Anda di halaman 1dari 9

PENGGUNAAN FAILURE MODE EFFECT ANALYSIS (FMEA)

SEBAGAI METODE EVALUASI PERBAIKAN WAKTU TUNGGU PEMERIKSAAN


LABORATORIUM PASIEN RAWAT JALAN DARI POLI RAWAT JALAN
RS BINA SEHAT JEMBER
Yunita Puspita Sari Pakpahan1, Arief Hendra Wijaya2 dan Nurul Rachmi Kurniawati3
Rumah Sakit Bina Sehat Jember
e-mail: rsbinasehat@yahoo.co.id

ABSTRAK
Pelayanan laboratorium merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit yang menunjang upaya diagnosis
penyakit, penyembuhan penyakit, dan pemulihan kesehatan yang diselenggarakan secara bermutu untuk
mendukung upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan. Salah satu indikator mutu pelayanan kesehatan
di bidang pelayanan laboratorium adalah waktu tunggu pemeriksaan laboratorium. Keselamatan pasien
menjadi isu penting di ranah pelayanan kesehatan sehingga fasilitas pelayanan akan berpusat pada pasien
dalam hal pengambilan keputusan strategis serta pengembangan fasilitas layanan agar tetap bisa bertahan di
tengah persaingan yang ketat. Salah satu metode untuk menjaga kualitas pelayanan yaitu dengan
melakukan proses manajemen risiko yang baik, salah satunya adalah Failure Mode and Effect Analysis atau
FMEA. Hasil penghitungan risiko potensial pada pemeriksaan laboratorium pasien rawat jalan menunjukan dua
nilai RPN tertinggi untuk ketidaknyamanan saat antri registrasi dan sampling sebesar 24 poin serta lama
menunggu petugas sebesar 18 poin. Pengaturan ulang untuk alur pemeriksaan laboratorium terutama bagi
pasien dari Poli Rawat Jalan dilakukan untuk memberikan kenyamanan dan kecepatan akses pada pemeriksaan
laboratorium sesuai kebutuhan pasien. Berdasarkan perhitungan RPN dapat diketahui bahwa risiko-risiko yang
potensial muncul berkaitan dengan alur pelayanan pemeriksaan laboratorium Pasien Rawat Jalan di Poli Rawat
Jalan RS Bina Sehat Jember adalah berhubungan dengan ketidaknyamanan pasien saat mengantri lama di
ruang tunggu yang terbatas kapasitasnya dan selain itu disebabkan keterbatasan tenaga saat harus melayani
pasien yang lebih banyak dari biasanya. Tindak lanjut dari proses FMEA adalah pengembangan Poli Sampling di
Instalasi Rawat Jalan yang tidak hanya mempersingkat waktu tunggu pasien, akan tetapi juga memberikan akses
pengambilan spesimen laboratorium yang lebih nyaman bagi pasien-pasien rawat jalan. Dampak secara internal,
penugasan tiga orang perawat di Poli Sampling meringankan beban petugas analis laboratorium pada aspek
kegiatan sampling pasien rawat jalan serta memberikan waktu yang lebih leluasa untuk mengerjakan dan
mempercepat keluarnya hasil pemeriksaan.

Kata kunci :
FMEA; laboratorium; pasien; pemeriksaan; alur.

ABSTRACT
Laboratory examination in the hospital services supports disease diagnosing efforts, also healing and recovering
process for patients with intention to support improvement quality of the given health services. One of the quality
indicator in laboratory services is the waiting time for laboratory examinations. Patient safety is an important issue
in health services sector that health facilities will be patient-centered in terms of making strategic decisions and
developing services to survive amidst intense competition. One method maintaining quality is to carry out a good
risk management process, one of which is Failure Mode and Effect Analysis. The results of potential risk
calculations for outpatient laboratory examinations show the two highest Risk Priority Number values for patient
discomfort when queuing for registration and sampling due to limited waiting room capacity with RPN points of
24, while long waiting queues due to limited number of laboratory personnel have an RPN of 18. Rearranging
the flow of laboratory examinations, especially for patients from the Outpatient Polyclinic, was carried out to
provide convenience and speed of access to laboratory examinations. Based on the calculation of the RPN, it
can be seen that potential risks arise related to the flow of laboratory examination services for outpatients at
Outpatient Polyclinic of Bina Sehat Jember Hospital, which are related to patient discomfort when they have to
queue in limited waiting room capacity and also caused by limited number of personnel. Following up the FMEA
process is the development of Poly Sampling in the Outpatient Installation which not only shortens patient waiting
times, but also provides outpatient patient access to more convenient in sampling of laboratory specimens. The
assignment of three nurses to the Sampling Poly lightened the burden on laboratory analysts on outpatient
sampling activities and provided more time to work on and expedite the examination results.

