Anda di halaman 1dari 81

PEDOMAN PELAYANAN

LABORATORIUM

RSIA BINA SEHAT MANDIRI


JAKARTA
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar belakang

Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh


suatu organisasi yang memelihara dan meningkatkan kesehatan,
mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Peningkatan derajat
kesehatan yang optimal merupakan salah satu unsur dari pada
kesejahteraan umum. Departemen kesehatan berupaya meningkatkan
kemampuan semua sarana kesehatan agar mampu memberikan
pelayanan kesehatan maupun pelayanan medik secara terpadu,
merata, berhasil guna dan berdaya guna.
Pelayanan laboratorium di Rumah Sakit merupakan bagian dari
pelayanan kesehatan yang mampu melaksanakan pemeriksaan dalam
arti kualitatif dan kuantitatif dan harus memberikan hasil pemeriksaan
yang bermutu sehingga dapat dipercaya. Pelayanan yang bermutu,
cepat, tepat dan cermat hanya dapat terwujud apabila laboratorium
didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai dan berfungsi
dengan baik, serta didukung pula oleh petugas yang profesional dan
pelaksanaan yang terdidik dan sadar akan tanggung jawab yang
dipikulnya.
Pelayanan kesehatan Rumah Sakit merupakan bagian integral yang
tidak dapat dipisahkan dari pelayanan kesehatan secara keseluruhan.
Tuntutan akan pelayanan kesehatan yang bermutu semakin meningkat
seiring dengan semakin tinggi nya tingkat pendidikan dan
kesejahteraan masyarakat. Semakin pesat laju pembangunan, semakin
besar pula tuntutan masyarakat dalam mendapatkan pelayanan
kesehatan yang lebih baik.
Dengan demikian, pelayanan Ruah Sakit yang memadai, baik dibidang
diagnostik maupun pengobatan semakin dibutuhkan. Sejalan dengan
itu maka pelayanan diagnostik yang diselenggarakan oleh laboratorium
klinik Rumah Sakit sangat perlu untuk ditingkatkan baik dari segi
kuantitas jenis pemeriksaan maupun kualitas pemeriksaan dan
pelayanan.
Laboratorium klinik adalah laboratorium kesehatan yang
melaksanakan pelayanan pemeriksaan bidang hematologi, kimia klinik,
mikrobiologi klinik, parasit klinik, imunologi klinik atau bidang lain yang
berkaitan dengan kepentingan kesehatan perorangan terutama untuk
menunjang upaya diagnostik penyakit, penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan. Kedudukan laboratorium klinik di rumah sakit
adalah sangat penting karena sesuai dengan fungsi nya sangat
membantu dalam pengelolaan pasien rumah sakit.
Dalam melaksanakan kegiatannya, laboratorium klinik harus
berlandaskan pada undang-undan dan peraturan yang berlaku.
Peraturan mentri kesehatan nomor 441/Menkes/Per/III/2010 tentang
laboratorium klinik merupakan salah satu peraturan pemerintah yang
mengatur tentang semua aspek laboratorium klinik dan dapat dijadikan
sebagai salah satu pedoman dalam menyelenggarakan pelayanan
laboratorium.
Untuk dapat melakukan fungsinya, laboratorium klinik
membutuhkan banyak jenis tenaga dengan kompetensi khusus,
berbagai teknologi pemeriksaan dan alat-alat mulai dari yang paling
sederhana sampai yang tercanggih, membutuhkan berbagai jenis
reagensia untuk semua jenis pemeriksaan, bekerjasama dengan
berbagai pihak yang mendukung kegiatan laboratorium seperti
perawat, farmasi, logistik dan distributor alat laboratorium.
Laboratorium klinik mempunyai dua pelaggan utama yaitu pasien
sebagai pelanggan external dan dokter sebagai pelanggan internal.
Merupakan kewajiban bagi setiap laboratorium klinik untuk
memberikan pelayanan yang bermutu, adekuat, teratur, baik dan terus
menerus kepada setiap pelanggan nya. Untuk meningkatkan mutu
pelayanan, laboratorium klinik yang terdapat diseluruh Rumah Sakit
perlu diklola dengan menggunakan prinsip-prinsip manajemen yang
tepat. Dipimpin dan diarahkan oleh orang-orang yang sesuai
kualifikasinya, berkompeten dan profisional.
Upaya meningkatkan mutu pelayanan laboratorium klinik
merupakan serangkaian kegiatan yang komprehensif dan integral yang
menyangkut struktur, proses dan autcome seraca objektif, sistimatik
dan berlanjut, memantau dan menilai mutu dan kewajaran pelayanan
terhadap pasien, dan memecahkan masalah-masalah yang terjadi
sehingga pelayanan laboratorium yang diberikan berdaya guna dan
berhasil guna.
Sasaran upaya meningkatkan mutu pelayanan laboratorium
dirumah sakit adalah : meningkatkan kepuasan pelanggan ( pasien,
dokter dan pemakai jasa laboratorium lainnya ), meningkatkan
efisiensi dan efektifitas pelayanan laboratorium, dan efisiensi
penggunaan sumber daya yang dimiliki.
Cakupan kegiatan peningkatan mutu meliputi seluruh kegiatan
teknis laboratorium. Kegiatan teknis laboratorium meliputi seluruh
kegiatan pra-analitik , analitik dan pasca-analitik. Kegiatan yang
berkaitan dengan administrasi meliputi pendaftaran pasien/spesimen,
pelayanan administrasi keuangan, dan pelayanan hasil pemeriksaan.
Sedangkan kegiatan yang bersifat manajerial meliputi pemberdayaan
sumber daya yang ada, termasuk didalam nya adalah penatalaksanaan
logistik dan pemberdayaan SDM.
Laboratorium klinik juga harus menerapkan prinsip-prinsip
keselamatan dalam memberikan pelayanannya. Ada lima isu penting
yang terkait dengan keselamatan (Safety) yang dirumah sakit yaitu :
keselamatan pasien ( Patient safety), keselamatan pekerja dan petugas
kesehatan, keselamatan bagunan dan peralatan dirumah sakit yang
bisa berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas,
keselamatan lingkungan (green productivity) yang berdampak
terhadap pencemaran lingkungan dan keselamatan bisnis rumah
sakit yang terkait dengan kelangsungan hidup rumah sakit.
Laboratorium klinik sangat berkepentingan dengan kelima isu
keselamatan ini karena laboratorium bekerja menggunakan bahan dan
alat yang dapat menyebabkan kecelakaan baik terhadap pasien
maupun petugas, mengolah spesimen infeksius dan menghasilkan
berbagai bahan limbah berbahaya.
Dengan melihat kompleksitas kerja laboratorium yang sarat dengan
resiko bahaya dan keselamatan di satu sisi, sementara laboratorium
harus memberikan pelayanan laboratorium yang baik kepada
pengguna jasa laboratorium disisi lainnya, maka perlu disusun
pedoman dalam pelaksanaan pelayanan laboratorium yang sesuai
dengan standar nasional, undang-undang dan pelayanan yang berlaku
yang menjadi rambu-rambu bagi semua yang terlibat dalam pelayanan
laboratorium secara langsung maupun tidak langsung sehingga tujuan
yang di inginkan tercapai.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka pada laboratorium perlu
dibuat standar pelayanan yang merupakan pedoman bagi semua pihak
dalam tata cara pelaksanan pelayanan yang diberikan ke pasien di luar
Rumah Sakit Ibu dan Anak Bina Sehat Mandiri pada umum nya dan
pasien Rumah Sakit Ibu dan Anak Bina Sehat Mandiri itu sendiri pada
khususnya.
Dalam pedoman ini, terdapat pedoman tentang pembentukan
laboratorium klinik, standar ketenagaan, keamanan dan keselamatan
kerja di laboratorium klinik, pengadaan dan pemeliharaan alat-alat dan
reagensia, pemeriksaan dan pengolahan laboratorium, serta
pemeriksaan sampel rujukan dan kontrol mutu laboratorium. Berkaitan
dengan hal tersebut diatas, maka dalam melakukan pelayanan
laboratorium di Rumah Sakit Ibu dan Anak Bina Sehat Mandiri harus
berdasarkan pedoman pelayanan laboratorium Rumah sakit Ibu dan
Anak Bina Sehat Mandiri.

1.2Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Sebagai pedoman bagi pimpinan dan semua petugas dalam
memberikan pelayanan laboratorium klinik di Rumah Sakit Ibu
dan Anak Bina Sehat Mandiri
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Sebagai acuan bagi semua petugas laboratorium dalam
memberikan pelayanan laboratorium yang baik dan benar.
2. Sebagai acuan bagi pimpinan laboratorium khusus nya atau
pimpinan rumah sakit dalam mengelola laboratorium
3. Terlaksanaan pemberian pelayanan laboratorium secara
sistematis dan terarah.
4. Untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan nyaman
bagi semua petugas laboratorium
1.3Manfaat
1. Terbentuk nya laboratorium yang sesuai dengan undang-undang
dan peraturan yang berlaku
2. Terciptanya pelayanan laboratorium yang efektif dan efisien
3. Dapat menungkatkan mutu pelayanan laboratorium dan terjadi citra
positif bagi Rumah Sakit Ibu dan Anak Bina Sehat Mandiri
4. Dapat meningkatkan kepercayaan dokter dan pasien terhadap hasil
pemeriksaan laboratorium
5. Melindungi pasien dan semua petugas laboratorium dari kecelakaan
kerja
6. Melindungi semua petugas laboratorium dari tuntutan malpraktek

1.4Ruang Lingkup
Ruang lingkup pelayanan laboratorium adalah kegiatan
dilaboratorium sendiri maupun kegiatan di unut-unit lain yang
berhubungan dengan laboratorium. Unit tersebut adalah unit yang
menunjang kegiatan laboratorium seperti Direksi (Manajemen), Komite
medik, bagian logistik, farmasi, rumah tangga, maintenance, sustem
informasi rumah sakit, unit pendidikan (Diklat) dan unit-unit yang
memerlukan pelayanan laboratorium seperti Unit Gawat Darurat dan
perawat intensif, unit rawat inap dan rawat jalan. Bentuk kegiatan yang
berkaitan dengan unit yang menunjang kegiatan laboratorium adalah :
1. Perencanaan pemeriksaan laboratorium yang akan diberikan yang
disesuaikan dengan permintaan dokter (kebutuhan pasien) dan
kemampuan rumah sakit
2. Pengadaan sumber daya manusia yang kompeten dan peningkatan
kemampuan petugas
3. Pengadaan bahan pemeriksaan dan bahan habis pakai lainnya
4. Pengadaan alat-alat pemeriksaan dan sistem informasi yang
digunakan dilaboratorium
5. Pemeliharaan dan kalibrasi alat

Ruang lingkup kegiatan laboratorium dan unit yang membutuhkan


pelayanan laboratorium adalah:
1. Pemberian pelayanan pemeriksaan laboratorium yang sesuai
dengan prosedur/kebijakan yang ditetapkan
2. Keamanan dan keselamatan kerja bagi petugas
3. Pengelolaan limbah
4. Kontrol mutu pemeriksaan laboratorium
5. Pelayanan rujukan
6. Pencatatan dan pelaporan

Ruang lingkup pemeriksaan laboratorium meliputi :


Pemeriksaan hematologi, parasitologi sederhana, kimia klinik,
imunoserologi,
urinalisa, analisa feses, analisa cairan tubuh, pemeriksaan
penyaring hemostasis, yang melayani pasien yang berasal dari
Rumah Sakit Ibu dan Anak Bina Sehat Mandiri dan pasien rujukan dari
rumah sakit lain .
1.5Batasan Operasional
Batasan operasional pedoman pelayanan laboratorium adalah :
1. Pedoman disusun menurut undang-undang, peraturan, pedoman
dan kebijakan yang berlaku
2. Isi pedoman disesuaikan dengan kenutuhan dan kemampuan rumah
sakit
3. Pedoman diberlakukan di lingkungan Rumah Sakit Ibu dan Anak
Bina Sehat Mandiri
4. Semua petugas yang memberikan pelayanan laboratorium secara
langsung maupun tidak langsung harus berpedoman kepada buku
pedoman ini
5. Dapat dilakukan perubahan pada buku pedoman apabila diperlukan
dikemudian hari

Definisi operasional

1. Laboratorium Klinik
Adalah laboratorium kesehatan yang melaksanakan pelayanan
pemeriksaan spesimen klinik untuk mendapatkan informasi tentang
kesehatan perorangan terutama untuk menunjang upaya diagnostik
penyakit, penyembuhan penyakit, dan pemulihan kesehatan .
2. Pemeriksaan Hematologi
Adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui keadaan
darah dan komponen komponen yang bertujuan diantaranya
mendeteksi kelainan hematologi dimana diduga ada kelainan
jumlah dan fungsi dari sel-sel darah
3. Pemeriksaan Parasit Sederhana
Adalah melakukan identifikasi parasit atau stadium dari parasit
secaran mikroskopis
4. Pemeriksaan Kimia Klinik
Adalah pemeriksaan terdapat kadar zat-zat yang terdapat didalam
plasma atau serum yang dibedakan berdasarkan organ atau faal
organ misalnya pemeriksaan faal hati, faal ginjal, dll
5. Pemeriksaan Imunoserologi
Adalah pemeriksaan terdapat kandungan zat-zat dalam serum
pasien berdasarkan prinsip-prinsip imunologi (reaksi antigen
antibody)
6. Pemeriksaan Urinalisis
Adalah pemeriksaan untuk mendapatkan bahan-bahan atau zat-zat
yang terkandung didalam urin, dan juga untuk melihat adanya
kelainan pada urin untuk membantu menegakkan diagnosis
kelainan saluran kemih dan beberapa panyakit lain yang
berhubungan.
7. Analisa Feses
Adalah pemeriksaan rutin terhadap spesimen feses untuk melihat
adanya kelainan dalam feses secara makroskopis dan mikroskopis
untuk membantu menegakkan diagnosis pasien diare atau kontifasi
8. Analisa Cairan Tubuh
Adalah pemeriksaan terhadap cairan tubuh seperti cairan pleura,
cairan asites, cairan pericardium untuk menentukan apakah cairan
tersebut termasuk eksudat atau hanya suatu transudat berdasarkan
pemeriksaan makroskopi, mikroskopis dan kimiawi.
9. Pemeriksaan Penyaring Faal Hemostasis

1.6Landasan Hukum
1. Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang-undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit
3. Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kerja
4. Peraturan Mentri Kesehatan No. 269/Menkes/Per/III/2008 Tentang
Laboratorium
5. Peraturan Mentri Kesehatan No. 657/Menkes/Per/III/2009 Tentang
Pengiriman dan penggunaan spesimen Klinik, Materi biologik dan
Muatan Informasi nya.
6. Peraturan Mentri Kesehatan nomor 658/Menkes/Per/VIII/2009
Tentang Jejaring Laboratorium Diagnostik Penyakit Infeksi new
emerging dan re-emerging
7. Permenkes RI No.363/Menkes/Per/IV/1998 Tentang pengujian dan
kalibrasi alat kesehatan pada sarana pelayanan kesehatan
8. Permenkes No.1696/Menkes/Per/VIII/2011 Tentang Keselamatan
Pasien Rumah Sakit
9. Peraturan Mentri Kesehatan No.18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
10.Keputusan Mentri Kesehatan nomor 289/Menkes/SK/III/2008 Tentang
Pedoman Akreditasi Laboratorium Kesehatan
11.Keputusan Mentri Kesehatan nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999
Tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit
12.Keputusan Mentri Kesehatan nomor 129/Menkes/SK/II/2008 Tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit
13.Keputusan Mentri Kesehatan nomor 432/Menkes/SK/IV/2007 Tentang
Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di
Rumah Sakit
14.Keputusan Mentri Kesehatan RI nomor 411/Menkes/Per/III/2010
Tentang Laboratorium Klinik
15.Keputusan Mentri Kesehatan RI No.370 Tentang Standar Profesi Ahli
Teknologi Laboratorum Kesehatan
16.Keputusan Mentri Kesehatan RI no.364/Menkes/SK/III/2003 Tentang
Laboratorium Kesehatan
17.Keputusan Direktur Jendral Pelayanan Medik depkes RI Nomor: HK
00.06.3.3 Tentang Pedoman Pengelolaan Laboratorium Klinik Rumah
Sakit

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

2.1. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Kualifikasi dan tenaga yang tersedia di Laboratorium Klinik Rumah
Sakit Ibu dan Anak Bina Sehat Mandiri adalah sebagai berikut :
No Nama Jabatan Kualifikasi Keterangan Jumla
Formal h
1 Kepala Unit / Dokter Selalu mengikuti 1
Penanggung Jawab spesialis Continuing Medikal
Unit Laboratorium Patologi Education (CME)/
Patologi Klinik Klinik (SpPK) Pendidikan
Kedokteran
Berkesimambungan
(PKB)
2 Koordinator DIII Analis Pengalaman 1
Ruangan Unit Kesehatan minimal 3 tahun
Laboratorium
3 Analis Pelaksana D III Analis Mengikuti pelatihan 6
Kesehatan laboratorium
Mengikuti pelatihan
customer care

2.2. Distribusi ketenagaan


Tenaga laboratorium melakukan pelayanan di lantai loby Rumah
Sakit Ibu dan Anak Bina Sehat Mandiri Lokasi laboratorium dekat
dengan ruangan UGD, ruangan Radiologi, Farmasi, Poli Klinik, dan kasir.
Tenaga teknis laboratorium di distribusikan menjadi 2 shift yaitu shift
pagi, shift siang, dan shift malam karena pelayanan laboratorium harus
tersedia selama 24 jam. Penanggung jawab laboratorium, penanggung
jawab shift, dan koordinator ruangan laboratorium memberikan
pelayanan pada shift pagi sampai jam 14:00 wib dan pada shift sore
sampai jam 21:00.
Peraturan pola ketenagaan Unit Laboratorium yaitu :
- Untuk Dinas Pagi
Yang bertugas sejumlah 1 (satu) orang dengan kategori sebagai
berikut:
- 1 orang analis pelaksana

- Untuk Dinas Siang


Yang betugas sejumlah 1 (satu) orang dengan kategori sebagai
berikut:
- 1 orang analis pelaksana

2.3. pengaturan jaga


- Pengaturan jadwal dinas petugas laboratorium dibuat dan
dipertanggung jawabkan oleh koordinator ruangan unit
laboratorium dan disetujui oleh Manajer Yanjangmed dan
diketahui oleh SDM
- Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan
direalisasikan ke petugas laboratorium setiap satu bulan.
- Untuk analis pelaksana yang memiliki keperluan penting pada
hari tertentu, maka analis tersebut dapat megajukan permintaan
dinas pada form permintaan. Permintaan akan disesuaikan
dengan kebutuhan tenaga yang ada (apabila tenaga cukup dan
berimbang serta tidak mengganggu pelayanan, maka
permintaan disetujui).
- Setiap tugas jaga/shift harus ada analis penanggung jawab shift
(PJ Shift) dengan syarat pendidikan minimal DIII analis kesehatan
dan masa kerja minimal 1 tahun di Rumah Sakit Ibu dan Anak
Bina Sehat Mandiri.
- Jadwal dinas terbagi 2 shift yaitu shift pagi, shift siang. Tiap kali
ada pertukaran jaga shift, maka antara petugas shift harus ada
overan. Overan dilakuka di ruangan pengelolaan hasil dan di
pimpin oleh PJ shift sebelumnya. Overan diawali dengan
membaca doa dan dilanjutkan dengan overan hasil-hasil
laboratorium yang belum selesai. Hasil laboratorium yang dapat
dioverkan adalah pemeriksaan laboratorium dengan
pemeriksaan sampel < 1 jam sebelum overan. Overan
pemeriksaan yang diterima > 1 jam sebelum overan hanya
dapat dilakukan jika ada alasan khusus (special case). Overan
dicatat di buku overan dan diparaf oleh yang menyerahkan dan
menerima overan. Overan dihadiri oleh koordinator ruangan dan
dokter penanggung jawab laboratorium jika ada hal-hal yang
perlu segera disampaikan.
- Petugas yang baru jaga malam mendapatkan libur lepas malam,
ada petugas libur dan petugas yang cuti.
- Apabila ada tenaga analis karena sesuatu hal sehingga tidak
dapat jaga sesuai jadwal yang telah ditetapkan (terencana),
maka analis yang bersangkutan harus memberitahu koordinator
ruangan laboratorium dengan ketentuan sebagai berikut: 2 jam
sebelum dinas pagi, 4 jam sebelum dinas siang dan malam.
Sebelum memberitahu koordinator ruangan laboratorium
diharapkan analis yang bersangkutan sudah mencari analis
pengganti (kecuali kasus sakit). Apabila analis yang
bersangkutan tidak mendapatkan analis pengganti, maka
koordinator ruangan laboratorium akan mencari tenaga analis
pengganti yaitu di utamakan analis yanghari itu libur malam
kedua atau analis lain dijadikan lembur.
- Apabila ada tenaga analis tiba-tiba tidak dapat jaga sesuai
jadwal yang telah ditetapkan (tidak terencana), maka
koordinator ruangan laboratorium akan mencari analis pengganti
yang hari itu libur atau analis yang lainyang memungkinkan.
Apabila pengganti tidak ada didapatkan, maka analis yang dinas
pada shift sebelumnya wijib untuk menggantikan. (Prosedur
pengaturan jadwal dinas petugas sesuai SPO pengaturan jadwal
dinas laboratorium terlampir).

2.4. Pertemuan Berkala


Pertemuan karyawan dilakukan oleh kepala unit/ penanggung
jawab laboratorium yang dilakukan setiap saat dengan mengunjungi
karyawan disetiap unit masing-masing. Pembinaan dilakukan oleh
kepala unit dengan membahas langsung setiap permasalahan dan
menyelesaikannya. Disamping itu pembinaan dapat dilakukan pada
saat dilakukanya overan dinas pagi kepada dinas sore. Hal-hal yang
tidak dapat dibahas dalam rapat. Pertemuan rutin karyawan tanpa
terkecuali (peserta mengisi bukti absensi) dan bagi karyawan yang
tidak hadir tanpa alasan yang jelas dikenakan sanksi berupa surat
peringatan 1 (SP 1). Pertemuan satu bulan sekali setiap hari jumat
minggu ke dua jam 14.00 16.00 wib diruangan koordinator dan
dihadiri oleh manajer yanjangmed, manajer lain atau komite jika
diperlukan.

