Anda di halaman 1dari 33

LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

SUMBAWA
Nomor :
Tanggal :

PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI LABORATORIUM

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Laboratorium adalah suatu instalasi dimana berbagai
macam test pemeriksaan sampel dari pasien dikerjakan untuk
tujuan skrining, diagnosis maupun pemantauan terapi.
Pelayanan Laboratorium saat ini tidak hanya menjadi penunjang
diagnosis, tetapi juga sebagai penentu diagnosis, sehingga
pelayanan laboratorium harus diatur sedemikian rupa agar dapat
berjalan dengan baik dan lancar.

B. Tujuan Pedoman
1. Sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan laboratorium di
RSUD Sumbawa
2. Untuk meningkatkan mutu pelayanan laboratorium di RSUD
Sumbawa
3. Untuk melindungi masyarakat dari pelayanan yang tidak
professional
4. Untuk melindungi petugas dari resiko yang mengancam
kesehatan dan keselamatan selama bekerja di laboratorium

C. Ruang Lingkup Pelayanan


Pelayanan Laboratorium bukan hanya merupakan penunjang,
tetapi merupakan penentu diagnosis, sehingga memiliki peranan
yang cukup besar dalam penatalaksanaan pasien. Laboratorium
RSUD Sumbawa Besar melayani semua Instalasi pelayanan yang
ada di RSUD Sumbawa Besar, termasuk pelayanan instalasi
gawat darurat, sehingga pelayanan laboratorium tersedia 24 jam.
Laboratorium RSUD Sumbawa Besar melaksanakan
pelayanan specimen klinik dibidang hematologi, kimia

1
2

klinik,sebagian mikrobiologi klinik , sebagian parasitologi klinik


dan imunologi klinik. Beberapa parameter pemeriksaan yang
tidak dapat dikerjakan di Laboratorium RSUD Sumbawa Besar
akan di rujuk ke laboratorium rujukan yang bekerja sama
dengan laboratorium sehingga laboratorium Rumah Sakit Umum
Daerah Sumbawa dikategorikan sebagai Laboratorium terpisah
dari unit pelayanan lain di Rumah sakit, Instalasi laboratorium
juga menerima pasien dari luar jam kerja. Masyarakat yang bisa
mendapatkan pelayanan laboratorium di Instalasi Laboratorium
Rumah sakit Umum Daerah Sumbawa adalah pasien rawat jalan
dan rawat inap rumah sakit, pasien yang atas kemauannya
sendiri ingin mendapatkan pelayanan di Laboratorium RSUD
Sumbawa Besar, ataupun kiriman dari dokter di luar rumah
sakit.
Untuk pelayanan laboratorium di luar rumah sakit dipilih
berdasarkan rekomendasi dari Kepala Instalasi Laboratorium dan
dipilih berdasarkan reputasi yang baik dan memenuhi standar
Undang-Undang serta adanya pemberitahuan informasi secara
jelas kepada pasien apabila ada pemeriksaan yang dirujuk ke
laboratorium di luar rumah sakit.

D. Batasan Operasional
Pelayanan laboratorium RSUD Sumbawa Besar dilakukan
selama 24 jam sehari, 7 hari seminggu dan menerima semua
parameter pemeriksaan patologi klinik, mulai dari persiapan
pasien, pengambilan sampel pemeriksaan, pengerjaan sampel,
penulisan hasil dan distribusi hasil. Pelayanan Laboratorium
yang dilakukan dapat bersifat pelayanan biasa maupun cito.
Pelayanan cito diberikan untuk pasien IGD, IBS, dan VK.
Sedangkan pasien dari Instalasi lain yang membutuhkan hasil
cepat (dengan tulisan cito pada form permintaan Laboratorium),
juga diberikan hasil lebih cepat dibandingkan pasien lainnya.

E. Landasan Hukum
3

1. Undang-UndangRepublik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009


tentang rumah sakit.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
tentang kesehatan.
3. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan.
4. Pedoman Keamanan Laboratorium Mikrobiologi dan
Biomedis, Departemen Kesehatan, 1997.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 411
/Menkes/Per/III/2010 tentang Laboratorium Klinik.
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 44 tahun 2018 tentang
Keselamatan Pasien.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Kebutuhan jumlah tenaga laboratorium, tergantung dari
struktur organisasi, uraian tugas, bentuk kegiatan, jumlah kegiatan,
kebijakan, daerah, dan lokasi. Oleh karena itu, kebutuhan jumlah
tenaga tidak sama untuk setiap rumah sakit dan tidak ada standar
yang bisa diterapkan di semua rumah sakit, sehingga setiap rumah
sakit perlu menghitung kebutuhannya masing-masing.
Tugas-tugas Analis Laboratorium dibedakan dalam 2 kategori :
a. Tugas Sampling dan administrasi ( Verifikasi Hasil, Cetak
hasil dan Pengantaran hasil), yang berhubungan dengan
jumlah pasien.
b. Tugas Praanalitik dan analitik yang berhubungan dengan
jumlah pemeriksaan.
Laboratorium Rumah Sakit Umum Daerah Sumbawa yang
merupakan merupakan laboratorium klinik yang memiliki sorang
dokter patologi klinik sebagai penanggung jawab teknis sekaligus
kepala Instalasi Laboratorium, yang bekerja sepenuh waktu.
Laboratorium memiliki 8 tenaga analis kesehatan.

B. Distribusi Ketenagaan
Dalam sehari terdapat 3 shift jaga, sehingga total jumlah tenaga
yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan teknis laboratorium
adalah 8 orang untuk yang shift dan yang standbay 9 orang.
Tabel Kebutuhan SDM
Shif Jaga Jumlah Tenaga Spesifikasi
Shif Pagi 2 Analis Kesehatan
Shif Sore 2 Analis Kesehatan
Shif Malam 2 Analis Kesehatan
Shif yg Libur 2 Analis Kesehatan
Jumlah 8 Analis Kesehatan
Standbay pagi 11 Analis Kesehatan
Jumlah Analis 19 Analis Kesehatan

4
5

Ketenagaan di Laboratorium RSUD Sumbawa Besar, diatur


sesuai dengan Instalasi pelayanan yang ada. Saat ini, semua
petugas Laboratorium bertempat tugas di Laboratorium, namun
tetap melayani seluruh Instalasi pelayanan yang ada sehubungan
dengan letak masing masing Instalasi yang berdekatan.

