Anda di halaman 1dari 88

LAMPIRAN:

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT SUCI PARAMITA TANGERANG


TENTANG : Pedoman Pelayanan Instalasi Laboratorium RSSP Kabupaten Tangerang
Nomor : 054/X/RSSP/2018
Tanggal : 01 Oktober 2018

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu organisasi


yang memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan
penyakit serta memulihkan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat. Peningkatan derajat kesehatan yang optimal merupakan salah satu
unsur dari pada kesejahteraan umum. Departemen kesehatan berupaya
meningkatkan kemampuan semua sarana kesehatan agar mampu memberikan
pelayanan kesehatan maupun pelayanan medik secara terpadu, merata, berhasil
guna dan berdaya guna.
Pelayanan laboratorium di Rumah Sakit merupakan bagian dari pelayanan
kesehatan yang mampu melaksanakan pemeriksaan dalam arti kualitatif dan
kuantitatif dan harus memberikan hasil pemeriksaan yang bermutu sehingga dapat
dipercaya. Pelayanan yang bermutu, cepat, tepat dan cermat hanya dapat terwujud
apabila laboratorium didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai dan
berfungsi dengan baik, serta didukung pula oleh petugas yang profesional dan
pelaksanaan yang terdidik dan sadar akan tanggung jawab yang dipikulnya.
Pelayanan kesehatan Rumah Sakit merupakan bagian integral yang tidak dapat
dipisahkan dari pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Tuntutan akan pelayanan
kesehatan yang bermutu semakin meningkat seiring dengan semakin tinggi nya
tingkat pendidikan dan kesejahteraan masyarakat. Semakin pesat laju
pembangunan, semakin besar pula tuntutan masyarakat dalam mendapatkan
pelayanan kesehatan yang lebih baik.
Dengan demikian, pelayanan Rumah Sakit yang memadai, baik dibidang
diagnostik maupun pengobatan semakin dibutuhkan. Sejalan dengan itu maka
pelayanan diagnostik yang diselenggarakan oleh laboratorium klinik Rumah Sakit
sangat perlu untuk ditingkatkan baik dari segi kuantitas jenis pemeriksaan maupun
kualitas pemeriksaan dan pelayanan.
Laboratorium klinik Rumah Sakit Suci Paramita terdiri dari laboratorium
patologi klinik. Laboratorium patologi klinik adalah laboratorium kesehatan yang
melaksanakan pelayanan pemeriksaan bidang hematologi, kimia klinik,

1
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

mikrobiologi klinik, imunologi klinik atau bidang lain yang berkaitan dengan
kepentingan kesehatan perorangan terutama untuk menunjang upaya diagnostik
penyakit, penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Laboratorium Patologi
Anatomi berfungsi untuk membantu dokter dalam penegakkan diagnosis, sebagai
standar baku emas/‘gold standard’ dan untuk penatalaksanaan penderita
selanjutnya. Rumah Sakit Suci Paramita belum memiliki Bank darah sehingga
masih bekerjasama dengan PMI Kabupaten Tangerang dan PMI Kota Tangerang
dalam memenuhi kebutuhan darah. Kedudukan laboratorium klinik di rumah sakit
sangat penting karena sesuai dengan fungsinya dalam membantu pengelolaan
pasien rumah sakit.
Dalam melaksanakan kegiatannya, laboratorium klinik harus berlandaskan
pada undang-undang dan peraturan yang berlaku. Peraturan menteri kesehatan
nomor 441/Menkes/Per/III/2010 tentang laboratorium klinik merupakan salah satu
peraturan pemerintah yang mengatur tentang semua aspek laboratorium klinik dan
dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman dalam menyelenggarakan pelayanan
laboratorium.
Untuk dapat melakukan fungsinya, laboratorium klinik membutuhkan banyak
jenis tenaga dengan kompetensi khusus, berbagai teknologi pemeriksaan dan alat-
alat mulai dari yang paling sederhana sampai yang tercanggih, membutuhkan
berbagai jenis reagensia untuk semua jenis pemeriksaan, bekerjasama dengan
berbagai pihak yang mendukung kegiatan laboratorium seperti perawat, farmasi,
logistik dan distributor alat laboratorium.
Laboratorium klinik mempunyai dua pelanggan utama yaitu pasien sebagai
pelanggan eksternal dan dokter sebagai pelanggan internal. Merupakan kewajiban
bagi setiap laboratorium klinik untuk memberikan pelayanan yang bermutu,
adekuat, teratur, baik dan terus menerus kepada setiap pelanggannya. Untuk
meningkatkan mutu pelayanan, laboratorium klinik yang terdapat di seluruh
Rumah Sakit perlu dikelola dengan menggunakan prinsip-prinsip manajemen yang
tepat. Dipimpin dan diarahkan oleh orang-orang yang sesuai kualifikasinya,
berkompeten dan profesional.
Upaya meningkatkan mutu pelayanan laboratorium klinik merupakan
serangkaian kegiatan yang komprehensif dan integral yang menyangkut struktur,
proses, outcome secara objektif dan sistematik. Sasaran upaya meningkatkan mutu
pelayanan laboratorium di rumah sakit adalah: meningkatkan kepuasan pelanggan
(pasien, dokter dan pemakai jasa laboratorium lainnya), meningkatkan efisiensi

2
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

dan efektifitas pelayanan laboratorium, dan efisiensi penggunaan sumber daya


yang dimiliki.
Cakupan kegiatan peningkatan mutu meliputi seluruh kegiatan teknis
laboratorium. Kegiatan teknis laboratorium meliputi seluruh kegiatan pra-analitik,
analitik dan pasca-analitik. Kegiatan yang berkaitan dengan administrasi meliputi
pendaftaran pasien/spesimen, pelayanan administrasi keuangan, dan pelayanan
hasil pemeriksaan. Sedangkan kegiatan yang bersifat manajerial meliputi
pemberdayaan sumber daya yang ada, termasuk didalam nya adalah
penatalaksanaan logistik dan pemberdayaan sumber daya manusia (SDM).
Laboratorium klinik juga harus menerapkan prinsip-prinsip keselamatan dalam
memberikan pelayanannya. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan
(Safety) yang ada di rumah sakit, yaitu: keselamatan pasien (Patient safety),
keselamatan pekerja dan petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan
dirumah sakit yang bisa berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas,
keselamatan lingkungan (green productivity) yang berdampak terhadap
pencemaran lingkungan dan keselamatan “bisnis” rumah sakit yang terkait dengan
kelangsungan hidup rumah sakit. Laboratorium klinik sangat berkepentingan
dengan kelima isu keselamatan ini karena laboratorium bekerja menggunakan
bahan dan alat yang dapat menyebabkan kecelakaan baik terhadap pasien maupun
petugas, mengolah spesimen infeksius dan menghasilkan berbagai bahan limbah
berbahaya.
Dengan melihat kompleksitas kerja laboratorium yang sarat dengan risiko
bahaya dan keselamatan di satu sisi, sementara laboratorium harus memberikan
pelayanan laboratorium yang baik kepada pengguna jasa laboratorium disisi
lainnya, maka perlu disusun pedoman dalam pelaksanaan pelayanan laboratorium
yang sesuai dengan standar nasional, undang-undang dan pelayanan yang berlaku
yang menjadi rambu-rambu bagi semua yang terlibat dalam pelayanan
laboratorium secara langsung maupun tidak langsung sehingga tujuan yang
diinginkan tercapai.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka perlu dibuat standar pelayanan di
laboratorium yang merupakan pedoman bagi semua pihak dalam tata cara
pelaksanaan pelayanan yang diberikan kepada pasien.
Dalam pedoman ini, terdapat pedoman tentang pembentukan laboratorium
klinik, standar ketenagaan, keamanan dan keselamatan kerja di laboratorium
klinik, pengadaan dan pemeliharaan alat-alat dan reagensia, pemeriksaan dan
pengolahan laboratorium, serta pemeriksaan sampel rujukan dan kontrol mutu

3
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

laboratorium. Berkaitan dengan hal tersebut diatas, maka dalam melakukan


pelayanan laboratorium di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tangerang harus
berdasarkan Pedoman Pelayanan Laboratorium Rumah Sakit Suci Paramita
Tangerang.

1.2 Ruang Lingkup


Ruang lingkup pelayanan laboratorium adalah kegiatan di laboratorium sendiri
maupun kegiatan di unit-unit lain yang berhubungan dengan laboratorium. Unit
tersebut adalah unit yang menunjang kegiatan laboratorium seperti Direksi
(Manajemen), Komite medik, bagian logistik, farmasi, rumah tangga,
maintenance, sistem informasi rumah sakit, Komite PPI dan unit-unit yang
memerlukan pelayanan laboratorium seperti Unit Gawat Darurat dan perawatan
intensif, unit rawat inap dan rawat jalan. Bentuk kegiatan yang berkaitan dengan
unit yang menunjang kegiatan laboratorium adalah:
1. Perencanaan pemeriksaan laboratorium yang akan diberikan yang disesuaikan
dengan permintaan dokter (kebutuhan pasien) dan kemampuan rumah sakit
2. Pengadaan sumber daya manusia yang kompeten dan peningkatan
kemampuan petugas
3. Pengadaan bahan pemeriksaan dan bahan habis pakai lainnya
4. Pengadaan alat-alat pemeriksaan dan sistem informasi yang digunakan di
laboratorium
5. Pemeliharaan dan kalibrasi alat

Ruang lingkup kegiatan laboratorium dan unit yang membutuhkan pelayanan


laboratorium adalah:
1. Pemberian pelayanan pemeriksaan laboratorium yang sesuai dengan
prosedur/kebijakan yang ditetapkan
2. Keamanan dan keselamatan kerja bagi petugas
3. Pengelolaan limbah
4. Kontrol mutu pemeriksaan laboratorium
5. Pelayanan rujukan
6. Pencatatan dan pelaporan

Ruang lingkup pemeriksaan laboratorium patologi klinik, meliputi :


a. Pemeriksaan Hematologi
b. Pemeriksaan Kimia klinik

4
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

c. Pemeriksaan Imunoserologi
d. Pemeriksaan Kimia Rutin, seperti: urinalisa, analisa feses
e. Pemeriksaan penyaring Hemostasis
f. Pemeriksaan Mikrobiologi sederhana
Ruang lingkup penyediaan darah adalah:
a. Menerima permintaan labu darah
b. Memeriksakan Golongan Darah dan Rhesus
c. Menghubungi pihak PMI terkait persediaan labu darah
d. Membantu mendistribusikan darah

1.3 Batasan Operasional


Batasan operasional pedoman pelayanan laboratorium adalah :
1. Pedoman disusun menurut undang-undang, peraturan, dan kebijakan yang
berlaku.
2. Isi pedoman disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan rumah sakit.
3. Pedoman diberlakukan di lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Tangerang.
4. Semua petugas yang memberikan pelayanan laboratorium secara langsung
maupun tidak langsung harus berpedoman kepada buku pedoman ini.
5. Dapat dilakukan perubahan pada buku pedoman apabila diperlukan di
kemudian hari.

Definisi operasional

1. Laboratorium Klinik
Adalah laboratorium kesehatan yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan
spesimen klinik untuk mendapatkan informasi tentang kesehatan perorangan
terutama untuk menunjang upaya diagnostik penyakit, penyembuhan penyakit,
dan pemulihan kesehatan.
2. Pemeriksaan Hematologi
Adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui keadaan darah dan
komponen – komponen yang bertujuan diantaranya mendeteksi kelainan
hematologi dimana diduga ada kelainan jumlah dan fungsi dari sel-sel darah.

5
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

3. Pemeriksaan Kimia Klinik


Adalah pemeriksaan terdapat kadar zat-zat yang terdapat didalam plasma atau
serum yang dibedakan berdasarkan organ atau faal organ, misalnya
pemeriksaan faal hati, faal ginjal, dll
4. Pemeriksaan Imunoserologi
Adalah pemeriksaan terdapat kandungan zat-zat dalam serum pasien
berdasarkan prinsip-prinsip imunologi (reaksi antigen antibodi).
5. Pemeriksaan Kimia Rutin
Urinalisis adalah pemeriksaan untuk mendapatkan bahan-bahan atau zat-zat
yang terkandung didalam urine, dan juga untuk melihat adanya kelainan pada
urine untuk membantu menegakkan diagnosis kelainan saluran kemih dan
beberapa panyakit lain yang berhubungan.
Analisa Feses adalah pemeriksaan rutin terhadap spesimen feses untuk melihat
adanya kelainan dalam feses secara makroskopis dan mikroskopis untuk
membantu menegakkan diagnosis pasien diare atau konstipasi.
6. Pemeriksaan Penyaring Faal Hemostasis
Pemeriksaan yang terdiri dari: BT, CT, PT.
7. Pemeriksaan Mikrobiologi Sederhana
Pemeriksaan yang terdiri dari: Pewarnaan BTA.

1.4 Landasan Hukum


1) Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
2) Undang-undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
3) Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kerja.
4) Peraturan Mentri Kesehatan No. 269/Menkes/Per/III/2008 Tentang
Laboratorium.
5) Peraturan Menteri Kesehatan No. 657/Menkes/Per/III/2009 Tentang
Pengiriman dan penggunaan spesimen Klinik, Materi biologik dan Muatan
Informasi nya.
6) Peraturan Menteri Kesehatan nomor 658/Menkes/Per/VIII/2009 Tentang
Jejaring Laboratorium Diagnostik Penyakit Infeksi new emerging dan re-
emerging.
7) Permenkes RI No.363/Menkes/Per/IV/1998 Tentang pengujian dan kalibrasi
alat kesehatan pada sarana pelayanan kesehatan.
8) Permenkes No.1696/Menkes/Per/VIII/2011 Tentang Keselamatan Pasien
Rumah Sakit.

6
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

9) Peraturan Menteri Kesehatan No.18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah


Bahan Berbahaya dan Beracun.
10) Keputusan Menteri Kesehatan nomor 289/Menkes/SK/III/2008 Tentang
Pedoman Akreditasi Laboratorium Kesehatan.
11) Keputusan Menteri Kesehatan nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 Tentang
Standar Pelayanan Rumah Sakit.
12) Keputusan Menteri Kesehatan nomor 129/Menkes/SK/II/2008 Tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
13) Keputusan Menteri Kesehatan nomor 432/Menkes/SK/IV/2007 Tentang
Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit.
14) Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 411/Menkes/Per/III/2010 Tentang
Laboratorium Klinik.
15) Keputusan Menteri Kesehatan RI No.370 Tentang Standar Profesi Ahli
Teknologi Laboratorum Kesehatan.
16) Keputusan Menteri Kesehatan RI no.364/Menkes/SK/III/2003 Tentang
Laboratorium Kesehatan.
17) Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medik depkes RI Nomor: HK
00.06.3.3 Tentang Pedoman Pengelolaan Laboratorium Klinik Rumah Sakit.
18) Pedoman pengelolaan Instalasi laboratorium Klinik, Patologi Anatomi dan
Patologi Forensik / Kamar jenazah Rumah Sakit kelas B dan C, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia

7
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

2.1.Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Kualifikasi dan tenaga yang tersedia di Laboratorium RSUD Kota Tangerang
adalah sebagai berikut:

No Nama Jabatan Kualifikasi Keterangan Jumlah


Formal
1 Kepala Instalasi/ Dokter Selalu mengikuti 1
Penanggung Jawab Spesialis Continuing Medikal
Laboratorium Patologi Education (CME)/
Patologi Klinik Klinik (SpPK) Pendidikan
Kedokteran
Berkesinambungan
(PKB)
3 Koordinator Ruangan D III Analis Pengalaman minimal 1
Instalasi Kesehatan 3 tahun dan
Laboratorium mengikuti pelatihan
laboratorium
4 Analis Pelaksana D III Analis Mengikuti pelatihan 4
Laboratorium Kesehatan laboratorium
Patologi Klinik

2.2. Distribusi ketenagaan


Tenaga laboratorium melakukan pelayanan di lantai 1 Rumah Sakit Suci
Paramita Kabupaten Tangerang. Lokasi laboratorium dekat dengan ruangan
Radiologi, Farmasi, Poliklinik, IGD dan Kasir. Tenaga teknis laboratorium
patologi klinik merangkap unit pelayanan darah RSSP didistribusikan menjadi 3
shift yaitu shift pagi, shift siang, dan shift malam karena pelayanan laboratorium
harus tersedia selama 24 jam. Kepala Instalasi Laboratorium dan Penanggung
Jawab Laboratorium Patologi Klinik dan koordinator ruangan laboratorium
memberikan pelayanan pada pagi hari pada pukul 07.00-14.00 WIB (Selasa,
Kamis dan Sabtu) dan sore hari 14.00 sd 21.00 (Senin, Rabu dan Jumat).

8
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

Peraturan pola ketenagaan Instalasi Laboratorium Patologi Klinik, yaitu:


1. Shift Pagi
Yang bertugas sejumlah 2 (dua) orang dengan kategori sebagai berikut:
- 1 orang Koordinator Ruangan ( Selasa, Kamis dan Sabtu )
- 1 orang analis pelaksana Patologi Klinik merangkap pelayanan darah
2. Shift Siang
Yang bertugas sejumlah 2 (dua) orang dengan kategori sebagai berikut:
- 1 orang Koordinator Ruangan ( Senin, Rabu dan Jumat)
- 1 orang analis pelaksana Patologi Klinik merangkap pelayanan darah.
3. Shift Malam
Yang bertugas sejumlah 1 (satu) orang dengan kategori sebagai berikut:
- 1 orang analis pelaksana ( 1 orang sebagai PJ Shift )
2.3. Pengaturan jaga
- Pengaturan jadwal shift petugas laboratorium dibuat dan dipertanggung
jawabkan oleh koordinator ruangan unit laboratorium dan disetujui oleh
Kepala Instalasi Laboratorium dan diketahui oleh Kabid. Pelayanan
Penunjang.
- Jadwal shift dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan ke
petugas laboratorium setiap satu bulan.
- Untuk analis pelaksana yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu,
maka analis tersebut dapat megajukan permintaan pertukaran shift pada
form permintaan. Permintaan akan disesuaikan dengan kebutuhan tenaga
yang ada (apabila tenaga cukup dan berimbang serta tidak mengganggu
pelayanan, maka permintaan disetujui).
- Jadwal dinas terbagi 3 shift yaitu shift pagi, shift siang, shift malam. Tiap
kali ada pertukaran jaga/shift, maka antara petugas shift harus ada serah
terima (operan). Operan dilakukan di ruangan teknis laboratorium. Operan
berupa lisan dan tulisan tercatat di buku operan tentang hasil, sampel
laboratorium yang belum selesai dan permasalahan (bila ada) dari shift
sebelumnya.
- Operan dicatat di buku operan dan diparaf oleh yang menyerahkan dan
menerima operan. Operan akan dibuat dalam bentuk laporan jaga selama
24 jam.
- Petugas yang dua kali jaga malam mendapatkan lepas libur malam.
- Apabila analis pelaksana karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga
sesuai jadwal yang telah ditetapkan, maka analis yang bersangkutan harus

9
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

menginformasikan koordinator ruangan laboratorium dengan ketentuan


sebagai berikut: 2 jam sebelum dinas pagi, 4 jam sebelum dinas siang dan
malam. Sebelum menginformasikan koordinator ruangan laboratorium
diharapkan analis yang bersangkutan sudah mencari analis pengganti
(kecuali kasus sakit). Apabila analis yang bersangkutan tidak mendapatkan
analis pengganti, maka koordinator ruangan laboratorium akan mencari
tenaga analis pengganti yaitu di utamakan analis yang hari itu libur malam
kedua atau analis lain dijadikan lembur.
- Apabila analis pelaksana tiba-tiba tidak dapat jaga sesuai jadwal yang telah
ditetapkan (tidak terencana), maka koordinator ruangan laboratorium akan
mencari analis pengganti yang hari itu libur atau analis lain yang
memungkinkan. Apabila pengganti tidak ada, maka analis yang dinas pada
shift sebelumnya wajib untuk menggantikan. (Prosedur pengaturan jadwal
dinas petugas sesuai SPO pengaturan jadwal dinas laboratorium terlampir).

2.4. Pertemuan Berkala


Pertemuan karyawan dilakukan oleh kepala instalasi/ penanggung jawab
laboratorium yang dilakukan setiap bulan sekali pada minggu ke-4 terkait aturan
dan SPO laboratorium. Pembinaan dilakukan oleh kepala instalasi dengan
membahas langsung setiap permasalahan dan menyelesaikannya.
Prosedur pertemuan berkala :
1. Kepala unit laboratorium menginformasikan kepada seluruh staf di unit
laboratorium untuk dapat hadir dan mengikuti pertemuan berkala.
2. Agenda atau jadwal pertemuan rutin laboratorium dibuat setiap bulan pertahun.
Pertemuan rutin merupakan agenda tetap kegiatan bulanan yang intinya
membahas masalah yang ada di instalasi laboratorium.
3. Menentukan notulen rapat dan dicatat dibuku notulen diantaranya:
- Waktu/tanggal
- Agenda rapat
- Pimpinan rapat
- Hasil rapat
- Kesimpulan
- Rencana tindak lanjut
4. Hasil rapat selanjutnya diimplementasikan dalam bentuk SPO, internal memo
atau perbaikan SPO sebagai salah satu wujud tindak lanjut penyelesaian
masalah yang dibawa ke rapat

10
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

BAB III

STANDAR FASILITAS

3.1 Denah Ruangan

RUANG
TUNGGU
PASIEN

TOILET
PASIEN RUANG
SAMPLING

11
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

3.2 Standar Fasilitas

No Jenis Kelengkapan Jenis/Jumlah yang tersedia


1 Bangunan Permanen
2 Ventilasi Ada
3 Penerangan/lampu Ada, memenuhi kebutuhan
4 Air mengalir/bersih Tersedia, memenuhi kebutuhan
5 Daya listrik Tersedia, memenuhi kebutuhan
6 Tata Ruang
- Ruang tunggu Tersedia
- Ruang pengambilan spesimen Tersedia
- Ruang administrasi Tersedia
- Ruang Penyimpanan BHP dan Tersedia
reagen
- Toilet Tersedia
- Ruang Teknis Laboratorium Tersedia

Lokasi laboratorium sebaiknya terletak di daerah yang mudah dicapai dari


dalam maupun dari luar Rumah Sakit.

