Anda di halaman 1dari 24

Kurikulum Model Montessori untuk Anak Usia Dini

Pendahuluan
Menyikapi perkembangan anak usia dini, perlu adanya suatu program pendidikan
yang didisain sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Kita perlu kembalikan ruang kelas
menjadi arena bermain, bernyanyi, bergerak bebas, kita jadikan ruang kelas sebagai ajang
kreaktif bagi anak dan menjadikan mereka kerasan dan secara psikologis nyaman. Untuk
lebih jelasnya dalam makalah ini dikemukan bagaimana Mantessori mendisain program
pembelajaran untuk anak usia dini.
Tokoh pendidikan anak usia dini, Montessori, mengatakan bahwa ketika mendidik
anak-anak, kita hendaknya ingat bahwa mereka adalah individu-individu yang unik dan akan
berkembang sesuai dengan kemampuan mereka sendiri. Tugas kita sebagai orang dewasa dan
pendidik adalah memberikan sarana dorongan belajar dan memfasilitasinya ketika mereka
telah siap untuk mempelajari sesuatu. Tahun-tahun pertama kehidupan anak merupakan
masa-masa yang sangat baik untuk suatu formasio atau pembentukan. Masa ini juga masa
yang paling penting dalam masa perkembangan anak, baik secara fisik, mental maupun
spritual. Di dalam keluarga dan pendidikan demokratis orang tua dan pendidik berusaha
memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan yang dibutuhkan oleh anak. Oleh karena itu,
baik dan tepat bagi setiap orang tua dan pendidik yang terlibat pada proses pembentukan ini,
mengetahui, memahami perkembangan anak usia dini. Tapi sekolah kita belum memiliki
based line data yang holistik yang dapat memberikan berbagai informasi tentang
perkembangan behavior dan kesulitan belajar anak terhadap berbagai subkompetensi materi
sulit. Informasi ini sangat diperlukan untuk melakukan treatmen secara berjenjang tentang
perkembangan anak sejak usia dini sampai mereka dewasa (SLTA).

Pandangan Ahli
Montessori melihat pendidikan sebagai aspek yang mendasar dalam pembentukan
manusia (Montessori, 1973)Dalam ilmu filsafat nya secara praktis berdasarkan pendidikan,
Montessori membahas fondasi teoritis utama seperti sifat anak, pertumbuhan dan
perkembangan dan peran lingkungan sebagai suatu faktor keturunan (Montessori, 1914).

Sifat Anak
Anak itu makhluk sensitif yang harus dilindungi dari berbagai pengaruh yang
merusak, untuk perkembangan yang didahului kemerdekaan (Montessori, 1965). Oleh karena
itu, pengembangan batin menjadi tugas awal anak yang dicapai melalui interaksi dengan
lingkungan. Montessori melihat anak sebagai penjelajah aktif, penemu dan manipulator
terhadap lingkungan serta sebagai makhluk sosial (Standing, 1957).
Dalam segi struktur kepribadian, Montessori melihat tahun-tahun awal anak sebagai masa
pembentukan aktivitas tinggi. Pengalaman di tahun-tahun sejak lahir sampai usia 6 tahun
kemudian memberikan dasar untuk perkembangan mental dan kepribadian. anak-anak
memiliki kebutuhan bawaan untuk mengembangkan kepribadiannya ini melalui
menyesuaikan diri atas rintangan mendatang yang menunjukkan, inisiatif, memilih pekerjaan
dan mengikuti sampai dengan latihan dan tugas (Montessori, 1956). Selama periode ini,
anak menciptakan dalam dirinya struktur dasar kepribadian melalui interaksi dengan
lingkungan (Orem, 1971). Montessori selanjutnya percaya bahwa

Pertumbuhan dan Perkembangan


Pertumbuhan adalah pembesaran, perubahan kuantitatif, atau perubahan pada
makhluk hidup. Perkembangan adalah pertumbuhan yang diarahkan untuk menghasilkan
suatu makhluk hidup berdasarkan dengan rancangan yang telah ditentukan terhadap
peningkatan dan dilengkapi bidang motorik serta fungsi indera yang sedang dibangun sesuai
dengan beberapa prinsip perkembangan (Montessori, 1912).
Untuk perkembangan tersebut, kreativitas terus-menerus dilakukan dan tidak disadari.
Selanjutnya Montessori merasakan akar awal perkembangan dibentuk pada tahun pertama
kehidupan (Montessori, 1967). Dijelaskan dua kelompok fungsi tersebut bahwa anak yang
sedang berkembang harus membentuk awal kehidupan: fungsi motorik dan fungsi sensorik.
Melalui fungsi motorik keseimbangan anak belajar untuk berjalan dan mengkoordinasikan
gerakan fisik (Montessori, 1914). Mengakui perkembangan yang berjalan dari yang
sederhana sampai yang rumit dan dari nyata ke abstrak. Montessori berpendapat bahwa
perkembangan terjadi pada masa sensitif. Masa sensitif/peka adalah saat seorang anak sangat
sensitif terhadap kegiatan atau kepentingan tertentu (Montessori, 1967).Montessori melihat
motivasi alami untuk pengembangan dan pembelajaran sebagai hakiki dan merasa bahwa
seorang anak termotivasi untuk bekerja dengan senang dalam pekerjaan itu sendiri. seluruh
tulisan-tulisannya, menekankan kebutuhan anak untuk pengarahan diri sendiri. Anak itu
dipandang sebagai berdua mampu dan termotivasi menuju pengembangan diri dan
pembentukan secara otomatis dan pembelajaran diri atau pendidikan secara otomatis
(Montessori, 1914).
Pandangan Montessori tentang anak dapat difahami melalui konsep-konsepnya. Anak
mengkonstruksi sendiri perkembangan jiwanya (Child's Selfconstruction) Masa-masa sensitif
(Sensitive Periodes) Jiwa Penyerap (Absorben mind) Hukum-hukum perkembangan (The
natural laws governing the child's psychic growth). Seperti telah diungkapkan di atas
bahwa Montessori meyakini bahwa anak secara bawaan telah memiliki suatu pola
perkembang psikis. Selain itu, anak juga memiliki motif yang kuat ke arah pembentukan
sendiri jiwanya (self construction).
Dalam teori perkembangan anak, Ada 5 masa perode sensitive menurut Montessori:
No Sensitive Period Perkembangan Anak
1 Sensitive periods for order/peka· Anak memiliki kebutuhan yang kuat terhadap
untuk keteraturan (0 – 3 keteraturan
tahun) · Pikiran anak dapat menyerap pengalama-
pengalaman sensoris
· Perkembangan bahasa
Pi Contoh: Suka meletakkan benda-benda sesuai
dengan tempatnya. Bahkan sebelum memasuki
periode ini mereka sering menjadi marah jika
melihat sesuatu yang tidak pada tempatnya.
2 Sensitive periods for details/· Anak dapat mendeteksi adanya serangga yang
memusatkan perhatian pada kecil yang tidak diperhatikan oleh orang dewasa.
hal-hal yang kecil (1-2· Apabila mereka melihat suatu gambar, mereka
tahun) akan mengabaikan obyek utama gambar dan akan
beralih memperhatikan hal-hal kecil yang ada
dilatar belakang obyek utama gambar.
3 S Sensitive periods for using · Anak-anak menyukai aktivitas membuka dan
hands/ konsisten menutup benda-benda (dengan seluruh telapak
menggenggam benda-benda tangannya).
yang disentuhnya (18 bulan · Memasukan benda-benda ke dalam suatu wadah,
– 3 tahun) menuangkannya keluar dan memasukkannya
kembali (dengan seluruh telapak tangannya).
Selama dua tahun berikutnya atau lebih mereka
memperbaiki gerakan dan indera sentuhan mereka.
4S Sensitive periods for · Periode kepekaan yang paling mudah dibaca
movements/gerakan (1,5 -4 adalah berjalan. Koordinasi dan perkembangan
tahun) otot, minat pada benda-benda kecil
· Peneguhan gerakan minat pada kebenaran dan
realitas menyadari urutan dalam waktu dan ruang
· Anak-anak didorong oleh implus yang tidak bisa
dilawan dalam upaya mereka untuk berjalan, dan
mereka berjalan dengan bangga seolah-olah
mereka telah menemukan caranya.
5 a) Sensitive periods for· Anak-anak menyerap bunyi-bunyi, kata-kata, dan
learning language tata bahasa dari lingkungannya.
b) a) Secara tidak sadar (3 bln· Anak-anak akan memulai dengan mengoceh
- 3 thn) terlebih dahulu sebelum ia mulai berbicara dengan
kata-kata bermakna. Setelah itu anak akan
memasuku tahapan “kalimat dua kata,” untuk
kemudian menguasai pembuatan kalimat dengan
c) struktur yang lebih kompleks.
d) b) Secara sadar (3 - 6 tahun) · Peneguhan sensoris
e) · Rawan pengaruh orang dewasa
· Menulis
· Kepekaan indera
· Membaca
f) · Mempelajari bahasa dengan sadar. Dengan tidak
kehilangan masa peka-nya, anak mempelajari
bentuk- bentuk tata bahasa baru dengan penuh
kesadaran.

