Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada umumnya terdapat sifat kreatif dalam setiap individu, namun sifat
tersebut belum dimunculkan secara optimum oleh anak sehingga kreativitas pada
anak perlu ditumbuhkan dengan cara memotivasi maupun mendidik serta
mengajarkan pada anak untuk menumbuhkan daya imajinasi yang kuat, rasa ingin
tahu yang tinggi, dan sikap berani mengambil resiko, yang mana merupakan
karakteristik/ciri-ciri kreativitas dari seorang individu.
Secara kodrati manusia selalu ingin mendidik keturunanya yang dilakukan
pada setiap tahapan umur. Baik tahapan janin, bayi, balita, kanak-kanak, remaja,
dewasa maupun usia lanjut. Anak-anak memasuki tahapan dimana mereka sudah
cukup mengerti dan memahami sesuatu serta mampu memahami mana yang baik
dan mana yang buruk. Pada tahapan ini, seorang individu sedang menggali potensi
dirinya yang digunakan dalam rangka mencapai kematangan ketika individu
tersebut beranjak dewasa. Namun, emosi anak-anak kadang kala labil sehingga
harus diarahkan dan diolah sedemikian rupa agar tidak terjerumus pada sesuatu
yang dapat merugikan dirinya maupun orang lain di sekitarnya.
Pada masa inilah, setiap individu akan mengalami masa-masa belajar dimana
mereka akan berinteraksi ke dalam lingkup yang lebih luas dengan berbagai
karakteristik yang berbeda-beda. Oleh karena itu, harus dipelajari dan dipahami
setiap karakter anak agar dapat memberikan tugas dengan tepat yang dapat
mengoptimalkan potensi mereka yang sesuai dengan umur mereka. Selain itu dalam
proses pembelajaran, guru sering kali dihadapkan pada dinamika yang berkaitan
dengan perkembangan peserta didik. Perubahan-perubahan pada peserta didik harus
dapat mendapatkan perhatian dari pendidik atau guru, agar perkembangan yang
dialami oleh peserta didik dapat diarahkan pada perkembangan yang baik serta
pembelajarannya sesuai dengan karakter anak.
Ada banyak teori-teori perkembangan serta belajar serta implementasinya
dalam pembelajaran, salah satunya teori yang dikemukakan oleh teori Piaget.
Dalam teorinya Piaget mengemukakan bahwa secara umum semua anak
berkembang sesuai urutan yang sama, meski jenis dan tingkat pengalaman mereka

1
berbeda satu sama lain. Perkembangan anak berkembang secara bertahap dari tahap
yang rendah ke tahap yang lebih tinggi. Semua tahapan tersebut sangat diperlukan
guna mendukung perkembangan serta didalam pembelajaran anak. Melihat masalah
tersebut, penyusun akan mencoba membahas bagaimana pembelajaran anak yang
dimaksudkan pada teori Piaget.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana konsep utama dalam teori belajar Piaget ?
2. Apa yang dimaksud belajar menurut teori Piaget ?
3. Bagaimana teori belajar kognitif menurut Piaget ?
4. Bagaimana tahap-tahap perkembangan kognitif Piaget ?
5. Bagaimana mengenai teori pengetahuan ?
6. Bagaimana implikasi teori Piaget dalam pembelajaran ?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka ada beberapa tujuan yang ingin
dicapai melalui penyusunan makalah ini, yaitu :
1. Menjelaskan konsep-konsep utama dalam teori Piaget.
2. Menjelaskan pengertian belajar menurut teori Piaget.
3. Menjelaskan teori belajar kognitif menurut Piaget.
4. Menjelaskan tahap-tahap perkembangan kognitif Piaget.
5. Menjelaskan teori pengetahuan.
6. Menjelaskan implikasi teori Piaget dalam pembelajaran.

1.4 Manfaat
Sesuai dengan rumusan masalah serta tujuan dari makalah ini, maka manfaat
yang bisa diambil dari penyusunan makalh ini, antara lain :
1. Mengetahui konsep-konsep utama dalam teori Piaget.
2. Mengetahui pengertian belajar menurut teori Piaget.
3. Mengetahui teori belajar kognitif menurut Piaget.
4. Mengetahui tahap-tahap perkembangan kognitif Piaget.
5. Mengetahui teori pengetahuan.
6. Mengetahui implikasi teori Piaget dalam pembelajaran.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep-Konsep Utama Dalam Teori belajar Piaget


Teori belajar Piaget, Inteligensi Piaget pernah bekerja bersama di Binet
Testing Laboratory di Paris, dimana ia ikut dalam membantu menyusun standart tes
kecerdasaan. Pendekatan laboratorium Binet dalam melakukan pengetesan adalah
menggunakan sejumlah pernyataan tes, yang kemudian disajikan kepada anak
berbagai usia. Nilai kecerdasan anak dihitung berdasarkan jawaban benar dari anak

3
usia tertentu. Dalam menyusun standar tes kecerdasan, Pieget mencatat sesuatu
yang berpengaruh besar tehadap teori perkembangan intelektualnya. Dia
menemukan bahwa jawaban yang salah untuk pertanyaan tes adalah lebih
informatif ketimbang jawaban yang benar. Dia mengamati bahwa kesalahan yang
serupa dibuat oleh anak yang usianya kira-kira sama dan jenis kesalahan yang
dibuat oleh anak usia tertentu berbeda secara kualitatif dengan jenis kesalahan yang
dibuat oleh anak usia yang berbeda. Pieget mengamati lebih jauh bahwa sifat dasar
dari kesalahan ini tidak dapat dijelasakan secara memadai dalam situasi tes yang
sanagat teratur dimana anak menjawab pertanyaan secara benar dan salah.
Piaget mengunakan Clinical Metode (metode klinis) yang berupa pertanyaan
terbuka, dengan menggunakan metode klinis pertanyaan-pertanyaan Piaget akan
menentukan pertanyaan si anak, jika anak mengatakan sesuatu yang menarik,
Piaget akan menyusun sejumlah pertanyaan yang dirancang untuk mengekplorasi
pertanyaan itu secara lebih mendalam. Diatas kita telah menyinggung bahwa Piaget
menentang pendefenisian intelengensi (inteleensi) dalam jumlah item yang dijawab
dengan benar yang dalam tes intelegensi menurut Piaget tindakan yang cerdas
adalah tindakan yang menimbulkan kondisi yang mendekati optimal untuk
kelangsungan organisme, dengan kata lain intelegensi memungkinkan organisme
untuk menangani secara efektif lingkungannya, karena lingkungan dan organisme
senantiasa berubah, sebuah interaksi yang cerdas antara keduanya terus-menerus
berubah.
Sebuah tindakan yang cerdas selalu cendrung menciptakan kondisi optimal
untuk survival organisme didalam situasi yang sedang dialaminya, jadi menurut
Piaget intelegensi adalah ciri bawaan yang dinamis, sebab tindakan yang cerdas
akan berubah saat organisme itu makin matang secara biologis dan mendapat
pengalaman menurut Piaget bagian integral dari setiap organisme karena semua
organisme yang hidup mencari kondisi yang kondusif untuk kelangsungan hidup
mereka, namun bagaimana kecerdasan memanifestasikan dirinya pada waktu
tertentu akan selalu berfariasi sesuai kondisi yang ada. Teori Piaget sering disebut
sebagai Genetik Epistemologi (epistemologi genetik) karena teori ini berusaha
melacak perkembangan kemampuan intelektual. Perlu dijelskan bahwa disini istilah
genetik mengacu pada pertumbuhan developmental bukan warisan biologis.