Ruangan

Semua ruangan terutama yang dipakai untuk pemeriksaan spesimen perlu


mempunyai ventilasi yang baik dan mendapat sinar matahari yang cukup atau
AC 1 PK atau temperatur memenuhi syarat.
Ruangan penerimaan spesimen atau pengambilan spesimen, sebaiknya terpisah
dari ruangan pemeriksaan untuk mencegah kontaminasi.
Menurut fungsinya, dibagi dalam:
1. Ruangan Penerimaan
2. Ruangan Pemeriksaan
3. Ruangan administrasi/ruangan pengolahan hasil

12
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

Ruang penyimpanan reagensia, lemari B3, lemari pendingin untuk menyimpan


reagen tertentu, toilet, serta ruang kotor sebagai tempat pencucian dan sebagai
pembuangan sisa-sisa bahan pemeriksaan.

a. Sumber listrik
Untuk dapat memberikan pelayanan laboratorium yang baik diperlukan aliran
listrik yang cukup, dengan tegangan yang konstan dan tidak ada giliran listrik
terputus. Hal tersebut perlu bukan saja supaya pemeriksaan tidak terhenti,
tetapi karena beberapa jenis alat, reagen dan spesimen memerlukan perawatan
dan penyimpanan pada suhu tertentu dan tetap. Mengingat laboratorium
Rumah Sakit harus dapat memberikan pelayanan selama 24 jam, maka perlu
disediakan generator dan UPS untuk setiap alat.
b. Sumber air
Pengadaan air bersih yang mengalir secara terus menerus.
c. Peralatan
Perkembangan teknologi dalam dunia kedokteran umumnya dan dibidang
laboratorium klinik khususnya, akhir-akhir ini makin pesat. Produsen peralatan
laboratorium berlombameningkatkan kualitas dan kecanggihan alat untuk
memenuhi kebutuhan/keinginan masyarakat dan pemberi jasa laboratorium.
Namun demikian, penerapan teknologi tanpa penyesuaian dengan situasi dan
kondisi serta kebutuhan akan membawa akibat yang tidak diinginkan, antara
lain membumbungnya biaya pemeriksaan laboratorium. Untuk memberikan
pelayanan laboratorium yang berhasil guna dan berdaya guna, pemilihan jenis
dan jumlah alat laboratorium harus disesuaikan dengan pelayanan medik yang
dibutuhkan untuk pemeriksaan rutin yang banyak jumlahnya dalam satu hari,
dilakukan otomatisasi pekerjaan.
Faktor-faktor penting yang perlu diperhatikan dalam memilih alat laboratorium
adalah :
1. Kemampuan alat
2. Kemudahan penyediaan reagen yang dipakai dengan alat tersebut
3. Kemampuan operasional
4. Ketelitian dan ketepatan
5. Kemudahan pemeliharaan

Rumah Sakit harus menyediakan fasilitas untuk mendukung kegiatan


laboratorium dan pemeliharaan dalam suatu fungsi yang optimal. Desain
ruangan harus efisien untuk kegiatan operasional, nyaman dan meminimalisir

13
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

risiko kecelakaan dan penyakit akibat hubungan kerja. Area kerja harus bersih
dan terpelihara.
Laboratorium harus dilengkapi dengan peralatan yang dipersyaratkan untuk
pelayanan. Peralatan mempunyai spesifikasi yang relevan dan menunjang
kinerja sasuai dengan yang dipersyaratkan. Peralatan harus dioperasikan oleh
personal yang berwenang, prosedur penggunaan alat harus tersedia dan mudah
ditemukan termasuk prosedur penanganan, pemeliharaan, pemindahan dan
penyimpanan. Peralatan harus terpelihara. Peralatan yang rusak tidak boleh
digunakan dan diberi label “rusak”. Alat yang memerlukan kalibrasi harus
teridentifikasikan dengan jelas. Peralatan termasuk software harus diamankan
dari penyetelan atau pengrusakan yang tidak disediakan oleh personal yang
tidak berwenang.
Ruangan laboratorium dikelompokkan sesuai dengan fungsinya, yaitu:
kelompok fungsi administrasi, teknis dan penunjang. Karena laboratorium
kesehatan dalam kegiatannya mempunyai risiko ancaman bahaya (biohazard)
yang akan menimbulkan gangguan kesehatan yang merugikan baik bagi
karyawan, petugas dan masyarakat sekitarnya maka ada pembatasan bagi
masyarakat umum (pasien, pengunjung lain) untuk memasuki area
laboratorium. Pembagian ruangan berdasarkan area dan kelompok fungsi dapat
dilihat pada tabel 3.1. Ruangan-ruangan yang berada di area publik boleh
dimasuki oleh pasien dan ruangan yang berada diarea tertutup hanya boleh
dimasuki oleh petugas laboratorium.
Laboratorium Rumah Sakit Suci Paramita Tangerang berlokasi dilantai satu
dan memiliki ruangan yang terpisah antara satu ruangan dengan ruangan
lainnya yang terdiri dari ruangan sampling (phlebotomy), toilet, ruangan teknis
laboratorium (kimia klinik, imunoserologi, hematologi, kimia rutin), dan ruang
reagen, penyimpanan BHP bulanan.
Ruangan laboratorium dibuat dari tembok permanen warna terang,
menggunakan cat yang tidak luntur, permukaan dinding yang rata sehingga
mudah dibersihkan, tidak tembus cairan dan tahan terhadap desinfektan.
Langit-langit, pintu, ukuran dan tinggi jendela, lantai dan meja disesuaikan
dengan standar. Air yang digunakan di laboratorium adalah air kran, mengalir
terus menerus dan bersih, ventilasi, AC, penerangan, listrik tersedia sesuai
standar departemen kesehatan.Tabel 3.1. Ruangan Laboratorium RSSP
Kabupaten Tangerang.

14
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

No Kelompok Nama Ruangan Area


Fungsi
1 Fungsi - Ruang Tunggu Terbuka bagi pasien
Administrasi - Ruang pengambilan Terbuka bagi pasien
spesimen
- Toilet Terbuka bagi pasien
2 Ruang - Ruang teknis Tertutup bagi pasien
Laboratorium pemeriksaan
Patologi
Klinik
2 Ruang Teknis - Ruang hematologi, kimia Tertutup bagi pasien
Pemeriksaan klinik, imunoserologi
- Ruang kimia rutin
- Ruang Sekresi/Ekskresi
3 Ruang - Rak reagen Tertutup bagi pasien
Penunjang - Rak BHP

3.3 Peralatan
Peralatan yang tersedia di laboratorium mengacu kepada buku pedoman
Good Laboratory Practice Departemen Kesehatan RI tahun 2008 dan
mengacu kepada jenis pemeriksaan yang tersedia di laboratorium untuk
menunjang kegiatan pelayanan terhadap pasien laboratorium.
Peralatan yang terdapat di laboratorium RSSP, terdiri dari:
1. Alat Umum
a. Komputer yang tersambung dengan Hospital Information System
(HIS): 2Unit
b. Printer :1
2. Alat Penunjang Pemeriksaan
a. Kulkas reagen dan sampel :1
b. Freezer :1
c. Mikropipet : 10
d. Mikroskop binokuler :2
e. Sentrifus :2
3. Alat gelas
a. Beaker glass :2

15
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

b. Gelas ukur :1
c. Kamar hitung Improved New Bauer :2
4. Alat analitik
a. Hematologi Analyzer (Sysmex KX-21) :1
b. Hematologi Analyzer (Sysmex XP-100) :1
c. Fotometer (Hera Linear) :1
d. UrineAnalyzer (Uriscan) :1
e. POCT Glukosa :2

16
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

4.1 Pendaftaran dan Pencatatan


Prosedur pendaftaran pasien yang melakukan pemeriksaan di laboratorium Rumah
Sakit Suci Paramita Kabupaten Tangerang dapat dikategorikan atas 3 bagian:
a. Pendaftaran dari poliklinik rawat jalan/IGD
Pasien dari poliklinik rawat jalan yang terdaftar sebagai pasien RSSP
Kabupaten Tangerang dapat langsung membawa formulir permintaan
laboratorium ke laboratorium untuk dilakukan pengambilan sampel dan
pemeriksaan sampel. Petugas laboratorium akan memasukkan jenis
pemeriksaan yang diminta ke dalam HIS/ SIMRS dan selanjutnya akan
diterima oleh petugas kasir dan laboratorium. Setelah petugas menerima
bukti lunas maka petugas sampling dapat melakukan sampling sesuai jenis
pemeriksaan yang diminta dokter untuk pasien jaminan pribadi kecuali BPJS
atau jaminan perusahaan. Dalam pemeberian identitas pasien berdasarkan
nama, no.RM dan tanggal lahir dengan mertode labeling secara manual..
Selanjutnya petugas laboratorium akan memulai proses pengambilan sampel.
Pada program HIS akan muncul pada “ Work List “ jenis pemeriksaan pasien
tersebut. Ada tiga jenis proses yang harus diisi oleh analis pelaksana 1.
Sample confirm 2. Sample collected 3. Sample Anlysis. Analis pelaksana
akan mengisi Work List tersebut sesuai proses tahapan yang telah
diselesaikan. Kemudian apabila analisa telah selesai maka analis pelaksana
akan menginput pada program “ Assign Doctor “, diisi dengan anama dokter
patologi klinik Laboratorium RSSP. Hal ini berfungsi sebagai data untuk
penilaian kinerja laboratorium yaitu ketepatan pemeriksaan laboratorium..
Untuk pasien berasal dari IGD pengambilan darah diambil oleh perawat IGD,
dan sampel diantar disertai formulir permintaan pemeriksaan laboratorium,
petugas laboratorium akan menginput transaksi pemeriksaan pasien IGD.
Pasien dari ruang rawat inap
Pengambilan sampel pasien dari ruang rawat inap dilakukan oleh analis
pelaksana sesuai jam sampling rawat inap kecuali cito yang berdasarkan
formulir pemeriksaan yang laboratorium terima dan telah diiput transaksi
pemeriksaan laboratorium di SIM RS.

17
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

b. Pasien dari laboratorium luar/ rumah sakit luar


Pasien dari luar rumah sakit membawa formulir permintaan pemeriksaan
laboratorium dari dokter mendaftar di loket pendaftaran kecuali untuk APS (
Atas Permintaan Sendiri ) dapat langsung ke laboratorium untuk dibuatkan
proses transaksi pemeriksaan laboratorium. Selanjutnya pasien melakukan
pembayaran ke kasir, baru kemudian dilakukan proses pengambilan darah dan
pemeriksaan sampel tersebut. Pasien APS tidak memiliki rekam Medis di
RSSP.
c. Pemeriksaan laboratorium yang belum bisa dikerjakan di laboratorium RSSP
Pasien rawat jalan membawa formulir permintaan pemeriksaan laboratorium
dari dokter atau IGD dan rawat inap melalui perawat ruangan apabila dokter
tersebut meminta pemeriksaan laboratorium yang belum bisa dikerjakan di
laboratorium RSSP maka perlu dirujuk laboratorium lain. Laboratorium yang
telah bekerjasama dengan RSSP adalah Biomed Balaraja dan RSUD Balaraja.
Informasikan mengenai waktu pemeriksaan rujukan tersebut akan selesai.
Untuk sampel Patologi Anatomi, sampel yang diterima oleh laboratorium
adalah yang telah terendam dalam larutan formalin 4-10 %.
Khusus pasien rawat jalan harus melunasi biaya pemeriksaan terlebih dahulu
baru proses rujukan dapat dilakukan.
Tabel Pemeriksaan Rujukan
Nama Pemeriksaan Jenis Hasil Pemeriksaan Lokasi Rujukan
Sampel
Elektrolit Serum 3 jam RSUD Balaraja

Anti HIV Rapid Serum 3 jam RSUD Balaraja

Free T3 Serum 3 jam RSUD Balaraja

Tsh Serum 3 jam RSUD Balaraja

T3 Serum 3 jam RSUD Balaraja

Kultur Pus Pus 5 Hari Biomed Balaraja

Patologi Anatomi Jaringan 14 Hari Biomed Balaraja


tubuh

4.2 Pengelolaan Spesimen

18
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

Semua spesimen pemeriksaan yang terdiri dari bahan klinis di laboratorium


dikategorikan sebagai spesimen infeksius dan diperlakukan dengan cara yang benar
sehingga tidak menularkan agen infeksius kepada petugas laboratorium. Jenis
spesimen klinis yang dapat diperiksa di laboratorium RSSP Kabupaten Tangerang,
adalah:
a. Serum
b. Plasma (EDTA, heparin, sitrat)
c. Darah utuh (whole blood)
d. Urine
e. Feses
f. Dahak/sputum
g. Jaringan tubuh

Oleh karena semua spesimen laboratorium dianggap sebagai bahan infeksius, maka
harus dilakukan pengelolaan spesimen dengan baik dan benar. Ikuti langkah-
langkah berikut:

1. Cek spesimen yang akan diperiksa apakah sudah memenuhi syarat


2. Sesuaikan data pasien pada wadah spesimen dengan formulir permintaan
3. Tangani spesimen dengan hati-hati
4. Tempatkan spesimen dalam wadah yang tertutup rapat untuk mencegah
tertumpahnya spesimen
5. Gunakan sarung tangan (Handschoen) dan jas lab atau APD yang lengkap
sewaktu memeriksaan spesimen tergantung tingkat bahaya spesimen dari
jenis pemeriksaan yang dilakukan
6. Meja kerja atau tempat spesimen diterima dibersihkan dengan desinfektan
(alkohol 70%) setiap hari
7. Cuci tangan dengan sabun dan beri desinfektan setiap selesai bekerja dengan
spesimen
8. Spesimen yang harus disimpan, dapat disimpan dalam refrigerator atau
freezer dalam wadah tertutup dan diberi label yang jalas.
9. Spesimen yang selesai diperiksa dan tidak diperlukan lagi dibuang ke saluran
limbah rumah sakit (lihat penanganan limbah laboratorium).

Spesimen untuk pemeriksaan hematologi, langsung diperiksa pada alat


hematologi, sementara untuk pemeriksaan kimia klinik dan imunoserologi yang
memerlukan serum atau pemeriksaan hemostasis yang memerlukan plasma

19
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

dilakukan sentrifus terlebih dahulu dengan kecepatan dan lama sentrifus yang
sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.

Apabila telah diperoleh serum/plasma, segera lakukan pemeriksaan pada


serum/plasma tersebut. Jika perlu pisahkan dan masukkan sampel ke dalam cup
sampel dalam jumlah yang cukup menggunakan pipet transfer, jangan terjadi
gelembung, tempelkan stiker/label yang berisi nama, nomor rekam medis pasien
pada masing-masing cup sampel kemudian baru lakukan pemeriksaan pada alat
sesuai dengan prosedur pemeriksaan masing-masing alat. Hasil pemeriksaan
dipastikan benar atau tidak bermasalah lalu dilakukan verifikasi, diprint dan diberi
paraf sebagai tanda verifikasi sudah dilakukan kemudian tanda tangan dokter
penanggung jawab atau koordinstor laboratorium. Sisa spesimen disimpan sesuai
dengan kriteria penyimpanan untuk masing-masing spesimen (darah EDTA dan
serum pada kulkas suhu 2-6 0C selama 3 hari), Sisa sampel dapat dibuang apabila
waktu simpan yang disepakati telah terlewati yaitu 6 hari, pembuangan dapat
dilakukan ke tempat sampah infeksius.

Sebelum melakukan pemeriksaan, pastikan hal-hal berikut telah dilakukan dengan


baik, yaitu:

1. Alat-alat pemeriksaan dalam kondisi baik


2. Reagensia dalam kondisi baik, jumlah cukup, belum kadaluarsa
3. Lakukan kontrol kualitas setiap pagi sebelum memulai pemeriksaan
4. Lakukan pemeriksaan sesuai Standar Prosedur Operasional
5. Lakukan verifikasi terhadap semua hasil pemeriksaan dan waspada terhadap
hasil laboratorium yang ekstrim. Apabila didapatkan hasil rendah atau tinggi
ekstrim jawib dilakukan pengulangan pemeriksaan.

20
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

4.3 Alur Pelayanan di laboratorium Patologi Anatomi


4.3.1 Alur pelayanan dari Instalasi Rawat Inap/ OK

Dokter
Instruksi Pemeriksaan

Perawat Ruangan
Order permintaan
Mengantarkan formulir permintaan dan
spesimen

Petugas laboratorium
Konfirmasi
Menerima spesimen
Mencatat permintaan di buku Register

Petugas pelaksana laboratorium


Menerima jaringan

Rujukan Patologi Anatomi


Laboratorium Biomed atau RSU Kabupaten
Tangerang

Petugas laboratorium
Menyerahkan hasil pada pasien

21
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

4.3.2 Alur pelayanan dari Instalasi Rawat Jalan

Dokter
Instruksi Pemeriksaan

Pasien

Mengantarkan formulir permintaan

Perawat Ruang Poliklinik


Mengantarkan formulir permintaan

Petugas laboratorium
Masukkan jenis Transaksi dan
Mencatat permintaan di buku Register

Kasir
Billing

Petugas pelaksana laboratorium


Menerima jaringan/slide

Petugas pelaksana laboratorium


Melakukan proses rujukan

4.4 Pemeriksaan Laboratorium


Jenis dan parameter pemeriksaan yang terdapat di laboratorium patologi klinik RS
Suci Paramita Tangerang, adalah:
1. Pemeriksaan Hematologi
2. Pemeriksaan Kimia Klinik
3. Pemeriksaan Immunoserologi (Widal, Hbs Ag)
4. Pemeriksaan Kimia Rutin, Urinalisa, Feses
5. Pemeriksaan Penyaring Hemostasis ( Bleeding Time dan Clotting Time )
6. Pemeriksaan Mikrobiologi Sederhana (BTA)

22
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan di laboratorium RSSP Kabupaten


Tangerang dapat dilihat pada tabel 4.3.1 dan daftar nilai rujukan 4.3.2 berikut:

Tabel 4.3.1 daftar pemeriksaan laboratorium patologi klinik yang dapat dilakukan di
laboratorium RSSP Kabupaten Tangerang

Jenis Pemeriksaan Jadwal Pemeriksaan Janji Penyerahan Hasil


Darah perifer Setiap Hari 30 menit setelah sampel diterima
lengkap (tanpa LED) (tanpa crosscheck manual, tanpa
LED dan pemeriksaan lain).
Dapat diminta CITO (hasil keluar
dalam waktu <30 menit)
LED Setiap Hari 90 menit setelah sampel diterima
Golongan darah Setiap Hari 90 menit setelah sampel diterima.
ABO Rhesus Dapat diminta CITO
Marfologi darah tepi Setiap Hari 2x 24 jam setelah sampel
diterima (kecuali dokter patologi
klinik tidak berada ditempat/ di
luar jam kerja)
Urine rutin Setiap Hari 45 menit setelah sampel diterima
Tes kehamilan Setiap Hari 45 menit setelah sampel diterima.
Dapat diminta CITO
Feses rutin Setiap Hari 45 menit setelah sampel diterima
Darah samar Setiap Hari 45 menit setelah sampel diterima
CT Setiap Hari 30 menit setelah sampel diterima
BT Setiap Hari 45 menit setelah sampel diterima
POCT Glukosa darah Setiap Hari 15 menit setelah sampel diterima.
Dapat diminta CITO
SGOT Setiap Hari 90 menit setelah sampel diterima.
Dapat diminta CITO
SGPT Setiap Hari 90 menit setelah sampel diterima.
Dapat diminta CITO
Ureum Setiap Hari 90 menit setelah sampel diterima.
Dapat diminta CITO
Kreatinin Setiap Hari 90 menit setelah sampel diterima.
Dapat diminta CITO

23
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

Asam urat Setiap Hari 90 menit setelah sampel diterima


Kolestrol Setiap Hari 90 menit setelah sampel diterima
LDL kolestrol Setiap Hari 90 menit setelah sampel diterima
HDL kolesterol Setiap Hari 90 menit setelah sampel diterima
Trigliserida Setiap Hari 90 menit setelah sampel diterima
HBsAg rapid Setiap Hari 90 jam setelah sampel diterima.
Dapat diminta CITO
Widal Setiap Hari 90 menit setelah sampel diterima
Pewarnaan BTA Setiap Hari 3 jam setelah sampel diterima

Pelayanan darah
Pelayanan darah di laboratorium RSSP Kabupaten Tangerang hanya bersifat
sementara yaitu pengambilan darah melalui kurir atau sopir ambulance ke PMI
Kabupaten Tangerang atau PMI Kota Tangerang sebelum digunakan/ditransfusikan ke
pasien.
4.5 Pengelolaan limbah
limbah laboratorium adalah bahan bekas pakai dalan pekerjaan di laboratorium yang
dapat berupa limbah cair, padat atau gas. Laboratorium kesehatan dapat menjadi
salah satu sumber penghasilan limbah cair, padat dan gas yang berbahaya bila tidak
ditangani secara benar. Karena itu pengelolaan limbah harus dilakukan dengan
semestinya agar tidak manimbulkan bahaya bagi petugas laboratorium pasien lain
ataupun masyarakat disekitar lingkungan laboratorium Rumah Sakit.

