Anda di halaman 1dari 7

Nama : Hengky Erwanda Putra

NIM : 223113914745

Kelas : PPG Prajab PGSD 05

Teori Perkembangan Anak

1. Perkembangan Fisik Kelas Rendah


Perkembangan ini berlangsung dari usia 6 tahun saat individu mulai masuk ke
sekolah dasar. Individu mulai menunjukkan perubahan terhadap pola kehidupannya
dalam sikap, nilai dan perilaku. Pada masa ini, pertumbuhan dan perkembangannya
lambat dan relatif sama sampai menjelang masa pubertas. Pada masa ini, individu sudah
mulai tertarik dengan lingkungan sekolah; mereka dapat memperhatikan gerakan-
gerakan secara cermat, rumit dan kompleks; sehingga individu juga dapat melibatkan
diri dalam aktivitas permainan olahraga. Perkembangan fisik usia 6-9 tahun memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:
1. Mengalami gigi susu yang lepas.
2. Pertumbuhan tinggi badan anak mengalami peningkatan hingga 8 cm.
3. Berat badan yang normal akan mengalami peningkatan hingga 2,3 kg.
4. Kesadaran akan citra tubuh mulai terbentuk, contohnya sudah bisa merasakan sakit
hingga mengungkapkannya.
5. Mulai dapat mengkoordinasi dan menyeimbangkan tubuhnya.
 Mengendarai sepeda roda 2
 Menari
 Berolahraga (lari, lompat, berenang)
6. Anak mulai dapat meningkatkan kemampuan koordinasi motorik.
 Membuka pintu, menyikat gigi, mencuci tangan, mandi dan berpakaian sendiri
 Melukis /menggambar sehingga gambarnya sudah mulai memiliki bentuk
yang lebih mudah dimengerti
 Menulis sehingga tulisan tangannya yang menjadi lebih mudah dibaca,
mengikuti garis, dan dapat memotong berbagai bentuk yang tidak biasa.
7. Senang berkegiatan di luar rumah bersama dengan teman sebayanya.

2. Perkembangan Fisik Kelas Tinggi


1) Perkembangan Fisik.
a. Yang dimaksud dengan perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada
tubuh, otak, kapasitas sensoris dan ketrampilan motorik.
b. Karena proses integrasi dan interaksi merupakan proses sosialisasi melakukan
aktifitas anak SD.
c. Rentang usia 6-12 tahun lazimnya disebut sebagai masa anak (middle and late
childhood), yakni suatu fase antara masa kanak-kanak dan masa remaja.
2) System Syaraf.
a. Karena Sistem syaraf sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan emosi.
Aspek fisiologis lainnya yang sangat penting bagi kehidupan manusia adalah otak
(brain).
b. Strukur otak anak SD terdiri atas tiga bagian, yaitu: Brainstem, termasuk di
dalamnya celebellum, Mid-brain, dan Cerebrum.

3) Pertumbuhan fisik
a. Karena adanya penambahan ukuran kerangka tulang, sistem otot, dan ukuran
organ tubuh, tinggi dan berat badan anak secara bertahap terus bertambah.
b. Standar baku ukuran kenaikan berat dan tinggi badan anak usia SD, diperkirakan
berkisar antara 2,5-3,5 kg dan 5-7 cm pertahun.
c. Tahapan pubertas anak, mentruasi untuk anak perempuan, tumbuh jakun, mimpi
basah, tertarik pada lawan jenis
4) Proporsi dan bentuk tubuh anak SD
a. Bentuk tipologi tubuh anak SD yaitu: 1. endomorph yakni yang tampak dari luar
berbentuk gemuk dan berbadan besar; 2. mesomorph yang kelihatannya kokoh,
kuat, dan lebih kekar; 3. ectomorph yang tampak jangkung, dada pipih, lemah,
dan seperti tak berotot.
b. Sikap-sikap negative atas kondisi proporsi bentuk tubuh kurang seimbang dan
berkelainan disebut penolakan terhadap dirinya sendiri (self rejection),
pembentukkan kesan tentang tubuh (body image) dan konsep dirinya (self
concept).
5) Pertumbuhan otak dan sistem syaraf
a. Elaborasi Sel (cell olaboration) yaitu terjadinya proses jaringan syaraf panjang
dalam neuron, membentuk syaraf synapses.
b. Fungsi otak kanan adalah berpikir holistik, nonlinier, non-verbal, intuitif,
imajinatif, non-referensial, divergen, dan bahkan mistik. Fungsi otak kiri adalah
berpikir rasional, ilmiah, logis, kritis, linier, analitis, referensial, dan konfergen.
Berkaitan erat dengan kemampuan belajar membaca, berhitung, dan bahasa.
6) Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik menurut Hurlock (1998), perkembangan pengendalian
gerak jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf dan otot yang
terkoordinasi. Perkembangan motorik adalah proses perubahan kapasitas fungsional
atau kemampuan kerja organ-organ tubuh ke arah keadaan yang makin terorganisasi
dan terspesialisasi.