C. Pengaturan Jaga
Pengaturan jaga di Laboratorum RSUD Sumbawa Besar
disesuaikan dengan waktu pelayanan dan jumlah pasien yang
dilayani. Laboratorium RSUD Sumbawa Besar menjalankan
pelayanan 24 jam, sehingga terdapat 3 siklus jaga, yaitu pagi, sore
dan malam. Dengan 8 tenaga sumber daya manusia laboratorium
membagi pengaturan jadwal dinas sebagai berikut :
a. Dinas pagi, jam 07.00 – 14.00 : 2 analis kesehatan
b. Dinas Siang, jam 14.00 – 20.00 : 2 tenaga analis kesehatan
c. Dinas Malam, jam 20.00 – 07.00 : 1 tenaga analis kesehatan
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruangan
Semua ruangan terutama yang dipakai untuk pemeriksaan
spesimen perlu mempunyai ventilasi yang baik dan mendapat sinar
matahari yang cukup. Ruang peneriman spesimen atau
pengambilan spesimen sebaiknya terpisah dari ruang pemeriksaan
untuk mencegah kontaminasi, terutama ruang pemeriksaan
mikrobiologi.
Menurut fungsinya, dalam garis besar ruangan – ruangan dibagi
dalam :
1. Ruang administrasi penerimaan dan sampling
2. Ruang pemeriksaan dan pengolahan hasil
Yang tidak kalah penting adalah tempat/ruangan penunjang
seperti : tempat/ruang penyimpanan bahan kimia/reagensia yang
memenuhi persyaratan keselamatan kerja dan persyaratan
penyimpanan reagensia itu sendiri antara lain ruangan dingin atau
lemari pendinginan untuk penyimpanan reagensia tertentu, WC
serta ruangan cuci tempat pembuangan sisa-sisa bahan
pemeriksaan (waste disposal). Ruang Labotarium RSUD Sumbawa
Besar terdiri dari ruang penerimaan pasien, administrasi dan
pengambilan specimen pemeriksaan, ruang pengerjaan pemeriksaan
dan pengolahan hasil, ruang pengecatan, dan kamar mandi. (Denah
Ruangan Terlampir)

B. Standar Fasilitas
Perkembangan teknologi dalam dunia kedokteran umumnya
dan bidang klinik khususnya, akhir-akhit ini makin pesat. Produsen
peralatan laboratorium berlomba meningkatkan kwalitas serta
kecanggihan alat untuk memenuhi kebutuhan keinginan
masyarakat serta kecanggihan dan pemberi jasa laboratorium.
Namun demikian, penerapan teknologi tanpa penapisan dan
penyesuaian dengan situasi, kondisi serta kebutuhan masing –
masing negara akan membawa akibat yang tidak diinginkan,

6
7

diantaranya melambungnya biaya pemeriksaan laboratorium.


Untuk memberikan pelayanan laboratorium yang berhasil dan
berdaya guna, pemilihan jenis dan jumlah alat laboratorium harus
disesuaikan dengan pelayanan medik yang dibutuhkan, yang
tentunya berbeda antara berbagai kelas rumah sakit yang ada.
Untuk pemeriksaan rutin dan banyak jumlahnya dalam satu hari,
dan dilakukan otomatisasi pekerjaan misalnya:
1. Urinalisa seperti :
Urine lengkap, Reduksi urine, Protein urine, Bilirubin urine
2. Hematologi seperti :
Darah lengkap, GDT, Faal Hemostasis, LE-Sel dll.
3. Kimia klinik tertentu seperti :
glukosa, fungsi hati, fungsi ginjal, lemak Darah, LDH,
CKMB, CRP, TIBC, Elektrolit, Analisa Gas darah, Transudat
& Eksudat, Analisa Sperma dll.
4. Imunologi dan serologi seperti :
HbsAg, Anti HBs, HCV, Anti HCV, HIV, VDRL, RF, ASTO,
Troponi 1, NS1, DHF, Typoid IgG & IgM, Widal slide, Golda,
dll.
5. Toxikologi seperti :
Narkoba Ampethamine, Metamphetamine, Morphine, THC,
dan Benzodiazepin.
6. Parasitologi seperti :
Malaria, Faeces dll.
7. Mikrobiologi seperti :
BTA, MH Leprae, PAP TB, Cat Gram, Jamur, Sperma Direk
dll
Disamping penyesuaian dengan pelayanan diberbagai kelas rumah
sakit, dalam memilih alat laboratorium faktor – faktor penting yang
perlu diperhatikan adalah :
1. Kemampuan alat
2. Kemudahan penyediaan reagen yang dipakai dengan alat itu.
3. Kemudahan operasional
4. Ketelitian dan ketepatan alat
5. Kemudahan pemeliharaan
8

Mengabaikan salah satu faktor di atas dapat mengakibatkan


pelayanan dengan menggunakan alat tersebut tidak memberikan
hasil yang diharapkan. Apabila dikehendaki standarisasi peralatan
laboratorium untuk rumah sakit kelas A,B, C dan D yang dimaksud
bukanlah standarnisasi merek alat, tetapi standarisasi berdasarkan
faktor – faktor :
LABORATORIUM RUMAH SAKIT
JENIS
UMUM DAERAH SUMBAWA
GEDUNG
R. Hematologi +
R Kimia Klinik +
R Mikrobiologi +
R Serologi /Imunologi +
R Pengambilan bahan +
R Penyimpanan / Gudang +
R Penyimpanan dingin +
R. Tunggu +
R. Jaga / Tidur +
R. Cuci & WC +
Mebel : +
Meja kerja +
Meja tulis +
Lemari bahan kimia -
Lemari arsip -

PERALATAN KANTOR:
Komputer 1
Alat Tulis +
Formulir +
Pemeriksaan/Hasil Lab +
Telepon -
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Pendaftaran dan Pencatatan