4
Piaget menyimpulkan dari penelitiannya bahwa organisme bukanlah agen
yang pasif dalam perkembangan genetik. Perubahan genetic bukan peristiwa yang
menuju kelangsungan hidup suatu organisme melainkan adanya adaptasi terhadap
lingkungannya dan adanya interaksi antara organisme dan lingkungannya.
Dalam responnya organisme mengubah kondisi lngkungan, membangun
struktur biologi tertentu yang ia perlukan untuk tetap bisa mempertahankan
hidupnya.perkembangan kognitif yang dikembangkan Piaget banyak dipengaruhi
oleh pendidikan awal Piaget dalam bidang biologi. Dari hasil penelitiannya dalam
bidang biologi. Ia sampai pada suatu keyakinan bahwa suatu organisme hidup dan
lahir dengan dua kecenderunngan yang fundamental, yaitu kecenderunag untuk :
1. Beradaptasi
2. Organisasi ( tindakan penataan )
Untuk memahami proses-proses penataan dan adaptasi terdapat konsep dasar,
yaitu sebagai berikut :
a. Intelegensi
Piaget mengartikan intelegensi secara lebih luas, juga tidak mendefinisikan
secara ketat. Ia memberikan definisi umum yang lebih mengungkap orientasi
biologis. Menurutnya, intelegensi adalah suatu bentuk ekuilibrium kearah mana
semua struktur yang menghasilkan persepsi, kebiasaan, dan mekanisme
sensiomotor diarahkan. (Piaget dalam DR. P. Suparno,2001:19).

b. Organisasi
Organisasi adalah suatu tendensi yang umum untuk semua bentuk kehidupan
guna mengintegrasikan struktur, baik yang psikis ataupun fisiologis dalam suatu
sistem yang lebih tinggi.
c. Skema
Istilah skema atau skemata yang diberikan oleh Piaget untuk dapat
menjelaskan mengapa seseorang memberikan respon terhadap suatu stimulus dan
untuk menjelaskan banyak hal yang berhubungan dengan ingatan. Skema adalah
struktur kognitif yang digunakan oleh manusia untuk mengadaptasi diri terhadap

5
lingkungan dan menata lingkungan ini secara intelektual. Adaptasi terdiri atas
proses yang saling mengisi antara asimilasi dan akomodasi
d. Asimilasi
Asimilasi itu suatu proses kognitif, dengan asimilasi seseorang
mengintegrasikan bahan-bahan persepsi atau stimulus ke dalam skema yang ada
atau tingkah laku yang ada. Asimilasi berlangsung setiap saat. Seseorang tidak
hanya memperoses satu stimulis saja, melainkan memproses banyak stimulus.
Secara teoritis, asimilasi tidak menghasilkan perubahan skemata, tetapi asimilasi
mempengaruhi pertumbuhan skemata. Dengan demikian asimilasi adalah bagian
dari proses kognitif, dengan proses itu individu secara kognitif mengadaptsi diri
terhadap lingkungan dan menata lingkungan itu.
e. Akomodasi
Akomodasi dapat diartikan sebagai penciptaan skemata baru atau pengubahan
skemata lama. Asimilasi dan akomodasi terjadi sama-sama saling mengisi pada
setiap individu yang menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Proses ini perlu
untuk pertumbuhan dan perkembangann kognitif. Antara asimilasi dan akomodasi
harus ada keserasian dan disebut oleh Piaget adalah keseimbangan.
Piaget mengemukakan bahwa ada 4 aspek yang besar yang ada hubungnnya dengan
perkembangan kognitif :
1. Pendewasaaan/kematangan, merupakan pengembanagn dari susunan syaraf.
2. Pengalaman fisis, anak harus mempunyai pengalaman dengan benda-benda dan
stimulus-stimulusdalam lingkungan tempat ia beraksi terhadap benda-benda
itu.
3. Interaksi social, adalah pertukaran ide antara individu dengan individu
4. Keseimbangan, adalah suatu system pengaturan sendiri yang bekerja untuk
menyelesaikan peranan pendewasaan, penglaman fisis, dan interksi social.
f. Ekuilibrasi.
Ekuilibrasi adalah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi sedangkan
diskuilibrasi adalah keadaan dimana tidak seimbangnya antara proses asimilasi dan
akomodasi, ekuilibrasi dapat membuat seseorang menyatukan pengalaman luar
dengan struktur dalamnya.

6
2.2 Pengertian Belajar Kognitif Menurut Piaget
a. Pengertian belajar
Menurut Piaget, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan
tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi
kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh
interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan dari guru. Guru
hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau
berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal
dari lingkungan.
Menurut Piaget pengetahuan (knowledge) adalah interaksi yang terus
menerus antara individu dengan lingkungan. Fokus perkembangan kognitif Piaget
adalah perkembangan secara alami fikiran pebelajar mulai anak-anak sampai
dewasa. Konsepsi perkembangan kognitif Piaget, duturunkan dari analisa
perkembangan biologi organisme tertentu. Menurut Piaget, intelegen
(IQ=kecerdasan) adalah seperti sistem kehidupan lainnya, yaitu proses adaptasi.
b. Belajar Kognitif
Secara bahasa Kognitif berasal dari bahasa latinCogitare artinya berfikir.
Dalam pekembangan selanjutnya, kemudian istilah kognitif ini menjadi populer
sebagai salah satu wilayah psikologi manusia/satu konsep umum yang mencakup
semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan
dengan masalah pemahaman, memperhatikan, memberikan, menyangka,
pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan,
pertimbangan, membayangkan, memperkirakan, berpikir dan keyakinan.
Sedangkan secara istilah dalam pendidikan Kognitif adalah salah satu teori
diantara teori-teori belajar dimana belajar adalah pengorganisasian aspek-aspek
kognitif dan persepsi untuk memperoleh pemahaman. Dalam model ini, tingkah
laku seseorang ditentukan oleh persepsi dan pemahamannya tentang situasi yang
berhubungan dengan tujuan, dan perubahan tingkah laku, sangat dipengaruhi oleh
proses belajar berfikir internal yang terjadi selama proses belajar.
Teori belajar ini hadir dan muncul disebabkan para Ahli Psikologi belum puas
dengan penjelasan yang teori-teori yang terdahulu. Mereka berpendapat bahwa
tingkah laku seseorang selalu di dasarkan pada kognisi, yaitu suatu perbuatan
mengetahui atau perbuatan pikiran terhadap situasi dimana tingkah laku itu terjadi.
Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses yang