Macam-macam hukum perkembangan anak menurut para ahli dapat dilihat sebagai
berikut:
a) Hukum Kodrat Ilahi
Hukum kodrat Ilahi merupakan suatu hukum perkembangan yang telah
ditentukan oleh sang maha pencipta. Hukum kodrat ilahi
Perkembangan manusia merupakan proses yang bertahap dan berlangsung secara
berangsur-angsur. Hal ini merupakan prinsip pertama dari perkembangan yang dapat
dipahami dari Al-Quran, ketikia menyatakan bahwa Allah adalah maha pencipta , maha
penjaga dan maha pemelihara segala sesuatu. Dan dalam Al-quran pun menyatakan
bahawasanya Allah menciptakan manusia dari berbagai tahap progresif pertumbuhan dan
perkembangan. Dapat dikatakan bahawa kehidupan manusia memilki pola dalam tahapan-
tahapan tertentu yang termasuk tahapan dari pembuahan sampai kematian. Tahapan yang
terjadi dan dilewati manusia dalam pertumbuhan dan perkembangannya tidak terjadi karena
faktor peluang atau kebetulan, akan tetapi hal ini merupakan sesuatu yang telah dirancang ,
ditentukan dan ditetapkan langsung oleh Allah SWT. Dan banyak ayat Al-Quran yang
menyatakan hal ini, ialah:
Artinya :
…dan Dia telah menciptakan segala sesuatu , dan Dia menetapkan segalanya dengan ukuran-
ukuran dengan serapi-rapinya. (QS. Al-Furqaan [25]:2)
Tak dapat diingkari, bahwa perkembangan itu berpangkal pada kehidupan. Karena
hiduplah, anak manusia bisa berkembang. Sementara, kehidupan itu penuh dengan ketentuan
atau kodrat dari Allah, Dzat Yang Maha Pencipta dan Pengatur. Pertama, mengenai hidp itu
sendiri. Manusia, dalam kaitan ini, terikat oleh kodrat Allah “untuk hidup”. Maka, hiduplah
ia. Tetapi ia juga terikat oleh banyak ketentuan yang lain. Ia terikat ketentuan tentang : orang
tua yang melahirkan, hari kelahiran, tempat dilahirkan, wujud dirinya, ketika lahir, dan
sebagainya. sam sekali, seorang anak tak punya hak pilih ketika ia dilahirkan. Jika Allah telah
menentukan bahwa si Ali harus menjadi anak Pak Burhan, maka ketentuan itulah yang pasti
terjadi. Tak ada alternatif bagi si Ali, mislanya, untuk menjadi anak Pak Ahmad yang kaya
raya itu.
Yang kedua, terlihat pula adanya ketentuan ini, berkaitan dengan waktu-waktutertentu
di mana seorang anak “matang” untuk melakukan sesuatu. Misalnya, umur 7 bulan, seorang
anak bisa duduk dan merangkak. Kenapa tidak sejak umur 1 bulan saja, biar sang ibu menjadi
ringan dalam mengasuhnya?
Yang ketiga, sebagaimana sering terjadi, seorang anak sejak lahir telah memiliki bakat
atau keistimewaan tertentu, lebih dari kebanyakan anak yang lain. Tetapi juga tidak mustahil,
sementara ada pula yang ditakdirkan lahir dalam keadaan cacat, lema ingatan, krang normal,
dan sebgainya. Baik yang istimewa maupun yang menyandang kekurangan , jelas sam-sam
berpengaruh bagi jaln perkembangannya.
Maka jelaslah, hidup ini penuh dengan ketentuan Ilahi. Terutama tampak nyata, pada
awal kelahiran seseorang, sebagaian beruntung, karena memiliki kecerdasan yang istimewa.
Sementara yang lain, hidup dalam keadaan serba kurang. Keduanya sama saja, punya akibat
bagi jalan perkembangannya. Tetapi apa hendak dikata, semua itu telah menjadi kodrat Ilahi.
Walhasil, perkembangan itu pada sasnya berpangkal pada kodrat Ilahi atas setiap manusia.
Karenanya, di atas kodrat itulah sesungguhnya perkembangan berlangsung.

b) Hukum Mengembangkan Diridan Hukum Mempertahankan Diri


Hukum Mengembangkan Diri. Dorongan yang pertama adalah dorongan
mempertahankan diri, kemudian disusul dengan dorongan mengembangkan diri. Dorongan
mempertahankan diri terwujud misalnya dorongan makan dan menjaga keselamatan diri
sendiri. Contoh : Anak menyatakan perasaan lapar, haus , sakit dalam bentuk menangis maka
tangisan itu dianggap sebagai dorongan mempertahankan diri.Seorang anak yang ingin
menjadi juara, pandai dan sukses.
Sebagai makhluk hidup, manusia mempunyai dorongan/.hasrat untuk
mempertahankan diri. Hal ini terwujud pada usaha makan ketika lapar, menyelanatkan diri
apabila ada bahaya. Pada anak kecil usaha ini diwujudkan dengan menangis, apabila lapar,
haus, rasa tidak enak badan, dan sebagainya, kemudian si ibu akan tanggap dengan tanda-
tanda tersebut.
Dari usaha untuk memepertahankan diri berlanjut menjadi usaha untuk
mengembangkan diri. Pada anak-anak biasanya terlihat rasa ingin tahunya itu besar sekali,
sehingga ank-anak tidak hentin-hentinya bertanya mengenai suatu hal dan dirinya akan
merasa senang apabila dunianya diisi dengan berbagai pengalaman dan pengetahuan yang
didapat dari sekelilingnya. Melalui kegiatan bermain, berkumpul dengan teman, bercerita dan
sebagainya itu dapat dianggap sebagai dorongan untuk mengembangkan diri.

c) Hukum Masa Peka


Masa peka diperkenalkan dalam dunia pendidikan oleh Dr. Maria Montessori, dia
mengatakan masa peka merupakan masa pertumbuhan ketika suatu fungsi jiwa mudah sekali
dipengaruhi dan dikembangkan. Contoh: masa peka untuk berjalan adalah tahun ke-2, masa
peka untuk menggambar adalah tahun ke-5, masa peka untuk ingatan logis adalah tahun ke-
12, dan seterusnya.
Masa peka adalah suatu masa ketika fungsi-fungsi jiwa menonjolkan diri ke luar; dan
peka akan pengaruh rangsanagn yang datang. Hukum masa peka ini diperkenalkan oleh
Maria Montessori, seorang pendidik berkebangsaan Italia. Menurutnya, masa peka
merupakan masa pertumbuhan ketika suatu fungsi jiwa mudah sekali dipengaruhi dan
dikembangkan. Masa peka ini hanya sekali selama hidupnya. Apabila masa peka ini tidak
digunakan sebaik-baiknya atau tidak mendapat kesempatan untuk berkembang, maka fungsi-
fungsi tersebut akan mengalami kelainan atau abnormal, dan hal ini akan mengganggu
perkembangan selanjutnya.
Karena adanya suatu masa yang disebut masa peka, maka perkembangan tidak lain
adalah terpenuhinya masa peka anak-anak. Makin tepat pelayanan terhadap masa peka,
berarti anak makin baik perkembangannya.
Tiap-tiap fungsi jiwa mempunyai waktunya untuk berkembang dengan sebaik-
baiknya. Prof. Hugo de Vries memperkenalkan masa peka ini dalam ilmu biologi. Prof. Hugo
meneliti seekor lebah betina (lebah ratu) yang sedang mengalami masa peka. Masa peka ialah
suatu masa ketika fungsi-fungsi jiwa menonjolkan diri keluar, dan peka akan pengaruh
rangsangan yang datang. Apabila saat sang ratu peka, kemudian ia mendapatkan zat-zat
(makanan) tertentu, ia akan berkembang baik dengan cepat.

d) Hukum Tempo Perkembangan


Sesuai dengan istilahnya, tempo berarti waktu atau masa. Hokum tempo
perkembangan bermakna bahwa berlangsungnya perkembangan individu yang satu tidak
sama cepat atau lambatnya dengan individu yang lain. Ada anak yang berkembang dalam
waktu yang relative cepat, misalnya belajar berbicara atau belajar berjalan. Akan tetapi, pada
anak lain ketika balajar berbicara atau berjalan memerlukan waktu yang cukup lama.
Menurut hukum tempo perkembangan, setiap anak mempunyai tempo kecepatan
perkembangan sendiri-sendiri. Artinya, ada anak yang mengalami perkembangan cepat,
sedang, dan ada pula yang lambat. Adanya hukum tempo perkembangan ini, seharusnya
orang tua tidak perlu merasa kecewa apabila anaknya mengalami perkembangan yang lambat
dibandingkan dengan anak tetangga.
Tempo perkembangan seorang anak sebenarnya dapat diubah (dipercepat) sedikit,
tetapi tidak dapat dipaksakan. Misalnya, ada orangtua yang menganggap dirinya bijaksana,
dengan berusaha mengajari anaknya yang belum bersekolah untuk membaca, menulis, dan
berhitung. Kemudian, ketika anaknya sudah masuk sekolah tidak diberi kesempatan untuk
bermain-main karena harus senantiasa belajar. Tindakan demikian dapat mempercepat
perkembangan akal anak itu. Akan tetapi, tindakan orang tua tersebut sebenarnya tidak tepat.
Meskipun dari tindakan tersebut tidak menyebabkan anak menderita apapun, tetapi keadaan
itu berarti bahwa anak itu telah mencapai puncak perkembangan lebih dahulu daripada
teman-teman sebayanya. Ia telah melaju maju terlalu cepat dan biasanya perkembangan
rohani yang luar biasa itu akan mengganggu kesehatan badan. Lagi pula tidak ada orang di
dunia ini yang dapat melebihi puncak perkembangan yang sudah ditetapkan dalam
pembawaannya.
Kaum ibu suka membandingkan-bandingkan perkembangan anaknya dengan
perkembangan anak yang lain. Dari hasil-hasil percakapan antara dua orang ibu tentang
perkembangan anak mereka masing-masing ternyata bahwa setiap perkembangan yang
dialami berlangsung menurut tempo (kecepatan) masing-masing. Mereka mengatakan, dalam
hal ini pengaruh pendidikan kecil sekali dan hanya berlaku untuk sementara waktu. Bila
diperhatikan ternyata anak yang satu lebih lekas maju pada satu tugas perkembangan dari
yang dialami anak yang lain. Anak laki-laki lebih lekas merangkak, misalnya, sedangkan
anak perempuan lebih pandai berbicara. Kadang-kadang anak pertama lebih cepat menjadi
besar, sedangkan anak kedua agak lambat pertumbuhannya. Hal ini disebabkan tiap-tiap anak
mempunyai sendiri tempo perkembangan. (Zulkifli, 1992)
e) Hukum Irama Perkembangan
Hukum irama perkembangan mengungkapkan bukan lagi cepat atau lambatnya
perkembangan anak, akan tetapi tentang irama atau rythme perkembangan. Jadi
perkembangan anak ini mengalami gelombang “Pasang Surut”, mulai lahir hingga dewasa,
kadangkala anak tersebut mengalami juga kemunduran dalam suatu bidang tertentu.
Misalnya, akan mudah sekali diperhatikan jika mengalami perkembangan (strum und drang)
pada anak-anak menjelang remaja. Ada anak yang menampakkan kegoncangan yang hebat,
tetapi adapula anak yang melewati masa tersebut dengan tenang tanpa menunjukkan gejala-
gejala yang serius.
Perkembangan berlangsung sesuai dengan iramanya. Hukum irama berlaku untuk
perkembangan setiap orang. Baik perkembangan jasmani maupun perkembangan rohani tidak
selalu dialami perlahan-lahan dengan urut-urutan yang teratur, melainkan merupakan
gelombang-gelombang besar dan kecil yang silih berganti.
Irama perkembangan mengemukakan pola perkembangan yang dialami seorang anak.
Anak itu memusatkan perhatiannya untuk satu tugas perkembangan tertentu agar ia dapat
tidur denagn tenang dan tidak sakit. Tempo perkembangan membandingkan perkembangan
dua orang anak. Mereka berkembang sesuai dangan temponya masing-masing; misalnya anak
laki-laki cepat pandai berjalan, anak perempuan cepat pandai berbicara.
Di samping memiliki tempo, perkembangan juga berlangsung sesuai dengan
iramanya. Hukum irama berlaku untuk setiap manusia. Baik perkembangan jasmani maupun
perkembangan rohani tidak selalu dialami perlahan-lahan dengan urutan-urutan yang teratur,
melainkan merupakan gelombang-gelombang besar dan kecil yang silih berganti. Pada suatu
masa, laju perkembangannya berjalan dengan cepat, tetapi pada waktu berikutnya sedikitpun
tidak tampak kemajuan (terlambat).
Kemajuan atau keterlambatan dalam perkembangan itu tidak sama besar pada
setiap anak. Demikian pula proses percepatan maupun perlambatan dalam peralihan
perkembangan tidak sama cara berlangsungnya pada setiap anak. Sehubungan dengan
perkembangan cepat atau lambat ini, anak dapat dibedakan atas tiga golongan, yaitu:
1) Anak yang tidak menunjukkan perkembangan yang cepat ataupun terlambat, melainkan
perkembangannya berlangsung mendatar dan maju secara berangsur-angsur. Semuanya
berlangsung dengan tenang, masa yang satu disambung oleh masa berikutnya dengan
tidak menunjukkan peralihan yang nyata.
2) Anak yang cepat sekali berkembang pada waktu kecilnya, tetapi sesudah besar kecepatan
perkembangannya semakin berkurang sehingga akhirnya berhenti sama sekali.
3) Anak yang lambat laju perkembangannya pada waktu kecil, tetapi semakin besar (lama)
semakin bertambah cepat kemajuannya.

