Oleh:
Piaget mengatakan tahap ini antara usia 2 - 7 tahun. Tahap ini juga disebut
dengan tahap intuisi, sebab pada tahap ini perkembangan kognitifnya
memperlihatkan kecendrungan yang ditandai oleh suasana intuitifCiri pokok
perkembangan pada tahap ini adalah pada penggunaan symbol atau bahasa tanda,
dan mulai berkembangnya konsep-konsep intuitif. Tahap ini dibagi menjadi dua,
yaitu preoperasional dan intuitif.
Pada tahap ini, anak mulai menyesuaikan diri dengan realitas konkret dan
sudah mulai berkembang rasa ingin taunya. Pada tahap ini, interaksinya dengan
lingkungan termasuk dengan orang tuanya semakin berkembangn dengan baik
karena egosentrisnya sudah semakin berkurang. Ciri pokok perkembangan pada
tahap ini adalah anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan
logis, dan ditandai adanya reversible dan kekekalan. Anak telah memiliki
kecakapan berpikir logis, akan tetapi hanya dengan benda-benda yang bersifat
konkret. Operation adalah suatu tipe tindakan untuk memanipulasi objek atau
gambaran yang ada di dalam dirinya. Karenanya kegiatan ini memerlukan proses
transformasi informasi ke dalam dirinya sehingga tindakannya lebih efektif. Anak
sudah tidak perlu coba-coba dan membuat kesalahan, karena anak sudah dapat
berpikir dengan menggunakan model "kemungkinan" dalam melakukan kegiatan
tertentu. Ia dapat menggunakan hasil yang telah dicapai sebelumnya. Anak
mampu menangani sistem klasifikasi. Namun sungguhpun anak telah dapat
melakukan pengklasifikasian, pengelompokan dan pengaturan masalah (ordering
problems) ia tidak sepenuhnya menyadari adanya prinsip-prinsip yang terkandung
di dalamnya. Namun taraf berpikirnya sudah dapat dikatakan maju. Anak sudah
tidak memusatkan diri pada karakteristik perseptual pasif. Untuk menghindari
keterbatasan berpikir anak perlu diberi gambaran konkret, sehingga ia mampu
menelaah persoalan.
Pada tahap ini walaupun anak sudah lebih ahli dalam pemikiran simbolis,
namun ia belum dapat menggunakan logikanya. Kemajuan yang dicapai anak
pada pemikiran di tahap pra operasional menurut Piaget yaitu:
a. Fungsi Simbolis
Pada tahap ini anak bisa mengimajinasikan bahwa benda – benda
atau orang memiliki berbagai benda lain dari yang sebenarnya benar –
benar dipunyai.
contoh:
anak menghayal bahwa sebuah kertas yang tebal dibuat seperti
pedang dan mereka menganngap bahwa itu adalah pedang untuk
bermain.
b. Pemahaman Identitas
Pada tahap ini anak bisa memahami perubahan identitas yang tidak
mempegaruhi yang asli.
Contoh:
ketika ayah atau kakak laki-laki bermain peran dengan berjalan
sambil mengarut-ngarut badan sehingga menyerupai makluk lain
atau seperti kita memainkan peran dengan mengubah suara kita,
sehingga menyerupai bunyi makhluk lai. Dan anak mengetahui
bahwa yang memainkan peran tersebut adalah ayah.
c. Pemahaman Sebab Akibat atau Transduksi
Kemampuan anak untuk menghubungkan suatu fenomena khusus
secara mental walaupun ada atau tidaknya hubungan sebab akibat yang
logis.
Contoh:
anak bisa menyadari kenapa jari-jari tangga bisa bergerak.
d. Pemahaman Angka
Perkembangan kognitif pada masa kanak – kanak awal berikutnya
berhubungan dengan pemahaman terhadap angka, yaitu kemampuan
anak untuk menghitung dan memahami kuantitas(jumlah) suatu benda
atau barang tertentu.
Contoh : ketika anak berbagi makanan atau seperti permen kepada
temannya dan memastikan bahwa anak-anak mendapatkan yang
dibaginya dengan berhitung
e. Kemampuan Klasifikasi
Kemampuan untuk mengklasifikasikan benda – benda, orang dan
peristiwa ke dalam kategori yang memiliki makna adalah tahap
perkembangan kognitif pada masa kanak – kanak awal berikutnya.
