Pendahuluan
Menyikapi perkembangan anak usia dini, perlu adanya suatu program pendidikan
yang didisain sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Kita perlu kembalikan ruang kelas
menjadi arena bermain, bernyanyi, bergerak bebas, kita jadikan ruang kelas sebagai ajang
kreaktif bagi anak dan menjadikan mereka kerasan dan secara psikologis nyaman. Untuk
lebih jelasnya dalam makalah ini dikemukan bagaimana Mantessori mendisain program
pembelajaran untuk anak usia dini.
Tokoh pendidikan anak usia dini, Montessori, mengatakan bahwa ketika mendidik
anak-anak, kita hendaknya ingat bahwa mereka adalah individu-individu yang unik dan akan
berkembang sesuai dengan kemampuan mereka sendiri. Tugas kita sebagai orang dewasa dan
pendidik adalah memberikan sarana dorongan belajar dan memfasilitasinya ketika mereka
telah siap untuk mempelajari sesuatu. Tahun-tahun pertama kehidupan anak merupakan
masa-masa yang sangat baik untuk suatu formasio atau pembentukan. Masa ini juga masa
yang paling penting dalam masa perkembangan anak, baik secara fisik, mental maupun
spritual. Di dalam keluarga dan pendidikan demokratis orang tua dan pendidik berusaha
memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan yang dibutuhkan oleh anak. Oleh karena itu,
baik dan tepat bagi setiap orang tua dan pendidik yang terlibat pada proses pembentukan ini,
mengetahui, memahami perkembangan anak usia dini. Tapi sekolah kita belum memiliki
based line data yang holistik yang dapat memberikan berbagai informasi tentang
perkembangan behavior dan kesulitan belajar anak terhadap berbagai subkompetensi materi
sulit. Informasi ini sangat diperlukan untuk melakukan treatmen secara berjenjang tentang
perkembangan anak sejak usia dini sampai mereka dewasa (SLTA).
Pandangan Ahli
Montessori melihat pendidikan sebagai aspek yang mendasar dalam pembentukan
manusia (Montessori, 1973)Dalam ilmu filsafat nya secara praktis berdasarkan pendidikan,
Montessori membahas fondasi teoritis utama seperti sifat anak, pertumbuhan dan
perkembangan dan peran lingkungan sebagai suatu faktor keturunan (Montessori, 1914).
Sifat Anak
Anak itu makhluk sensitif yang harus dilindungi dari berbagai pengaruh yang
merusak, untuk perkembangan yang didahului kemerdekaan (Montessori, 1965). Oleh karena
itu, pengembangan batin menjadi tugas awal anak yang dicapai melalui interaksi dengan
lingkungan. Montessori melihat anak sebagai penjelajah aktif, penemu dan manipulator
terhadap lingkungan serta sebagai makhluk sosial (Standing, 1957).
Dalam segi struktur kepribadian, Montessori melihat tahun-tahun awal anak sebagai masa
pembentukan aktivitas tinggi. Pengalaman di tahun-tahun sejak lahir sampai usia 6 tahun
kemudian memberikan dasar untuk perkembangan mental dan kepribadian. anak-anak
memiliki kebutuhan bawaan untuk mengembangkan kepribadiannya ini melalui
menyesuaikan diri atas rintangan mendatang yang menunjukkan, inisiatif, memilih pekerjaan
dan mengikuti sampai dengan latihan dan tugas (Montessori, 1956). Selama periode ini,
anak menciptakan dalam dirinya struktur dasar kepribadian melalui interaksi dengan
lingkungan (Orem, 1971). Montessori selanjutnya percaya bahwa
Macam-macam hukum perkembangan anak menurut para ahli dapat dilihat sebagai
berikut:
a) Hukum Kodrat Ilahi
Hukum kodrat Ilahi merupakan suatu hukum perkembangan yang telah
ditentukan oleh sang maha pencipta. Hukum kodrat ilahi
Perkembangan manusia merupakan proses yang bertahap dan berlangsung secara
berangsur-angsur. Hal ini merupakan prinsip pertama dari perkembangan yang dapat
dipahami dari Al-Quran, ketikia menyatakan bahwa Allah adalah maha pencipta , maha
penjaga dan maha pemelihara segala sesuatu. Dan dalam Al-quran pun menyatakan
bahawasanya Allah menciptakan manusia dari berbagai tahap progresif pertumbuhan dan
perkembangan. Dapat dikatakan bahawa kehidupan manusia memilki pola dalam tahapan-
tahapan tertentu yang termasuk tahapan dari pembuahan sampai kematian. Tahapan yang
terjadi dan dilewati manusia dalam pertumbuhan dan perkembangannya tidak terjadi karena
faktor peluang atau kebetulan, akan tetapi hal ini merupakan sesuatu yang telah dirancang ,
ditentukan dan ditetapkan langsung oleh Allah SWT. Dan banyak ayat Al-Quran yang
menyatakan hal ini, ialah:
Artinya :
…dan Dia telah menciptakan segala sesuatu , dan Dia menetapkan segalanya dengan ukuran-
ukuran dengan serapi-rapinya. (QS. Al-Furqaan [25]:2)
Tak dapat diingkari, bahwa perkembangan itu berpangkal pada kehidupan. Karena
hiduplah, anak manusia bisa berkembang. Sementara, kehidupan itu penuh dengan ketentuan
atau kodrat dari Allah, Dzat Yang Maha Pencipta dan Pengatur. Pertama, mengenai hidp itu
sendiri. Manusia, dalam kaitan ini, terikat oleh kodrat Allah “untuk hidup”. Maka, hiduplah
ia. Tetapi ia juga terikat oleh banyak ketentuan yang lain. Ia terikat ketentuan tentang : orang
tua yang melahirkan, hari kelahiran, tempat dilahirkan, wujud dirinya, ketika lahir, dan
sebagainya. sam sekali, seorang anak tak punya hak pilih ketika ia dilahirkan. Jika Allah telah
menentukan bahwa si Ali harus menjadi anak Pak Burhan, maka ketentuan itulah yang pasti
terjadi. Tak ada alternatif bagi si Ali, mislanya, untuk menjadi anak Pak Ahmad yang kaya
raya itu.