f) Hukum Sifat Perkembangan


Menurut Stone, perkembangan pribadi manusia itu jika diamati dengan sungguh-
sungguh, akan tampak adanya sifat-sifat sebagai berikut :
1) Stabil, artinya manusia dalam perkembangannya memerlukan bahan-bahan untuk hidup
yang bersifat tetap dan terus menerus, seperti oksigen, darah, makanan, dan minuman.
2) Sensitif, artinya dalam proses perkembangannya, anggota tubuh manusia seperti kulit,
mata, urat syaraf, dan indera lainnya, amt peka terhadap setiap perangsang, baik dari dalam
maupun dari luar dirinya.
3) 3) Aktif, artinya dalam proses perkembangan , seluruh bagian tubuh manusia seperti
pernapasan, peredaran darah, denyut jantung, otot persendian dan sebagainya, selalu dalam
keadaan aktif bekerja sesuai den gan fungsinya masing-masing.
4) Teratur, artinya perkembangan seseorang itu, satu segi di dukung oleh keteraturan struktur
tubuhnya, serta adanya saling keterkaitan antara bagian satu dengan bagian yang lain.
5) Kontinu, artinya pribadi manusia beserta segala keinginan yang amat sederhana ketika baru
lahir, menuju keadaan yang kompleks setelah dewasa.
Selain itu, montessori meyakini bahwa jiwa anak masih belum terbentuk. Dengan
pengetahuan yang dimilikinya, orang dewasa dapat membangun pengetahuan lainnya. Gejala
psikis yangmemungkinkan anak untuk membangun pengetahuannya itu dikenal dengan
konsep “pikiran penyerap”. Dengan gejala psikis ini anak dapat melakukan penyerapan tak
sadar terhadap lingkungan.
Kemudian anak menggabungkan pengetahuan secara langsung ke dalam kehidupan
psikisnya. Kesan-kesan yang diperolehnya melalui proses ini tidak semata-mata memasuki
jiwa anak, tetapi juga membentuknya. Proses tak sadar tersebut selanjutnya diganti secara
berangsur-angsur oleh proses atau aktivitas jiwa yang disadari.

Peran lingkungan dan Keturunan


Dalam beberapa tahun hidup mereka, pikiran anak-anak secara tidak sadar menyerap,
mengambil dalam segala sesuatu di dunia mereka dan mengembangkan semua indera mereka.
Saat anak-anak dewasa pikiran menyerap dengan sadar mereka menjadi lebih selektif tentang
kesan di lingkungan mereka dalam mengerjakan lebih jauh untuk mengembangkan panca
indra. Konsep Montessori tentang pikiran menyerap ini penting karena menekankan bahwa
anak-anak belajar secara alami, cukup dengan berinteraksi dengan komponen lingkungan
mereka. Dalam perkembangan lingkungan dan keturunan berperan didalamnya. Mengakui
bahwa manusia memiliki sifat yang diwariskan (Montessori, 1912).
Demikian juga, dalam beberapa tahun pertama kehidupan anak-anak menyerap pola-
pola dasar yang mereka temui interaksi sosial mereka dengan orang-orang kepada siapa
mereka terikat paling dekat hubungannya. Dari pola-pola dasar, perilaku pribadinya akan
berkembang. Kemudian adanya interaksi antara faktor keturunan dan lingkungan saat
membuktikan perolehan bahasa (Montessori, 1967).Dia berpendapat bahwa "menyerap
pikiran" berisi mekanisme yang unik untuk bahasa. Memiliki mekanisme ini memungkinkan
individu untuk membuat bahasa mereka sendiri. Bahasa sebenarnya diucapkan, namun
dipengaruhi oleh komponen lingkungan tersebut. Oleh karena itu anak memiliki potensi,
ketika disesuaikan dengan hasil lingkungan yang responsif dalam seorang individu yang
berpengetahuan luas (Montessori, 1956).

Tujuan Pembelajaran Montessori


Program pendidikan Montessori pada dasarnya adalah kognitif secara alami yang
terpusat pada pengembangan hakiki jangka panjang dari anak prasekolah sampai kelas 12
(Montessori, 1949). Tujuan tersebut menggabungkan tujuan-tujuan internal seperti
pengembangan kemandirian, kepercayaan diri. disiplin batin dan kemampuan untuk
mengarahkan kegiatan sendiri (Montessori, 1965). Melalui program Montessori, anak-anak
secara bertahap melatih diri untuk mengamati lingkungan hal ini mengarah anak-anak
melakukan perbandingan antara obyek untuk membentuk penilaian serta untuk berpikir dan
untuk membuat keputusan (Montessori, 1976).
Tujuan metode Maria Montessori adalah:
1. Membantu para orang tua dalam menerapkan pola pengajaran yang efektif bagi anak
mereka.
2. Membantu anak-anak didik dalam mengembangkan tingkat intelektual, psikomotor dan
efektif yang ada pada diri mereka.
3. Membuat anak dituntut untuk dapat berkembang sesuai dengan periode
perkembangannya saat mereka mulai peka terhadap tugas-tugasnya.
4. Mengajarkan pada anak cara belajar yang efektif dan optimal melalui permainan.
5. Mengembangkan keterampilan yang menekankan pada pentingnyaanak bekerja bebas
dan dalam pengawasan terbatas.
6. Anak diajarkan untuk dapat berkonsentrasi dan berkreasi.
7. Guru hanya sebagai pengamat dan pembimbing, karena anak dibiasakan untuk memilih
sesuai dengan keinginan sendiri.

Konten Perkembangan Montessori


1. Kehidupan Praktis
Lingkungan yang siap menekankan aktifitas motorik dasar sehari-hari. Filosofi ini
membuat ank tidak bergantung pada orang dewasa dan mengembangkan konsentrasi.
Penganut Montessori yakin bahwa semakin anak tenggelam dalam aktifitas mereka secara
bertahap memperpanjang rentang konsentrasi anak. Seiring mereka mengikuti rangkaian
tindakan yang teratur, anak belajar memperhatikan hal-hal detail. Pendidik Montessori juga
meyakini bahwa konsentrasi dan keterlibatan melalui indera memudahkan terjadinya
pembelajaran.
Berikut beberapa contoh pembelajaran kehidupan praktis Montessori:
No Dasar Pembelajaran Aktifitas
1 Kehidupan sehari-hari Berjalan dari satu tempat ke tempat lain dengan
anak tertib
Menyambut pengunjung/tamu
Membawa benda
Membersihkan perabotan
mengupas sayur
2 Keterampilan perawatan Mengancingkan baju
diri Membuka dan menutup resleting
Mengikat, menekuk, menali
3 Menggunakan air Mencuci
Menuang air ke dalam wadah
Mengepel
Menyiram tanaman

Analisi kehidupan praktis diajarkan melalui 4 tipe latihan yang berbeda:


(1) Kepedulian orang melibatkan aktifitas, seperti penggunaan bingkai berpakaian, memoles
sepatu dan mencuci tangan.
(2) Kepedulian lingkungan mencakup, Membersihkan debu, mengelap meja dan menyapu
daun
(3) Hubungan social, mencakup keanggunan dan kesopanan
(4) Analisis dan control gerakan, seperti berjalan dan menyeimbangkan diri.

2. Materi Sensorik untuk melatih indera


Materi sensorik Montessori sangat popular, menarik dan mendukung perkembangan konitif
anak. Materi otentik Montessori dibuat dengan baik dan tahan lama.
Salah satu tujuan materi sensorik Montessori adalah:
· Melatih indera anak agar berfokus pada beberapa kualitas tertentu yang terlihat contohnya;
dengan batang merah yaitu kualitas panjang, kubus menara dengan merah muda yaitu
kualitas ukuran, dengan lonceng yaitu kualitas nada
· Membantu anak lebih mengenali kapasitas tubuh untuk menerima, menafsirkan dan
menggunakan rangsangan yang dinamai dengan materi sensorik didaktik serta dirancang
untuk mengajar dan membantu ank belajar
· Membantu mempertajam kekuatan anak untuk mengamati danm membedakan secar
visual. Keterampilan ini berfungsi sebagai dasar bagi kesiapan membaca umum.
· Meningkatkan kemampuan anak untu berpikir, sebagai proses yang bergantung pada
kemampuan membedakan, mengklasifikasikan dan mengatur. Anak secar konstan
menghadapi keputusan mengenai materi sensorik dan keputusan ini bukan dibuat oleh guru
melainkan keputusan ini dibuat melalui proses intelektual berupa pengamatan dan pemilihan
berdasarkan pengetahuan yang diperoleh melalui indera, misal; bentuk apa yang sesuai untuk
dimasukkan?, warna apa yang sesuai dengan warna lain dll.
· Mempersiapkan anak menyambut periode sensitif menulis dan membaca.

3. Materi Akademik untuk Menulis, Membaca dan Matematika


Latihan menggunakan materi inidisajikan secara berurutan yang mendukung menulis sebagai
basis pembelajaran membaca. Montessori berkata bahwa anak “masuk secara spontan” ke
menulis dan membaca, Montessori yakin banyak anak siap menulis pada usia 4 tahun, anak
yang memasuki usia 3 telah melakukan hamper semua latihan sensorik saat berusia 4 tahun

Berikut ini adalah contoh bahan Montessori yang meningkatkan menulis dan membaca:
 Sepuluh bentuk-bentuk geometris serta pensil warna. Ini mengenalkan anak pada
koordinasi yang diperlukan untuk menulis. Setelah memilih sisipan geometris, anak-anak
menelusurinya di atas kertas dan isi menggambarkan garis besar dengan pensil berwarna
untuk yang dipilihnya mereka.
 Huruf. Setiap huruf alfabet diuraikan dalam kertas amplas pada kartu., pada vokal dengan
warna biru serta konsonan dengan warna merah. Anak-anak melihat bentuk, merasakan
bentuk dan mendengar suara dari surat yang guru ulani ketika menjelaskan itu.
 Menulis kata dengan surat. Anak-anak belajar untuk mengumpulkan kata-kata yang
sering mereka kenal.
 Kartu perintah. Ini merupakan sekumpulan kartu merah dengan kata tindakan tunggal
dicetak pada setiap kartu. Anak-anak membaca kata pada kartu serta melakukan sesuai
kata tersebut (misalnya, berlari, melompat).

