat mengembangkan potensi dan
memperbaiki kelemahannya.
Kurikulum dibuat dan dirancang sebagai alat untuk bisa mencapai
tujuan pendidikan secara universal dalam setiap kegiatan pembelajaran di
sekolah dan memiliki komponen utama & penunjang yang saling terkait
diantara keduanya. Adapun komponen-komponen kurikulum antara lain
yaitu:
 Tujuan: Berisikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
 Materi atau isi: Merupakan bahan ajar yang akan disampaikan oleh
pendidik kepada peserta didik
 Media(sarana & prasarana): Alat peraga dan juga sarana prasarana
yang menunjang kegiatan belajar mengajar.
 Strategi: Metode atau taktik yang akan diaplikasikan dalam proses
belajar mengajar
 Proses belajar Mengajar: Mengarah pada sebuah proses dalam
pembelajaran yang meliputi segala bentuk apresiasi peserta didik

[7]
Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah
mengalami perubahan, Perkembangan Mengenai Kurikulum, telah berganti-
ganti. yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 1999, 2004 dan
2006. antara lain sebagai berikut
 Tahun 1947- Leer Plan (Rencana Pelajaran)
 Tahun 1952 - Rencana Pelajaran Terurai
 Tahun 1964 - Renthjana Pendidikan
 Tahun 1968 - Kurikulum 1968
 Tahun 1975 - Kurikulum 1975
 Tahun 1984 - Kurikulum 1984
 Tahun 1994 - dan Kurikulum 1999 - Kurikulum 1994 dan Sublemen
Kurikulum 1999
 Tahun 2004- Kurikulum Berbasis Kompetensi
 Tahun 2006- Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
 Tahun 2013- Kurikulum 2013.
C. Komponen-Komponen Kurikulum
1. Tujuan
Komponen tujuan berhubungan dengan arah atau hasil yang diharapkan. Dalam
skala makro, rumusan tujuan kurikulum erat kaitannya dengan filsafat atau
sistem nilai yang dianut masyarakat. Bahkan, rumusan tujuan yang
menggambarkan suatu masyarakat yang di cita – citakan, misalkan, filsafat atau
sistem nilai yang dianut masyarakat Indonesia adalah pancasila, maka tujuan
yang diharapkan tercapai oleh suatu kurikulum adalah terbentuknya masyarakat
yang pancasilais. Dalam skala mikro, tujuan kurikulum berhubungan dengan
misi dan visi sekolah serta tujuan yang lebih sempit, seperti tujuan setiap mata
pelajaran dan tujuan proses pembelajaran.
2. Materi Pembelajaran
Dalam menentukan materi pembelajaran atau bahan ajar tidak lepas dari filsafat
dan teori pendidikan dikembangkan. Seperti telah dikemukakan di atas bahwa
pengembangan kurikulum yang didasari filsafat klasik (perenialisme,

[8]
essensialisme, eksistensialisme) penguasaan materi pembelajaran menjadi hal
yang utama.
Isi kurikulum merupakan komponen yang berhubungan dengan pengalaman
belajar yang harus dimiliki siswa. Isi kurikulum itu menyangkut semua aspek
baik yang berhubungan dengan pengetahuan atau materi pelajaran yang
biasanya tergambarkan pada isi setiap materi pelajaran yang diberikan maupun
aktivitas dan kegiatan siswa. Baik materi maupun aktivitas itu seluruhnya
diarahkan untuk mencapai tujuan yang ditentukan.
3. Strategi pembelajaran
Telah disampaikan di atas bahwa dilihat dari filsafat dan teori pendidikan yang
melandasi pengembangan kurikulum terdapat perbedaan dalam menentukan
tujuan dan materi pembelajaran, hal ini tentunya memiliki konsekuensi pula
terhadap penentuan strategi pembelajaran yang hendak dikembangkan. Apabila
yang menjadi tujuan dalam pembelajaran adalah penguasaan informasi-
intelektual,–sebagaimana yang banyak dikembangkan oleh kalangan
pendukung filsafat klasik dalam rangka pewarisan budaya ataupun keabadian,
maka strategi pembelajaran yang dikembangkan akan lebih berpusat kepada
guru. Guru merupakan tokoh sentral di dalam proses pembelajaran dan
dipandang sebagai pusat informasi dan pengetahuan. Sedangkan peserta didik
hanya dianggap sebagai obyek yang secara pasif menerima sejumlah informasi
dari guru. Metode dan teknik pembelajaran yang digunakan pada umumnya
bersifat penyajian (ekspositorik) secara massal, seperti ceramah atau seminar.
Selain itu, pembelajaran cenderung lebih bersifat tekstual.
4. Organisasi Kurikulum
Beragamnya pandangan yang mendasari pengembangan kurikulum
memunculkan terjadinya keragaman dalam mengorgansiasikan kurikulum.
Setidaknya terdapat enam ragam pengorganisasian kurikulum, yaitu:
Mata pelajaran terpisah (isolated subject); kurikulum terdiri dari sejumlah mata
pelajaran yang terpisah-pisah, yang diajarkan sendiri-sendiri tanpa ada
hubungan dengan mata pelajaran lainnya. Masing-masing diberikan pada