3. Perkembangan Kognitif Kelas Rendah


Tahapan perkembangan kognitif anak menurut Teori Piaget:
a. Sensorik Motorik (0-2 tahun), anak mulai mengenali sekitarnya melalui reflek dan
rangsangan. Contoh: bayi menari melalui rangsangan suara, mengenali sinar lampu,
memperhatikan suatu objek dalam waktu lama.
b. Praoperasional (2-7 tahun), anak mulai berkembang secara bertahap
mengembangkan penggunaan Bahasa dan kemampuan berpikir dalam bentuk
simbolik. Contoh: mengumpulkan mainan berdasarkan warna, menyebutkan nama-
nama benda dari gambar, dsb.
c. Operasional Konkret (7-11 tahun), anak mulai dapat memecahkan masalah konkret
dalam mode logis. Contoh: bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat
mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil.
d. Operasional Formal (11-15 tahun), anak mampu menyelesaikan masalah abstrak
dengan cara logis. Contoh: menarik kesimpulan dari informasi yang didapat,
menggunakan logika untuk menyelesaikan masalah, merencanakan masa depannya.

Ciri-ciri perkembangan kognitif kelas rendah (7-9 tahun), masa tahap Operasional
Konkret.
a. Kosakata meningkat menjadi sekitar 2.000 kata.
b. Dapat menulis kalimat dengan lima kata atau lebih.
c. Dapat menghitung sampai 10 benda pada satu waktu.
d. Mengetahui mana yang kiri dan kanan.
e. Mulai mampu berpikir dan berdebat, mereka mulai menggunakan kata-kata seperti
mengapa dan karena.
f. Dapat mengkategorikan benda: “Ini adalah mainan; ini adalah buku-buku.”
g. Memahami konsep-konsep seperti kemarin, hari ini, dan besok.
h. Mampu mengikuti petunjuk guru dan mandiri melakukan tugas sederhana di kelas.
i. Mulai mengembangkan rentang perhatian yang lebih lama.
j. Bersedia untuk mengambil tanggung jawab lebih.
k. Memahami pecahan dan konsep ruang.
l. Memahami uang.
m. Memberitahu waktu.
n. Dapat menyebut nama bulan dan hari dalam seminggu.
o. Dapat membaca buku sendiri.

4. Perkembangan Kognitif Kelas Tinggi


Kognitif pada kelas Tinggi mempunyai 2 tahap yaitu:
1. Tahap Operasional Konkrit (7 - 11 tahun)
a. Siswa sudah mampu mengklasifikasikan benda-benda konkret.
b. Mempunyai kemampuan mengingat dan berpikir logis.
c. Siswa mulai memahami konsep secara terorganisir meskipun masih agak konkrit.
d. Mulai dapat belajar membaca dan berhitung secara berlanjut.
e. Sikap egosentris semakin berkurang secara perlahan
f. Siswa sudah mulai menggunakan logika induktif (penalaran dari informasi khusus
ke umum)
2. Tahap Operasional Formal
a. Pada tahap ini, individu bergerak melampaui penalaran hanya tentang pengalaman
konkret dan berpikir dengan cara yang lebih abstrak.
b. Siswa mampu menarik kesimpulan dari informasi
c. Siswa sudah mulai dapat memahami masalh moral, sosial, dan etika.
d. Siswa mulai menggunakan logika deduktif (penalaran dari informasi umum ke
khusus).

5. Perkembangan Sosio-emosional Kelas Rendah


Sosioemosional adalah proses belajar anak dalam menyesuaikan dan memahami
perasaan dan keadaan serta perasaan yang diperoleh dari berinteraksi dengan orang di
sekitarnya dengan cara mendengar, mengamati, dan meniru
Teori Erickson dibagi menjadi 8 tahapan yaitu tahap 1 sampai dengan tahap delapan,
yaitu :
a. Percaya vs tidak percaya (Infancy 0-1 tahun)
b. Otonomi vs malu dan ragu (Early childhood 1-3 tahun)
c. Inisiatif vs rasa bersalah (pre-school age 3-5 tahun)
d. Usaha vs inferioritas (school age 6-10 tahun)
e. Identitas vs kebingungan identita (adolescence 10-20 tahun)
f. Intimasi vs isolasi (young adulthood, 20-30 tahun)
g. Generative vs stagnacy (adulthood 40-50 tahun)
h. Integritas vs putus asa (senescence +60 tahun)