7
terjadi dalam akal pikiran manusia. Seperti juga diungkapkan oleh Winkel (1996)
bahwa Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam
interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara
relatif dan berbekas.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya belajar adalah suatu proses
usaha yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai
akibat dari proses interaksi aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu
perubahan dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, keterampilan dan
nilai sikap yang bersifat relatif dan berbekas. Objek-objek yang di amatinya
dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan, atau lambing yang
merupakan sesuatu yang bersifat mental. Misalnya, seseorang menceritakan hasil
perjalanannya berupa pengalaman kepada temannya. Ketika dia menceritakan
pengalamannya selama dalam perjalanan, dia tidak dapat mennghadirkan objek-
objek yang pernah dilihatnya selama dalam perjalanan itu, dia hanya dapat
menggambarkan semua objek itu dalam bentuk kata-kata atau kalimat.
Dari keterangan dan penjelasan di atas dapat pemakalah simpulkan bahwa
Kognitif adalah salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan. Secara umum
kognitif diartikan potensi intelektual yang terdiri dari beberapa tahapan, yaitu ;
pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan (aplication),
analisa (analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation). Kognitif berarti
persoalan yang menyangkut kemampuan untuk mengembang kan kemampuan
rasional (akal).
Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetika,
yaitu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis, yaitu perkembangan system
syaraf. Dengan bertambahnya umur maka susunan syaraf seseorang akan semakin
kompleks dan memungkinkan kemampuannya akan semakin meningkat. Jean
Piaget meneliti dan menulis subjek perkembangan kognitif ini dari tahun 1927
sampai 1980. Berbeda dengan para ahli-ahli psikologi sebelumnya, Piaget
menyatakan bahwa cara berpikir anak bukan hanya kurang matang dibandingkan
dengan orang dewasa karena kalah pengetahuan , tetapi juga berbeda secara
kualitatif. Menurut penelitiannya juga bahwa tahap-tahap perkembangan

8
individu /pribadi serta perubahan umur sangat mempengaruhi kemampuan belajar
individu.
Piaget mengembangkan teori perkembangan kognitif yang cukup dominan
selama beberapa dekade. Dalam teorinya Piaget membahas pandangannya tentang
bagaimana anak belajar. Menurut Jean Piaget, dasar dari belajar adalah aktivitas
anak bila ia berinteraksi dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisiknya.
Pertumbuhan anak merupakan suatu proses sosial. Anak tidak berinteraksi dengan
lingkungan fisiknya sebagai suatu individu terikat, tetapi sebagai bagian dari
kelompok sosial. Akibatnya lingkungan sosialnya berada diantara anak dengan
lingkungan fisiknya. Interaksi anak dengan orang lain memainkan peranan penting
dalam mengembangkan pandangannya terhadap alam. Melalui pertukaran ide-ide
dengan orang lain, seorang anak yang tadinya memiliki pandangan subyektif
terhadap sesuatu yang diamatinya akan berubah pandangannya menjadi obyektif.
Proses belajar haruslah di sesuaikan dengan perkembagan syaraf seorang
anak, dengan bertambahnya umur maka susunan saraf seorang akan semakin
kompleks dan memungkinkan kemampuannya semakin meningkat. Karena itu
proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap perkembangan tertentu
sesuai dengan umurnya. Perjenjangan ini bersifat hierarki, yaitu melalui tahap-
tahap tertentu sesuai dengan umurnya. Seseorang tidak dapat mempelajari sesuatu
yang diluar kemampuan kognitifnya. Dalam perkembangan intelektual ada tiga hal
penting yang menjadi perhatian Piaget yaitu :
- Struktur, Piaget memandang ada hubungan fungsional antara tindakan fisik,
tindakan mental dan perkembangan logis anak-anak. Tindakan (action) menuju
pada operasi-operasi dan operasi-operasi menuju pada perkembangan struktur-
struktur.
- Isi, merupakan pola perilaku anak yang khas yang tercermin pada respon yang
diberikannya terhadap berbagai masalah atau situasi yang dihadapinya.
- Fungsi, Adalah cara yang digunakan organisme untuk membuat kemajuan
intelektual. Menurut Piaget perkembangan intelektual didasarkan pada dua
fungsi yaitu organisasi dan adaptasi. Organisasi memberikan pada organisme
kemampuan untuk mengestimasikan atau mengorganisasi proses-proses fisik
atau psikologis menjadi sistem-sistem yang teratur dan berhubungan. Adaptasi,
terhadap lingkungan dilakukan melalui dua proses yaitu asimilasi dan
akomodasi.

9
2.3 Teori Belajar Menurut Piaget
Pendapat Piaget mengenai perkembangan proses belajar pada anak-anak
adalah :
a. Anak mempunyai struktur mental yang berbeda dengan orang dewasa. Mereka
bukan merupakan orang dewasa dalam bentuk anak kecil, mereka mempunyai
cara yang khas ntuk menyatakan kenyataan dan untuk menghayati dunia
sekitarnya. Maka memerlukan pelayanan tersendiri dalam belajar.
b. Perkembangan mental pada anak melalui tahap-tahap tertentu, menurut suatu
urutan yang sama bagi semua anak.
c. Walaupun berlangsungnya tahap-tahap perkembangan itu melalui suatu urutan
tertentu tetapi jangka waktu untuk berlatih dari satu tahap ke tahap yang lain
tidaklah selalu sama pada setiap anak.
d. Perkembangan mental anak dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu:
1. Kematangan
2. Pengalaman
3. Interaksi Sosial
4. Equilibration (proses dari ketiga faktor di atas bersama-sama untuk
membangun dan memperbaiki struktur mental)
e. Ada 4 tahap perkembangan yaitu:
1. Tahap Sensori motor (0-2,0 tahun)
2. Tahap Pre operasional (2,0-7,0 tahun)
3. Tahap konkret (7,0-11,0 tahun)
4. Tahap operasi formal (11,0-dewasa)

2.4 Tahap Perkembangan Kognitif Piaget


Tahap perkembangan intelektual anak secara kronologis terjadi 4 tahap.
Urutan tahap-tahap ini tetap bagi setiap orang, akan tetapi usia kronologis
memasuki setiap tahap bervariasi ppada setiap anak. Keempat tahap dimaksud
adalah sebagai berikut:
1. Tahap sensorimotor : umur 0 2 tahun.
Ciri pokok perkembangannya, anak mengalami dunianya melalui gerak dan
inderanya serta mempelajari permanensi obyek. Tahap paling awal perkembangan
kognitif terjadi pada waktu bayi lahir sampai sekitar berumur 2 tahun. Tahap ini
disebut tahap sensorimotor oleh Piaget.
Pada tahap sensorimotor, intelegensi anak lebih didasarkan pada tindakan
inderawi anak terhadap lingkungannya, seperti melihat, meraba, menjamak,
mendengar, membau dan lain-lain. Pada tahap sensorimotor, gagasan anak