[9]
waktu tertentu dan tidak mempertimbangkan minat, kebutuhan, dan
kemampuan peserta didik, semua materi diberikan sama
Mata pelajaran berkorelasi; korelasi diadakan sebagai upaya untuk mengurangi
kelemahan-kelemahan sebagai akibat pemisahan mata pelajaran. Prosedur yang
ditempuh adalah menyampaikan pokok-pokok yang saling berkorelasi guna
memudahkan peserta didik memahami pelajaran tertentu.
Bidang studi (broad field); yaitu organisasi kurikulum yang berupa
pengumpulan beberapa mata pelajaran yang sejenis serta memiliki ciri-ciri
yang sama dan dikorelasikan (difungsikan) dalam satu bidang pengajaran.
Salah satu mata pelajaran dapat dijadikan “core subject”, dan mata pelajaran
lainnya dikorelasikan dengan core tersebut.
Program yang berpusat pada anak (child centered), yaitu program kurikulum
yang menitikberatkan pada kegiatan-kegiatan peserta didik, bukan pada mata
pelajaran.
Inti Masalah (core program), yaitu suatu program yang berupa unit-unit
masalah, dimana masalah-masalah diambil dari suatu mata pelajaran tertentu,
dan mata pelajaran lainnya diberikan melalui kegiatan-kegiatan belajar dalam
upaya memecahkan masalahnya. Mata pelajaran-mata pelajaran yang menjadi
pisau analisisnya diberikan secara terintegrasi.
Ecletic Program, yaitu suatu program yang mencari keseimbangan antara
organisasi kurikulum yang terpusat pada mata pelajaran dan peserta didik.
Berkenaan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, tampaknya lebih
cenderung menggunakan pengorganisasian yang bersifat eklektik, yang terbagi
ke dalam lima kelompok mata pelajaran, yaitu : (1) kelompok mata pelajaran
agama dan akhlak mulia; (2) kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan
kepribadian; (3) kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi; (4)
kelompok mata pelajaran estetika; dan (5) kelompok mata pelajaran jasmani,
olahraga dan kesehatan
Kelompok-kelompok mata pelajaran tersebut selanjutnya dijabarkan lagi ke
dalam sejumlah mata pelajaran tertentu, yang disesuaikan dengan jenjang dan
jenis sekolah. Di samping itu, untuk memenuhi kebutuhan lokal disediakan