Pendidikan Montessori cocok untuk memenuhi kebutuhan anak-anak dari berbagai


latar belakang, para penyandang cacat dan mereka dengan kebutuhan khusus lainnya seperti
berbakat. Montessori percaya bahwa semua anak pada hakekatnya termotivasi untuk belajar
dan bahwa mereka menyerap pengetahuan ketika mereka diberikan lingkungan yang sesuai
perkembangan anak pada saat yang tepat.
Lingkaran proyek dimasukkannya di Universitas Kansas mengenali sepuluh aspek
tertentu dari pendidikan Montessori juga menerapkan secara langsung kepada pendidikan
anak-anak penyandang cacat:
1. Kelompok campuran usia
Pengelompokan campuran usia ditemukan di dalam kelas Montessori yang bersifat kondusif
dengan dimasukkannya pengalaman untuk sukses. Kelompok campuran usia memerlukan
berbagai bahan di setiap kelas untuk memenuhi kebutuhan seorang anak, bukan kebutuhan
rata-rata kelompok.
2. Individualisasi
Dalam lingkup masyarakat kelas yang mendukung
kurikulumindividualisasi yang dalam kelas Montessori adalah
kesesuaian dengan individualisasi yang diperlukanuntuk anak-
anak cacat. Pekerjaan dalam kelas Montessori diperkenalkan
kepada anak-anaksesuai dengan kesiapan
seseorang dan bukannya usia sebenarnya.
3. Penekanan fungsi dalam lingkungan Montessori
Objek nyata digunakan daripada replika mainan bila memungkinkan ( misalnya , anak-anak
memotong roti dengan pisau nyata , menyapu remah-remah di lantai dengan sapu dan meja
basah kering dengan kain ) Dalam kelas Montessori tujuan utamanya adalah untuk
mempersiapkan anak-anak untuk hidup; pendidikan khusus juga berfokus pada
pengembangan keterampilan fungsional.
4. Perkembangan kemandirian dan kemampuan untuk menentukan pilihan
Kelas Montessori membantu semua anak membuat pilihan dan menjadi pembelajar mandiri
dalam banyak hal, misalnya, anak-anak saya memilih materi apapun yang mereka telah
mendapatkan pelajaran yang diberikan oleh guru. Perkembangan ini untuk kemerdekaan
terutama cocok untuk anak-anak cacat.
5. Perkembangan pola kerja yang teratur pada anak-anak
Salah satu tujuan dari area kehidupan sehari serta titik awal bagi setiap anak muda adalah
perkembangan kebiasaan kerja yang diselenggarakan. Anak-anak penyandang cacat yang
harus belajar bagaimana diatur dalam kebiasaan kerja mereka dan mereka menggunakan
kepentingan waktu dari penekanan ini.
6. Peragaan Montessori klasik
Demonstrasi itu sendiri memiliki nilai bagi peserta didik yang mengalami cacat. Sebuah
unjuk rasa digunakan minimal bahasa yang dipilih secara spesifik untuk keterkaitannya
dengan kegiatannya dan mengedepankan kemajuan yang teratur dari awal sampai akhir
tugasnya. Mengamati beberapa demonstrasi oleh guru dalam DVD tertutup.
7. Penekanan pada pengulangan
Anak-anak dengan kebutuhan khusus biasanya memerlukan banyak latihan dan dapat
membuat kemajuan sedikit demi sedikit.Materi dengan dibangun di pengendalian kesalahan
ini.
8. Materi yang telah dibangun di pengendalian menguntungkan kesalahan semua anak
Karena kesalahan yang jelas, anak-anak menyadari dan memperbaikinya tanpa bantuan guru.
9. Materi akademik
Menyediakan efek nyata dari yang abstrak, kelas Montessori menawarkan berbagai bahan
nyata bahwa anak-anak dapat belajar dari sebagai bagian rutin dari kurikulum tersebut. Untuk
anak penyandang cacat, menggunakan bahan nyata sangat penting untuk meningkatkan
pembelajaran yang sebenarnya.
10. Materi indera yang berkembang dan mengatur pandangan indera yang masuk
Materi sensorik dapat mengembangkan dan memperbaiki setiap rasa secara terpisah.

Prinsip Pembelajaran Montessori


Beberapa prinsip yang mendasari metode Montessori adalah seabagi berikut :
a. Prinsip Kemerdekaan
Anak bebas untuk menentukan apa yang ingin dipelajarinya.
Pendidikan hanya akan dapat memberikan kondisi yang
menguntungkan.
b. Prinsip Disiplin
Mainan yang boleh dipilih adalah yang belum dipakai orang lain dan memakai permainan
tersebut haruslah benar.
c. Prinsip Ketidakbergantungan
Anak harus belajar melalui permainan yang dipilihnya sebisabisanya dengan bantuan yang
minimal dari pihak guru.
d. Prinsip penghargaan
Bila ada menguasai materi dan mengikuti perintah sesuai intelegen.
e. Prinsip sedikit pujian dan hukuman
Karena segala sesuatu berjalan secara wajar dan alamiah, makasedikit diperlukan pujian dan
hukuman. Anak dididik untuk memperoleh kepuasan alamiah bukan kepuasan yang
bersumber pada orang lain
f. Prinsip dari sederhana ke kompleks
Penyajian materi dan aktifitas dalam lingkungan Montessori mengikuti urutan dari sederhana
hingga ke yang rumit atau kompleks,memperkenalkan topik baru secara umum lebih dahulu.
Lantas pelan-pelan masuk kepada yang lebih spesifik dan dilanjutkan dengan latihan yang
agak rumit tahap demi tahap.
g. Prinsip perkembangan secara alamiah.
Mendidik anak menurut perkembangannya secara alamiah. Pendidik harus bekerja mengenali
periode sensitif dan mengkondisikan lingkungan sekolah yang mendukung anak berkembang
secara optimal, khususnya dalam menyelesaikan tugas-tugas dari guru. Guru merangsang
anak untuk ikut berpartisipasi, dan pasif mengamati perilaku anak ini memungkinkan guru
memantau perkembangan secara alamiah dan minat anak. Dengan demikian guru bisa
membantu anak berkembang optimal secara alamiah. Pendekatan Montessori tidak
mengalirkan informasi satu arah dari gurukepada anak. Pendekatan Montessori menerima
masukan dari anak, menciptakan komunikasi dua arah antara guru dan murid, dan
merangsang terciptanya tim di antara anak dalam berbagai usia.
Prinsip-prinsip ini membuat anak bertambah pengetahuan dan kemampuan perlahan-lahan.
Dalam memperluas pemahaman dan kemampuan anak tantangan belajar tidak membebani
atau melelahkan anak, tetapi menghemat energi anak untuk diakomodasikan buat tataran
berikutnya.
Prinsip Montessori menekankan pada pengalaman kerja. Metode Montessori
menekankan pada kegiatan luar ruangan dan hubungan manusia dengan alam sekitar. Anak
dimotivasi agar menemukan keajaiban alam. Baik melalui kontak langsung dengan tumbuh-
tumbuhanatau binatang. Pengalaman nyata memberikan landasan belajar abstrakketika anak
mulai belajar.

Proses Perkembangan Montessori


I. PENDEKATAN
a) Pendekatan inquired (menyelidik), Melalui pendekatan ini anak akan berusaha untuk
mencari dan menemukan sendiri pemahamannya terhadap suatu materi. Mereka akan
memahami bahan kajian dengan menggu
b) nakan bahasa mereka sendiri berdasarkan apa yang mereka lihat, temukan dan alami.
c) Pendekatan children centred (berpusat pada anak), Pendekatan ini beranggapan bahwa
pusat kegiatan pembelajaran bertitik tolak pada aktivitas anak. Cara pandang ini meyakini
bahwa murid memiliki kemampuan sendiri melalui berbagai aktivitas dalam mencari,
menemukan, menyimpulkan serta mengkomunikasikan sendiri berbagai pengetahuan,
keterampilan dan nilai-nilai.
d) Pendekatan discovery (penemuan/pendaapt), Pendekatan ini memiliki cara pandang yang
memusatkan kegiatan pembelajaran pada aktivitas anak didik untuk menemukan sendiri
berbagai aspek pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai melalui berbagai pengalaman
yang dirancang dan diciptakan oleh guru.

II. METODE
a) Metode eksperimen, Metode ini menuntut keaktifan anak untuk melakukan percobaan
sendiri, mengamati proses dan hasil percobaan yang dilakukannya. Dengan eksperimen
anak dapat mencari dan menemukan jawaban atas persoalan yang dihadapinya dengan
berpikir dan bekerja secara sistematis.
b) Metode demonstrasi, Salah satu metode yang dilakukan dengan cara memperlihatkan
suatu bentuk proses atau kejadian tertentu agar dapat diikuti oleh anak. Dalam metode ini
selain melihat, anak juga dituntut untuk mendengarkan keterangan guru agar tujuan
demonstrasi dapat tercapai.
c) Metode language (Bahasa), Metode ini digunakan dalan pembelajaran bahasa. Metode ini
didasarkan pada ilmi jiwa yang dianut Montessori yakni ilmu jiwa unsur (mozaik) dengan
menggunakan teori asosiasi (pertalian). Ilmu ini memberikan pengertian bahwa suatu
unsur mempunyai makna jika unsur tersebut bertalian atau berhubungan dengan unsur
lainnya sehingga membentuk suatu arti.
III. SUMBER BELAJAR
a) Alat- alat permainan panca indera, Montessori termasuk tokoh yang meyakini bahwa
panca indera adalah pintu masuknya berbagai pengetahuan ke dalam otak manusia.
Karena perannya yang sangat strategis maka seluruh panca indera harus memperoleh
kesempatan untuk berkembang sesuai dengan fungsinya. Untuk itulah ia mengembangkan
berbagai alat permainan panca indera.
b) Latihan kegiatan sehari-hari, Dengan belajar melakukan kegiatan sehari-hari dan
menyiapkan kebutuhannya sendiri, dapat melatih anak untuk menguasai gerakan otot-otot
yang praktis, latihan itu dinamai latihan motorik. Kegiatan tersebut akan dapat
menumbuhkan keaktifan anak dan juga membiasakan anak bersikap baik pada waktu
bercakap dengan orang lain.
c) Tulisan disertai gambar, Digunakan untuk pendidikan kecerdasan dan daya ingat anak.
Anak-anak akan tertarik pada media bergambar dan berwarna yang dapat mengalihkan
perhatiannya sehingga proses pembelajaran akan lebih mudah.
d) Alat permainan bahasa Pembelajaran bahasa tidak harus menggunakan buku teks
panduan. Pembelajaran bahasa dapat dilakukan dengan menggunakan alat permainan.
Misalnya, untuk mengajarkan menulis dapat dilakukan dengan cara meminta anak
menuliskan pengalamannya pada saat pagi haeri ketika bangun tidur sampai ia berada di
sekolah. Pada saat itu ia tidak akan meras berada dalam suasana belajar, sehingga
pembelajaran akan terasa lebih menyenangkan.
e) Alat permainan berhitung, Alat permainan ini dapat berasal dari lingkungan sekitar anak.
Misalkan untuk mengajarkan teknik membanding dapat dilakukan dengan menggunakan
10 bilah tangkai berbagai ukuran yang telah diberi warna agar lebih menarik. Lulu
mintalah anak untuk mengurutkan bilah tangkai tersebut mulai dari yang paling pendek
sampai yang terpanjang.