Sumber limbah laboratorium dapat berasal dari :


a. bahan baku yang sudah kadaluarsa
b. bahan habis pakai
c. produk proses di laboratorium (sisa spesimen)
d. peralatan sekali pakai seperti jarum, spuit, dll

limbah laboratorium klinik dapat dibedakan sifat limbah dan bentuk limbah.
Berdasarkan sifat limbah :

a. limbah infeksius
b. limbah umum
c. limbah bahan berbahaya dan beracun (B3)

24
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

Berdasarkan bentuknya limbah laboratorium dapat dibagi atas :

a. limbah cair
pelarut organik bahan kimia untuk pengujian, air bekas cucian alat, sisa
spesimen
b. limbah padat
peralatan habis pakai seperti alat suntik, sarung tangan, kapas, botol
spesimen, kemasan reagen, dll

Penanganan dan penampungan limbah

- Pemisahan limbah
Untuk memudahkan mengenal berbagai jenis limbah yang akan dibuang adalah
dengan cara menggunakan kantong berkode (kode warna). Kode warna yang
digunakan untuk kantong limbah klinis adalah sebagai berikut:
a. Hitam
Untuk sampah/limbah rumah tangga biasa. TIDAK digunakan untuk
menyimpan atau mengangkat limbah klinis
b. Kuning
Untuk semua jenis limbah yang akan dibakar. Untuk limbah infeksius
dimasukkan ke kantong berwarna kuning dengan simbol biohazard yang
telah dikenal secara internasional berwarna hitam

- Pengolahan limbah infeksius


Semua limbah infeksius harus diolah dengan cara desinfektan, dekontaminasi,
sterilisasi dan insinerasi. Desinfeksi adalah tindakan yang bertujuan untuk
membunuh mikroorganisme penyebab infeksi menggunakan desinfektan.
Sterilisasi adalah inaktivasi total semua bentuk kehidupan mikroorganisme untuk
berkembang baik. Insenerasi adalah metode yang berguna untuk membuang
limbah laboratorium (cair/padat) sebelum atau sesudah diotoklaf. Caranya
dengan membakar limbah tersebut dalam insenerator.

Cara pengolahan limbah berdasarkan bentuk


- Limbah cair:
a. Semua saluran pembuangan yang ada di laboratorium terhubung ke IPAL
(instalasi pembuangan air limbah) Rumah Sakit, baik washtafel atau kamar
mandi.

25
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

b. Tidak dibenarkan menggunakan wadah dari gelas karena dapat pecah.


c. Jika limbah menggandung pelarut organik, wadah harus terbuat dari bahan
baja anti karat.
d. Limbah cair dapat dibuang ke saluran pembuangan jika memenuhi syarat
sebagai berikut: mudah larut dan tersebar dalam air.

- Limbah padat:
a. Limbah padat harus dikumpulkan dalam kotak yang tutupnya dapat dibuka
dengan kaki dan sebelah dalamnya dilapisi kantong keras atau plastik.
b. Kantong harus diikat sebelum diangkat dari dalam kotaknya.
c. Lakukan insenerasi jika limbah padat dapat dibakar, antara lain kertas

Tabel jenis warna dan label limbah medis padat sesuai kategorinya

No Ketegori Warna Lambang Keterangan


container/kantong
1 Radioaktif Merah Kantong boks
timbal dengan
simbol radioaktif
2 Sangat infeksius Kuning Kantong plastik
kuat, anti bocor,
atau kontainer
yang dapat
disterilkan
dengan otoklaf
3 Limbah infeksius Kuning Kantong plastik
patologi kuat dan anti
bocor, atau
kontainer

4 Sitotoksik Unggu Kontainer


plastik kuat dan
anti bocor

5 Limbah kimia Coklat Kantong plastik


atau kontainer

26
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

4.6 Laporan hasil dan arsip


Laporan hasil laboratorium dicetak dengan printer, lembaran hasil laboratorium
membuat data tentang (contoh terlampir):
- No lab.
- Tanggal dan jam hasil pemeriksaan.
- Ruangan.
- Nama dokter pengirim
- Identitas pasien (nama, MR, tanggal lahir).
- Nilai atau hasil tes.
- Nilai rujukan/nilai normal masing-masing.
- Satuan hasil.
- Ekspertise (catatan laboratorium) jika diperlukan.

Semua hasil pemeriksaan pasien disimpan dalam bentuk softcopy di dalam komputer yang
secara reguler akan di back-up dan disimpan dalam CD jika data dalam komputer sudah
melewati daya simpan memori komputer.

Laboratorium melakukan pencatatan dan pelaksanaan kegiatan laboratorium dan


menyimpan arsip mengenai :

1. Surat permintaan pemeriksaan


2. Hasil pemeriksaan
3. Hasil pemantapan mutu
4. Hasil rujukan

Semua hasil pemeriksaan sebagai data yang tersimpan dalam hard disc komputer
berlaku sebagai arsip. Berkas lembaran permintaan pemeriksaan dikumpulkan perhari
dan digabungkan menjadi bundelan lembaran permintaan perbulan. Catatkan tanggal
dan bulan pada masing-masing bundelan untuk kemudahan diarsipkan dengan cara
disusun serta disimpan didalam kardus arsip sesuai dengan urutan bulan dan tahun
pencatatan. Lama penyimpanan adalah 2 bulan di laboratorium untuk kemudian baru
dipindahkan ke gudang dan disimpan selama 1 tahun. Arsip dapat dimusnahkan dengan
berita acara yang jelas.

Hasil pemeriksaan rujukan disusun dan dibundel perbulan dan disimpan dilemari
arsip selama 1 tahun untuk kemudian dapat dimusnahkan. Demikian juga hasil
pemantapan mutu internal dan eksternal disimpan sesuai urutan bulan dan tahun
pelaksanaan dan berlaku sebagai arsip selama 1 tahun.

27
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

4.7 Pemeliharaan dan kalibrasi peralatan


Peralatan kesehatan merupakan salah satu faktor penunjang yang penting dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, baik di rumah sakit maupun
di sarana pelayanan kesehatan lainnya. Peralatan kesehatan harus memiliki performance
yang ketat antara lain ketelitian (accuracy), kepekaan (sensitivity), reproduksibilitas dan
aspek keselamatan (safety aspec) sehingga dalam penggunaannya akan selalu siap pakai
dan memenuhi standar teknis pemakaian peralatan kedokteran. Seiring dengan
perkembangan teknologi khususnya peralatan kesehatan dan semakin beraneka ragam
jenis peralatan kesehatan, guna meningkatkan keamanan dan keakurasian peralatan
kesehatan tersebut maka dipandang perlu untuk mengadakan pengujian dan kalibrasi
peralatan kesehatan. Undang-undang Rumah Sakit Tahun 2009 telah mewajibkan
bahwa setiap peralatan medik di rumah sakit harus dilakukan pengujian dan kalibrasi.
Kalibrasi merupakan proses verifikasi suatu akurasi alat ukur sesuai dengan
rancangannya. Kalibrasi pada umumnya merupakan proses untuk menyesuaikan
keluaran atau indikasi dari suatu perangkat pengukuran agar sesuai dengan besaran dari
standar yang digunakan dalam akurasi tertentu.
Peralatan yang digunakan di laboratorium wajib dilakukan pemeliharaan
(maintenance) secara berkala dan terus menerus, baik pemeliharaan harian, mingguan,
bulanan dan tahunan sesuai spesifikasi yang diberikan oleh produsen alat. Setiap
maintenance yang dilakukan harus dicatat dalam buku maintenance masing-masing alat.
Pemeliharaan dan kalibrasi dikerjakan sesuai program pemeliharaan dan kalibrasi
peralatan. Formulir maintenance dan kalibrasi alat secara rutin setiap hari dilihat dan
dievaluasi dan pelaksanaan maintenance oleh analis pelaksana. Kalibrasi peralatan
umum dilakukan 1 kali/tahun oleh tehnisi kalibrasi dari lembaga yang telah terakreditasi
oleh KAN, sedangkan peralatan utama/analyzer dilakukan kalibrasi oleh produsen alat.
Untuk kelompok alat utama/analyzer, kalibrasi dilakukan apabila:
1. Alat baru akan digunakan
2. Alat selesai diperbaiki
3. Hasil kontrol kualitas tidak masuk

Bukti kalibrasi berupa sertifikat disimpan di laboratorium dan dievaluasi hasilnya oleh
kepala instalasi laboratorium.

Regenerasi Peralatan Laboratorium

Salah satu faktor penting yang dikendalikan dalam pengendalian mutu laboratorium
adalah alat atau instrumen analitik yang sering ditujukan sebagai penyebab jika terjadi

28
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

kesalahan pemeriksaan. Hal ini terjadi kerena mutu pemeriksaan sangat tergantung pada
mutu hasil instrumen yang digunakan.

Beberapa kebijakan dan komitmen laboratorium Rumah Sakit Suci Paramita Kabupaten
Tangerang dalam mengelola alat/instrumen analitik yang digunakan diantaranya:

1. Regenerasi peralatan secara berkala


Untuk analyzer ditetapkan bahwa alat yang dipakai dikondisikan berumur < 10
tahun. Beberapa alasan penggantian alat:
a. Alat/instrumen analitik memasuki masa kadaluarsa
Alat/instrumen analitik terdiri dari komponen mekanik, optikal atau elektronik,
yang kinerjanya cenderung berubah jika komponen tersebut manual atau aus.
Perubahan ini terjadi secara lambat laun dalam pengoperasian hari ke hari atau
bahkan minggu ke minggu, dan karena kebanyakan pengukuran dilakukan
dengan membandingkan respons sampel dengan respons suatu standar/bakuan,
bukti perubahan ini tidak terlalu kentara, dan cenderung diabaikan. Jika
perubahan yang tidak kentara ini tidak dipantau, masalah akan terjadi pada
akhirnya.
Secara umum, penyusunan suatu alat/instrumen analitik secara keuangan
diperkirakan 10 tahun. Usia penyusunan ini dapat berbeda dengan usia pakai
sebenarnya.
b. Alat rusak atau bermasalah
Meski masih dalam usia pakai yang normal, jika dalam pengoperasian sehari-
hari sering ditemukan masalah, seperti rusak atau hasil quality control tidak
sesuai persyaratan, maka alat/instrumen analitik tersebut harus diganti.
c. Perkembangan teknologi mendorong ditemukannya alat baru dengan kinerja
labih baik
Selama beberapa dekade terakhir, peralatan laboratorium berkembang dan
berubah dengan sangat pesat. Perubahan dari segi elektronik yang
menyebabkan perubahan pada alat menjadi lebih kecil dan mudah
dioperasikan, atau bahkan perubahan pada metode, yang memunculkan alat
dengan kinerja lebih baik, dari segi presisi, akurasi dan kecepatannya.
d. Jumlah permintaan pemeriksaan yang meningkat
Berbagai jenis alat dengan metode dan kapasitas yang berbeda tersedia di
pasaran. Saat jumlah permintaan bertambah, laboratorium juga dituntut untuk
mengganti alat dengan kapasitas yang lebih besar, sehingga hasil pemeriksaan

29
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

yang dikeluarkan bisa memenuhi waktu tunggu hasil yang optimal bagi pasien
dan dokter.

2. Perawatan alat secara berkala


Perawatan alat/instrumen analitik dilakukan secara rutin, dan sudah menjadi prosedur
tetap, diantaranya dengan berbagai langkah berikut :
a. Pengecekan kinerja alat harian, yang dilakukan setiap hari sebelum alat
digunakan.
b. Kalibrasi untuk memastikan alat mengukur secara akurat nilai sebelumnya dari
suatu sampel.
c. Perawatan pencegahan (preventive maintenance), yang dilakukan minimal 1-2
kali dalam setahun untuk menghindari down time, dimana alat tidak beroperasi
karena dalam tahap perbaikan.

3. Perbaikan alat yang rusak


Kerusakan pada alat yang tidak didasari dan tetap dipakai akan mengakibatkan
ketidakakuratan hasil. Operator alat/instrumen yang berpengalaman, diharapkan dapat
mengamati dan mengidentifikasi hal ini. Secara logis urutan pemecahan masalah
adalah mendaftar berbagai kemungkinan penyebab, dan memastikan satu per satu
kemungkinan tersebut. Semua servis dan terbaik terhadap alat-alat yang digunakan
harus didokumentasikan.

30
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

BAB V
LOGISTIK

Pengelolaan perbekalan/logistik laboratorium merupakan suatu siklus kegiatan dimulai


dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
pengendalian, penghapusan, administrasi dan pelaporan serta evaluasi yang diperlukan bagi
kegiatan pelayanan. Tujuannya adalah untuk mengelola perbekalan laboratorium yang efektif
dan efisien dan secara tidak langsung melaksanakan pengendalian mutu pelayanan
laboratorium klinik.

5.1 Pemeliharaan
Merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalah kesehatan yang terjadi di
rumah sakit, identifikasi pemilihan pemeriksaan laboratorium, jumlah dan jenis,
menentukan kriteria pemilihan dengan memprioritaskan pemeriksaan yang sering diminta
dokter, standarisasi sampai menjaga dan memperbaharui jenis dan metode pemeriksaan.

5.2 Perencanaan
Merupakan proses kegiatan dalam pemeliharaan jenis, jumlah, dan harga perbekalan
laboratorium yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk menghindari
kekosongan reagen dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan
dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi,
kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi disesuaikan dengan anggaran yang
tersedia.
Pedoman perencanaan :
a. Data catatan medik
b. Anggaran yang tersedia
c. Penetapan prioritas
d. Siklus penyakit
e. Sisa persediaan
f. Data pemakaian periode yang lalu
g. Rencana pengembangan

5.3 Pengadaan
Merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan dan
disetujui, melalui bagian logistik rumah sakit berdasarkan permintaan laboratorium.
Penanggung jawab masing-masing sub bagian setiap awal bulan menyusun daftar

31
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

kebutuhan reagen untuk satu bulan yang disesuaikan dengan sisa stok reagen yang masih
dan kemudian direkap oleh supervisor menjadi daftar kebutuhan semua reagen dan alat
tulis kantor laboratorium. Semua kebutuhan dituliskan pada lembar permintaan reagen
atau barang dan disampaikan ke bagian penunjang medis untuk diadakan oleh
koordinator laboratorium ke bagian farmasi/ Oleh bagian farmasi akan dibuatkan
Purchase Requestion (PR) yang ada di sistem HIS “ HOPE “. Setelah di setujui oleh
direktur maka dibuatkan Purchase Order oleh bagian pembelian yang selanjutnya
dipesan ke distributor. Stok reagensia dan alkes dapat dilihat di sistem HIS “ HOPE” di
menu Quantity On Hand. Setiap minggu dilakukan monitoring prsediaan stok reagensia
dan alat kesehatan dengan melakukan perhitungan jumlah secara langsung serta
dilakukan pencocokan di dalam sistem HIS.

5.4 Penerimaan
Merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan laboratorium melalui instalasi farmasi.
Pedoman dalam penerimaan reagen/barang laboratorium.
a. Reagen/barang sesuai dengan jenis/merek dan jumlah yang diminta
b. Reagen/barang dalam kondisi baik

5.5 Penyimpanan reagen


Merupakan kegiatan penyimpanan perbekalan laboratorium menurut persyaratan yang
ditetapkan:
a. Dibedakan menurut bentuk sediaan dan jenisnya
b. Dibedakan menurut suhunya, kestabilannya
c. Mudah tidaknya meledak/terbakar
d. Tahan/tidaknya terhadap cahaya

Disertai dengan sistem informasi yang selalu menjamin perbekalan laboratorium sesuai
kebutuhan.

5.6 Pendistribusian
Merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan laboratorium ke masing-masing sub
bagian pemeriksaan. Jumlah dan jenis reagen dalam pendistribusiannya sesuai dengan
kebutuhan di tiap bagian. Logistik laboratorium dapat dibedakan menjadi :
a. Logistik umum
Terdiri dari alat dan bahan non medis seperti tissue, alat tulis kantor, kertas printer
dan lain-lain. Diminta sesuai kebutuhan dalam satu minggu sekali pada hari sabtu
berdasarkan atas kebutuhan logistik umum mingguan.

32
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

b. Logistik medis
Terdiri dari reagen, alat-alat kesehatan seperti tabung vakum, pot urin, dan lain-lain
yang diminta ke instalasi farmasi berdasarkan kebutuhan bulanan sesuai laporan stok
opname yang dilakukan 1 kali seminggu.
1. Reagen
Reagen adalah zat kimia yang digunakan dalam suatu reaksi untuk mendeteksi,
mengukur, memeriksa dan menghasilkan zat lain.

Menurut cara pembuatannya dibagi menjadi

a. Reagen buatan sendiri


b. Reagen jadi (komersial)
Reagen jadi adalah reagen yang dibuat oleh pabrik/produsen

2. Standar
Standar adalah zat-zat yang konsentrasi atau kemurnian diketahui dan diperoleh
dengan cara penimbangan. Ada 2 macam standar yaitu:
1. Standar primer
2. Standar sekunder

3. Bahan kontrol
Bahan kontrol adalah bahan yang digunakan untuk memantau ketepatan suatu
pemeriksaan di laboratorium atau untuk mengawasi kualitas hasil pemeriksaan
sehari-hari. Bahan kontrol dapat dibedakan berdasarkan:
a. Sumber bahan kontrol
Ditinjau dari sumbernya bahan kontrol dapat berasal dari manusia, binatang
atau merupakan bahan kimia murni.
b. Bentuk bahan kontrol
Menurut bentuknya bahan kontrol ada bermacam-macam yaitu bentuk cair,
bentuk padat, bubuk (liofilisat) dan bentuk strip. Bahan kontrol berbentuk
padat, bubuk atau bentuk strip harus dilarutkan terlebih dahulu sebelum
digunakan.
c. Cara pembuatan
Bahan kontrol dapat dibuat sendiri atau dapat dibeli dalam bentuk sudah jadi.
Ada beberapa macam bahan kontrol yang dibuat sendiri yaitu:
- Bahan kontrol yang dibuat dari serum disebut juga serum kumpulan
(pooled sera). Pooled sera merupakan campuran dari bahan sisa serum

33
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

pasien yang sehari-hari dikirim ke laboratorium. Keuntungan dari serum


kumpulan ini adalah mudah didapat.
- Bahan kontrol komersial

34
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian
Laboratorium klinik adalah tindakan awal dalam upaya meminimalkan kesalahan
medis dan meningkatkan keselamatan pasien. Pemeriksaan laboratorium digunakan
secara ekstentif dalam pemeriksaan pasien, sehingga kesalahan laboratorium memiliki
dampak yang luar biasa terhadap keselamatan pasien. WHO sebagai badan kesehatan
internasional, memiliki inisiatif untuk menciptakan suatu upaya di berbagai bidang,
termasuk pemberian hasil laboratorium, dan bantuan dalam penafsiran data
laboratorium. Tindakan dan aturan yang harus diterapkan di laboratorium dalam
menangani pasien atau pengunjung yang melakukan pemeriksaan di laboratorium.

B. Tujuan
Agar pasien/pengunjung yang datang ke laboratorium terhindar dari hal-hal yang
membahayakan seperti risiko tertular penyakit infeksi, risiko jatuh atau risiko
mengalami komplikasi saat pengambilan sampel dilakukan.

6.1 Tata laksana keselamatan pasien

Kebersihan di dalam laboratorium sangat diperhatikan. Petugas harus menggunakan jas


laboratorium dan handscoen, sebelum memakai handscoen tangan harus dalam keadaan
bersih minimal petugas harus cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan pemeriksaan
sampel, reagen tidak boleh berceceran, harus sesuai label dan tempat nya. Setelah
hasilnya keluar, dilakukan pengecekan ulang, cocok atau tidak antara data dan jenis
pemeriksaan pasien. Baru setelah selesai diserahkan ke bagian pengolahan hasil untuk
diberikan kepada pasien. Sampah-sampah seperti tempat sampel atau tempat reagen yang
sudah habis dibuang ke tempat sampah yang sudah disediakan, dan akan ada petugas
yang mengambil, biasanya dikumpulkan ditempat pembuangan yang telah ditetapkan lalu
dimusnahkan sesuai dengan jenis sampahnya, harus sesuai antara sampah pasien dengan
jenis pemeriksaan, dan seminimal mungkin tidak melakukan kesalahan dan selalu jaga
kebersihan selama di laboratorium.

- Menjaga kebersihan tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan untuk mencegah


infeksi nosokomial

35
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

Kebersihan didalam laboratorium harus diperhatikan. Petugas harus menggunakan


jas laboratorium dan handscoen, sebelum memakai handscoen tangan harus dalam
keadaan bersih minimal petugas harus cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
pemeriksaan sampel dengan sabun atau handsrub sesuai standar prosedur yang
berlaku, reagen tidak boleh berceceran, harus sesuai label dan tempatnya. Sampah-
sampah seperti tempat sampel atau tempat reagen yang sudah habis dibuang ke
tempat sampah yang sudah disediakan sesuai sampah medis dan non medis,
selanjutnya sampah akan diambil oleh petugas kebersihan dikumpulkan dan dibawa
ke tempat pembuangan.