Perawat ruangan membawa Formulir Permintaan dan sampel
pasien ke ruangan Instalasi Laboratorium yang telah dilengkapi
Formulir Permintaan Pemeriksaan Laboratorium dengan
menempelkan stiker/menuliskan identitas pasien yang berisi
nama, Tanggal lahir/jenis kelamin,alamat,No RM, menuliskan
ruang rawat, nama dokter, tanggal periksa, diagnose, status
pasien serta centangan parameter yang diminta.
Petugas administrasi Laboratorium menerima sampel dan
Formulir Permintaan Pemeriksaan Laboratorium. Lalu petugas
administrasi melakukan pencatatan ke buku register dan sampel
di serahkan ke petugas analis Laboratorium. Jika pasien rawat
jalan maka dilakukan pendaftaran di loket pendaftaran..setelah
dilakukan pemeriksaan oleh dokter dan mengharuskan
pemeriksaan Laboratorium, maka pasien diarahkan ke
Laboratorium sambil membawa formulir permintaan pemeriksaan
Laboratorium. kemudian pasien menyerahkan formulir
permintaan pemeriksaan Laboratorium, lalu petugas administrasi
Laboratorium menerima dan mencatat identitas pasien ; nama,
nomor RM, umur, alamat, Ruangan, dokter pengirim, diagnos,
statu pasien ( Umum / BPJS / JKN) dan sambil membuat rincian
pelayanan. Bila status pasien umum maka akan dibuat rincian
baiaya tindakan yg kemudian dilakukan pembayaran ke kasir.
Dan Jika status pasien BPJS / JKN maka diberikan rincian
tindakan saja. Petugas Laboratorium melakukan identifikasi
pasien.
Petugas Laboratorium, Kemudian menjelaskan kepada pasien
tentang pemeriksaan apa saja yang akan dilakukan, serta
menyampaikan persyaratan pemeriksaan Laboratorium apakah
sudah dilaksanakan dengan baik dan benar oleh pasien.
Perawat Laboratorium mengambil sampel/bahan pada pasien
sesuai dengan form permintaan pemeriksaan pasien .Petugas

9
10

administrasi Laboratorium menginformasikan lamanya waktu


yang diperlukan dalam pemeriksaan tersebut (janji hasil) mengacu
pada Protap Pemeriksaan dan dipastikan bahwa bahan / sampel
tersebut memenuhi syarat untuk diperiksa. Jam pengambilan
sampel dicatat pada Formulir Permintaan Pemeriksaan
Laboratorium.

B. Pengelolaan Spesimen
Semua bahan pemeriksaan/sampel dianggap infeksius karena
berasal dari manusia yang tidak diketahui apakah infeksius atau
tidak.Semua bahan pemeriksaan (sampel) diberikan identitas
pasien. Identitas pasien ini menurut nama, alamat, RM,umur.
Pada surat permintaan pemeriksaan laborat juga ditulis :
a. Tanggal permintaan
b. Jam pengambilan sampel
c. Identitas pasien yang meliputi nama, umur, jenis kelamin,
alamat,RM, ruangan tempat dirawat.
d. Identitas dokter pengirim.
e. Diagnosis dan keterangan klinis.
f. Pemeriksaan laboratorium yang diminta.
g. Nama pengambil sampel.

a. Spesimen Darah
1. Darah Vena dengan Spuit
b. Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau dengan
Aseptic Gel.
c. Pasang tourniquet pada lengan atas yang akan dipunksi
(sambil menunggu alkohol di tangan kering)
d. Gunakan sarung tangan
e. Raba vena untuk menentukan vena yang akan dipunksi
f. Bila vena tidak teraba dan pengambilan darah akan
dilakukan tanpa sarung tangan, jelaskan kepada pasien
tentang keadaan tersebut.
g. Desinfeksi dengan kapas alkohol 70% pada bagian kulit di
atas vena yang akan dipunksi.
11

h. Lepaskan tourniquet dan siapkan alat yang diperlukan


untuk pengambilan darah sesuai permintaan dan cara
pengambilannya (sambil menunggu alkohol desinfektan
kering).
i. Pasang tourniquet kembali, tusukkan jarum ke dalam vena
dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas dengan
sudut 15 - 300.
j. Selama jarum di dalam vena, hindari gerakan seminimal
mungkin. Jarum jangan ditarik atau ditekan, sebab akan
menimbulkan rasa nyeri. Tarik syringe plunger sehingga
darah mengisi syringe.
k. Segera lepaskan tourniquet setelah darah mengalir.
l. Biarkan pasien membuka genggaman tangannya.
m. Jangan membiarkan tourniquet terpasang > 1
menit,kecuali:
a) Pasien dengan vena yang rapuh ( kolaps ).
b) Pengambilan darah yang sulit
n. Bila syringe telah terisi sesuai kebutuhan, lepaskan jarum
perlahan – lahan. Segera tekan dengan kapas/gaas selama
3 – 5 menit.
o. Plester bagian yang telah ditutup kapas/gaas (informasikan
bahwa penutup luka dapat dibuka setelah 15 menit).
p. Jangan biarkan pasien menekuk lengan.
q. Tusukkan jarum ke dalam penutup tabung, isi tabung sampai
kevakumannya habis
r. Tusukkan jarum ke tabung lain sesuai kebutuhan.
s. Bolak-balik isi tabung agar bercampur dengan antikoagulan
( 5-10 kali).
t. Tutup jarum dengan penutupnya (menggunakan satu
tangan), buang jarum dan syringenya ke dalam disposave.
u. Tempelkan stiker identitas /penulisan identitas pasien pada
tabung.
v. Lepaskan sarung tangan dan cucilah tangan dengan air
mengalir dan sabun. Bila pengambilan darah dilakukan
secara berturut-turut, pencucian tangan saat akan
12

mengambil pasien lain dapat dilakukan dengan aseptic gel


saja. Pencucian dengan air mengalir dan sabun dilakukan
pada saat sebelum mengambil pasien pertama dan setelah
mengambil pasien terakhir.
Ketentuan Pemberian Label
Pelabelan pada tabung dilakukan dengan menempel
stiker/penulisan pasien identitas pasien pada tabung.
Pemberian label dilakukan setelah selesai melakukan
tusukan/flebotomi. Sesuaikan data pada stiker identitas pasien
dengan data pada formulir permintaan dan gelang pasien.
Jangan meninggalkan pelabelan sebelum selesai.
Pemindahan darah dari spuit ke tabung
Arahkan jarum ke dinding tabung agar darah yang keluar
menyentuh dinding tabung (bukan dasar tabung) sehingga darah
tidak lisis. Untuk pemeriksaan darah lengkap, darah
dimasukkan ke dalam tabung yang berisi antikoagulan EDTA.
Untuk pemeriksaan faal hemostasis, darah dimasukkan ke
dalam tabung yang berisi antikoagulan Na sitrat, untuk
pemeriksaan kimia / imunoserologi, darah dimasukkan ke
dalam tabung tanpa antikoagulan.