Prosedur pertemuan berkala :


1. Kepala unit laboratorium memberitahu kepada seluruh staf di unit
laboratorium untuk dapat hadir dan mengikuti pertemuan berkala.
2. Agenda atau jadwal pertemuan rutin laboratorium dibuat setiap
bulan pertahun. Pertemuan rutin merupakan agenda tetap kegiatan
bulanan yang intinya membahas masalah yang ada di unit
laboratorium.
3. Menentukan notulen rapat dan dicatat dibuku notulen diantaranya:
- Waktu/tanggal
- Agenda rapat
- Pimpinanrapat
- Hasil rapat
- Kesimpulan
- Rencana tindak lanjut
4. Hasil rapat selanjutnya di implementasikan dalam bentu SPO,
internal memo atau perbaikan SPO sebagai salah satu wujud tindak
lanjut penyelesaian masalah yang dibawa ke rapat

2.5. Pelaksanaan Overan


Melihat dan mempertimbangkan pentingnya overan, maka
setiap analis yang bertugas di unit laboratorium Rumah Sakit Ibu dan
Anak Bina Sehat Mandiri wajib datang dan mengisi absensi pertukaran
shift. Overan dilaksanakan setelah seluruh petugas yang akan
melakukan overan hadir. Jika ada petugas yang terlambat, maka
overan tetap dilanjutkan dengan syarat petugas shift menunggu
sampai petugas berikutnya datang (tidak boleh pulang sebelum
petugas berikutnya datang). Petugas yang terlambat tetap mengisi
absensi overan setelah membaca overan pada shift tersebut. Overan
dilakukan 15 menit sebelum pertukaran shift. Operan yang bersifat
pemberitahuan dari koordinator ruangan harus di overkan sebanyak
2x24 jam untuk meyakinkan pemberitahuan tersebut telah diketahui
oleh seluruh petugas laboratorium. Overan dipimpin oleh PJ. Hasil
overan dituliskan dibuku overan. Adapun hal-hal yang harus dibahas
pada waktu overan adalah sebagai berikut :
1. Overan tugas/masalah hasil kepada petugas berikutnya
2. Permasalahan yang ditemui pada shift tersebut kepada PJ
3. Menyampaikan hal-hal yang dianggap perlu oleh koordinator
ruangan
4. Menyampaikan hal-hal yang dianggap perlu oleh penanggung jawab
laboratorium

Setiap overan dilakukan WAJIB mengisi absen atau keterangan apabila


tidak menghadiri overan.

BAB III

STANDAR FASILITAS

3.1 Denah Ruangan


3.2 Standar Fasilitas

No Jenis Kelengkapan Jenis/Jumlah yang tersedia


1 Bangunan Permanen
2 Ventilasi Ada, memenuhi kebutuhan
3 Penerangan/lampu Ada, memenuhi kebutuhan
4 Air mengalir/bersih Tersedia, memenuhi kebutuhan
5 Daya listrik Tersedia, memenuhi kebutuhan
6 Tata Ruang
- Ruang tunggu Tersedia, memenuhi kebutuhan
- Ruang pengambilan Tersedia, memenuhi kebutuhan
spesimen
- Ruang administrasi Tersedia, memenuhi kebutuhan
- Ruang pemeriksaan Tersedia, memenuhi
kebutuhan.....
- Ruang reagen Tersedia, memenuhi
kebutuhan......
- Ruang kotor Tersedia, memenuhi
kebutuhan.......
- Ruang koordinator Tersedia, memenuhi
kebutuhan.......
- Toilet . Tersedia, memenuhi
kebutuhan......

Lokasi laboratorium sebaiknya terletak di daerah yang mudah


dicapai dari dalam maupun dari luar RS. Unit laboratorium melayani
gawat darurat (laboratorium cito), maka letaknya tidak jauh dari Unit
Gawat Darurat (UGD)

a. Ruangan
Semua ruangan terutama yang dipakai untuk pemeriksaan
spesimen perlu mempunyai ventilasi yang baik dan mendapat sinar
matahari yang cukup atau AC 1 PK/20 M2 atau temperatur
memenuhi syarat.
Ruangan penerimaan spesimen atau pengambilan sapesimen,
sebaiknya terpisah dari ruangan pemeriksaan untuk mencegah
kontaminasi.
Menurut fungsinya, ada garis besar dibagi dalam
1. Ruangan Penerimaan
2. Ruangan Pemeriksaan
3. Ruangan administrasi/ruangan pengolahan hasil

Untuk memudahkan pengawasan, ruangan pemeriksaan dibagi


menurut teknik pemeriksaan atau sesuai dengan disiplin ilmu
patologi, yaitu:

1. Unit Hematologi
2. Unit Kimia Klinik dan Imunoserologi

Ditambah lagi ruang penyimpanan reagensia, lemari pendinggin


untuk menyimpan reagen tertentu, toilet, serta ruang kotor sebagai
tempat pencucian dan sebagai pembuangan sisa-sisa bahan
pemeriksaan.

b. Sumber listrik
Untuk dapat memberikan pelayanan laboratorium yang baik
diperlukan aliran listrik yang cukup, dengan tegangan yang konstan
dan tidak ada giliran listrik terputus. Hal tersebut perlu bukan saja
supaya pemeriksaan tidak terhenti, tetapi karena beberapa jenis
alat, reagen dan spesimen memerlukan perawatan dan
penyimpanan pada suhu tertentu dan tetap. Mengingat
laboratorium Rumah Sakit harus dapat memberikan pelayanan
selama 24 jam, maka perlu disediakan generator dan UPS untuk
setiap alat.

c. Sember air
Pengadaan air bersih yang mengalir secara terus menerus ada 2
yaitu air bersih (air double tritmen) dan air RO (reverse osmosis)

d. Peralatan
Perkembangan teknologi dalam dunia kedokteran umumnya dan
dibidang laboratorium klinik khususnya, akhir-akhir ini makin pesat.
Perodusen peralatan laboratorium berlombameningkatkan kualitas
dan kecangihan alat untuk memenuhi kebutuhan/keinginan
masyarakat dan pemberi jasa laboratorium.
Namun demikian, penerapan teknologi tanpa penyesuaian dengan
situasi dan kondisi serta kebutuhan akan membawa akibat yang
tidak diinginkan, antara lain membumbungnya biaya pemeriksaan
laboratorium. Untuk memberikan pelayanan laboratorium yang
berhasil guna dan berdaya guna, pemilihan jenis dan jumlah alat
laboratorium harus disesuaikan dengan pelayanan medik yang
dibutuhkan untuk pemeriksaan rutin yang banyak jumlahnya dalam
satu hari, dilakukan otomatiasi pekerjaan.
Faktor-faktor penting yang perlu diperhatikan dalam memilih atat
laboratorium adalah :
1. Kemampuan alat
2. Kemudahan penyediaan reagen yang dipakai dengn atat
tersebut
3. Kemampuan operasional
4. Ketelitian dan ketepatan
5. Kemudahan pemeliharaan

Mengabaikan salah satu faktor diatas dapat mengkibatkan


pelayanan dengan menggunakan alat tersebut tidak memberikan
hasil yang diharapkan.

Rumah Sakit harus menyediakan fasilitas untuk mendukung


kegiatan laboratorium dan pemeliharaan dalam suatu fungsi yang
optimal. Desain ruangan harus efisien untuk kegiatan operasional,
nyaman dan meminimalisir resiko kecelakaan dan penyakit akibat
hubungan kerka. Area kerja harus bersih dan terpelihara.

Laboratorium harus dilengkapi dengan peralatan yang


dipersyaratkan untuk pelayanan. Peralatan mempunyai spesifikasi
yang relevan dan menunjang kinerja sasuai dengan yang
dipesyaratkan. Peralatan harus dioperasikan oleh personal yang
berwenang, prosedur penggunaan alat harus tersedia dan mudah
ditemukan termasuk prosedur penanganan, pemeliharaan,
pemindahan dan penyimpanan. Peralatan harus terpelihara.
Peralatan yang rusak tidak boleh digunakan dan diberi label
rusak. Alat yang memerlukan kalibrasi harus teridentifikasikan
dengan jelas. Peralatan termasuk software nya harus diamankan
dari penyetelan atau pengrusakan yang tidak disediakan oleh
personal yang tidak berwenang.

Ruangan laboratorium dikelompokan sesuai dengan fungsi


nya yaitu : kelompok fungsi administrasi, teknis dan penunjang.
Karena laboratorium kesehatan dalam kegiatannya mempunyai
resiko ancaman bahaya (biohazard) yang akan menimbulkan
gangguan kesehatan yang merugikan baik bagi karyawan, petugas
dan masyarakat sekitarnya maka ada pembahasan bagi masyarakat
umum (pasien, pengunjung lain) untuk memasuki area
laboratorium. Laboratorium memiliki access kontrol yang digunakan
oleh petugas labortorium. Pembagian ruangan berdasarkan area
dan kelompok fungsi dapat dilihat pada tabel 3.1. Ruangan-ruangan
atau selacer yang beradadiarea public boleh dimasuki oleh pasien
dan ruangan yang berada diarea tertutup hanya boleh dimasuki
oleh petugas laboratorium.

Laboratorium Rumah Sakit Ibu dan Anak Bina Sehat Mandiri


berlokasi dilantai loby.

Ruangan laboratorium dibuat dari tembok permanen warna


terang, menggunakan cat yang tidak luntur, permukaan dinding
yang rata sehingga mudah dibersihkan, tidak tembus cairan dan
tahan terhadap desinfektan. Langit-langit, pintu, ukuran dan tinggi
jendela, lantai dan meja disesuaikan dengan standar. Air yang
digunakan di laboratorium adalah air kran, mengalir terus menerus
dan bersih, ventilasi, AC, penerangan, listrik tersedia sesuai standar
departemen kesehatan. Untuk beberapa alat yang memerlukan air
dengan kualifikasi khusus seperti aquabidest dan steril water, maka
dipakai air sesuai kebutuhan alat tersebut.

Tabel 3.1. Ruangan Laboratorium Rumah Sakit Ibu dan Anak


Bina Sehat Mandiri.

No Kelompok Nama Ruangan Area


Fungsi
1 Fungsi - Ruang Tunggu Terbuka bagi
Administrasi - Loket pendaftaran, pasien
penerimaan spesimen Terbuka bagi
dan pengambilan hasil pasien
- Ruang pengambilan
spesimen
- Toilet
- Ruang pimpinan
Terbuka bagi
pasien
Terbuka bagi
pasien
Terbuka bagi
pasien
2 Ruang Teknis - Ruang hematologi Tertutup bagi
Pemeriksaan - Ruangan pasien
kimia/imunoserologi Tertutup bagi
pasien

3 Ruang - Ruang reagen Tertutup bagi


Penunjang - Ruang kotor pasien
Tertutup bagi
pasien

3.3Peralatan
Peralatan yang tersedia di laboratorium mengacu kepada buku
pedoman goog laboratory practice Departemen Kesehatan RI
tahun 2008 dan mengacu kepada jenis pemeriksaan yang
tersedia di laboratorium untuk menunjang kegiatan pelayanan
terhadap pasien laboratorium

Peralatan yang terdapat di laboratorium Rumah Sakit Ibu dan


Anak Bina Sehat Mandiri terdiri dari :
1. Alat Umum
a. Komputer yang tersambung dengan Hospital Information
System (HIS)

2. Alat Penunjang Pemeriksaan


a. Kulkas reagen :2
b. Freezer :1
c. Kulkas sampel :1
d. Mikropipet :8
e. Blood roller mixer :1
f. Mikroskop binocular :1
g. Sentrifus : 2

3. Alat gelas
a. Tabung reaksi : 100
b. Beaker glas :2
c. Gelas ukur :1
d. Kamar hitung Improved New Bauer :2

4. Alat analitik
a. Blood Gas Analyzer (Opti CCA) : 1
b. Electrolyte Analyzer (Biolyte) :1
c. Coagulation Analyzer (CA-50 dari Sysmex): 1
d. Hematologi Analyzer (Sysmex XT 1880i) : 1
e. Cobas C 111 :1
f. Urin Analyzer (Combostik R-300) : 1
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

4.1Pendaftaran dan Pencatatan


Prosedur pendaftaran pasien yang melakukan pemeriksaan di
laboratorium Rumah Sakit Ibu dan Anak Bina Sehat Mandiri dapat di
kategorikan atas 3 bagian:
a. Pendaftaran dari poliklinik rawat jalan/UGD
Pasien dari poliklinik rawat jalan yang terdaftar sebagai pasien
Rumah Sakit Ibu dan Anak Bina Sehat Mandiri dapat langsung
membawa formulir permintaan laboratorium ke laboratorium untuk
dilakukan pengambilan sampel dan pemeriksaan sampel. Petugas
laboratorium akan memasukkan jenis pemeriksaan yang diminta
ke dalam HIS dan selanjutnya mencetak struk penagihan. Pasien
selanjutnya membayar tagihan yang ada pada struk di kasir rawat
jalan dan menyerahkan bukti lunas pepada patugas administrasi
laboratorium. Setelah petugas menerima bukti lunas maka peserta
sampling dapat melakukan sampling sesuai jenis pemeriksaan
yang diminta dokter. Untuk pasien berasal dari UGD pengambilan
darah diambil oleh perawat UGD, dan sampel diantar.

b. Pasien dari ruang rawat inap


Pengambilan sampel pasien dari ruang rawat inap dilakukan
oleh perawat ruangan jika meminta pemeriksaan laboratorium
diluar jam sampling reguler laboratorium. Adapun jam sampling
reguler adalah jam 05.00 wib, jam 10.00 wib dan jam 13.00 wib.
Perawat ruangan dapat langsung membawa formulir permintaan
pemeriksaan laboratorum bersama dengan sampel atau membawa
formulir permintaan laboratorium saja dan sampling dilakukan oleh
petugas laboratorium jika pada jam reguler.

c. Pasien dari laboratorium luar/rumah sakit luar/pasien atas


permintaan sendiri
Pasien dari luar dapat didaftarkan sebagai pasien Rumah Sakit
sehingga memiliki MR atau didaftarkan sebagai pasien luar dengan
MR 00. Jika laboratorium atau Rumah Sakit perujuk telah memiliki
kerjasama dengan laboratorium Rumah Sakit Ibu dan Anak Bina
Sehat Mandiri maka pemeriksaan terhadap sampel dapat langsung
dikerjakan dengan menyerahkan surat jaminan kepada petugas
laboratorium. Bagi pasien yang meminta permintaan laboratorium
tanpa disertai surat pengantar dari dokter / atas permintaan
sendiri (APS) wajib melunasi dulu biaya pemeriksaan laboratorium
dan menyerahkan bukti lunas kepada petugas administrasi
laboratorium sebelum sampling dapat dilakukan. Khusus
pemeriksaan anti HIV penyaring dan pemriksaan kadar obat dalam
urin, pemeriksaan hanya dapat dilakukan apabila ada surat
pengantar dari dokter (APS tidak dilayani)

4.2Pengolahan Spesimen
Semua spesimen pemeriksaan yang terdiri dari bahan klinis di
laboratorium dikategorikan sebagai spesimen infeksius dan diperlakukan
dengan cara yang benar sehingga tidak menularkan agen infeksius
kepada petugas laboratorium. Jenis spesimen klinis yang dapat diperiksa
di laboratorium Rumah Sakit Ibu dan Anak Bina Sehat Mandiri adalah:
a. Serum
b. Plasma (EDTA, heparin, citrat)
c. Darah utuh (whole blood)
d. Urin
e. Feses
f. Dahak/sputum
g. Sekter (uretra, vagina, mata, telinga, hidung)
h. Cairan tubuh (cairan pleura, asites, cairan otak)
i. Kuku
j. Kerokan kulit

Oleh karena semua spesimen laboratorium di anggap sebagai bahan


infeksius maka, untuk itu harus dilakukan penfelolaan spesimen dengan
baik dan benar. Ikuti langkah-langkah berikut

1. Cek spesimen yang akan diperiksa apakah sudah memenuhi syarat


2. Sesuaikan data pasien pada wadah spesimen dengan formulir
permintaan
3. Tangani spesimen dengan hati-hati
4. Tempatkan spesimen dalam wadah yang tertutup rapat untuk
mencegah tertumpahnya spesimen
5. Gunakan sarung tangan (Handschoen) dan jas lab atau APD yang
lengkap sewaktu memeriksaan spesimen tergantung tingkat
bahaya spesimen dari jenis pemeriksaan yang dilakukan.
6. Meja kerja atau tempat spesimen diterima dibersihkan dengan
desinfektan (alkohol 70%) setiap hari.
7. Cuci tangan dengan sabun dan beri desinfektan setiap selesai
bekerja dengan spesimen.
8. Spesimen yang harus disimpan, dapat disimpan dalam refrigrator
atau freezer dalam wadah tertutup dan diberi label yang jalas.
9. Spesimen yang selesai diperiksa dan tidak diperlukan lagi dibuang
ke saluran limbah rumah sakit (lihat penanggan limbah
laboratorium).

Spesimen untuk pemeriksaan hematologi, langsung diperiksa pada


alat hematologi, sementara untuk pemeriksaan kimia klinik dan
imunoserologi yang memerlukan serum atau pemeriksaan hemostasis
yang memerlukan plasma dilakukan sentrifus terlebih dahulu dengan
kecepatan dan lama sentrifus yang sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan.

Apabila telah diperoleh serum/plasma, segera lakukan pemeriksaan


pada serum/plasma tersebut. Jika perlu pisahkan dan masukkan
sampel ke dalam cup-cup sampel dalam jumlah yang cukup
menggunakan pipet trasper, jangan terjadi gelembung, tempelkan
stiker/label yang berisi nama, nomor rekam medis pasien pada
masing-masing cup sampel kemudian baru lakukan pemeriksaan pada
alat sesuai dengan prosedur pemeriksaan masing-masing alat. Hasil
pemeriksaan kemudian dipastikan hasil benar atau tidak bermasalah
dan kalau tidak bermasalah hasil dapat dimasukkan kekomputer dan
dilakuan verifikasi lalu diprint dan beri paraf di kanan atas sebagai
tanda verifikasi sudah dilakukan kemudian tanda tangan dokter
penanggung jawab atau tanda tangan atas nama bila dokter tidak ada.
Sisa spesimen disimpan sesuai dengan kriteria penyimpanan untuk
masing-masing spesimen (darah EDTA 24 jam pada kulkas suhu 2-6 0C,
serum 3 bulan dalam freezer). Sisa sampel dapat dibuang apabila
waktu simpan yang diizinkan telah terlewati, pembuangan dapat
dilakukan ke wastafel/saluran limbah rumah sakit/tempat sampah
infeksius.

Sebelum melakukan pemeriksaan, pastikan hal-hal berikut telah


dilakukan dengan baik yaitu:

1. Alatalat pemeriksaan dalam kondisi baik


2. Reagensia dalam kondisi baik, jumlah cukup, belum kadaluarsa
3. Lakukan kontrol kualitas setiap pagi sebelum memulai
pemeriksaan
4. Lakukan pemeriksaan sesuai Standar Prosedur Operasional
5. Lakukan verifikasi terhadap semua hasil pemeriksaan dan
waspada terhadap hasil laboratorium yang ekstrim

4.3Jenis Parameter Pemeriksaan Laboratorium


Jenis dan parameter pemeriksaan yang terdapat di laboratorium Klinik
Rumah Sakit Ibu dan Anak Bina Sehat Mandiri adalah:
1. Pemeriksaan Hematologi dan Hemostasis
2. Pemeriksaan Kimia Klinik
3. Pemeriksaan Urin dan Feses
4. Pemeriksaan Imunoserologi
5. Pemeriksaan Analisa Gas Darah dan Elektrolit
6. Pemeriksaan Mikrobiologi Sederhana (BTA, Pewarnaan gram, analisa
cairan tubuh)

Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan di laboratorium Rumah


Sakit Ibu dan Anak Bina Sehat Mandiri dapat dilihat pada tabel 4.1 dan
daftar nilai rujukan 4.2 berikut :

Tabel 4.3.1 daftar pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan di


laboratorium Rumah Sakit Ibu dan Anak Bina Sehat Mandiri
Jenis Pemeriksaan Jadwal Janji Penyerahan Hasil
Pemeriksaan
Darah perifer Setiap Hari 30 menit setelah sampel
lengkap (tanpa diterima (tanpa crosscheck
LED) manual, tanpa LED dan
pemeriksaan lain). Dapat
diminta CITO (hasil keluar
dalam waktu < 15 menit)
LED Setiap Hari 90 menit setelah sampel
diterima
Retikulosit Setiap Hari 2 jam setelah sampel
diterima
IT Ratio Setiap Hari 2 jam setelah sampel
diterima
Golongan darah Setiap Hari 90 menit setelah sampel
ABO Rhesus diterima. Dapat diminta CITO
Mikrofilaria darah Setiap Hari 2 jam setelah sampel
tepi diterima
Marfologi darah Setiap Hari 2 jam setelah sampel
tepi diterima (kecuali dokter
patologi klinik tidak berada
ditempat)
Malaria Setiap Hari 2 jam setelah sampel
mikroskopis diterima
Malaria antigen Setiap Hari 90 menit setelah sampel
diterima
Urin rutin Setiap Hari 45 menit setelah sampel
diterima
Tes kehamilan Setiap Hari 45 menit setelah sampel
diterima. Dapat diminta CITO
Tes skrining Setiap Hari 45 menit setelah sampel
narkoba diterima. Dapat diminta CITO
Elektrolit urin Setiap Hari 1 jam setelah sampel
diterima
Feses rutin Setiap Hari 45 menit setelah sampel
diterima
Darah samar Setiap Hari 45 menit setelah sampel
diterima
Hitung eosinofil Setiap Hari 30 menit setelah sampel
diterima
PT Setiap Hari 90 menit setelah sampel
diterima
APTT Setiap Hari 90 menit setelah sampel
diterima
INR Setiap Hari 90 menit setelah sampel
diterima
CT Setiap Hari 30 menit setelah sampel
diterima
BT Setiap Hari 45 menit setelah sampel
diterima
Glukosa darah Setiap Hari 90 menit setelah sampel
sewaktu diterima. Dapat diminta CITO
Glukosa darah Setiap Hari 90 menit setelah sampel
puasa diterima. Dapat diminta CITO
Glukosa darah 2 Setiap Hari 90 menit setelah sampel 2
jam PP jam PP diterima
SGOT Setiap Hari 90 menit setelah sampel
diterima. Dapat diminta CITO
SGPT Setiap Hari 90 menit setelah sampel
diterima. Dapat diminta CITO
Albumin Setiap Hari 90 menit setelah sampel
diterima diterima
Total protein Setiap Hari 90 menit setelah sampel
diterima
Globulin Setiap Hari 90 menit setelah sampel
diterima
Analisa gas darah Setiap Hari 45 menit setelah sampel
diterima. Dapat diminta CITO
Elektrolit darah Setiap Hari 1 jam setelah sampel
diterima. Dapat diminta CITO
Ureum Setiap Hari 90 menit setelah sampel
diterima. Dapat diminta CITO
Kreatinin Setiap Hari 90 menit setelah sampel
diterima. Dapat diminta CITO
Asam urat Setiap Hari 90 menit setelah sampel
diterima
Bilirubin total Setiap Hari 90 menit setelah sampel
diterima
Bilirubin direck Setiap Hari 90 menit setelah sampel
diterima
Bilirubin indirek Setiap Hari 90 menit setelah sampel
diterima
Kolestrol Setiap Hari 90 menit setelah sampel
diterima
LDL kolestrol Setiap Hari 90 menit setelah sampel
diterima
HDL kolesterol Setiap Hari 90 menit setelah sampel
diterima
Trigliserida Setiap Hari 90 menit setelah sampel
diterima
HbsAg rapid Setiap Hari 90 jam setelah sampel
diterima. Dapat diminta CITO
HIV rapid Setiap Hari 90 jam setelah sampel
penyaring diterima. Dapat diminta CITO
Anti HCV rapid Setiap Hari 90 menit setelah sampel
diterima. Dapat diminta CITO
CRP Setiap Hari 90 menit setelah sampel
diterima
ASTO Setiap Hari 90 menit setelah sampel
diterima
RF Setiap Hari 90 menit setelah sampel
diterima
CK Setiap Hari 90 menit setelah sampel
diterima
CKMB Setiap Hari 90 menit setelah sampel
diterima
Troponin I rapid Setiap Hari 90 menit setelah sampel
diterima. Dapat diminta CITO
Widal Setiap Hari 90 menit setelah sampel
diterima
Salmonella IgM Setiap Hari 90 menit setelah sampel
diterima
Anti dengue Setiap Hari 90 menit setelah sampel
IgG/IgM diterima
Dengu NS1 Setiap Hari 90 menit setelah sampel
diterima
Pewarnaan gram Setiap Hari 2 jam setelah sampel
diterima
Pewarnaan BTA Setiap Hari 2 jam setelah sampel
diterima
Pewarnaan jamur Setiap Hari 2 jam setelah sampel
diterima
Jamur KOH Setiap Hari 2 jam setelah sampel
diterima
Analisa sekret Setiap Hari 3 jam setelah sampel
vagina diterima
Analisa sekret Setiap Hari 3 jam setelah sampel
uretra diterima
Analisa cairan Setiap Hari 3 jam setelah sampel
pleura diterima
Analisa cairan otak Setiap Hari 3 jam setelah sampel
diterima
Analisa cairan Setiap Hari 3 jam setelah sampel
asites diterima

Semua pemeriksaan tersebut diatas harus dilaksanakan sesuai standar


prosedur operasional dan diserahkan sesuai janji hasil terutama terhadap
pasien rawat jalan (poliklinik). Apabila ada 2 pemeriksaan yang diminta
maka janji hasil mengikuti jam janji hasil yang paling lama. Untuk hasil
yang CITO harus langsung dikeluarkan bagitu hasil keluar dari alat dan
verifikasi selesai dilakukan. Jika ada permasalahan dengan hasil sehingga
ada kemungkinan hasil tidak dapat dikeluarkan sesuai janji hasil maka
analis wajin menginformasikan adanya keterlambatan hasil kepada
dokter yang meminta pemeriksaan disertai penjelasan alasan
keterlambatan hasil.
Tabel 4.3.2 Parameter pemeriksaan dan nilai nomal (terlampir)

Pelayanan darah
Pelayanan darah di laboratorium di Rumah Sakit Ibu dan Anak Bina Sehat
Mandiri hanya bersifat sementara yaitu penitipan darah setelah dari PMI
sebelumkan digunakan/ditranfusikan ke pasien. Penyimpanan di kulkas
blood refrigrator dengan suhu yang terpantau. Menyimpan darah dan
memusnahkan darah serta mamantau suhu simpan darah lengkp WB dan
PRC, sementara untuk FFP dan TC tidak bisa disimpan di laboratorium
Rumah Sakit Ibu dan Anak Bina Sehat Mandiri karena belum ada fasilitas
dan peralatan untuk hal tersebut.