Yang kedua, terlihat pula adanya ketentuan ini, berkaitan dengan waktu-waktutertentu
di mana seorang anak “matang” untuk melakukan sesuatu. Misalnya, umur 7 bulan, seorang
anak bisa duduk dan merangkak. Kenapa tidak sejak umur 1 bulan saja, biar sang ibu menjadi
ringan dalam mengasuhnya?
Yang ketiga, sebagaimana sering terjadi, seorang anak sejak lahir telah memiliki bakat
atau keistimewaan tertentu, lebih dari kebanyakan anak yang lain. Tetapi juga tidak mustahil,
sementara ada pula yang ditakdirkan lahir dalam keadaan cacat, lema ingatan, krang normal,
dan sebgainya. Baik yang istimewa maupun yang menyandang kekurangan , jelas sam-sam
berpengaruh bagi jaln perkembangannya.
Maka jelaslah, hidup ini penuh dengan ketentuan Ilahi. Terutama tampak nyata, pada
awal kelahiran seseorang, sebagaian beruntung, karena memiliki kecerdasan yang istimewa.
Sementara yang lain, hidup dalam keadaan serba kurang. Keduanya sama saja, punya akibat
bagi jalan perkembangannya. Tetapi apa hendak dikata, semua itu telah menjadi kodrat Ilahi.
Walhasil, perkembangan itu pada sasnya berpangkal pada kodrat Ilahi atas setiap manusia.
Karenanya, di atas kodrat itulah sesungguhnya perkembangan berlangsung.
Berikut ini adalah contoh bahan Montessori yang meningkatkan menulis dan membaca:
Sepuluh bentuk-bentuk geometris serta pensil warna. Ini mengenalkan anak pada
koordinasi yang diperlukan untuk menulis. Setelah memilih sisipan geometris, anak-anak
menelusurinya di atas kertas dan isi menggambarkan garis besar dengan pensil berwarna
untuk yang dipilihnya mereka.
Huruf. Setiap huruf alfabet diuraikan dalam kertas amplas pada kartu., pada vokal dengan
warna biru serta konsonan dengan warna merah. Anak-anak melihat bentuk, merasakan
bentuk dan mendengar suara dari surat yang guru ulani ketika menjelaskan itu.
Menulis kata dengan surat. Anak-anak belajar untuk mengumpulkan kata-kata yang
sering mereka kenal.
Kartu perintah. Ini merupakan sekumpulan kartu merah dengan kata tindakan tunggal
dicetak pada setiap kartu. Anak-anak membaca kata pada kartu serta melakukan sesuai
kata tersebut (misalnya, berlari, melompat).
II. METODE
a) Metode eksperimen, Metode ini menuntut keaktifan anak untuk melakukan percobaan
sendiri, mengamati proses dan hasil percobaan yang dilakukannya. Dengan eksperimen
anak dapat mencari dan menemukan jawaban atas persoalan yang dihadapinya dengan
berpikir dan bekerja secara sistematis.
b) Metode demonstrasi, Salah satu metode yang dilakukan dengan cara memperlihatkan
suatu bentuk proses atau kejadian tertentu agar dapat diikuti oleh anak. Dalam metode ini
selain melihat, anak juga dituntut untuk mendengarkan keterangan guru agar tujuan
demonstrasi dapat tercapai.
c) Metode language (Bahasa), Metode ini digunakan dalan pembelajaran bahasa. Metode ini
didasarkan pada ilmi jiwa yang dianut Montessori yakni ilmu jiwa unsur (mozaik) dengan
menggunakan teori asosiasi (pertalian). Ilmu ini memberikan pengertian bahwa suatu
unsur mempunyai makna jika unsur tersebut bertalian atau berhubungan dengan unsur
lainnya sehingga membentuk suatu arti.
III. SUMBER BELAJAR
a) Alat- alat permainan panca indera, Montessori termasuk tokoh yang meyakini bahwa
panca indera adalah pintu masuknya berbagai pengetahuan ke dalam otak manusia.
Karena perannya yang sangat strategis maka seluruh panca indera harus memperoleh
kesempatan untuk berkembang sesuai dengan fungsinya. Untuk itulah ia mengembangkan
berbagai alat permainan panca indera.
b) Latihan kegiatan sehari-hari, Dengan belajar melakukan kegiatan sehari-hari dan
menyiapkan kebutuhannya sendiri, dapat melatih anak untuk menguasai gerakan otot-otot
yang praktis, latihan itu dinamai latihan motorik. Kegiatan tersebut akan dapat
menumbuhkan keaktifan anak dan juga membiasakan anak bersikap baik pada waktu
bercakap dengan orang lain.
c) Tulisan disertai gambar, Digunakan untuk pendidikan kecerdasan dan daya ingat anak.