- Identifikasi data dan jenis pemeriksaan pasien


Setelah sampel sampai di laboratorium, petugas melakukan pengecekan ulang data,
jenis pemeriksaan dan sampel pasien pada saat serah terima antar petugas. Harus
sesuai antara sampel pasien dengan jenis pemeriksaan, dan seminimal mungkin tidak
melakukan kesalahan. Setelah semua cocok, baru dilakukan pemeriksaan sesuai yang
diminta. Setelah hasilnya keluar, lakukan pengecekan ulang, cocok atau tidak antara
data dan jenis pemeriksaan pasien. Baru setelah itu hasil dapat diserahkan ke bagian
pegolahan administrasi untuk diserahkan kepada pasien.

- Pemeriksaan harus dilakukan sesuai prosedur pemeriksaan. Cara pemeriksaan pasien


dilakukan sesuai prosedur pemeriksaan, jika ada penggunaan reagen yang mirip
harus di pastikan dengan teliti sehingga mengurangi kesalahan, terutama pada reagen
yang warna dan namanya mirip. Reagen sudah ada tempatnya masing-masing sesuai
labelnya, supaya petugas mudah mengambilnya dan tidak tertukar.

- Penggunaan jarum suntik dan benda tajam sesuai standar prosedur operasional yang
berlaku. Selain keselamatan pasien pada saat melakukan pemeriksaan laboratorium,
perlu juga diperhatikan keselamatan pasien pada saat berada di lingkungan rumah
sakit dan di lingkungan laboratorium. Dalam hal ini termasuk tindakan yang harus
dilakukan untuk menghindari pasien dari risiko jatuh. Skrining awal risiko jatuh
dilakukan pada semua pasien. Semua pasien berisiko jatuh menjadi tanggung jawab
semua personal rumah sakit selama pasien tersebut berada di lingkungan rumah sakit.

- Pasien rawat jalan memiliki risiko tinggi untuk jatuh jika memiliki salah satu dari
beberapa faktor risiko jatuh dibawah ini:
a. Usia > 65 tahun

36
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

b. Memakai alat bantu mobilisasi


c. Riwayat jatuh 3 bulan terakhir

Pada pasien rawat jalan dengan risiko jatuh yang tinggi seperti ini harus dilakukan
tindakan sebagai berikut :

a. Pasang kalung kuning


b. Dekatkan ke nurse station
c. Bantu saat mobilisasi
d. Edukasi pasien dan keluarga
e. Informasikan ke petugas unit berikutnya

Untuk pasien anak, penilaian risiko jatuh dilakukan menggunakan skala humpty
dumpty. Untuk pasien dewasa, penilaian resiko jatuh rawat inap dilakukan
menggunakan skala morse.

Pasien neonatus< 28 hari yang dirawat: tidak perlu dilakukan pengkajian risiko jatuh,
pencegahan risiko jatuh yang standar tetap dilakukan.

37
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

7.1. Definisi
Keselamatan kerja adalah upaya untuk mencegah dan mengurangi kecelakaan,
kebakaran, bahaya peledakan, penyakit akibat kerja, pencemaran lingkungan yang
pada umumnya menimbulkan kerugian nyawa, waktu, dan harta benda bagi pekerja
dan masyarakat yang berbeda di lingkungannya (UU no 1 tahun 1970, tentang
keselamatan kerja).
Mengingat besarnya risiko kecelakaan dan gangguan kesehatan yang dapat
terjadi akibat kegiatan laboratorium maka seluruh petugas di laboratorium harus
mengenal berbagai bahaya dan risiko kesehatan di laboratorium sehingga petugas
dapat melakukan tindakan pencegahan dan dapat menangani secara benar jika terjadi
kecelakaan kerja di laboratorium.

7.2. Tujuan
1. Acuan dalam melaksanakan tugas dilaboratorium
2. Meningkatkan pengetahuan petugas terhadap risiko terjadinya kecelakaan
dan gangguan kesehatan akibat kegiatan laboratorium
3. Menjamin mutu pekerjaan laboratorium

7.3. Ruang lingkup


Ruang lingkup kesehatan dan keselamatan kerja meliputi upaya peningkatan
kesehatan dan pencegahan kecelakaan atau gangguan kesehatan petugas laboratorium
termasuk pengunjung atau pasien dan lingkungannya pada semua jenis dan jenjang
pelayanan laboratorium.

7.4. Kegiatan
Pengenalan dari berbagai bahaya dan risiko kesehatan kesehatan ditempat dan
lingkungan kerja biasanya sebagai berikut:

a. Mengenal zat kimia berbahaya di laboratorium dan cara pencegahannya


Daftar zat kimia yang ada di laboratorium RSSP Kabupaten Tangerang dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 7.4.1. Daftar zat kimia berbahaya di laboratorium

38
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

Nama zat kimia Cara pencegahan dan Bahaya (kode)


penangganan bila
terpapar
Bayclean (klorin) Ada dibuku MSDS Ada dibuku MSDS
Methanol Ada dibuku MSDS Ada dibuku MSDS
Stromatolyser Ada dibuku MSDS Ada dibuku MSDS
Cellpack Ada dibuku MSDS Ada dibuku MSDS
Cell Clean Ada dibuku MSDS Ada dibuku MSDS
Reagen benedict Ada dibuku MSDS Ada dibuku MSDS
Eosin Ada dibuku MSDS Ada dibuku MSDS
Methylen blue Ada dibuku MSDS Ada dibuku MSDS
Carbol fuchsin Ada dibuku MSDS Ada dibuku MSDS

Untuk pencegahan B3 setiap petugas harus memahami buku MSDS Rumah Sakit
dan buku MSDS Laboratorium.
b. Mengenal gangguan kesehatan yang disebabkan oleh mikroorganisme yang
infeksius.
c. Mengenal bahaya stres akibat keadaan ditempat kerja.
d. Mengenal bahaya stres akibat peralatan yang tidak ergonomis.

Pencegahan bahaya dilaboratorium secara umum yaitu ruangan:


1. Kebersihan ruangan laboratorium harus selalu terjaga
2. Permukaan meja kerja harus selalu dibersihkan setelah selesai bekerja dan jika
terjadi bahan yang potensial berbahaya
3. Lantai harus bersih, kering, tidak licin dan ada saluran pembuangan
4. Suhu ruangan antara 15-25OC dengan kelembaban 35-60%
5. Udara dalam ruangan harus dibuat mengalir searah (dari ruang bersih keruang
kotor)
6. Dinding hendaknya dicat dengan bahan epoksi, permukaannya harus rata, mudah
dibersihkan, tidak tembus cairan dan tahan terhadap desinfektan.
7. Label internasional untuk BIOHAZARD/LABEL BAHAYA harus terpasang di
pintu masuk laboratorium.
8. Pintu laboratorium harus selalu tertutup jika petugas sedang bekerja, mereka
yang tidak berkepentingan dilarang masuk.

39
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

7.5. Peralatan
a. Sarung tangan harus dilepaskan jika menerima telepon
b. Penggunaan pipet dengan MULUT tidak diperbolehkan
c. Penyimpanan jas laboratorium tidak boleh dalam satu lemari dengan
pakaian lain yang dipakai diluar laboratorium
d. Diwajibkan memakai sarung tangan plastik karet tipis selama bekerja,
dengan ketentuan pada saat pengambilan sampel, satu sarung tangan untuk
satu pasien
e. Setelah dipakai sarung tangan harus dibuang bersama limbah laboratorium
lainnya, kemudian petugas mencuci tangan sampai bersih
f. Penyimpanan harus sesuai prosedur kerja.

7.6. Prosedur/ Sistem


a. Penggunaan bahan-bahan harus sesuai dengan ukuran
b. Semua prosedur tetap yang tersedia harus dilaksanakan dan diperhatikan
untuk mencegah atau meminimalisir terbentuknya aerosol atau tetesan.
c. Semua prosedur tetap harus dilakukan untuk mencegah atau meminimalisir
bahaya atau kecelakaan akibat kerja
d. Semua limbah atau bahan yang terkontaminasi danspesimen harus dilakukan
dekontaminasi sebelum dibuang atau akan digunakan kembali.
e. Limbah infeksius hendaknya dimasukkan ke dalam kantong plastik sesuai
dengan kode dan warnanya untuk dikelola
f. Seluruh petugas laboratorium harus selalu mencuci tangan setelah
menangani bahan infeksius, setelah bersentuhan dengan lingkungan pasien,
setelah menyentuh pasien, sebelum mengambil darah pasien dan sebelum
meninggalkan laboratorium. Mencuci tangan dapat dilakukan dengan
memakai sabun jika tangan terlihat kotor dan memakai handsrub jika tangan
terlihat bersih
g. Jas laboratorium hanya boleh dipakai diruangan laboratorium dan pada saat
pengambilan sampel pasien
h. Penyimpanan pakaian pelindung diri tidak boleh dalam satu lemari dengan
pakaian yang dipakai diluar ruang kerja laboratorium.

7.7. Petugas
a. Dilarang makan, minum, merokok, menyimpan makanan serta menggunakan
kosmetik didalam ruangan laboratorium

40
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

b. Cincin, gelang tidak boleh digunakan selama bekerja


c. Rambut panjang harus diikat selama bekerja
d. Tidak diperbolehkan menggunakan pipet isap mulut
e. Seluruh petugas laboratorium harus selalu mencuci tangan setelah menangani
bahan infeksius dan sebelum meninggalkan laboratorium
f. Jangan menggunakan ludah untuk merekatkan label
g. Pakailah kaca mata pelindung, kaca pelindung wajah (visors) atau alat
pelindung diri lainnya jika menangani objek yang mudah menyemprot atau
memantul ke tubuh kita, atau jika diperlukan
i. Seluruh petugas menangani bahan infeksius harus memakai sarung tangan
untuk menghindari kontak langsung dengan spesimen
j. Jangan memakai sandal di laboratorium
k. Petugas harus melapor semua kejadian baik berupa tumpahan, kecelakaan
kerja, ataupun terpapar dengan bahan potensial berbahaya atau infeksius
lainnya kepada kepala ruangan secara tertulis.
7.8. Pencegahan bahaya di laboratorium secara khusus
1. Kimia
a. Material safety data sheet (MSDS) dari seluruh bahan kimia yang
terdapat di laboratorium harus tersedia ditempat kerja dan diketahui
seluruh petugas laboratorium
b. Bahan kimia tidak diisap melalui pipet dengan mulut tetapi dengan
menggunakan karet isap (rubber bulb), atau alat vakum untuk mencegah
tertelannya bahan berbahaya dan terhirupnya aerosol
c. Gunakan peralatan pelindung seperti pelindung mata dan muka, sarung
tangan karet, celemek (apron), jas laboratorium yang tepat pada saat
menangani bahan kimia terutama pelarut organik.
d. Gunakan pelindung mata yang tepat jika bekerja dengan bahan atau alat
yang dapat menimbulkan bahaya pecahan, percikan atau radiasi
gelombang perusak mata. Pelindung mata harus dapat menutup rapat
daerah sekitar mata dan tahan terhadap percikan zat kimia
e. Hindari pemakaian lensa kontak pada waktu menangani bahan kimia
karena dapat melekat antara mata dan lensa

41
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

2. Biologi
Upaya pencegahan bahaya didasarkan klasifikasi tingkat keamanan biologi
laboratorium yang bersangkutan. Hal-hal umum yang penting diperhatikan
adalah:
a. Lakukan pekerjaan laboratorium dengan menerapkan praktek
laboratorium yang benar (good laboratory practice)
b. Penggunaan desinfektan yang sesuai dengan cara penggunaan yang benar
c. Lakukan sterilisasi dan desinfektan terhadap sisa bahan infeksius dan
spesimen secara benar.
d. Pengelolaan limbah infeksius diterapkan dengan benar.
3. Fisika
Pencegahan terhadap panas dilakukan dengan pemasangan AC, pengaturan
ventilasi
4. Psikososial/stres
a. Menjaga keseragaman jasmani petugas
b. Mengenali stres melalui buku bacaan, seminar
c. Mengadakan kegiatan yang menimbulkan rasa betah dalam bekerja
misalnya makan siang bersama, musik, mengadakan kegiatan piknik
bersama
d. Membudayakan budaya safety, berani menegur atau meningkatkan untuk
memakai alat pelindung diri.
5. Ergonomi
Pemakaian komputer harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Jangan terus menerus bekerja dengan komputer
b. Pencegahan kelelahan mata
c. Menghindari hal-hal yang menimbulkan kecelakaan seperti
- Jangan makan minum di dekat komputer dan jagalah komputer tetap
bersih
- Dilarang merokok disetiap unit kerja

Tindakan jika terjadi bahaya di laboratorium


Segera
a. Umum
1. Jika terjadi kebakaran, beritahu kepada seluruh petugas, lakukan dengan
tenang
2. Bunyikan alarm

42
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

3. Informasikan kepada tim/petugas K3RS. Kalau perlu kepada petugas


pemadam kebakaran, polisi, kelurahan, RS
4. Ikuti prosedur yang berlaku, hubungi organisasi tim penanggulangan
bencana
- Dokter UGD : Pusat komando bencana (bersama direktur, manajer
umum, ketua K3)
- Dokter bangsal : Tim medis (bersama NOD)
- Tim lain : Pemadam kebakaran ruangan, petugas keamanan,
maitenance, komunikasi
- Tim komando penanganan bencana saat kebakaran diruangan :
 Merah :Pemadam kebakaran
 Kuning :Komando jalannya evakuasi pasien atau orang
 Biru :Informasi, pencatatan, penandaan ruangan kosong
 Putih :Evakuasi dokumen

Gambar petunjuk kebakaran

Cara menggunakan apar

43
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

b. Khusus
Tumpahan dan kebocoran bahan kimia
a. Cucilah mata atau kulit di pancuran air (shower) terdekat bila terkena zat
kimia
b. Ikuti semua petunjuk material safety data sheet (MSDS), tentang proses
netralisasi bahan kimia yang bocor atau tumpahan sebaik-baiknya
c. Bila tumpahan diperkirakan dapat menimbulkan kebakaran dan peledakan,
tinggalkan segera ruangan
d. Semua petugas laboratorium wajib mengetahui bahan B3 yang ada di
laboratorium
e. Staf harus mengetahui buku B3/MSDS
f. Spill kit harus ada diletakkan ditempat yang mudah dijangkau oleh siapa
pun.

Keracunan bahan kimia melalui kontak langsung


1. Bila kena mata
- Keluarkan lensa kontak jika memakai
- Cucilah mata yang terkena dengan semprotan air selama 15 menit
- Jangan menggunakan salep mata atau bahan netralisasi
2. Bila kena kulit
- Cuci tangan hingga bersih jika bahan kimia mengenai kulit, siram air
mengalir selama 15 menit
- Mandikan korban di pancuran dan pakailah apron dan sarung tangan
- Bersihkan dengan teliti lipatan atau rongga tubuh korban. Posisi kepala harus
lebih tinggi dari tubuh untuk menghindari cipratan ke mata korban
- Semprot air ke tubuh dan cuci mata ini bisa dilakukan dengan posisi korban
duduk dengan kepala menengadah

3. Bila terminum
Bila terminum segera berkumur-kumur, selanjutnya bawa ke UGD
4. Bila terhirup
Bila terhirup longgarkan pakaian, bawa ketempat yang segar, beri nafas bantuan
(bila perlu)
5. Bila tertumpah (lihat gambar)

44
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

Gambar penangulangan tumpahan B3

Prosedur penanganan cairan tubuh yang tumpah di lantai

1. Gunakan APD (sarung tangan, masker)


2. Serap cairan tubuh yang berada dilantai sebanyak-banyaknya dengan kertas
penyerap/koran/tissue
3. Buang kertas penyerap kedalam kantong sampah infeksius
4. Lokalisir area bekas tumpahan cairan tubuh tadi dengan cairan deterjen, diamkan 5
menit, kemudian bersihkan
5. Beri klorin yang sudah diencerkan, diamkan selama 5 menit, kemudian bersihkan
6. Bilas dengan lap basah yang bersih hingga larutan klorin terangkat
7. Lepaskan sarung tangan, sesuai prosedur kemudian buang ke tempat sampah infeksius
8. Cuci tangan sampai bersih

Pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk
menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga
dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada
akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.

Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi
pekerja dan perusahaan, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh,
merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyrakat luas.

Penyakit akibat kerja (PAK) dan kecelakaan kerja (KK) di kalangan petugas kesehatan
dan non kesehatan, kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Jika kita pelajari
angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa negara maju (dari beberapa
pengamatan) menunjukkan kecenderungan peningkatan prevalensi. Sebagai faktor penyebab,
sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerjaan dan kualitas serta keterampilan pekerjaan

45
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

yang kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidak
menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia.

Dalam penjelasan undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan telah


mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan kerja,
agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan
disekitarnya.

Diantara sarana kesehatan, laboratorium kesehatan merupakan suatu institusi dengan


jumlah petugas kesehatan dan non kesehatan yang cukup besar. Kegiatan laboratorium
kesehatan mempunyai risiko berasal dari faktor fisik, kimia, ergonomis dan psikososial.
Variasi, ukuran, tipe, dan kelengkapan laboratorium menentukan kesehatan dan keselamatan
kerja. Seiring dengan kemajuan IPTEK, khususnya kemajuan teknologi laboratorium, maka
risiko yang dihindari petugas laboratorium semakin meningkat.

Petugas laboratorium merupakan orang pertama yang terpajan terhadap bahan kimia yang
merupakan bahan toksik korosif, mudah meledak dan terbakar serta bahan biologis. Selain itu
dalam pekerjaannya menggunakan alat-alat yang mudah pecah, berionisasi dan radiasi serta
alat-alat elektronik dengan voltase yang mematikan.

Oleh karena itu penerapan budaya aman dan sehat dalam bekerja hendaknya dilaksanakan
pada semua institusi di sektor kesehatan termasuk laboratorium kesehatan.

A. Fasilitas laboratorium
1. Laboratorium kesehatan adalah sarana kesehatan yang melaksanakan pengukuran,
penetapan dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia atau bahan yang
bukan berasal dari manusia untuk penentuan jenis penyakit, penyebab penyakit,
kondisi kesehatan dan faktor yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan perorangan
dan masyarakat.
2. Disain laboratorium harus mempunyai sistem ventilasi yang memadai dengan
sirkulasi udara yang adekuat
3. Disain laboratorium harus mempunyai pemadam api yang tepat terhadap bahan kimia
yang berbahaya yang dipakai
4. Kesiapan menghindari panas sejauh mungkin dengan memakai alat pembakar gas
yang terbuka untuk menghindari bahaya kebakaran.
5. Untuk menahan tumpahan larutan yang mudah terbakar dan melindungi tempat yang
aman dari bahaya kebakaran dapat disesuaikan bendung-bendung tajam

46
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

6. Dua buah jalan keluar harus disediakan untuk keluar dari kebakaran dan terpisah
sejauh mungkin
7. Tempat penyimpanan didisain untuk mengurangi sekecil mungkin risiko oleh bahan-
bahan berbahaya dalam jumlah besar.

B. Masalah kesehatan dan keselamatan kerja


Kinerja setiap petugas kesehatan dan non kesehatan merupakan resultante dari tiga
komponen kesehatan kerja yaitu kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja yang
dapat merupakan beban tambahan pada pekerja. Bila ketiga komponen tersebut serasi
maka bisa dicapai suatu derajat kesehatan kerja yang optimal dan peningkatan
produktivitas. Sebaliknya bila terdapat ketidakserasian dapat menimbulkan masalah
kesehatan kerja berupa penyakit ataupun kecelakaan akibat kerja yang pada akhirnya
akan menurunkan produktivitas kerja.
1. Kapasitas kerja
Status kesehatan masyarakat pekerja di indonesia pada umumnya belum memuaskan.
Dari beberapa hasil penelitian didapat gambaran bahwa 30-40% masyarakat pekerja
kurang kalori protein, 30% menderita anemia gizi dan 35% kekurangan zat besi tanpa
anemia. Kondisi seperti ini tidak memungkinkan bagi para pekerja untuk bekerja
dengan produktifitas yang optimal. Hal ini diperberat lagi dengan kenyataan bahwa
angkatan kerja yang ada sebagian besar masih diisi oleh petugas kesehatan dan non
kesehatan yang mempunyai banyak keterbatasan, sehingga untuk dalam melakukan
tugasnya mungkin sering mendapatkan kendala terutama menyangkut masalah
kecelakaan kerja.

2. Beban kerja
Sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan maupun yang bersifat teknis beroperasi 24
jam sehari, dengan demikian kegiatan pelayanan kesehatan di laboratorium menuntut
adanya pola kerja bergilir dan tugas/jaga malam. Pola kerja yang berubah-ubah dapat
menyebabkan kelelahan yang meningkat, akibat terjadinya perubahan pada bioritmik
(irama tubuh). Faktor lain yang turut memperberat beban kerja antara lain tingkat gaji
dan jaminan sosial bagi pekerja yang masih relatif rendah, yang berdampak pekerjaan
terpaksa melakukan kerja tambahan secara berlebihan. Beban psikis ini dalam jangka
waktu lama dapat menimbulkan stres.

47
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

3. Lingkungan kerja
Lingkungan kerja bila tidak memenuhi persyaratan dapat memengaruhi kesehatan
kerja dapat menimbulkan kecelakaan kerja (occupational accident), penyakit akibat
kerja dan penyakit akibat hubungan kerja (occupational disease and work related
diseases).