4.4pengelolaan limbah
limbah laboratorium adalah bahan bekas pakai dalan pekerjaan
dilaboratorium yang dapat berupa limbah cair, padat atau gas.
Laboratorium kesehatan dapat menjadi salah satu sumber penghasilan
limbah cair, padat dan gas yang berbahaya bila tidak ditangani secara
benar. Krena itu pengelolaan limbah harus dilakukan dengan semestinya
agar tidak manimbulkan bahaya bagi petugas laboratorium pasien lain
ataupun masyarakat disekitar lingkungan laboratorium Rumah Sakit.

Sumber limbah laboratorium dapat berasal dari :


a. bahan baku yang sudah kadaluarsa
b. bahan habis pakai
c. produk proses di laboratorium (sisa spesimen)
d. peralatan sekali pakai seperti jarum, spuit, dll

limbah laboratorium klinik dapat dibedakan sifat limbah dan bentuk


limbah. Berdasarkan sifat limbah :

a. limbah infeksius
b. limbah umum
c. limbah bahan berbahaya dan beracun (B3)

Berdasarkan bentuk nya limbah laboratorium dapat dibagi atas :

a. limbah cair
pelarut organik bahan kimia untuk pengujian, air bekas cucian alat,
sisa spesimen
b. limbah padat
peralatan habis pakai seperti alat suntik, sarung tangan, kapas,
botol spesimen, kemasan reagen, dll

Penanganan dan penampungan limbah

- Pemisahan limbah
Untuk memudahkan mengenal berbagai jenis limbah yang akan
dibuang adalah dengan cara menggunakan kantong bercode (kode
warna). Kode warna yang digunakan untuk kantong limbah klinis
adalah sebagai berikut:
a. Hitam
Untuk sampah/limbah rumah tangga biasa. TIDAK digunakan
untuk menyimpan atau mengangkat limbah klinis
b. Kuning
Untuk semua jenis limbah yang akan dibakar. Untuk limbah
infeksius dimasukkan ke kantong berwarna kuning dengan
symbol biohazard yang telah dikenal secara internasional
berwarna hitam

- Pengolahan limbah infeksius


Semua limbah infeksius harus diolah dengan cara desinfektan,
dekontaminasi, sterilisasi dan insinerasi. Desinfeksi adalah tindakan
yang bertujuan untuk membunuh mikroorganisme penyebab infeksi
menggunakandesinfektan. Sterilisasi adalah inaktivasi total semua
bentuk kehidupan mikroorganisme untuk berkembang baik.
Insenerasi adalah metode yang berguna untuk membuang limbah
laboratorium (cair/padat) sebelum atau sesudah diotoklaf. Cara
dengan membakar limbah tersebut dalam insenerator.

Cara pengolahan limbah berdasarkan bentuk


- Limbah cair
a. Semua saluran pembuangan yang ada di laboratorium terhubung
ke IPAL (intalasi pembuangan air limbah) Rumah Sakit, baik
wastafel atau kamar mandi
b. Tidak dubenarkan menggunakan wadah dari gelas karena dapat
pecah
c. Jika limbah menggandung pelarut organik, wadah harus terbuat
dari bahan baja anti karat.
d. Limbah cair dapat dibuang ke saluran pembuangan jika menenuhi
syarat sebagai berikut : mudah larut dan tersebar dalam air

- Limbah padat
a. Limbah padat harus dikumpulkan dalam kotak yang tutupnya
dapat dibuka dengan kaki dan sebelah dalamnya dilapisi kantong
keras atau plastik
b. Kantong harus diikat dengan selotip sebelum diangkat dari dalam
kotaknya
c. Lakukan insenerasi jika limbah padat dapat dibakar, antara lain
kertas

Tabel jenis warna dan label limbah medis padat sesuai


kategorinya

No Ketegori Warna Lambang Keterangan


container/kant
ong
1 Radio aktif Merah Kantong boks
timbal dengan
simbol
radioaktif

2 Sangat infeksius Kuning Kantong


plastik kuat,
anti bocor,
atau kontainer
yang dapat
disterilkan
dengan otoklaf
3 Limbah infeksius Kuning Kantong
patologi plastik kuat
dan anti bocor,
atau kontainer

4 sitotoksik Unggu Kontainer


plastik kuat
dan anti bocor

5 Limbah kimia Coklat Kantong


plastik atau
kontainer

4.5Laporan hasil dan arsip


Laporan hasil laboratorium dicetak menggunakan system HIS (hospital
information system). Lembaran hasil laboratorium membuat data tentang
(contoh terlampir)
- No lab
- Tanggal dan jam transaksi pemeriksaan
- Ruangan
- Identitas pasien (nama, MR, tanggal lahir)
- Nilai atau hasil tes
- Nilai rujukan/nilai normal masing-masing
- Satuan hasil
- Expertise (catatan laboratorium) jika diperlukan

Semua hasil pemeriksan pasien disipan dalam bentuk softcopy di dalam


komputer yang secara reguler akan di back-up dan disimpan dalam CD jika
data dalam computer sedah melewati daya simpan memori computer.

Laboratorium melakukan pencatatan dan pelaksanaan kegiatan laboratorium


dan menyimpan arsip mengenai :

1. Surat permintaan pemeriksaan


2. Hasil pemeriksaan
3. Hasil pemantapan mutu
4. Hasil rujukan

Semua hasil pemeriksaan sebagai data yang tersimpan dalam hardisk


komputer berlaku sebagai arsip. Berkas lembaran permintaan pemeriksaan
dikumpulkan perhari dan digabungkan menjadi bundelan lembaran
permintaan perbulan. Catatkan tanggal dan bulan pada masing-masing
bundelan untuk kemudahan diarsipkan dengan cara disusun serta disimpan
didalam lemari arsip sesuai dengan urutan bulan dan tahun pencatatan.
Lama penyimpanan adalah 3 bulan dilaboratorium untuk kemudian baru
dipindahkan ke gudang dan disimpan selama 1 tahun. Arsip dapat
dimusnahkan dengan berita acara yang jelas.

Hasil pemeriksaan rujukan disusun dan dibundel perbulan untuk


kemudahan disimpan dilemari arsip selama 1 tahun untuk kemudahan
dapat dimusnahkan. Demikian juga hasil pemantapan mutu internal dan
external disimpan sesuai urutan bulan dan tahun pelaksanaan dan berlau
sebagai arsip selama 1 tahun.

4.6Pemeliharaan dan kalibrasi peralatan


Peralatan kesehatan merupakan salah satu faktor penunjang yang
penting dalam penyelenggaraaan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat, baik dirumah sakit maupun di sarana pelayanan kesehatan
lainnya. Peralatan kesehatan harus memiliki performance yang ketat antara
lain ketelitian (accuracy), kepekaan (sensitivity), reproduksibilitas dan aspek
keselamatan (safety aspec) sehingga dalam penggunaannya akan selalu
siap pakai dan memenuhi standar teknis pemakaian peralatan kedokteran.
Seiring dengan perkembangan teknologi khususnya peralatan kesehatan
dan semakin beraneka ragam jenis peralatan kesehatan, guna
meningkatkan keamanan dan keakurasian peralatan kesehatan tersebut
maka dipandang perlu untuk mengadakan pengujian dan kalibrasi peralatan
kesehatan. Undang-undang Rumah Sakit Tahun 2009 telah mewajibkan
bahwa setiap peralatan medik di rumah sakit harus dilakukan pengujian dan
kalibrasi.
Kalibrasi merupakan proses verifikasi suatu akurasi alat ukur sesuai
dengan rancanganya. Kalibrasi pada umumnya merupakan proses untuk
menyesuaikan keluaran atau indikasi dari suatu perangkat pengukuran agar
sesuai dengan besaran dari standar yang di gunakan dalam akurasi
tertentu.
Peralatan yang digunakan dilaboratorium wajib dilakukan pemeliharaan
(maintenance) secara berkala dan terus menerus, baik pemeliharaan
harian, mingguan, bulanan dan tahunan sesuai spesifikasi yang diberikan
oleh produsen alat. Setiap maintenance yang dilakukan harus dicatat dalam
buku maintenance masing-masing alat. Pemeliharaan dan kalibrasi
dikerjakan sesuai program pemeliharaan dan kalibrasi peralatan. Formulir
maintenance dan kalibrasi alat secara rutin setiap hari dilihat dan dievaluasi
dan pelaksanaan maintenance dan kalibrasi peralatan oleh analis
pelaksana, bagi yang tidak mengerjakan akan mendapatkan sanksi baik
lisan maupun tulisan. Kalibrasi peralatan umum dilakukan 1 kali/tahun oleh
BPFK sedangkan peralatan utama/analyzer dilakukan kalibrasi oleh
produsen alat. Untuk kelompok alat utama/analyzer, kalibrasi dilakukan
apabila:
1. Alat baru akan digunakan
2. Alat selesai diperbaiki
3. Hasil kontrol kualitas tidak masuk

Bukti kalibrasi berupa sertifikat disimpan dilaboratorium dan dievaluasi


hasilnya oleh kepala laboratorium bersama-sama dengan penganggung
jawab laboratorium

Regenerasi peralatan laboratorium

Salah satu faktor penting yang dikendalikan dalam pengendalian mutu


laboratorium adalah alat atau instrumen analitik yang sering ditunjukan
sebagai penyebab jika terjadi kesalahan pemeriksaan. Hal ini terjadi kerena
mutu pemeriksaan sangat tergantung pada mutu hasil instrumen yang
digunakan.

Beberapa kebijakan dan komitmen laboratorium Rumah Sakit Ibu dan Anak
Bina Sehat Mandiri dalam mengelola alat/instrumen analitik yang digunakan
diantaranya:

1. Regenerasi peralatan secara berkala


Untuk analyzer yang dilakukan berdasarkan kerja sama operasional
(KSO) ditetapkan bahwa alat yang dipakai dikondisikan berumur < 5
tahun. Beberapa alasan penggantian alat :
a. Alat/instrumen analitik memasuki masa kadaluarsa
Alat/instrumen analitik terdiri dari komponen mekanik, optikal atau
elektronik, yang kinerjanya cendrung berubah jika komponen
tersebut manual atau aus. Perubahan ini terjadi secara lambat laun
dalam pengoperasian hari ke hari atau bahkan minggu ke minggu,
dan karena kebanyakan pengukuran dilakukan dengan
membandingkan respon sampel dengan respon suatu
standar/bakuan, bukti perubahan ini tidak terlalu kentara, dan
cenderung diabaikan. Jika perubahan yang tidak kentara ini tidak
dipantau, masalah akan terjadi pada akhirnya.
Secara umum, penyusunan suatu alat/instrumen analitik secara
keuangan diperkirakan 5 tahun. Usia penyusunan ini dapat berbeda
dengan usia pakai sebenarnya.
b. Alat rusak atau bermasalah
Meski masih dalam usia pakai yang normal, jika dalam
pengoperasian sehari-hari sering ditemukan masalah, seperti rusak
atau hasil quality control tidak sesuai persyaratan, maka
alat/instrumen analitik tersebut harus diganti.
c. Perkembangan teknologi mendorong ditemukannya alat baru
dengan kinerja labih baik
Selama beberapa dekade terakhir, peralatan laboratorium
berkembang dan berubah dengan sangat pesat. Perubahan dari segi
elektronik yang menyebabkan perubahan pada alat menjadi lebih
kecil dan mudah dioperasikan, atau bahkan perubahan pada
metode, yang memunculkan alat dengan kinerja lebih baik, dari segi
presisi, akurasi dan kecepatannya.
d. Jumlah permintaan pemeriksaan yang meningkat
Berbagai jenis alat dengan metode dan kapasitas yang berbeda
tersedia dipasaran. Saat jumlah permintaan bertambah,
laboratorium juga dituntut untuk mengganti alat dengan kapasitas
yang lebih besar, sehingga hasil pemeriksaan yang dikeluarkan bisa
memenuhi waktu tunggu hasil yang optimal bagi pasien dan dokter.

2. Perawatan alat secara berkala


Perawatab alat/instrumen analitik dilakukan secara rutin, dan sudah
menjadi prosedur tetap, diantaranya dengan berbagai langkah berikut :
a. Pengecekan kinerja alat harian, yang dilakukan setiap hari sebelum
alat digunakan
b. Kalibrasi untuk memastikan alat mengukur secara akuran nilai
sebelumnya dari suatu sampel
c. Perawatan pencegahan (preventive maintenance), yang dilakukan
minimal 1-2 kali dalam setahun untuk menghindari down time,
dimana alat tidak beroperasi karena dalam tahap perbaikan.

3. Perbaikan alat yang rusak


Kerusakan pada alat yang tidak didasari dan tetap dipakai akan
mengakibatkan ketidakakuratan hasil. Operator alat/instrumen yang
berpengalaman, diharapkan dapat mengamati dan mengidentifikasi hal
ini. Secara logis urutan pemecahkan masalah adalah mendaftar berbagai
kemungkinan penyebab, dan memastikan satu per satu kemungkinan
tersebut. Semua servis dan terbaik terhadap alat-alat yang digunakan
harus didokumentasikan.

BAB V

LOGISTIK

Pengelolaan perbekalan/logistik laboratorium merupakan suatu siklus kegiatan


dimulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian, pengendalian, penghapsan, administrasi dan pelaporan serta
evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan. Tujuan adalah untuk
mengelola perbekalan laboratorium yang efektif dan efisien dan secara tidal
langsung melaksanakan pengendalian mutu pelayanan laboratorium klinik.

5.1Pemeliharaan
Merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalah kesehatan yang
terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan pemeriksaan laboratorium,
jumlah dan jenis, menentukan kriteria pemilihan dengan memprioritaskan
pemeriksaan yang sering diminta dokter, standarisasi sampai menjaga dan
memperbaharuin jenis dan metode pemeriksaan.

5.2Perencanaan
Merupakan peroses kegiatan dalam pemeliharaan jenis, jumlah, dan harga
perbekalan laboratorium yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran,
untuk menghindari kekosongan reagen dengan menggunakan metode yang
dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah
ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode konsumsi
dan epidemiologi disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.
Pedoman perencanaan :
a. Data catatan medik
b. Anggaran yang tersedia
c. Penetapan proiritas
d. Siklus penyakit
e. Sisa persediaan
f. Data pemakaian periode yang lalu
g. Rencana pengembangan

5.3Pengadaan
Merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah
direncanakan dan disetujui, melalui bagian logistik rumah sakit berdasarkan
permintaan laboratorium. Penanggung jawab masing-masing sub bagian
setiap awal bulan menyusun daftar kebutuhan reagen untuk satu bulan yang
disesuaikan dengan sisa stok reagen yang masih dan kemudian direkap oleh
supervisor menjadi daftar kebutuhan semua reagen dan alat tulis kantor
laboratorium. Semua kebutuhan dituliskan pada lembar permintaan reagen
atau barang dan disampaikan ke bagian kebutuhan logistik untuk diadakan.
Pihak logistik menyiapkan semua kebutuhan laboratorium apabila
reagen/barang sudah ada pada stok atau kemudian melakukan permintaan
reagen/barang kepada distributor apabila reagen/barang tidak ada pada stok
di gudang.

5.4Penerimaan
Merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan laboratorium yang telah
diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian untuk reagen, melalui
pembelian langsung oleh bagian logistik. Pedoman dalam penerimaan
reagen/barang laboratorium.
a. Reagen/barang sesuai dengan jenis/merek dan jumlah yang diminta
b. Reagen/barang dalam kondisi baik
c. Expire date minimal 1 tahun
5.5Penyimpanan reagen
Merupakan kegiatan pengetahuan perbekalan laboratorium menurut
persyaratan yang ditetapkan:
a. Dibedakan menurut bentuk sediaan dan jenisnya
b. Dibedakan menurut suhunya, kesetabilannya
c. Mudah tidak nya meledak/terbakar
d. Tahan/tidaknya terhadap cahaya

Disertai dengan sistem informasi yang selalu menjamin perbekalan


laboratorium sesuai kebutuhan

5.6Pendistribusian
Merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan laboratorium ke masing-
masing sub bagian pemeriksaan. Jumlah dan jenis reagen dalam
pendistribusiannya sesuai dengan kebutuhan ditiap bagian. Logistik
laboratorium dapat dibedakan menjadi :
a. Logistik umum
Terdiri dari alat dan bahan non medis seperti tissue, alat tulis kantor,
kertas printer dan lain-lain. Diminta sesuai kebutuhan berdasarkan
laporan stok opname kebagian logistik umum
b. Logistik medis
Terdiri dari reagen, alat-alat kesehatan seperti tabung vakum, pot urin,
dan lain-lain yang diminta ke bagian logistik medis berdasarkan
kebutuhan bulanan sesuai laporan stok opname yang dilakukan 1 kali
seminggu.
1. Reagen
Reagen adalah zat kimia yang digunakan dalam suatu reaksi untuk
mendeteksi, mengukur, memeriksa dan menghasilkan zat lain.
Klasifikasi zat kimia berdasarkan tingkat kemurniannya reagen/zat
kimia dibagi menjadi :
- Reagen tingkat analis
- Zat kimia tingkat lain tersedia dalam tingkat dan penggunaan
yang berbeda

Menurut cara pembuatannya dibagi menjadi

a. Reagen buatan sendiri


b. Reagen jadi (komersial)
Reagen jadi adalahreagen yang dibuat oleh pabrik/prodisen

2. Standar
Standar adalah zat-zat yang konsentrasi atau kemurnia diketahui dan
diperoleh dengan cara penimbangan. Ada 2 macam standar yaitu:
1. Standar primer
2. Standar sekunder

3. Bahan kontrol
Bahan kontrol adalah bahan yang digunakan untuk memantau
ketepatan suatu pemeriksaan di laboratorium atau untuk mengawasi
kualitas hasil pemeriksaan sehari-hari. Bahan kontrol dapat dibedakan
berdasarkan:
a. Sumber bahan kontrol
Ditinjau dari sumbernya bahan kontrol dapat berasal dari manusia,
binatang atau merupakan bahan kimia murni
b. Bentuk bahan kontrol
Menurut bentuknya bahan kontrol ada bermacam-macam yaitu
bentuk cair, bentuk padat, bubuk (liofilisat) dan bentuk strip. Bahan
kontrol berbentuk padat, bubuk atau bentuk strip harus dilarutkan
terlebih dahulu sebelum digunakan.
c. Cara pembuatan
Bahan kontrol dapat dibuat sendiri atau dapat dibeli dalam bentuk
sudah jadi. Ada beberapa macam bahan kontrol yang dibuat sendiri
yaitu:
- Bahan kontrol yang dibuat dari serum disebut juga serum
kumpulan (pooled sera). Pooled sera merupakan campuran dari
bahan sisa serum pasien yang sehari-hari dikirim ke
laboratorium. Keuntungan dari serum kumpulan ini adalah
mudah didapat.
- Bahan kontrol komersial

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian
Laboratorium klinik adalah tindakan awal dalam upaya meminimalkan
kesalahan medis dan meningkatkan keselamatan pasien. Pemeriksaan
laboratorium digunaan secara ekstentif dalam pemeriksaan pasien,
sehingga kesalahan laboratorium memiliki dampak yang luar biasa
terhadap keselamatan pasien. WHO sebagai kesehatan internasional,
memiliki insiatif untuk menciptakan suatu upaya di banyak bidang,
termasuk pemberian hasil laboratorium, dan bantuan dalam penafsiran
data laboratorium. Tindakan dan aturan yang harus diterapkan di
laboratorium dam menangani pasien atau pengunjung yang melakukan
pemeriksaan di laboratorium.