Anak-anak akan tertarik pada media bergambar dan berwarna yang dapat mengalihkan
perhatiannya sehingga proses pembelajaran akan lebih mudah.
d) Alat permainan bahasa Pembelajaran bahasa tidak harus menggunakan buku teks
panduan. Pembelajaran bahasa dapat dilakukan dengan menggunakan alat permainan.
Misalnya, untuk mengajarkan menulis dapat dilakukan dengan cara meminta anak
menuliskan pengalamannya pada saat pagi haeri ketika bangun tidur sampai ia berada di
sekolah. Pada saat itu ia tidak akan meras berada dalam suasana belajar, sehingga
pembelajaran akan terasa lebih menyenangkan.
e) Alat permainan berhitung, Alat permainan ini dapat berasal dari lingkungan sekitar anak.
Misalkan untuk mengajarkan teknik membanding dapat dilakukan dengan menggunakan
10 bilah tangkai berbagai ukuran yang telah diberi warna agar lebih menarik. Lulu
mintalah anak untuk mengurutkan bilah tangkai tersebut mulai dari yang paling pendek
sampai yang terpanjang.
b. Intelektual
Kurikulum Montessori berkontribusi terhadap perkembangan mental. Setiap latihan
selalu melibatkan olah otak dan tubuh. Misal, mengikat tali sepatu pertama kali perlu
konsentrasi penuh untuk mengingat dan mengintegrasikan berbagai langkah yang
sebelumnya dipraktekkan dalam isolasi dan mengkoordinasikan tangan dengan mata untuk
merajut tali sepatu secara berurutan. Meski mengikat tali sepatu terkesan remeh, sebenarnya
membutuhkan pikiran yang terfokus.
Cara lain dimana latihan kehidupan praktis melatih otak adalah membuat anak
memiliki pengalaman baru yang menjadi dasar pengetahuan. Contoh mengikat tali sepatu di
atas untuk yang pertama kalinya merupakan pengalaman yang terekam di otak dan
memprogram latihan berulang-kali ke otak sehingga tugas menjadi baku dan dapat dikerjakan
secara otomatis.
Dengan melatih ketrampilan panca sensorimotor, alat peraga sensorik memungkinkan
anak menerima pengetahuan dunia-fisik dan membuat keputusan tentang berbagai kualitas.
Anak menjadi paham apakah panic diatas tungku terlalu panas untuk disentuh, sebagai
misalnya, atau apakah tas sesuai dengan warna kesukaannya, apakah ingin permen keras atau
lembut. Alat peraga sensorik memfasilitasi pembentukkannn dasar-dasar pertumbuhan
intelektual anak yang konkrit dan kokoh.
c. Berbicara
Setelah dididik tentang dasar-dasar pengetahuan kongkrit, anak dipersiapkan
menyerap informasi yang lebih abstrak dalam bentuk kata-kata. Yakni kata yang menjelaskan
kualitas nyata yang dialami panca indra. Inilah awal belajar bahasa dan matematika.
Keduanya merupakan system simbol yang mewakili realita. Missal, nama-nama yang
digunakan untuk membicarakan segala yang dilihat, didengar, dicium, dirasa, dan dicicipi di
lingkungan. Nama-nama ini, dalam bahasa apa saja, tidak selalu punya hubungan logis
dengan bendanya. Namun satu-satunya cara anak dapat berpartisipasi dalam bidang linguistik
adalah belajar komponen bahasa seperti yang telah kita pelajari.
Pelajaran bahasa dalam kurikulum Montessori meningkat-kan intelektual anak dengan
menambah perbendaharaan kata, yang merupakan sarana bernalar dan berkomunikasi.
d. Jiwa
Kepuasan anak setelah menyelesaikan latihan akan meningkatkan percaya diri dan
harga diri. Kehormatan diri sebagai individu melahirkan pribadi yang terhormat.
Perkembangan emosi dan jiwa ini menguntungkan anak dan juga orang disekitar.
Pendidikan holistik mendidik anak tentang kesehatan fisik dan emosi, yang mencakup
membantu anak memahami dunia melalui berbagai perspektif. Kurikulum Montessori
memungkinkan anak mengakses berbagai pengetahuan dari berbagai bidang ilmu melalui
diskusi, dan riset dalam topik dalam bidang sejarah, geografi, botani, zoology, dan
pengetahuan eksperimental. Pandangan yang luas tentang dunia dan manusia membantu anak
mengetahui posisi dan peran dirinya. Hal tersebut berkontribusi terhadap kesehatan emosi.
