Anda di halaman 1dari 7

Pemahaman peserta didik

Ruang kolaborasi 2

1. Pilihlah usia peserta didik yang Anda harapkan bisa mengajarnya suatu hari nanti.
Jawab Usia 12-18

2. Buatlah daftar karakteristik anak tersebut menurut teori:


a. Perkembangan kognitif Piaget,
b. Teori perkembangan sosial-emosional Bronfenbrenner dan
c. Teori perkembangan sosial-emosional Erikson.
Jawab
a. Karakteristik anak menurut teori Perkembangan kognitif Piaget
Tahapan operasional formal yang dialami oleh oleh anak usia 11 tahun hingga
ia dewasa. Ciri khasa dari tahapan keempat ini ialah anak mampu berpikir
secara abstrak serta mampu menalar lebih logis. Anak juga memiliki
kemampuan untuk menrik kesimpulan dari informasi yang ia dapatkan. Dalam
tahapan yang terakhir ini, anak mampu memahami beragam hal seperti bukti
logis, cinta serta nilai. Anak tidak akan melihat segala sesuatunya hanya dalam
bentuk putih atau hitam, tetapi ada warna-warna lain dari informasi yang telah
ia dapatkan. Apabila dilihat dari faktor biologisnya, tahapan terakhir ini akan
muncul ketika pubertas dan menandai masuknya seseorang ke dunia dewasa
baik secara penalaran moral, kognitif, fisiologis, perkembangan psikoseksual
serta perkembangan sosial.
b. Karakteristik anak menurut teori Perkembangan sosial-emosional
Bronfenbrenner
Teori ekologi memandang bahwa perkembangan manusia dipengaruhi oleh
konteks lingkungan. Hubungan timbal balik antara individu dengan
lingkungan yang akan membentuk tingkah laku individu tersebut. Informasi
lingkungan tempat tinggal anak untuk menggambarkan, mengorganisasi dan
mengklarifikasi efek dari lingkungan yang bervariasi.
c. Karakteristik anak menurut Teori perkembangan sosial-emosional
Erikson
Tahap V:   Puberty and Adolescence (masa remaja).  Tahap kelima adalah
tahapan Erikson yang paling penting dan paling berpengaruh, yaitu identitas
versus kebingungan peran (identity versus role confusion).  Pada tahap ini
remaja berusaha untuk mencari jatidirinya, apa makna dirinya, dan kemana
mereka akan menuju. Mereka akan banyak peran baru dan status dewasa
(seperti pekerjaan dan pacaran) Remaja ini perlu diberi kesempatan
mengeksplorasi berbagai cara untuk memahami identitas dirinya. Apabila
remaja tidak cukup mengeksplorasi peran yang berbeda dan tidak merancang
jalan masa depan yang positif, mereka bisa tetap bingung akan identitas diri
mereka. 

3. Kemudian, buatlah daftar karakteristik terkait anak pengalaman masa kecil Anda
sendiri.
Jawab
Adapun setidaknya pada tahap perkembangan intelektual usia 2-11 tahun atau
berada pada fase pra operasional dan operasional konkret anak-anak umumnya
memiliki karakteristik diantaranya:

a. Senang Bergerak dan Aktif


Senang bergerak adalah ciri-ciri yang paling umum dimiliki oleh anak-
anak dimasa pertumbuhan. Sebagai Guru harus bisa mengoptimalkan
karakteristik anak yang aktif tersebut untuk dimaksimalkan dalam proses
pembelajaran. Cobalah ajak anak-anak untuk melakukan eksperimen di
laboratorium atau menyiapkan pembelajaran role playing di dalam kelas.
Anda juga bisa menyiapkan aktivitas pembelajaran seperti pengamatan,
observasi agar siswa lebih banyak terlibat aktif di luar kelas. Dengan
memodifikasi pembelajaran dengan lebih variatif membuat keaktifan siswa
menjadi tersalurkan dan disisi lain bisa meningkatkan hasil belajar.

b. Suka Bekerja dengan Kelompok (kolaborasi)