2. Darah Kapiler
Persiapan Alat :
1. Kapas alkohol 70%
2. Kapas steril
3. Lancet steril
a. Membersihkan Bagian Kulit
Bagian kulit dibersihkan dengan kapas alkohol 70%. Biarkan
kering.
b. Pengambilan dari jari
1. Tangan diletakkan diatas meja dengan posisi telapak
menghadap keatas.
2. Pilih bagian yang akan ditusuk (jari tengah dan jari manis),
desinfeksi dengan kapas alkohol 70%, kemudian biarkan
kering.
13

3. Pegang jari pasien dengan ibu jari dan telunjuk petugas


sampling.
4. Tusukkan lancet pada bagian samping ujung jari dengan
arah tusukan searah garis tangan.
5. Buang lancet pada disposave.
6. Tekan bagian yang darahnya keluar ( jangan terlalu
keras ).
7. Seka tetesan darah pertama dengan kapas steril.
8. Tetesan kedua dipakai untuk pemeriksaan.
Spesimen Urine
a. Cara pengambilan dan penampungan spesimen urine:
Penampungan urine dilakukan dengan menggunakan pot
urine bersih, kering dan bertutup ulir. Sebelum berkemih,
penderita harus membersihkan alat kelamin dengan air
mengalir.
b. Bahan urine harus diperiksa maksimal 1 jam setelah
berkemih.

Spesimen faeces
a. Cara memperoleh specimen faeces:
Minta kepada pasien untuk menampung sebagian faecesnya
ke dalam pot faeces yang bersih, kering dan bertutup ulir
( bagian faeces yang bercampur darah/lendir ). Faeces tidak
boleh diambil dengan menggunakan tissue atau bahan lain
yang menyerap cairan, tidak boleh diambil dari popok sekali
pakai dan tidak boleh bercampur dengan urine.
Faeces segera dibawa ke Lab karena pemeriksaan sebaiknya
dilakukan tidak lebih dari satu jam setelah pengambilan
bahan.
b. Tempelkan stiker/penulisan identitas pasien pada
wadah/penampung sesuai dengan gelang pasien dan formulir
permintaan pemeriksaan laboratorium.
c. Setelah pemeriksaan selesai, faeces langsung dibuang
14

Spesimen sputum
a. Jelaskan pada pasien bahwa dahak yang terbaik untuk
pemeriksaan adalah dahak yang dibatukkan dari dalam
dada/paru-paru.
b. Jika pasien menggunakan gigi palsu, lepaskan gigi palsu
tersebut terlebih dahulu.
c. Siapkan pot dahak yang bersih, kering dan bertutup ulir, dan
beri label yang jelas pada dinding pot
d. Pengumpulan dahak dilakukan di ruang terbuka agar terkena
sinar matahari langsung.
Memberi petunjuk kepada pasien:
a.Kumur dengan air sebelum mengeluarkan dahak
b. Tarik nafas dalam-dalam, hembuskan sekuat-kuatnya,
lakukan 2 – 3 kali. Selanjutnya tarik nafas dalam-dalam
kemudian ditahan dan rasakan dahak akan keluar, batukkan
dengan keras.
c. Letakkan pot / wadah yang sudah dibuka, dahak yang keluar
ditampung
d.dalam pot tersebut ( pot yang digunakan bermulut lebar )
e.Tutup pot dengan kuat dengan cara memutar tutupnya
f.Tempelkan Stiker identitas pasien pada pot penampung
sputum
g.Bagi pasien yang sulit mengeluarkan dahak dapat diatasi
dengan cara:
a) Gelitik bagian anak lidah / batang tenggorokan dengan lidi
kapas
b) Pasien minum air hangat / teh manis
c) Pasien olah raga ringan / jalan-jalan / berjemur dibawah
matahari dengan posisi tidur telungkup
h. Dahak yang baik untuk pemeriksaan adalah dahak yang
berwarna kuning kehijauan. Air liur / secret hidung / ingus
tidak sesuai / tidak dibenarkan. Bila bahan yang diterima
tidak sesuai, maka bahan ditolak dan penderita diminta untuk
mengambil dahak ulang.
i. Bila tidak ada dahak yang dapat dikeluarkan maka:
15

a) Pot dahak yang telah dipakai, dibuang ketempat sampah


medis
b) Tulis “Tidak ada Spesimen” pada form permohonan Lab
TBC
c) Sarankan agar penderita selalu menutup mulut dengan
masker setiap kali batuk dan jangan membuang dahak di
sembarang tempat
Setelah pemeriksaan selesai, pot dahak disiram dengan
desinfektan dan dibuang. Untuk pemeriksaan yang menggunakan
sampel serum,untuk segera dapat dilakukan pemeriksaan. Setelah
selesai melakukan pemeriksaan, bahan sisa pemeriksaan yang
masih dalam cup sample yang sudah diberi label disimpan dalam
suhu 2-80C selama 48 jam. Untuk pemeriksaan CITO / IGD hasil
dapat diketahui :
a. 15 menit untuk pemeriksaan darah lengkap tanpa ada
pengulangan.
b. 1 Jam untuk pemeriksaan kimia klinik.

Untuk pemeriksaan regular / biasa dapat diketahui :

a. Pasien Rawat Jalan :


Semua pemeriksaan dilakukan tidak lebih dari 2
jam
( standart waktu tunggu ≤ 120 menit).
b. Pasien Rawat Inap :
Dalam waktu 2 jam setelah pengambilan sampel
untuk semua jenis pemeriksaan.

Untuk pemeriksaan rujukan hasil dapat diketahui dalam waktu 1


minggu setelah pengiriman sampel.

1. Laboratorium rumah sakit menetapkan nilai ambang


kritis bagi setiap jenis pemeriksaan, bila ada hasil yang
kritis segera dilaporkan oleh petugas laborat ke perawat
ruangan / dokter yang meminta pemeriksaan melalui via
telepon, sebelum hasil dikeluarkan dan
didokumentasikan di buku laporan.
16

2. Hasil pemeriksaan dicatat di blanko permintaan


pemeriksan laboratorium.
3. Hasil pemeriksaan tersebut diketik di computer rangkap
dua untuk pasien umum, copi pertama untuk arsip di
rekam medis dan ditempel, copi kedua diberikan kepada
pasien.
Rangkap tiga untuk pasien askes dan asuransi, copi
pertama untuk arsip di rekam medis, copi kedua untuk
klaim asuransi / askes, copi ketiga untuk diberikan
kepada pasien.
4. Hasil pemeriksaan untuk pasien rawat inap diantar oleh
petugas laboratorium ke masing-masing ruangan, dengan
membawa buku ekspedisis laboratorium , untuk
ditandatangani perawat yang bersangkutan.