Anggota masyarakat yang berkontribusi, mandiri dan berkembang optimal, akan
memiliki emosi yang stabil dan aman (tidak bergejolak) ketika ia berpartisipasi di lingkungan
yang lebih besar. Kurikulum Montessori dan lingkungan Montessori mendukung
perkembangan total anak menjadi orang dewasa yang mandiri dan bertanggung jawab kepada
masyarakat. Interaksi antar anak yang berbeda usia menumbuhkan sikap toleransi. Latihan
kehidupan praktis(practical life) mengajarkan cara merawat diri sendiri dan lingkungan,
membuat dirinya menyadari konsekuensi setiap tindakannya di masyarakat.
b. Pengalaman Sensorik
Tujuan utama pengalaman sensorik adalah pertumbuhan intelektual. Penyempurnaan
sensorik merupakan tujuan akhir. Ketika anak meraba, melihat, merasakan, mendengarkan
dann mencicipi, ia membuat kategori di otak untuk setiap persepsi sensorik baru. Alat mulai
diperkenalkan dengan alat peraga sederhana. Menara pink berupa satu set sepuluh kubus
berwarna pink dengan berbagai ukuran. Disusun satu demi satu ke atas dengan
menumpuknya. Tangga coklat berupa tangga sepuluh batang, tangga paling merupakan
tangga paling atas. Sedangkan tangga paling tipis menjadi tangga paling bawah. Batang
panjang berupa sepuluh batang, paling panjang menunjukka ukuran 1m, paling pendek
ukuran 10cm. dalam menyusun batang dan balok dengan ukuran yang benar, anak belajar
mengontrol jari untuk memanipulasi dan memindahkan obyek. Silinder bertombol melatih
cengkeraman penjepit. Menyiapkan otot tangan untuk menulis. Ajakalah anak berlatih alat
peraga sensorik untuk melatih dua level.
Yakni, pada level sensorimotor, anak melatih panca indra dan cengkeraman jari. Pada
level intelektual, anak belajar konsep dasar topic berikutnya dalam kurikulum. Tantangan
membandingkan dan mengurutkan benda sesuai urutan panjang pendeknya, misalnya melatih
anak memahami konsep dasar menghitung, yang nantinya mempermudah belajar matematika.
Latihan sensorik lainnya mencakup pengenalan warna, pertaman anak diperkenalkan
dengan warna primer. Setelah itu anak siap belajar konsep bentuk dan arah melalui latihan
geometric solids(satu set benda padat berbentuk silinder, pyramid, prisma, bulatan dan
kerucut). Alat peraga ini merupakan perkenalan terhadap aljabar dan geometri. Missal,
dengan cetakan desain, anak belajar bahwa bentuk dapat tumpang tindih dan bahwa beberapa
bentuk yang digabung bisa membentuk bentuk baru. Dengan kubus binominal dan
trinominal, anak belajar memecah satu benda menjadi beberapa benda.
Sekarang pengalaman kongkrit anak beralih ke yang abstrak. Sebelumnya anak hanya
mengalami sensasi. Sekarang anak belajar memvisualisasikan dalam pikiran tentang apa yang
dirasakan di tangan. Anak menebak isi tas dengan perasaan atau mata ditutup selagi
menggunakan alat peraga sensorik. Anak mendapatkan pemahaman tentang tekstur dengan
tekstur sentuh(touch fabrics). mendapatkan pemahaman tentang suhu dengan botol suhudan
baric tablet. Indra pendengaran, perasa,dan pembau, dirangsang dengan Bel music dan
silinder suara, botol gustatory, dan botol wangi.
c. Bahasa
Kurikulum Montessori menggunakan pendekatan bunyi untuk memperkenalkan
bahasa. Huruf alphabet dianjurkan menurut bentuk dan ejaannya. Anak menyerap hubungan
visual-verbal setiap huruf. Jadi anak tahu bagaimana c, m dan z, dibentuk dan dieja. Anak
dibekali sarana merangkai huruf menjadi kata yang dapat dieja dan di baca. Cara ini
meningkatkan kemampuan linguistik anak. Dimana anak belajar dalam presentasi atau
bercakap-cakap dengan teman dan guru.
Pelajaran bahasa mengikuti aturan berikut:
1. Anak mendengarkan ejaan alphabet.
2. Anak mengeksplorasi huruf di kertas pasir.melihat dan menyentuh bentuk huruf sesuai
arah huruf ditulis. Belajar membedakan vocal dan konsonan. Mengenali tulisan dan ejaan
konsonan dan vocal.membaca dan menulis tidak dianjurkan dalam tahap ini.
3. Anak mengeksplorasi huruf alfabet yang dapat dipindahkan. Anak mengidentifikasi dan
memilih huruf .anak dianjurkan menyusun kata dengan huruf. Karena anak dapat melihat
dan merasakan huruf, maka anak belajar membaca dan menulis secara abstrak. Anak tidak
mengingat bentuk dan ejaan alphabet.
4. Anak menggunakan silinder bertombol dan alat peraga sejenis untuk melatih
cengkeraman jari tangan dan melemaskan otot tangan untuk menulis.
5. Anak belajar mengeja kata-kata dengan mensintesakan bunyi huruf. Anak menyesuaikan
berbagai obyek dengan huruf yang bisa dipindah yang menunjukkan huruf inisial nama
obyek. Ini membantu anak belajar mengenali ejaan huruf di kata yang berbeda.
6. Anak mulai menulis huruf. Tahap ini dimulai 6 bulan setelah diperkenalkan denga Huruf
Besar yang Dapat Dipindah. Tanpa alat bantu yang kongkrit, anak harus mengandalkan
ingatan bentuk huruf dan ejaan huruf. Anak melatih menulis huruf alphabet.
7. Anak melanjutkan belajar menyusun dan menulis kata. Latihan mengajarkan anak
mengenali dan membentuk seluruh kata. Ini mempersiapkan anak membaca.