Keywords :
FMEA; examination; laboratory; patients; flow.

1
1. LATAR BELAKANG Budaya kekeluargaan yang kental di
Rumah Sakit merupakan fasilitas kalangan masyarakat Jember terutama bagi
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan pasien yang berasal dari pedesaan turut
kesehatan perorangan secara paripurna meliputi mewarnai gambaran pengunjung rumah sakit
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dimana satu orang pasien bisa diantar oleh 2
kegawatdaruratan, serta pemeriksaan sampai 3 orang sehingga seringkali ruang
penunjang dimana salah satu fasilitas yang tunggu di Instalasi Laboratorium tidak mampu
dimiliki adalah Instalasi Laboratorium [6]. menampung, baik pasien maupun
Rumah Sakit Bina Sehat Jember merupakan pendampingnya jika antrian pasien cukup
rumah sakit swasta kelas C dengan status banyak. Mereka akan berdiri untuk menunggu
akreditasi Tingkat Paripurna yang terletak di giliran untuk pengurusan administrasi,
Kabupaten Jember Jawa Timur dan sudah pengambilan sampel ataupun menunggu hasil
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan dan juga pemeriksaan. Situasi tersebut sangat
sumber pembiayaan lain seperti asuransi dan mengurangi kenyamanan pasien, di sisi lain
perusahaan kerjasama. Berdasarkan data dari pada saat situasi ramai, ketenagaan di Instalasi
SIM RS diketahui bahwa setiap harinya jumlah Laboratorium juga butuh waktu lebih lama untuk
rata-rata pasien di pelayanan rawat jalan pengambilan sampel pasien-pasien ataupun
tahun 2022 mencapai 298 orang per hari mengolah dan mengeluarkan hasil pemeriksaan.
dimana 20% di antaranya membutuhkan Pasien dengan pendamping yang menumpuk di
pemeriksaan penunjang dari laboratorium. Instalasi Laboratorium terkadang tampak tidak
Pelayanan laboratorium rumah sakit tertampung pada fasilitas tempat duduk yang
merupakan salah satu kegiatan di rumah disediakan di ruang tunggu laboratorium. Waktu
sakit yang menunjang pelayanan kesehatan tunggu yang terlalu lama potensial menimbulkan
yang bermutu. Hal tersebut diperjelas dalam banyak risiko seperti komplain pasien dan
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/ keluarganya.
MENKES/ SK/ II/ 2008 tentang standar Keselamatan pasien di rumah sakit
pelayanan minimal rumah sakit, yang merupakan suatu sistem dimana rumah sakit
menyebutkan bahwa pelayanan laboratorium membuat asuhan pasien lebih aman
rumah sakit adalah bagian yang tidak yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan
terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan pengelolaan hal yang berhubungan dengan
rumah sakit yang berorientasi kepada risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
pelayanan pasien, melaksanakan pelayanan kemampuan belajar dari insiden dan tindak
pemeriksaan spesimen klinik untuk lanjutnya serta implementasi solusi untuk
mendapatkan informasi tentang kesehatan meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah
perorangan terutama untuk menunjang upaya terjadinya cedera yang disebabkan oleh
diagnosis penyakit, penyembuhan penyakit, dan kesalahan akibat melaksanakan suatu
pemulihan kesehatan [8]. Salah satu indikator tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
keberhasilan pelayanan kesehatan dibidang seharusnya diambil [7].
pelayanan laboratorium patologi klinik adalah Pada era sekarang, keselamatan pasien
waktu tunggu pelayanan laboratorium. Standar menjadi isu penting di ranah pelayanan
yang ditetapkan untuk seluruh waktu tunggu kesehatan sehingga fasilitas pelayanan akan
hasil pelayanan laboratorium adalah ≤ 140 berpusat pada pasien dalam hal pengambilan
menit menurut KMK RI No. 129/ MENKES/ SK/ keputusan strategis serta pengembangan
II/ 2008. Adapun urutan tiga besar kegiatan fasilitas layanan agar tetap bisa bertahan di
pemeriksaan laboratorium untuk pasien rawat tengah persaingan yang ketat [5]. Pengambilan
jalan di RS Bina Sehat Jember adalah sampel darah pada pasien yang akan
pemeriksaan kimia klinik, darah lengkap, dan melakukan tes di laboratorium tampak memiliki
hematologi. risiko-risiko yang akan menjadi lebih besar dan
Permasalahan yang cukup sering terjadi lebih serius apabila tidak segera ditindaklanjuti.
adalah ketika terjadi penumpukan pasien di Di dalam manajemen risiko rumah sakit terdapat
ruang tunggu Laboratorium dikarenakan pasien- beberapa metode pendekatan penyelesaian
pasien rujukan dokter spesialis di Poli Rawat masalah baik proaktif maupun reaktif.
Jalan datang bersamaan dengan pasien-pasien Salah satu Metode Proaktif yang
yang langsung datang ke laboratorium untuk digunakan peneliti adalah Failure Mode and
pemeriksaan laboratorium mandiri seperti tes Effect Analysis atau FMEA. FMEA merupakan
Covid-19 atau medical check up. Dimana proses suatu metode yang telah dikembangkan untuk
pengambilan sampel untuk pasien-pasien mengidentifikasi, mengukur dan mencegah