C. Identifikasi masalah kesehatan dan keselamatan kerja laboratorium kesehatan dan


pencegahan.
Kecelakaan kerja
Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Biasanya
kecelakaan menyebabkan, kerugian material dan penderitanya dari yang paling ringan
sampai kepada yang paling berat. Kecelakaan dilaboratorium dapat terbentuk 2 jenis
yaitu:
1. Kecelakaan medis jika yang menjadi korban pasien
2. Kecelakaan kerja jika yang menjadi korban petugas laboratorium itu sendiri

Penyebab kecelakaan kerja dapat dibagi dalam kelompok:

1. Kondisi berbahaya (unsafe condition), yaitu keadaan yang tidak aman dari :
a. Mesin, peralatan, bahan lain-lain
b. Lingkungan kerja
c. Proses kerja
d. Sifat pekerjaan
e. Cara kerja
2. Perbuatan berbahaya (unsafe act), yaitu perbuatan berbahaya dari manusia yang dapat
terjadi antara lain karena:
a. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan pelaksana
b. Cacat tubuh yang tidak kentara (bodily defect)
c. Keletihan dan kelemahan daya tahan tubuh
d. Sikap dan perilaku kerja yang tidak baik

Kecelakaan kerja yang dapat terjadi dilaboratorium

1. Terpeleset, biasanya karena lantai licin. Terpeleset dan jatuh adalah bentuk
kecelakaan kerja yang dapat terjadi dilaboratorium.
Akibatnya: memar (ringan), fraktur, dislokasi, memar otak (berat)
Pencegahan :
a. Pakai sepatu anti slip

48
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

b. Jangan pakai sepatu dengan hak tinggi, tali sepatu longgar


c. Hati-hati bila berjalan pada lantai yang sedang dipel (basah dan licin) atau tidak
rata konstruksinya.
d. Pemeliharaan lantai dan tangga
2. Mengangkat beban. Mengangkat beban merupakan pekerjaan yang cukup berat,
terutama bila mengabaikan kaidah ergonomis
Akibat : cedera pada punggung
Pencegahan :
a. Beban jangan terlalu berat
b. Jangan berdiri terlalu jauh dari beban
c. Jangan mengangkat beban dengan posisi membungkuk tapi pergunakanlah
tungkai bawah sambil berjongkok
d. Pakaian penggotong jangan terlalu ketat sehingga pergerakan terhambat.
3. Mengambil sampel darah/cairan tubuh lainnya. Hal ini merupakan pekerjaan sehari-
hari di laboratorium
Risiko :
a. Tertusuk jarum suntik
b. Tertular virus AIDS, hepatitis B, hepatitis C

Pencegahan:
a. Gunakan alat suntik sekali pakai
b. Jangan tutup kembali atau menyentuh jarum suntik yang telah dipakai tapi
langsung dibuang ke tempat yang telah disediakan (sebaiknya gunakan
destruction clip)
c. Bekerja dibawah pencahayaan yang cukup
4. Risiko terjadinya kebakaran (sumber: bahan kimia) bahan desinfektan yang mungkin
mudah menyala (flammable) dan beracun. Kebakaran terjadi bila terdapat 3 unsur
bersama-sama yaitu: oksigen, bahan yang mudah terbakar dan panas.
Akibatnya:
a. Timbulnya kebakaran dengan akibat luka bakar dari ringan sampai berat bahkan
kematian
b. Timbul keracunan akibat kurang hati-hati

Pencegahan :

a. Konstruksi bangunan yang tahan api


b. Sistem penyimpanan yang baik terhadap bahan-bahan yang mudah terbakar

49
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

c. Pengawasan terhadap kemungkinan timbulnya kebakaran


d. Sistem tanda kebakaran
- Manual yang memungkinkan seseorang menyatakan tanda bahaya dengan
segera
- Otomatis yang menentukan kebakaran dan memberi tanda secara otomatis
e. Jalan untuk menyelamatkan diri
f. Perlengkapan dan penanggulangan kebakaran
g. Penyimpanan dan penanganan zat kimia yang benar dan aman

D. Penyakit akibat kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dilaboratorium kesehatan
Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang mempunyai penyebab yang spesifik
ataupun asosiasi yang kuat dengan pekerjaan, pada umumnya terdiri dari suatu agen
penyebab, harus ada hubungan sebab akibat antara proses penyakit dan hazard ditempat
kerja. Faktor lingkungan kerja sangat berpengaruh dan berperan sebagai penyebab
timbulnya penyakit akibat kerja. Sebagai contoh antara lain debu silika dan silikosis, uap
timbal dan keracunan timah. Akan tetapi penyebab terjadinya akibat kesalahan faktor
manusia juga (WHO).
Berbeda dengan penyakit akibat kerja, penyakit akibat hubungan kerja (PAHK) sangat
luas ruang lingkupnya. Menurut komite ahli WHO (1973), penyakit akibat hubungan
kerja adalah penyakit dengan penyebab multifaktorial, dengan kemungkinan besar
berhubungan dengan pekerjaan dan kondisi tempat kerja. Pajanan di tempat kerja tersebut
memperberat, mempercepat terjadinya serta menyebabkan kekambuhan penyakit.
Penyakit akibat kerja di laboratorium kesehatan umumnya berkaitan dengan faktor
biologis (kuman patogen yang berasal umumnya dari pasien), faktor kimia (pemaparan
dalam dosis kecil namun terus menerus seperti antiseptik pada kulit, zat kimia/solvent
yang menyebabkan kerusakan hati), faktor ergonomi (cara duduk salah, cara mengangkat
pasien salah), faktor fisika dalam dosis kecil yang terus-menerus (panas pada kulit,
tegangan tinggi, radiasi, dll), faktor psikologis (ketegangan dikamar penerimaan pasien,
gawat darurat, karantina, dll).

1. Faktor biologis
Lingkungan kerja pada pelayanan kesehatan merupakan tempat bagi
berkembang biaknya strain kuman yang resisten, terutama kuman-kuman pyogenic,
colli, bacilli dan staphylococci, yang bersumber dari pasien, benda-benda yang
terkontaminasi dan udara. Virus yang menyebar melalui kontak dengan darah dan
sekret (misal HIV dan hepatitis B) dapat menginfeksi pekerja hanya akibat

50
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

kecelakaan kecil pada pekerjaan. Misalnya karena tergores atau tertusuk jarum yang
terkontaminasi virus.
Angka kejadian infeksi nosokomial di unit pelayanan kesehatan cukup tinggi.
Secara teoritis kemungkinan kontaminasi pekerja LAK sangat besar, sebagai contoh
dokter dirumah sakit mempunyai risiko terkena infeksi 2 sampai 3 kali lebih besar
dari pada dokter yang praktek pribadi atau swasta, dan bagi petugas kebersihan
menangani limbah yang infeksius senantiasa kontak dengan bahan yang tercemar
kuman patogen, debu beracun mempunyai peluang terkena infeksi.
Pencegahan :
a. Seluruh pekerja harus mendapatkan pelatihan dasar tentang kebersihan,
epidemiologi dan desinfeksi.
b. Sebelum bekerja dilakukan pemeriksaan kesehatan untuk memastikan dalam
keadaan sehat, punya cukup kekebalan alami untuk bekerja dengan bahan
infeksius, dan dilakukan imunisasi.
c. Menggunakan pekerjaan laboratorium dengan praktek yang benar (good
laboratory practice).
d. Menggunakan desinfektan yang sesuai dan cara penggunaan yang benar.
e. Sterilisasi dan desinfeksi terhadap tempat, peralatan, sisa bahan infeksius dan
spesimen secara benar.
f. Pengelolaan limbah infeksius dengan benar.
g. Menggunakan kabinet keamanan biologis yang sesuai.
h. Kebersihan diri dari petugas

2. Faktor kimia
Petugas dilaboratorium kesehatan yang sering kali kontak dengan bahan kimia
dan obat-obatan seperti antibiotik, demikian pula dengan solvent yang banyak
digunakan dalam komponen antiseptik, desinfektan dikenal sebagai zat yang paling
karsinogen. Semua bahan cepat atau lambat ini dapat memberi dampak negatif
terhadap kesehatan mereka. Gangguan kesehatan yang paling sering adalah
dermatosis kontak akibat kerja yang pada umumnya disebabkan oleh iritasi (amoniak,
dioksan) dan hanya sedikit saja oleh karena alergi (keton). Bahan toksik
(trichloroethane, tetrachloromethane) jika tertelan, terhirup atau terserap melalui
kulit dapat menyebabkan penyakit akut atau kronik, bahkan kematian. Bahan korosif
(asam dan basa) akan mengakibatkan kerusakan jaringan yang irreversible pada
daerah yang terpapar.
Pencegahan:

51
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

1. Material safety data sheet (MSDS) dari seluruh bahan kimia yang ada untuk
diketahui oleh seluruh petugas laboratorium.
2. Menggunakan karet isap (rubber bulb) atau alat vakum untuk mencegah
tertelannya bahan kimia dan terhirupnya aerosol.
3. Menggunakan alat pelindung diri (pelindung mata, sarung tangan, celemek jas
laboratorium) yang benar.
4. Hindari penggunaan lensa kontak, karena dapat melekat antara mata dan lensa.
5. Menggunkan alat pelindung pernafasan dengan benar.

3. Faktor ergonomi
Ergonomi sebagai ilmu teknologi dan seni berupa menyerasikan alat, cara,
proses dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan batasan manusia
untuk terwujudnya kondisi dan lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan
tercapai efisiensi yang setinggi-tingginya. Pendekatan ergonomis bersifat konseptual
dan kuratif, secara populer kedua pendekatan tersebut dikenal sebagai to fit the job to
the man and to fit the man to the job.
Sebagian besar pekerja di perkantoran atau pelayanan kesehatan permintaan,
bekerja dalam posisi yang kurang ergonomis, misalnya tenaga operator, peralatan, hal
ini disebabkan peralatan yang digunakan pada umumnya barang impor yang disainya
tidak sesuai dengan ukuran pekerja indonesia. Posisi kerja yang salah dan dipaksakan
dapat menyebabkan mudah lelah sehingga kerja menjadi kurang efisien dan dalam
jangka panjang dapat menyebabkan gangguan fisik dan psikologis (stress) dengan
keluhan yang paling sering adalah nyeri pinggang bawah (low back pain).

4. Faktor fisik
Faktor fisik di laboratorium kesehatan dapat menimbulkan masalah kesehatan kerja,
meliputi:
1. Kebisingan, getaran akibat mesin dapat menyebabkan stres dan ketulian.
2. Pencahayaan yang kurang di ruangan kamar pemeriksaan laboratorium, ruang
perawatan dan kantor administrasi dapat menyebabkan gangguan penglihatan dan
kecelakaan kerja.
3. Suhu dan kelembaban yang tinggi di tempat kerja.
4. Terimbas kecelakaan/kebakaran akibat lingkungan sekitar.

52
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

Pencegahan:

1. Pengendalian cahaya di ruang laboratorium.


2. Pengaturan ventilasi dan penyediaan air minum yang cukup memadai.
3. Menurunkan getaran dengan bantalan anti vibrasi.
4. Pengaturan jadwal kerja yang sesuai.
5. Pelindung mata untuk sinar laser.
6. Filter untuk mikroskop.

5. Faktor psikososial
Beberapa contoh faktor psikososial di laboratorium kesehatan yang dapat
menyebabkan stres:
1. Pelayanan kesehatan sering kali bersifat emergency dan menyangkut hidup mati
seseorang, untuk itu pekerja dilaboratorium kesehatan dituntut untuk memberikan
pelayanan yang tepat dan cepat disertai dengan kewibawaan dan keramah-
tamahan.
2. Pekerja pada unit-unit tertentu yang sangat mononton.
3. Hubungan kerja yang kurang serasi antara pimpinan dan bawahan atau sesama
teman kerja.
4. Beban mental karena menjadi panutan bagi mitra kerja di sektor formal atau pun
informal.

E. Pengendalian penyakit akibat kerja dan kecelakaan melalui penerapan kesehatan dan
keselamatan kerja
I. Pengendalian melalui perundang-undangan (kontrol legislatif) antara lain:
a. UU no.14 tahun 1969 tentang ketentuan-ketentuan pokok mengenai tenaga
kerja
b. Petugas kesehatan dan non kesehatan 1.UU no. 1 tahun 1970 tentang
keselamatan kerja
c. UU no. 36 tahun 2009 tentang kesehatan
d. Peraturan mentri kesehatan tentang higyene dan sanitasi lingkungan
e. Pengaturan penggunaan bahan-bahan berbahaya
f. Peraturan/persyaratan pembuangan limbah dll

53
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

II. Pengendalian melalui administrasi / organisasi (kontrol administratif) antara lain:


a. Peryaratan penerimaan tenaga medis, para medis, dan tenaga non medis yang
meliputi batas umur, jenis kelamin, syarat kesehatan
b. Pengaturan jadwal kerja dan shift
c. Menyusun prosedur kerja tetap (standard operating procedure) untuk masing-
masing unit dan melakukan pengawasan terhadap pelaksanaannya
d. Melaksanakan prosedur keselamatan kerja (safety procedures) terutama untuk
pengoperasian alat-alat yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja dan
melakukan pengawasan agar prosedur tersebut dilaksanakan
e. Melaksanakan pemeriksaan secara seksama penyebab kecelakaan kerja dan
pengupayaan pencegahannya.

III. Pengendalian secara teknis (engineering control) antara lain:


a. Subsitusi dari bahan kimia, alat kerja atau proses kerja
b. Isolasi dari bahan-bahan kimia, alat kerja, proses kerja, dan petugas kesehatan
dan non kesehatan (penggunaan alat pelindung)
c. Perbaiki sistem ventilasi dan lain-lain

IV. Pengendalian melalui jalur kesehatan (medical control)


Yaitu upaya untuk menemukan gangguan sedini mungkin dengan cara mengenal
(recognition) kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang dapat tumbuh pada setiap
jenis pekerjaan di unit pelayanan kesehatan dan pencegahan meluasnya gangguan
yang sudah ada baik terhadap pekerja itu sendiri maupun terhadap orang
disekitarnya. Dengan deteksi dini, maka penatalaksanaan kasus menjadi lebih cepat,
mengurangi penderita dan mempercepat pemulihan kemampuan produktivitas
masyarakat pekerja. Disini diperlukan sistem rujukan untuk menegakkan diagnosa
penyakit akibat kerja secara cepat dan tepat (prompt-treatment).
Pencegahan sekunder ini dilaksanakan melalui pemeriksaan kesehatan pekerja yang
meliputi :
1. Pemeriksaan awal adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan sebelum
seseorang calon/pekerja (petugas kesehatan dan non kesehatan) mulai
melaksanakan pekerjaannya. Pemeriksaan ini bertujuan memperoleh gambaran
tentang status kesehatan calon pekerja dan mengetahui apakah calon pekerja
tersebut ditinjau dari segi kesehatannya sesuai dengan pekerjaan yang akan
ditugaskan kepadanya. Pemeriksaan kesehatan awal ini meliputi :
a. Anamnesa pekerjaan

54
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

b. Penyakit yang pernah diderita


c. Alergi
d. Imunisasi yang pernah didapat
e. Pemeriksaan badan
f. Pemeriksaan laboratorium rutin
g. Pemeriksaan tertentu
- Psikologi
- Rontgen
2. Pemeriksaan berkala adalah pemeriksaan kesehatan yang dilaksanakan secara
berkala dengan jarak waktu berkala yang disesuaikan dengan besarnya risiko
kesehatan yang dihadapi. Semakin besar risiko kerja, makin kecil jarak waktu
antar pemeriksaan berkala. Ruang lingkup pemeriksaan di sini meliputi
pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus seperti pada pemeriksaan awal dan
bila diperlukan ditambahkan dengan pemeriksaan lainnya, sesuai dengan risiko
kesehatan yang dihadapi dalam pekerjaan.
Pemeriksaan khusus yaitu pemeriksaan kesehatan yang dilakukan khusus
diluar waktu pemeriksaan berkala yaitu pada keadaan dimana ada atau diduga
ada keadaan yang dapat mengganggu kesehatan pekerja.
Sebagai unit di sektor kesehatan pengembangan K3 tidak hanya untuk intern
laboratorium kesehatan, dalam hal memberikan pelayanan paripurna juga harus
merambah dan memberi panutan pada masyarakat pekerja di sekitarnya,
utamanya pelayanan promotif dan preventif. Misalnya untuk mengamankan
limbah agar tidak berdampak kesehatan bagi pekerja atau masyarakat
disekitarnya, meningkatkan kepekaan dalam mengenali unsafe act dan unsafe
condition agar tidak terjadi kecelakaan dan sebagainya.
Kesehatan dan keselamatan kerja di laboratorium kesehatan bertujuan agar petugas,
masyarakat dan lingkungan laboratorium kesehatan saat bekerja selalu dalam keadaan
sehat, nyaman, selamat, produktif dan sejahtera. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut,
perlu kemauan, kemampuan dan kerjasama yang baik dari semua pihak. Keterlibatan dan
komitmen yang tinggi dari pihak manajemen atau pengelola laboratorium kesehatan
mempunyai peran sentral dalam pelaksanaan program ini. Demikian pula dengan pihak
petugas kesehatan dan non kesehatan yang menjadi sasaran program K3 ini harus
berpartisipasi secara aktif, bukan hanya sebagai obyek tetapi juga berperan sebagai subyek
dari upaya mulia ini. Melalui kegiatan kesehatan dan keselamatan kerja, diharapkan
petugas kesehatan dan non kesehatan yang bekerja di laboratorium kesehatan dapat bekerja
dengan lebih produktif.

55
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pemantapan mutu laboratorium kesehatan adalah semua kegiatan yang ditunjuk unuk
menjamin ketelitian dan ketepatan hasil pemeriksaan laboratorium, dilaksanakan melalui
berbagai kegiatan antara lain pemilihan metode yang tepat, pengambilan spesimen yang
benar, pelaksanaan pemeriksaan laboratorium oleh petugas yang memiliki kompetensi dan
pelaksanaan kegiatan pemantapan mutu internal serta pemantapan mutu eksternal.
Mutu laboratorium secara garis besar dapat dibedakan atas mutu pemeriksaan dan
mutu pelayanan. Dalam meningkatkan mutu pemeriksaan, laboratorium Rumah Sakit Suci
Paramita Tangerang wajib melakukan pemantapan mutu internal dan pemantapan mutu
eksternal untuk menjamin kualitas hasil pemeriksaan yang dikeluarkan oleh laboratorium.
Pelaksanaan pemantapan mutu internal dan pemantapan mutu eksternal dikoordinir oleh
koordinator ruangan dan penanggung jawab laboratorium. Adapun pemantapan mutu
pemeriksaan yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Pemantapan Mutu Internal (PMI)
Pemantapan mutu internal adalah kegiatan pencegahan dan pengawasan yang
dilakukan oleh masing-masing laboratorium secara terus menerus agar diperoleh hasil
pemeriksaan yang teliti. Pemantapan mutu internal dilaksanakan mulai dari pada
tahap pra analitik, analitik dan pasca analitik. Proses pra-analitik dibagi menjadi dua
kelompok yaitu pra-analitik ekstra laboratorium dan pra analitik intra laboratorium.
Proses-proses tersebut meliputi persiapan pasien, pengambilan spesimen, pengiriman
spesimen ke laboratorium, penanganan spesimen, dan penyimpanan spesimen.
Orang yang terlibat dalam proses pra analitik yaitu pasien, dokter, para medis/
perawat, petugas layanan transportasi, analis dan dokter laboratorium, mereka semua
bagian tanggung jawab terhadap mutu bahan spesimen dan harus memahami
pentingnya tahap pra analitik, serta mengenali kemungkinan penyebab kesalahan dan
konskuensi kesalahan mereka terhadap hasil pemeriksaan.
Pemantapan mutu tahap analitik meliputi kontrol kualitas, pemeliharaan dan
kalibrasi alat, uji kualitas reagen, metode pemeriksaan dan lainnya. Sementara kontrol
mutu pasca analitik meliputi pencatatan dan pelaporan hasil pemeriksaan.

Tujuan Pelaksanaan Mutu Internal (PMI)

Mengendalikan hasil pemeriksaan laboratorium setiap hari dan untuk


mengetahui adanya penyimpangan hasil laboratorium untuk segera diambil tindakan
perbaikan segera.

56
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

Manfaat pelaksanaan pemantapan mutu internal

a. Mutu presisi maupun akurasi hasil pemeriksaan laboratorium akan meningkat.


b. Kepercayaan dokter terhadap hasil laboratorium akan meningkat. Hasil
laboratorium yang kurang tepat akan menyebabkan kesalahan dalam
penatalaksanaan pasien yang ditangani dokter.
c. Pimpinan akan mudah melakukan pengawasan terhadap hasil laboratorium.
d. Tingkat kepercayaan tinggi terhadap hasil laboratorium.