10
mengenai suatu benda berkembang dari periode belum mempunyai gagasan
menjadi sudah mempunyai gagasan.Gagasan mengenai benda sangat berkaitan
dengan konsep anak tentang ruang dan waktu yang juga belum terakomodasi
dengan baik. Struktur ruang dan waktu belum jelas dan masih terpotong-potong,
belum dapat disistematisir dan diurutkan dengan logis.
Menurut Piaget, mekanisme perkembangan sensorimotor ini menggunakan
proses asimilasi dan akomodasi. Tahap-tahap perkembangan kognitif anak
dikembangkan dengan perlahan-lahan melalui proses asimilasi dan akomodasi
terhadap skema-skema anak karena adanya masukan, rangsangan, atau kontak
dengan pengalaman dan situasi yang baru.
Piaget membagi tahap sensorimotor dalam enam periode, yaitu:
- Periode 1 : Refleks (umur 0 1 bulan)
Periode paling awal tahap sensorimotor adalah periode refleks. Ini
berkembang sejak bayi lahir sampai sekitar berumur 1 bulan. Pada periode ini,
tingkah laku bayi kebanyak bersifat refleks, spontan, tidak disengaja, dan tidak
terbedakan. Tindakan seorang bayi didasarkan pada adanya rangsangan dari luar
yang ditanggapi secara refleks. Refleks yang paling jelas pada periode ini adalah
refleks menghisap (bayi otomatis menghisap kapanpun bibir mereka disentuh) dan
refleks mengarahkan kepala pada sumber rangsangan secara lebih tepat dan terarah.
Misalnya jika pipi kanannya disentuh, maka ia akan menggerakkan kepala kearah
kanan.
- Periode 2 : Kebiasaan (umur 1 4 bulan)
Pada periode perkembangan ini, bayi mulai membentuk kebiasan-kebiasaan
pertama. Kebiasaan dibuat dengan mencoba-coba dan mengulang-ngulang suatu
tindakan. Refleks-refleks yang dibuat diasimilasikan dengan skema yang telah
dimiliki dan menjadi semacam kebiasaan, terlebih dari refleks tersebut
menghasilkan sesuatu. Pada periode ini, seorang bayi mulai membedakan benda-
benda di dekatnya. Ia mulai mengaakan diferensiasi akan macam-macam benda
yang dipegangnya. Pada periode ini pula, koordinasi tindakan bayi mulai
berkembang dengan penggunaan mata dan telinga. Bayi mulai mengikuti benda
yang bergerak dengan matanya. Ia juga mulai menggerakkan kepala kesumber
suara yang ia dengar. Suara dan penglihatan bekerja bersama. Ini merupakan suatu
tahap penting untuk menumbuhkan konsep benda.
- Periode 3 : Reproduksi kejadian yang menarik (umur 4 8 bulan)

11
Pada periode ini, seorang bayi mulai menjamah dan memanipulasi objek
apapun yang ada di sekitarnya (Piaget dan Inhelder 1969). Tingkah laku bayi
semakin berorientasi pada objek dan kejadian di luar tubuhnya sendiri. Ia
menunjukkan koordinasi antara penglihatan dan rasa jamah. Pada periode ini,
seorang bayi juga menciptakan kembali kejadian kejadian yang menarik baginya. Ia
mencoba menghadirkan dan mengulang kembali peristiwa yang menyenangkan diri
(reaksi sirkuler sekunder).
Piaget mengamati bahwa bila seorang anak dihadapkan pada sebuah benda
yang dikenal, seringkali hanya menunjukkan reaksi singkat dan tidak mau
memperhatikan agak lama. Oleh Piaget, ini diartikan sebagai suatu pengiaan akan
arti benda itu seakan ia mengetahuinya.
- Periode 4 : Koordinasi Skemata (umur 8 12 bulan)
Pada periode ini, seorang bayi mulai membedakan antara sarana dan hasil
tindakannya. Ia sudah mulai menggunakan sarana untuk mencapai suatu hasil.
Sarana-sarana yang digunakan untuk mencapai tujuan atau hasil diperoleh dari
koordinasi skema-skema yang telah ia ketahui. Bayi mulai mempunyai kemampuan
untuk menyatukan tingkah laku yang sebelumnya telah diperoleh untuk mencapai
tujuan tertentu. Pada periode ini, seorang bayi mulai membentuk konsep tentang
tetapnya (permanensi) suatu benda. Dari kenyataan bahwa dari seorang bayi dapat
mencari benda yang tersembunyi, tampak bahwa ini mulai mempunyaikonsep
tentang ruang.
- Periode 5 : Eksperimen (umur 12 18 bulan)
Unsur pokok pada perode ini adalah mulainya anak memperkembangkan
cara-cara baru untuk mencapai tujuan dengan cara mencoba-coba (eksperimen) bila
dihadapkan pada suatu persoalan yang tidak dipecahkan dengan skema yang ada,
anak akan mulai mecoba-coba dengan Trial and Error untuk menemukan cara yang
baru guna memecahkan persoalan tersebut atau dengan kata lain ia mencoba
mengembangkan skema yang baru.
Pada periode ini, anak lebih mengamati benda-benda disekitarnya dan
mengamati bagaimana benda-benda di sekitarnya bertingkah laku dalam situasi
yang baru. Menurut Piaget, tingkah anak ini menjadi intelegensi sewaktu ia
menemukan kemampuan untuk memecahkan persoalan yang baru. Pada periode ini
pula, konsep anak akan benda mulai maju dan lengkap. Tentang keruangan anak

12
mulai mempertimbangkan organisasi perpindahan benda-benda secara menyeluruh
bila benda-benda itu dapat dilihat secara serentak.
- Periode Refresentasi (umur 18 24 bulan)
Periode ini adalah periode terakhir pada tahap intelegensi sensorimotor.
Seorang anak sudah mulai dapat menemukan cara-cara baru yang tidak hanya
berdasarkan rabaan fisis dan eksternal, tetap juga dengan koordinasi internal dalam
gambarannya.
Pada periode ini, anak berpindah dari periode intelegensi sensori motor ke
intelegensi refresentatif. Secara mental, seorang anak mulai dapat menggambarkan
suatu benda dan kejadian, dan dapat menyelesaikan suatu persoalan dengan
gambaran tersebut. Konsep benda pada tahap ini sudah maju, refresentasi ini
membiarkan anak untuk mencari dan menemukan objek-objek yang tersembunyi.
Sedangkan konsep keruangan, anak mulai sadar akan gerakan suatu benda sehingga
dapat mencarinya secara masuk akal bila benda itu tidak kelihatan lagi.
Adapun arakteristik anak yang berada pada tahap ini adalah sebagai berikut:
1) Berfikir melalui perbuatan (gerak)
2) Perkembangan fisik yang dapat diamati adalah gerak-gerak refleks sampai ia
dapat berjalan dan bicara.
3) Belajar mengkoordinasi akal dan geraknya.
4) Cenderung intuitif egosentris, tidak rasional dan tidak logis.
5) Anak bernalar secara transduktif (dari khusus ke khusus). Anak juga belum
mampu membedakan antara fakta dan fantasi. Kadang-kadang anak seperti
berbohong. Ini terjadi karena anak belum mampu memisahkan kejadian
sebenarnya dengan imajinasi mereka.
6) Anak belum memiliki konsep kekekalan (kuantitas, materi, luas, berat dan isi).
Menjelang akhir tahap ini, anak mampu memberi alasan mengenai apa yang
mereka percayai. Anak dapat mengklasifikasikan objek ke dalam kelompok
yang hanya mempunyai satu sifat tertentu dan telah mulai mengerti konsep
yang konkrit.
2. Tahap Pre-operasional