tersebut dilakukan di satu ruang sampling terjadinya kegagalan. FMEA sebagai metode
Instalasi Laboratorium. sistematis dan proaktif serta fleksibel untuk
mengevaluasi suatu proses dan
2
mengidentifikasi dimana dan bagaimana suatu Pasien yang melakukan pemeriksaan
proses dapat gagal dan memperkirakan faktor mencapai rata-rata 150 orang per hari dengan
kegagalan yang lain, sehingga diketahui jumlah pasien terbanyak di shift siang antara jam
bagian mana dari suatu proses itu yang 2 hingga jam 9 malam. Pada saat jumlah pasien
paling memerlukan pengembangan [9]. menumpuk tampak mempengaruhi kecepatan
Setelah dilakukan analisis menggunakan pelayanan per pasien, terutama pada tahapan
FMEA maka selanjutnya dilakukan analisis waktu tunggu hasil pemeriksaan laboratorium.
menggunakan Ishikawa diagram yang Kepala Urusan Instalasi Laboratorium RS
merupakan metode manajemen risiko reaktif Bina Sehat Jember melakukan analisa atas tidak
untuk mengidentifikasi penyebab masalah tercapainya indikator mutu pelayanan unit untuk
karena penyimpangan selama proses atau waktu tunggu hasil laboratorium seperti yang
keluhan terkait hasil. Diagram Ishikawa tertera pada Tabel 1. Ditindaklanjuti dengan
pertama kali diperkenalkan oleh Kaoru Ishikawa koordinasi internal antara unit dengan Komite
dan termasuk salah satu dari tujuh metode dasar Mutu beserta jajaran manajemen melakukan
pengendalian kualitas. Diagram Ishikawa pembahasan atas hasil tersebut dan sepakat
sering juga disebut sebagai diagram tulang untuk menerapkan FMEA sebelum melakukan
ikan (fishbone diagram) atau diagram sebab tindak lanjut pengambilan keputusan.
akibat [3]. Kegiatan ini penting dilakukan untuk Kemudian hasil dianalisa menggunakan
mengenali risiko-risiko yang sama dan metode FMEA dengan cara mendapatkan skor
kemungkinan dapat terjadi lagi dan untuk perkalian dari aspek Severity, Occurence, dan
menentukan penanganan risiko tersebut. Detection untuk mendapatkan RPN tertinggi
serta menggunakan Diagram Ishikawa (Metode
2. METODE PENELITIAN Fish Bone) untuk mengidentifikasi masalah dari
Penelitian ini bermaksud untuk kegagalan [3].
mengidentifikasi potensi kegagalan yang Tahapan pelaksanaan FMEA untuk
dapat menghambat kelancaran pada alur proses evaluasi perbaikan waktu tunggu pemeriksaan
pemeriksaan laboratorium di Instalasi Rawat laboratorium pasien rawat jalan dari poli rawat
Jalan Rumah Sakit Bina Sehat Jember jalan meliputi :
menggunakan metode Failure Mode Effect
Analysis (FMEA) sebagai upaya proaktif 1. Memilih Topik Dan Membentuk Tim.
penilaian risiko untuk mengidentifikasi potensi Topik yang dipilih adalah upaya perbaikan
kerentanan dalam kompleksitas dan proses waktu tunggu hasil pemeriksaan darah rutin di
yang memiliki risiko tinggi dan untuk laboratorium untuk mengantisipasi jumlah pasien
membuat tindakan perbaikan sebelum rawat jalan yang semakin meningkat sehingga
terjadinya kejadian yang merugikan [3]. pengambilan sampling untuk pasien rawat jalan
Penelitian pendahuluan ini dilakukan bisa dilakukan di area ruang tunggu yang sama
pada bulan Oktober-Desember Tahun 2021 dan pasien dapat dilayani dengan cepat dan
dan di evaluasi pada Januari-Maret Tahun 2022. nyaman.
Populasi penelitian yaitu pasien rawat jalan yang Tujuan pemilihan topik adalah
melakukan pemeriksaan di laboratorium RS Bina meningkatkan kepuasaan pasien terutama pada
Sehat Jember. Survey awal ini dilakukan indikator waktu tunggu hasil pemeriksaan darah
dengan cara mengamati dan mencatat waktu rutin untuk pasien rawat jalan, serta
tunggu hasil pemeriksaan laboratorium serta mengembangkan terobosan prosedur layanan
kepuasan para pasien tersebut. yang mengutamakan kualitas, kenyamanan dan
Hasil observasi pelayanan di laboratorium keselamatan pasien.
di bulan Oktober sampai dengan Desember Penugasan Tim FMEA disahkan oleh
tahun 2021 menunjukkan rata-rata waktu tunggu pimpinan Rumah Sakit Bina Sehat Jember pada
hasil pemeriksaan darah rutin sebagai berikut : tanggal 5 Januari 2022 setelah melalui rapat
persiapan dan juga rapat koordinasi antar
Tabel 1. bidang, serta pengajuan pembentukan Tim
Rata-rata Waktu Tunggu Hasil Pemeriksaan FMEA di awal tahun.
Darah Rutin di Laboratorium Bulan Oktober- Tim FMEA diketuai oleh Kepala Instalasi
Desember Tahun 2021 Rawat Jalan dengan Wakil Ketua dari Komite
Mutu, serta anggota tim yang mewakili unit-unit
Bulan Rata-rata Waktu Standar terkait dalam pelaksanaan layanan laboratorium
(2021) Tunggu Hasil Waktu Tunggu seperti Kepala Bidang Keperawatan, Kepala
Oktober 36 menit 30 menit Bidang Pelayanan Pasien, Kepala Bagian
November 40 menit 30 menit Umum, Kepala Bagian Fasilitas Kesehatan,
Desember 34 menit 30 menit Kepala Bidang Penunjang Medis, Kepala Urusan
*) Sumber Data : Survey Awal FMEA Laboratorium serta tambahan anggota dari
Unit Laboratorium Komite Mutu.