[10]
mata pelajaran muatan lokal serta untuk kepentingan penyaluran bakat dan
minat peserta didik disediakan kegiatan pengembangan diri.
5. Evaluasi Kurikulum
Evaluasi merupakan salah satu komponen kurikulum. Dalam pengertian
terbatas, evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa tingkat
ketercapaian tujuan-tujuan pendidikan yang ingin diwujudkan melalui
kurikulum yang bersangkutan.
Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas, evaluasi kurikulum dimaksudkan
untuk memeriksa kinerja kurikulum secara keseluruhan ditinjau dari berbagai
kriteria. Indikator kinerja yang dievaluasi tidak hanya terbatas pada efektivitas
saja, namun juga relevansi, efisiensi, kelaikan (feasibility) program.
Evaluasi kurikulum memegang peranan penting, baik untuk penentuan
kebijakan pendidikan pada umumnya maupun untuk pengambilan keputusan
dalam kurikulum itu sendiri. Hasil-hasil evaluasi kurikulum dapat digunakan
oleh para pemegang kebijakan pendidikan dan para pengembang kurikulum
dalam memilih dan menetapkan kebijakan pengembangan sistem pendidikan
dan pengembangan model kurikulum yang digunakan.
D. Mendeskripsikan Perubahan-Perubahan Kurikulum
a. Esensi Perubahan Kurikulum
Dalam perspektif soetopo dan soemanto pengertian perubahan kurikulum agak
sukar untuk dirumuskan dalam suatu devinisi. Suatu kurikulum disebut
mengalami perubahan bila terdapat adanya perbedaan dalam satu atau lebih
komponen kurikulum antara dua periode tertentu, yang disebabkan oleh
adanya usaha yang disengaja, tentunya menuju movement yang lebih baik.
Berbeda dengan ungkapan nasution, perubahan kurikulum mengenai tujuan
maupun alat-alat atau cara-cara untuk mencapai tujuan itu. Mengubah
kurikulum sering berarti turut mengubah manusia, yaitu guru, pembina
pendidikan, dan mereka-mereka yang mengasuh pendidikan. Itu sebab
perubahan kurikulum dianggap sebagai perubahan sosial, suatu social
change. Perubahan kurikulum juga disebut devolupment (pembaharuan) atau
inovasi kurikulum.

[11]
Mengenai makna perubahan kurikulum, bila kita bicara tentang perubahan
kurikulum, kita dapat bertanya dalam arti apa kurikulum digunakan.
Kurikulum dapat dipandang sebagai buku atau dokumen yang dijadikan guru
sebagai pegangan dalam proses pembelajaran. Kurikulum dapat juga dilihat
sebagai produk yaitu apa yang diharapkan dapat dicapai siswa dan sebagai
proses untuk mencapainya. Keduanya saling berinteaksi. Kurikulum dapat
juga diartikan sebagai sesuatu yang hidup dan berlaku selama jangka waktu
tertentu dan perlu di revisi secara berkala agar tetap relevan dengan
perkembangan zaman.
Selanjutnya kurikulum dapat ditafsirkan sebagai apa yang dalam kenyataan
terjadi dengan murid didalam kelas. Kurikulum dalam arti ini tak mungkin
direncanakan sepenuhnya betapapun rincinya dirrencanakan, karena dalam
interaksi dalam kelas selalu timbul hal-hal yang spontan dan kreatif yang tak
dapat diramalkan sebelumnya. Dalam hal ini guru lebih besar kesempatannya
menjadi pengembang kurikulum dalam kelasnya. Akhirnya kurikulum dapat
dipandang sebagai cetusan jiwa pendidik yang berusaha untuk mewujudkan
cita-cita, nilai-nilai yang tertinggi dalam kelakuan anak didiknya. Kurikulum
ini sangat erat hubungannya dengan kepribadian guru.
Mengubah kurikulum dalam arti yang luas ini jauh lebih luas dan dengan
demikian lebih pelik, sebab menyangkut banyak variabel. Perubahan
kurikulum disini berarti mengubah semua yang terlibat didalamnya, yaitu guru
sendiri, murid, kepala sekolah, penilik sekolah juga orang tua dan masyarakat
umumnya yang berkepentingan dalam pendidikan sekolah. Seperti yang telah
penulis paprkn di atas, bahwa perubahan kurikulum adalah perubahan
sosial, curriculum change is social change.