Dilihat dari segi perkembangan bahasa, tahapan ini merupakan tahapan yang
amat menakjubkan. Dimulai dari anak yang baru bisa mengatakan satu dua patah
kata sehingga menjadi anak yang dapat menyusun suatu kalimat. Anak tidak akan
memiliki kemampuan berfikir yang operasional sampai anak mencapai usia tujuh
tahun dan kadang-kadang di sebut dengan tahapan intuisi. Selain itu anak usia ini

13
masih berfikir animisme mereka masih menganggap beberapa benda tak hidup
sebagai benda hidup. Sebagai conntohnya mereka sering mengatakan bahwa
matahari sebagai benda hidup karena dia bergerak.
Pada tahapan ini anak dibekali oleh beberapa pengamatan mereka tertipu oleh
penampakan segumpal tanah liat yang pertama kali dibentuk menjadi bola dan
diubah menjadi lempengan. Mereka belum mengetahui walaupun bentuknya
berbeda namun substansi atau materinya sama. Piaget menamakannya sebagai
konservasi substansi (materi). Pada usia ini anak belum mengerti bahwa bejana
yang pendek dan lebar memiliki lebih banyak cairan dibanding dengan sebuah
botol kecil dan tinggi. Piaget menyebutkan hal ini sebagai konservasi volume
cairan.
Anak juga belum mengerti bahwa kalau benda ditebarkan ke daerah yang
luas, jumlah benda tersebut tidak bertambah. Piaget menyebutnya sebagai
konservasi jumlah permainan.Keterbatasan lain anak pada usia ini adalah belum
bisa membuat urutan berseri, dan anak berfikir satu-satu secara berpasangan.
Keterbatasan konsep tersebut diatas membatasi anak pada tahapan ini dari
pengertian-pengertian bentuk, ukuran, waktu, dan jumlah.
3. Tahap operasi kongkret : umur 7 11/12 tahun.
Ciri pokok perkembangannya anak mulai berpikir secara logis tentang
kejadian-kejadian konkret. Tahap operasi konkret (concrete operations) dicirikan
dengan perkembangan sistem pemikiran yang didasarkan pada aturan-aturan
tertentu yang logis. Anak sudah memperkembangkan operasi-oprasi logis. Operasi
itu bersifat reversible, artinya dapat dimengerti dalam dua arah, yaitu suatu
pemikiran yang dapat dikemblikan kepada awalnya lagi. Tahap opersi konkret dapat
ditandai dengan adanya sistem operasi berdasarkan apa-apa yang kelihatan
nyata/konkret.
Ciri-ciri operasi konkret yang lain, yaitu:
1) Adaptasi dengan gambaran yang menyeluruh.
Pada tahap ini, seorang anak mulai dapat menggambarkan secara menyeluruh
ingatan, pengalaman dan objek yang dialami. Menurut Piaget, adaptasi dengan
lingkungan disatukan dengan gambaran akan lingkungan itu.
2) Melihat dari berbagai macam segi.
Anak mpada tahap ini mulai mulai dapat melihat suatu objek atau persoalan secara
sediki menyeluruh dengan melihat apek-aspeknya. Ia tidak hanya memusatkan pada

14
titik tertentu, tetapi dapat bersam-sam mengamati titik-titik yang lain dalam satu
waktu yang bersamaan.
3) Seriasi
Proses seriasi adalah proses mengatur unsur-unsur menurut semakin besar atau
semakin kecilnya unsur-unsur tersebut. Menurut Piaget , bila seorang anak telah
dapat membuat suatu seriasi maka ia tidak akan mengalami banyak kesulitaan
untuk membuat seriasi selanjutnuya.
4) Klasifikasi
Menurut Piaget, bila anak yang berumur 3 tahun dan 12 tahun diberi bermacam-
maam objek dan disuruh membuat klasifikasi yang serupa menjadi satu, ada
beberapa kemungkinan yang terjadi.
5) Bilangan
Dalam percobaan Piaget, ternyata anak pada tahap praoperasi konkret belum dapat
mengerti soal korespondensi satu-satu dan kekekalan, namun pada tahap tahap
operasi konkret, anak sudah dapat mengerti soal karespondensi dan kekekalan
dengan baik. Dengan perkembangan ini berarti konsep tentang bilangan bagi anak
telah berkembang.
6) Ruang, waktu, dan kecepatan
Pada umur 7 atau 8 tahun seorang anak sudah mengerti tentang urutan ruang
dengan melihat intervaj jarak suatu benda. Pada umur 8 tahun anak sudan sudah
sapat mengerti relasi urutan waktu dan jug akoordinasi dengamn waktu, dan pada
umur 10 atau 11 tahun, anak sadar akan konsep waktu dan kecepatan.
7) Probabilitas
Pada tahap ini, pengertian probabilitas sebagai suatu perbandingan antara hal yang
terjadi dengan kasus-kasus yang mulai terbentuk.
8) Penalaran
Dalam pembicaraan sehari-hari, anak pada tahap ini jarang berbicara dengan suatu
alasan,tetapi lebih mengatakan apa yang terjadi. Pada tahap ini, menurut Piaget
masih ada kesulitan dalam melihat persoalan secara menyeluruh.
9) Egosentrisme dan Sosialisme.
Pada tahap ini, anak sudah tidak begitu egosentris dalam pemikirannya. Ia sadar
bahwa orang lain dapat mempunyai pikiran lain.
4. Tahap operasi formal: umur 11/12 ke atas.
Ciri pokok perkembangannya adalah hipotesis, abstrak, dan logis. Tahap
operasi formal (formal operations) merupakan tahap terakhir dalam perkembangan
kognitif menurut Piaget. Pada tahap ini, seorang remaja sudah dapat berpikir logis,
berpikir dengan pemikiran teoritis formal berdasarkan proposisi-proposisi dan
hipotesis, dan dapat mengambil kesimpulan lepas dari apa yang dapat diamati saat