Beberapa tahap – tahap yang dilakukan yaitu:

A. Tahap Pra-analitik
Tahap pra analitik adalah tahap mulai mempersiapkan pasien, menerima
spesimen, memberi identitas spesimen, mengambil spesimen, mengirim spesimen,
menyimpan spesimen sampai dengan menguji kualitas air/reagen/antisera.
Tindakan pemantapan mutu internal yang harus dilaksanakan pada tahap pra
analitik adalah sebagai berikut:

I. Tahap persiapan pasien


Pemeriksaan untuk spesimen yang berasal dari manusia sering
memerlukan persiapan pasien terlebih dahulu. Banyak faktor pada pasien yang
dapat memengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium sehingga persiapan pasien
perlu diperhatikan. Pengirim pasien (dokter yang meminta pemeriksaan
laboratorium) wajib memberi tahu kepada pasien mengenai persiapan yang
perlu dilakukan sebelum datang ke laboratorium. Petugas yang meminta pasien
di laboratorium harus menanyakan kesiapan yang telah dilakukan oleh pasien
sehubungan dengan pemeriksaan yang akan dilakukan. Petugas laboratorium
WAJIB menolak pasien apabila persiapan tidak memenuhi syarat. Hal-hal yang
belum dipahami atau dipenuhi pasien hendaknya diberikan kepada pasien dan
pasien kembali harus dipersiapkan untuk pemeriksaan tersebut. Untuk
persiapan yang tidak mungkin dilakukan oleh pasien perlu dicatat pada
formulir permintaan pemeriksaan, buku penerimaan pasien dan di formulir
hasil pemeriksaan agar pemeriksaan di laboratorium dan dokter yang mengirim
pasien dapat memahami adanya ketidaksesuaian atau kondisi pada pasien yang
dapat memengaruhi hasil pemeriksaan.

57
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

Persiapan pasien dimulai saat seorang dokter merencanakan


pemeriksaan laboratorium bagi pasien. Dokter dibantu oleh paramedis
diharapkan dapat memberikan informasi mengenai tindakan apa yang akan
dilakukan, manfaat dari tindakan tersebut dan persyaratan apa yang harus
dilakukan oleh pasien. Informasi yang diberikan harus jelas agar tidak
menimbulkan ketakutan atau persepsi yang keliru bagi pasien. Beberapa jenis
pemeriksaan yang memerlukan persiapan khusus sebelumnya adalah (tabel
8.1):

Tabel 8.1 beberapa pemeriksaan laboratorium yang memerlukan persiapan


sebelumnya
No Pemeriksaan Persiapan Keterangan
1. Gula darah puasa Puasa 10-12 jam 1. Boleh munum air
sebelumnya putih
2. Selama puasa
istirahat
3. Obat-obat yang di
anjurkan dokter tetap
diminum (lapor ke
petugas
laboratorium)
2. Profil lipid Puasa 10-12 jam 1. Boleh minum air
sebelumnya putih
2. Selama puasa
istirahat
3. Obat-obat yang
dianjurkan dokter
tetap diminum (lapor
ke petugas
laboratorium)
3. Gula darah 2 jam Puasa 2 jam Selama puasa harus
PP setelah makan duduk istirahat dan tidak
boleh merokok
4. Tes toleransi Puasa 8-10 jam 1. Boleh minum air putih
glukosa oral sebelumnya 2. Selama puasa istirahat

58
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

Persiapan pengumpulan spesimen


Spesimen yang akan diperiksa laboratorium harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
1. Jenisnya sesuai jenis pemeriksaan
2. Volume mencukupi
3. Kondisi baik : serum (tidak lisis, tidak ikterik dan tidak lipemik) segar/tidak
kadaluarsa, tidak berwarna merah, tidak berubah bentuk, steril (untuk
kultur kuman).
4. Pemakaian antikoagulan atau pengawet tepat
- Pemeriksaan hematologi : K3EDTA
- Pemeriksaan hemostasis : sodium citrat
- Urine 24 jam : thimol 1 g/l
- Glukosa darah : Naf
5. Identitas benar sesuai dengan data pasien
Sebelum pengambilan spesimen, periksa formulir permintaan laboratorium
Identitas pasien harus ditulis dengan benar (nama, tanggal lahir, jenis kelamin,
nomor rekam medis, dsb) disertai diagnosa atau keterangan klinis. Periksa
apakah identitas ditulis dengan benar sesuai dengan pasien yang akan diambil
spesimen. Tanyakan persiapan yang telah dilakukan oleh analis, misalnya diet,
puasa. Tanyakan juga mengenai obat-obatan yang dikonsumsi, minum alkohol,
merokok, dll. Catat apabila pasien telah mengkonsumsi obat-obatan tertentu,
merokok, minum alkohol, pasca transfusi, dsb. Catatan ini nantinya harus
disertai pada lembaran hasil laboratorium. Faktor-faktor yang dapat
memengaruhi hasil pemeriksaan antara lain:
- Makan dan minum
Makan dan minum dapat memengaruhi hasil pemeriksaan pada beberapa
jenis pemeriksaan, baik secara langsung maupun secara tidak langsung,
misalnya pemeriksaan gula darah puasa (GDP) dan trigliserida,
pemeriksaan LED, aktifitas enzim, besi dan trace element. Pemeriksaan ini
dipengaruhi secara tidak langsung oleh makanan dan minuman karena
makanan dan minuman akan memengaruhi reaksi dalam proses
pemeriksaan sehingga hasilnya menjadi tidak benar. Obat-obatan yang
diberikan baik secara oral maupun cara lainnya akan menyebabkan
terjadinya respon tubuh terhadap obat tersebut. Obat-obatan yang sering
digunakan dan dapat memengaruhi pemeriksaan dapat dilihat pada tabel
8.2.

59
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

Tabel 8.2 daftar obat-obatan yang berpengaruh terhadap pemeriksaan


laboratorium
Jenis obat Pemeriksaan yang dipengaruhi
Diuretik Hampir seluruh hasil pemeriksaan substrat dan
enzim dalam darah akan meningkat karena
terjadinya hemokonsentrasi, terutama
pemeriksaan Hb, hitung sel darah, hematokrit,
elektrolit. Pada urin akan terjadi pengenceran
Kafein Sama dengan diuretik
Thiazid Glukosa darah, tes toleransi glukosa, ureum
Pil KB (hormon) LED, kadar hormon
Morfin Enzim hati (SGOT dan SGPT)
Phenobarbital GGT
Asetosal Uji hemostasis
Vitamin C Reduksi urine
Obat antidiabetik Glukosa darah dan glukosa urine
Kortikosteroid Hitung eosinofil, tes toleransi glukosa, hitung
leukosit
Aspirin dan obat anti Tes agregrasi trombosit
trombosit lain, NSAID
Antikoagulan oral PT, INR
(warfarin, simarc)

- Aktifitas fisik
Aktifitas fisik dapat menyebabkan antara lain terjadinya:
1. Peningkatan penggunaan glukosa oleh jaringan mengakibatkan
meningkatnya kadar gula darah dan perbedaan yang besar antara kadar
gula darah arteri dari vena
2. Perubahan kadar substrat dan enzim
Contoh: konsentrasi gas darah, kadar asam urat, kreatinin, CK,
LDH,LED, Hb, hitung sel darah dan produksi urine.
- Demam
Pada waktu demam, akan terjadi:

60
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

1. Peningkatan gula darah sebagai akibat meningkatnya pelepasan


insulin.
2. Penurunan kadar kolesterol dan trigliserida. Pada awal demam
terjadinya peningkatan metabolisme dan terjadinya peningkatan asam
lemak bebas dan benda-benda keton karena penggunaan lemak yang
meningkat pada demam yang sudah lama.
3. Lebih mudah menemukan parasit malaria dalam darah.
4. Terjadi reaksi yang akan menyebabkan kenaikan titer widal.
5. Kemungkinan hasil positif kultur darah lebih besar.

- Trauma
Trauma dengan luka perdarahan akan menyebabkan antara lain terjadinya
penurunan kadar substrat maupun aktifitas enzim yang diukur termasuk
Hb, hematokrit, dan produksi urine, hal ini disebabkan karena terjadinya
pemindahan cairan tubuh ke dalam pembuluh darah sehingga
mengakibatkan terjadinya pengenceran darah. Pada tingkat lanjut akan
terjadi peningkatan kadar ureum dan kreatinin serta enzim-enzim yang
berasal dari otot.

- Variasi harian (circadian rythme)


Pada tubuh manusia terjadi perbedaan kadar zat-zat tertentu dalam tubuh
dari waktu ke waktu yang disebabkan oleh fluktuasi (variasi diurnal)
seperti:
a. Besi serum yang diambil pada sore hari akan lebih tinggi daripada pagi
hari.
b. Glukosa, kadar insulin akan mencapai puncaknya pada pagi hari,
sehingga apabila tes toleransi glukosa dilakukan pada siang hari maka
hasilnya akan lebih tinggi dari pada bila dilakukan pada pagi hari.
c. Enzim, aktifitas enzim yang diukur akan berfluktuasi disebabkan oleh
kadar hormon yang berbeda dari waktu ke waktu.
d. Eosinofil, jumlah eosinofil akan menunjukkan variasi diurnal.
Jumlahnya akan lebih rendah pada malam dibandingkan pada siang
hari.
e. Kortisol, kadarnya lebih tinggi pagi hari dibandingkan malam hari.
f. Kalium, pada pagi hari lebih tinggi dari pada siang hari.

61
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

- Umur
Umur berpengaruh terhadap kadar dan aktifitas zat dalam darah. Hitung
eritrosit dan kadar Hb jauh lebih tinggi pada neonatus daripada dewasa.
Fosfatase alkali, kolesterol total dan kolesterol LDL akan berubah dengan
pola tertentu sesuai dengan pertambahan umur.

- Ras
Jumlah leukosit orang kulit hitam Amerika lebih rendah dari pada orang
kulit putihnya. Demikian juga dengan aktifitas CK. Keadaan serupa
dijumpai pada ras bangsa lain seperti perbedaan aktifitas amilase kadar
vitamin B12 dan lipoprotein.

- Jenis kelamin (gender)


Berbagai kadar dan aktifitas zat dipengaruhi oleh jenis kelamin. Kadar besi
serum dan kadar Hb berbeda pada wanita dan pria dewasa. Perbedaan ini
akan menjadi tidak bermakna lagi setelah umur >65 tahun. Perbedaan
akibat gender lainnya adalah aktifitas CK dan kreatinin. Perbedaan ini
lebih disebabkan karena massa otot pria relatif lebih besar daripada wanita.
Sebaliknya kadar hormon seks wanita yaitu prolaktin dan kolesterol HDL
akan dijumpai lebih tinggi pada wanita daripada pria.

- Kehamilan
Bila pemeriksaan dilakukan pada pasien hamil, sewaktu interpretasi hasil
perlu mempertimbangkan masa kehamilan wanita tersebut. Pada
kehamilan akan terjadi hemodilusi (pengenceran darah) yang dimulai pada
minggu ke-10 kehamilan dan terus meningkat sampai minggu ke-35
kehamilan. Volume urine akan meningkat 25% pada trimester ke-3.
Selama kehamilan akan terjadi perubahan kadar hormon kelenjar tiroid,
elektrolit, besi feritin, protein total, albumin, lemak, aktifitas fosfatase
alkali dan faktor koagulasi serta laju endap darah.

II. Tahap pengambilan dan pengelolaan spesimen


a. Pemberian identitas

62
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

Pemberian identitas pasien dan atau spesimen merupakan hal yang penting
baik pada saat pengisian surat pengantar/formulir permintaan pemeriksaan,
pendaftaran, pengisian label wadah spesimen maupun pada formulir hasil
pemeriksaan. Pada waktu pemberian identitas ini dapat terjadi kekeliruan,
terutama pada laboratorium dengan jumlah pasien atau spesimen yang banyak.
Pada surat pengantar/formulir permintaan pemeriksaan laboratorium
sebaiknya memuat secara lengkap:
- Tanggal permintaan
- Tanggal dan jam pengambilan
- Identitas pasien (nama, umur, jenis kelamin, alamat) atau identitas
spesimen
- Identitas pengirim (nama, alamat nomor telepon) atau spesimen
- Diagnosis/keterangan klinis
- Obat-obatan yang telah diberikan dan lama pemberian
- Jenis spesimen
- Lokasi pengambilan spesimen
- Volume spesimen
- Pemeriksaan laboratorium yang diminta
- Nama pengambilan spesimen
- Media transport atau pengawet yang digunakan

Label wadah spesimen yang akan dikirimkan harus memuat:


- Tanggal pengambilan spesimen
- Identitas pasien atau identitas spesimen
- Jenis spesimen

Label wadah spesimen yang akan dikirim ke laboratorium harus memuat:


- Tanggal pengambilan spesimen
- Nomor/kode spesimen
- Umur pasien
- MR pasien

Formulir hasil harus memuat:


- Tanggal pemeriksaan

63
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

- Identitas pasien (nama, umur, jenis kelamin, alamat) atau identitas


spesimen
- Nomor/kode laboratorium
- Jam sampel diterima
- Jam hasil selesai dikerjakan
- Hasil pemeriksaan
- Satuan nilai hasil pemeriksaan
- Nilai rentang parameter
- Keterangan lain yang dianggap perlu, misal:
b. Penjelasan mengenai persiapan pasien yang tidak mungkin
dilaksanakan
c. Penjelasan hasil pemeriksaan banyak berlaku untuk spesimen
tersebut
d. Tindakan yang diambil pada saat proses otorisasi seperti:
keterangan hasil duplo, hasil pengenceran, hasil sampel baru,
saran pemeriksaan lanjutan dan lain-lain
- Tanggal hasil pemeriksaan laboratorium dikeluarkan
- Tanda tangan/buku verifikasi penanggung jawab laboratorium

b. Penerimaan spesimen
Bagian penerimaan spesimen harus memeriksa kesesuaian antara spesimen
yang diterima dengan permintaan formulir pemeriksaan dan mencatat kondisi
spesimen tersebut pada saat diterima. Hal-hal yang perlu dicatat yaitu, warna,
kekeruhan, bau, konsistensi dan lain-lain. Spesimen yang tidak sesuai atau
tidak memenuhi syarat hendaknya ditolak.

c. Pengambilan spesimen
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
- Waktu pengambilan
- Volume spesimen
- Cara pengambilan spesimen
- Lokasi pengambilan spesimen
- Peralatan untuk pengambilan spesimen

Antikoagulan

64
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

Antikoagulan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah


pembekuan darah. Jenis antikoagulan yang digunakan harus disesuaikan
dengan jenis pemeriksaan yang diminta. Volume darah yang ditambah juga
harus tepat.
Jenis Spesimen Pemeriksaan
antikoagulan/pengawet
K3EDTA Darah Hematologi, Hba1c, dll
Sodium citrat Darah Hemostasis (PT, APTT)
Lithium heparin Darah AGD, D-Dimer
Thymol Urin Elektrolit urin, CCT
NaF Darah Glukosa darah

Hal-hal yang harus diperhatikan pada pengambilan spesimen adalah:


1. Teknik dan cara pengambilan. Pengambilan spesimen harus dilakukan
dengan benar sesuai dengan standard procedure operating (SPO) yang ada
2. Cara menampung spesimen dalam wadah/penampung
a. Seluruh sampel harus masuk kedalam wadah (sesuai kapasitas), jangan
ada yang menempel pada bagian luar tabung untuk menghindari
bahaya infeksi.
b. Wadah harus dapat ditutup rapat dan diletakkan dalam posisi berdiri
untuk mencegah spesimen tumpah.
c. Memindahkan spesimen darah dari syring harus memperhatikan hal-
hal seperti berikut:
- Darah harus segera dimasukkan dalam tabung setelah sampling
- Lepaskan jarum, alirkan darah lewat dinding tabung perlahan-
lahan agar tidak terjadi hemolisis
- Pastikan jenis antikoagulan dan volume darah yang ditambahkan
sudah sesuai
- Homogenisasi segera darah yang menggunakan antikoagulan
dengan lembut perlahan-lahan. Jangan mengocok tabung keras-
keras agar tidak hemolisis.
d. Menampung spesimen urin
- Sediakan wadah yang bersih, kering, tidak terkontaminasi oleh
bahan apapun, mudah dibuka, mudah ditutup, dan bermulut lebar

65
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

- Sebaiknya pasien diinstruksikan membuang urine yang mula-


mula keluar sebelum mengumpulkan urin untuk diperiksa (mid
stream urin/clean catch urine)
- Untuk mendapatkan spesimen clean catch diperlukan cara
pembersihan lebih sempurna:
a. Mulut uretra dibersihkan dengan sabun dan kemudian
membersihkan sampai bersih
b. Penderita wanita harus lebih dulu membersihkan labia
minora, lalu harus merenggangkannya pada waktu
bermiksi.
- Perempuan yang sedang menstruasi atau yang mengeluarkan
banyak sekret vagina, sebaiknya memakai tampon sebelum
mengumpulkan spesimen. Pasien menstruasi sebaiknya ditunda
pemeriksaan urinalisis rutin. Pada keadaan dimana pemeriksaan
tidak dapat ditunda maka pada lembaran hasil laboratorium harus
diberikan catatan bahwa pasien sedang haid.
- Bagian luar wadah urineharus dibilas dan dikeringkan setelah
spesimen didapat dan keterangan tentang pemeriksaan harus jelas
dicantumkan.
e. Menampung spesimen tinja
- Sampel tinja sebaiknya berasal dari defekasi spontan. Jika sangat
diperlukan, sampel tinja juga dapat diperoleh dari pemeriksaan
colok dubur (rectal toucher).
- Masukkan sampel kedalam wadah yang bersih, kering, tidak
terkontaminasi oleh bahan apapun, dapat ditutup rapat, dapat
dibuka dengan mudah dan bermulut lebar.
f. Menampung spesimen dahak penting untuk mendapatkan sekret
bronkial dan bukan ludah atau sekret hidung.
- Sediakan wadah yang bersih, kering, tidak terkontaminasi oleh
bahan apapun, mudah dibuka, mudah ditutup, dan bermulut lebar.
Untuk pewarnaan BTA, jangan gunakan wadah yang
mengandung bercak lilin atau minyak, sebab zat ini dapat dilihat
sebagai bintik-bintik tahan asam dan dapat menyulitkan
penafsiran.

66
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

- Sebelum mengambil spesimen, penderita diminta berkumur


dengan air, bila mungkin gosok gigi terlebih dahulu. Bila
memakai gigi palsu, sebaiknya dilepas dulu.
- Pada saat pengambilan spesimen, penderita berdiri tegak atau
duduk tegak
- Penderita diminta untuk menarik nafas dalam 2 – 3 kali kemudian
keluarkan nafas bersama dengan batuk yang kuat dan berulang
kali sampai dahak keluar
- Dahak yang dikeluarkan langsung ditampung dalam wadah
dengan cara mendekatkan wadah ke mulut
- Amati keadaan dahak. Dahak yang memenuhi syarat pemeriksaan
akan tampak kental purulen dengan volume cukup (3-5 ml)
- Tutup wadah dengan rapat untuk menghindari kontaminasi dari
udara dan secepatnya dikirim ke laboratorium.

Sumber-sumber kesalahan pada pengambilan spesimen darah:


1. Pemasangan tourniquet terlalu lama dapat menyebabkan:
- Protein (termasuk enzim), Ca2+, laktat, fosfat, dan Mg2+ meningkat
- PH menurun, hemokonsentrasi
- PT dan APTT mungkin memendek karena pelepasan tromboplastin
jaringan ke dalam sirkulasi darah
2. Pemompaan menyebabkan kalium, laktat, fosfat, dan Mg2+ meningkat,
sedangkan PH menurun.
3. Pengambilan darah terlalu lama (tidak sekali tusuk kena) dapat
menyebabkan:
- Trombosit dan fibrinogen menurun, PT dan APTT memanjang
- Kalium, LDH, dan SGPT/SGOT meningkat
4. Pengambilan darah pada jalur infus dapat menyebabkan:
- Natrium meningkat pada infus saline
- Kalium meningkat pada infus KCL
- Glukosa meningkat pada infus dextrose
- PT, APTT memanjang pada infus heparin
- Kreatinin, fosfat, LDH, SGOT, SGPT, hemoglobin, hematokrit,
leukosit, trombosit, eritrosit menurun pada semua jenis infus
5. Homogenisasi darah dengan antikoagulan yang tidak sempurna atau
keterlambatan hemogenisasi menyebabkan terbentuknya bekuan darah

67
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

6. Hemolisis dapat menyebabkan peningkatan K +, Mg2+, fosfat,


aminotransferase, LDH, fosfatase asam total.

Pemilihan lokasi pengambilan spesimen


Tentukan lokasi pengambilan spesimen sesuai dengan jenis spesimen yang
diperlukan seperti:
a. Darah vena umumnya diambil dari vena lengan (media cubiti, vena
cephalica, atau vena bacilica)
b. Tempat pengambilan tidak boleh pada jalur infus atau transfusi, bekas luka,
hematoma, oedema, canula, fistula
c. Darah arteri umumnya diambil dari arteri radialis (pergelangan tangan),
arteri brachialis (lengan), atau arteri femoralis (lipat paha)
d. Darah kapiler umumnya diambil dari ujung jari III dan IV tangan atau pada
daerah tumit 1/3 bagian tepi telapak kaki pada bayi. Tempat yang dipilih
untuk pengambilan tidak boleh memperlihatkan gangguan peredaran darah
seperti sianosis atau pucat
e. Spesimen untuk pemeriksaan biakan kuman diambil dari tempat yang
sedang mengalami infeksi, kecuali darah dan cairan otak.