1) Jenis-Jenis Perubahan
Menurut Soetopo dan Soemanto, Perubahan kurikulum dapat bersifat sebagian-
sebagian, tapi dapat pula bersifat menyeluruh.
a) Perubahan sebagian-sebagian

[12]
Perubahan yang terjadi hanya pada komponen (unsur) tentu saja dari
kurikulum kita sebut perubahan yang sebagian-sebagian. Perubahan dalam
metode mengajar saja, perubahan dalam itu saja, atau perubahan dalam
sistem penilaian saja, adalah merupakan contoh dari perubahan sebagian-
sebagian
Dalam perubahan sebagian-sebagian ini, dapat terjadi bahwa perubahan
yang berlangsung pada komponen tertentu sama sekali tidak berpengaruh
terhadap komponen yang lain. Sebagai contoh, penambahan satu atau lebih
bidang studi kedalam suatu kurikulum dapat saja terjadi tanpa membawa
perubahan dalam cara (metode) mengajar atau sistem penilaian dalam
kurikulum tersebut.
b) Perubahan menyeluruh
Disamping secara sebagian-sebagian, perubahan suatu kurikulum dapat saja
terjadi secara menyeluruh . Artinya keseluruhan sistem dari kurikulum
tersebut mengalami perubahan mana tergambar baik didalam tujuannya,
isinya organisasi dan strategi dan pelaksanaannya.
Perubahan dari kurikulum 1968 menjadi kurikulum 1975 dan 1976 lebih
merupakan perubahan kurikulum secara menyeluruh. Demikian pula
kegiatan pengembangan kurikulum sekolah pembangunan mencerminkan
pula usaha perubahan kurikulum yang bersifat menyeluruh. Kurikulum 1975
dan 1976 misalnya, pengembangan , tujuan, isi, organisasi dan strategi
pelaksanaan yang baru dan dalam banyak hal berbeda dari kurikulum
sebelumnya.
b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan kurikulum
Menurut Soetopo dan Soemanto, ada sejumlah faktor yang dipandang
mendorong terjadinya perubahan kurikulum pada berbagai Negara dewasa ini.
Pertama, bebasnya sejumlah wilayah tertentu di dunia ini dari kekuasaan
kaum kolonialis. Dengan merdekanya Negara-negara tersebut, mereka
menyadari bahwa selama ini mereka telah dibina dalam suatu sistem
pendidikan yang sudah tidak sesuai lagi dengan cita-cita nasional merdeka.

[13]
Untuk itu , mereka mulai merencanakan adanya perubahan yang cukup
penting di dalam kurikulum dan sistem pendidikan yang ada.
Kedua, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat sekali. Di
satu pihak, perkembangan dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan yang
diajarkan di sekolah menghasilkan diketemukannya teori-teori yang lama. Di
lain pihak, perkembangan di dalam ilmu pengetahuan psikologi, komunikasi,
dan lain-lainnya menimbulkan diketemukannya teori dan cara-cara baru di
dalam proses belajar mengajar. Kedua perkembangan di atas, dengan
sendirinya mendorong timbulnya perubahan dalam isi maupun strategi
pelaksanaan kurikulum.
Ketiga, pertumbuhan yang pesat dari penduduk dunia. Dengan bertambahnya
penduduk, maka makin bertambah pula jumlah orang yang membutuhkan
pendidikan. Hal ini menyebabkan bahwa cara atau pendekatan yang telah
digunakan selama ini dalam pendidikan perlu ditinjau kembali dan kalau perlu
diubah agar dapat memenuhi kebutuhan akan pendidikan yang semakin besar.
Ketiga faktor di atas itulah yang secara umum banyak mempengaruhi
timbulnya perubahan kurikulum yang kita alami dewasa ini.
c. Sebab-Sebab Kurikulum Itu Diubah
Kurikulum itu selalu dinamis dan senantiasa dipengaruhi oleh perubahan-
perubahan dalam faktor-faktor yang mendasarinya. Tujuan pendidikan dapat
berubah secara fundamental, bila suatu negara beralih dari negara yang dijajah
menjadi Negara yang merdeka. Dengan sendirinya kurikulum pun harus
mengalami perubahan yang menyeluruh.
Kurikulum juga diubah bila tekanan dalam tujuan mengalami pergeseran.
Misalnya pada tahun 30-an sebagai pengaruh golongan progresif di USA
tekanan kurikulum adalah pada anak, sehingga kurikulum mengarah
kepada child-centered curriculum sebagai reaksi terhadap subject-centered
curriculum yang dianggap terlalu bersifat adulatif (pembujukan) dan society-
centered.. Pada tahun 40-an, sebagai akibat perang, asas masyarakatlah yang
diutamakan dan kurikulum menjadi lebih society-centered.