Pada usia pertumbuhan siswa cenderung tertarik bersosialisasi dan
mengenal hal baru termasuk mencari teman yang bisa diajak bermain.
Kondisi ini harus dipahami Guru dengan menyiapkan pembelajaran yang
banyak melibatkan aktivitas berkelompok dan kolaboratif. Banyak metode
pembelajaran yang bisa menerapkan pembelajaran berkelompok seperti
pembelajaran berbasis games, cerdas cermat, eksperimen,atau proyek
berkelompok yang membuat siswa diharuskan bekerjasama dan
memecahkan masalah bersama. Dengan sering menjalankan aktivitas
berkelompok akan menumbuhkan sikap kesetiakawanan, saling percaya,
tanggungjawab, kerjasama, komunikasi, dan lainnya.
c. Senang Berimajinasi & Berkarya
Anak-anak senang dengan segala sesuatu yang menarik, sehingga tidak
heran jika anak di usia pertumbuhan senang menonton kartun animasi yang
penuh dengan dunia fantasi dan imajinasi. Anak di masa ini juga senang
membuat karya kreatif dengan berbagai bahan, seperti menggunakan  flour
clay, lego, Puzzle dan sebagainya.
d. Senang Melakukan Sesuatu Secara Langsung
Siswa pada usiang perkembangan berada pada tahapan kognitif pra
operasional dan operasional konkret. Ciri utama siswa pada tahapan ini
adalah ketika memahami suatu hal atau konsep membutuhkan stimulus
langsung atau praktik, Guru bisa melakukan demonstrasi atau memberikan
contoh kasus yang ada di sekitar siswa. Bisa juga dengan memberikan
video interaktif yang menunjukkan prosedur dan contoh nyata dari konsep
yang dijelaskan.
e. Suka Menganggu dan Ingin Diperhatikan
Siswa ketika di dalam kelas umumnya senang untuk mencari perhatian,
apalagi siswa putra. Bentuknya juga bermacam-macam, Seperti membuat
keributan, memanggil nama teman, sampai datang menganggu siswa
lainnya.
Kondisi ini memang hal yang wajar, karena diusia perkembangan siswa
cenderung ingin menonjol dan menjadi pusat perhatian. Tetapi sebagai
guru harus memastikan apa yang dilakukan siswa tersebut dalam batas
wajar. Tentu jika sudah menganggu kenyamanan dan ketertiban kelas,
sebaiknya guru mengambil tindakan seperti menegur atau memberikan
tugas tambahan.
Lebih baik lagi jika bentuk ekspresi yang berlebihan tersebut bisa
dialihkan untuk kegiatan yang lebih bermanfaat, seperti menyuruh siswa
tampil di depan kelas lalu menunjukkan bakatnya, seperti dance atau
bernyanyi.
f. Suka Mencoba Hal Baru
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, siswa diusia sekolah selalu
senang mencoba hal baru. Siswa selalu punya cara sendiri untuk
mengetahui berbagai hal yang baru. Sehingga tidak heran jika banyak anak
yang suka bertanya.
Anak juga cenderung akan bereksperimen dengan segala yang ada di
sekitarnya. Sehingga Guru perlu menkondisikan pembelajaran agar siswa
bisa melakuan eskperimen dan menyalurkan kreativitasnya tanpa batas.
Metode seperti project based learning, eksperimen dan studi kasus
merupakan cara yang tepat agar siswa bisa bebas dalam melakukan
percobaan, praktik dan menciptakan solusi baru

a. Karakteristik anak b. Karakteristik c. Karakteristik anak


menurut teori anak menurut menurut Teori
Perkembangan teori perkembangan
kognitif Piaget Perkembangan sosial-emosional
sosial-emosional Erikson
Bronfenbrenner

 Mampu berfikir  Mengalami fase


secra abstrak kebingungan
 Menalar lebih logis peran
 Menarik kesimpulan  Berusaha mencari
 Memahami beragam jati diri
hal seperti bukti  Memaknai diri
logis, cinta dan nilai secara lebih luas
 Menyadari dan  Ingin
memahami mengeksplorasi
kepentingan berbagai cara
masyarakat dalam
 Membayangkan permasalahan
peran orang dewasa
 Bahasa lebih
berkembang
 Dapat
mengapresiasikan
ide-ide dalam bahasa

4. Jika sudah, bandingkanlah kedua daftar yang telah anda buat.

 Jelaskan dengan cara apa anak bisa mengembangkan fungsi kognitifnya serta sosio-
emosionalnya?
a. Kognitif
1. Ajak Membaca Buku
Selain bisa menjadi salah satu cara untuk bersantai bersama menjelang waktu
tidur, membiasakan anak membaca buku juga dapat meningkatkan
kemampuan kognitif mereka. Membaca buku dapat mengembangkan
keterampilan berpikir anak, melatih penalaran, dan pemecahan masalah.
Penting untuk memerhatikan buku-buku yang dipilih untuk dibaca bersama
anak-anak. Sebab, ibu tidak hanya ingin melibatkan mereka dalam cerita yang
bagus, tetapi juga ide yang baik untuk memilih buku yang akan meningkatkan
kemampuan kognitif mereka.
2. Bermain atau Mendengarkan Musik Bersama
Aktivitas lainnya untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak adalah
bermain atau mendengarkan musik bersama. Memainkan alat musik adalah
salah satu cara untuk merangsang secara emosional untuk mengembangkan
koordinasi dan imajinasi. Instrumen yang paling menarik bagi anak-anak
adalah drum, keyboard, dan piano.
3. Ajak Bermain Berbagai Permainan
Seiring bertambahnya usia anak, ada baiknya untuk membuat mereka tetap
bermain dengan berbagai permainan dan aktivitas yang membantu
merangsang kemampuan berpikir. Cobalah ajak anak bermain petak umpet,
permainan papan, teka-teki, puzzle, dan berbagai permainan lainnya.
Permainan seperti itu dapat melatih mereka memecahkan masalah, menjadi
kreatif, dan membuat keputusan.
4. Membuat Karya Seni dan Kerajinan
Selain melatih kreativitas, mengajak anak untuk membuat karya seni dan
kerajinan juga meningkatkan kemampuan kognitif mereka. Sediakan kotak
berisi perlengkapan seni dan kerajinan, seperti cat jari, krayon, kertas, lilin
mainan, dan kapur berwarna.Lalu, biarkan anak berkreasi, membuat apapun
yang ia inginkan. Cara ini dapat melatih anak untuk berpikir kreatif, dan
membuat keputusan artistik. Dengan membuat karya dan kerajinan seni, anak
juga akan terlatih untuk menyelesaikan atau bertanggung jawab atas apa yang
ingin mereka lakukan.