IV. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN


a) Guru menyiapkan beberapa kotak dengan isi yang berbeda, Kotak pertama berisikan uang
logam, Kotak kedua berisikan batu kerikil, Kotak ketiga berisikan beras. Guru
mengeluarkan isi kotak lalu meletakkannya kembali sambil menyebutkannya “ini suara
uang logam”.
b) Selanjutnya Anak mampu mengenal, membedakan dan mendeskripsikan kembali bunyi-
bunyi yang berasal dari masing-masing benda tersebut.
c) Guru memperdengarkan kembali bunyi benda-benda tersebut satu persatu dan siswa
diminta untuk menebaknya.

IMPLIKASI DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM ANAK USIA DINI


Kurikulum Montessori
Ketika anak melangkah ke pra-sekolah Montessori pada usia 2,5 tahun, latihan dasar
dimulai dengan mengenal kehidupan praktis sehari-hari. Tujuannya, memperkenalkan
pendatang baru dengan aturan bekerja dirumah dalam ruang lingkup yang menyeluruh,
menghargai sesama dan pekerjaan, serta menggunakan alat peraga yang benar. Anak-anak
selanjutnya diperkenalkan latihan penginderaan. Anak diharapkan memiliki pengalaman
nyata, yang membantu pengembangan pikiran abstrak.
Selama proses peralihan dari pencipta alami(unconcoius creator) menjadi pekerja
yang sadar akan tugasnya (conscious worker) atau yang dikenal dengan absorbent mind
(pikiran dalam tahap menyerap), anak-anak diperkenalkan dengan bahasa dan aritmatika.
Geografi, sejarah, ilmu tumbuh-tumbuhan, dan ilmu lingkungan juga disertakan dalam
krikulum pra-sekolah pada tingkat sangat dasar, selalu diselaraskan dengan kemampuan
memperhatikan dan penyerapan anak.
Tidak ada batasan usia dalam memperkenalkan setiap latihan dan alat peraga. Meski
materi pra-sekolah Montessori umumnya dipersingkat sesuai perkiraan kemampuan anak di
masing-masing usia, umumnya tidak terpaku hanya digunakan untuk kelompok usia tertentu.
Missal, materi latihan mengenal kehidupan sehari-hari memperkenalkan lingkungan kerja,
tanpa membedakan usia anak. Masing-masing anak bebas memilih alat peraga yang menarik
baginya kapan saja. Anak berkembang dalam tahap yang unik yang selalu dimonitor dan
ditanggapi guru selalu membimbing pada aktifitas apa pun yang dipilih.
Kurikulum pra-sekolah Montessori memfokuskan pada pembentukan kerangka
berpikir yang membimbing setiap anak memiliki kepribadian yang sebenarnya dan menyadari
potensi pribadi. Setiap komponen bekerja selaras dengan komponen lain sehingga gambaran
kehidupan pribadi dapat diketahui.
Pendekatan Montessori tidak hanya diterapkan pada sekolah Montessori, adabeberapa
sekolah di luar sekolah Montessori menggunakan pendekatan inii dalamkurikulum dan
pembelajarannya walaupun tidak secara utuh. Sebagai contoh diCendekia Leadership School
Bandung, PG/TK Miftahul Iman Cimahi, SekolahUmmul Mukminin Soreang, TK Al-
Amanah Cibaduyut, BnB Audi Pekan Baru,danBintang Cendekia Pekan Baru.Selain
kurikulum Diknas, program pembelajaran di sekolah-sekolah tersebutbersumber pada
kurikulum lain yaitu :
 Kurikulum Montessori "Scientific Paedagogy as applied to child education in
thechildren's house.
 The Creative Curriculum For Early Childhood, ditulis oleh Diane Trister Dodgedan
Lauraj Colker dari 'teaching Strategis Inc".
 Complete Early Childhood Curriculum Resource, Success oriented learningexperiences
for all children. Disusun oleh Mary A.Sobut dan Bonnie NeumanBogen dari The Centre
For Applied Research in Education , West Nyack , NewYork.
 Leadership life skill curriculum . Disusun oleh karya tim dari Karya Cendekia

Tujuan Kurikulum Montessori


a. Tubuh
Bagian latihan kehidupan praktis pada kurikulum Montessori membantu anak
mengembangkan keterampilan (motorik). Berupa latihan koordinasi tangan dan mata guna
melatih gerakan fisik yang kita lakukan sehari-hari.
Siswa baru sekolah Montessori belajar menyikat gigi, mencuci tangan,
mengancingkan baju, mengikat tali sepatu, membawa piring ke dapur, mengambil piring di
meja, menuangkan air dari teko ke gelas, dan makan dengan garpu. Pada kenyataannya,
latihan kehidupan praktis sangat penting buat anak-anak untuk berlatih mandiri, oleh karena
itu kepala sekolah meminta anak-anak untuk mengulangi latihan pada waktu istirahat, guna
menyegarkan untuk memahirkan ketrampilan yang baru didapat (khususnya ketrampilan
motoric), sebelum dilanjutkan dengan aktifitas yang lebih menantang.
Pengulangan ketrampilan tidak berarti tumpang tindih. Setiap kali menggunakan
latihan, anak memperoleh manfaat baru. Yakni, lebih menguasai tugas, memiliki keyakikan
diri lebih besar, lebih disiplin, dan hasil yang lebih baik. Latihan membuahkan
kesempurnaan.
Ketrampilan bemasyarakat merupakan agenda latihan kehidupan praktis berikutnya.
Anak bermain peran seperti menyapa dan menyela, sopan dan berterimakasih, bereaksi
terhadap lawan bicara, menerima tamu, berperilaku di acara social dan di perjalanan, dan
bahkan menghidangkan dan berbagi makanan.
Setelah menyelesaikan latihan, anak bisa menyelesaikan latihan berikutnya tanpa
harus kerja keras dan tidak perlu banyak konsentrasi seperti sebelumnya.

b. Intelektual
Kurikulum Montessori berkontribusi terhadap perkembangan mental. Setiap latihan
selalu melibatkan olah otak dan tubuh. Misal, mengikat tali sepatu pertama kali perlu
konsentrasi penuh untuk mengingat dan mengintegrasikan berbagai langkah yang
sebelumnya dipraktekkan dalam isolasi dan mengkoordinasikan tangan dengan mata untuk
merajut tali sepatu secara berurutan. Meski mengikat tali sepatu terkesan remeh, sebenarnya
membutuhkan pikiran yang terfokus.
Cara lain dimana latihan kehidupan praktis melatih otak adalah membuat anak
memiliki pengalaman baru yang menjadi dasar pengetahuan. Contoh mengikat tali sepatu di
atas untuk yang pertama kalinya merupakan pengalaman yang terekam di otak dan
memprogram latihan berulang-kali ke otak sehingga tugas menjadi baku dan dapat dikerjakan
secara otomatis.
Dengan melatih ketrampilan panca sensorimotor, alat peraga sensorik memungkinkan
anak menerima pengetahuan dunia-fisik dan membuat keputusan tentang berbagai kualitas.
Anak menjadi paham apakah panic diatas tungku terlalu panas untuk disentuh, sebagai
misalnya, atau apakah tas sesuai dengan warna kesukaannya, apakah ingin permen keras atau
lembut. Alat peraga sensorik memfasilitasi pembentukkannn dasar-dasar pertumbuhan
intelektual anak yang konkrit dan kokoh.

c. Berbicara
Setelah dididik tentang dasar-dasar pengetahuan kongkrit, anak dipersiapkan
menyerap informasi yang lebih abstrak dalam bentuk kata-kata. Yakni kata yang menjelaskan
kualitas nyata yang dialami panca indra. Inilah awal belajar bahasa dan matematika.
Keduanya merupakan system simbol yang mewakili realita. Missal, nama-nama yang
digunakan untuk membicarakan segala yang dilihat, didengar, dicium, dirasa, dan dicicipi di
lingkungan. Nama-nama ini, dalam bahasa apa saja, tidak selalu punya hubungan logis
dengan bendanya. Namun satu-satunya cara anak dapat berpartisipasi dalam bidang linguistik
adalah belajar komponen bahasa seperti yang telah kita pelajari.
Pelajaran bahasa dalam kurikulum Montessori meningkat-kan intelektual anak dengan
menambah perbendaharaan kata, yang merupakan sarana bernalar dan berkomunikasi.

d. Jiwa
Kepuasan anak setelah menyelesaikan latihan akan meningkatkan percaya diri dan
harga diri. Kehormatan diri sebagai individu melahirkan pribadi yang terhormat.
Perkembangan emosi dan jiwa ini menguntungkan anak dan juga orang disekitar.
Pendidikan holistik mendidik anak tentang kesehatan fisik dan emosi, yang mencakup
membantu anak memahami dunia melalui berbagai perspektif. Kurikulum Montessori
memungkinkan anak mengakses berbagai pengetahuan dari berbagai bidang ilmu melalui
diskusi, dan riset dalam topik dalam bidang sejarah, geografi, botani, zoology, dan
pengetahuan eksperimental. Pandangan yang luas tentang dunia dan manusia membantu anak
mengetahui posisi dan peran dirinya. Hal tersebut berkontribusi terhadap kesehatan emosi.
Anggota masyarakat yang berkontribusi, mandiri dan berkembang optimal, akan
memiliki emosi yang stabil dan aman (tidak bergejolak) ketika ia berpartisipasi di lingkungan
yang lebih besar. Kurikulum Montessori dan lingkungan Montessori mendukung
perkembangan total anak menjadi orang dewasa yang mandiri dan bertanggung jawab kepada
masyarakat. Interaksi antar anak yang berbeda usia menumbuhkan sikap toleransi. Latihan
kehidupan praktis(practical life) mengajarkan cara merawat diri sendiri dan lingkungan,
membuat dirinya menyadari konsekuensi setiap tindakannya di masyarakat.