3
2. Menyusun diagram alur proses
Tujuan utama penyusunan diagram alur proses
adalah mengenali potensi risiko atas
kemungkinan terjadinya komplain terutama pada
indikator waktu tunggu pemeriksaan
laboratorium dikarenakan alur yang sudah
berjalan serta melakukan perubahan alur
layanan laboratorium untuk pasien rawat jalan.

Gambar 2.
TitikTahapan Berisiko Pada Proses
Gambar 1. Pemeriksaan Laboratorium Pasien
Diagram Alur Proses Pemeriksaan Rawat Jalan
Laboratorium Pasien Rawat Jalan
3. Mengidentifikasi modus kegagalan
Alur proses yang menjadi fokus evaluasi Dalam pengaplikasian FMEA dibutuh-
ditandai dengan angka 1 dan 2 sebagaimana kan penetapan penyebab, akibat dan rencana
tergambar di bawah ini, dimana pada tahapan tindak lanjut dari mode kegagalan Teknik
proses ini rentan menimbulkan risiko seperti analisis menggunakan FMEA ini digunakan
waktu tunggu melebihi standar serta kurangnya untuk mengetahui potensi risiko yang dapat
kenyamanan pasien saat menunggu giliran menghambat proses pelayanan pasien [1].
dikarenakan banyaknya pasien yang antri
melakukan pemeriksaan.

Tabel 2.
Analisis FMEA untuk Kemungkinan Penyebab dan Efek Kegagalan Perbaikan Waktu Tunggu
Pemeriksaan Laboratorium Pasien Rawat Jalan dari Poli Rawat Jalan
RS Bina Sehat Jember

Proses Failure Potential Causes Potential Effect Rencana


No.
(Langkah) Mode For Failure Of Failure Tindak Lanjut
1 Registrasi Petugas Petugas cuti, ijin sakit, Risiko pasien 1. Perlu ada opsi pelaksanaan
Pasien RJ di admin tidak atau sedang komplain karena lama sampling yang lebih terintegrasi
Loket Admin ada di mengerjakan tugas menunggu proses dan cepat di poli rawat jalan bagi
koordinasi lain yang pasien-pasien dari Poli Rawat
Lab tempat registrasi
mengharuskannya Jalan.
keluar
2. Perlu pengaturan shift dinas
disesuaikan dengan situasi,
kondisi dan pola kunjungan
pasien terutama saat hari-hari Poli
Rawat Jalan dengan antrian yang
panjang