15
itu. Cara berpikir yang abstrak mulai dimengerti. Sifat pokok tahap operasi formal
adalah pemikiran deduktif hipotesis, induktif sintifik, dan abstrak reflektif.
1) Pemikiran Deduktif Hipotesis
Pemikiran deduktif adalah pemikiran yang menarik kesimpulan yang spesifik
dari sesuatu yang umum. Kesimpulan benar hanya jika premis-premis yang dipakai
dalam pengambilan keputusan benar. Alasan deduktif hipotesis adalah
alasan/argumentasi yang berkaitan dengan kesimpulan yang ditarik dari premis-
premis yang masih hipotetis. Jadi, seseorang yang mengambil kesimpulan dari
suatu proposisi yang diasumsikan, tidak perlu berdasarkan dengan kenyataan yang
real. Dalam pemikiran remaja, Piaget dapat mendeteksi adaanya pemikiran yang
logis, meskipun para remaja sendiri pada kenyataannya tidak tahu atau belum
menyadari bahwa cara berpikir mereka itu logis. Dengan kata lain, model logis itu
lebih merupakan hasil kesimpulan Piaget dalam menafsirkan ungkapan remaja,
terlepas dari apakah para remaja sendiri tahu atau tidak.
2) Pemikiran Induktif Sintifik
Pemikiran induktif adalah pengambilan kesimpulan yang lebih umum
berdasarkan kejadian-kejadian yang khusus. Pemikiran ini disebut juga dengan
metode ilmiah. Pada tahap pemikiran ini, anak sudah mulai dapat membuat
hipotesis, menentukan eksperimen, menentukan variabel control, mencatat hasi, dan
menarik kesimpulan. Disamping itu mereka sudah dapat memikirkan sejumlah
variabel yang berbeda pada waktu yang sama.
3) Pemikiran Abstraksi Reflektif
Menurut Piaget, pemikiran analogi dapat juga diklasifikasikan sebagai
abstraksi reflektif karena pemikiran itu tidak dapat disimpulkan dari pengalaman.

2.4 Teori Pengetahuan


Bagi Piaget semua pengetahuan adalah suatu konstruksi (bentukan) dari
kegiatan/ tindakan seseorang. Pengetahuan ilmiah itu berevolusi, berubah dari
waktu ke waktu. Pemikiran ilmiah adalah sementara, tidak statis, dan merupakan
proses. Pemikiran ilmiah merupakan proses konstruksi dan reorganisasi yang terus
menerus. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang ada di luar, tetapi ada dalam diri
seseorang yang membentuknya. Setiap pengetahuan mengandaikan suatu interaksi
dengan pengalaman. Tanpa interaksi dengan objek, seorang anak tidak dapat
mengkonstruksi gambaran korespondensi satu-satu dalam matematika untuk
memahami pengertian akan bilangan.
Piaget membedakan adanya tiga macam pengetahuan, yaitu:

16
1. Pengetahuan fisis
Pengetahuan fisis adalah pengetahuan akan sifat-sifat fisis dari suatu objek/
kejadian seperti bentuk, besar, kekasaran, berat, serta bagaimana objek-objek-itu
berinteraksi satu dengan yang lain. Anak memperoleh pengetahuan fisis tentang
suatu objek dengan mengerjakan/ bertindak terhadap objek itu melalui indranya.
Pengetahuan fisik ini didapat dari abstraksi langsung akan suatu objek. Misalnya,
anak yang bermain pasir dapat menuang pasir dari tempat yang satu ke tempat yang
lain, memegang-megang pasir, merasakan kekerasannya, meletakkan di mulut, dll.
Dari tindakan-tindakan itu ia membentuk dan membangun pengetahuannya akan
pasir. Dalam pembentukan pengetahuan fisis, bendanya sendiri (pasir)
memberitahukan kepada si anak apa yang dapat ia buat dan yang tidak dapat ia
buat. Si anak tidak dapat membentuk skema yang akurat tentang pasir kecuali ia
bertindak aktif terhadap pasir. Pengetahuan yang akurat akan suatu objek tidak
dapat diperoleh dari membaca, melihat gambar, mendengarkan orang bicara, tetapi
hanya dapat diperoleh melalui campur tangan si anak terhadap benda itu. Benda itu
sendirilah akan membiarkan kita untuk mengerti sifat -sifatnya.
2. Matematis-logis
Pengetahuan matematis-logis adalah pengetahuan yang dibentuk dengan
berpikir tentang pengalaman dengan suatu objek atau kejadian tertentu.
Pengetahuan ini didapatkan dari abstraksi berdasarkan koordinasi, relasi ataupun
penggunaan objek. Pengetahuan matematis-logis dapat berkembang hanya bila si
anak bertindak terhadap benda itu. Tetapi peran dari tindakan dan benda itu
berbeda. Anak itu membentuk/ menciptakan pengetahuan matematis logis karena
pengetahuan itu tidak ada dalam objek sendiri seperti pengetahuan fisis.
Pengetahuan itu harus dibentuk dari perbuatan berpikir si anak terhadap benda itu.
Benda di sini hanya menjadi medium untuk membiarkan konstruksi itu terjadi.
Misalnya, pengetahuan tentang konsep bilangan. Si anak dapat bermain dengan
himpunan 10 keping uang. Ia mengatur uang itu berderet dan menghitungnya
sepuluh. Ia meletakkan keping-keping itu di gelas, ia dapat menyusunnya vertikal,
ia dalam meletakkannya dalam bakul. Waktu ia menghitungnya, selalu didapatkan
10. Melalui berbagai kegiatan itu, si anak membentuk konsep akan bilangan 10
yang tetap, meskipun keping-keping itu diletakkan di tempat yang berbeda-beda
bentuknya. Konsep 10 itu sendiri tidak terdapat dalam keping uang itu, tetapi