8. Sekarang anak belajar membaca kata. Anak belajar kata baru secara teratur. Latihan
mensintesakan huruf memperkenalkan phonogram dan kata yang lebih besar dan lebih
panjang.
9. Anak belajar membaca dan menyusun kalimat. Sekarang anak mengeksplorasi buku. Tata
bahasa diperkenalkan untuk membantu belajar merangkai kata menjadi kalimat yang
bermakna.
Dalam kurikulum Montessori, anak tidak pernah dipaksa menyelesaikan latihan.
Program bahasa juga mengikuti tahap alami perkembangan anak. Anak dibiarkan menulis dan
membaca sesuai cara dan kesempatan yang ada. Inisiatif belajar anak didukung bimbingan
guru menjadikan anak bisa membaca (melek huruf) secara bertahap.
Presentasi linguistic menunjang perkembangan anak secara alami dan tuntas.
Menyelaraskan kesulitan dan kemampuan, anak bisa meningkatkan peluang sukses dan
mengkondisikan anak selalu menghadapi tantangan dengan percaya diri.
d. Matematika
Pada kurikulum Montessori, Matematika diajarkan secara bertahap:
1. Anak belajar konsep penjumlahan secara konkrit. Dengan konsep pengenalan angka, anak
mengalami bagaimana satu, dua atau sepuluh batang dapat dilihat dan dirasakan.
2. Anak belajar nama angka satu sampai sepuluh. Angka dari kertas pasir memungkinkan
anak melihat dan merasakan bentuk symbol angka 1 sampai 10 selagi guru mengucapkan
nama angka yang dipegang anak.
3. Anak menyempurnakan kemampuan mengenli symbol numeric dan jumlah dengan
mengulangi langkah 1 dan 2 dengan alat peraga lain. Missal, anak menggambar bentuk
angka di bak pasir atau menggunakan tangga manik-manik pendek untuk menyusun
jumlah yang kongkrit. Matematika dijarkan secara bertahap: ulangi langkah 1 dan 2
dengan alat peraga lain. Missal, anak menggambar bentuk angka di bak pasir atau
menggunakan tangga manik-manik pendek untuk menyusun jumlah yang kongkrit.
4. Anak menghubungkan setiap symbol angka dengan jumlah terkait. Dengan kotak
kumparan, anak menyatakan beberapa ikatan kumparan dan meletakkan setiap ikatan di
kotak terpisah yang dilabeli symbol angka terkait.
5. Anak mengulangi langkah 1 sampai 4. Kali ini memfokuskan system decimal,
menggunakan manik-manik emas. Anak belajar menghitung 1 sampai 1000 berdasarkan
pemahaman angka 1 sampai 10. Anak memakai papan sequin untuk mengasosiasikan
angka yang besar dengan jumlahnya.
6. Anak mulai menulis angka .jika belum bisa memegang pensil, anak terus
menyempurnakan pemahamannya tentang decimal dengan memindahkan potongan
kertas symbol angka ke gambar yang jumlahnya sesuai.
7. Hanya setelah memahami konsep angka, anak mulai belajar penjumlahan, pengurangan,
perkalian, dan pembagian. Anak beralih belajar dari konkrit ke symbol. Papan dan
matematika memudahkan anak mengerjakan operasi matematika di otak.
8. Anak belajar konsep matematika lain seperti pecahan, aljabar, geometri dan satuan
ukuran.
f. Kebudayaan
Anak-anak diperkenalkan mempelajari Geografi, Sejarah, IImu tentang tumbuh-
tumbuhan dan IImu pengetahuan yang sederhana. Anak-anak belajar melalui latihan
individual, kelompok dan aktivitas-aktivitas latihan seperti diskusi mengenai dunia sekitar
mereka, pada saat ini dan masa lalu. Pengenalan akan tumbuh-tumbuhan dan kehidupan
binatang seperti juga pengalaman sederhana untuk mengetahui lebih jauh tentang ilmu
pengetahuan alam.
Selain itu, anak-anak pun diperkenalkan tentang masakan khas daerah, melalui
'cooking'.Enam area ini saling berkaitan dan diperkenalkan secara bersamaan kepada anak.
Anak-anak tidak diwajibkan untuk menguasai satu area sebelum berpindah ke area yang lain,
namun banyak latihan yang harus dikuasai sebelum melangkah ke matematika dasar dan
pemahaman bahasa. Area LKP dan penginderaan merupakan fondasi yang mendasar bagi
area-area yang lain.
Sepanjang hari di sekolah diperkenalkan pula aktivitas-aktivitas yang memungkinkan
anak-anak menikmati dan mengembangkan keakhlian dan kepekaan sosial mereka.
Peran Guru
Peran guru di sekolah Montessori adalah menyediakan secara seksama lingkungan
yang bernuansa ilmiah dan memberi anak-anak arahan dan bimbingan dalam lingkungan
tersebut. Guru berperan sebagai observer , pengamat yang selalu siap membimbing dan
mengarahkan jika diperlukan anak. Guru selalu memantau perkembangan anak dan catatan
kemajuannya secara ilmiah sehingga mereka dapat merencanakan aktivitas bagi anak-anak
tersebut untuk menyiapkan pertumbuhan selanjutnya, setahap demi setahap. Guru-guru
Montessori menghargai anak-anak sebagai individu dan menghormati hak diri mereka, dan
mereka tidak menggunakan hukuman atau caci maki ketika mendapati anak yang melakukan
kesalahan. Yang paling penting peran guru disitu adalah memberikan keteladanan pada anak.