4
2 Pengambilan Antrian 1. Ruang Sampling hanya 1. Risiko pasien 1. Penugasan dan penempatan
Sampling lama, ada 1 di Laboratorium komplain karena tambahan tenaga bantuan sebagai
Pasien RJ menunggu lama menunggu petugas sampling pemeriksaan lab
2. Jumlah petugas kurang panggilan sampling bagi pasien di poli rawat jalan.
giliran
saat antrian pasien
dipanggil rawat jalan banyak 2. Risiko pasien 2. Penambahan ruangan sampling
komplain karena untuk menunjang kebutuhan
3. Kapasitas ruang tunggu tidak dapat kursi di pemeriksaan lab bagi pasien di
lab. terbatas, ruang tunggu lab poli rawat jalan
sedangkan 1 pasien jika situasi ruang
bisa diantar oleh 2 tunggu sangat
hingga 3 orang padat
pendamping sehingga
membuat ruang tunggu
penuh dan sesak
3 Pemeriksaan Lama 1. Petugas yang dinas 1. Waktu tunggu 1. Penugasan dan penempatan
sampel dan menunggu mengerjakan banyak hasil tambahan tenaga bantuan sebagai
Penyerahan hasil, pasien kegiatan bersamaan : pemeriksaan lab petugas sampling pemeriksaan lab
menyampling, mengolah bertambah lama bagi pasien di poli rawat jalan.
hasil Lab tidak
sampel, mengerjakan
nyaman laporan hasil 2. Risiko pasien 2. Penambahan ruangan sampling
pemeriksaan komplain karena untuk menunjang kebutuhan
tidak dapat kursi pemeriksaan lab bagi pasien di
2. Jumlah petugas dalam 1 di ruang tunggu poli rawat jalan
shift kerja kurang jika lab jika situasi
pasien rawat jalan ruang tunggu
banyak yang dirujuk ke sangat padat
Lab, terutama jika ada
yang cuti/sakit/atau
ditugaskan keluar

3. Kapasitas ruang tunggu


lab. terbatas, sedangkan
1 pasien bisa diantar oleh
2 hingga 3 orang
pendamping sehingga
membuat ruang tunggu
penuh dan sesak

4. Menetapkan prioritas modus kegagalan


berdasarkan RPN

Untuk menentukan skala prioritas maka


perlu dilakukan penghitungan nilai Risk Priority
Number (RPN). RPN ini didapat dari
mengkalikan tiga faktor (Occurrence X Severity
X Detection) dan kemudian menetapkan nilai
cut off point. Nilai RPN yang masuk dalam cut
off point ini yang kemudian dimasukkan dalam
skala prioritas perbaikan RS.
Manajemen menetapkan cut of point (nilai
batasan) untuk risiko-risiko yang harus Gambar 3.
ditindaklanjuti yaitu ≥ 18 poin. Nilai RPN Nilai Risk Priority Number
tertinggi memiliki prioritas pertama dalam
penyelesaian masalah. 5. Identifikasi akar penyebab masalah dari
Data pada Gambar 3 berikut ini modus kegagalan
menunjukan RPN tertinggi yaitu Berdasarkan perhitungan RPN dapat
ketidaknyamanan saat antri registrasi dan antri diketahui bahwa risiko-risiko yang potensial
sampling sebesar 24 poin, kemudian terlalu muncul berkaitan dengan alur pelayanan
lama menunggu petugas registrasi sebesar 18 pemeriksaan laboratorium pasien rawat jalan di
poin. Poli Rawat Jalan RS Bina Sehat Jember adalah
Selanjutnya setelah diketahui nilai RPN berhubungan dengan ketidaknyamanan pasien
dari beberapa modus kegagalan yang sudah saat harus lama mengantri dengan kondisi ruang
ditentukan, dilakukanlah analisis faktor tunggu yang terbatas dan lama menunggu
penyebab kegagalan menggunakan diagram petugas karena keterbatasan tenaga. Berikut
Ishikawa. adalah dua diagram Ishikawa akar penyebab
dari modus kegagalannya :

5
METODE SDM

Petugas kurang apabila ada


Petugas admin lab per
yang ijin tidak masuk,
shift 1 orang, untuk shift
diperbantukan kegiatan lain
malam tidak ada petugas
dst