Waktu Pengambilan

1. Penentuan waktu pengambilan spesimen penting untuk diperhatikan:


a. Umumnya pengambilan dilakukan pada waktu pagi (ideal)
b. Spesimen untuk kultur kuman diambil sebelum pemberian antibiotik
atau sebelum pemberian antibiotika berikutnya apabila telah mendapat
antibiotika
c. Spesimen untuk pemeriksaan GO diambil 2 jam setelah buang air yang
terakhir
d. Spesimen untuk malaria diambil pada waktu demam
e. Spesimen untuk mikrofilaria diambil pada tengah malam
f. Spesimen dahak untuk pemeriksaan BTA diambil pagi hari setelah
bangun tidur
g. Spesimen darah untuk pemeriksaan profil besi diambil pada pagi hari
dan setelah puasa 10-12 jam

68
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

2. Wadah spesimen
Wadah spesimen harus memenuhi syarat :
a. Terbuat dari gelas atau plastik
b. Tidak bocor atau tidak merembes
c. Harus dapat ditutup rapat dengan tutup berulir
d. Besar wadah disesuaikan dengan volume spesimen
e. Bersih
f. Kering
g. Tidak memengaruhi sifat zat dalam spesimen
h. Untuk pemeriksaan zat dalam spesimen yang mudah rusak atau terurai
karena pengaruh sinar matahari, maka perlu digunakan botol berwarna
coklat (aktinis)
i. Untuk pemeriksaan biakan dan zat uji kepekaan kuman, wadah harus
steril
j. Untuk wadah spesimen urin, sputum, tinja sebaiknya menggunakan
wadah yang bermulut lebar
3. Pengawet spesimen
Beberapa spesimen memerlukan bahan tambahan berupa bahan pengawat
atau antikoagulan. Kesalahan dalam pemberin bahan tambahan tersebut
dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan. Bahan tambahan yang dipakai
harus memenuhi persyaratan yaitu tidak mengganggu atau mengubah kadar
zat yang akan diperiksa.

III. Tahap identifikasi untuk pemeriksaan/analisa


Pemeriksaan identitas pasien dan atau spesimen adalah tahapan yang
harus dilakukan karena merupakan hal yang sangat penting. Pemberian
identitas meliputi pengisian data untuk barcode yang akan ditempel pada
formulir permintaan pemeriksaan laboratorium dan pemberian label barcode
pada wadah spesimen. Keduanya harus cocok. Pemberian identitas ini
setidaknya memuat nama pasien, nomor rekam medis, tanggal lahir pasien,
serta tanggal pengambilan. Kesalahan pemberian identitas dapat merugikan
dan membahayakan keselamatan pasien. Prosedur identifikasi pasien
sadar/pasien rawat jalan adalah dengan menanyakan nama dan umur/tanggal
lahir pasien sambil dicocokkan dengan MR yang ada pada formulir paien.
Pada pasien rawat inap/tidak sadar identifikasi dilakukan dengan cara melihat
nama, tanggal lahir dan MR yang ada pada gelang identitas pasien. Tidak

69
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

boleh melakukan identifikasi pasien dengan melihat identitas pada bed atau
identitas pada kantong infus.
Pada keadaan KLB, identifikasi pasien dilakukan dengan cara
menanyakan pasien dengan huruf abjad dari A-Z, jika kurang dilanjutkan
menjadi A1-Z1, demikian seterusnya dengan masing-masing nomor rekam
medis. Bila identitas pasien sudah jelas, maka segera dilakukan perbaikan
data sesuai identitas yang benar. Pada saat menempelkan stiker pada tabung
spesimen harus dilakukan cross check antara nama yang ada di tabung
spesimen dengan nama yang ada pada formulir permintaan laboratorium.
Untuk spesimen berisiko tinggi (HIV, Hepatitis) sebaiknya disertai tanda
khusus pada label dan formulir permintaan laboratorium.

IV. Tahap Pengiriman Spesimen


Spesimen yang akan dikirim ke laboratorium lain sebaiknya dikirim dalam
bentuk yang relatif stabil. Misalnya untuk pemeriksaan kimia klinik atau
imunoserologi yang dikirim adalah sampel serum/plasma, untuk itu perlu
diperhatikan persyaratan pengiriman spesimen:
1. Kecepatan
2. Tidak terkena sinar matahari secara langsung
3. Kemasan harus sesuai dengan syarat keselamatan kerja
4. Kemasan diberi label yang bertuliskan “bahan pemeriksaan
infeksius/biohazard” atau “bahan pemeriksaan berbahaya”
5. Suhu spesimen yang memerlukan suhu dingin dapat menggunakan es,
sedangkan yang memerlukan beku dapat menggunakan es kering
6. Pada beberapa jenis pemeriksaan mikrobiologi perlu menggunakan media
transport terutama jika memerlukan waktu yang lama. Untuk pemeriksaan
swab atau pus harus memakai media transport amies.
Kualitas transport media perlu diperhatikan. Untuk mencegah agar transport
media tidak cepat rusak, maka sebaiknya transport media disimpan didalam
lemari es, kecuali alkalis air pepton paket dan kaldu empedu. Media transport
yang telah rusak akan mengalami perubahan sebagai berikut:
- Volume menjadi susut
- Mengering/mengkerut
- Terjadi perubahan warna
- Terjadi kekeruhan

70
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

Apabila ada sampel yang akan dirujuk maka perhatikan media transport
terlebih dahulu.

V. Tahap Penyimpanan Spesimen


Penyimpanan spesimen dilakukan jika pemeriksaan ditunda atau spesimen
akan dikirim ke laboratorium lain. Lama penyimpanan harus diperhatikan,
jenis pemeriksaan, wadah dan stabilitasnya. Hindari penyimpanan whole
blood di refrigerator. Sampel yang dicairkan (telah dibekukan) harus dibolak-
balik beberapa kali dan terlarut sempurna. Hindari terjadinya busa. Simpan
sampel untuk keperluan pemeriksaan konfirmasi/ pengulangan. Hal-hal yang
harus diperhatikan:
1. Menyimpan spesimen dalam lemari es dengan suhu 2-8oC, suhu kamar,
suhu -20oC, suhu -70oC atau suhu -120oC jangan sampai terjadi beku
ulang
2. Untuk jenis pemeriksaan yang menggunakan spesimen plasma atau
serum, maka plasma atau serum dipisahkan dulu baru kemudian disimpan
3. Penyimpanan dalam wadah tertutup, dilapisi kertas parafilm, diberi label
yang jelas dan disusun dengan rapi sesuai tanggal pemeriksaan didalam
kulkas sampel
4. Apabila stabilitas sampel telah dilewati maka sampel yang disimpan wajib
dikeluarkan dan dibuang sesuai prosedur pembuangan limbah infeksius
5. Memberi bahan pengawet pada spesimen
6. Menyimpan formulir permintaan laboratorium ditempat tersendiri.

Waktu penyimpanan spesimen dan suhu yang disarankan:


1. Kimia klinik : 1 minggu dalam refrigerator
2. Imunoserologi : 1 minggu dalam refrigerator
3. Hematologi : 1 hari pada suhu kamar
4. Koagulasi : 1 hari dalam refrigerator

Spesimen yang sudah diambil harus segera dikirim ke laboratorium untuk


diperiksa karena stabilitas spesimen dapat berubah

Faktor-faktor yang memengaruhi stabilitas spesimen,antara lain:

1. Terjadinya kontaminasi oleh kuman dan bahan kimia


2. Terjadinya metabolisme oleh sel-sel hidup pada spesimen

71
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

3. Terjadinya penguapan
4. Pengaruh suhu
5. Terkena paparan sinar matahari

Beberapa spesimen yang tidak langsung diperiksa dapat disimpan dengan


memperhatikan jenis pemeriksaan yang akan diperiksa. Beberapa cara
penyimpanan spesimen, antara lain:

1. Disimpan pada suhu kamar: penyimpanan rectal swab dalam media Carry
Blair untuk pemeriksaan Vibrio cholera, darah EDTA selama 24 jam
2. Disimpan dalam lemari es dengan suhu 2-8oC : serum/plasma selama 7
hari
3. Penyimpanan spesimen lebih dari sehari dalam lemari es dengan suhu -
20oC dapat diberikan bahan pengawet seperti thymol 1g/l untuk urine
4. Penyimpanan spesimen darah sebaiknya dalam bentuk serum atau lisat

B. Tahap analitik
Tahap dimana bahan pemeriksaan siap untuk diproses di laboratorium. Terdapat 4
faktor yang memengaruhi hasil pemeriksaan yaitu:
1. Pemeriksa
- Pemeriksa harus terlatih
- Pemeriksa bekerja harus sesuai standar prosedur pemeriksaan yang telah
ditetapkan laboratorium
- Tidak boleh buta warna

2. Reagen
- Perhatikan tanggal pembuatan, tanggal pemakaian pertama kali dan
kadaluarsa, tanggal pembelian dan penggunaan reagen
- Reagen disimpan pada suhu yang sesuai dengan petunjuk penyimpanan
dari pabrik masing-masing reagen
- Pada saat akan digunakan reagen sesuai jumlah yang dibutuhkan

3. Alat baca
- Untuk mengurangi kesalahan pembacaan hasil pemeriksaan gunakan alat
baca semiotomatik atau full automatic untuk meningkatkan ketelitian,
ketepatan dan hasil yang dikeluarkan lebih cepat.

72
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

- Gunakan stabilizer untuk mengurangi kesalahan yang mungkin terjadi


akibat perubahan tegangan listrik yang akan memengaruhi pembacaan
- Pemeliharaan alat harian, mingguan, dan bulanan atau berkala lainnya
- Kalibrasi alat
- Kalibrasi dilakukan pada
a. Pertama kali alat akan dipakai
b. Setelah alat diperbaiki
c. Bila pada pengontrolan tidak didapatkan hasil yang sesuai
walaupun telah digunakan reagen dan kontrol yang baru.

4. Penggunaan bahan kontrol


Untuk menjamin ketepatan hasil pemeriksaan kimia urine pada tahap analitik
perlu pengontrolan menggunakan bahan kontrol urine yang dilakukan setiap
hari sebelum pemeriksaan dimulai. Bahan kontrol digunakan :
- Setiap hari pada saat ada pemeriksaan kimia klinik
- Pertama kali reagen baru digunakan
- Pertama kali alat baca digunakan atau setelah diperbaiki

Jenis bahan kontrol : bahan kontrol abnormal rendah, normal, dan abnormal
tinggi

Catat hasil pemeriksan bahan kontrol masing-masing parameter setiap hari,


kalau hasil sesuai dengan nilai yang telah ditetapkan pabrik untuk bahan
kontrol tersebut sesuai nilai masing-masing parameter, masukkan dalam
kurva kontrol (manual) atau lihat hasil kontrol pada ± 2 SD, baru dilakukan
pemeriksaan sampel pasien pada hari itu. Kurva kontrol kualitas diarsipkan
setiap bulan untuk masing-masing parameter pemeriksaan.

Cara menggunakan bahan kontrol (kimia)

- Larutankan bahan kontrol dengan air suling (ph 5-7) sebanyak 5,0 mL
- Diamkan selama 30 menit suhu kamar.
- Putar perlahan sampai seluruh isi botol tercampur dengan baik, bahan
kontrol siap digunakan.
- Bagi serum kontrol kedalam cup serum kering dan bersih, masing –
masing diisi sebanyak 100 mikron.
- Simpan bahan kontrol dalam freezer. Apabila akan dipergunakan
keluarkan di suhu ruang selama 20 menit hingga mencair sempurna.

73
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

Stabilitas bahan kontrol setelah dilarutkan bervariasi, umumnya jika


disimpan pada suhu freezer tahan 30.
- Untuk bahan kontrol hematologi berupa darah yang bisa langsung
digunakan dengan masa kadaluarsa 1 minggu.

C. Tahap analitik
Tahap analitik yaitu tahap mulai dari mengelola spesimen, mengkalibrasi
peralatan laboratorium sampai dengan menguji ketelitian ketepatan menggunakan
bahan kontrol. Tindakan pemantapan mutu internal yang harus dilaksanakan pada
tahap analitik adalah sebagai berikut:
1. Tahap pengolahan spesimen
Beberapa jenis pemeriksaan memelukan pengolahan terlebih dahulu.
Pengolahan spesimen antara lain sentrifugasi, destruksi atau homogenisasi
dsb. Pengetahuan mengenai teknik pengolahan harus dikuasai benar, karena
pengolahan yang kurang baik akan memengaruhi kualitas spesimen yang
selanjutnya akan memengaruhi pula hasil pemeriksaan. Seperti untuk
memperoleh serum, darah harus dibiarkan membeku dulu selama 30 menit
baru dapat dilakukan sentrifus untuk memperoleh serum. Jangan langsung
memutar darah yang baru saja diambil. Untuk pemeriksaan sedimen urine,
urine harus diputar pada kecepatan 1500 rpm selama 5 menit, tidak seperti
sentrifus untuk serum yang diputar pada kecepatan 3000 rpm selama 15 menit.
Untuk memisahkan serum dan plasma harus dalam waktu < 1 jam.

2. Tahap pemeliharaan dan kalibrasi peralatan


Peralatan laboratorium merupakan salah satu faktor yang dapat memengaruhi
hasil pemeriksaan laboratorium. Peralatan yang digunakan harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
- Bersih , kering
- Tidak mengandung deterjen atau bahan kimia
- Terbuat dari bahan yang tidak mengubah zat-zat dalam spesimen
- Sekali pakai buang (disposable)
- Steril (terutama untuk kultur kuman)
- Tidak retak/ pecah, mudah dibuka dan ditutup rapat, ukuran sesuai
dengan volume spesimen.

74
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

Selain itu peralatan yang digunakan di laboratorium perlu dipelihara dan


dikalibrasi secara teratur. Untuk meningkatkan mutu laboratorium juga perlu
memilih alat yang tepat. Pemilihan peralatan perlu memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
- Produksi pabrik yang sudah dikenal
- Memiliki ketelitian dan ketepatan yang tinggi
- Tersedia teknisi dan suku cadang yang mudah didapat
- Tersedia fasilitas pelayanan purna jual
- Sedapat mungkin tidak tergantung pada reagen dari jenis/merk tertentu
- Pengoperasian mudah dan praktis
- Batas deteksi jelas
Setiap peralatan yang ada harus dibuat protap pengoperasiannya serta dipantau
penggunaannya dan diuji mutu secara berkala.

3. Tahap uji kualitas air


Air didalam laboratorium digunakan untuk berbagai keperluan antara lain
pengenceran reagen ( air deterjen reagen), analisa blanko, pencucian alat dan
lain-lain. Bermacam-macam air yang digunakan di laboratorium anatara lain:
1. Air suling
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi:
a. Pemeriksaan fisik : cairan harus jernih, tidak berbau, tidak mempunyai
rasa
b. Pemeriksaan keasaman dan kebasaan
c. Pemeriksaan amonium, besi, tembaga, timbal, kalsium, klorida, nitrat,
sulfat, karbondioksida, zat teroksidasi
d. Pemeriksaan sisa penguapan
2. Air demineralisasi
Pengujian air demineralisasi meliputi: pengujian seperti yang dilakukan
untuk air suling ditambah dengan pemeriksaan dibawah ini
- Pemeriksaan ammonia albuminoid
- Pemeriksaan daya tahan listrik

3. Air bersih
Pemeriksaan air bersih mencakup pemeriksaan kimia, fisik, dan
mikrobiologi sesuai dengan permenkes no

75
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

416/permenkes/peraturan/IX/1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan


kualitas air.

4. Tahap uji kualitas reagen


Reagen yang digunakan dilaboratorium ada yang dapat dibuat sendiri dan ada
yang sudah jadi/komersial. Baik reagen yang dibuat sendiri maupun yang
komersial mempunyai persyaratan-persyaratan tertentu:
- Reagen buatan sendiri
- Reagen komersial
Ada bernacam-macam reagen komersial. Pemilihan reagen harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Produksi pabrik yang telah dikenal
2. Sedapat mungkin dipilih reagen yang dipakai dalam metode yang
direkomendasikan oleh lembaga yang berwenang
3. Isi kemasan/volume sesuai dengan kebutuhan
4. Mempunyai kadaluarsa yang panjang
5. Mudah diperoleh di pasaran

Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:


1. Etiket/label wadah reagen
Umumnya pada reagen komersial sudah tercantum nama atau kode bahan,
tanggal produksi dan batas kadaluarsa serta nomor batch reagen tersebut
2. Batas kadaluarsa
Perhatikan batas kadaluarsanya. Masa kadaluarsa yang tercantum pada
kemasan reagen yang disimpan pada kondisi baik dan belum pernah
dibuka. Reagen yang sudah pernah dibuka mempunyai masa kadaluarsa
lebih pendek dari reagen yang belum dibuka.
3. Keadaan fisik reagen
Kemasan harus dalam keadaan utuh, tidak mengeras dan tidak ada
perubahan warna.
4. Kesesuaian antara reagen yang dipesan dengan jenis reagen yang datang.

Penyimpanan reagen
Penyimpanan reagen pada dasarnya harus mengikuti ketentuan yang berlaku
untuk tiap jenis reagen antara lain:

76
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

1. Tutuplah botol waktu penyimpanan


2. Tidak boleh terkena sinar matahari langsung
3. Beberapa reagen ada yang harus disimpan dalam botol berwarna gelap
4. Bahan-bahan yang berbahaya diletakkan dibagian bawah/lantai dengan
label tanda bahaya.

Pencampuran
Beberapa reagen memerlukan pencampuran satu dengan yang lain atau
pengenceran dengan aquadest sebelum digunakan. Reagen yang belum
dilarutkan sifatnya lebih stabil.

Cara pemakaian
Umumnya setiap reagen komersial dilengkapi petunjuk cara pemakaian yang
dibuat oleh produsen. Cara pemakaian ini biasanya berbeda dari satu
produsen dengan produsen lain dan tidak boleh diubah atau dimodifikasi.

Uji kualitas reagen


1. Jika reagen sudah mendekati kadaluarsa
2. Bila ditemukan atau terlihat tanda-tanda kerusakan (timbul kekeruhan,
perubahan warna, timbul endapan, dll)
3. Bila terdapat kecurigaan terhadap hasil pemeriksaan
4. Setiap kali membuka kit reagensia yang baru.

Pengujian kualitas dapat dilakukan dengan:


1. Melakukan pemeriksaan bahan kontrol yang telah dilakukan nilainya
dengan menggunakan reagen tersebut dilihat presisi dan akurasi dengan
pengulangan pemeriksaan sebanyak 10 kali.
2. Uji kualitas antigen antisera (reagen imunologi)
dalam penggunaan antigen antisera dalam diagnostik perlu memperhatikan
hal-hal sebagai berikut :
1. Penggunan harus mengikuti petunjuk pabriknya
2. Setiap akan digunakan antigen atau antibodi dalam botol harus dikocok
dahulu dan disesuaikan suhunya dengan suhu kamar
3. Simpan pada suhu yang dianjurkan

77
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

4. Periksa masa kadaluarsanya, jangan memakai reagen atau antisera/antigen


jika masa kadaluarsanya terlampaui
5. Untuk menguji aglutinasi antisera gunakan kultur kuman segar dan murni
yang diketahui reaktifitasnya
6. Jika memungkinkan nyatakan kekuatan serum kontrol dengan IU/ml
7. pasangan serum fase akut dan konvalesen dari penderita yang sama harus
diperiksa dengan nomor batch yang sama
8. Setiap batch pemeriksaan serologi harus diikuti
- Serum kontrol negatif (kontrol spesifisitas)
- Serum reaktif yang lemah (kontrol sensitifitas)
- Serum reaktif yang kuat ( kontrol titrasi)
- Titer seluruh serum kontrol harus selalu dicatat
Uji kualitas antigen
1. Uji biokimia
2. Uji fisik-kimia
3. Uji aglutinasi
4. Uji titrasi
5. Uji kemurnian

Uji antibodi
1. Uji aglutinasi
2. Uji titrasi
3. Uji dengan berbagai antigen atau larutan NaCl

Penilaian hasil pemeriksaan bahan kontrol sehati-hari memakai aturan Westgard (


Westgard multirules quality control).
Apabila hasil pemeriksaan terletak didalam batas perhitungan (mean ± 2SD),
maka hasil pemeriksaan bahan kontrol dinyatakan terkontrol baik sehingga
pemeriksaan spesimen pada hari pemeriksaan tersebut dianggap dapat diterima
hasilnya.
1. Aturan 1
Merupakan aturan PERINGATAN. Aturan ini menyatakan bahwa apabila satu
nilai kontrol berada diluar batas 2 SD, tetapi masih di dalam batas 3 SD, kita
perlu waspada. Ini merupakan peringatan dan mungkin adanya masalah pada
instrumen atau malfungsi metode. Yang harus dilakukan adalah melihat
performa hasil kontrol lainnya, yaitu:

78
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

a. Hasil kontrol yang sebelumnya dalam level yang sama (accros rum). Jika
hasil kontrol sebelumnya dalam level yang sama berada dalam batas 2SD
maka kita dapat menggunkan instrumen untuk pelayanan pasien. Jika
kontrol harian/run sebelumnya berada diluar batas 2SD, maka kita harus
menyelesaikan masalah tersebut sebelum menggunakannya untuk
pelayanan pasien.
b. Hasil kontrol level lainnya pada saat dikerjakan hasil berbarengan (within
run). Jika kontrol level yang lain berada dalam batas 2SD, maka kita dapat
menggunakan instrumen untuk pelayanan pasien. Jika kontrol level yang
lain berada diluar batas 2SD yang sama (sama-sama 2SD atau sama-sama -
2SD) maka kita harus menyelesaikan masalah tersebut sebelum
menggunakannya.
Terjadi penyimpangan hasil pemeriksaan bahan kontrol sehingga perlu diteliti
lagi prosedur pemeriksaannya tetapi tetap belum perlu dilakukan pemeriksaan
ulang. Kita tidak menggunakan aturan 1-2S sendirian untuk menolak suatu
run. Kita harus mengkombinasikannya dengan aturan lain misalnya 2-2S.
2. Aturan 1-3S
Merupakan PENOLAKAN yaitu 1 (satu) hasil kontrol keluar dari batasan baik
3 SD (diatas) atau -3SD (dibawah). 1-3S merupakan ciri kesalahan acak dan
merupakan awal dari kesalahan sistematik yang besar. Satu saja nilai kontrol
berada di luar batas 3SD kita harus mengevaluasi instrumenkita akan adanya
kesalahan acak. Instrumen tidak boleh digunakan untuk pelayanan sampai
masalah yang mendasari teratasi. Aturan ini dapat diberikan untuk menolak
run, walaupun kita hanya menggunakan 1 level kontrol saja.
3. Aturan 22S
Merupakan PENOLAKAN, menggambarkan kesalahan sistematik yaitu:
2 (dua) hasil kontrol terakhir dari level kontrol yang sama keluar disisi yang
sama baik 2SD diatas atau -2SD di bawah (accros run),2 (dua) hasil kontrol
dari level kontrol yang berada keluar disisi yang sama baik 2 SD diatas atau -
2SD dibawah (within run). Bila hal ini terjadi berturut-turut pada bahan
kontrol dengan level yang sama kemungkinan permasalahan ada pada bahan
kontrol yang dipergunakan.
4. Aturan R4S
Merupakan PENOLAKAN, aturan ini hanya dapat digunakan apabila kita
menggunakan dua level kontrol. Menggambarkan kesalahan random yaitu : 2
(dua) hasil kontrol terakhir dari level kontrol yang sama (accros run) atau

79
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

berbeda (within run) keluar dari 2SD di sisi yang berseberangan sehingga
perbedaan nilainya menjadi 4 SD. Jika 3 level yang dikerjakan dan 2 hasil
diantaranya berbeda 4SD. Bila ditemukan keadaan ini, instrumen tidak boleh
digunakan untuk pelayanan sebelum masalah teratasi.
5. Aturan 41S
Merupakan PENOLAKAN, menggambarkan kesalahan sistematis yaitu : 4
(empat) hasil kontrol terakhir dari level kontrol yang sama (accros run) atau
berbeda (within run) berada pada sisi yang sama di atas nilai 1SD atau
dibawah -1SD. Aturan ini dapat digunakan pada 1 level kontrol saja maupun
pada lebih dari 1 level kontrol saja. Kita dapat tetap menggunakan intrumen
untuk pelayanan namun sebaiknya kita melakukan maintenance terhadap
instrumen atau melakukan kalibrasi kit/instrumen.
6. Aturan 10 (X)
Jika hasil pemeriksaan bahan kontrol didapatkan IN KONTROL. Aturan ini
menyatakan bahwa apabila sepuluh nilai kontrol pada level yang sama
maupun berbeda secara berturut-turut berada disatu sisi yang sama terhadap
rerata, kita perlu melakukan maintenance terhadap instrumen atau melakukan
kalibrasi kit/instrumen. Aturan ini mendeteksi adanya kesalahan sistematik.
Bukan PENOLAKAN namun mengidentifikasikan harus memelihara kinerja
alat dengan maintenance atau kalibrasi instrumen (PERINGATAN). Aturan
ini dapat dimodifikasi menjadi aturan 8x, atau aturan 12x. Modifikasi ini dapat
dipertimbangkan sesuai kondisi yang dihadapi di laboratorium kita.