[14]
Kurikulum dapat pula mengalami perubahan bila terdapat pendirian baru
mengenai proses belajar, sehingga timbul bentuk-bentuk kurikulum
seperti activity atau experience curriculum, programmed instruction,
pengajaran modul, dan sebagainya.
Perubahan dalam masyarakat, eksplosi (ledakan) ilmu pengetahuan dan lain-
lain mengharuskan adanya perubahan kurikulum. Perubahan-perubahan itu
menyebabkan kurikulum yang berlaku tidak lagi relevan, dan ancaman serupa
ini akan senantiasa dihadapi oleh setiap kurikulum, betapapun relevannya
pada suatu saat.
d. Kesulitan-Kesulitan Dalam Perubahan Kurikulum
Manusia itu pada umumnya bersifat konservatif (tertutup) dan guru termasuk
golongan itu juga. Guru-guru lebih senang mengikuti jejak-jejak yang lama
secara rutin. Ada kalanya karena cara yang demikianlah yang paling mudah
dilakukan. Mengadakan pembaharuan memerlukan pemikiran dan tenaga yang
lebih banyak. Tak semua orang suka bekerja lebih banyak daripada yang
diperlukan. Akan tetapi ada pula kalanya, bahwa guru-guru tidak mendapat
kesempatan atau wewenang untuk mengadakan perubahan karena peraturan-
peraturan administratif. Guru itu hanya diharapkan mengikuti instruksi atasan.
Pembaharuan kurikulum kadang-kadang terikat pada tokoh yang
mencetuskannya. Dengan meninggalnya tokoh itu lenyap pula pembaharuan
yang telah dimulainya itu. Dalam pembaharuan kurikulum ternyata bahwa
mencetuskan ide-ide baru lebih “mudah” daripada menerapkannya dalam
praktik. Dan sekalipun telah dilaksanakan sebagai percobaan, masih banyak
mengalami rintangan dalam penyebarluasannya, oleh sebab harus melibatkan
banyak orang dan mungkin memerlukan perubahan struktur organisasi dan
administrasi sistem pendidikan.
Disadari atau tidak pembaharuan kurikulum pastinya memerlukan biaya yang
lebih banyak untuk fasilitas dan alat-alat pendidikan baru, yang tidak selalu
dapat dipenuhi. Tak jarang pula pembaharuan ditentang oleh mereka yang
ingin berpegang pada yang sudah lazim dilakukan atau yang kurang percaya
akan yang baru sebelum terbukti kelebihannya. Bersifat kritis terhadap

[15]
pembaharuan kurikulum adalah sifat yang sehat, karena pembaharuan itu
jangan hanya sekedar mode yang timbul pada suatu saat untuk lenyap lagi
dalam waktu yang tidak lama.
e. Kurikulum yang pernah berlakudi
Adapun Kurikulum yang pernah berlakudi Indonesia adalah:
1. Kurikulum 1947
Bentuknya memuat 2 hal pokok: a. daftar mata pelajaran dan jam
pengajarannya, b. Garis-garis besar pengajaran.
2. Kurikulum 1952
Bentuknya memuat 5 hal pokok berikut: a. Pendidikan pikiran harus
dikurangi, b. Isi pelajaran harus dihubungkan dengan kesenian, c. Pendidikan
watak, d. Pendidikan jasmani, dan e. Kewarganegaraan Masyarakat.
3. Rencana Kurikulum 1964 dan Kurikulum 1964
Bentuknya memuat 5 hal pokok berikut: a. Manusia Indonesia berjiwa
Pancasila, b. ManPower, c. Kepribadian Kebudayaan Nasional yang luhur, d.
Ilmu dan teknologi yang tinggi, dan e. Pergerakan rakyat dan revolusi.
Rencana Pendidikan 1964 melahirkan Kurikulum 1964 yang menitik beratkan
pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral, yang kemudian
dikenal dengan istilah Pancawardhana.
4. Kurikulum 1968
Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan
ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan
sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral,
budi pekerti, dan keyakinan beragama.
5. Kurikulum 1975
Adapun ciri-ciri lebih lengkap kurikulum ini adalah sebagai berikut:
Berorientasi pada tujuan.
Menganut pendekatan integratif dalam arti bahwa setiap pelajaran memiliki
arti dan peranan yang menunjang kepada tercapainya tujuan-tujuan yang lebih
integratif.
Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan waktu.