Konten Kurikulum Montessori


Dalam kurikulum Montessori, ada area-area yang menjadi pusat latihan, yaitu:
a. Ketrampilan praktis dalam kehidupan sehari-hari.
Ketrampilan praktis setiap budaya selalu berbeda-beda. Namun prinsipnya sama.
Ketrampilan praktis membuat anak mandiri dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dan
dalam bermasyarakat. Latihan ketrampilan praktis dalam kurikulum memfokuskan pada
gerakan manusi paling dasar.
Contoh pertama adalah aturan sederhana. Anak berlatih berperilaku yang benar diluar
atau didalam kelas. Anak berlatih berbicara tetapi tidak terlalu keras. Berlatih berjalan, tetapi
tidak lari ketika didalam ruang kelas. Pelajaran serupa adalah permainan diam, di mana
tujuannya adalah berdiri diam setenang mungkin. Anak-anak di Indonesia mengenal
permainan menjadi patung. Berikutnya adalah latihan memindah furniture dari ruang kelas ke
tempat yang ditentukan. Latihan membawa dan menggunakan material. Latihan
menyelesaikan pekerjaan. Dengan kemampuan konsentrasi dan bekerja sendiri, anak melatih
ketrampilan yang lebih fungsional. Misal, manipulasi gagang pintu dan pegangan laci.
Mencuci dan mengeringkan tangan. Menggunakan toilet. Dalam proses, anak belajar
bagaimana merawat barang milik bersama yang setar dengn barang milik public ketika nanti
dewasa.
Setelah prinsip dari sederhana ke kompleks, focus kehidupan praktis pada ketrampilan
motoric yang halus dan koordinasi Antara mata dan tangan. Misal: anak belajar membawa
obyek dengan garpu dan penjepit mur dan sekrup. Membuka dan menutup botol dan kotak.
Memegang gembok dan kunci. Melipat dan memotong kertas. Anak belajar untuk
memastikan keselamatannya selama bermain. Pada latihan berjalan dilatih dengan berjalan
menyusuri garis lurus. Berbagi ruang kerja dan berinteraksi dengan teman memupuk
kesadaran bermasyarakat dan saling menghargai. Latihan mengurus keperluan pribadi
mengajarkan bagaimana melepas dan memasukkan kancing baju, membersihkan rambut, gigi
dan kuku, dan bagaimana menutup hidung ketika bersin di tempat umum.
Ketrampilan bermasyarakat merupakan agenda kehidupan praktis berikutnya. Anak
bermain peran seperti menyapa dan menyela, sopan dan berterima kasih, bereaksi terhadap
lawan bicara, menerima tamu, berperilaku di acara social dan di perjalanan, dan bahkan
menghidangkan dan berbagi makanan.

b. Pengalaman Sensorik
Tujuan utama pengalaman sensorik adalah pertumbuhan intelektual. Penyempurnaan
sensorik merupakan tujuan akhir. Ketika anak meraba, melihat, merasakan, mendengarkan
dann mencicipi, ia membuat kategori di otak untuk setiap persepsi sensorik baru. Alat mulai
diperkenalkan dengan alat peraga sederhana. Menara pink berupa satu set sepuluh kubus
berwarna pink dengan berbagai ukuran. Disusun satu demi satu ke atas dengan
menumpuknya. Tangga coklat berupa tangga sepuluh batang, tangga paling merupakan
tangga paling atas. Sedangkan tangga paling tipis menjadi tangga paling bawah. Batang
panjang berupa sepuluh batang, paling panjang menunjukka ukuran 1m, paling pendek
ukuran 10cm. dalam menyusun batang dan balok dengan ukuran yang benar, anak belajar
mengontrol jari untuk memanipulasi dan memindahkan obyek. Silinder bertombol melatih
cengkeraman penjepit. Menyiapkan otot tangan untuk menulis. Ajakalah anak berlatih alat
peraga sensorik untuk melatih dua level.
Yakni, pada level sensorimotor, anak melatih panca indra dan cengkeraman jari. Pada
level intelektual, anak belajar konsep dasar topic berikutnya dalam kurikulum. Tantangan
membandingkan dan mengurutkan benda sesuai urutan panjang pendeknya, misalnya melatih
anak memahami konsep dasar menghitung, yang nantinya mempermudah belajar matematika.
Latihan sensorik lainnya mencakup pengenalan warna, pertaman anak diperkenalkan
dengan warna primer. Setelah itu anak siap belajar konsep bentuk dan arah melalui latihan
geometric solids(satu set benda padat berbentuk silinder, pyramid, prisma, bulatan dan
kerucut). Alat peraga ini merupakan perkenalan terhadap aljabar dan geometri. Missal,
dengan cetakan desain, anak belajar bahwa bentuk dapat tumpang tindih dan bahwa beberapa
bentuk yang digabung bisa membentuk bentuk baru. Dengan kubus binominal dan
trinominal, anak belajar memecah satu benda menjadi beberapa benda.
Sekarang pengalaman kongkrit anak beralih ke yang abstrak. Sebelumnya anak hanya
mengalami sensasi. Sekarang anak belajar memvisualisasikan dalam pikiran tentang apa yang
dirasakan di tangan. Anak menebak isi tas dengan perasaan atau mata ditutup selagi
menggunakan alat peraga sensorik. Anak mendapatkan pemahaman tentang tekstur dengan
tekstur sentuh(touch fabrics). mendapatkan pemahaman tentang suhu dengan botol suhudan
baric tablet. Indra pendengaran, perasa,dan pembau, dirangsang dengan Bel music dan
silinder suara, botol gustatory, dan botol wangi.

c. Bahasa
Kurikulum Montessori menggunakan pendekatan bunyi untuk memperkenalkan
bahasa. Huruf alphabet dianjurkan menurut bentuk dan ejaannya. Anak menyerap hubungan
visual-verbal setiap huruf. Jadi anak tahu bagaimana c, m dan z, dibentuk dan dieja. Anak
dibekali sarana merangkai huruf menjadi kata yang dapat dieja dan di baca. Cara ini
meningkatkan kemampuan linguistik anak. Dimana anak belajar dalam presentasi atau
bercakap-cakap dengan teman dan guru.
Pelajaran bahasa mengikuti aturan berikut:
1. Anak mendengarkan ejaan alphabet.
2. Anak mengeksplorasi huruf di kertas pasir.melihat dan menyentuh bentuk huruf sesuai
arah huruf ditulis. Belajar membedakan vocal dan konsonan. Mengenali tulisan dan ejaan
konsonan dan vocal.membaca dan menulis tidak dianjurkan dalam tahap ini.
3. Anak mengeksplorasi huruf alfabet yang dapat dipindahkan. Anak mengidentifikasi dan
memilih huruf .anak dianjurkan menyusun kata dengan huruf. Karena anak dapat melihat
dan merasakan huruf, maka anak belajar membaca dan menulis secara abstrak. Anak tidak
mengingat bentuk dan ejaan alphabet.
4. Anak menggunakan silinder bertombol dan alat peraga sejenis untuk melatih
cengkeraman jari tangan dan melemaskan otot tangan untuk menulis.
5. Anak belajar mengeja kata-kata dengan mensintesakan bunyi huruf. Anak menyesuaikan
berbagai obyek dengan huruf yang bisa dipindah yang menunjukkan huruf inisial nama
obyek. Ini membantu anak belajar mengenali ejaan huruf di kata yang berbeda.
6. Anak mulai menulis huruf. Tahap ini dimulai 6 bulan setelah diperkenalkan denga Huruf
Besar yang Dapat Dipindah. Tanpa alat bantu yang kongkrit, anak harus mengandalkan
ingatan bentuk huruf dan ejaan huruf. Anak melatih menulis huruf alphabet.
7. Anak melanjutkan belajar menyusun dan menulis kata. Latihan mengajarkan anak
mengenali dan membentuk seluruh kata. Ini mempersiapkan anak membaca.
8. Sekarang anak belajar membaca kata. Anak belajar kata baru secara teratur. Latihan
mensintesakan huruf memperkenalkan phonogram dan kata yang lebih besar dan lebih
panjang.
9. Anak belajar membaca dan menyusun kalimat. Sekarang anak mengeksplorasi buku. Tata
bahasa diperkenalkan untuk membantu belajar merangkai kata menjadi kalimat yang
bermakna.
Dalam kurikulum Montessori, anak tidak pernah dipaksa menyelesaikan latihan.
Program bahasa juga mengikuti tahap alami perkembangan anak. Anak dibiarkan menulis dan
membaca sesuai cara dan kesempatan yang ada. Inisiatif belajar anak didukung bimbingan
guru menjadikan anak bisa membaca (melek huruf) secara bertahap.
Presentasi linguistic menunjang perkembangan anak secara alami dan tuntas.
Menyelaraskan kesulitan dan kemampuan, anak bisa meningkatkan peluang sukses dan
mengkondisikan anak selalu menghadapi tantangan dengan percaya diri.
d. Matematika
Pada kurikulum Montessori, Matematika diajarkan secara bertahap:
1. Anak belajar konsep penjumlahan secara konkrit. Dengan konsep pengenalan angka, anak
mengalami bagaimana satu, dua atau sepuluh batang dapat dilihat dan dirasakan.
2. Anak belajar nama angka satu sampai sepuluh. Angka dari kertas pasir memungkinkan
anak melihat dan merasakan bentuk symbol angka 1 sampai 10 selagi guru mengucapkan
nama angka yang dipegang anak.
3. Anak menyempurnakan kemampuan mengenli symbol numeric dan jumlah dengan
mengulangi langkah 1 dan 2 dengan alat peraga lain. Missal, anak menggambar bentuk
angka di bak pasir atau menggunakan tangga manik-manik pendek untuk menyusun
jumlah yang kongkrit. Matematika dijarkan secara bertahap: ulangi langkah 1 dan 2
dengan alat peraga lain. Missal, anak menggambar bentuk angka di bak pasir atau
menggunakan tangga manik-manik pendek untuk menyusun jumlah yang kongkrit.
4. Anak menghubungkan setiap symbol angka dengan jumlah terkait. Dengan kotak
kumparan, anak menyatakan beberapa ikatan kumparan dan meletakkan setiap ikatan di
kotak terpisah yang dilabeli symbol angka terkait.
5. Anak mengulangi langkah 1 sampai 4. Kali ini memfokuskan system decimal,
menggunakan manik-manik emas. Anak belajar menghitung 1 sampai 1000 berdasarkan
pemahaman angka 1 sampai 10. Anak memakai papan sequin untuk mengasosiasikan
angka yang besar dengan jumlahnya.
6. Anak mulai menulis angka .jika belum bisa memegang pensil, anak terus
menyempurnakan pemahamannya tentang decimal dengan memindahkan potongan
kertas symbol angka ke gambar yang jumlahnya sesuai.
7. Hanya setelah memahami konsep angka, anak mulai belajar penjumlahan, pengurangan,
perkalian, dan pembagian. Anak beralih belajar dari konkrit ke symbol. Papan dan
matematika memudahkan anak mengerjakan operasi matematika di otak.
8. Anak belajar konsep matematika lain seperti pecahan, aljabar, geometri dan satuan
ukuran.

e. Seni dan musik


Kurikulum Montessori berupaya membangkitkan minat alami anak terhadap seni dan
music. Selama pelajaran seni berlangsung, anak bebas menggunakan alat lukis dan alat lain.
Cara ini menumbuhkan kreatifitas dan pengungkapan diri. Disiplin diri akan tergali dari buah
karya artistiknya. Dengan membiarkan pengalaman sebagai sumber inspirasi, anak akan
bangga terhadap hasil karyanya. Bahkan anak termotivasi menyelesaikan karya meski perlu
berhari-hari.
Music menjadi komponen paling penting dalam kurikulum Montessori. Irama bel
music membantu meningkatkan kepekaan indra pendengaran. Dengan memukulkan palu
kayu ke 8 bel satu per satu, anak-anak membedakan nada tinggi dan rendah. Anak sebenarnya
memadankan nada dengan symbol music. Seperti halnya dalam pelajaran bahasa, latihan
music membuat anak mengenal bunyi sebelum symbol. Cara ini lebih bagus daripada
mengajarkan pengenalan bunyi menurut symbol terkait. Pelajaran musik juga mengajarkan
pola ritma dengan latihan mengatur irama menurut tempo.

f. Kebudayaan
Anak-anak diperkenalkan mempelajari Geografi, Sejarah, IImu tentang tumbuh-
tumbuhan dan IImu pengetahuan yang sederhana. Anak-anak belajar melalui latihan
individual, kelompok dan aktivitas-aktivitas latihan seperti diskusi mengenai dunia sekitar
mereka, pada saat ini dan masa lalu. Pengenalan akan tumbuh-tumbuhan dan kehidupan
binatang seperti juga pengalaman sederhana untuk mengetahui lebih jauh tentang ilmu
pengetahuan alam.
Selain itu, anak-anak pun diperkenalkan tentang masakan khas daerah, melalui
'cooking'.Enam area ini saling berkaitan dan diperkenalkan secara bersamaan kepada anak.
Anak-anak tidak diwajibkan untuk menguasai satu area sebelum berpindah ke area yang lain,
namun banyak latihan yang harus dikuasai sebelum melangkah ke matematika dasar dan
pemahaman bahasa. Area LKP dan penginderaan merupakan fondasi yang mendasar bagi
area-area yang lain.
Sepanjang hari di sekolah diperkenalkan pula aktivitas-aktivitas yang memungkinkan
anak-anak menikmati dan mengembangkan keakhlian dan kepekaan sosial mereka.