B. Tujuan
Agar pasien/kekeluaga/pengunjung yang datang ke laboratorium
terhindari dari hal-hal yang membahayakan seperti resiko tertular
penyakit infeksi, resiko jatuh atau resiko mengalami komplikasi saat
pengambilan sampel dilakukan.

Tata laksana keselamatan pasien

Kebersihan di dalam laboratorium sangat diperhatikan. Petugas harus


menggunkan jas laboratorium dan handschoen, sebelum memakai
handshoen tanggan harus dalam keadaan bersih minimal petugas harus cuci
tangan sebelum dan sesudah melakukan pemeriksaan sampel, reagen tidak
boleh berceceran, harus sesuai label dan tempat nya. Setelah hasil nya
keluar, kita lakukan pengecekan ulang, cocok atau tidak antara data dan
jenis pemeriksaan pasien. Beru setelah itu selesai kita serahkan ke bagian
pengolahan hasil untuk diberikan kepada pasien. Sampah-sampah seperti
tempat sampel atau tempat reagen yang sudah habis dibuang ke tempat
sampah yang sudah disediakan, nanti ada petugas yang mengambil,
biasanya dikumpulkan ditempat pembuangan yang telah ditetapkan lalu
dimusnahkan sesuai dengan jenis sampahnya, harus sesuai antara sampah
pasien dengan jenis pemeriksaan, dan seminimal mungkin tidak melakukan
kesalahan dan selalu jaga kebersihan selama di laboratorium.

- Menjaga kebersihan tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan untuk


mencegah infeksi nosokomial
Kebersihan didalam laboratorium harus diperhatikan. Petugas harus
menggunakan jas laboratorium dan handschoen, sebelum memakai
handscoen tangan harus dalam keadaan bersih minimal petugas harus
cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan pemeriksaan sampel
dengan sabun atau handsrub sesuai standar prosedur yang berlaku,
reagen tidak boleh berceceran, harus sesuai label dan tempatnya.
Sampah-sampah seperti tempat sampel atau tempat reagen yang sudah
habis dibuang ke tempat sampah yang sudah disediakan sesuai sampah
medis dan non medis, selanjutnya sampah akan diambil oleh petugas
kebersihan dikumpulkan dan dibawa ke tempat pembuangan/insenerator.
- Identifikasi data dan jenis pemeriksaan pasien
Setelah sampel sampai di laboratorium, petugas melakukan pengecekan
ulang data, jenis pemeriksaan dan sampel pasien pada saat serah terima
antar petugas. Harus sesuai antara sampel pasien dengan jenis
pemeriksaan, dan seminimal mungkin tidak melakukan kesalahan.
Setelah semua cocok, baru dilakukan pemeriksaan sesuai yang diminta.
Setelah hasilnya keluar, lakukan pengecekan ulang, cocok atau tidak
antara data dan jenis pemeriksaan pasien. Baru setelah itu hasil dapat
diserahkan ke bagian pegolahan administrasi untuk diserahkan kepada
pasien.
- Pemeriksaan harus dilakukan sesuai prosedur pemeriksaan dan
penggunaan mana reagen yang terdengar mirip dan bentuk mirip. Cara
pemeriksaan pasien dilakukan sesuai prosedur pemeriksaan, jika ada
penggunaan reagen yang mirip harus di pastikan dengan teliti sehingga
mengurangi kesalahan, terutama pada reagen yang warna dan namanya
mirip. Reagen sudah ada tempatnya masing-masing sesuai labelnya,
supaya petugas mudah mengambilnya dan tidak tertukar.
- Penggunaan jarum suntik dan benda tajam sesuai standar prosedur
operasional yang berlaku. Selain keselamatan pasien pada saat
melakukan pemeriksaan laboratorium, perlu juga diperhatikan
keselamatan pasien pada saat berada di lingkungan rumah sakit dan di
lingkungan laboratorium. Dalam hal ini termasuk tindakan yang harus
dilakukan untuk menghindari pasien dari resiko jatuh. Skrining awal risiko
jatuh dilakukan pada semua pasien. Semua pasien berisiko jatuh menjadi
tanggung jawab semua personal rumah sakit selama pasien tersebut
berada di lingkungan rumah sakit.
- Pasien rawat jalan memiliki risiko tinggi untuk jatuh jika memiliki salah
satu dari beberapa faktor risiko jatuh dibawah ini:

a. Usia > 65 tahun


b. Memakai alat bantu mobilisasi
c. Riwayat jatuh 3 bulan terakhir

Pada pasien rawat jalan dengan risiko jatuh yang tinggi seperti ini harus
dilakukan tindakan sebagai berikut :

a. Pasang gelang kuning


b. Dekatkan ke nurse station
c. Bantu saat mobilisasi
d. Edukasi pasien dan keluarga
e. Informasikan ke petugas unit berikutnya
Untuk pasien anak, penilaian resiko jatuh dilakukan menggunakan skala
humpty dumpty. Untuk pasien dewasa, penilaian resiko jatuh rawat inap
dilakukan menggunakan skala morse.
Pasien neonates < 28 hari yang dirawat di peristi level I,II,III : tidak perlu
dilakukan pengkajian risiko jatuh, pencegahan risiko jatuh standar tetap
dilakukan.

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

7.1. Definisi
Keselamatan kerja adalah upaya untuk mencegah dan mengurangi
kecelakaan, kebakaran, bahaya peledakan, penyakit akibat kerja,
pencemaran lingkungan yang pada umumnya menimbulkan kerugian
nyawa, waktu, dan harta benda bagi pekerja dan masyarakat yang
berbeda di lingkungannya (UU no 1 tahun 1970, tentang keselamatan
kerja)
Mengingat besarnya risiko kecelakaan dan gangguan kesehatan
yang dapat terjadi akibat kegiatan laboratorium maka seluruh petugas di
laboratorium harus mengenal berbagai bahaya dan risiko kesehatan di
laboratorium sehingga petugas dapat melakukan tindakan pencegahan
dan dapat menangani secara benar jika terjadi kecelakaan kerja di
laboratorium.

7.2. Tujuan
1. Acuan dalam melaksanakan tugas dilaboratorim
2. Meningkatkan pengetahuan petugas terhadap risiko terjadinya
kecelakaan dan gangguan kesehatan akibat kegiatan
laboratorium
3. Menjamin mutu pekerjaan laboratorium

7.3. Ruang lingkup


Ruang lingkup kesehatan dan keselamatan kerja meliputi upaya
peningkatan kesehatan dan pencegahan kecelakaan atau gangguan
kesehatan petugas laboratorium termasuk pengunjung atau pasien dan
lingkungannya disemua jenis dan jenjang pelayanan laboratorium.

7.4. Kegiatan
Pengenalan dari berbagai bahaya dan resiko kesehatan kesehatan
ditempat dan lingkungan kerja biasanya sebagai berikut :
a. Mengenal zat kimia berbahaya di laboratorium dan cara
pencegahannya. Daftar zat kimia yang ada di laboratorium Rumah
Sakit .......... .......... dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 7.4.1. Daftar zat kimia berbahaya di laboratorium

Nama zat kimia Cara pencegahan dan Bahaya (kode)


penangganan bila
terpapar
Asam asetat Ada dibuku MSDS Ada dibuku MSDS
Alkohol absolut Ada dibuku MSDS Ada dibuku MSDS
Bayclin (klorin) Ada dibuku MSDS Ada dibuku MSDS
Methanol Ada dibuku MSDS Ada dibuku MSDS
Stromatolyser 4DL Ada dibuku MSDS Ada dibuku MSDS
Stromatolyser 4 DS Ada dibuku MSDS Ada dibuku MSDS
Stromatolyser FB Ada dibuku MSDS Ada dibuku MSDS
Sulfolyser Ada dibuku MSDS Ada dibuku MSDS
Cellpack Ada dibuku MSDS Ada dibuku MSDS
e-Check Ada dibuku MSDS Ada dibuku MSDS
Reagen benedict Ada dibuku MSDS Ada dibuku MSDS
Kontrol plasma N Ada dibuku MSDS Ada dibuku MSDS
Reagen biolyte 2000 Ada dibuku MSDS Ada dibuku MSDS
Pathromtin S Ada dibuku MSDS Ada dibuku MSDS
Thromborel/Dede inovin Ada dibuku MSDS Ada dibuku MSDS
Eosin Ada dibuku MSDS Ada dibuku MSDS
Gentian violet Ada dibuku MSDS Ada dibuku MSDS
Methylen blue Ada dibuku MSDS Ada dibuku MSDS
Lugol Ada dibuku MSDS Ada dibuku MSDS
Carbol fuchsin Ada dibuku MSDS Ada dibuku MSDS
KOH 10% Ada dibuku MSDS Ada dibuku MSDS
Larutan turk Ada dibuku MSDS Ada dibuku MSDS
New methylenblue Ada dibuku MSDS Ada dibuku MSDS

Untuk pencegahan B3 setiap prtugas harus memahami buku MSDS


Rumah Sakit dan buku MSDS Laboratorium
b. Mengenal gangguan kesehatan yang disebabkan oleh mikroorganismr
yang infeksius.
c. Mengenal bahaya radiasi dari peralatan laboratorium. Radiasi dari
peralatan laboratorium kesehatan adalah menggunakan radiasi non
pengion yaitu radiasi tanpa pelepasan elektron seperti dari sunar
ultraviolet.
d. Mengenal bahaya stres akibat keadaan ditempat kerja
e. Mengenal bahaya stres akibat peralatan yang tidak ergonomis

Pencegahan bahaya dilaboratorium secara umum yaitu ruangan:


1. Kebersihan ruangan laboratorium harus selalu terjaga
2. Permukaan meja kerja harus selalu dibersihkan setelah selesai
bekerja dan jika terjadi bahan yang potensial berbahaya
3. Lantai harus bersih, kering, tidak licin dan ada saluran pembuangan
4. Suhu ruangan antara 15-25OC dengan kelembaban 35-60%
5. Udara dalam ruangan harus dibuat mengalir searah (dari ruang
bersih keruang kotor)
6. Dinding hendaknya dicat dengan bahan epoksi, permukaannya harus
rata, mudah dibersihkan, tidak tembus cairan dan tahan terhadap
desinfektan.
7. Label internasional untuk BIOHAZARD/LABEL BAHAYA harus
terpasang di pintu masuk laboratorium yang menangani kelompok
mikroorganisme risiko 2,3 dan 4
8. Pintu laboratorium harus selalu tertutup jika petugas sedang bekerja,
mereka yang tidak berkepentingan dilarang masuk.

7.5. Peralatan
a. Sarung tangan harus dilepaskan jika menerima telpon
b. Penggunaan pipet dengan MULUT tidak diperbolehkan
c. Penyimpanan jas laboratorium tidak boleh dalam satu lemari
dengan pakaian lain yang dipakai diluar laboratorium
d. Diwajibkan memakai sarung tangan pelastik karet tipis selama
bekerja, dengan ketentuan pada saat pengambilan sampel, satu
sarung tangan untuk satu pasien.
e. Setelah dipakai sarung tangan harus dibuang bersama limbah
laboratorium lainnya, kemudian petugas mencuci tangan sampai
bersih
f. Sarung tangan yang akan dipakai kembali (reusable), dicuci dulu
pada saat masih dipakai, setelah dilepas dilakukan dekontaminasi
dan desinfektan
g. Penyimpanan harus sesuai prosedur kerja.

7.6. Sistem/prosedur
a. Penggunaan bahan-bahan harus sesuai dengan ukuran
b. Semua prosedur tetap yang tersedia harus dilaksanakan dan
diperhatikan untuk mencegah atau meminimalisir terbentuknya
aerosol atau tetesan
c. Semua prosedur tetap harus dilakukan untuk mencegah atau
meminimalisir bahaya atau kecelakaan akibat kerja
d. Semua limbah atau bahan yang terkontaminasi, spesimen dan
kultur harus dilakukan dekontaminasi sebelum dibuang atau akan
digunakan kembali.
e. Limbah infeksius hendaknya dimasukkan ke dalam kantong
plastik sesuai dengan kode dan warnanya untuk dikelola
f. Seluruh petugas laboratorium harus selalu mencuci tangan
setelah menangani bahan infeksius, setelah bersentuhan dengan
lingkungan pasien, setelah menyentuh pasien, sebelum
mengambil darah pasien dan sebelum meninggalkan
laboratorium. Mencuci tangan dapat dilakukan dengan memakai
sabun jika tangan terlihat kotor dan memakai handrub jika tangan
terlihat bersih.
g. Jas laboratorium hanya boleh dipakai diruangan laboratorium dan
pada saat pengambilan sampel pasien
h. Penyimpanan pakaian pelindung diri tidak boleh dalam satu
lemari dengan pakaian yang dipakai diluar ruang kerja
laboratorium.

7.7. Petugas
- Dilarang makan, minum, merokok, menyimpan makanan serta
menggunkan kosmetik didalam ruangan laboratorium
- Cincin, gelang tidak boleh digunakan selama bekerja
- Rambut panjang harus diikat selama bekerja
- Tidak diperbilehkan menggunakan pipet isap mulut
- Seluruh petugas laboratorium harus selalu mencuci tangan setelah
menangani bahan infeksius dan sebelum meninggalkan
laboratorium
- Jangan menggunakan ludah untuk merekatkan label
- Pakailah kaca mata pelindung, kaca pelindung wajah (visors) atau
alat pelindung diri lainnya jika menangani objek yang mudah
menyemprot atau memantul ke tubuh kita, atau jika diperlukan.
- Seluruh petugas manangani bahan infeksius harus memakai sarung
tangan untuk menghindari kontak langsung dengan spesimen
- Jangan memakai sepatu di laboratorium
- Petugas harus melapor semua kejadian baik berupa tumpahan,
kecelakaan kerja, ataupun terpapar dengan bahan potensial
berbahaya atau infeksius lainnya kepada kepala ruangan secara
tertulis
7.8. Pencegahan bahaya di laboratorium secara khusus
1. Kimia
a. Material safety data sheet (MSDS) dari seluruh bahan kimia
yang terdapat di laboratorium harus tersedia ditempat kerja
dan diketahui seluruh petugas laboratorium
b. Bahan kimia tidak diisap melalui pipet dengan mulut tetapi
dengan menggunakan karet isap (rubber bulb), atau alat
vakum untuk mencegah tertelannya bahan berbahaya dan
terhirupnya aerosol
c. Gunakan peralatan pelindung seperti pelindung mata dan
muka, sarung tangan karet, celemek (apron), jas laboratorium
yang tepat pada saat menangani bahan kimia terutama
pelarut organik
d. Gunakan pelindung mata yang tepat jika bekerja dengan
bahan atau alat yang dapat menimbulkan bahaya pecahan,
percikan atau radiasi gelombang perusak mata. Pelindung
mata harus dapat menutup rapad daerah sekitar mata dan
tahan terhadap percikan zat kimia
e. Hindari pemakaian lensa kontak pada waktu menangani bahan
kimia karena dapat melekat antara mata dan lensa
2. Biologi
Upaya pencegahan bahaya didasarkan klasifikasi tingkat
keamanan biologi laboratorium yang bersangkutan. Hal-hal umum
yang penting diperhatikan adalah :
a. Lakukan pekerjaan laboratorium dengan menerapkan praktek
laboratorium yang benar (good laboratory practive)
b. Penggunaan desinfektan yang sesuai dengan cara penggunaan
yang benar
c. Lakukan sterilisasi dan desinfektan terhadap sisa bahan
infeksius dan spesimen secara benar
d. Pengelolaan limbah infeksius diterapkan dengan benar
e. Gunakan kabinet keamanan biologis yang sesuai
3. Fisika
Pencegahan terhadap panas dilakukan dengan pemasangan AC,
pengaturan ventilasi
4. Psikososial/stres
a. Menjaga keseragaman jasmani petugas
b. Mengenali stres melalui buku bacaan, seminar
c. Mengadakan kegiatan yang menimbulkan rasa betah dalam
bekerja misalnya makan siang bersama, musik, mengadakan
kegiatan piknik bersama
d. Membudayakan budaya safety, berani menegur atau
meningkatkan untuk memakai atat pelindung diri
5. Ergonomi
Pemakaian komputer harus memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
a. Jangan terusmenerus bekerja di keyboard
b. Pencegahan kelelahan mata
c. Menghindari hal-hal yang menimbulkan kecelakaan seperti
- Jangan makan minum di dekat komputer dan jagalah
komputer tetap bersih
- Dilarang merokok disetiap unit kerja

Tindakan jika terjadi bahaya di laboratorium

Segera

a. Umum
1. Jika terjadi kebakaran, beritahu kepada seluruh petugas,
lakukan dengan tenang
2. Bunyikan alaram
3. Informasikan kepada tim/petugas K3RS. Kalau perlu kepada
petugas pemadam kebakaran, polisi, kelurahan, RS
4. Ikuti prosedur yang berlaku, hubungi organisasi tim
penanggulangan bencana
- Dokter UGD : Pusat komando bencana (bersama direktur,
manajer umum, ketua K3)
- Dokter bangsal : Tim medis (bersama MOD)
- Tim lain : Pemadam kebakaran ruangan, petugas keamanan,
maitenance, komunikasi
- Tim komando penaganan bencana saat kebakaran
diruangan :
Merah : Pemadam kebakaran
Kuning : Komando jalannya evakuasi pasien atau
orang
Biru : Informasi, pencatatan, penandaan
ruangan kosong
Putih : Evakuasi dokumen
Gambar petunjuk kebakaran
Cara menggunakan apar

b. Khusus
Tumpahan dan kebocoran bahan kimia
a. Cucilah mata atau kulit di pancuran air (shower) terdekat bila
terkena zat kimia
b. Ikuti semua petunjuk material safety data sheet (MSDS),
tentang proses netralisasi bahan kimia yang bocor atau
tumpahan sebaik-baiknya
c. Bila tumpahan diperkirakan dapat menimbulkan kebakaran dan
peledakan, tinggalkan segera ruangan
d. Semua petugas laboratorium wajib mengetahui bahan B3 yang
ada di laboratorium
e. Staf harus mengtahui buku B3/MSDS
f. Spill kit harus ada diletakkan ditempat yang mudah dijangkau
oleh siapa pun.

Keracunan bahan kimia melalui kontak langsung


1. Bila kena mata
- Keluarkan lensa kontak jika memakai
- Cucilah mata yang terkena dengan semprotan air selama 15 menit
- Jangan menggunakan salep mata atau bahan netralisasi
2. Bila kena kulit
- Cuci tangan hingga bersih jika bahan kimia menganai kulit, siram
air mengalir selama 15 menit
- Mandikan korban di pancuran dan pakailah apron dan sarung
tangan
- Bersihkan dengan teliti lipatan atau rongga tubuh korban. Posisi
kepala harus lebih tinggi dari tubuh untuk menghindari cipratan ke
mata korban
- Semprot air ke tubuh dan cuci mata ini bisa dilakukan dengan
posisi korban duduk dengan kepala menengadah
3. Bila terminum
Bila terminum segera berkumur-kumur, selanjutnya bawa ke UGD
4. Bila terhirup
Bila terhirup longgarkan pakaian, bawa ketempat yang segar, beri
nafas bantuan (bila perlu)
5. Bila tertumpah (lihat gambar)

Gambar penangulangan tumpahan B3


Prosedur penanganan cairan tubuh yang tumpah di lantai

1. Gunakan APD (sarung tangan, masker)


2. Serap cairan tubuh yang berada dilantai sebanyak-banyaknya dengan
kertas penyerap/koran/tissue
3. Buang kertas penyerap kedalam kantong sampah infeksius
4. Lokalisir area bekas tumpahan cairan tubuh tadi dengan cairan deterjen,
diamkan 5 menit, kemudian bersihkan
5. Beri klorin yang sudah diencerkan, diamkan selama 5 menit, kemudian
bersihkan
6. Bilas dengan lab basah yang bersih hingga larutan klorin terangkat
7. Lepaskan sarung tangan, sesuai prosedur kemudian buang ke tempat
sampah infeksius
8. Cuci tangan sampai bersih

Pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah salat satu bentuk
upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari
pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.

Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian


materi bagi pekerja dan perusahaan, tetapi juga dapat menggangu proses
produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan
berdampak pada masyrakat luas.

Penyakit akibat kerja (PAK) dan kecelakaan kerja (KK) di kalangan petugas
kesehatan dan non kesehatan, kesehatan di indonesia belum terekam dengan
baik. Jika kita pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa
negara maju (dari beberapa pengamatan) menunjukkan kecendrungan
peningkatan prevalensi. Sebagai faktor penyebab, sering terjadi karena
kurangnya kesadaran pekerjaan dan kualitas serta keterampilan pekerjaan yang
kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidak
menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia.

Dalam penjelasan undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan


telah mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan
upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja,
keluarga, masyarakat dan lingkungan disekitarnya.

Diantara sarana kesehatan, laboratorium kesehatan merupakan suatu


institusi dengan jumlah petugas kesehatan dan non kesehatan yang cukup besar.
Kegiatan laboratorium kesehatan mempunyai risiko berasal dari faktor fisik,
kimia, ergonomis dan psikosisial. Variasi, ukuran, tipe, dan kelengkapan
laboratorium menentukan kesehatan dan keselamatan kerja. Seiring dengan
kemajuan IPTEK, khususnya kemajuan teknologi laboratorium, maka risiko yang
dihindari petugas laboratorium semakin meningkat.
Petugas laboratorium merupakan orang pertama yang terpajan terhadap
bahan kimia yang merupakan bahan toksik korosif, mudah meledak dan terbakar
serta bahan biologis. Selain itu dalam pekerjaannya menggunakan alat-alat yang
mudah pecah, berionisasi dan radiasi serta alat-alat elektronik dengan voltase
yang mematikan.

Oleh karena itu penerapan budaya aman dan sehat dalam bekerja hendaknya
dilaksanakan pada semua institusi di sektor kesehatan termasuk laboratorium
kesehatan.

A. Fasilitas laboratorium
1. Laboratorium kesehatan adalah sarana kesehatan yang melaksanakan
pengukuran, penetapan dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari
manusia atau bahan yang bukan berasal dari manusia untuk penentuan
jenis penyakit, penyebab penyakit, kondisi kesehatan dan faktor yang
dapat berpengaruh terhadap kesehatan perorangan dan masyarakat.
2. Disain laboratorium harus mempunyai sistem ventilasi yang memadai
dengan sirkulasi udara yang adekuat
3. Disain laboratorium harus mempunyai pemadam api yang tepat terhaap
bahan kimia yang berbahaya yang dipakai
4. Kesiapan menghindari panas sejauh mungkin dengan memakai alat
pembakar gas yang terbuka untuk menghindari bahaya kebakaran.
5. Untuk menahan tumpahan larutan yang mudah terbakar dan melindungi
tempat yang aman dari bahaya kebakaran dapat disesuaikan bendung-
bendung tajam
6. Dua buah jalan keluar harus disediakan untuk keluar dari kebakaran dan
terpisah sajauh mungkin
7. Tempat penyimpanan didisain untuk mengurangi sekecil mungkin risiko
oleh bahan-bahan berbahaya dalam jumlah besar.