Peran anak
Anak-anak adalah pelajar yang aktif. Anak-anak di Sekolah Montessorimemilih
sendiri aktivitas mereka dan guru memutuskan jika aktivitas yang dipilih itusesuai dengan
tingkat perkembangan anak. Aktivitas perseorangan didukung karenasetiap anak belajar
dalam tingkat yang berbeda-beda.
a. Tingkatan kedua
Pada latihan ketrampilan kehidupan sehari-hari (practical life), anak berlatih bangkit
dan duduk dengan tenang (sebagai latihan pendengaran) kemudin berjalan lurus menurut
jalur yang diiringi dengan irama musik.
Latihan-latihan indra, pada latihan ini berkaitan dengan dimensi-dimensi sehingga
anak berlatih untuk membedakannya.Berikut kegiatan yang dapat dilakukan untuk melatih
indra anak:
a. Latihan dengan menara.
b. Latihan dengan tangga coklat (tangga pendek).
c. Latihan dengan tangga merah (tangga panjang).
d. Latihan membedakan kasar-lincin.
e. Menyusun warna sepasang.
Pada tahapan kedua ini terdapat perbedaan yang mencoloh dibandingkan tahap
pertama. Pada tahap ini benda yang digunakan jauh lebih besar, melatih mata anak untuk
mengenali perbedaan dan mengontrol kesalahan. Pada tahap sebelumnya, keslahan-
kesalahan diperlihatkan kepada anak oleh bahan pembelajaran itu sendiri. Pada latihan
sebelumnya anak membuat gerakan-gerakan yang jauh lebih sederhana (sambil duduk
menyusun benda-benda kecil dengan tangannya), pada latihan tahap ini anakmembuat
gerakan yang lebih kompleks dan lebih sulit dengan melibatkan otot-otot kecil. Anak harus
bergerak dari meja menuju karpet, bangkit, berlutut membawa benda-benda berat.
b. Tingkatan ketiga
Latihan ketrampilan kehidupan sehari-hari. Anak-anak dilatih membersihkan diri
sendiri, melepas dan memakai pakaian sendiri, membersihkan meja, belajar memegang dan
menggunakan benda, dsb.
Latihan-latihan indra, pada tahap ini anak dilatih untuk mengenali tingkatan
rangsangan (tingkatan sentuhan dan warna). Anak diberi kebebasan untuk melatih diri sendiri
dengan bebas. Dimulai dengan memberikan rangsangan untuk indra pendengaran (suara dan
bunyi-bunyian) dan juga rangsangan tekanan (dengan media benda kecil dengan berat yang
berbeda-beda). Bersamaan dengan tahapan tersebut kita dapat menyajikan benda geometris
dasar. Disinilah dimulai pelatihan gerak tangan untuk mengikuti kontur dari benda geometris
tersebut, sebuah latihan yang dilakukan bersama latihan lain dengan pengenalan rangsangan
sentuhan yang bertingkat dimana hal ini untuk mempersiapkan anak untuk mampu menulis.
Rangkaian kartu-kartu yang memuat bentuk geometris, diberikan setelah anak mampu
mengenali secara sempurna bentuk yang sama dengan gambar pada kartu. Penggunaan kartu
berfungsi untuk mengenali tanda-tanda abstrak, yaitu tulisan. Anak belajar untuk mengenali
sebuah bentuk bergambar, latihan pendahuluan tersebut membentuk kepribadian yang teratur
dan cerdas pada anak.
c. Tingkatan Keempat
Latihan ketrampilan hidup sehari-hari. Anak-anak menata dan membersihkan meja
untuk makan siang, mereka belajar untuk menata ruangan. Pada tahap ini anak diajarkan
untuk merawat anggota tubuh sendiri (bagaimana menyikat gigi, membersihkan kuku,
merawat kebersihan rambut,dsb). Anak telah diajarkan untuk belajar berbaris, berjalan
dengan kebebasan dan keseimbangan yang sempurna. Anak sudah tahu bagaimana
mengendalikan dan mengarahkan gerakan tubuh mereka sendiri (bagaimana menciptakan
ketenangan, menggerakkan dan memindahkan beragam benda tanpa menjatuhkan ataupun
merusaknya.
Latihan indra. Pada tahap ini anak dilatih untuk mengenali not-not music dengan
bantuan dari rangkaian-rangkaian lonceng duplikat.
Latihan yang terkait dengan menulis. Anak diperkenal kan pada inset-inset geometris
datar dari logam, dia telah mampu mengkoordinasi gerakan yang diperlukan untuk mengikuti
kontur-kontur. Pada tahap ini, anak tidak lagi mengikuti kontur benda dengan jarinya tetapi
dengan sebuah pensil, menggambar pada sebuah kertas dengan pensil warna. Kemudian anak
mewarnai bentuk-bentuk tersebut dengan pensil warna. Anak berlatih memegang pensil
sebagaimana nanti dia akan memegang pena untuk menulis.
Pada saat yang sama anak diajari untuk mengenali dan meraba huruf-huruf alphabet
yang terbuat dari kertas amplas.