Tidak ada nomor antrian

Pasien tidak nyaman saat


antri / menunggu lama
karena kursi R. Tunggu
terbatas
Pasien membawa
Kursi ruang tunggu admisi lab
keluarga/ pengantar lebih
dan R.sampling terbatas
dari 1 orang

Pasien Rawat Jalan yang Ruang tunggu ruang sampling


dirujuk ke Lab banyak sempit

Ruang sampling hanya 1

LINGKUNGAN SARPRAS

Gambar 4.
Diagram Ishikawa dengan pembahasan akar masalah pasien tidak nyaman saat lama antri

METODE SDM

Petugas admissi lab Petugas tidak memadai jika


per shift 1 orang, untuk ada yang ijin tidak masuk /
shift malam tidak ada diperbantukan kegiatan lain
petugas dst

Petugas mengambil sampling dan Petugas sedang rehat sholat,


mengerjakan sampel di R. Pemeriksaan ke KM, makan dst
Pasien menunggu karena
petugas laborat mengerjakan
berbagai hal bersamaan
Ada kegiatan lain yang
Tidak ada alat/ bel untuk
melibatkan petugas
memanggil petugas yang
laborat
sedang tidak ada di tempat
Pasien Rawat Jalan
yang dirujuk ke Lab
banyak

LINGKUNGAN SARPRAS

Gambar 5.
Diagram Ishikawa dengan pembahasan akar masalah pasien lama menunggu petugas

6
6. Membuat rancangan ulang proses luas dan jumlah kursinya yang dapat
(redesign process) menampung lebih banyak orang.
Pengaturan ulang untuk alur pelayanan
laboratorium terutama bagi pasien dari Poli 8. Melakukan implementasi dan pemantauan
Rawat Jalan dilakukan untuk memberikan proses baru
kenyamanan dan kecepatan akses pada Pemantauan atas implementasi alur baru
pemeriksaan laboratorium sesuai kebutuhan dan juga efektivitas Poli Sampling dilakukan
pasien. untuk memperoleh gambaran menyeluruh atas
regulasi baru yang telah ditetapkan terutama
dalam dukungan pencapaian indikator mutu dan
keselamatan pasien di unit laboratorium.
Hasil observasi pelayanan pasien rawat
jalan di laboratorium bulan Januari sampai
dengan Maret tahun 2022 menunjukkan adanya
perbaikan pada kecepatan waktu tunggu hasil
pemeriksaan darah rutin sebagai berikut :

Tabel 3.
Rata-rata Waktu Tunggu Hasil Pemeriksaan
Darah Rutin di Laboratorium
Bulan Januari – Maret Tahun 2022

Bulan Rata-rata Waktu Standar


(2022) Tunggu Hasil Waktu
Tunggu
Gambar 6. Januari 24 menit 30 menit
Februari 32 menit 30 menit
Desain Ulang Alur Pelayanan
Maret 23 menit 30 menit
Pemeriksaan Laboratorium Pasien
*) Sumber Data : Laporan Evaluasi
Rawat Jalan di Poli Rawat Jalan
FMEA Unit Laboratorium Tahun 2022
7. Menganalisis dan menguji coba dari
proses baru Nilai RPN dari faktor ketidaknyamanan
saat antri registrasi dan antri sampling
Desain ulang alur pelayanan laboratorium
mengalami perubahan yang signifikan yaitu dari
untuk pasien rujukan Poli Rawat Jalan
24 poin menjadi 12 poin setelah proses
sebagaimana Gambar 6, diujicobakan dari bulan
redesign, sedangkan faktor terlalu lama
Januari sampai dengan bulan Maret Tahun
menunggu petugas sebelum proses redesign
2022.
sebesar 18 poin menjadi 8 poin setelah proses
Sebuah ruangan poli rawat jalan
redesign.
dialihfungsikan khusus untuk pengambilan
Beralihnya proses sampling bagi pasien
sampel bagi pasien-pasien rawat jalan yang
rujukan Rawat Jalan ke Poli Sampling juga
membutuhkan pemeriksaan laboratorium.
secara signifikan mengurangi kepadatan antrian
Ruangan Poli Sampling ini didesain dengan tata
di ruang tunggu Instalasi Laboratorium. Pasien
ruang yang baik sesuai alur pelayanan dan
tidak lagi terlihat berdesakan atau sampai tidak
fasilitas penunjang yang memadai untuk
dapat tempat duduk seperti periode sebelum
mendukung kegiatan pengambilan sampel
adanya Poli Sampling.
pasien.
Analisis distribusi ketenagaan juga
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
dilakukan untuk mencari solusi atas
Perubahan alur pelayanan laboratorium
keterbatasan tenaga analis laboratorium untuk
bagi pasien rujukan Poli Rawat Jalan dilakukan
pelaksanaan proses sampling. Oleh sebab itu
dengan mempertimbangkan kemungkinan
untuk pengembangan Poli Sampling, 3 orang
munculnya risiko-risiko komplain dari pasien
perawat ditugaskan dan ditempatkan sebagai
rawat jalan di Laboratorium RS Bina Sehat
Perawat Sampling di Poli Sampling melalui Surat
Jember.
Penugasan dari Direktur Rumah Sakit Bina
Perubahan alur pelayanan laboratorium
Sehat dilampiri Rincian Kewenangan klinis.
paska dikembangkannya Poli Sampling
Keberadaan Poli Sampling ini
memudahkan pasien rujukan Poli Rawat Jalan
memberikan akses yang lebih mudah bagi
untuk berada di satu tempat dimana mereka
pasien rawat jalan yang akan melakukan
langsung dilayani untuk pengambilan sampel
pemeriksaan laboratorium dan didukung ruang
sekaligus menunggu hasil pemeriksaan.
tunggu di Poli Rawat Jalan lebih nyaman karena
Didukung oleh fasilitas kursi ruang tunggu Poli