B. Masalah kesehatan dan keselamatan kerja


Kinerja setiap petugas kesehatan dan non kesehatan merupakan resultante
dari tiga komponen kesehatan kerja yaitu kapasitas kerja, beban kerja dan
lingkungan kerja yang dapat merupakan beban tambahan pada pekerja. Bila
ketiga komponen tersebut serasi maka bisa dicapai suatu derajat kesehatan
kerja yang optimal dan peningkatan produktivitas. Sebaliknya bila terdapat
ketidakserasian dapat menimbulkan masalah kesehatan kerja berupa
penyakit ataupun kecelakaan akibat kerja yang pada akhirnya akan
menurunkan produktivitas kerja.
1. Kapasitas kerja
Status kesehatan masyarakat pekerja di indonesia pada umumnya belum
memuaskan. Dari beberapa hasil penelitian didapat gambaran bahwa 30-
40% masyarakat pekerja kurang kalori protein, 30% menderita anemia
gizi dan 35% kekurangan zat besi tanpa anemia. Kondisi seperti ini tidak
memungkinkan bagi para pekerja untuk bekerja dengan produktifitas
yang optimal. Hal ini diperberat lagi dengan kenyataan bahwa angkatan
kerja yang ada sebagian besar masih diisi oleh petugas kesehatan dan
non kesehatan yang mempunyai banyak keterbatasan, sehingga untuk
dalam melakukan tugasnya mungkin sering mendapatkan kendala
terutama menyangkut masalah PAHK dan kecelakaan kerja.

2. Beban kerja
Sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan maupun yang bersifat teknis
beroperasi 24 jam sehari, dengan demikian kegiatan pelayanan
kesehatan pda laboratorium menuntut adanya pola kerja bergilir dan
tugas/jaga malam. Pola kerka yang berubah-ubah dapat menyebabkan
kelelahan yang meningkat, akibat terjadinya perubahan pada biorimik
(irama tubuh). Faktor lain yang turut memperberat badan kerja antara
lain tingkat gaji dan jaminan sosial bagi pekerja yang masih relatif
rendah, yang berdampak pekerjaan terpaksa melakukan kerja tambahan
secara berlebihan. Beban psikis ini dalam jangka waktu lama dapat
menimbulkan stres.

3. Lingkungan kerja
Lingkungan kerja bila tidak memenuhi persyaratan dapat mempengaruhi
kesehatan kerja dapat menimbulkan kecelakaan kerja (occupational
accident), penyakit akibat kerja dan penyakit akibat hubungan kerja
(occupational disease dan work related diseases)

C. Identifikasi masalah kesehatan dan keselamatan kerja laboratorium


kesehatan dan pencegahan.

Kecelakaan kerja
Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan.
Biasanya kecelakaan menyebabkan, kerugian material dan penderitanya dari
yang paling rigan sampai kepada yang paling berat. Kecelakaan
dilaboratorium dapat terbentuk 2 jenis yaitu :
1. Kecelakaan medis jika yang menjadi korban pasien
2. Kecelakaan kerja jika yang menjadi korban petugas laboratorium itu
sendiri

Penyebab kecelakaan kerja dapat dibagi dalam kelompok:

1. Kondisi berbahaya (unsafe condition), yaitu keadaan yang tidak aman dari
:
a. Mesin, peralatan, bahan lain-lain
b. Lingkungan kerja
c. Proses kerja
d. Sifat pekerjaan
e. Cara kerja
2. Perbuatan berbahaya (unsafe act), yaitu perbuatan berbahaya dari
manusia yang dapat terjadi anatara lain karena:
a. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan pelaksana
b. Cacat tubuh yang tidak kentara (bodily defect)
c. Keletihan dan kelemahan daya tahan tubuh
d. Sikap dan perilaku kerja yang tidak baik
Kecelakaan kerja yang dapat terjadi dilaboratorium

1. Terpeleset, biasanya karena lantai licin. Terpeleset dan jatuh adalah


bentuk kecelakaan kerja yang dapat terjadi dilaboratorium.
Akibat : memar (ringan), fraktura, dislokasi, memar otak (berat)
Pencegahan :
a. Pakai sepatu anti slip
b. Jangan pakai sepatu dengan hak tinggi, tali sepatu longgar
c. Hati-hati bila berjalan pada lantai yang sedang dipel (basah dan licin)
atau tidak rata konstruksinya.
d. Pemeliharaan lantai dan tangga
2. Mengangkat beban. Mengangkat beban merupakan pekerjaan yang cukup
berat, terutama bila mengabaikan kaidah ergonomis
Akibat : cedera pada punggung
Pencegahan :
a. Beban jangan terlalu berat
b. Jangan berdiri terlalu jauh dari beban
c. Jangan mengangkat beban dengan posisi membungkuk tapi
pergunakanlah tungkai bawah sambil berjongkok
d. Pakaian penggotong jangan terlalu ketat sehingga pergerakan
terhambat.
3. Mengambil sampel darah/cairan tubuh lainnya. Hal ini merupakan
pekerjaan sehari-hari di laboratorium
Risiko :
a. Tertusuk jarum suntik
b. Tertular virus AIDS, hepatitis B, hepatitis C

Pencegahan:
a. Gunakan alat suntik sekali pakai
b. Jangan tutup kembali atau menyentuh jarum suntik yang telah dipakai
tapi langsung dibuang ke tempat yang telah disediakan (sebaiknya
gunakan destruction clip)
c. Bekerja dibawah pencahayaan yang cukup
4. Resiko terjadinya kebakaran (sumber : bahan kimia) bahan desinfektan
yang mungkin mudah menyala (flammable) dan beracun. Kebakaran
terjadi bila terdapat 3 unsur bersama-sama yaitu : oksigen, bahan yang
mudah terbakar dan panas
Akibat :
a. Timbulnya kebakaran dengan akibat luka bakar dari ringan sampai
berat bahkan kematian
b. Timbul keracunan akibat kurang hati-hati

Pencegahan :

a. Konstruksi bangunan yang telah api


b. Sistem penyimpanan yang baik terhadap bahn-bahan yang mudah
terbakar
c. Pengawasan terhadap kemungkinan timbulnya kebakaran
d. Sistem tanda kebakaran
- Manual yang memungkinkan seseorang menyatakan tanda bahaya
dengan segera
- Otomatis yang menentukan kebakaran dan memberi tanda secara
otomatis
e. Jalan untuk menyelamatkan diri
f. Perlengkapan dan penanggulangan kebakaran
g. Penyimpanan dan penanganan zat kimia yang benar dan aman

D. Penyakit akibat kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dilaboratorium


kesehatan
Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang mempunyai penyebab yang
spesifik ataupun asosiasi yang kuat dengan pekerjaan, pada umumnya terdiri
dari suatu agen penyebab, harus ada hubungan sebab akibat antara proses
penyakit dan hazard ditempat kerja. Faktor lingkungan kerja sangat
berpengaruh dan berperan sebagai penyebab timbulnya penyakit akibat
kerja. Sebagai contoh antara lain debu silika dan silikosis, uap timbal dan
keracunan timah. Akan tetapi penyebab terjadinya akibat kesalahan faktor
manusia juga (WHO).
Berbeda dengan penyakit akibat kerja, penyakit akibat hubungan kerja
(PAHK) sangat luas ruang lingkup nya. Menurut komite ahli WHO (1973),
penyakit akibat hubungan kerja adalah penyakit dengan penyebab
multifaktorial, dengan kemungkinan besar berhubungan dengan pekerjaan
dan kondisi tempat kerja. Pajanan di tempat kerja tersebut memperberat,
mempercepat terjadinya serta menyebabkan kekambuhan penyakit.
Penyakit akibat kerja di laboratorium kesehatan umumnya berkaitan
dengan faktor biologis (kuman patogen yang berasal umumnya dari pasien),
faktor kimia (pemaparan dalam dosis kecil namun terus menerus seperti
antiseptik pada kulit, zat kimia/solvent yang menyebabkan kerusakan hati),
faktor ergonomi (cara duduk salah, cara mengangkat pasien salah), faktor
fisika dalam dosis kecil yang terus-menerus (panas pada kulit, tegangan
tinggi, radiasi dll), faktor psikologis (ketegangan dikamar penerimaan pasien,
gawat darurat, karantina dll)

1. Faktor biologis
Lingkungan kerja pada pelayanan kesehatan merupakan tempat
bagi berkembang biaknya strain kuman yang resisten, terutama kuman-
kuman pyogenic, colli, bacilli dan staphylococci, yang bersumber dari
pasien, benda-benda yang terkontaminasi dan udara. Virus yang
menyebar melalui kontak dengan darah dan sekret (misal HIV dan
hepatitis B) dapat menginfeksi pekerja hanya akibat kecelakaan kecil
pada pekerjaan. Misalnya karena tergores atau tertusuk jarum yang
terkontaminasi virus.
Angka kejadian infeksi nosokomial di unit pelayanan kesehatan
cukup tinggi. Secara teoritis kemungkinan kontaminasi pekerja LAK
sangat besar, sebagai contoh dokter dirumah sakit mempunyai risiko
terkena infeksi 2 sampai 3 kali lebih besar dari pada dokter yang praktek
pribadi atau swasta, dan bagi petugas kebersihan menangani limbah
yang infeksius senantiasa kontak dengan bahan yang tercemar kuman
patogen, debu beracun mempunyai peluar terkena infeksi.
Pencegahan :
a. Seluruh pekerja harus mendapatkan pelatihan dasar tentang
kebersihan, epidemiologi dan desinfeksi
b. Sebelum bekerja dilakukan pemeriksaan kesehatan untuk memastikan
dalam keadaan seehatbadani, punya cukup kekebalan alami untuk
bekerja dengan bahan infeksius, dan dilakukan imunisasi
c. Menggunakan pekerjaan laboratorium dengan praktek yang benar
(good laboratory practive)
d. Menggunakan desinfektan yang sesuai dan cara penggunaan yang
benar
e. Sterilisasi dan desinfeksi terhadap tempat, peralatan, sisa bahan
infeksius dan spesimen secara benar
f. Pengelolaan limbah infeksius dengan benar
g. Menggunakan kabinet keamanan biologis yang sesuai
h. Kebersihan diri dari petugas

2. Faktor kimia
Petugas dilaboratorium kesehatan yang sering kali kontak dengan
bahan kimia dan obat-obatan seperti antibiotik, demikian pula dengan
solvent yang banyak digunakan dalam komponen antiseptik, desinfektan
dikenal sebagai zat yang paling karsinogen. Semua bahan cepat atau
lambat ini dapat memberi dampak negatif terhadap kesehatan mereka.
Gangguan kesehatan yang paling sering adalah dermatosis kontak akibat
kerja yang pada umumnya disebabkan oleh iritasi (amoniak, dioksan) dan
hanya sedikit saja oleh karena alergi (keton). Bahan toksik
(trichloroethane, tetrachloromethane) jika tertelan, terhirup atau terserap
melalui kulit dapat menyebabkan penyakit akut atau kronik, bahkan
kematian. Bahan korosif (asam dan basa) akan mengakibatkan kerusakan
jaringan yang irreversible pada daerah yang terpapar.
Pencegahan:
1. Material safety data sheet (MSDS) dari seluruh bahan kimia yang ada
untuk diketahui oleh seluruh petugas laboratorium.
2. Menggunakan karet isap (rubber bulb) atau alat vakum untuk
mencegah tertelannya bahan kimia dan terhirupnya aerosol
3. Menggunakan alat pelindung diri (pelindung mata, sarung tangan,
celemek jas laboratorium) yang benar
4. Hindari penggunaan lensa kontak, karena dapat melekat antara mata
dan lensa
5. Menggunkan alat pelindung pernafasan dengan benar

3. Faktor ergonomi
Ergonomi sebagai ilmu teknologi dan seni berupa menyerasikan
alat, cara, proses dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan
dan batasan manusia untuk terwujudnya kondisi dan lingkungan kerja
yang sehat, aman, nyaman dan tercapai efisiensi yang setinggi-tingginya.
Pendekatan ergonomis bersifat konseptual dan kuratif, secara populer
kedua pendekatan tersebut dikenal sebagai to fit the job to the man and
to fit the man to the job.
Sebagian besar pekerja di perkantoran atau pelayanan kesehatan
permintaan, bekerja dalam posisi yang kurang ergonomis, misalnya
tenaga operator, peralatan, hal ini disebabkan peralatan yang digunakan
pada umumnya barang impor yang disainya tidak sesuai dengan ukuran
pekerja indonesia. Posisi kerja yang salah dan dipaksakan dapat
menyebabkan mudah lelah sehingga kerja menjadi kurang efisien dan
dalam jangka panjang dapat menyebabkan gangguan fisik dan psikologis
(stress) dengan keluhan yang paling sering adalah nyeri pinggang bawah
(low back pain)

4. Faktor fisik
Faktor fisik di laboratorium kesehatan dapat menimbulkan masalah
kesehatan kerja meliputi:
1. Kebisingan, getaran akibat mesin dapat menyebabkan stres dan
ketulian
2. Pencahayaan yang kurang di ruangan kamar pemeriksaan
laboratorium, ruang perawatan dan kantor administrasi dapat
menyebabkan gangguan penglihatan dan kecelakaan kerja
3. Suhu dan kelembaban yang tinggi di tempat kerja
4. Terimbas kecelakaan/kebakaran akibat lingkungan sekitar.
5. Terkena radiasi khusus untuk radiasi dengan berkembangnya teknologi
pemeriksaan, penggunaannya meningkat sangat tajam dan jika tidak
dikontrol dapat membahayakan petugas yang menangani.

Pencegahan:

1. Pengendalian cahaya di ruang laboratorium


2. Pengaturan ventilasi dan penyediaan air minum yang cukup memadai
3. Menurunkan getaran dengan bantalan anti vibrasi
4. Pengaturan jadwal kerja yang sesuai
5. Pelindung mata untuk sinar leser
6. Filter untuk mikroskop

5. Faktor psikososial
Beberapa contoh faktor psikososial di laboratorium kesehatan yang dapat
menyebabkan stres:
1. Pelayanan kesehatan sering kali bersifat emergency dan menyangkut
hudup mati seseorang, untuk itu pekerja dilaboratorium kesehatan
dituntut untuk memberikan pelayanan yang tepat dan cepat disertai
dengan kewibawaan dan keramahan-tamahan
2. Pekerja pada unuit-unit tertentu yang sangat mononton
3. Hubungan kerja yang kurang serasi antara pimpinan dan bawahan
atau sesama teman kerja
4. Beban mental karena menjadi panutan bagi mitra kerja di sektor
formal atau pun informal.

E. Pengendalian penyakit akibat kerja dan kecelakaan melalui penerapan


kesehatan dan keselamatan kerja
I. Pengendalian melalui perundang-undangan (legislative kontrol) antara
lain:
a. UU no.14 tahun 1969 tentang ketentuan-ketentuan pokok mengenai
tenaga kerja
b. Petugas kesehatan dan non kesehatan 1.UU no. 1 tahun 1970
tentang keselamatan kerja
c. UU no. 36 tahun 2009 tentang kesehatan
d. Peraturan mentri kesehatan tentang higyene dan sanitasi lingkungan
e. Pengaturan penggunaan bahan-bahan berbahaya
f. Peraturan/persyaratan pembuangan limbah dll

II. Pengendalian melalui administrasi / organisasi (administrative kontrol)


antara lain:
a. Peryaratan penerimaan tenaga medis, para medis, dan tenaga non
medis yang meliputi batas umur, jenis kelamin, syarat kesehatan
b. Pengaturan jadwal kerja dan shift
c. Menyusun prosedut kerja tetap (standard operating procedute)
untuk masing-masing unit dan melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaannya.
d. Melaksanakan prosedur keselamatan kerja (safety procedures)
terutama untuk pengoprasian alat-alat yang dapat menimbulkan
kecelakaan kerja dan melakukan pengawasan agar prosedur
tersebut dilaksanakan
e. Melaksanakan pemeriksaan secara seksama penyebab kecelakaan
kerja dan pengupayaan pencegahannya.

III. Pengendalian secara teknis (engineering kontrol) antara lain:


a. Subsitusi dari bahan kimia, alat kerja atau proses kerja
b. Isolasi dari bahan-bahan kimia, alat kerja, proses kerja, dan petugas
kesehatan dan non kesehatan (penggunaan alat pelindung)
c. Perbaiki sistem ventilasi dan lain-lain

IV. Pengendalian melalui jalur kesehatan (medical kontrol)


Yaitu upaya untuk menemukan gangguan sedini mungkin dengan cara
mengenal (recognition) kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang
dapat tumbuh padasatiap jenis pekerjaan di unit pelayanan kesehatan
dan pencegahan meluasnya gangguan yang sudah ada baik terhadap
pekerja itu sendiri maupun terhadap orang disekitarnya. Dengan deteksi
dini, maka penatalaksanaan kasus menjadi lebih cepat, mengurangi
penderita dan mempercepat pemulihan kemampuan produktivitas
masyarakat pekerja. Disini diperlukan system rujukan untuk
menegakkan diagnosa penyakit akibat kerja secara cepat dan tepat
(prompt-treatment)
Pencegahan sekunder ini dilaksanakan melalui pemeriksaan kesehatan
pekerja yang meliputi :
1. Pemeriksaan awal adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan
sebelum seseorang calon/pekerja (petugas kesehatan dan non
kesehatan) mulai melaksanakan pekerjaannya. Pemeriksaan ini
bertujuan memproleh gambaran tentang status kesehatan calon
pekerja dan mengetahui apakah calon pekerja tersebut ditinjau dari
segi kesehatannya sesuai dengan pekerjaan yang akan ditugaskan
kepadanya. Pemeriksaan kesehatan awal ini meliputi :
a. Anamnese pekerjaan
b. Penyakit yang pernah diderita
c. Alergi
d. Imunisasi yang pernah didapat
e. Pemeriksaan badan
f. Pemeriksaan laboratorium rutin
g. Pemeriksaan tertentu
- Tuberkulin test
- Psikologi
2. Pemeriksaan berkala adalah pemeriksaan kesehatan yang
dilaksanakan secara berkala dengan jarak waktu berkala yang
disesuaikan dengan besarnya resiko kesehatan yang dihadapi.
Semakin besar resiko kerja, makin kecil jarak waktu antar
pemeriksaan berkala. Ruang lingkup pemeriksaan di sini meliputi
pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus seperti pada
pemeriksaan awal dan bila diperlukan ditambahkan dengan
pemeriksaan lainnya, sesuai dengan resiko kesehatan yang dihadapi
dalam pekerjaan.
Pemeriksaan khusus yaitu pemeriksaan kesehatan yang
dilakukan pada khusus diluar waktu pemeriksaan berkala yaitu pada
keadaan dimana ada atau diduga ada keadaan yang dapat
mengganggu kesehatan pekerja
Sebagai unit di sektor kesehatan pengembangan K3 tidak hanya
untuk intern laboratorium kesehatan, dalam hal memberikan
pelayanan paripurna juga harus merambah dan memberi panutan
pada masyarakat pekerja di sekitarnya, utamanya pelayanan
promotif dan preventif. Misalnya untuk mengamankan limbah agar
tidak berdampak kesehatan bagi pekerja atau masyarakat
disekitarnya, meningkatkan kepekaan dalam mengenali unsefa act
dan unsafe condition agar tidak terjadi kecelakaan dan sebagainya.
Kesehatan dan keselamatan kerja di laboratorium kesehatan bertujuan
agar petugas, masyarakat dan lingkungan laboratorium kesehatan saat
bekerja selalu dalam keadaan sehat, nyaman, selamat, produktif dan
sejahtera. Untuk dapat mencapai tujun tersebut, perlu kemauan, kemampuan
dan kerjasama yang baik dari semua pihak. Keterlibatan dan komitmen yang
tinggi dari pihak manajemen atau pengelola laboratorium kesehatan
mempunyai peran sentral dalam pelaksanaan program ini. Demikian pula
dengan pihak petugas kesehatan dan non kesehatan yang menjadi sasaran
program K3 ini harus berpartisipasi secara aktif, bukan hanya sebagai obyek
tetapi juga berperan sebagai subyek dari upaya mulia ini. Melalui kegiatan
kesehatan dan keselamatan kerja, diharapkan petugas kesehatan dan non
kesehatan yang bekerja di laboratorium kesehatan dapat bekerja dengan lebih
produktif.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pemantapan mutu laboratorium kesehatan adalah semua kegiatan yang


ditunjuk unuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil pemeriksaan
laboratorium, dilaksanakan melalui berbagai kegiatan antara lain pemilihan
metode yang tepat, pengambilan spesimen yang benar, pelaksanaan
pemeriksaan laboratorium oleh petugas yang memiliki kopetensi dan
pelaksanaan kegiatan pemantapan mutu internal serta pemantapan mutu
eksternal.
Mutu laboratorium secara garis besar dapat dibedakan atas mutu
pemeriksaan dan mutu pelayanan. Dalam meningkatkan mutu pemeriksaan,
laboratorium Rumah Sakit Ibu dan Anak Bina Sehat Mandiri wajib melakukan
pemantapan mutu internal dan pemantapan mutu eksternal untuk menjamin
kualitas hasil pemeriksaan yang dikeluarkan oleh laboratorium. Pelaksanaan
pemantapan mutu intrnal dan pemantapan mutu eksternal dikoordinir oleh
koordinator ruangan dan penggung jawaab laboratorium. Adapun pemantapan
mutu pemeriksaan yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
7.1Pemantapan Mutu Internal (PMI)
Pemantapan mutu internal adalah kegiatan pencegahan dan
pengawasan yang dilakukan oleh masing-masing laboratorium secara
terus menerus agar diperoleh hasol pemeriksaan yang teliti. Pemantapan
mutu internal dilaksanakan mulai dari pada tahap pra analitik, analitik
dan pasca analitik. Proses pra-analitik dibagi menjadi dua kelompok yaitu
pra-analitik ekstra laboratorium dan pra analitik intra laboratorium.
Proses-proses tersebut meliputi persiapan pasien, pengambilan spesimen,
pengiriman spesimen ke laboratorium, penanganan spesimen, dan
penyimpanan spesimen.
Orang yang terlibat dalam proses pra analitik yaitu pasien, dokter,
para medis/ prawat, petugas layanan transportasi, analis dan dokter
laboratorium, mereka semua bagian tanggung jawab terhadap mutu
bahan spesimen dan harus memahami pentingnya tahap pra analitik,
serta mengenali kemungkinan penyebab kesalahan dan konskuensi
kesalahan mereka terhadap hasil pemeriksaan.
Pemanatapan mutu tahap analitik meliputi kontrol kualitas,
pemeliharaan dan kalibrasi alat, uji kualitas reagen, metode pemeriksaan
dan lainnya. Sementara kontrol mutu pasca analitik meliputi pencatatan
dan pelaporan hasil pemeriksaan.