17
diciptakan oleh si anak. Pengetahuan ini tidak dapat diperoleh dari membaca atau
mendengarkan orang bicara tetapi dibentuk dari tindakan seseorang terhadap suatu
objek.
Pada taraf tertentu, abstraksi pengalaman matematis tersebut dapat
disimbolkan menjadi suatu logika dan matematika yang murni. Dari sini dapat
dimengerti bahwa logika murni dan matematika murni dapat mengatasi pengalaman
karena tidak terbatas kepada sifat-sifat fisis objek itu sendiri. Sementara itu,
pengetahuan fisis tidak menjadi murni karena didasarkan kepada sifat-sifat
langsung objek atau pengalaman yang diamati. Namun, pada taraf tertentu
pengetahuan fisis ini dapat digabungkan dengan konsep-konsep matematis logis
untuk menemukan suatu persepsi yang lebih tinggi.
3. Pengetahuan sosial
Pengetahuan sosial adalah pengetahuan yang didapat dari kelompok budaya
dan sosial yang secara bersama menyetujui sesuatu. Contohnya adalah aturan,
hukum, moral, nilai, sistem bahasa, dll. Pengetahuan ini muncul dalam kebudayaan
tertentu maka dapat berbeda antara kelompok yang satu dengan yang lain.
Pengetahuan sosial tidak dapat dibentuk dari suatu tindakan seseorang terhadap
suatu objek, tetapi dibentuk dari interaksi seseorang dengan orang lain. Ketika anak
berinteraksi dengan orang lain, kesempatan untuk membangun pengetahuan sosial
dikembangkan.
Hal yang terpenting dari pembentukan pengetahuan itu adalah tindakan/
kegiatan anak terhadap suatu benda dan interaksi dengan orang lain. Pengetahuan
yang akurat tidak dapat diturunkan langsung dari membaca atau dari mendengarkan
orang bicara. Pengetahuan si anak akan dunia bukanlah tiruan dari dunia yang
nyata. Setiap individu, sepanjang perkembangannya, membentuk pengetahuan dan
kenyataan melalui asimilasi dan akomodasi. Pengetahuan fisis, matematis, dan
sosial itu diperoleh langsung dari konstruksi oleh anak itu sendiri.
Dalam The Psychology of Intelligence, Piaget menyatakan bahwa struktur
yang sangat diperlukan dalam pemikiran orang dewasa, seperti struktur matematis-
logis, bukanlah sesuatu yang menetap pada anak, melainkan sesuatu yang mereka
bentuk pelan-pelan. Setiap struktur dibentuk pelan-pelan dari konstruksi awal dan
dikembangkan dalam konstruksi-konstruksi berikutnya.
Meski kelihatannya banyak anak mempunyai konsepsi sama tentang sesuatu
hal, tidak berarti bahwa konstruksi pribadi tidak ada. Dunia ini penuh dengan

18
benda-benda fisis dan sosial yang bermacam-macam. Setiap anak membentuk
pengetahuan mereka akan hal-hal itu melalui asimilasi dan akomodasi. Semua
benda yang ada itu memungkinkan anak membentuk pengetahuan fisis dan
matematis-logis mereka. Bila benda-benda dan lingkungan yang mereka hadapi
sama, ada kemungkinan bahwa konstruksi anak-anak itu ada kesamaannya.
Misalnya, anak-anak menghadapi pohon cemara yang sama dalam tempat dan
lingkungan yang sama. Dapat diharapkan bahwa anak-anak itu akan mempunyai
skema yang mirip. Anak-anak yang melihat pohon cemara di tempat lain dalam
lingkungan yang lain mungkin membentuk persepsi yang lain tentang pohon
cemara. Dari sini dapat dimengerti peran lingkungan, situasi, dan prasarana yang
membantu persepsi anak.
Perkembangan struktur kognitif dan pengetahuan adalah proses yang
evolusioner dalam diri setiap individu. Ini terjadi dalam skemata individu yang
setiap kali berubah atau berkembang. Proses asimilasi menunjukkan bahwa skemata
bukanlah tiruan dari kenyataan (realitas). Akomodasi menjelaskan bahwa
konstruksi itu berelasi dengan dunia nyata.
Berdasarkan pengalamannya sejak masa kanak-kanak, Piaget berkesimpulan
bahwa setiap makhluk hidup memang perlu beradaptasi dengan lingkungannya
untuk dapat melestarikan kehidupannya. Manusia adalah makhluk hidup, maka
manusia juga harus beradaptasi dengan lingkungannya. Berdasarkan hal ini, Piaget
beranggapan bahwa perkembangan pemikiran manusia mirip dengan
perkembangan biologis, yaitu perlu beradaptasi dengan lingkungannya. Piaget
sendiri menyatakan bahwa teori pengetahuannya adalah teori adaptasi pikiran ke
dalam suatu realitas, seperti organisme yang beradaptasi dengan lingkungannya.

2.6 Implikasi teori Piaget dalam pendidikan


Teori Piaget membahas kognitif atau intelektual. Dan perkembangan
intelektual erat hubungannya dengan belajar, sehhingga perkembangan intelektual
ini dapat dijadkan landasan untuk memahami belajar.
Belajar dapat didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku yang terjadi
akibat adanya pengalaman dan sifatnya relatif tetap. Teori Piaget mengenai
terjadinya belajar didasari atas 4 konsep dasar, yaitu skema, asimilasi, akomodasi
dan keseimbangan. Piaget memandang belajar itu sebagai tindakan kognitif, yaitu

19
tindakan yang menyangkut pikiran. Tindakan kognitif menyangkut tindakan
penataan dan pengadaptasian terhadap lingkungan.
Piaget menginterpretasikan perkembangan kognitif dengan menggunakan
diagram berikut :

Berdasarkan diagram tersebut dimulai dengan meninjau anak yang sudah memiliki
pengalaman yang khas, yang berarti anak sudah memiliki sejumlah skemata yang
khas. Pada suatu keadaan seimbang sesaat ketika ia berhadapan dengan stimulus
(bisa berupa benda, peristiwa, gagasan) pada pikiran anak terjadi pemilahan
melalalui memorinya. Dalam memori anak terdapat 2 kemungkuinan yang dapat
terjadi yaitu :
1. Terdapat kesesuaian sempurna antara stimulus dengan skema yang sudah ada
dalam pikiran anak
2. Terdapat kecocokan yang tidak sempurna, antara stimulus dengan skema yang
ada dalam pikiran anak.
Menurut diagram, kejadian kesesuaian yang sempurna itu merupakan
penguatan terhadap skema yang sudah ada. Stimulus yang baru (datang) tidak

20
sepenuhnya dapat diasimilasikan ke dalam skemata yang ada. Di sini terjadi
semacam gangguan mental atau ketidakpuasan mental seperti keingintahuan,
kepedulian, kebingungan, kekesalan, dsb. Dalam keadaaan tidak seimbang ini anak
mempunyai 2 pilihan :
1. Melepaskan diri dari proses belajar dan mengabaikan stimulus atau menyerah
dan tidak berbuat aa-apa (jalan buntu)
2. Memberi tanggapan terhadap stimulus baru itu baik berupa tanggapan secara
fisik maupun mental. Bila ini dilakukan anak mengubah pandangannya atau
skemanya sebagai akibat dari tindakan mental yang dilakukannya terhadap
stimulus itu. Peritiwa ini disebut akomodasi.
- Implikasi Teori Piaget Dalam Pembelajaran Matematika
Teori kognitif dan teori pengetahuan Piaget sangat banyak mempengaruhi
bidang pendidikan, terlebih pendidikan kognitif. Tahap-tahap pemikiran Piaget
sudah cukup lama mempengaruhi bagaimana para pendidik menyusun kurikulum,
memilih metode pengajaran dan juga memilih bahan ajar terutama di sekolah
sekolah. Maka dari karya besar Piaget tersebut dapat diimplementasikan pada
proses pembelajaran disekolah sesuai dengan teori perkembangannya itu sendiri.
Implementasi pada pembelajaran matematika yang akan diterakan berikut hanya
merupakan bentuk sebagian saja sebagai contoh yang cocok untuk pengetahuan dan
pengembangan terhadap materi pembelajaran itu sendiri. Tentu yang terpenting
adalah kesesuaian dengan pemilihan model, pendekatan serta metode dalam
pembelajaran terhadap materi ajar.
Berikut contoh pembelajaran berdasar pada teori Piaget sesuai tahap perkembangan
kognitif anak usia sekolah:
Pokok Bahasan : Bangun Ruang.
Sub Pokoh Bahasan :
1. Kubus.
2. Balok.
3. Tabung.
4. Prisma.
5. Limas.
6. Kerucut.
7. Bola.

a. Pembelajaran di tingkat Taman Kanak-Kanak (TK).