7
Rawat Jalan yang luas maka semua pasien ketidaknyamanan pasien saat antri untuk
dipastikan tetap nyaman. pemeriksaan laboratorium baik dalam proses
Penugasan Perawat sebanyak 3 orang registrasi maupun pengambilan sampel karena
yang khusus ditempatkan di Poli Sampling juga ruang tunggu yang terbatas serta adanya
sangat membantu petugas laboratorium dalam keterbatasan jumlah petugas ketika pasien yang
mempercepat proses pengambilan sampel dari dilayani lebih banyak dari biasanya. Faktor-
pasien-pasien rawat jalan sehingga petugas di faktor yang mempengaruhi waktu tunggu
laboratorium bisa lebih terfokus untuk pemeriksaan laboratorium yaitu SDM, metode,
melakukan proses pemeriksaan sampel dan pasien, sarana prasarana, dan lingkungan [3].
percepatan hasil pemeriksaan pasien. Adapun Hadirnya Poli Sampling sebagai solusi
selisih percepatan waktu tunggu hasil atas risiko-risiko layanan pemeriksaan
pemeriksaan laboratorium dapat dilihat pada laboratorium pasien rawat jalan di RS Bina
tabel berikut ini : Sehat menunjukkan hasil yang cukup signifikan
Tabel 4. terhadap pencapaian indikator mutu waktu
Selisih Waktu Tunggu Hasil Pemeriksaan tunggu hasil pemeriksaan darah rutin
Darah Rutin Sebelum dan Sesudah Redesain sebagaimana tercantum pada Tabel 4 dimana
Alur Pelayanan Pemeriksaan Laboratorium unit laboratorium dapat menyelesaikan proses
Pasien Rawat Jalan di Poli Rawat Jalan sesuai dengan standar rata-rata waktu tunggu
hasil pemeriksaan darah rutin yaitu 30 menit.
Waktu Tunggu Waktu Tunggu Selisih Waktu Standar kepuasan kepuasan pelanggan
Hasil Sebelum Hasil Setelah Tunggu laboratorium sebesar 80 % juga dapat tercapai,
Redesain Redesain terlihat di Tabel 5, dimana tampak peningkatan
36 menit 24 menit 12 menit yang sangat signifikan pada kepuasan
40 menit 32 menit 8 menit
pelanggan laboratorium pada fase sebelum dan
34 menit 23 menit 11 menit
sesudah ada Poli Sampling.
*) Sumber Data : Laporan Evaluasi Banyak faktor penyebab ketidakpuasan
FMEA Unit Laboratorium Tahun 2022 pasien dalam pelayanan kesehatan, salah
satunya adalah faktor waktu tunggu atau
Kepala Urusan Laboratorium bersama antrian. Waktu tunggu merupakan komponen
dengan Komite Peningkatan Mutu dan penting dari kepuasan pasien. Jerald Young
Keselamatan Pasien melakukan pemantauan (1984), mengatakan bahwa pelanggan akan
pencapaian indikator kepuasan pasien yaitu keluar atau pindah dari suatu penyelenggara
terkait kenyamanan di ruang tunggu dan pelayanan kesehatan sebanyak 23% karena
kecepatan waktu tunggu hasil pemeriksaan waktu yang lama [4].
darah rutin pada periode layanan bulan Januari Loyalitas adalah aset dari suatu merek
sampai dengan bulan Maret Tahun 2022. yang menunjukkan mahalnya nilai sebuah
Berdasarkan survey kepuasan pelanggan loyalitas, karena untuk membangunnya
yang dilakukan kepada pasien-pasien rawat banyak tantangan yang harus dihadapi serta
jalan di laboratoium sebelum dan sesudah membutuhkan waktu yang sangat lama [2].
adanya Poli Sampling dapat diperoleh data Keselamatan pasien dan kepuasan pelanggan
sebagai berikut : dipertaruhkan apabila tidak ada perbaikan yang
Tabel 5. dapat dilakukan untuk mengatasi masalah-
Kepuasan Pelanggan Laboratorium masalah yang muncul dari sebuah alur yang
Sebelum dan Sesudah Ada Poli Sampling kurang efektif. Pasien dan keluarga pasien dapat
dipastikan akan memiliki persepsi yang kurang
Bulan Kepuasan Bulan Kepuasan
baik terhadap layanan rumah sakit yang
(2021) Pelanggan (2022) Pelanggan
kemudian mendorong mereka untuk beralih ke
Oktober 74% Januari 90% fasilitas kesehatan yang lain.
November 77% Februari 92% Penerapan FMEA pada evaluasi alur
Desember 72% Maret 93% pelayanan pemeriksaan laboratorium pasien-
Rata-rata 74% Rata-rata 91% pasien rawat jalan telah membantu jajaran
*)Sumber Data : Laporan Indikator Mutu manajemen RS Bina Sehat Jember untuk
Laboratorium Triwulan 4 Tahun 2021 dan mengidentifikasi proses yang kurang efektif,
Triwulan I Tahun 2022 berisiko, dan dapat merugikan pasien.
Kebijakan pengembangan Poli Sampling
4. KESIMPULAN tidak hanya mempersingkat waktu tunggu
Berdasarkan hasil analisis FMEA pasien, akan tetapi juga memberikan akses
diperoleh kesimpulan yaitu penyebab pemeriksaan laboratorium yang lebih nyaman
kegagalan alur pelayanan pemeriksaan bagi pasien di Intalasi Rawat Jalan. Secara
laboratorium pasien rawat jalan di poli rawat internal, penugasan tiga orang perawat di Poli
jalan RS Bina Sehat Jember adalah Sampling meringankan beban petugas analis
8
laboratorium pada aspek kegiatan sampling
pasien rawat jalan serta memberikan waktu yang
lebih leluasa untuk mengerjakan pemeriksaan
sampel di lokasi unitnya.
Berdasarkan output pelaksanaan FMEA di
atas dapat disimpulkan bahwa metode ini
terbukti efektif dan efisien yang membuat
rumah sakit bisa melakukan perbaikan,
memaksimalkan sumber daya yang ada dan
menghindari pemborosan.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Alawiyah, T.E. 2022. Penerapan Failure