Peran Guru
Peran guru di sekolah Montessori adalah menyediakan secara seksama lingkungan
yang bernuansa ilmiah dan memberi anak-anak arahan dan bimbingan dalam lingkungan
tersebut. Guru berperan sebagai observer , pengamat yang selalu siap membimbing dan
mengarahkan jika diperlukan anak. Guru selalu memantau perkembangan anak dan catatan
kemajuannya secara ilmiah sehingga mereka dapat merencanakan aktivitas bagi anak-anak
tersebut untuk menyiapkan pertumbuhan selanjutnya, setahap demi setahap. Guru-guru
Montessori menghargai anak-anak sebagai individu dan menghormati hak diri mereka, dan
mereka tidak menggunakan hukuman atau caci maki ketika mendapati anak yang melakukan
kesalahan. Yang paling penting peran guru disitu adalah memberikan keteladanan pada anak.

Peran anak
Anak-anak adalah pelajar yang aktif. Anak-anak di Sekolah Montessorimemilih
sendiri aktivitas mereka dan guru memutuskan jika aktivitas yang dipilih itusesuai dengan
tingkat perkembangan anak. Aktivitas perseorangan didukung karenasetiap anak belajar
dalam tingkat yang berbeda-beda.

Proses Pembelajaran Kurikulum Montessori


Untuk penerapan metode Montessori pada kurikulum prasekolah, kita perlu mengetahui
rangkaian dari latihan-latihan yang harus diberikan pada anak secara berurutan. Rangkaian
dari latihan tesebut merupakan serangkaian latihan yang telah digunakan sebelumnya di Casa
de Bambini yang dibina oleh Maria Montessori.
Berikut rangkaian latihan yang dapat digunakan sebagai proses pembelajaran pada prasekolah
Montessori:
a. Tingkatan pertama
Segera setelah anak tiba disekolah dapat diberi latihan-latihan sebagai berikut:
 Pada latihan kehidupan praktis (practical life) anak dilatih menggeser dan memindahkan
kursi-kursi dengan tenang.
 Menalikan sepatu, memasang kancing, cantelan celana, dan sebagainya.
 Menggunakan permainan silinder untuk latihan indra.
Diantara latihan-latihan ini, yang paling berguna adalah latihan dengan silinder-
silinder. Pada tahap ini anak mulai mengkonsentrasikan perhatiannya. Anak untuk pertama
kalinya membuat perbandingan, pemilihan dimana anak melatih pertimbangan dan
kebijaksanaannya. Itu berarti melatih kecerdasannya.
Di Antara latihan dengan alat silinder ini, terdapat tahapan-tahapan dari yang mudah hingga
yang lebih sulit:
a. Silinder dengan tinggi yang sama dan dengan diameter yang semakin kecil.
b. Silinder yang menurun dalam semua dimensinya.
c. Silinder yang semakin menurun tingginya saja.

a. Tingkatan kedua
Pada latihan ketrampilan kehidupan sehari-hari (practical life), anak berlatih bangkit
dan duduk dengan tenang (sebagai latihan pendengaran) kemudin berjalan lurus menurut
jalur yang diiringi dengan irama musik.
Latihan-latihan indra, pada latihan ini berkaitan dengan dimensi-dimensi sehingga
anak berlatih untuk membedakannya.Berikut kegiatan yang dapat dilakukan untuk melatih
indra anak:
a. Latihan dengan menara.
b. Latihan dengan tangga coklat (tangga pendek).
c. Latihan dengan tangga merah (tangga panjang).
d. Latihan membedakan kasar-lincin.
e. Menyusun warna sepasang.
Pada tahapan kedua ini terdapat perbedaan yang mencoloh dibandingkan tahap
pertama. Pada tahap ini benda yang digunakan jauh lebih besar, melatih mata anak untuk
mengenali perbedaan dan mengontrol kesalahan. Pada tahap sebelumnya, keslahan-
kesalahan diperlihatkan kepada anak oleh bahan pembelajaran itu sendiri. Pada latihan
sebelumnya anak membuat gerakan-gerakan yang jauh lebih sederhana (sambil duduk
menyusun benda-benda kecil dengan tangannya), pada latihan tahap ini anakmembuat
gerakan yang lebih kompleks dan lebih sulit dengan melibatkan otot-otot kecil. Anak harus
bergerak dari meja menuju karpet, bangkit, berlutut membawa benda-benda berat.

b. Tingkatan ketiga
Latihan ketrampilan kehidupan sehari-hari. Anak-anak dilatih membersihkan diri
sendiri, melepas dan memakai pakaian sendiri, membersihkan meja, belajar memegang dan
menggunakan benda, dsb.
Latihan-latihan indra, pada tahap ini anak dilatih untuk mengenali tingkatan
rangsangan (tingkatan sentuhan dan warna). Anak diberi kebebasan untuk melatih diri sendiri
dengan bebas. Dimulai dengan memberikan rangsangan untuk indra pendengaran (suara dan
bunyi-bunyian) dan juga rangsangan tekanan (dengan media benda kecil dengan berat yang
berbeda-beda). Bersamaan dengan tahapan tersebut kita dapat menyajikan benda geometris
dasar. Disinilah dimulai pelatihan gerak tangan untuk mengikuti kontur dari benda geometris
tersebut, sebuah latihan yang dilakukan bersama latihan lain dengan pengenalan rangsangan
sentuhan yang bertingkat dimana hal ini untuk mempersiapkan anak untuk mampu menulis.
Rangkaian kartu-kartu yang memuat bentuk geometris, diberikan setelah anak mampu
mengenali secara sempurna bentuk yang sama dengan gambar pada kartu. Penggunaan kartu
berfungsi untuk mengenali tanda-tanda abstrak, yaitu tulisan. Anak belajar untuk mengenali
sebuah bentuk bergambar, latihan pendahuluan tersebut membentuk kepribadian yang teratur
dan cerdas pada anak.

c. Tingkatan Keempat
Latihan ketrampilan hidup sehari-hari. Anak-anak menata dan membersihkan meja
untuk makan siang, mereka belajar untuk menata ruangan. Pada tahap ini anak diajarkan
untuk merawat anggota tubuh sendiri (bagaimana menyikat gigi, membersihkan kuku,
merawat kebersihan rambut,dsb). Anak telah diajarkan untuk belajar berbaris, berjalan
dengan kebebasan dan keseimbangan yang sempurna. Anak sudah tahu bagaimana
mengendalikan dan mengarahkan gerakan tubuh mereka sendiri (bagaimana menciptakan
ketenangan, menggerakkan dan memindahkan beragam benda tanpa menjatuhkan ataupun
merusaknya.
Latihan indra. Pada tahap ini anak dilatih untuk mengenali not-not music dengan
bantuan dari rangkaian-rangkaian lonceng duplikat.
Latihan yang terkait dengan menulis. Anak diperkenal kan pada inset-inset geometris
datar dari logam, dia telah mampu mengkoordinasi gerakan yang diperlukan untuk mengikuti
kontur-kontur. Pada tahap ini, anak tidak lagi mengikuti kontur benda dengan jarinya tetapi
dengan sebuah pensil, menggambar pada sebuah kertas dengan pensil warna. Kemudian anak
mewarnai bentuk-bentuk tersebut dengan pensil warna. Anak berlatih memegang pensil
sebagaimana nanti dia akan memegang pena untuk menulis.
Pada saat yang sama anak diajari untuk mengenali dan meraba huruf-huruf alphabet
yang terbuat dari kertas amplas.
Latihan arimatika. Anak berhitung batang berwarna merah dan biru, dimulai dari
batang yang terdiri dari satu bagian hingga berlanjut ke batang yang terdiri dari sepuluh
bagian. Latihan tersebut berfungsi menyempurnakan kecerdasan anak. Memudahkan anak
untuk membuat huruf-huruf yang tinggi ataupun rendah, hal ini akan menyingkirkan
penggunaan buku-bku bergaris yang digunakan pada umumnya.