[16]
Menganut pendekatan sistem instruksional yang dikenal dengan Prosedur
Pengembangan Sistem
Instruksional (PPSI). Sistem yang senantiasa mengarah kepada tercapainya
tujuan yang spesifik, dapat diukur dan dirumuskan dalam bentuk tingkah laku
siswa.
Dipengaruhi psikologi tingkah laku dengan menekankan kepada stimulus
respon (rangsang-jawab) dan latihan (drill).
6. Kurikulum 1984
Adapun ciri umum kurikulum ini adalah sebagai berikut:
Berorientasi kepada tujuan instruksional.
Pendekatan pengajarannya berpusat pada anak didik melalui cara belajar siswa
aktif (CBSA).
Materi pelajaran dikemas dengan nenggunakan pendekatan spiral.
Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan.
Menggunakan pendekatan keterampilan proses.
7. Kurikulum 1994
Adapun ciri umum dari kurikulum ini adalah sebagai berikut:
Sifat kurikulum objective based curriculum
Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem caturwulan.
Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat
(berorientasi kepada materi pelajaran/isi).
Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem
kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia.
Dalam pelaksanaan kegiatan, guru menggunakan strategi yang melibatkan
siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial.
8. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004
Depdiknas mengemukakan karakteristik KBK ialah sebagai berikut.
Menekankan pada ketercapaian komoetensi siswa baik secara individual
maupun klasikal
Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman

[17]
Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatann dan metode
bervariasi
Sumber belajar bukan hanya guru tetapi juga sumber belajar lainnya yang
memenuhi unsure edukatif
Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya poenguasaan
atau pencapaian suatu kompetensi.
9. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006
Guru memiliki otoritas dalam mengembangkan kurikulum secara bebas
dengan memperhatikan karakteristik siswa dan lingkungan di sekolahnya.
10. Kurikulum 2013
Ada empat aspek yang harus diberi perhatian khusus dalam rencana
implementasi dan keterlaksanaan kurikulum 2013.
Kompetensi guru dalam pemahaman substansi bahan ajar, yang menyangkut
metodologi pembelajaran, yang nilainya pada pelaksanaan uji kompetensi
guru (UKG) baru mencapai rata-rata 44,46
Kompetensi akademik di mana guru harus menguasai metode penyampaian
ilmu pengetahuan kepada siswa.
Kompetensi sosial yang harus dimiliki guru agar tidak bertindak asocial
kepada siswa dan teman sejawat lainnya.
Kompetensi manajerial atau kepemimpinan karena guru sebagai seorang yang
akan digugu dan ditiru siswa.
Kesiapan guru sangat urgen dalam pelaksanaan kurikulum ini. Kesiapan guru
ini akan berdampak pada kegiatan guru dalam mendorong mampu ;ebih baik
dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan apa
yang telah mereka peroleh setelah menerima materi pembelajaran

[18]
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, Tentu masih banyak kekurangan dan kelemahannya
karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini.

Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman memberikan kritik


dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan
makalah-makalah di kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi
penulis khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

B. Saran
Kami berharap makalah ini dapat menjadi acuan untuk bahan
pembelajaran Telaah Kurikulum khususnya, namun tetap saja para pembaca
diharapkan untuk mencari referensi lain karena makalah ini tentunya masih
banyak kekurangan.

[19]
DAFTAR PUSTAKA

http://www.definisi-pengertian.com/2016/01/pengertian-kurikulum-definisi-

menurut-ahli.html?m=1

http://lesmananugraha.blogspot.com/2014/09/pengertian-kurikulum-dan-

komponen.html?m=1

[20]

Anda mungkin juga menyukai