Latihan arimatika. Anak berhitung batang berwarna merah dan biru, dimulai dari
batang yang terdiri dari satu bagian hingga berlanjut ke batang yang terdiri dari sepuluh
bagian. Latihan tersebut berfungsi menyempurnakan kecerdasan anak. Memudahkan anak
untuk membuat huruf-huruf yang tinggi ataupun rendah, hal ini akan menyingkirkan
penggunaan buku-bku bergaris yang digunakan pada umumnya.
d. Tingkatan Kelima
Pada tahap ini latihan-latihan yang terdahulu tetap dilanjutkan,
Contoh Aktifitas Harian di Sekolah Montessori:
Jam Aktivitas
8.30 Kathy dan Yolanda merupakan anak pertama yang datang ke sekolah.
Mereka menyapa guru,”selamat pagi ibu guru May” kemudian duduk mengerjakan
latihan mewarnai.
Ibu guru May mempersiapkan ruangan kelas dan materi. Setiap kali dating ke
sekolah, sebagian besar anak terfokus ke rak untuk memilih materi mewarnai.
Sekolah dimulai
Rak kehidupan praktis sangat popular bagi anak-anak.
Ibu guru may melihat Oliver menghitung bandul untuk dimasukkan ke kotak bandul,
ia berhasil memasukkan jumlah bandul sesuai dengan nomor kotak bandul. Ibu guru
may mencoba mengalihkan perhatiannya ke anak yang paling kecil yang sedang
sibuk bermain kubus binominal.
9.00 Ibu guru may menyarankan anak-anak main kepala, pundak, lutut, kaki. Ia
menuliskan label kecil, yang menjelaskan nama organ tubuh.
Anak-anak kemudian mencocokkan label ke tempat yang sesuai di gambar anatomi
manusia.
Ibu guru mengamati dan mendengarkan ketika anak mendiskusikan kemana label
akan diletakkan di anatomi yang sesuai. Anak yg lebih dewasa diminta membantu
anak yg lebih kecil, mereka bermain riang gembira.
Ibu guru memperhatikan steven duduk sendirian,diam, terpaku pada teka teki alam
lingkungan. Ibu guru membiarkannya bermain. Ketika anak lain menyelesaikan
permainan tubuh manusia, steven mulai melihat dan mengamati label di anatomi
manusia.
9.30 Ibu guru Jo datang membawa gitar dan mengundang anak-anak belajar musik dan
gerak. Anak-anak mulai menikmati music dan gerak. Kali ini ada sedikit gangguan,
Jessie ingin memainkan tambourine yang sedang dimainkan anak lain. Ibu guru Jo
melerai dengan cara setiap anak dapat bertukar alat musik pada lagu berikutnya.
10.00 Setelah pelajaran selesai, ibu guru may meminta anak-anak bermain diluar ruangan.
Ibu guru may mempersiapkan makanan ringan untuk anak-anak.
Ibu guru mengingatkan agar tidak saling dorong selagi antri dan tidak boleh keluar
ruangan. Setelah diluar , anak-anak bebas bermain. Ada yang bermain pasir, memetik
bunga dan memberi makan kelinci.
Setelah 15 menit, anak-anak masuk ke ruang makan yang mana setiap meja telah
disajikan makanan. Anak-anak membasuh tangan terlebih dahulu, kemudian duduk
dan menerima kue, buah dan minuman. Setelah makan, anak-anak mencuci piring dan
menggosok gigi.
10.30 Ibu guru may membagi anak dalam 2 kelompok. Anak diminta mengerjakan seni
kerajinan. Bu guru meminta anak yang besar menyalin dan menelusuri kata dalam
permainan kepala, pundak lutut, kaki. Kelompok anak yang lebih kecil sibuk dengan
memilih aneka materi prasekolah Montessori.
11.00 Tibalah waktunya membentuk lingkarann. Ibu gurur duduk di sudut ruangan. Anak-
anak diminta membentuk lingkaran dengan menyanyikan lagu circle time.
11.30 Anak-anak membentuk baris dan berjalan berkeliling ruangn sambil bernyanyi little
red Caboose. Kemudian mereka mengambil dan mengembalikan tas kertas berisikan
kacang dn gelas berisi air. Mereka antri dan menunggu bu guru may mengucapkan
“selamat berpisah” sebelum menjawab “terimakasih bu guru may” sekolah usai.
Anak-anak menunggu dijemput orangtua.
Assesment
Assesment yang umum digunakan pada prasekolah Montessori tidak mengunakan
angka untuk mengevaluasi kemajuan anak. Apa yang dilakukan anak-anak menakjubkan
sehingga sangat sulit untuk mengestimasi kemajuan mereka dengan sebuah angka.
Bagaimana kita bisa mengetahui kemajuan seorang anak dengan memberikannya angka,
padahal mereka tidak melakukan seranngkaian tes berupa angka?
Penilaian pada kurkulum Montessori diambil berdasarkan sejauh mana anak
mendapatkan pengalaman dengan metode Montessori. Dengan kata lain apakah anak bear-
benar mendapatkan materi dan filosofi Montessori secara menyeluruh.
Metode assessment yang terbaik untk diberikan ke anak harus memiliki kriteria
sebagai berikut:
1. pertama, harus berupa chart, list, atau skema yang berisi kegiatan yang sudah
dikerlakukan anak. Perlu dicantumkan keterangan dimana anak melakukan latihan
2. evaluasi berisi hasil kerja anak, contoh hasil tulisan, gambar, kreasi seni, dan portfolio
kegiatan anak.