Tujuan Pelaksanaan Mutu Internal (PMI)

Mengendalikan hasil pemeriksaan laboratorium setiap hari dan


untuk mengetahui adanya penyimpangan hasil laboratorium untuk segera
diambil tindakan perbaikan segera.

Manfaat pelaksanaan pemantapan mutu internal

a. Mutu presisi maupun akurasi hasil pemeriksaan laboratorium akan


meningkat
b. Kepercayaan dokter terhadap hasil laboratorium akan meningkat. Hasil
laboratorium yang kurang tepat akan menebabkan kesalahan dalam
penatalaksanaan pasien yang di tangani dokter.
c. Pimpinan akan mudah melakukan pengawasan terhadap hasil
laboratorium
d. Tingkat kepercayaan tinggi terhadap hasil laboratorium

7.1.1 Tahap Pra-analitik


Tahap pra anlitik adalah tahap mulai mempersiapkan pasien,
menerima spesimen, memberi identitas spesimen, mengambil
spesimen, mengirim spesimen, menyimpan spesimen sampai dengan
menguji kualitas air/reagen/antisera. Tindakan pemantapan mutu
internal yang harus dilaksanakan pada tahap pra analitik adalah
sebagai berikut:

I. Tahap persiapan pasien


Pemeriksaan untuk spesimen yang berasal dari manusia
sering memerlukan persiapan pasien terlebih dahulu. Banyak faktor
pada pasien yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan
laboratorium sehingga persiapan pasien perlu diperhatikan.
Pengirim pasien (dokter yang meminta pemeriksaan laboratorium)
wajib memberi tahu kepada pasien mengenai persiapan yang perlu
dilakukan sebelum datang ke laboratorium. Petugas yang meminta
pasien di laboratorium harus menanyakan kesiapan yang talah
dilakukan oleh pasien sehubung dengan pemeriksaan yang akan
dilakukan. Petugas laboratorium WAJIB menolak pasien yang
persiapan tidak memenuhi syarat. Hal-hal yang belum dipahami
atau dipenuhi pasien hendaknya diberikan kepada pasien dan
pasien kembali harus dipersiapkan untuk pemeriksaan tersebut.
Untuk persiapan yang tidak mungkin dilakukan oleh pasien perlu di
catat pada formulir permintaan pemerksaan, buku penerimaan
pasien dan di formulir hasil pemeriksaan agar pemeriksaan di
laboratorium dan dokter yang mengirim pasien dapat memahami
adanya ketidak sesuaian atau kondisi pada pasien yang dapat
mempengruhi hasil pemeriksaan.
Persiapan pasien dimulai saat seorang dokter merencanakan
pemeriksaan laboratorium bagi pasien. Dokter dibantu oleh
paramedis diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
tindakan apa yang akan dilakukan, manfaat dari tindakan tersebut
dan persyaratan apa yang harus dilakukan oleh pasien. Informasi
yang diberikan harus jelas agar tidak menimbulkan ketakutan atau
persepsi yang keliru bagi pasien. Beberapa jenis pemeriksaan yang
memerlukan persiapan khusus sebelumnya adalah (tabel 8.1):

Tabel 8.1 beberapa pemeriksaan laboratorium yang memerlukan


persiapan sebelumnya

No Pemeriksaan Persiapan keterangan


1. Gula darah puasa Puasa 10-12 jam 1. Boleh munum
sebelumnya air putih
2. Selama puasa
istirahat
3. Obat-obat yang
di anjurkan
dokter tetap
diminum (lapor
ke petugas
laboratorium)
2. Profil lipid Puasa 10-12 jam 1. Boleh minum air
sebelumnya putih
2. Selama puasa
istirahat
3. Obat-obat yang
dianjurkan
dokter tetap
diminum (lapor
ke petugas
laboratorium)
3. Gula darah 2 jam Puasa 2 jam Selama puasa harus
PP setelah makan duduk intirahat dan
tidak boleh merokok
4. Tes agregasi Puasa 8-10 jam Laporkan obat-obat
trombosit sebelumnya yang dikonsumsi 2
hari sebelum
pemeriksaan
kepada petugas
laboratorium
5. Tes toleransi Puasa 8-10 jam 1. Boleh minum air
glukosa oral sebelumnya putih
2. Selama puasa
istirahat
6. Analisa sekter 2 jam sebelum
uretra pemeriksaan
tidak boleh
berkemih

Persiapan pengumpulan spesimen


Spesimen yang akan diperiksa laboratorium harus lah memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
1. Jenis nya sesuai jenis pemeriksaan
2. Volume mencukupi
3. Kondisi baik : serum (tidak lisis, tidak ikterik dan tidal lipemik)
segat/tidak kadaluarsa, tidak berwarna merah, tidak berubah
bentuk, steril (untuk kultur kuman)
4. Pemakaian antikoagulan atau pengawet tepat
- Pemeriksaan hematologi : K3EDTA
- Pemeriksaan hemostasis : sodium citrat
- Urin 24 jam : thimol 1 g/l
- Glukosa darah : Naf
5. Identitas benar sesuai dengan data pasien
Sebelum pengambilan spesimen, periksa formulir permintaan
laboratorium

Identitas pasien stiker harus ditulis dengan benar (nama, umur,


jenis kelamin, nomor rekam medis, dsb) disertai diagnosa atau
keterangan klinis. Periksa apakah identitas ditulis dengan benar
sesuai dengan pasien yang akan diambil spesimen. Tanyakan
persiapan yang telah dilakukan oleh analis, misalnya diet, puasa.
Tanyakan juga mengenai obat-obatan yang dikonsumsi, minum
alkohol, merokok, dll. Catat apabila pasien telah mengkonsumsi
obat-obatan tertentu, merokok, minum olkohol, pasca tranfusi, dsb.
Catatan ini nantinya harus disertai pada lembaran hasil
laboratorium. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil
pemeriksaan antara lain:
- Makan dan minum
Makan dan minum dapat pempengaruhi hasil pemeriksaan pada
beberapa jenis pemeriksaan, baik secara langsung maupun
secaa tidak langsung, misalnya pemeriksaan gula darah puasa
(GDP) dan trigliserid, pemeriksaan LED, aktifitas enzim, besi dan
trece element. Pemeriksaan ini dipengaruhi secara tidak
langsung oleh makanan dan minuman karena makanan dan
minuman akan mempengaruhi reaksi dalam proses pemeriksaan
sehingga hasilnya menjadi tidak benar. Obat-obatan yang
diberikan baik secara oral maupun cara lainnya akan
menyebabkan terjadinya respon tubuh terhadap obat tersebut.
Obat-obatan yang sering digunakan dan dapat mempengaruhi
pemeriksaan dapat dilihat pada tebel 8.1
Tabel 8.1 daftar obat-obatan yang berpengaruh terhadap
pemeriksaan laboratorium

Jenis obat Pemeriksaan yang dipengaruhi


Diuretik Hampir seluruh hasil pemeriksaan
substrat dan enzim dalam darah akan
meningkat karena terjadinya
hemokonsentrasi, terutama pemeriksaan
Hb, hitung sel darah, hematokrit,
elektrolit. Pada urin akan terjadi
pengenceran
Kafein Sama dengan diuretik
Thaiazid Glukosa darah, tes toleransi glukosa,
ureum
Pil KB (hormon) LED, kadar hormon
Morfin Enzim hati (sgot dan sgpt)
Phenobarbital GGT
Asetosal Uji hemostsis
Vitamin C Reduksi urin
Obat antidiabetik Glukosa darah dan glukosa urin
Kartikosteroid Hitung eosinofil, tes toleransi glukosa,
hitung leukosit
Aspirin dan obat anti Tes agregasi trombosit
trombosit lain,
NSAID
Antikoagulan oral PT, INR
(warfarin, simarc)

- Aktifitas fisik
Aktifitas fisik dapat menyebabkan anatara lain terjadinya:
1. Peningkatan penggunaan glukosa oleh jaringan
mengakibatkan meningkatnya kadar gula darah dan
perbedaan yang besar antara kadar gula darah arteri dari
vena
2. Perubahan kadar substrat dan enzim
Contoh: konsentrasi gas darah, kadar asam urat, kreatinin,
CK, LDH,LED, Hb, hitung sel darah dan produksi urin
- Demam
Pada waktu demam akan terjadi
1. Terjadi peningkatan gula darah sebagai akibat meningkatnya
pelepasan insulin
2. Terjadi penurunan kada kolestrol dan trigliserida. Pada awal
demam terjadinya peningkatan metabolisme dan terjadinya
peningkatan asam lemak bebas dan benda benda keton
karena penggunaan lemak yang meningkat pada demam
yang sudah lama
3. Lebih mudah menemuka parasit malaria dalam darah
4. Terjadi reaksi anamnestik yang akan menyebabkan kenaikan
titer widal
5. Kemungkinan hasil positif kultur darah lebih besar

- Trauma
Trauma dengan luka perdarahan akan menyebabkan antara lain
terjadinya penurunan kadar substract maupun aktifitas anzim
yang diukur termasuk Hb, hematokrit, dan produksi urin, hal ini
disebabkan karena terjadinya pemindahan cairan tubuh ke
dalam pembuluh darah sehingga mengakibatkan terjadinya
pengenceran darah. Pada tingkat lanjut akan terjadi
peningkatan kadar ureum dan kreatinin serta enzim-enzim yang
berasal dari otot.

- Variasi harian (circadian rythme)


Pada tubuh manusia terjadi perbedaan kadar zat-zat tertentu
dalam tubuh dari waktu ke waktu yang disebabkan oleh
fluktuasi (variasi diurnal) seperti
a. Besi serum yang diambil pada sore hari akan lebih tinggi dari
pada pagi hari
b. Glukosa, kadar insulin akan mencapai puncaknya pada pagi
hari, sehingga apabila tes toleransi glukosa dilakukan pada
siang hari maka hasilnya akan lebih tinggi dari pada bila
dilakukan pada pagi hari.
c. Enzim, aktifitas enzim yang diukur akan berfluktuasi
disebabkan oleh kadar hormone yang berbeda dari waktu ke
waktu.
d. Eosinofil, jumlah eosinofil akan menunjukkan variasi diurna.
Jumlahnya akan lebih rendah pada malam sampai hari
dibandingkan pada siang haru
e. Kortisol, kadarnya lebih tinggi pagi hari dibandingkan malam
hari
f. Kalium, pada pagi hari lebih tinggi dari pada siang hari

- Umur
Umur berpengaruh terhadap kadar dan aktifitas zat dalam
darah. Hitung eritrosit dan kadar Hb jauh lebih tinggi pda
neonatus dari pada dewasa. Fosfatase alkali, kolestrol total dan
kolestrol LDL akan berubah dengan pola tertentu sesuai dengan
pertambahan umur.

- Ras
Jumlah leukosit orang kulit hitam Amerika lebih rendah dari pada
orang kulit putinnya. Demikian juga dengan aktifitas CK.
Keadaan serupa dijumpai pada ras bangsa lain seperti
perbedaan aktifitas amilase kadar vitamin B12 dan lipoprotein.

- Jenis kelamin (gender)


Berbagai kadar dan aktifitas zat dipengaruhi oleh jenis kelamin.
Kadar besi serum dan kadar Hb berbeda pada wanita dan pria
dewasa. Perbedaan ini akan menjadi tidak bermakna lagi
setelah umur >65 tahun. Perbedaan akibat gender lainnya
adalah aktifitas CK dan kreatinin. Perbedaan ini lebih disebabkan
karena masa otot pria relatif lebih besar dari pada wanita.
Sebaliknya kadar hormone sex wanita prolaktin dan kolestrol
HDL akan dijumpai lebih tinggi pada wanita dari pada pria.

- Kehamilan
Bila pemeriksaan dilakukan pada pasien hamil, sewaktu
interprestasi hasil perlu mempertimbangkan masa kehamilan
wanita tersebut. Pada kehamilan akan terjadi hemodilusi
(pengenceran darah) yang dimulai pada minggu ke-10 kehamilan
dan terus meningkat sampai minggu ke-35 kehamilan. Volume
urin akan meningkat 25% pada trimester ke-3. Selama kehamilan
akan terjadi perubahan kadar hormone kelanjar toroid, elektroloi,
besi feritin, protein total, albumin, lemak, aktifitas fosfatase alkali
dan faktor koagulasi serta laju endap darah.

II. Tahap pengambilan dan pengelolaan spesimen


a. Pemberian identitas
Pemberian identitas pasien dan atau spesimen merupakan hal yang
penting baik pada saat pengisian surat pengantar/formulir
permintaan pemeriksaan, pendaftaran, pengisian label wadah
spesimen maupun pada formulir hasil pemeriksaan. Pada waktu
pemberian identitas ini dapat terjadi kekeliruan, terutama pada
laboratorium dengan jumlah pasien atau spesimen yang banyak.
Pada surat pengantar/formulir permintaan pemeriksaan
laboratorium sebaiknya memuat secara lengkap:
- Tanggal permintaan
- Tanggal dan jam pengambilan
- Identitas pasien (nama, umur, jenis kelainan, alamat) atau
identitas spesimen
- Identitas pengirim (nama, alamat nomor telp) atau spesimen
- Diagnosis/keterangan klinis
- Obat-obatan yang telah diberikan dan lama pemberian
- Jenis spesimen
- Lokasi pengambilan spesimen
- Volume spesimen
- Pemeriksaan laboratorium yang diminta
- Nama pengambilan spesimen
- Media transfort atau pengawet yang digunakan

Label wadah spesimen yang akan dikirimkan harus memuat:


- Tanggal pengambilan spesimen
- Identitas pasien atau identitas spesimen
- Jenis spesimen

Label wadah spesimen yang akan dikirim ke laboratorium harus


memuat:
- Tanggal pengambilan spesimen
- Nomor/kode spesimen
- Umur pasien
- MR pasien

Formulir hasil harus memuat:


- Tanggal pemeriksaan
- Identitas pasien (nama, umur, jenis kelamin, alamat) atau
identitas spesimen
- Nomor/kode laboratorium
- Jam sampel diterima
- Jam hasil selesai dikerjakan
- Hasil pemeriksaan
- Satuan nilai hasil pemeriksaan
- Nilai rentang parameter
- Keterangan lain yang dianggap perlu, misal:
a. Penjelasan mengenai persiapan pasien yang tidak
mungkin dilaksanakan
b. Penjelasan hasil pemeriksaan banyak berlaku untuk
spesimen tersebut
c. Tindakan yang diambil pada saat proses autorissi
seperti: keterangan hasil duplo, hasil pengenceran,
hasil sampel baru, saran pemeriksaan lanjutan dan
lain-lain
- Tanggal hasil pemeriksaan laboratorium dikeluarkan
- Tanda tangan/buku verifikasi penanggung jawab laboratorium

b. Penerimaan spesimen
Bagian penerimaan spesimen harus memeriksa kesesuaian antara
spesimen yang diterima dengan permintaan formulir pemeriksaan
dan mencatat kondisi spesimen tersebut pada saat diterima. Hal-
hal yang perlu dicatat yaitu, warna, kekeruhan, bau, konsistensi
dan lain-lain. Spesimen yang tidak sesuai atau tiak memenuhi
syarat hendaknya ditolak.

c. Pengambilan spesimen
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
- Waktu pengambilan
- Volume spesimen
- Cara pengambilan spesimen
- Lokasi pengambilan spesimen
- Peralatan untuk pengambilan spesimen

Antikoagulan
Antikoagulan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah
pembekuan darah. Jenis antikoagulan yang digunakan harus
disesuaikan dengan jenis pemeriksaan yang diminta. Volume darah
yang ditambah juga harus tepat.

Jenis antikoagulan/pengawet Spesimen Pemeriksaan


K3EDTA Darah Hematologi, Hba1c, dll
Sodium citrat Darah Hemostasis (PT, APTT)
Lithium heparin Darah AGD, D-Dimer
Thymol Urin Elektrolit urin, CCT
NaF Darah Glukosa darah

Hal-hal yang harus diperhatikan pada pengambilan spesimen


adalah:
1. Teknik dan cara pengambilan. Pengambilan spesimen harus
dilakukan dengan benar sesuai dengan standard procedure
operating (SPO) yang ada
2. Cara menampung spesimen dalam wadah/penampung
a. Seluruh sampel harus msuk kedalam wadah (sesuai
kapasitas), jangan ada yang menempel pada bagian luar
tabung untuk menghindari bahaya infeksi.
b. Wadah harus dapat ditutup rapat dan diletakkan dalam
posisi berdiri untuk mencegah spesimen tumpah.
c. Memindahkan spesimen darah dari syiring harus
memperhatikan hal-hal seperti berikut:
- Darah harus segera dimasukkan dalam tabung setelah
sampling
- Lapaskan jarum, alirkan darah lewat dinding tabung
perlahan-lahan agar tidak terjadi hemolisis.
- Pastikan jenis antikoagulan dan volume darah yang
ditambahkan sudah sesuai
- Homogenisasi segera darah yang menggunakan
antikoagulan dengan lembut perlahan-lahan. Jangan
mengocok tabung keras-keras agar tidak hemolisis.
d. Menampung spesimen urin
- Sediakan wadah yang bersih, kering, tidak
terkontaminasi oleh bahan apapun, mudah dibuka,
mudah ditutup, dan bermulut lebar
- Sebaiknya pasien diinstruksikan membuang urin yang
mula-mula keluar sebelum mengumpulkan urin untuk
diperiksa (mid stream urin/clean catch urine)
- Untuk mendapatkan spesimen clean catch diperlukan
cara pembersihan lebih sempurna:
a. Mulut uretra dibersihkan dengan sabun dan
kemudian membersihkan sampai bersih
b. Penderita wanita harus lebih dulu membersihkan
labia minora, lalu harus merenggangkannya pada
waktu kencing.
- Perempuan yang sedang menstruasi atau yang
mengeluarkan banyak secret vagina, sebaiknya
memakai tampon sebelum mengumpulkan spesimen.
Pasien menstruasi sebaiknya ditunda pemeriksaan
urinalisis rutin. Pada keadaan dimana pemeriksaan tidak
dapat ditunda maka pada lembaran hasil laboratorium
harus diberikan catatan bahwa pasien sedang haid
- Bagian luar wadah urin harus dibilas dan dkeringkan
setelah spesimen didapat dan keterangan tentang
pemeriksaan harus jelas dicantumkan.
e. Menampung spesimen tinja
- Sampel tinja sebaiknya berasal dari defekasi spontan.
Jika sangat diperlukan, sampel tinja juga dapat diperoleh
dari pemeriksaan colok dubur (reactal toucher)
- Masukkan sampel kedalam wadah yang bersih, kering,
tidak terkontaminasi oleh bahan apapun, dapat ditutup
rapat, dapat dibuk dengan mudah dan bermulut lebar.
f. Menampung spesimen dahak penting untuk mendapatkan
sekret bronkial dan bukan ludah atau sekret hidung.
- Sediakan wadah yang bersih, kering, tidak
terkontaminasi oleh bahan apapun, mudah dibukan,
mudah ditutup, dan bermulut lebar. Untuk pewarnaan
BTA, jangan gunakan wadah yang mengandung bercak
lilin atau minyak, sebab zat ini dapat dilihat sebagai
bintik-bintik tahan asam dan dapat menyulitkan
penafsiran.
- Sebelum mengambil spesimen, penderita diminta
berkumur dengan air, bila mungkin gosok gigi terlebih
dahulu. Bila memakai gigi palsu, sebaiknya dilepas dulu.
- Pada saat pengambilan spesimen, penderita berdiri
tegak atau duduk tegak
- Penderita diminta untuk menarik nafas dalam 2 3 kali
kemudian keluarkan nafas bersama dengan batuk yang
kuat dan berulang kali sampai dahak keluar
- Dahak yang dikeluarkan langsung ditampung dalam
wadah dengan cara mendekatkan wadah ke mulut.
- Amati keadaan dahak. Dahak yang memenuhi syrat
pemeriksaan akan tampak kental purulen dengan
volume cukup (3-5 ml)
- Tutup wadah dengan rapat untuk menghindari
kontaminasi dari udara dan secepatnya dikirim ke
laboratorium.

Sumber-sumber kesalahan pada pengambilan spesimen darah:


1. Pemasangan tourniquet terlalu lama dapat menyebabkan:
- Protein (termasuk enzim), Ca2+, laktat, fosfat, dan Mg2+
meningkat
- Ph menurun, hemokonsentrasi
- PT dan APTT mungkin memendek karena pelepasan
tromboplastin jaringan ke dalam sirkulasi darah
2. Pemompaan menyebabkan kaliaum, laktat, fosfat, dan Mg2+
meningkat, sedangkan Ph menurun.
3. Pengambilan darah terlalu lama (tidak sekali tusuk kena) dapat
menyebabkan:
- Trombosit dan fibrinogen menurun, PT dan APTT memanjang
- Kalium, LDH, dan SGPT/SGOT meningkat
4. Pengambilan darah pada jalur infus dapat menyebabkan:
- Natrium meningkat pada infus saline
- Kalium meningkat pada infus KCL
- Glukosa meningkat pada infus dextrose
- PT, APTT memanjang pada infus heparin
- Kreatinin, fosfat, LDH, SGOT, SGPT, hemoglobin, hematokrit,
leukosit, trombosit, eritrosit menurun pada semua jenis infus
5. Hemogenisasi darah dengan antikoagulan yang tidak sempurna
atau keterlambatan hemogenisasi menyebabkan terbentuknya
bekuan darah.
6. Hemolisis dapat menyebabkan peningkatan K +, Mg2+, fosfat,
aminotransferase, LDH, fosfatase asam total

Pemilihan lokasi pengambilan spesimen


Tentukan lokasi pengambilan spesimen sesuai dengan jenis
spesimen yang diperlukan seperti:
a. Darah vena umumnya diambil dari vena lengan (media cubiti,
vena cephalica, atau vena bacilica)
b. Tempat pengambilan tidak boleh pada jalur infus atau tranfusi,
bekas luka, hematoma, oedema, canula, fitstula
c. Darah arteri umumnya diambil dari arteri radialis (pergelangan
tangan), arteri brachialis (lengan), atau arteri femoralis (lipat
paha)
d. Darah kapiler umumnya diambil dari ujung jari III dan IV tangan
atau pada daerah tumin 1/3 bagian tepi talapak kaki pada bayi.
Tempat yang dipilih untuk pengambilan tidak boleh
memperlihatkan gangguan peredaran darah seperti sianosis atau
pucat
e. Spesimen untuk pemeriksaan biakan kuman diambil dari tempat
yang sedang mengalami infeksi, kecuali darah dan cairan otak.