C. Penetapan dan Evaluasi Rentang Nilai Normal dan Nilai Kritis


1.Nilai Normal
Nilai Normal Nilai Normal
No Tes Satuan
Pria Wanita
1. Haemoglobin 13,2 – 17,3 11,7 - 13,2 g/dl
2. Hematokrit 40 - 52 35-47 %
3. MCV 80 -100 80 -100 fl
4. MCH 26 - 34 26-34 pg
5. MCHC 32 - 36 32-36 g/dl
6. RBC 4,4 – 5,9 3,8 – 5,2 10^6/ul
7. RDW 11,5 – 14,5 11,5 – 14,5 %
8. Jumlah lekosit 3,8 – 10,6 3,6 - 11 10^3/ul
9. Hitung jenis 5 diff
- Limfosit 25 - 40 25-40 %
- Monosit 2-8 2-8 %
- Granulosit 50 - 70 50-70 %
- Eosinofil 2–4 2–4 %
- Basofil 0–1 0–1 %
10. Trombosit 150 – 440 150 – 440 10^3/ul
11. MPV 6,8 – 10 6,8 – 10 Fl
12. LED 0–10 0–20 mm/jam
13. PPT 12,3 12,3 Detik
14. APTT 24,4 24,4 Detik
15. Waktu perdarahan 1–8 1–8 Menit
16. Waktu pembekuan 8–18 8–18 Menit
17. Retikulosit
18. Cooms test Negative Negative
19. Malaria Negative Negative
20. Retraksi bekuan − −
17

Nilai Normal Nilai Normal


No Tes Satuan
Pria Wanita
21. Gula darah puasa 74 – 106 74 – 106 mg/dl
22. Gula darh 2 j PP < 120 < 120 mg/dl
23. Gula darah sesaat < 200 < 200 mg/dl
24. HbAiC <= 6,5 <= 6,5 %
25. Kolesterol Total 100 – 200 100 – 200 mg/dl
26. HDL kolesterol >45 >45 mg/dl
27. LDL kolesterol <100 <100 mg/dl
28. Trigliserid <150 <150 mg/dl
29. SGOT 8–33 8–33 U/L
30 SGPT 4–36 4–36 U/L
31. Gamma GT 0–30 0–30 U/L
32. Alkaline phosphatase 30 – 120 30 – 120 U/L
33. Bilirubin Total 0,1 – 1,0 0,1 – 1,0 mg/dl
34. Bilirubin direct 0–0,2 0–0,2 mg/dl
35. Bilirubin indirect
36. Total protein 6–8 6–8 g/dl
37. Albumin 3,4 – 4,8 3,4 – 4,8 g/dl
38. Globulin g/dl
39. Ureum 24–50 24–50 mg/dl
40. BUN
41. Kreatinin 0,8 – 1,3 0,6 – 1,0 mg/dl
42. Asam Urat 4,3 – 7,6 2,9 – 6,5 mg/dl
43. CKMB Mass <4 <4 ng/ml
44. Kreatinin klearens
45. Natrium 135 - 147 135 - 147 mmol/L
46. Kalium 3,5–5 3,5–5 mmol/L
47. Chlorida 95 – 105 95 – 105 mmol/L
48. Calsium ion 1,16 – 1,32 1,16 – 1,32 mmol/L
49. Calsium total 8,8 – 10,0 8,8 – 10,0 mg/dl
50. Fosfor
51. Pemeriksaan BGA:
- PH 7,350- 7,450 7,350- 7,450 −
- PO2 83,0 – 108,0 83,0 – 108,0 mmHg
- PCO2 35,0 – 48,0 35,0 – 48,0 mmHg
- O2 saturasi 94-98 94-98 %
- BE (-)2 – (+)3 (-)2 – (+)3 mmol
- HCO3 23–27 23–27 mmol/L
52. Widal :
- Typhi O Negative Negative -
- Typhi H Negative Negative -
- Paratyphi A Negative Negative -
- Paratyphi B Negative Negative -
53. IgM Salmonella Negative Negative -
54. Anti dengue IgG IgM Negative Negative -
55. HbsAg Negative Negative -
56. Anti Hbs Negative Negative mlU/ml
(<10,0) (<10,0)
57. Troponin T <50 <50 ng/L
58. TB/ICT Negative Negative −
18

Nilai Normal Nilai Normal


No Tes Satuan
Pria Wanita
59. Dengue NS1 Negative Negative −
60. Urine lengkap :
- Warna − − −
- Kekeruhan − − −
- PH − − −
- Berat jenis − − −
- Protein Negative Negative mg/dl
- Glukosa Negative Negative mg/dl
- Keton Negative Negative mg/dl
- Bilirubin Negative Negative -
- Urobilinogen <=0,2 <=0,2 E.U/dl
- Eritrosit Negative Negative −
- Lekosit Negative Negative −
- Nitrit Negative Negative −
Sedimen urine :
- WBC 0–5 0–5 /lpb
- RBC 0–1 0–1 /lpb
- Silinder Negative Negative −
- Epitel − − −
- Kristal Negative Negative −
- Bakteri Negative Negative −
61. Esbach
62. Pemeriksaan Feses :
- Warna − − −
- Konsistensi − − −
- Bau − − −
- Lender Negative Negative
- Darah Negative Negative
- Parasit Negative Negative
- Sel Epitel Negative Negative
- WBC feses 0–1 0-1 /lpb
- RBC feses 0–1 0–1 /lpb
- Telur Negative Negative
- Kista Negative Negative
- Benzidine Negative Negative
- Karbohidrat Negative Negative
- Lemak Negative Negative
- Sisa makanan - - -
- Darah samar - -

