Anda di halaman 1dari 59

PEDOMAN PELAYANAN

LABORATORIUM

RUMAH SAKIT UMUM PRIMA HUSADA


JL. LETJEN SUPRAPTO NO 3 KEPUH KIRIMAN
WARU SIDOARJO
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala berkat dan
anugerah yang telah diberikan kepada penyusun, sehingga Buku Panduan Pedoman Pelayanan
Laboratorium RSU Prima Husada ini dapat selesai disusun.

Buku pedoman ini merupakan Panduan kerja bagi seluruh staf Laboratorium Rumah
Sakit dalam pelayanan laboratorium di RSU Prima Husada.

Tidak lupa penyusun menyampaikan terima kasih yang sedalam – dalamnya atas bantuan
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Pedoman Pelayanan Laboratorium RSU Prima
Husada.

Tim Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pelayanan laboratorium klinik di RSU Prima Husada merupakan pelayanan kesehatan


yang terintegrasi dengan semua pelayanan di rumah sakit, yang berfungsi untuk
menegakkan diagnose, memantau pemberian pengobatan, mematau hasil pengobatan, dan
menilai prognosa suatu penyakit. Pelayanan ini wajib memenuhi standar yang telah
ditentukan secara nasional, dan memenuhi peraturan dan undang-undang yang ada di
Indonesia.
Pelayanan laboratorium yang sesuai stadar tersebut merupakan upaya untuk
memberikan jaminan mutu (quality assurance) pelayanan baik kepada dokter maupun
pihak pasien. Disamping itu pihak pengguna baik dokter ataupun pasien menuntut
pelayanan laboratorium dalam waktu yang cepat namun tetap akurat, sehingga tepatnya
waktu pelaporan hasil juga merupakan satu hal yang penting untuk memberikan kepuasan
kepada pihak pengguna.
Buku pedoman pelayanan laboratorium ini memuat pedoman-pedoman sebagai acuan
pelaksanaan pelayanan, sehingga pelayanan dapat terstandarisasi dan menjamin mutu
pelayanan sesuai dengan visi, misi, dan tujuan Pelayanan Laboratorium RSU Prima
Husada.

B. TUJUAN
Tujuan Umum

Sebagai pedoman dan acuan laboratorium / Instalasi Laboratorium Klinikdalam memberikan


pelayanan yang berkualitas kepada pasien.

Tujuan Khusus
1. Memberikan pedoman / acuan tata laksana pelayanan
2. Memberikan pedoman pengadaan logistik
3. Memberikan pedoman pasien safety dan keselamatan kerja
4. Memberikan pedoman pengendalian mutu.
C. RUANG LINGKUP PELAYANAN
1. Pelayanan Laboratorium Laboratorium Klinik secara rutin meliputi :
a. Pemeriksaan Hematologi
b. Pemeriksaan Kimia Klinik
c. Pemeriksaan Imunnologi
d. Pemeriksaan Penyakit Infeksi dan Mikrobiologi
2. Pelayanan Laboratorium Laboratorium Klinik Cito:
Pemeriksaan GDA, DL, Urea, Creatinin.
3. Pelayanan Laboratorium Klinik pada Unit di lingkungan RSU Prima Husada meliputi :
a. Instalasi Rawat Jalan
b. Instalasi Rawat Inap
c. Pasien tamu diluar RSU Prima Husada.

D. BATASAN OPERASIONAL

Batasan operasional untuk kegiatan pelayanan laboratorium klinik sebagai berikut :

1. Pemeriksaan Hematologi
Pemeriksaan Hematologi adalah: pemeriksaan yang mencakup beberapa pemeriksaan
antara lain Hematologi Rutin, Hematologi lengkap, golongan darah, analisa darah tepi
dan hemostasis.
2. Pemeriksaan Kimia Klinik
Pemeriksaan Kimia Klinik adalah: Pemeriksaan yang mencakup beberapa pemeriksaan
antara lain: Glukosa darah, Faal hati lengkap, Faal Ginjal, Analisa lipid, Elektrolit.
3. Pemeriksaan Klinik urine
Pemeriksaan Klinik urin adalah : Pemeriksaan yang mencakup beberapa pemeriksaan
yang membutuhkan bahan urin antara lain : Urine lengkap, sedimen urine, Tes kehamilan,
dan tes obat.
4. Pemeriksaan Imunologi dan Serologi
Pemeriksaan Imunologi dan Serologi adalah : pemeriksaan yang mencakup beberapa
pemeriksaan yeng memerlukan serum sebagai bahan pemeriksaan, adapun
pemeriksaannya antara lain : HbsAg, Anti HIV, Anti HCV, Shypilis.
5. Pemeriksaan Mikrobiologi
Pemeriksaan mikrobiologi adalah : pemeriksaan yang mencakup beberapa pemeriksaan
antara lain : pemeriksaan BTA, pengecatan Gram
6. Kegiatan menejemen laboratorium adalah pelayanan administratif, promosi,
pemasaran, ketenagaan , serta logistik laboratorium.