Waktu pengambilan

1. Penentuan waktu pengambilan spesimen penting untuk


diperhatikan:
a. Umumnya pengambilan dilakukan pada waktu pagi (ideal)
b. Spesimen untuk kultur kuman diambil sebelum pemberian
antibiotik atau sebelum pemberian antibiotika berikutnya
apabila telah mendapat antibiotika
c. Spesimen untuk pemeriksaan GO diambil 2 jam setelah
buang air yang terakhir
d. Spesimen untuk malaria diambil pada waktu demam
e. Spesimen untuk mikrofilaria diambil pada tengah malam
f. Spesimen dahak untuk pemeriksaan BTA diambil pagi hari
setelah bangun tidur
g. Spesimen darah untuk pemeriksaan profil besi diambil pada
pagi hari dan setelah puasa 10-12 jam
2. Wadah spesimen
Wadah spesimen harus memenuhi syarat :
a. Terbuat dari gelas atau plastik
b. Tidak bocor atau tidak merembes
c. Harus dapat ditutup rapat dengan tutup berulir
d. Besar wadah desesuaikan dengan volume spesimen
e. Bersih
f. Kering
g. Tidak mempengaruhi sifat zat dalam spesimen
h. Untuk pemeriksaan zat dalam spesimen yang mudah rusak
atau terurai karena pengaruh sinar matahari, maka perlu
digunakan botol berwarna coklat (aktinis)
i. Untuk pemeriksaan biakan dan zat uji kepekaan kuman,
wadah harus steril
j. Untuk wadah spesimen urin, sputum, tinja sebaiknya
menggunakan wadah yang bermulut lebar
3. Pengawet spesimen
Beberapa spesimen memerlukan bahan tambahan berupa bahan
pengawat atau antikoagulan. Kesalahan dalam pemberin bahan
tambahan tersebut dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan.
Bahan tambahan yang dipakai harus memenuhi persyaratan
yaitu tidak mengganggu atau mengubah kadar zat yang akan
diperiksa.

III. Tahap identifikasi untuk pemeriksaan/analis


Pemeriksaan identitas pasien dan atau spesimen adalah
tahapan yang harus dilakukan karena memerlukan hal yang sangat
penting. Pemberian identitas meliputi pengisian data untuk stiker
yang akan ditempel pada formulir permintaan pemeriksaan
laboratorium dan pemberian label stiker pada wadah spesimen.
Keduanya harus cocok sama. Pemberian identitas ini setidaknya
memuat nama pasien, nomor rekam media, tanggal lahor pasien
serta tanggal pengambilan. Kesalahan pemberian identitas dapat
merugikan dan membahayakan keselamatan pasien. Prosedur
identifikasi pasien sadar/pasien rawat jalan adalah dengan
menanyakan nama dan umur/tanggal lahir pasien sambil
dicocokkan dengan MR yang ada pada stiker pasien. Pada pasien
rawat inap/tidak sadar identifikasi dilakukan dengan cara melihat
nama, tanggal lahir dan MR yang ada pada gelang identitas
pasien. Tidak boleh melakukan identifikasi pasien dengan melihat
identitas pada bed atau identitas pada kantong infus.
Pada keadaan KLB, identifikasi pasien dilakukan dengan cara
menanyakan pasien dengan huruf abjad dari A-Z, jika kurang
dilanjutkan menjadi A1-Z1, demikian seterusya dengan masing-
masing nomor rekam medis. Bila identitas pasien sudah jelas,
maka segera dilakukan perbaikan data sesuai identitas yang benar.
Pada saat menempelkan stiker pada tabung spesimen harus
dilakukan cross check antara nama yang ada di tabung spesimen
dengan nama yang ada pada stiker harus cocok dan pada saat
menempelkan stiker tidak boleh tumpang tindih dengan label
nama yang sudah ada pada tabung sebelumnya. Untuk spesimen
berisiko tinggi (HIV, Hepatitis) sebaiknya disertai tanda khusus
pada label dan formulir permintaan laboratorium.

IV. Tahap Pengiriman Spesimen


Spesimen yang akan dikirim ke laboratorium lain sebaiknya dikirim
dalam bentuk yang relatif stabil. Misalnya untuk pemeriksaan
kimia klinik atau imuniserologi yang dikirim adalah sampel
serum/plasma, untuk itu perlu diperhatikan persyaratan
pengiriman spesimen:
1. Kecepatan
2. Tidak terkena sinar matahari secara langsung
3. Kemasan harus sesuai dengan syarat keselamatan kerja
4. Kemasa duberi label yang bertuliskan bahan pemeriksaan
infeksius/biohazard atau bahan pemeriksaan berbahaya
5. Suhu spesimen yang memerlukan suhu dingin dapat
menggunakan es, sedangkan yang memerlukan beku dapat
menggunakan es kering
6. Pada beberapa jenis pemeriksaan mikrobiologi perlu
menggunkan media transport terutama jika memerlukan waktu
yang lama. Untuk pemeriksaan swab atau pus harus memakai
media trasport amies.
Kualitas transport media perlu diperhatikan. Untuk mencegah agar
transport media tidak cepat rusak, maka sebaiknya transport
media disimpan didalam lemari es, kecuali alkalis air pepton paket
dan kaldu empedu. Media transport yang telah rusak akan
mengalami perubahan sebagai berikut:
- Volume menjadi susut
- Mengering/mengkerut
- Terjadi prubahan warna
- Terjadi kekeruhan
Apabila ada sampel yang akan dirujukan maka perhatikan media
transport terlebih dahulu.

V. Tahap Penyimpanan Spesimen


Penyimpanan spesimen dilakukan jika pemeriksaan ditunda atau
spesimen akan dikirim ke laboratorium lain. Lama penyimpanan
harus memperhatikan, jenis pemeriksaan, wadah dan
stabilitasnya. Hindari penyimpanan whole blood di refrigerator.
Sampel yang dicairkan (telah dibekukan) harus dibolak-balik
beberapa kali dan terlarut sempurna. Hindari terjadinya busa.
Simpan sampel untuk keperluan pemeriksaan konfirmasi/
pengulangan. Hal-hal yang harus diperhatikan:
1. Menyimpan spesimen dalam lemari es dengan suhu 2-8 oC, suhu
kamar, suhu -20oC, suhu -70oC atau suhu -120oC jangan sampai
terjadi beku ulang
2. Untuk jenis pemeriksaan yang menggunakan spesimen plasma
atau serum. Maka plasma atau serum dipisahkan dulu baru
kemudian disimpan
3. Penyimpanan dalam wadah tertutup, dilapisi kertas parafilm,
diberi label yang jelas dan disusun dengan rapi sesuai tanggal
pemeriksaan didalam kulkas sampel
4. Apabila stabilitas sampel telah dilewati maka sampel yang
disimpan wajib dileluarkan dan dibuang sesuai prosedur
pembuangan limbah infeksius
5. Memberi bahan pengawet pada spesimen
6. Menyimpan formulir permintaan laboratorium ditempat
tersendiri.

Waktu penyimpanan spesimen dan suhu yang disarankan:


1. Kimia klinik : 1 minggu dalam refrigerator
2. Imuniserologi : 1 minggu dalam refrigerator
3. Hematologi : 1 hari pada suhu kamar
4. Koagulasi : 1 hari dalam refrigrator

Spesimen yang sudah diambil harus segera dikirim ke laboratorium


untuk diperiksa karena stabilitas spesimen dapat berubah

Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas spesimen antara lain:

1. Terjadinya kontaminasi oleh kuman dan bahan kimia


2. Terjadinya metabolisme oleh sel-sel hidup pada spesimen
3. Terjadinya pnguapan
4. Pengaruh suhu
5. Terkena paparan sinar matahari

Beberapa spesimen yang tidak langsung diperiksa dapat disimpan


dengan memperhatikan jenis pemeriksaan yang akan diperiksa.
Beberapa cara penyimpanan spesimen anatara lain:

1. Disimpan pada suhu kamar: penyimpanan rectal swab dalam


media Carry Blair untuk pemeriksaan Vibrio cholera, darah
EDTA selama 24 jam
2. Disimpan dalam lemari es dengan suhu 2-8 oC : serum/plasma
selama 7 hari
3. Penyimpanan spesimen lebih dari sehari dalam lemari es
dengan suhu -20oC dapat diberikan bahan pengawet seperti
thymol 1g/l untuk urin
4. Penyimpanan spesimen darah sebaiknya dalam bentuk serum
atau lisat

7.1.2 Tahap analitik


Tahap dimana bahan pemeriksaan siap untuk diperoses di
laboratorium. Terdapat 4 faktor yang mempengaruhi hasil
pemeriksaan yaitu:
1. Pemeriksa
- Pemeriksa harus terlatih
- Pemeriksa bekerja harus sesuai standar prosedur pemeriksaan
yang telah ditetapkan laboratorium
- Tidak boleh buta warna

2. Reagen
- Perhatikan tanggal pembuatan, tanggal pemakaian petama kali
dan kadaluarsa, tanggal pembelian dan penggunaan reagen
- Reagen disimpan pada suhu yang sesuai dengan petunhuj
penyimpanan dari pabrik masing-masing reagen
- Pada saat akan digunakan reagen sesuai jumlah yang
dibutuhkan
3. Alat baca
- Untuk mengurangi kesalahan pembacaan hasil pemeriksaan
gunakan alat baca semiotomatik/full otomatik untuk
meningkatkan ketelitian, ketepatan dan hasil yang dikeluarkan
lebih cepat
- Gunakan stabilizer untuk mengurangi kesalahan yang mungkin
terjadi akibat perubahan tegangan listrik yang akan
mempengaruhi pembacaan
- Pemeliharaan alat harian, mingguan, dan bulanan atau berkala
lainya
- Kalibrasi alat
- Kalibrasi dilakukan pada
a. Pertama kali alat akan dipakai
b. Setelah alat diperbaiki
c. Bila pada pengontrolan tidak didapatkan hasil yang sesuai
walaupun telah digunakan reagen dan kontrol yang baru.

4. Penggunaan bahan kontrol


Untuk menjamin ketepatan hasil pemeriksaan kimia urin pada
tahap analitik perlu pengontrolan menggunakan bahan kontrol urin
yang dilakukan setiap hari sebelum pemeriksaan dimulai. Bahan
kontrol digunakan :
- Setiap hari pada shift malam
- Pertama kali reagen baru digunakan
- Prtama kali alat baca digunakan atau setelah diperbaiki

Jenis bahan kontrol : bahan kontrol abnormal rendah, normal, dan


abnormal tinggi

Catat hasil pemeriksan bahan kontrol masing-masing parameter


setiap hari, kalau hasil sesuai dengan nilai yang telah ditetapkan
pabrik untuk bahan kontrol tersebut sesuai nilai masing-masing
parameter, masukkan dalam kurva kontrol (manual) atau lihat
hasil kontrol pada 2 SD, baru dilakukan pemeriksaan sampel
pasien pada hari itu. Kurva kontrol kualitas diarsipkan setiap bulan
untuk masing-masing parameter pemeriksaan.

Cara menggunakan bahan kontrol (kimia)

- Larutan bahan kontrol dengan air suling (ph 5-7)


- Putar perlahan sampai seluruh isi botol tercampur dengan
baik, bahan kontrol siap digunakan
- Simpan bahan kontrol yang telah dilarutakan dalam lemari es
suhu 2-8oC, tutup dengan parafilm jika akan digunakan,
diamkan dahulu pada suhu kamar sampai tercapai suhu yang
diinginkan
- Stabilitas bahan kontrol setelah dilarutkan bervariasi,
umumnya jika disimpan pada suhu 2-8oC stabil selama 7 hari
- Untk bahan kontrol parameter lain adalah berupa cairan yang
langsung bisa digunakan
Tahap analitik
Tahap analitik yaitu tahap muli dari mengola spesimen, mengkalibrasi
peralatan laboratorium sampai dengan menguji ketelitian ketepatan
menggunakan bahan kontrol. Tindakan pemantapan mutu internal
yang harus dilaksanakan pada tahap analitik adalah sebagai berikut:
1. Tahap pengolahan spesimen
Beberapa jenis pemeriksaan memelukan pengolahan terlebih
dahulu. Pengolahan spesimen antara lain sentrifugasi, destruksi
atau homogenisasi dsb. Pengetahuan mengenai teknik pengolahan
harus dikuasai benar, karena pengolahan yang kurang baik akan
mempengaruhi kualitas spesimen yang selanjutnya akan
mempengaruhi pula hasil pemeriksaan. Seperti untuk memproleh
serum, darah harus dibiarkan membeku dulu selama 30 menit baru
dapat dilakukan pemusingan untuk memproleh serum. Jangan
langsung memutar darah yang baru saja diambil. Khusus untuk
pasien yang mengalami hemodialisis, sampel darah beku harus
dibiarkan 90 menit sebelum diputar. Hal ini untuk memberi
kesempatan kepada sampel darah untuk membeku sempurna
sebelum sampel darah dapat diputar untuk mendapatkan serum
untuk pemeriksaan kimia klinik karena proses pembekuan darah
pada pasien HD sering terganggu oleh penggunaan heparin selama
HD berlangsung. Untuk pemeriksaan sedimen urin, urin harus
diputar pada kecepatan 1500 rpm selama 5 menit, tidak seperti
pemusingan untuk serum yang diputar pada kecepatan 3000 rpm
selama 15 menit. Untik memisahkan serum dan plasma harus
dalam waktu < 1 jam

2. Tahap pemeliharaan dan kalibrasi peralatan


Peralatan laboratorium merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium. Peralatan yang
digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
- Bersih , kering
- Tidak mengandung deterjen atau bahan kimia
- Terbuat dari bahan yang tidak mengubah zat-zat dalam
spesimen
- Sekali pakai buang (disposable)
- Steril (terutama untuk kultur kuman)
- Tidak retak/ pecah, mudah dibuka dan ditutup rapat, ukuran
sesuai dengan volume spesimen.
Selain itu peralatan yang digunakan di laboratorium perlu
dipelihara dan dikalibrasi secara teratur. Untuk meningkatkan mutu
laboratorium juga perlu memilih alat yang tepat. Pemilihan
peralatan perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
- Produksi pabrik yang sudah dikenal
- Memiliki ketelitian dan ketepatan yang tinggi
- Tersedia teknisi dan suku cadang yang mudah di dapat
- Tersedia fasilitas pelayanan purna jual
- Sedapat mungkin tidak tergantung pada reagen dari jenis/merk
tertentu
- Pengoprasian mudah dan praktis
- Batas deteksi jelas
Setiap peralatan yang ada harus dibuat protap pengoprasiannya
serta dipantau menggunaannya dan diuji mutu secara berkala.

3. Tahap uji kualitas air


Air didalam laboratorium digunakan untuk berbagai keperluan
antara lain pengenceran reagen ( air deterjen reagen), analisa
blanko, pencucian alat dan lain-lain. Bermacam-macam air yang
digunakan di laboratorium anatara lain:
1. Air suling
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi:
a. Pemeriksaan fisik : cairan harus jernih, tidak berbau, tidak
mempunyai rasa
b. Pemeriksaan keasaman dan kebasaan
c. Pemeriksaan amonium, besi, tembaga, timbal, kalsium,
klorida, nitrat, sulfat, karbondioksida, zat teroksidasi
d. Pemeriksaan sissa penguapan
2. Air demineralisasi
Pengujian air demineralisasi meliputi: pengujian seperti yang
dilakukan untuk air suling ditambah dengan pemeriksaan
dibawah ini
- Pemeriksaan ammonia albuminoid
- Pemeriksaan daya tahan listrik
3. Air bersih
Pemeriksaan air bersih mencakup pemeriksaan kimia, fisik, dan
mikrobiologi sesuai dengan permenkes no
416/permenkes/peraturan/IX/1990 tentang syarat-syarat dan
pengawasan kualitas air.

4. Tahap uji kualias reagen


Reagen yang digunkan dilaboratorium ada yang dapat dibuat
sendiri dan ada yang sudah jadi/komersial. Baik reagen yang dibuat
sendiri maupun yang komersial mempunyai persyaratan-
persyaratan tertentu:
- Reagen buatan sendiri
- Reagen komersial
Ada bernacam-macam reagen komersial. Pemilihan reagen harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut
1. Produksi pabrik yang telah dikenal
2. Sedapat mungkin dipilih reagen yang dipakai dalam metode
yang direkomendasikan oleh lembaga yang berwenang
3. Isi kemasan/volume sesuai dengan kebutuhan
4. Mempunyai kadaluarsa yang panjang
5. Mudah diperoleh di pasaran

Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:


1. Etiket/label wadah reagen
Umumnya pada reagen komersial sudah tercantum nama atau
kode bahan, tanggal produksi dan batas kadaluarsa serta
nomor batch reagen tersebut
2. Batas kadaluarsa
Perhatikan batas kadaluarsanya. Masa kadaluarsa yang
tercantum pada kemasan reagen yang disimpan pada kondisi
baik dan belum pernah dubuka reagen yang sudah pernah
dibuka mempunyai masa kadaluarsa lebih pendek dari reagen
yang belum dibuka.
3. Keadaan fisik reagen
Kemasan harus dalam keadaan utuh, tidak mengeras dan tidak
ada perubahan warna.
4. Kesesuaian antara reagen yang dipesan dengan jenis reagen
yang datang.

Penyimpanan reagen
Penyimpanan reagen pada dasarnya harus mengikuti ketentuan
yang berlaku untuk tiap jenis reagen antara lain:
1. Tutuplah botol waktu penyimpanan
2. Tidak boleh terkena sinar matahari langsung
3. Beberapa reagen ada yang harus disimpan dalam botol
berwarna gelap
4. Beberapa reagen tidak boleh diletakkan pada tempat yang
tidak berdakatan satu sama lainnya.
5. Bahan-bahan yang berbahaya diletakkan dibagian bawah/lantai
dengan label tanda bahaya

Pencampuran
Beberapa reagen memerlukan pencampuran satu dengan yang
lain atau pengenceran dengan aquadest sebelum digunakan.
Reagen yang belum dilarutkan sifatnya lebih stabil.

Cara pemakaian
Umumnya setiap reagen komersial dilengkai atau petunjuk cara
pemakaian yang dibuat oleh produsen. Cara emakaian ini biasanya
berbeda dari satu produsen dengan produsen lain dan tidak boleh
diubah atau dimodifikasi

Uji kualitas reagen


1. Uji kualitas harus dilakukan setiap minggu (sangat penting
untuk larutan pewarna ziehl nelseen)
2. Jika reagen sudah mendekati kadaluarsa
3. Bila ditemukan atau terlihat tanda-tanda kerusakan (timbul
kekeruhan, perubahan warna, timbul endapan, dll)
4. Bila terdapat kecurigaan terhadap hasil pemeriksaan
5. Setiap kali batch larutan kerja dibuat

Pengujian kualitas dapat dilakukan dengan:


1. Melakukan pemeriksaan bahan kontrol yang telah dilakukan
nilainya dengan menggunakan reagen tersebut
2. Menggunkan strain kuman
Uji berbagai jenis larutan pewarna dan reagen dengan
menggunakan kuman strain
3. uji kualitas antigen antisera (reagen imunologi)

dalam penggunaan antigen antisera dalam diagnostik perlu


memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. penggunan harus mengikuti petunjuk pabriknya
2. setiap akan digunakan antigen atau antibody dalam botol harus
dikocok dahulu dan disesuaikan suhunya dengan suhu kamar
3. simpan pada suhu yang dianjurkan
4. ada beberapa reagen serologik yang tidak boleh dibekukan.
Hindari pembekuan dan pencairan berulang-ulang
5. periksa masa kadaluarsanya, jangan memakai reagen atau
antisera/antigen jika masa kadaluarsanya terlampaui
6. untuk menguji aglutinasi antisera gunakan kultur kuman segar
dan murni yang diketahui reaktifitasnya
7. jika memungkinkan nyatakan kekuatan serum kontrol dengan
IU/ml
8. pasangan serum fase akut dan konvalesen dari penderita yang
sama harus diperiksa dengan nomor batch yang sama
9. untuk diagnosis serologik siphilis hanya digunakan prosedur
baku nasional atau internasional
10.setiap batch pemeriksaan serologi harus diikuti
- serum kontrol negatif (kontrol spesifisitas)
- serum reaktif yang lemah (kontrol sensitifitas)
- serum reaktif yang kuat ( kontrol titrasi)
- titer seluruh serum kontrol harus selalu dicatat

Uji kualitas antigen


1. uji biokimia
2. uji fisik-kimia
3. uji aglutinasi
4. uji titrasi
5. uji kemurnian

Uji antibody
1. Uji aglutinasi
2. Uji titrasi
3. Uji dengan berbagai antigen atau larutan NaCl

Penilaian hasil pemeriksaan bahan kontrol sehati-hari memakai aturan


westgard ( wastgard multirules quality kontrol)
Apabila hasil pemeriksaan terletak didalam batas perhitungan (mean
2SD), maka hasil pemeriksaan bahan kontrol dinyatakan terkontrol
baik sehingga pemeriksaan spesimen pada hari pemeriksaan tersebut
dianggap dapat diterima hasilnya.
1. Aturan 1
Merupakan aturan PERINGATAN. Aturan ini menyatakan bahwa
apabila satu nilai kontrol berada diluar batas 2 SD, tetapi masih di
dalam batas 3 SD, kita perlu waspada. Ini merupakan peringatan
dan mungkin adanya masalah pada instrumen atau malfungsi
metode. Yang harus dilakukan adalah melihat performan hasil
kontrol lainnya yaitu:
a. Hasil kontrol yang sebelumnya dalam level yang sama (accros
rum). Jika hasil kontrol sebelumnya dalam level yang sama
berada dalam batas 2SD maka kita dapat menggunkan
instrumen untuk pelayanan pasien. Jika kontrol hari/run
sebelumnya berada diluar batas 2SD yang sama, maka kita
harus menyelesaikan masalah tersebut sebelum
menggunakannya untuk pelayanan paien.
b. Hsil kontrol level lainnya pada saat dikerjakan hasil berbarengan
(within run). Jika kontrol level yang lain berada dalam batas
2SD, maka kita dapat menggunakan instrumen untuk pelayanan
pasien. Jika kontrol level yang lain berada diluar batas 2SD yang
sama (sama-sama 2SD atau sama-sama -2SD) maka kita harus
menyelesaikan masalah tersebut sebelum menggunakannya.
Terjadi penyimpangan hasil pemeriksaan bahan kontrol sehingga
perlu diteliti lagi prosedur pemeriksaannya tetapi tetap belum perlu
dilakukan pemeriksaan ulang. Kita tidak menggunakan aturan 1-2S
sendirian untuk menolak suatu run. Kita harus
mengkombinasikannya dengan aturan lain misalnya 2-2S.
2. Aturan 1-3S
Merupakan PENOLAKAN yaitu 1 (satu) hasil kontrol keluar dari
batasan baik 3 SD (diatas) atau -3SD (dibawah). 1-3S mrupakan ciri
kesalahan random dan merupakan awal dari kesalahan sistematik
yang besar. Satu saja nilai kontrol berada di luar batas 3SD kita
harus mengevaluasi instrument kita akan adanya kesalahan acak.
Instrumen tidak boleh di gunakan untuk pelayanan sampai masalah
yang mendasari teratasi. Aturan ini dapat diberikan untuk menolak
run, walaupun kita hanya menggunakan 1 level kontrol saja.