1) Anak-anak baru hanya diperkenalkan dengan bentuk
2) Pembahasan hanya terbatas pada sub pokok bahasan yang terlihat kontekstual.
3) Materi kubus cukup pada bentuknya, contoh aplikasi sekitar, serta warna jika

21
ada.
4) Demikian untuk balok, bola dan yang lainnya dengan konsekuensi siswa
mengetahui nama dan bentuknya saja.
Penjelasan :
Anak usia Taman Kanak-Kanak masuk kategori pra operasional pada
perkembangan teori Piaget. Jadi anak-anak hanya mampu melihat gambar dan tidak
berbentuk penalaran atas pengalamannya sendiri.

b. Pembelajaran ditingkat Sekolah Dasar (SD).


1) Anak sudah mulai di perkenalkan dengan pendalaman bentuk bangun yang dia
ketahui tersebut.
2) Pengelompokan bangun juga mulai hanya diperkenalkan, bahwa kubus, balok
dan yang lainnya termasuk bangun ruang.
3) Anak-anak juga berkontekstual dengan bangun-bangun tersebut sehingga ada
pemahamannya tentang apa-apa saja yang terdapat pada bangun itu. Seperti
kubus, tentu memiliki panjang, lebar dan juga tinggi.
4) Keterhubungan unsur yang dimiliki belum dijelaskan
5) Melanjutkan pembelajaran dikelas-kelas berikutnya sampai pada operasi-
operasi sederhana yang terdapat pada bangun itu.
Penjelasan :
Sesuai kurikulum pembelajaran tematik bangun ruang ini baru diperkenalkan
dikelas II SD, itu artinya pembelajaran-pembelajaran sebelumnya tentu masih
mengacu pada pra operasional. Dan pada pembelajaran selanjutnya di SD ini sudah
memasuki tahap Operasi Kongkret sesuai teori perkembangan kognitif Piaget.

c. Pembelajaran ditingkat Sekolah Menengah (SMP dan SMU).


1) Anak diajarkan mengetahui bentuk, struktur, dan isi dari bangun-bangun ruang
yang ada.
2) Tiap-tiap bangun ruang itu anak-anak diminta mengetahui cara menghitung
luas sisi, volume serta bentuk permukaan dengan mengetahui bukaan dari
bangun tersebut.
3) Aplikasi dengan dunia nyata juga penting dilakukan sebanagi aplikasi materi
yang diajarkan.
4) Khusus dijenjang SMU hanya diperdalam dengan mengkaji unsur-unsur yang
terdapat pada bangun ruang, disamping mengulangnya kembali pembelajaran
itu.
5) Pembelajaran di SMU sudah sampai pada tingkat penalaran oleh pengalaman
sendiri.
Penjelasan :

22
Materi bangun ruang di SMP diajarkan dikelas VII semester 2, itu artinya erat
dengan keterstrukturan materi sebelumnya yang menjadi pendukung dalam
pembelajaran materi ini. Anak diusia ini sudah masuk pada tingkat operasi formal,
sesuai tingkat perkembangan kognitif Piaget.
d. Pembelajaran di Perguruan Tinggi.
1) Di perguruan tinggi bangun ruang sudah lebih didalami dalam satu mata kuliah
geometri
2) Pendalamannya lebih dikaji lagi dalam teori Van Hiele.
Penjelasan :
Materi ini siswa/mahasiswa sudah mengandalkan tahap deduktif, induktif,
hipotesis dan logis. Tetapi tahap perkembangannya tetap berada pada operasi
formal sesuai tingkat kognitif Piaget.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

23
Ada beberapa konsep yang perlu dimengerti agar lebih mudah memahami
teori perkembangan kognitif atau teori perkembangan Piaget, yaitu : Intelegensi,
Organisasi, Skema, Asimilasi, Akomodasi, dan Ekuilibrasi.
Menurut Piaget, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan
tahap perkembangan kognitif peserta didik.
Pendapat Piaget mengenai perkembangan proses belajar pada anak-anak adalah:
a. Anak mempunyai struktur mental yang berbeda dengan orang dewasa.
b. Perkembangan mental pada anak melalui tahap-tahap tertentu, menurut suatu
urutan yang sama bagi semua anak.
c. Walaupun berlangsungnya tahap-tahap perkembangan itu melalui suatu urutan
tertentu tetapi jangka waktu untuk berlatih dari satu tahap ke tahap yang lain
tidaklah selalu sama pada setiap anak.
Adapun Tahap Perkembangan Kognitif Piaget, yaitu :
a. Tahap sensorimotor : umur 0 2 tahun.
b. Tahap Pra operasional : umur 2 -7 tahun.
c. Tahap operasi kongkret : umur 7 11/12 tahun.
d. Tahap operasi formal: umur 11/12 ke atas.
Berdasarkan pengalamannya sejak masa kanak-kanak, Piaget berkesimpulan bahwa
setiap makhluk hidup memang perlu beradaptasi dengan lingkungannya untuk
dapat melestarikan kehidupannya. Dengan demikian guru bisa memberikan
perlakuan yang tepat bagi siswanya, misalnya dalam memilih cara penyampaian
materi bagi siswa, penyediaan alat-alat peraga dan sebagainya, sesuai dengan tahap
perkembangan kemampuan berpikir yang dimiliki oleh siswa masing-masing. Guru
perlu mencermati apakah simbol-simbol matematika yang digunakan guru dalam
mengajar cukup mudah dipahami siswa, dengan mengingat tingkat kemampuan
berpikir yang dimiliki oleh masing-masing siswa.

3.2 Saran
Hendaknya pengetahuan tentang kognitif siswa perlu dikaji secara mendalam
oleh para calon guru dan para guru demi menyukseskan proses pembelajaran di
kelas. Tanpa pengetahuan tentang kognitif siswa, guru akan mengalami kesulitan
dalam membelajarkannya di kelas, yang pada akhirnya mempengaruhi rendahnya
kualitas proses pendidikan yang dilakukan oleh guru di kelas. Karena faktor
kognitif yang dimiliki oleh siswa merupakan salah satu faktor utama yang
mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran di kelas. Faktor kognitif

24
merupakan jendela bagi masuknya berbagai pengetahuan siswa melalui kegiatan
belajar baik secara mandiri maupun secara kelompok

25

Anda mungkin juga menyukai