Bila ini adalah aturan-aturan dari Westgard Multirules apabila menggunakan


tiga level kontrol
1. Aturan (2 dari 3)2s
Apabila 2 dari 3 kontrol melewati batas 2SD yang sama, kita menyatakan
bahwa kontrol tidak masuk. Kita perlu membenahinya sebelum instrumen
dapat kita gunakan untuk pelayanan pasien.
2. Aturan 31S
Apabila 3 kontrol berturut-turut melewati batas 1SD yang sama, kita
menyatakan kontrol tidak masuk. Kita perlu membenahinya sebelum
instrumen dapat kita gunakan untuk pelayanan pasien.
3. Aturan 6x
Apabila 6 kali kontrol berturut-turut selalu berada pada sisi yang sama
terhadap rerata, kita menyatakan kontrol tidak masuk. Kita perlu

80
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

membenahinya sebelum instrumen dapat kita gunakan untuk pelayanan


pasien. Aturan ini pun dapat kita modifikasi menjadi aturan 9x sehingga
dibutuhkan lebih banyak kontrol sebelum kita menolak suatu run.
4. Aturan 7T
Apabila 7 kontrol berturut-turut memiliki tren untuk menjauhi rerata ke
arah yang sama, kita menyatakan kontrol tidak masuk. Kita perlu
membenahinya sebelum instrumen dapat kita gunakan untuk pelayanan
pasien.
Tindakan Harian
Kecendrungan atau pola harus diperiksa tiap hari. Jika hasil pada hari yang
bersangkutan menunjukkan ada pola tertentu atau ada diluar batas kontrol
maka pengujian harus di ulang dan dilakukan investigasi.

II. Tahap pasca analitik


Tahap pasca analitik yaitu tahap mulai dari mencatat hasil pemeriksaan,
interpretasi hasil sampai dengan palaporan. Tindakan pemantapan mutu internal
yang harus dilaksanakan pada tahap pasca analitik adalah sebagai berikut:
a. Tahap pencatatan dan pelaporan hasil
Kegiatan pencatatan dan pelaporan harus dilaksanakan dengan cermat dan
teliti karena dapat memengaruhi hasil pemeriksaan dan dapat mengakibatkan
kesalahan dalam penyampaian hasil pemeriksaan. Pemakaian Laboratory
Information System(LIS) untuk pemeriksaan yang dilakukan pada alat
otomatis sangat dianjurkan karena dapat mengurangi kesalahan pelaporan
hasil karena kesalahan identifikasi sampel atau kesalahan dalam penyampaian
hasil pemeriksaan. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
- Kesesuaian aturan pencatatan dan pelaporan hasil dengan
pasien/spesimen yang sesuai
- Penulisan angka dan satuan yang digunakan
Umumnya hasil pemeriksaan berupa kalimat-kalimat singkat. Khusus
mengenai angka, pada pelaporannya perlu disesuaikan mengenai desimal
angka dan satuan yang digunakan terhadap keperluan pasien maupun terhadap
nilai normal. Bila diperlukan suatu angka bulat, cukup dilaporkan dalam
angka bulat, tanpa desimal dibelakang koma. Satuan yang digunakan
sebaiknya adalah satuan Internasional.
b. Pencantuman nilai normal

81
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

Pada pelaporan juga perlu dicantumkan nilai normal, yaitu rentang nilai yang
dianggap merupakan hasil pemeriksaan orang-orang normal. Pada
pencantuman hasil normal perlu dicantumkan metode pemeriksaan serta
kondisi-kondisi lain yang harus diinformasikan seperti batas usia dan jenis
kelamin. Satuan pelaporan juga harus sama antara hasil pemeriksaan dengan
hasil normal
c. Pencantuman keterangan yang penting, misalnya bila pemeriksaan dilakukan
dua kali, keadaan sampel seperti lisis, ikterik atau lipemik atau kondisi lain
yang diperkirakan dapat memengaruhi hasil dan sebagainya.
d. Penyampaian hasil
Hasil yang boleh dikeluarkan oleh laboratorium adalah hasil yang telah
diverifikasi dan divalidasi koordinator laboratorium atau penanggung jawab
laboratorium, ditandai dengan adanya paraf pada bagian bawah lembaran
hasil. Kecuali apabila analis pelaksana hanya bertugas sendiri maka jika
ditemukan hasil ekstrim tinggi atau rendah wajib dikonsukltasikan ke dokter
penanggungjawab atau koordinator.
Waktu pemeriksaan sangat menentukan manfaat laporan tersebut untuk
kepentingan diagnosis penyakit dan pengobatan pasien, oleh karena itu hasil
pemeriksaan perlu disampaikan secepat mungkin segera setelah pemeriksaan
selesai dilaksanakan.

Petugas laboratorium harus memberitahukan segera kepada dokter atau


laboratorium petunjuk untuk hasil yang berada dalam nilai kritis sesuai standar
prosedur yang berlaku. Setiap pemberitahuan yang dilakukan harus
didokumentasikan. Untuk hasil yang dikirim sebagai suatu laporan sementara
akhir harus selalu disampaikan kepada peminta pemeriksaan. Petugas
laboratorium harus menghubungi dokter yang meminta pemeriksaan apabila
terjadi penundaan penyerahan hasil terutama jika penundaan berdampak
kepada perawatan pasien. Hasil dapat diberitahukan melalui telepon atau
sarana elektronik lain, diterima oleh yang berwenang dan hasil lisan diikuti
dengan hasil tertulis.

PELAPORAN NILAI KRITIS (CRITICAL VALUE) LABORATORIUM


Sebagai bagian dari International Patient Safety Goal (IPSG) yang
berhubungan dengan komunikasi efektif, maka pelaporan hasil dari tes
diagnostik yang kritis adalah bagian dari pokok persoalan keselamatan pasien.

82
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

Setiap hasil tes yang secara signifikan berada diluar batas nilai normal atau
terjadinya perubahan ekstrim dari nilai laboratorium sebelumnya sehingga
memberi indikasi risiko tinggi atau kondisi yang membahayakan kehidupan
pasien harus segera dilaporkan.
Nilai normal untuk setiap tes pemeriksaan harus dicantumkan pada
setiap lembaran hasil tes yang diminta, nilai normal ini dapat digunakan
sebagai acuan untuk menentukan hasil yang dilaporkan dari pemeriksaan
berada dalam batas normal atau diluar batas normal dan dianggap kritis untuk
dapat segera dilaporkan kepada klinisi. Petugas laboratorium yang bertugas
melaporkan hasil kritis kepada dokter penanggung jawab laboratorium untuk
validasi hasil nilai kritis selanjutnya petugas lab melaporkan hasil nilai kritis
tersebut kepada dokter yang meminta tes laboratorium/dokter umum yang
bertugas jaga pada saat itu/ perawat yang sedang berdinas saat itu. Petugas
yang melaporkan adalah analis laboratorium yang jaga pada shift tersebut
dengan berkoordinasi dengan koordinator laboratorrium atau dokter
penanggungjawab. Apabila nilai kritis dilaporkan ke dokter umum atau
perawat yang bertugas pada saat itu, maka dokter tersebut harus
mendokumentasikan hasil pelaporan tersebut dalam rekam medis pasien
dalam catatan terintegrasi pasien. Petugas laboratorium harus mencatat
pelaporan hasil kritis pemeriksaan, mencakup nama petugas laboratorium
yang melaporkan, jam dan tanggal pelaporan, nama dokter yang meminta
laporan dan stempel readback pada formulir pemeriksaan. Petugas
laboratorium yang akan melaporkan nilai kritis kepada dokter yang meminta
pemeriksaan terlebih dahulu harus melakukan verifikasi terhadap hasil
pemeriksaan tersebut antara lain dengan mengecek kelayakan/kondisi sampel,
melihat keterangan klinis pasien, hasil pemeriksaan sebelumnya, pengerjaan in
duplo, konfirmasi manual atau konsultasi dengan dokter penanggung jawab
laboratorium (SpPK). Setelah proses verifikasi selesai dilakukan, maka
petugas laboratorium yang melakukan pemeriksaan wajib melaporkan nilai
kritis tersebut kepada dokter yang meminta atau kepada dokter jaga dalam
waktu segera mungkin (as soon as possible/ASAP) dengan menggunakan
prinsip “SBAR” situation, background, assesment and recommendation.
Pelaporan nilai kritis oleh petugas laboratorium diawali dengan menyebutkan
salam dan menyebutkan identitas diri petugas (nama, jabatan, dari bagian
laboratorium) dan menyebutkan nama tes laboratorium yang akan dilaporkan.
Petugas laboratorium menyebutkan nama pasien, umur, MR, asal/bangsal,

83
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

keterangan klinis pasien yang signifikan secara singkat dan jelas dan
dilanjutkan dengan pembacaan hasil tes, lengkap dengan satuan dan nilai
rujukan. Petugas laboratorium dan dokter atau perawat yang menerima
laporan melaksanakan prosedur read back. Read back yaitu membacakan
kembali hasil kritis laboratorium yang memengaruhi suatu pengobatan.
Lakukan stempel read back yang diisi lengkap dan telah diparaf oleh yang
melakukan read back pada formulir permintaan laboratorium. Petugas
laboratorium wajib mencatat saran atau rekomendasi yang diberikan oleh
dokter yang menerima laporan di formulir permintaan seperti permintaan
pengulangan pemeriksaan dengan sampel baru, pemeriksaan tambahan
sebagai lanjutan hasil pemeriksaan atau permintaan konfirmasi ke
laboratorium rujukan.

DAFTAR NILAI KRITIS LABORATORIUM RUMAH SAKIT SUCI PARAMITA TANGERANG


TAHUN 2018

PENGERTIAN
Hasil laboratorium dengan nilai kritis adalah hasil pemeriksaan laboratorium pasien yang nilainya kurang dari
batas bawah atau lebih dari batas atas nilai rujukan.

NILAI KRITIS PEMERIKSAAN HEMATOLOGI DEWASA


Nilai Kritis
No. Pemeriksaan Satuan
Kurang dari Lebih dari
1. Hemoglobin g/dL 7 18
Hemoglobin (neonatus) g/dL 8,5 23
2. Jumlah leukosit / mm³ 2.000 50.000
3. Trombosit / mm³ 50.000 1.000.000

Kualitatif/ semikuantitatif
1. Tersangka leukemia baru(ditemukan blast pada apus darah tepi)4
2. Ditemukan sickle cell pada apus darah4
3. Ditemukan parasit malaria2,4

NILAI KRITIS PEMERIKSAAN KIMIA DEWASA


Nilai Kritis
No. Pemeriksaan Satuan Sampel
Kurang dari Lebih dari
1. Glukosa mg/dL 50 500 Serum/plasma
2. Natrium mEq/L 1203 1603 Serum/plasma
3. Kalium mEq/L 2,84 63 Serum/plasma

Sumber:

1. Torres C, allergo L, Silva Cd, Junior M, Barros S, Villacham R, et al. Imlementation, validation and
review of a critical values list in a cardiac emergency room. J Bras Patol Med Lab. 2014:50(5):332-8
2. Thomas L. Critical Limits of Laboratory Results for Urgent Clinician Notification. J int fed clin chem
lab med. 2002;14(1):1-14
3. Mercy Medical Center- North lowa Laboratory. Critical Limits.1-4
4. Kost GJ. Critical limits for Eergency Clinician Notification at United States Children’s Hospitals.
Pediatrics. 1991;88:597
5. Mangukiya SJ, tailor PB, Patel SM, Patel R, Soni K. Analysis of Laboratory Critical value Reporting
Pattern at clinical biochemistry laboratory of Tertiary health care Center. Int Jof Bio Adv
Res.2015;6(8):617-22
6. Kost G. Critical Limits for Emergency Clinician Notofication at United States Children’s Hospitals.

84
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

PEDIATRICS. 1991;88(3):597-9
7. Gaedeke MK. Laboratory and Diagnostics Test Handbook. Newyork: Addison Wesley Publishing
Company

Daftar nilai kritis diatas adalah hasil rapat bagian laboratorium dengan klinisi (dokter
spesialis penyakit dalam, dokter spesialis anak, spesialis saraf, dokter spesialis
kebidanan) dan disertai oleh Direktur Rumah Sakit Suci Paramita Kabupaten Tangerang.

Pelaporan hasil pemeriksaan cito


Pemeriksaan cito adalah jenis pemeriksaan dimana hasil pemeriksaan harus dikeluarkan
dalam waktu <30 menit karena berhubungan dengan kebutuhan penatalaksanaan pasien
yang bersifat urgent/ gawat darurat. Pemeriksaan yang termasuk permintaan cito adalah
pemeriksaan laboratorium yang berasal dari UGD dan ruangan perawatan inap adalah:
Hematologi rutingolongan darah, gula darah. Setiap kali melaporkan hasil cito harus
dicatat jam sampel diterima dan jam hasil dilaporkan untuk evaluasi pelaporan hasil cito
berlangsung dalam waktu <30 menit.

Dokumentasi/arsip
Setiap laboratorium harus mempunyai sistem dokumentasi yang lengkap. Hasil suatu
kegiatan pencatatan dan pelaporan haruslah berupa dokumen yang sifatnya lengkap, jelas
dan mudah dimengerti serta tidak melupakan efisiensi waktu penyimpanan dokumen
tersebut kepada peminta pemeriksaan. Perlu pula disediakan buku ekspedisi di dalam dan
diluar laboratorium. Kasus tertukar dan hilangnya spesimen dapat terjadi baik dalam
transportasi didalam maupun diluar laboratorium sehingga hal ini harus dihindari.

2. Pemantapan Mutu Eksternal (PME)

Pemantapan mutu eksternal atau proficiency test (PT) adalah sebuah tipe prosedur QC
dimana laboratorium mendapatkan spesimen secara periodik untuk analisis yang juga
dikirimkan ke seluruh kelompok laboratorium yang ikut berpartisipasi dalam program
proficiency test. Tujuan dari proficiency test adalah untuk mengawasi kualitas tes
dalam sebuah laboratorium, mengidentifikasi masalah dan membuat langkah koreksi
terhadap masalah apapun yang teridentifikasi.

Langkah-langkah pemantapan mutu eksternal adalah:

85
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

1. Pemberitahuan jadwal PME oleh instansi atau organisasi profesi yang


mengadakan kegiatan PME seperti ILKI, Kemenkes, PDS Patklin, dll
2. Pendaftaran sebagai peserta PME sesuai parameter pemeriksaan yang diinginkan
(hematologi, kimia klinik, imunoserologi, urinalisis)
3. Pembayaran biaya keikutsertaan PME
4. Pengiriman spesimen yang akan diperiksa oleh instansi atau organisasi profesi ke
laboratorium yang dinilai
5. Pemeriksaan spesimen PME oleh laboratorium sesuai jadwal yang ditetapkan dari
instansi/organisasi tersebut
6. Pengiriman hasil pemeriksaan oleh laboratorium ke instansi/organisasi profesi
yang mengadakan kegiatan PME
7. Pengolahan hasil oleh penyelenggara PME
8. Pelaporan hasil PME oleh instansi penyelenggara PME ke laboratorium
9. Evaluasi hasil PME oleh laboratorium

Beberapa prinsip mengadakan kegiatan PME sendiri untuk menilai kemampuan alat
daalam memberikan hasil yang teliti dan akurat dengan mengirimkan bahan kontrol
secara priodik ke laboratorium-laboratorium yang menggunakan alat tersebut.

C. Sasaran Indikator Mutu laboratorium


Sasaran indikator mutu laboratorium Rumah Sakit Suci Paramita Kabupaten
Tangerang adalah :
1. Jumlah pengulangan pemeriksaan laboratorium. Target pencapaian 0%
2. Turn around time (TAT) hematologi rutin cito ≤ 30 menit. Target pencapaian
100%.
3. Penyampaian hasil kritis ≤ 30 menit. Target pencapaian 100%.

Sasaran indikator mutu laboratorium dihitung setiap bulannya dan dievaluasi setiap
tahunnya.

86
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

BAB IX

PENUTUP

Pedoman pelayanan laboratorium Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tangerang ini
memuat uraian mengenai aspek-aspek yang harus diperhatikan dan dilaksanakan di
setiap pelayanan laboratorium. Pelaksanaan pelayanan laboratorium secara benar dan
konsisten akan meningkatkan mutu pelayanan dan mutu pemeriksaaan. Peningkatan
mutu pelayanan laboratorium secara langsung akan meningkatkan mutu pelayanan
laboratorium kesehatan. Pedoman pelayanan unit laboratorium Patologi Klinik
Rumah Sakit Suci Paramita Tangerang ini dibuat supaya dapat dijadikan sebagai
pedoman dalam memberikan pelayanan laboratorium. Pedoman ini sangat penting
artinya karena semua standar dari aspek yang ada di laboratorium yaitu aspek sarana
dan prasarana serta standar mutu. Dengan demikian laboratorium klinik akan dapat
memberikan pelayanan yang lebih efisien, sistematis, dan benar sehingga kualitas
fungsinya yaitu fungsi pelayanan, pendidikan dan pelatihan menjadi optimal.
Optimalisasi fungsi laboratorium klinik sangat erat hubungannya dengan kaputusan
pengguna jasa, kesejahteraan karyawan, pengembangan rumah sakit sehingga tercapai
apa yang dicita-citakan.

87
Pedoman Pelayan Instalasi Laboratorium

Tangerang, 20 Oktober 2018


Diketahui Oleh : Dibuat Oleh :
Direktur RSSP Tangerang Kepala Instalasi Laboratorium

dr. Aulia Yordan, MARS dr.Muslimah, SpPK

DAFTAR PUSTAKA

1. Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia, Dirjen PPM & PL dan Dirgen
Pelayanan Medik 2002
2. Pedoman Praktis Laboratorium Kesehatan yang benar (Good Laboratory
Practice), dirjen Bina Pelayanan Medik tahun 2008
3. Materi Pelatihan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi, Diklat tingkat dasar Ppi
tahun 2012
4. Pemantapann Mutu Internal Laboratorium Klinik 2010, Bagian Patologi
Klinik Fakultas Kedokteran UGM
5. Petunjuk Pelaksanaan Pemantapan Mutu Internal Laboratorium Kesehatan Depkes
RI 1997
6. Pedoman Pengelolaan Bank Darah Rumah Sakit (BDRS) Dirjen Bina
Pelayanan Medik Depkes RI 2008

88

Anda mungkin juga menyukai