2. Nilai Kritis ( Critical Value) Hasil Laboratorium


A. HEMATOLOGI
PARAMETER LOW HIGH

Hemoglobin (Hb) ≤ 7,0 g/dl >20 g/dl

Hematokrit (Hct) < 20 % >60 %


19

Leukosit < 500/ µl >30.000/µl

Trombosit (Dws) < 50.000/ µl >1.000.000/µl

Trombosit (Anak) < 20.000/ µl >1.000.000/µl

PT None >30 detik

APTT None >100 detik

INR None >3,6

B. KIMIA DARAH

PARAMETER LOW HIGH

Glukosa Serum < 45 mg/dl ≥ 500 mg/dl

Glukosa (Bayi) Serum < 30 mg/dl ≥ 300 mg/dl

Albumin Serum < 1,5 g/dl

Ureum Serum < 2 mg/dl >80 mg/dl

Kreatinin Serum None ≥ 10 mg/dl

Bilirubin Total (DWS) None >12 mg/dl

Bilirubin Total (Bayi) None >15 mg/dl

Natrium Serum (Na) < 120 meq/l >160 meq/l

Kalium Serum < 2,8 meq/l >6,2 meq/l

Kalium (Bayi baru < 2,5 meq/l >8,0 meq/l


lahir)
Calsium (Ca) Serum < 6,5 meq/l >14 mg/dl

PARAMETER LOW HIGH

Clorida (Cl)Serum – >115 meq/l

Arterial PH < 7,10 >7,59

Arterial PCO2 < 20 mmHg >75 mmHg

Arterial PO2 (dws) < 40 mmHg –

ArterialPO2(Bayi lahir) < 37 mmHg >92 mmHg

D. Pengelolaan Limbah
Sampah di instalasi laboratorium ada 2 (dua) jenis :
20

1. Sampah Medis
2. Sampah Non Medis
a. Sampah Medis
Sampah medis cair (urine dan sisa limbah
pemeriksaan/alat), sampah medis padat (darah dalam
tabung, faeces dalam pot, sputum dalam pot, serum dalam
cup sampel, spuit, jarum, pot urine, kapas dan tissue dengan
noda bahan pemeriksaan
Cara Penanganan
a) Sampah Medis Cair dibuang di wastafel yang salurannya
langsung ke pengolahan limbah ( IPAL ).
b) Sampah Medis Padat dimasukkan kedalam kantong
plastik warna kuning, lalu dibawa ke TPA (tempat
pembuangan akhir) untuk kemudian dibawa ke
insenerator. Khusus untuk jarum dan Syringe bekas
dimasukkan dalam disposave
b.Sampah Non Medis atau Domestik (Kertas, tissue dan plastik)
Cara penanganan
a) Kertas bekas yang masih bisa digunakan, disimpan
dalam keranjang kertas bekas.
b) Kertas bekas yang tidak bisa digunakan lagi, sampah
tissue dan plastic dimasukkan ke dalam kantong plastik
warna hitam
c) Kantong plastik warna hitam yang sudah berisi sampah
non medis dibawa ke tempat pembuangan akhir

E. Laporan Hasil dan Arsip


Hasil yang sudah selesai, dicek kesesuaiannya, ditandatangani
oleh petugas jaga saat itu, dibubuhi nama dan stempel
Laboratorium RSUD Sumbawa. Hasil tersebut dimasukkan ke dalam
amplop.Hasil dan buku ekspedisi tersebut dibawa petugas
laboratorium ke ruangan, dan buku ekspedisi ditandangani oleh
pasien/petugas ruangan yang menerima hasil. Formulir permintaan
pemeriksaan laboratorium disimpan di laboratorium selama sebulan
21

dan disimpan di gudang selama dua tahun. Hasil pemeriksaan


laboratorium tersimpan di buku register dan hardcopy.

F. Pemeliharaan dan Kalibrasi alat


Kalibrasi peralatan di Laboratorium dapat dibedakan menjadi
kalibrasi internal dan eksternal. Kalibrasi internal dilakukan oleh
teknisi masing-masing alat untuk peralatan yang digunakan untuk
mengerjakan pemeriksaan Laboratorium/pengukuran kadar analitik
dalam sampel pasien. Kalibrasi internal dilakukan saat minimal
setahun sekali teknisi alat melakukan pengecekan alat secara
menyeluruh. Kalibrasi eksternal dilakukan oleh BPFK Surabaya,
untuk alat-alat seperti mikropipet, roller mixer, rotator, kulkas,
sentrifuge dan inkubator. Kalibrasi ini dilakukan setahun sekali.

G. Trouble Shooting
Bila terjadi kerusakan pada alat pemeriksaan Laboratorium,
maka petugas laboratorium akan melakukan maintenance/trouble
shooting sesuai dengan pelatihan yang didapat. Bila alat tidak juga
bisa diperbaiki, maka petugas akan menghubungi teknisi alat untuk
menyampaikan permasalahan yang terjadi dan meminta solusi. Bila
setelah dipandu oleh teknisi tersebut, alat juga belum bisa
difungsikan, maka petugas laboratorium akan meminta teknisi
untuk datang ke laboratorium.

H. Laboratorium Rujukan
RSUD Sumbawa saat ini kerjasama untuk rujukan parsial
dengan Laboratorium Prodia.
BAB V
LOGISTIK

Penyediaan logistik laboratorium dilakukan melalui koordinasi


dengan bagian logistik. Setiap akhir bulan, Instalasi Laboratorium
melakukan pengecekan untuk mengetahui jumlah barang yang ada.
Barang dalam jumlah sedikit akan diminta oleh petugas
Laboratorium ke logistik (ATK, BHP rumah tangga). Pada awal bulan
petugas logistic membuat pesananan barang bahan habis pakai ke
Instalasi Farmasi.

22
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A.Pengertian
Keselamatan Pasien / Patient Safety adalah keadaan dimana
pasien bebas dari harm atau cedera, yang dapat meliputi penyakit,
cedera fisik, psikologis, sosial, penderitaan, cacat, kematian dan
lainnya, yang seharusnya tidak terjadi.
Di Laboratorium , Keselamatan Pasien bertarti semua standar
prosedur operasional yang sudah dibuat untuk kegiatan pelayanan
laboratorium harus ditaati, tidak ada kesalahan sampling /
specimen, tidak ada kesalahan analisa, tidak ada kesalahan
pencetakan hasil dan penyerahan hasil , serta tidak ada kesalahan
ekspertisi hasil. Melaporkan segera nilai kritis kepada dokter
pengirim merupakan salah satu tindakan untuk keselamatan
pasien.
Keselamatan pasien di laboratorium, berarti juga semua
fasilitas yang dipakai adalah fasilitas yang aman untuk pasien.
Dimulai dari standar bangunan, mebeler, peralatan pengambilan
specimen sampai alat-alat analiser yang dipilih adalah alat yang
menunjang mutu dan keselamatan pasien.
Keselamatan pasien di laboratorium juga meliputi pencegahan
infeksio nosokomial yang berhubungan dengan tindakan
laboratorium dengan cara mengikuti standar pengendalian infeksi
mulai dari cuci tangan dan penggunaan alat pengaman diri ( APD ).

B.Tujuan
1. Tujuan Umum
Memenuhi standar keselamatan pasien di Laboratorium
Rumah Sakit Umum Daerah Sumbawa.
2. Tujuan Khusus
a. Menurunkan angka Kejadian Tidak Diharapkan di
Laboratorium Rumah Sakit Umum Daerah Sumbawa
b. Mengumpulkan, menganalisa, mengevaluasi data dan
mengusulkan jalan keluar pemecahan KNC, KTD dan

23
24

Sentinel Event yang terjadi yang berhubungan dengan


laboratorium.
c. Menganalisa resiko klinis dari suatu sistem yang
diterapkan di Laboratorium.