Anak pada masa ini akan belajar membaca dan menulis, mengerjakan
penjumlahan, mulai mengerjakan sesuatu secara mandiri. Guru mulai dapat mengajar
siswa pada kemampuan yang lebih khusus. Selain itu, anak mulai mengembangkan rasa
bangga akan prestasi dan kemampuannya. Anak mulai dapat mengatasi tuntutan akademis
dan sosial. Apabila ia merasa mampu, maka akan memupuk rasa percaya diri jika anak
merasa kurang maka akan timbul rasa rendah diri

6. Perkembangan Sosio-emosional Kelas Tinggi


Erik Erikson menjelakan persamaan ego adalah perasaan sadar yang kita
kembangkan berdasarkan interaksi sosial, akan berubah berdasarkan pengalaman dan
informasi baru yang kita dapatkan dalam berinteraksi dengan orang lain.
Perkembangan anak pada usia sekolah yakni anak belajar berkompetisi dalam
kelompok dengan mengembangkan tiga keterampilan sosial seperti :
1. Bagaimana mematuhi aturan dan hubungannya dengan persahabatan
2. Belajar bagaimana bermain dengan struktur dan aturan tertentu
3. Belajar bagaimana menguasai mata pelajaran di sekolah dan disiplinkan diri untuk
mempelajari materi
Pada fase ini, krisis utama yang dialami adalah rasa Percaya diri vs Rendah
Diri terutama ketika berada dalam kelompok sebaya. Hal ini juga didasari oleh fakta
bahwa pihak yang sangat berperan adalah sekolah dan tetangga, dimana komunitas anak
tersebut sudah meluas dan tidak terbatas pada anggota keluarga lagi. Pada fase ini sang
anak cenderung lebih aktif secara fisik dan lebih kompetitif sehingga mereka lebih
menyukai aktifitas yang bersifat kompetitif seperti olahraga, game, dll. Namun, perlu
berhati-hati karena pada fase ini sang anak akan sangat aktif dan sangat marah jika ada
pembatasan. Disini orang tua harus bijak dalam mengatur aktifitas sang anak.
Dilihat dari emosionalnya anak SD kelas tinggi (kelas 4-5)
 Lebih bisa mengendalikan emosi, tapi masih sering mengalami mood swing
dan rasa tidak percaya diri.
 Mampu bekerja keras untuk menyelesaikan tugasya dengan baik. Jika anak
ini tidak berhasil maka akan menjadi pribadi yang rendah diri dan tidak
mampu menjadi pemimpin.
 Mulai memiliki hubungan pertemanan yang lebih kompleks dan kuat
 Mulai mengetes sejauh mana mereka bisa mengubah batasan dan aturan yang
sudah ada.
 Mulai mengambil keputusan untuk dirinya sendiri.
 Mulai lebih banyak aktif di kegiatan dengan teman
 Memahami bahwa hubungan pertemanan bukan sekadar tentang persamaan
minat.
Beberapa ciri perkembangan yang ditunjukkan anak kelas 6 SD yang menginjak
remaja di antaranya adalah:
 Sangat peduli dengan pandangan orang lain tentang dirinya, tapi juga meyakini
kalau pengalaman dan emosinya tidak dialami oleh orang lain.
 Mulai bisa membaca perspektif dan emosi orang lain.
 Mulai mampu menentukan sudut pandang dalam melihat suatu masalah.
 Mulai bisa mengendalikan reaksinya terhadap suatu hal.
 Mulai bisa menempatkan diri di berbagai situasi dan lingkungan berbeda

7. Perkembangan Moral Kelas Rendah


Kohlberg menggambarkan tiga tingkatan penalaran tentang moral dan setiap
penalaran tersebut terdapat dua tahapan. Yaitu penalaran prakonvensional, penalaran
konvensional, penalaran pascakonvensional.

Perkembangan Moral Kelas Rendah terdapat pada tahap Pra-Konvensional


Tingkat pra-konvensional dari penalaran moral umumnya telah tersedia pada
anak-anak, walaupun orang dewasa juga dapat menunjukkan penalaran dalam tahap ini.
Seseorang yang terletak dalam tingkat pra-konvensional menilai moralitas dari suatu
gerak-gerak yang dibuat berdasarkan konsekuensinya langsung. Tingkat pra-konvensional
terdiri dari dua tahapan awal dalam perkembangan moral, dan murni melihat diri dalam
bentuk egosentris.
Ada dua tahap pada perkembangan moral Pra-Konvensional
a. Orientasi pasa kepatuhan dan hukuman
Dalam tahap pertama, individu-individu memfokuskan diri pada konsekuensi
langsung dari gerak-gerak yang dibuat mereka yang dirasakan sendiri. Sebagai
contoh, suatu gerak-gerak yang dibuat diasumsikan salah secara moral bila orang
yang melaksanakannya dihukum. Semakin keras hukuman diberikan diasumsikan
semakin salah gerak-gerak yang dibuat itu. Sebagai tambahan, beliau tidak kenal
bahwa sudut pandang orang lain berlainan dari sudut pandang dirinya. Tahapan ini
bisa dilihat dan diteliti sebagai sejenis otoriterisme.