Contoh:
anak mengelempokkan sesuatuhal berdasarkan besarnya,
bentuknya dan sebagainya
.
f. Memiliki Pemikiran Sendiri
Pada tahap perkembangan kognitif pada masa kanak –
kanak awal ini anak akan mampu menyadari aktivitas mentalnya
dan menyadari fungsi dari pikirannya sendiri sehingga mampu
membentuk spekulasinya sendiri .
Contoh:
anak bisa menyeunyikan barang yag dia miliki dan tidak dapat
diketahui oeh teman atau adinya.
4) Tahap operasional formal (umur 12-18 tahun)
Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mampu
berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola berpikir "kemungkinan".
Model berpikir ilmiah dengan tipe hipothetico-dedutive dan inductive sudah
mulai dimiliki anak, dengan kemampuan menarik kesimpulan, menafsirkan dan
mengembangkan hipotesa. aspek perasaan dan moralnya juga telah berkembang
sehingga dapat mendukung pe nyelesaian tugas – tugasnya. Sedangkan
interaksinya sudah sangat luas, menjangkau banyak teman, sebayanya dan
bahkan berusaha untuk berinteraksi dengan orang dewasa. Adapun kondisi
seperti ini tidak jarang menimbulkan masalah dalam interaks dengan orang
tuanya. Pada tahap ini kondisi berpikir anak sudah dapat :
a) Bekerja secara efektif dan sistematis.
Aspek fisik dan motorik, berkaitan dengan perkembangan fisik dan motorik,
Kuhlen dan Thompson menyatakan bahwa perkembangan fisik individu meliputi
empat aspek yakni: pertama, struktur fisik, yang meliputi tinggi badan, berat
badan, dan proporsi tubuh. Kedua, sistem syaraf yang mempengaruhi
perkembangan aspek lainnya, yakni intelektual dan emosi. Ketiga, Kekuatan otot,
yan akan mempengaruhi perkembangan motorik, Keempat, kelenjar endokrin
yang menyebabkan munculnya pola-pola perilaku baru. Aspek perkembangan ini
sangat mempengaruhi seluruh aspek perkembangan lainnya, sebagai contoh,
struktur fisik yang kurang normal (terlalu pendek/tinggi, terlalu kurus atau
obesitas) akan berpengaruh terhadap kepercayaan diri seseorang. Faktor
kepercayaan ini berkaitan dengan aspek perkembangan emosi, kepribadian, dan
sosial.
2) Aspek kognitif atau intelektual
Istilah moral berasal dari bahasa latin mos/moris yang dapat diartikan
sebagai peraturan, nilai-nilai, adat istiadat, kebiasaan dan tatacara kehidupan.
Sedangkan moralitas lebih mengarah pada sikap untuk menerima dan melakukan
peraturan, nilai dan prinsip moral. Perkembangan moral berkaitan dengan aturan
dan konvensi mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh individu dalam
interaksinya dengan orang lain. Menurut kacamata teori psikoanalisa,
perkembangan moral adalah proses internalisasi norma-norma masyarakat dan
dipengaruhi oleh kematangan biologis individu. Sedangkan dari sudut pandang
Teori behavioristik, perkembangan moral dipandang sebagai hasil rangkaian
stimulus-respons yang dipelajari oleh anak, antara lain berupa hukuman dan
pujian yang sering dialami oleh anak. Menurut Wiliam James, salah satu
kelebihan manusia sebagai makhluk adalah fitrah (perasaan dan kemampuan)
untuk mengenal Allah dan melakukan ajaran-Nya. Dengan kehalusan dan fitrah
tadi, seseorang setidaktidaknya pasti mengalami, mempercayai bahkan
menyakini dan menerimanya tanpa keraguan, bahwa di luar dirinya ada suatu
kekuatan yang Maha Agung yang melebihi apapun termasuk dirinya, yang
demikian itu disebut sebagai pengalaman religi atau keagamaan
Sekolah sebagai salah satu agen social yang memiliki peranan penting
untuk membuatnorma-norma yang berlaku diterapkan disekolah. Disetiap
sekolah adaperaturan yang diterapkan dan harus dipatuhi oleh warga sekolah
terutama peserta didik. Dlam beberapa aturan yang diterapkan ini bisa
menjadi agent of sosial bagi anak atau peserta didik tersebut. Contohnya yaitu
tidak boleh berbicara saat orang lain atau teman satu kelas sedang
memberikan pendapat. Dalamhal ini anak terbiasa untuk menghargai orang
lain, interaksi ini merupakan perubahan yang akan terjadi pada kepribadian
anak.