3. Aturan 22S
Merupakan PENOLAKAN, menggambarkan kesalahan sistematik
yaitu:
2 (dua) hasil kontrol terakhir dari level kontrol yang sama keluar
disisi yang sama baik 2SD diatas atau -2SD di bawah (accros run)
2 (dua) hasil kontrol dari level kontrol yang berada keluar disisi
yang sama baik 2 SD diatas atau -2SD dibawah (within run). Bila
hal ini terjadi berturut-turut pada bahan kontrol dengan level yang
sama kemungkinan permasalahan ada pada banan kontrol yang
dipergunakan.
4. Aturan R4S
Merupakan PENOLAKAN, aturan ini hanya dapat digunakan apabila
kita menggunakan dua level kontrol. Menggambarkan kesalahan
random yaitu : 2 (dua) hasil kontrol terakhir dari level kontrol yang
sama (accros run) atau berbeda (within run) keluar dari 2SD di sisi
yang berseberangan sehingga perbedaan nilainya menjadi 4 SD.
Jika 3 level yang dikerjakan dan 2 hasil diantaranya berbeda 4SD.
Bila titemukan keadaan ini, intrumen tidak boleh digunakan untuk
pelayanan sebelum masalah teratasi.
5. Aturan 41S
Merupakan PENOLAKAN, menggambarkan kesalahan sistematis
yaitu : 4 (empat) hasil kontrol terakhir dari level kontrol yang sama
(accros run) atau berbeda (within run) berada pada sisi yang sama
di atas nilai 1SD atau dibawah -1SD. Aturan ini dapat digunakan
pada 1 level kontrol saja maupun pada lebih dari 1 level kontrol
saja. Kita dapat tetap menggunakan intrument untuk pelayanan
namun sebaiknya kita melakukan maintenance terhadap instrumen
atau melakukan kalibrasi kit/instrumen

6. Aturan 10 (X)
Jika hasil pemeriksaan bahan kontrol didapatkan IN KONTROL.
Aturan ini menyatakan bahwa apabila sepuluh nilai kontrol pada
level yang sama maupun berbeda secara berturut-turut berada di
satu sisi yang sama terhadap rerata, kita perlu melakukan
maintenance terhadap istrumen atau melakukan kalibrasi
kit/instrumen. Aturan ini mendeteksi adanya kesalahan sistematik.
Bukan PENOLAKAN namun mengidentifikasikan harus memelihara
kinerja alat dengan meintenance atau kalibrasi instrumen
(PERINGATAN). Aturan ini dapat dimodifikasi menjadi aturan 8x,
atau aturan 12x. Modifikasi ini dapat dipertimbangkan sesuai
kondisi yang dihadapi di laboratorium kita.

Bila ini adalah aturan-aturan dari Westgard Multirules apabila


menggunakan tiga level kontrol
1. Aturan (2 dari 3)2s
Apabila 2 dari 3 kontrol melewati batas 2SD yang sama, kita
menyatakan bahwa kontrol tidak masuk. Kita perlu
membenahinya sebelum instrumen dapat kita gunakn untuk
pelayanan pasien.
2. Aturan 31S
Apabila 3 kontrol berturut-turut melewati batas 1SD yang sama,
kita menyatakan kontrol tidak masuk. Kita perlu membenahinya
sebelum instrumen dapat kita gunakan untuk pelayanan pasien.
3. Aturan 6x
Apabila 6 kali kontrol berturut-turut selalu berada pada sisi yang
sama terhadap rerata, kita menyatakan kontrol tidak masuk.
Kita perlu membenahinya sebelum instrumen dapat kita
gunakan untuk pelayanan pasien. Aturan ini pun dapat kita
modifikasi menjadi aturan 9x sehingga dibutuhkan lebih banyak
kontrol sebelum kita menolak suatu run.
4. Aturan 7T
Apabila 7 kontrol berturut-turut memiliki trand untuk menjauhi
rerata ke arah yang sama, kita menyatakan kontrol tidak masuk.
Kita perlu membenahinya sebelum instrumen dapat kita
gunakan untuk pelayanan pasien.

Tindakan harian
Kecendrungan atau pola harus diperiksa tiap hari. Jika hasil pada
hari yang bersangkutan menunjukan ada pola tertentu atau ada
diluar batas kontrol maka pengujian harus di ulang dan dilakukan
investigasi.

7.1.3 Tahap pasca analitik


Tahap pasca analitik yaitu tahap mulai dari mencatat hasil
pemeriksaan, interprestasi hasil sampai dengan palaporan. Tindakan
pemantapan mutu internal yang harus dilaksanakan pada tahap pasca
analitik adalah sebagai berikut:
a. Tahap pencatatan dan pelaporan hasil
Kegiatan pencatatan dan pelaporan harus dilaksanakan dengan
cermat dan teliti karena dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan
dan dapat mengakibatkan kesalahan dalam penyampaian hasil
pemeriksaan. Pemakaian Laboratory Information System untuk
pemeriksaan yang dilakukan pada alat otomatis sangat dianjurkan
kerena dapat mengurangi kesalahan pelaporan hasil karena
kesalahan identifikasi sampel atau kesalahan dalam penyampaian
hasil pemeriksaan. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
- Kesesuaian aturan pencatatan dan pelaporan hasil dengan
pasien/spesimen yang sesuai
- Penulisan angka dan satua yang digunakan
Umumnya hasil pemeriksaan berupa kalimat-kalimat singkat.
Khusus mengenai angka, pada pelaporannya perlu disesuaikan
mengenai desimal angka dan satuan yang digunakan terhadap
keperluan pasien maupun terhadap nilai normal. Bila diperlukan
suatu angka bulat, cukup dilaporkan dalam angka bulat, tanpa
desimal dibelakang koma. Satuan yang digunakan sebaiknya
adalah suatu internasional.
b. Pencantuman nilai normal
Pada pelaporan juga perlu dicantumkan nilai normal, yaitu rentang
nilai yang dianggap merupakan hasil pemeriksaan orang-orang
normal. Pada pencantuman hasil normal perlu dicantumkan metode
pemeriksaan serta kondisi-kondisi lain yang harus diinformasikan
seperti batas usia dan jenis kelamin. Satuan pelaporan juga harus
sama antara hasil pemeriksaan dengan hasil normal
c. Pencantuman keterangan yang penting, misalnya bila pemeriksan
dilakukan dua kali, keadaan sampel seperti lisis, ikterik atau lipemik
atau kondisi lain yang diperkirakan dapat mempengaruhi hasil dan
sebagainya.
d. Penyampaian hasil
Hasil yang boleh dikeluarkan oleh laboratorium adalah hasil yang
telah diverifikasi dan divalidasi oleh PJ shift dan penanggung jawab
laboratorium atau yang ditunjuk oleh penanggung jawab, ditandai
dengan adanya paraf pada bagian bawah lembaran hasil. Hasil
laboratorium yang memerlukan konsul dengan penanggung jawab
laboratorium harus dikonsulkan dengan menggunakan formulir
konsul seperti terlampir. Formulir tersebut harus ditandatangani
oleh dokter penanggung jawab dalam waktu 1x24 jam. Formulir
konsul dikumpulkan dan direkapitulasi setiap bulanya sebagai
bagian dari audit internal pemantapan mutu internal tahap pasca
analitik

Waktu pemeriksaan sangat menentukan manfaat laporan tersebut


untuk kepentingan diagnosis penyakit dan pengobatan pasien, oleh
karena itu hasil pemeriksaan perlu disampaikan secepat mungkin
segera setelah pemeriksaan selesai dilaksanakan.

Petugas laboratorium harus memberitahukan segera kepada dokter


atau laboratorium petunjuk untuk hasil yang berada dalam nilai
kritis sesuai standar prosedur yang berlaku. Setiap pemberitahuan
yang dilakukan harus didokuntasikan. Untuk hasil yang dikirim
sebagai suatu laporan sementara akhir harus selalu disampaikan
kepada peminta pemeriksaan. Petugas laboratorium harus
menghubungi dokter yang meminta pemeriksaan apabila terjadi
penundaan penyerahan hasil terutama jika penundaan berdampak
kepada perawatan pasien. Hasil dapat diberitahukan melalui
telepon atau sarana elektrik lain, diterima oleh yang berwenang
dan hasil lisan diikuti dengan hasil tertulis.

PELAPORAN NILAI KRITIS (CRITICAL VALUE) LABORATORIUM


Sebagai bagian dari International Patien Safety Goal (IPSG)
yang berhubungan dengan komunikasi efektif, maka pelaporan
hasil dari tes diagnostik yang kritis adalah bagian dari pokok
persoalan keselamatan pasien. Setiap hasil tes yang secara
signifikan berada diluar batas nilai normal atau terjadinya
perubahan ekstrim dari nilai laboratorium sebelumnya sehingga
memberi indikasi risiko tinggi atau kondisi yang membahayakan
kehidupan pasien harus segera dilaporkan.
Nilai normal untuk setiap tes pemeriksaan harus dicantumkan
pada setiap lembaran hasil tes yang diminta, nilai normal ini dapat
digunakan sebagai acuan untuk menentukan hasil yang dilaporkan
dari pemeriksaan berada dalam batas normal atau diluar batas
normal dan dianggap kritis untuk dapat segera dilaporkan kepada
klinisi. Petugas laboratorium yang bertugas melaporkan hasil kritis
kepada dokter yang meminta tes laboratorium/dokter umum yang
bertugas jaga pada saat itu. Petugas yang melaporkan adalah
analis laboratorium yang jaga pada shift tersebut dengan
berkoordinasi dengan penanggung jawab shift. Apabila nilai kritis
dilaporkan ke dokter umum yang bertugas pada saat itu, maka
dokter tersebut harus mendokumentasikan hasil pelaporan
tersebut dalam rekam medis pasien dalam catatan terintegrasi
pasien. Petugas laboratorium harus mencatat pelaporan hasil kritis
pemeriksaan, mencakup nama petugas laboratorium yang
melaporkan, jam dan tanggal pelaporan, nama dokter yang
meminta laporan dan stempel read back pada formulir
pemeriksaan. Petugas laboratorium yang akan melaporkan nilai
kritis kepada dokter yang meminta pemeriksaan terlebih dahulu
harus melakukan verifiksi terhadap hasil pemeriksaan tersebut
antara lain dengan mengecek kelayakan/kondisi sampel, melihat
keterangan klinis pasien, hasil pemeriksaan sebelumnya,
pengerjaan in duplo, konfirmasi manual atau konsultasi dengan
dokter penanggung jawab laboratorium (SpPK). Setelah proses
verifikasi selesai dilakukan, maka petugas laboratorium yang
melakukan pemeriksaan wajib melaporkan nilai kritis tersebut
kepada dokter yang meminta atau kepada dokter jaga dalam waktu
segera mungkin (as soon as possible/ASAP) dengan menggunakan
prinsip SBAR situation, background, assesment and
recommendation. Pelaporan nilai kritis oleh petugas laboratorium
diawali dengan menyebutkan salam dan menyebutkan identitas diri
petugas (nama, jabatan, dari bagian laboratotium) dan
menyebutkan nama tes laboratorium yang akan dilaporkan.
Petugas laboratorium menyebutkan nama pasien, umur, MR,
asal/bangsal, keterangan klinis pasien yang signifikan secara
singkat dan jelas dan dilanjutkan dengan pembacaan hasil tes,
lengkap dengan satuan dan nilai rujukan. Petugas laboratorium dan
dokter yang menerima laporan melaksanakan prosedur read back.
Read back yaitu membacakan kembali hasil kritis laboratorium
yang mempengaruhi suatu pengobatan. Lakukan stempel read
back yang diisi lengkap dan telah diparaf oleh yang melakukan
read back pada formulir permintaan laboratorium. Petugas
laboratorium wajib mencatat saran atau rekomendasi yang
diberikan oleh dokter yang menerima laporan di formulir
permintaan seperti permintaan pengulangan pemeriksaan dengan
sampel baru, pemeriksaan tambahan sebagai lanjutan hasil
pemeriksaan atau permintaan konfirmasi ke laboratorium rujukan.

Nilai kritis pemeriksaan laboratorium


Rumah Sakit Ibu dan Anak Bina Sehat Mandiri tahun ..

NILAI KRITIS PEMERIKSAAN HEMATOLOGI DEWASA


No. Pemeriksaan Satuan Batas Bawah Batas Atas
1. Hemoglobin g/Dl 7 20
2. Hematokrit % 20 60
3. WBC /L 2.000 30.000
4. Platelet /L 40.000 1.000.000
NILAI KRITIS PEMERIKSAAN HEMATOLOGI NEWBORN
No. Pemeriksaan Satuan Batas Bawah Batas Atas
1. Hemoglobin g/dL 10 22
2. Hematokrit % 33 72

NILAI KRITIS PEMERIKSAAN HEMATOLOGI ANAK


No. Pemeriksaan Satuan Batas Bawah Batas Atas
1. WBC /L 2.000 43.000
2. Platelet /L 20.000 1.000.000

NILAI KRITIS ANALISIS GAS DARAH NEWBORN


No. Pemeriksaan Satuan Batas Batas Atas Sampel
Bawah
1. PO2 mm Hg 35 90 Arteri

NILAI KRITIS ANALISIS GAS DARAH ANAK


No. Pemeriksaan Satuan Batas Batas Atas Sampel
Bawah
1. PO2 mm Hg 45 125 Arteri

NILAI KRITIS ANALISIS GAS DARAH DEWASA


No. Pemeriksaan Satuan Batas Batas Atas Sampel
Bawah
1. pH 7.2 7.6 Arteri,
kapiler
2. PCO2 mm Hg 20 70 Arteri,
kapiler
3. PO2 mm Hg 40 - Arteri

NILAI KRITIS PEMERIKSAAN KIMIA DEWASA


No. Pemeriksaan Satuan Batas Batas Atas Sampel
Bawah
1. Kreatinin mg/dL - 5.0 Serum/plas
ma
2. Glukosa mg/dL 40 450 Serum/plas
ma
3. Glukosa, CSF mg/dL 40 200 CSF
4. Urea nitrogen mg/dL - 80 Serum/plas
ma
5. Asam urat mg/dL - 13 Serum/plas
ma
6. cTnI (cardiac gl/L - 1.6 Serum/plas
troponin I) ma
7. CK ULN - 3-5 Serum/plas
ma
8. CKMB gl/L - 10 Serum/plas
ma

NILAI KRITIS PEMERIKSAAN KIMIA ANAK


No Pemeriksaan Satuan Batas Batas Atas Sampel
. Bawah
Albumin g/dL 1.7 6.8 Serum/plas
ma
Ammonia mol/L - 109 Plasma
Kalsium mg/dL 6.5 12.7 Serum/plas
ma
Kreatinin mg/dL - 3.8 Serum/plas
ma
Glukosa mg/dL 46 445 Serum/plas
ma
Glukosa CSF mg/dL 31 - CSF
Laktat mmol/dL - 4.1 Plasma
Protein g/dL 3.4 9.5 Serum/plas
ma
Protein CSF mg/dL - 188 CSF
Urea nitrogen mg/dL - 55 Serum/plas
ma
Asam urat mg/dL - 12 Serum/plas
ma
Bilirubin total mg/dL - 20

NILAI KRITIS PEMERIKSAAN ELEKTROLIT


No. Pemeriksaan Satuan Batas Batas Atas Sampel
Bawah
01. Kalsium mg/dL 6.0 13 Serum/pla
sma
02 Ion kalsium mmol/L 0.75 1.6 Plasma
03. Natrium mmol/L 120 160 Serum/pla
sma
04. Kalium mmol/dL 2.8 6.2 Serum/pla
sma
05. Klorida mmol/L 80 120 Serum/pla
sma

URINALISIS
No Pemeriksaan Sifat
.

1. Positif kuat untuk glukosa dan keton live


saving

2. Positif untuk gula pereduksi pada bayi non


emergen
cy

3. Positif untuk kristal patologis (urat, sistein, leusin, tirosin) non


emergen
cy

4. Darah, pus, atau protein 2+ non


emergen
cy

5. Jumlah koloni kultur urin >50000 coloni/mL untuk satu non


jenis organisme emergen
cy

NILAI KRITIS PEMERIKSAAN HEMOSTASIS


No. Pemeriksaan Satuan Batas Bawah Batas Atas
1 Fibrinogen mg/dL 100 800
2 PT Second - 30
3 APTT Second - 78

Sumber:
- Reference information for the clinical laboratory. In: Burtis CA, Ashwood
ER, Bruns DE, editors. Tietz Textbook of Clinical Chemistry and Molecular
Diagnostics. 4th ed. Missouri: Elsevier; 2006. p. 2317-8.
- Wallach J. Interpretation of diagnostic test. 8th edition. Philadelphia:
Lippincott Williams-Wilkins. P. 26-29

Daftar nilai kritis diatas adalah hasil rapat bagian laboratorium dengan klinisi
(dokter spesialis penyakit dalam, dokter spesialis anak, dokter spesialis
anastesi, dokter spesialis bedah, dokter spesialis kebidanan dan disertai oleh
Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak Bina Sehat Mandiri

Pelaporan hasil pemeriksaan cyto


Pemeriksaan cyto adalah jenis pemeriksaan dimana hasil pemeriksaan harus
dikeluarkan dalam waktu < 15 menit karena berhubungan dengan kebutuhan
penatalaksanaan pasien yang bersifat urgent/ gawat darurat. Pemeriksaan
yang termasuk permintaan cyto adalah pemeriksaan laboratorium yang
berasal dari UGD, ICU, HCU, PICU/NICU serta pemeriksaan dari ruangan
perawatan inap adalah: Hemetologi rutin, Analisa Gas Darah, CK, CKMB,
Troponin I/T, Golongan darah, gula darah, Elektrolit (Na,K,Cl,Ca ion), D-Dimer,
Amilase, Lipase. Setiap kali melaporkan hasil cyto harus dicatat jam sampel
diterima dan jam hasil dilaporkan untuk evaluasi pelaporan hasil cyto
berlangsung dalam waktu < 15 menit.

Dokumentasi/arsip
Setiap laboratorium harus mempunyai sestem dokumentasi yang lengkap.
Hasil suatu kegiatan pencatatan dan pelaporan hasuslah berupa dokumen
yang sifatnya lengkap, jelas dan mudah dimengerti serta tidak melupakan
efisiensi waktu penyimpanan dokumen tersebut kepada peminta
pemeriksaan. Perlu pula disediakan buku ekspedisi di dalam dan diluar
laboratorium. Kasus tertukar dan hilangnya spesimen dapat terjadi baik
dalam trasportasi didalam maupun diluar laboratorium sehingga hal ini harus
dihindari.

7.2Pemantapan Mutu Eksternal (PME)


Pemantapan mutu eksternal atau proficiency test (PT) adalah sebuah tipe
prosedur QC dimana laboratorium mendapatkan spesimen secara priodik
untuk analisis yang juga dikirimkan ke seluruh kelompok laboratorium
yang ikut berpartisipasi dalam program proficiency test. Tujuan dari
proficiency test adalah untuk mengawasi kualitas tes dalam sebuah
laboratorium, mengidentifikasi masalah dan membuat langkah koreksi
terhadap masalah apapun yang teridentifikasi.

Langkah-langkah pemantapan mutu eksternal adalah:


1. Pemberitahuan jadwal PME oleh instansi atau organisasi profesi yang
mengadakan kegiatan PME seperti Kemenkes, PDS Patklin, dll
2. Pendaftaran sebagai peserta PME sesuai parameter pemeriksaan yang
diinginkan (Hematologi, kimia klinik, imunoserologi, urinalisis, narkoba,
dan hemostasis)
3. Pembayaran biaya keikutsertaan PME
4. Pengoriman spesimen yang akan diperiksa oleh instansi atau
organisasi profesi ke laboratorium yang dinilai
5. Pemeriksaan spesimen PME oleh laboratorium sesuai jadwal yang
ditetapkan dari instansi/organisasi tersebut
6. Pengiriman hasil pemeriksaan oleh laboratorium ke instansi/organisasi
profesi yang mengadakan kegiatan PME
7. Pengolahan hasil oleh penyelenggara PME
8. Pelaporan hasil PME oleh instansi penyelenggara PME ke laboratorium
9. Evaluasi hasil PME oleh laboratorium

Beberapa prinsip mengadakan kegiatan PME sendiri untuk menilai


kemampuan alatnya memberikan hasil yang teliti dan akurat dengan
mengirimkan bahan kontrol secara priodik ke laboratorium-laboratorium
yang menggunakan alat tersebut.

7.3Sasaran Mutu laboratorium


Sasaran mutu laboratorium Rumah Sakit Ibu dan Anak Bina Sehat Mandiri
adalah :
1. Kegagalan pengambilan darah vena pasien dengan satu kali tusuk
yang dilaakukan analis. Target pencapaian 0.5%
2. Sampel yang berlebih dari tanda batas atau kurang, dan sampel lisis
tidak melebihi 1% dari jumlah sampling.

Sasaran mutu laboratorium dihitung setiap bulannya dan dievaluasi


setiap tahunnya.
BAB IX

PENUTUP

Pedoman pelayanan laboratorium Rumah Sakit Ibu dan Anak Bina Sehat
Mandiri ini menuat uraian mengenai aspek-aspek yang harus diperhatikan
dan dilaksanakan di setiap pelayanan laboratorium. Pelaksanaan
pelayanan laboratorium secara benar dan konsisten akan meningkatkan
mutu pelayanan dan mutu pemeriksaaan. Peningkatan mutu pelayanan
laboratorium secara langsung akan meningkatkan mutu pelayanan
laboratorium kesehatan. Pedoman pelayanan unit laboratorium Patologi
Klinik Rumah Sakit Ibu dan Anak Bina Sehat Mandiri ini dibuat supaya
dapat dijadikan sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan
laboratorium. Pedoman ini sangat penting artinya karena semua standar
dari aspek yang ada di laboratorium yaitu aspek sarana dan prasarana
serta standar mutu. Dengan demikian laboratorium klinik akan dapat
memberikan pelayanan yang lebih efisien, sistematis, dan benar sehingga
kualitas fungsinya yaitu fungsi pelayanan, pendidikan dan pelatihan
menjadi optimal. Optimalisasi fungsi laboratorium klinik sangat erat
hubungannya dengan kaputusan pengguna jasa, kesejahteraan karyawan,
pengembangan rumah sakit sehingga tercapai apa yang dicita-citakan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia, Dirjen PPM & PL dan


Dirgen Pelayanan Medik 2002
2. Pedoman Praktis Laboratorium Kesehatan yang benar (Good
Laboratory Practice), dirjen Bina Pelayanan Medik tahun 2008
3. Materi Pelatihan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi, Diklat tingkat
dasar Ppi tahun 2012
4. Pemantapann Mutu Internal Laboratorium Klinik 2010, Bagian
Patologi Klinik Fakultas Kedokteran UGM
5. Petunjuk Pelaksanaan Pemantapan Mutu Internal Laboratorium
Kesehatan Depkes RI 1997
6. Pedoman Pengelolaan Bank Darah Rumah Sakit (BDRS) Dirjen
Bina Pelayanan Medik Depkes RI 2008

Anda mungkin juga menyukai