C. Tata Laksana Keselamatan Pasien


Tata laksana keselamtan pasien di laboratorium adalah
sebagai berikut:
1. Mulai dengan membuat standar prosedur
operasional (SPO)
2. Melakukan SPO di semua segi pelayanan
laboratorium
3. Mencatat dan menuliskan laporan kejadian bila
terjadi kejadian yang tidak diharapkan (KTD)
4. Kepala Instalasi bersama pihak yang terkait
melakukan penyelidikan terhadap KTD, mencari
jalan keluar bila perlu merubah system sehingga
lebih baik dan lebih aman untuk pasien, membuat
tindak lanjut dan mensosialisasikan tindak lanjut
untuk dilakukan bersama dan mengevaluasi system
yang baru tersebut
5. Melaporkan Indikator keselamatan pasien setiap
bulan dalam rapat kerja bulanan dengan direksi
yaitu :
a. Kejadian yang berhubungan dengan
ketidakcocokan indentitas pasien
b. Kejadian yang berhubungan dengan
komunikasi yang efektif
c. Kejadian pasien jatuh
d. Kejadian yang berhubungan denga transfusi
darah
e. Kejadian yang berhubungan dengan
standar pengendalian infeksi (cuci tangan
)
f. Melakukan semua standar pengendalian infeksi
25

g. Memilih peralatan yang bermutu dan aman


bagi pasien
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A.Pengertian
Pengertian Dalam upaya untuk melindungi keselamatan kerja
petugas Laboratorium, beberapa kegiatan telah dilakukan, mulai
dari saat orientasi petugas/karyawan baru, saat penggunaan
alat/cara kerja yang baru dan pengulangan penyampaian informasi
keselamatan secara berkala. Selain mendapatkan pelatihan tentang
penganggulangan bahaya kebakaran, bencana alam, penyimpanan
bahan beracun dan berbahaya maupun kekerasan fisik, petugas
Laboratorium juga mendapatkan penjelasan tentang penggunaan
alat pelindung diri, pencegahan dan penanggulangan tertusuk
jarum, pembuangan limbah, maupun penanggulangan bila
terkena/tertumpah bahan yang berbahaya. Penerapan sistem
manajemen mutu yang dipantau secara terus menerus adalah kunci
dari keberhasilan penerapan keselamatan kerja ini.

B.Tujuan
Tujuan dari Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
adalah supaya setiap pekerja laboratorium aman dari kecelakaan
akibat kerja, termasuk aman dari paparan cairan tubuh yang
infeksius dan zat-sat kimia lainnya

C.Tata Laksana
1. Gedung.
1)Design laboratorium harus memiliki system ventilasi yang
memadai dengan sirkulasi udara yang adekuat.
2)Design laboratorium harus mempunyai alat pemadam api
yang tepat bahan kimia berbahaya
3)Design laboratorium harus dibuat sedemikian rupa agar
dapat menghindari panas sejauh mungkin, dengan
memakai alat pembakar gas yang terbuka untuk
menghindari bahaya kebakaran

26
27

4)Dua pintu / jalan harus disediakan untuk keluar dari


kebakaran dan terpisah sejauh mungkin
5)Tempat penyimpanan reagen didesign untuk mengurangi
resiko sampai sekecil mungkin
6)Harus tersedia alat Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
7)Sistem pembuangan limbah yang aman.
2. Peralatan Laboratorium.
1) Semua alat di laboraotirum memiliki kemanan sedemikian
rupa sehingga pekerja tidak terpapar aliran listrik
2) Memiliki safety cabinet untuk bekerja saat pengecatan
bakteri.
3. Alat Pengaman Diri.
Jenis alat pelindung yang digunakan petugas laboratorium
meliputi : sarung tangan, baju kerja, masker, sepatu. Sarung
tangan harus selalu dipakai pada saat melakukan tindakan
diperkirakan akan terjadi kontak dengan darah, cairan tubuh,
secret, dan benda yang terkontaminasi. Cuci tangan harus
selalu dilakukan pada saat sebelum memakai dan melepas
sarung tangan. Sarung tangan harus berbeda untuk setiap
pasien. Baju kerja berupa gaun pelindung merupakan salah
satu jenis pakaian kerja wajib digunakan selama di
laboratorium. Tujuan pemakaian gaun pelindung untuk
melindungi petugas dari kemungkinan genangan atau
percikan darah atau cairan tubuh yang lain yang dapat
mencemari baju atau seragam. Baju kerja harus segera diganti
bila terkena kotoran,darah atau cairan tubuh yang lain.
Sepatu kerja digunakan di area pemeriksaan laboratorium
sehingga dapat mencegah terperciknya sampel ke kaki petugas
dan mencegah terlukanya kaki petugas karena terkena
tusukan benda tajam yang terjatuh.
4. Monitoring Kesehatan
Keadaaan kesehatan petugas laboratorium harus memenuhi
standar kesehatan yang telah ditentukan di laboratorium.
Untuk menjamin kesehatan para petugas laboratorium
dilakukan hal-hal sebagai berikut :
28

1) Pemeriksaan foto toraks bagi pegawai yang bekerja dengan


bahan yang diduga mengandung bakteri tuberculosis.
2) Pemberian imunisasi
3) Pemantauan kesehatan pegawai dilakukan setiap 6 bulan
sekali secara rutin.
4) Petunjuk Pencegahan Infeksi Untuk Petugas Kesehatan
1) Mencegah penyebaran bahan infeksi :
(1)Melakukan dekontaminasi permukaan meja kerja
dengan desinfektan yang sesuai setiap habis kerja.
(2)Menempatkan sisa specimen dalam wadah yang tahan
bocor,
2) Mencegah bahan infeksi tertelan atau terkena kulit serta
mata selama bekerja :
(1) Mencuci tangan dengan sabun/desinfektan
sebelum dan sesudah bekerja.
(2) Menggunakan alat pelindung mata/muka jika
terjadi resiko percikan bahan infeksi saat bekerja.
3) Mencegah infeksi melalui tusukan.
Bila terjadi luka tusukan maka setiap pekerja wajib
melakukan pemeriksaan/ test Panel Hepatitis dan HIV.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

A. Pra analitik
Pengendalian mutu pra analitik terdiri dari :
1. Persiapan perlengkapan plebotomis sesuai dengan checklist
2. Identifikasi pasien, pengambilan bahan dan pemberian
identitas pasien secara benar sesuai dengan formulir
pemeriksaan Laboratorium
3. Tempat yang digunakan harus memenuhi syarat
4. Untuk pengambilan sampel darah, tabung yang digunakan
disesuaikan dengan jenis pemeriksaan yang dilakukan antara
lain :
1) Tabung tutup merah untuk pemeriksaan kimia klinik
dan imunologi
2) Tabung tutup ungu untuk pemeriksan darah lengkap
3) Tabung tutup biru untuk pemeriksaan faal hemostasis