3. assessment harus memiliki cerita rangkuman kemajuan anak yang merupakan hasil
observasi guru. Hasil observasi tersebut dapat mendukung nilai anak. Dimana tergambar
bagaimana anak melakukan latihan di sekolah dan keaktifannya dalam menyelesaikan
setiap latihan.
Karakteristik yang harus diamati guru dalam menilai siswa Montessori:
1. kebebasan
disamping memberikan kebebasan untuk memberikan tugas kepada anak, siswa Montessori
diberi kebebasan untuk melakukan dan memilih sendiri latihan yang mereka suka.
2. Percaya diri
Siswa Montessori dapat menghadapi kehidupan dengan percaya diri, mereka mungkin tidak
tahu jawaban dari setiap masalah, tetapi mereka tau dimana mereka harus meminta tolong
jika diperlukan. Bukan kepercayaan diri yang arogan, tetapi kepercayaan diri untuk mencoba
hal-hal baru dan menjadi petualang.
3. Disiplin diri
Disiplin diri membuat anak untuk membuat keputusan yang tepat tanpa adanya pengaruh
orang dewasa. Mendidik anak untuk memiliki kedewasaan bukan pekerjaan mudah, ini
adalah proses panjang yang harus menjadi focus para guru.
4. Motivasi diri
Ide dibalik keindahan lingkungan dan media pembelajaran didalam kelas, adalah penggunaan
material yang dibuat sedemikian mungkin sehingga akan menunjukkan kebutuhan anak
sesungguhnya. Guru tidak boleh memaksa anak untuk melakukan latihan. Anak sudah tahu
apa yang mereka inginkan dan butuhkan. Jika orangtua dan guru selalu mengatur anak, hal ini
menjadikan anak tidak punya kesempatan untuk menunjukkan apa yang ia inginkan.
5. Kemampuan pengendalian diri
Konsep yang salah dipahami banyak orang dimana murid di prasekolah Montessori dibiarkan
begitu saja berlari kesana-kemari dan bebas melakukan yang mereka mau tanpa adanya
bimbingan guru. Murid di prasekolah Montessori diperlakukan dengan hormat, sehingga
mereka menghormati guru, alat permainan, dan teman main mereka. Memang sulit bagi anak
untuk mengendalikan diri mereka, tetapi seiring dengan proses mereka bisa mencapai hal
tersebut.
KESIMPULAN
Dari perspektif Montessori, pendidikan prasekolah terbaik adalah yang tidak
memberitahu anak apa yang harus dikerjakan, serta kapan dan dimana harus mengerjakan.
Pendidikan usia dini idealnya memandu anak untuk mendidik diri sendiri dengan memberi
peluang untuk mncari potensi diri sesuai kemampuan yang ada. Ketika anak antusias
terhadap sesuatu, anak biasanya memperhatikan dengan seksama. Ada kemauan menyentuh
obyek atau melakukan aktifitas yang menarik baginya berulang-kali. Bahkan giat melakukan
latihan dan akan mengingatnya. Akhirnya pendekatan ideal pada pendidikan Montessori
mengakomodasikan perkembangan anak terhadap pemahaman hal-hal yang konkrit sebelum
diperkenalkan hal-hal yang abstrak. Menyuguhkan lingkungan yang kondusif untuk
menyiapkan kehidupan anak di masa dating sesuai perspektif anak.
Prasekolah Montessori tidak sekedar kantor atau bengkel kerja anak. Namun juga
sebagai rumah kedua, misalnya furniture, tempat cuci tangan, toilet, alat rumah tangga, atau
alat kerja lain di prasekolah Montessori semua berukuran mini. Ciri khas sekolah Montessori
yang paling mencolok adalah alat peraga yang disusun di rak. Mulai dari yang sederhana
hingga ke yang kompleks. Ini membuat anak terus sadar tentang adanya peluang memperluas
cakrawala. Dinding kelas didekorasi dengan hasil karya seni anak. Hal tersebut menciptakan
rasa bangga terhadap prestasi dan rasa memiliki ruang kelas, dan menghidupkan suasana
kelas.
Interaksi antar anak dengan guru bersifat alami dan spontan, namun teratur dan saling
menghargai. Anak menunjukkan sikap saling setia kawan dalam memberikan andil menjaga
lingkungan kerj sesuai aturan yang ia amati. Guru harus selalu sabar, tanggap, ceria, dan
ringan tangan sehingga menarik perhatian anak. Guru bekerjasama dengan sikap penuh
percaya diri dan terstruktur.
Dalam prasekolah Montessori, kesinambungan dicapai Antara menginstruksikan anak
dan memberikan pelajaran. Dirumah, hubungan serupa dapat dijalankan oleh orangtua
dengan anak. Jika lingkungan tidak dipersiapkan, anak akan berlku berbeda Antara disekolah
dan dirumah. Ini pola yang tidak lazim bagi anak sekarang. Montessori tidak meragukan
besarnya nilai investasi buat anak. Itulah hakekat pendidikan di usia dini, yakni investasi.
Seperti halnya sama dengan semua investasi, terkadang hasilnya tidak sesuai dengan yang
diharapkan. Namun dengan mau menanggung resiko, kita sebenarnya bisa mengetahui
potensi anak dan mengarahkan anak ke lingkungan social lebih luas sehingga memiliki masa
depan lebih cerah.
Daftar Pustaka