Berdasarkan UU Sisdiknas bahwa fungsi pendidikan nasional adalah
fungsinya unuk perubahan sosial, adaoayb pengaruh soaialyang diharapkan yaitu
1) Pengembangan kemampuan (baik intelektual maupun interaksi social), 2)
pembentukan watak, 3) pembentukan peradapan bangsa yang bermartabat di mata
bangsa lain,4) mencerdaskan kehidupan bangsa.
Aspek perubahan yang diterapkan disekolah
Mengerjakan tugas, atau PR juga menjadi salah satu bentuk kerja sama
yang baik. Masalahnya, jika guru memberikan tugas berupa latihan anak harus
mengerjakan dengan tepat waktu.
d. Belajar Kelompok
Belajar kelompok juga tak luput dari yang namanya kerja sama yang ada di
lingkungan sekolah.Sama seperti pada nomor pertama, belajar kelompok itu
sebenarnya juga mengajarkan untuk bisa belajar bersama-sama, sehingga semua
anggota yang ada di dalam kelompok tersebut paham akan semua materi yang
dipelajari. Dengan belajar kelompok ini, maka tugas-tugas kelompok yang
diberikan oleh guru juga bisa dengan mudah selesai dan ringan untuk dikerjakan.
Semua hal tentunya akan menjadi ringan apabila dikerjakan secara bersama-sama
dan juga sungguh-sungguh.
e. Menaati Semua Peraturan/Tata Tertib yang Ada
c. Keterampilan bertanya
Pengelolaan kelas yang baik yang dilakukan oleh guru dapat menimbulkan
proses pembelajaran yang baik atau terkendali sehingga tujuan pembelajaran akan
tercapai dan terjadilah keberhasilan dalam proses pembelajaran yang ditunjukkan
oleh anak yang paham dengan materi apa yang dipelajari pada hari tersebut.
Banyak sekali yang lainnya strategi yang dapat diterapkan oleh seorang
gurru dalam proses pembelajara. Diatas merupakan paparan tentang berbagai
strategi pembelajaran.
c. Memberikan evaluasi yang ramah anak dan ramah pembelajaran
(inklusif)
Untuk mengukur pemeahamn anak diperlukan proses evaluasi yang
dilakukan oleh guru proses ini juga akan menentukantingat keberhasilan seorang
guru dalam mengajarkan siswa. Dalam melaksanakan penilaian guru harus
dilaksanakan harus komprehensif dan fleksibel.
Dalam seting pendidikan inklusif, sistem penilaian yang diharapkan di
sekolah yaitu sistem penilaian yang fleksibel. Penilaian disesuaikan dengan
kompetensi semua anak termasuk anak berkebutuhan khusus. Penilaian yang
fleksibel memiliki dua model, yaitu dengan tes yang datanya bisa kuantitatif dan
kualitatif, salah satu contohnya fortofolio. Penerimaan siswa tanpa tes serta ujian
dilakukan secara lokal bagi tingkat dasar dengan model sistem kenaikan kelas
otomatis. Dengan demikian, peluang ini bisa dimanfaatkan untuk menuju cara
melaksanakan proses pembelajaran yang ramah bagi semua siswa, karena proses
pembelajarannya senantiasa disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik
setiap siswa. Proses penilaian yang berkelanjutan dimulai sejak keterlibatan anak
di kelas secara administrative di sekolah mencerminkan adanya pengakuan
terhadap keberagaman karakteristik peserta didik. Hasil proses penilaian tersebut
kemudian dijadikan bahan acuan dalam pembuatan dan implementasi kurikulum,
sehingga kebutuhan belajar masing-masing peserta didik dapat diakomodasi oleh
keberagaman aspek-aspek yang terkandung dalam kurikulum. Ada beberapa hal
yang perlu guru perhatikan dalam melaksanakan penilaian yaitu:
1) Memandang penilaian sebagai bagian integral dari kegiatan pembelajaran.