B. Analitik
Pemantapan mutu analitik dilakukan untuk peralatan yang
dapat mengukur kadar analitik dalam spesimen pasien. Pemantapan
mutu Internal (PMI) ini dilakukan minimal sekali sehari dengan
melakukan pemeriksaan pada serum kontrol.
Memastikan alat dan reagen dalam kondisi baik dengan cara
evaluasi hasil kontrol.
Hasil kontrol hendaknya berada dalam range ± 2 SD. Bila hasil
kontrol di luar range tersebut, maka dilakukan evaluasi penyebab
ketidaktepatan hasil kontrol tersebut. Bila penyebabnya adalah
faktor reagen, maka dilakukan kalibrasi dan running ulang dengan
bahan kontrol yang sama. Bila penyebabnya adalah faktor bahan
kontrol, lakukan kalibrasi dan running ulang dengan bahan kontrol
baru. Bila penyebabnya adalah faktor alat, maka dilakukan
maintanace / troubleshooting alat. Bila faktor alat ini tidak dapat
diatasi oleh petugas Lab, maka petugas Lab dapat menghubungi
teknisi alat. Selama hasil kontrol setiap parameter pemeriksaan Lab

29
30

berada di luar range ± 2 SD, maka pemeriksaan tersebut tidak dapat


dikerjakan. Pada awal bulan berikutnya, dilakukan analisis CV
masing-masing parameter pemeriksaan pada bulan sebelumnya.
Pemeliharaan bahan kontrol yang belum diencerkan disimpan di
kulkas pada suhu 2 º C - 8 ºC Bahan kontrol yang sudah diencerkan
disimpan di freezer.

C. Pasca Analitik
Tahap pasca analitik dilakukan setelah melakukan proses
analitik dengan cara mencocokan formulir permintaan pemeriksaan
Labotarium dengan hasil analisis Laboratorium termasuk identitas
pasien. Hasil pemeriksaan juga dibandingkan dengan nilai
normalnya. Bila diperlukan, petugas dapat menghubungi Kepala
Instalasi Laboratorium untuk mengkonsultasikan hasil tersebut
sebelum diberikan kepada pasien

D. Pemantapan Mutu Eksternal (PME)


Pemantapan Mutu eksternal dilakukan setiap tahun dengan
mengikuti program yang diselenggarakan oleh kementerian
kesehatan maupun Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik
Indonesia. RSUD Sumbawa mendapatkan surat serta formulir
pendaftaran untuk dapat mengikuti program nasional pemantapan
mutu eksternal kimia klinik, hematologi, urinalisa, faal hemostasis
dan immunologi. Formulir pendaftaran tersebut akan dilengkapi
datanya oleh kepala Instalasi Laboratorium dan dikirim ke Jakarta
disertai dengan mentransfer biaya pendaftaran . Instalasi
Laboratorium akan mendapatkan bahan kontrol dan data
pendukung serta formulir hasil yang telah ditentukan kapan waktu
untuk mengerjakannya secara serentak untuk seluruh Laboratorium
peserta di Indonesia. Pada waktu yang telah ditentukan, bahan
kontrol tersebut dikerjakan sesuai dengan petunjuk yang telah
diberikan . Bahan kontrol dikerjakan sama seperti pasien rutin
sehari – hari. Hasil yang telah selesai dilaporkan pada kepala
Instalasi Laboratorium dan dituliskan pada formulir / blangko hasil
lalu dikirim kembali ke penyelenggara. Hasil PME yang telah dikirim
31

mendapatkan penilaian secara Nasional dan diberikan kumulatif


data hasil Laboratorium dengan ketentuan :
a. 0 – 50 sangat baik
b. 51 – 100 baik
c. 101 – 200 cukup
d. 201 – 300 buruk
e. 301 – 400 sangat buruk
Bila hasil PME pada kategori nilai sangat baik, baik dan cukup,
data tersebut disimpan dan diarsipkan untuk dapat sebagai acuan
kerja yang profesional. Apabila hasil yang diperoleh pada kategori
sangat kurang dan kurang, maka Instalasi laboratorium akan
mengevaluasi alat, reagensia dan SDM dengan cara :
a. Hubungi teknisi alat agar dilakukan perawatan dan
kalibrasi alat. Jika hasil kalibrasi memenuhi persyaratan,
maka dilanjutkan evaluasi reagensia.
b. Untuk mengevaluasi reagensia, maka digunakan bahan
kontrol. Jika hasil kontrol reagen masuk dalam rentang
nilai yang ditentukan, maka dilakukan evaluasi SDM.
c. Evaluasi SDM dengan cara mengevaluasi sistem kerja
personil.
Hasil yang diperoleh mencerminkan nilai kualitas/mutu yang
dimiliki oleh Instalasi Laboratorium didalam melaksanakan
pemeriksaan Laboratorium dengan bahan yang telah diketahui
standart nilainya.
BAB IX
PENUTUP
Pedoman Pelayanan ini disusun untuk dapat dijadikan acuan
dalam pelaksanaan pelayanan Laboratorium, mulai dari standar
fisik (gedung dan peralatan), sumber daya manusia maupun standar
pelayanan yang diberikan kepada pasien agar hasil Laboratorium
diberikan kepada pasien valid dan dapat dipertanggungjawabkan.

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM


DAEAH SUMBAWA

DEDE HASAN BASRI

32
DAFTAR PUSTAKA

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 370/


Menkes/SK/III/2007 Tentang Standar Profesi Ahli Teknologi
Laboratorim Kesehatan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 411/
Menkes/Per/III/2010 tentang Laboratorium Klinik
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 42 Tahun
2015 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Ahli
Teknologi Laboratorium Medik
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 772/
Menkes/SK/VI/2002 Tentang Pedoman Peraturan Internal
Rumah Sakit ( HOSPITAL BY LAWS )
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 1087/
Menkes/SK/VIII/2010 Tentang Standar Kesehatan Dan
Keselamatan Kerja Di Rumah Sakit
Undang – Undang RI Nomor : 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
Undang – Undang RI Nomor : 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan
Undang – Undang RI Nomor : 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
Peraturan Menkes RI Nomor : 012 Tahun 2012 Tentang Akreditasi
Rumah Sakit.

Anda mungkin juga menyukai