b. Orientasi Relativis Instrumental


Tahap dua mendiami posisi apa untungnya buat diri sendiri, perilaku yang telah
tersedia dirumuskan dengan apa yang paling diminatinya. Penalaran tahap dua
kurang menunjukkan perhatian pada kebutuhan orang lain, hanya sampai tahap bila
kebutuhan itu juga berpengaruh terhadap kebutuhannya sendiri, seperti “kamu garuk
punggungku, dan akan kugaruk juga punggungmu.” Dalam tahap dua perhatian
untuk oranglain tidak didasari oleh loyalitas atau faktor yang berifat intrinsik.
Kekurangan perspektif tentang warga dalam tingkat pra-konvensional, berlainan
dengan akad sosial (tahap lima), sebab seluruh gerak-gerak yang dibuat dilakukan
sebagai melayani kebutuhan diri sendiri saja. Untuk mereka dari tahap dua, perpektif
dunia dilihat dan diteliti sebagai sesuatu yang bersifat relatif secara moral.

8. Perkembangan Moral Kelas Tinggi


Tingkat 2. Penalaran Konvensional
Ini merupakan tahapan menengah dalam teori Kohleberg. Dimana anak dengan
senang hati mengikuti aturan yang berlaku di antara teman-temanya, namun tidak mau
menurut aturan orangtuanya. Biasanya terjadi pada anak usia 9 tahun.
Ditahapan ini, anak mulai mengerti norma -norma interpersonal. Dimana anak
mulai menghargai kebenaran, kepedulian dan kesetiaan sebagai landasan pertimbangan
moral. Anak pun menyerap standar moral Mom dan Dad dalam tahap ini. Anak
perempuan cenderung mengikuti Mom dan anak laki-laki cenderung mengikuti Dad.
Anak juga mulai mengerti lingkungan sosial, dimana dia mengerti pandangan
masyarakat atau lingkungan sosial yang berdasarkan pada pemahaman aturan sosial,
hukum dan ketertiban, melakukan kewajiban sendiri dan menghargai otoritas.

Tingkat 3. Penalaran Pascakonvesional

Perkembangan penalaran tahap akhir ini dimulai pada usia anak 12 tahun. Pada
tahapan ini, anak mulai mengerti apa itu moralitas. Sehingga penilaian dilakukan atas
dasar penilaian sendiri dan dia memutuskan atas pertimbangannya sendiri.
Kontrak sosial dan perorangan seperti hak masyarakat dengan hak individual
bersifat relatif pada setiap anak. Namun anak mulai mengerti konsep ini, sehingga anak
mulai bisa mengemukakan pendapat pribadi, menjelaskan perbedaan nilai dan mendapat
kepercayaan dari masyarakat.
Pada tingkat akhir Kohlberg menilai, anak melakukan penalaran moral
berdasarkan prinsip-prinsip universal.

Faktor- Faktor yang mempengaruhi Perkembangan Moral


- Kurangnya perhatian dan pendidikan agama oleh keluarga
- Pengaruh lingkungan yang tidak baik
- Tekanan psikologi yang dialami
- Gagal dalam studi/Pendidikan
- Perkembangan teknologi modern

Ciri – ciri perkembangan moral untuk kelas tinggi

- Perkembangan Moral pada masa sekolah(6-12 tahun)

Pada masa ini anak mulai mengenal konsep moral (mengenai benar salah atau
baik buruk pertama kali dari lingkungan keluarga. Pada mulanya mungkin anak
tidak mengerti konsep moral ini,tetapi lambat laun anak akan memahaminya.

- Perkembangan Moral pada masa Remaja (awal 12-15, madya 15-18, akhir 19-22
tahun)
Melalui pengalaman atau berinterkasi sosial dengan orang tua,guru,teman sebaya
atau orang dewasa lainnya,tingkat moralitas remaja sudah lebih matang jika
dibandingkan dengan usi anak. Mereka sudah lebih mengenal tentang nilai-nilai moral
atau konsep-konsep moralitas sperti kejujuran,keadilan,kesopanan dan kedisiplinan.

Remaja berperilaku bukan hanya untuk memenuhi kepuasan fisiknya,tetapi


psikologis (rasa puas dengan adanya penerimaan dan penilaian positif dari orang lain
tentang perbuatannya)

Anda mungkin juga menyukai