Mode and Effect Analysis (FMEA) untuk
Mendeteksi Prescreption Error pada Depo
Farmasi Rawat Jalan Instalasi Farmasi
RSUD Praya. Jurnal Kesehatan Qomarul
Huda. Vol. 10 No.2, Desember 2022, 217-
223.

[2] Hasan, Ali. 2013. Marketing Dan Kasus-


Kasus Pilihan. Yogyakarta : CAPS (Center
for Academic Publishing Service).

[3] Hispratin, Y., Musfiroh, I. 2020. Ishikawa


Diagram dan Failure Mode Effect Analysis
(FMEA) sebagai Metode yang sering
digunakan dalam Manajemen Risiko Mutu
di Industri. Majalah Farmasetika. 6(1) 2021,
1-9.

[4] Isniati. 2007. Mutu Pelayanan Medik


pada Peserta Askes. Padang : Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas.

[5] Kementrian Kesehatan Republik


Indonesia. 2015. Pedoman Nasional
Keselamatan Pasien Rumah Sakit : Edisi III.
Jakarta.

[6] Keputusan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia No. 129 Tahun 2008 Tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
Jakarta.

[7] Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia No. 1691 Tahun 2011 Tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Jakarta.

[8] Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia No. 143 Tahun 2013 Tentang
Cara Penyelenggaraan Laboratorium Yang
Baik. Jakarta.

[9] Sri Utami, A., Fahmy, R., Putri, Z.M. 2020.


Peran Metode Failure Mode and Effect
Analysis (FMEA) terhadap Mutu Pelayanan
Rumah Sakit: Systematik Review. Jurnal
Ilmiah Universitas Batanghari Jambi. 20(3)
Oktober 2020, 932-936.

Anda mungkin juga menyukai