b. Social emosional
1. Mengajarkan Empati
Cara pertama yang bisa Anda lakukan untuk mengembangkan kemampuan
sosial emosional anak adalah mengajarkan Ia bersikap empati. Sebab, empati
melibatkan kecerdasan emosional anak terhadap orang lain. Anda bisa mulai
bertanya pada anak tentang perasaannya yang berhubungan dengan peristiwa
dalam kehidupan mereka. Contohnya, "Bagaimana perasaanmu ketika
mainanmu hilang?". Setelah anak terampil mengekspresikan reaksi emosional
mereka sendiri, maka Anda bisa mulai mengajukan pertanyaan tentang
bagaimana perasaan orang lain. Misalnya, "Menurutmu bagaimana perasaan
temanmu ketika mainan yang dimainkan kamu ambil?". Saat menanggapi
pertanyaan tentang emosi, anak-anak bisa mulai berpikir tentang bagaimana
tindakan mereka bisa berpengaruh terhadap emosi orang-orang di sekitarnya.
2. Menjadi Contoh yang Baik
Sebagai orang tua, Anda harus menjadi contoh yang baik bagi anak-anak.
Tunjukkanlah keterampilan sosial emosional yang baik kepada anak melalui
perilaku sehari-hari di rumah. Otak anak diibaratkan seperti spons yang dapat
menyerap semua perilaku dan pembelajaran disekitar mereka. Jadi, ketika anak
melihat Anda berbagi, membantu, atau mengungkapkan rasa terima kasih,
anak pun bisa memiliki pemahaman yang baik tentang cara berinteraksi
dengan orang lain.
3. Apresiasi Perilaku Baik
Melatih kemampuan sosial emosional anak yang stabil dapat juga Anda
lakukan dengan memberikan apresiasi ketika anak menunjukkan perilaku
sosial yang baik. Dengan cara ini, Anda bisa membantu anak merasa baik
tentang diri mereka sendiri, yang pada akhirnya memainkan peranan penting
dalam mengembangkan rasa empati serta kemampuan emosional.
4. Ajak Anak Bermain di Luar Rumah
Mengajak anak bermain di luar rumah sangat penting agar anak nantinya tidak
takut berada di keramaian. Usahakan mengajak anak ke luar rumah di tahun-
tahun awal kelahirannya agar Ia terbiasa. Di luar rumah anak dapat melihat
dan mengamati orang-orang dan lingkungan baru. Anak bisa terstimulasi
untuk mengikuti apa yang dilakukan oleh orang lain. Selain itu, anak juga
dapat terbiasa dengan lingkungan luar yang ramai.
5. Ajak Anak untuk Berbagi
Tips terakhir untuk mengembangkan sosial emosional anak adalah dengan
mengajak Ia untuk berbagi. Salah satu aspek perkembangan sosial anak bisa
dilihat dari seberapa mampu Ia menahan egonya. Ketika anak tidak lagi
menangis saat diajak berbagai, maka artinya kemampuan sosial yang dimiliki
anak telah terbentuk dengan baik. Oleh sebab itu, mulailah mengajak anak
berbagi sejak dini. Anda bisa juga mengajak anak untuk mulai mengikuti
playdate, dimana Ia bisa bertemu dengan teman-teman sebayanya.

 Penyesuaian yang seperti apa yang Anda butuhkan agar anak bisa berinteraksi secara
efektif bersama Anda? 
 Mengenali karakteristik masing-masing siswa
 Memahami kondisi psikologis siswa
 Tidak membuat batasan dengan siswa
 Berkomunikasi dua arah dengan siswa
 Membuat peraturan secara bersama-sama

Anda mungkin juga menyukai