d. Tingkatan Kelima
Pada tahap ini latihan-latihan yang terdahulu tetap dilanjutkan,
Contoh Aktifitas Harian di Sekolah Montessori:
Jam Aktivitas
8.30 Kathy dan Yolanda merupakan anak pertama yang datang ke sekolah.
Mereka menyapa guru,”selamat pagi ibu guru May” kemudian duduk mengerjakan
latihan mewarnai.
Ibu guru May mempersiapkan ruangan kelas dan materi. Setiap kali dating ke
sekolah, sebagian besar anak terfokus ke rak untuk memilih materi mewarnai.
Sekolah dimulai
Rak kehidupan praktis sangat popular bagi anak-anak.
Ibu guru may melihat Oliver menghitung bandul untuk dimasukkan ke kotak bandul,
ia berhasil memasukkan jumlah bandul sesuai dengan nomor kotak bandul. Ibu guru
may mencoba mengalihkan perhatiannya ke anak yang paling kecil yang sedang
sibuk bermain kubus binominal.
9.00 Ibu guru may menyarankan anak-anak main kepala, pundak, lutut, kaki. Ia
menuliskan label kecil, yang menjelaskan nama organ tubuh.
Anak-anak kemudian mencocokkan label ke tempat yang sesuai di gambar anatomi
manusia.
Ibu guru mengamati dan mendengarkan ketika anak mendiskusikan kemana label
akan diletakkan di anatomi yang sesuai. Anak yg lebih dewasa diminta membantu
anak yg lebih kecil, mereka bermain riang gembira.
Ibu guru memperhatikan steven duduk sendirian,diam, terpaku pada teka teki alam
lingkungan. Ibu guru membiarkannya bermain. Ketika anak lain menyelesaikan
permainan tubuh manusia, steven mulai melihat dan mengamati label di anatomi
manusia.
9.30 Ibu guru Jo datang membawa gitar dan mengundang anak-anak belajar musik dan
gerak. Anak-anak mulai menikmati music dan gerak. Kali ini ada sedikit gangguan,
Jessie ingin memainkan tambourine yang sedang dimainkan anak lain. Ibu guru Jo
melerai dengan cara setiap anak dapat bertukar alat musik pada lagu berikutnya.
10.00 Setelah pelajaran selesai, ibu guru may meminta anak-anak bermain diluar ruangan.
Ibu guru may mempersiapkan makanan ringan untuk anak-anak.
Ibu guru mengingatkan agar tidak saling dorong selagi antri dan tidak boleh keluar
ruangan. Setelah diluar , anak-anak bebas bermain. Ada yang bermain pasir, memetik
bunga dan memberi makan kelinci.
Setelah 15 menit, anak-anak masuk ke ruang makan yang mana setiap meja telah
disajikan makanan. Anak-anak membasuh tangan terlebih dahulu, kemudian duduk
dan menerima kue, buah dan minuman. Setelah makan, anak-anak mencuci piring dan
menggosok gigi.
10.30 Ibu guru may membagi anak dalam 2 kelompok. Anak diminta mengerjakan seni
kerajinan. Bu guru meminta anak yang besar menyalin dan menelusuri kata dalam
permainan kepala, pundak lutut, kaki. Kelompok anak yang lebih kecil sibuk dengan
memilih aneka materi prasekolah Montessori.
11.00 Tibalah waktunya membentuk lingkarann. Ibu gurur duduk di sudut ruangan. Anak-
anak diminta membentuk lingkaran dengan menyanyikan lagu circle time.
11.30 Anak-anak membentuk baris dan berjalan berkeliling ruangn sambil bernyanyi little
red Caboose. Kemudian mereka mengambil dan mengembalikan tas kertas berisikan
kacang dn gelas berisi air. Mereka antri dan menunggu bu guru may mengucapkan
“selamat berpisah” sebelum menjawab “terimakasih bu guru may” sekolah usai.
Anak-anak menunggu dijemput orangtua.

Pengaturan Ruangan dan Perlengkapan


a. Pengaturan Ruang Kelas
Ruang kelas di sekolah Montessori diatur secara fungsional bagi anak,
yangmemungkinkan anak bekerja, bergerak dan berkembang secara bebas. Kondisiruangan
dan peralatan disesuaikan dengan ukuran anak. Material pembelajarandiatur dalam rak-rak
yang mudah dijangkau anak. Ruang kelas harus ditata indahdan menarik bagi anak karena
pada usia awal rasa estetika mulai berkembang.Dinding ruang belajar diberi gambar yang
menarik. Tersedia buku-buku yang dapatdiambil anak kapan saja. Contoh pengaturan ruangan
pada prasekolah Montessori:
Jenis Ruangan Kegiatan
Ruang Kegiatan - Area Practical Life
- Area Circle Time
- Area Pre math and perception
- Area Dramatic Play
- Area Language and Vocabulary

Ruang Serba Guna - Library


- Gross motor
- Music Pertemuan
· Ruang makan
Ruang Makan Di ruang makan ini tersimpan peralatan makan, meja dan kursi
serta washtafel

Ruang bengkel - Fine motor


- Cooking
- Art Display
- Sensory Experience
Ruang Tidur Dilengkapi dengan peralatan tidur untuk anak-anak yang ikut
kegiatan hingga
sore hari
Kamar mandi Untuk keperluan Mandi, huang air besar dan kecil
Play ground Untuk tempat bermain di luar ruangan untuk melatih motorik
kasar anak

Assesment
Assesment yang umum digunakan pada prasekolah Montessori tidak mengunakan
angka untuk mengevaluasi kemajuan anak. Apa yang dilakukan anak-anak menakjubkan
sehingga sangat sulit untuk mengestimasi kemajuan mereka dengan sebuah angka.
Bagaimana kita bisa mengetahui kemajuan seorang anak dengan memberikannya angka,
padahal mereka tidak melakukan seranngkaian tes berupa angka?
Penilaian pada kurkulum Montessori diambil berdasarkan sejauh mana anak
mendapatkan pengalaman dengan metode Montessori. Dengan kata lain apakah anak bear-
benar mendapatkan materi dan filosofi Montessori secara menyeluruh.
Metode assessment yang terbaik untk diberikan ke anak harus memiliki kriteria
sebagai berikut:
1. pertama, harus berupa chart, list, atau skema yang berisi kegiatan yang sudah
dikerlakukan anak. Perlu dicantumkan keterangan dimana anak melakukan latihan
2. evaluasi berisi hasil kerja anak, contoh hasil tulisan, gambar, kreasi seni, dan portfolio
kegiatan anak.
3. assessment harus memiliki cerita rangkuman kemajuan anak yang merupakan hasil
observasi guru. Hasil observasi tersebut dapat mendukung nilai anak. Dimana tergambar
bagaimana anak melakukan latihan di sekolah dan keaktifannya dalam menyelesaikan
setiap latihan.
Karakteristik yang harus diamati guru dalam menilai siswa Montessori:
1. kebebasan
disamping memberikan kebebasan untuk memberikan tugas kepada anak, siswa Montessori
diberi kebebasan untuk melakukan dan memilih sendiri latihan yang mereka suka.
2. Percaya diri
Siswa Montessori dapat menghadapi kehidupan dengan percaya diri, mereka mungkin tidak
tahu jawaban dari setiap masalah, tetapi mereka tau dimana mereka harus meminta tolong
jika diperlukan. Bukan kepercayaan diri yang arogan, tetapi kepercayaan diri untuk mencoba
hal-hal baru dan menjadi petualang.
3. Disiplin diri
Disiplin diri membuat anak untuk membuat keputusan yang tepat tanpa adanya pengaruh
orang dewasa. Mendidik anak untuk memiliki kedewasaan bukan pekerjaan mudah, ini
adalah proses panjang yang harus menjadi focus para guru.
4. Motivasi diri
Ide dibalik keindahan lingkungan dan media pembelajaran didalam kelas, adalah penggunaan
material yang dibuat sedemikian mungkin sehingga akan menunjukkan kebutuhan anak
sesungguhnya. Guru tidak boleh memaksa anak untuk melakukan latihan. Anak sudah tahu
apa yang mereka inginkan dan butuhkan. Jika orangtua dan guru selalu mengatur anak, hal ini
menjadikan anak tidak punya kesempatan untuk menunjukkan apa yang ia inginkan.
5. Kemampuan pengendalian diri
Konsep yang salah dipahami banyak orang dimana murid di prasekolah Montessori dibiarkan
begitu saja berlari kesana-kemari dan bebas melakukan yang mereka mau tanpa adanya
bimbingan guru. Murid di prasekolah Montessori diperlakukan dengan hormat, sehingga
mereka menghormati guru, alat permainan, dan teman main mereka. Memang sulit bagi anak
untuk mengendalikan diri mereka, tetapi seiring dengan proses mereka bisa mencapai hal
tersebut.

KESIMPULAN
Dari perspektif Montessori, pendidikan prasekolah terbaik adalah yang tidak
memberitahu anak apa yang harus dikerjakan, serta kapan dan dimana harus mengerjakan.
Pendidikan usia dini idealnya memandu anak untuk mendidik diri sendiri dengan memberi
peluang untuk mncari potensi diri sesuai kemampuan yang ada. Ketika anak antusias
terhadap sesuatu, anak biasanya memperhatikan dengan seksama. Ada kemauan menyentuh
obyek atau melakukan aktifitas yang menarik baginya berulang-kali. Bahkan giat melakukan
latihan dan akan mengingatnya. Akhirnya pendekatan ideal pada pendidikan Montessori
mengakomodasikan perkembangan anak terhadap pemahaman hal-hal yang konkrit sebelum
diperkenalkan hal-hal yang abstrak. Menyuguhkan lingkungan yang kondusif untuk
menyiapkan kehidupan anak di masa dating sesuai perspektif anak.
Prasekolah Montessori tidak sekedar kantor atau bengkel kerja anak. Namun juga
sebagai rumah kedua, misalnya furniture, tempat cuci tangan, toilet, alat rumah tangga, atau
alat kerja lain di prasekolah Montessori semua berukuran mini. Ciri khas sekolah Montessori
yang paling mencolok adalah alat peraga yang disusun di rak. Mulai dari yang sederhana
hingga ke yang kompleks. Ini membuat anak terus sadar tentang adanya peluang memperluas
cakrawala. Dinding kelas didekorasi dengan hasil karya seni anak. Hal tersebut menciptakan
rasa bangga terhadap prestasi dan rasa memiliki ruang kelas, dan menghidupkan suasana
kelas.
Interaksi antar anak dengan guru bersifat alami dan spontan, namun teratur dan saling
menghargai. Anak menunjukkan sikap saling setia kawan dalam memberikan andil menjaga
lingkungan kerj sesuai aturan yang ia amati. Guru harus selalu sabar, tanggap, ceria, dan
ringan tangan sehingga menarik perhatian anak. Guru bekerjasama dengan sikap penuh
percaya diri dan terstruktur.
Dalam prasekolah Montessori, kesinambungan dicapai Antara menginstruksikan anak
dan memberikan pelajaran. Dirumah, hubungan serupa dapat dijalankan oleh orangtua
dengan anak. Jika lingkungan tidak dipersiapkan, anak akan berlku berbeda Antara disekolah
dan dirumah. Ini pola yang tidak lazim bagi anak sekarang. Montessori tidak meragukan
besarnya nilai investasi buat anak. Itulah hakekat pendidikan di usia dini, yakni investasi.
Seperti halnya sama dengan semua investasi, terkadang hasilnya tidak sesuai dengan yang
diharapkan. Namun dengan mau menanggung resiko, kita sebenarnya bisa mengetahui
potensi anak dan mengarahkan anak ke lingkungan social lebih luas sehingga memiliki masa
depan lebih cerah.
Daftar Pustaka

Montessori Maria, edited by Lee Gutek Gerald (2013), Metode Montessori,Yogyakarta :


Pustaka Pelajar
Elizabeth G. Hainstock (1999), Kenapa Montessori?,Jakarta : Pustaka Delapratasa
A.Ghazali M, Manan Abdul, Jassin I, Ronoandojo (1971), Sistem Kerdja Dr. Maria
Montessori, Djakarta : Ganaco N.V
Maria Montessori (1990), The Discovery Of the Child, New York : Ballantine Books
Morrison, S George, 2012, “Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini”, Cet. 1, Jakarta
Suyadi, Ulfah Mauldya, 2013, Konsep Dasar PAUD”,Cet. 1, Bandung
http://vitabumins.blogspot.co.id/2015/12/kurikulum-model-montessori-untuk-anak.html

Anda mungkin juga menyukai