A. LANDASAN HUKUM
1. Undang - undangRI nomor : 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
2. Undang–undang RInomor : 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
3. Undang-undang RI nomor : 32 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan.
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor : 56 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah
Sakit.
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor : 269/Menkes/Per/2008, tentang Rekam
Medik
6. Keputusan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pemerintah
Kabupaten Sidoarjo Nomor:440/07/RS/438.5.15/2018 Tentang Persetujuan izin
Operasional Rumah Sakit
7. Keputusan direktur RSU Prima Husada nomor : /SK/DIR-RSUPH/V/2019 tentang
kebijakan pelayanan laboratorium

BAB II

STANDAR KETENAGAAN

1. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


1. Dokter Penanggung Jawab Laboratorium : adalah seorang dokter spesialis patologi
klinik
2. Kepala Instalasi Laboratorium : seorang Dokter spesialis patologi klinik
3. KaSie Analis laboratorium klinik : analis yang mempunyai kemampuan manajerial
dan telah berpengalamaan bekerja di laboratorium.
4. Petugas pengganti kepala analis : analis yang mempunyai tanggung jawab,
mempunyai kempuan memecahkan permasalahan dan telah berpengalaman bekerja
di laboratorium.
5. Pelaksana/ petugas analis : petugas yang mempunyai kompetensi bekerja sebagai
analis laboratorium, bertanggung jawab dan mendapat kewenangan dari Direktur
untuk bekerja sebagai analis
6. Administrasi laborat klinik : seorang petugas administrasi yang mempunyai
kemampuan mengoprasionalkan computer

2. DISTRIBUSI KETENAGAAN
1. Penanggung jawab laboratorium klinik : 1
2. Kepala Instalasi Laboratorium : 1
3. KaSie Laboratorium klinik : 1
4. Petugas Pengganti Kasie Laboratorium klinik (PPKA) : 1
5. Pelaksana Hematologi : 3

3. PENGATURAN JAGA
1. Pengaturan jadwal dinas pelaksana analis dibuat dan dipertanggung jawabkan oleh Kepala
Ruangan Laboratorium dan disetujui oleh Ka. Instalasi Laboratorium.
2. Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu 1 (satu) bulan dan direalisasikan ke analis
pelaksana laboratorium setiap satu bulan
3. Tenaga analis yang memiliki kepentingan penting pada hari tertentu dapat mengajukan
permintaan dinas pada buku permintaan. Permintaan akan disesuaikan dengan kebutuhan
tenaga yang ada (apabila tenaga cukup dan berimbang serta tidak mengganggu kinerja
pelayanan, maka permintaan dapat disetujui)
4. Jadwal dinas terbagi menjadi dinas pagi, dinas sore, dinas malam, lepas malam, libur dan
cuti. Apabila ada tenaga analis jaga yang karena sesuatu hal tidak dapat jaga sesuai dengan
jadwal yang telah ditetapkan (terencana), maka analis yang bersangkutan harus
memberitahu Karu laboratorium. Sebelum memberitahu Karu laboratorium, diharapkan
analis yang bersangkutan sudah mencari analis pengganti. Apabila analis yang
bersangkutan tidak memperoleh pengganti jaga, maka Karu laboratorium akan mencari
tenaga analis pengganti, yaitu analis yang hari itu libur atau analis yang tinggal di asrama.
Pelayanan laboratorium di Instalasi Laboratorium Klinik RSU Prima Husada adalah 24 Jam
dengan jam dinas sebagai berikut:

Jadwal Dinas Waktu

Dokter SpPK

Dinas Pagi 08.00 – 15.00 WIB

Tenaga Teknis Analis


Dinas Pagi 07.00 – 14.00 WIB

Dinas Siang 14.00 – 21.00 WIB

Dinas Malam 21.00 – 07.00 WIB

Administrasi

Dinas Pagi 07.00 – 14.00 WIB

Dinas Siang 14.00 – 21.00 WIB

BAB III
STANDAR DAN FASILITAS

A. RUANG LABORATORIUM
1. Ruangan di Laboratorium RSU Prima Husada meliputi :
a. Ruang penerimaan, yang terdiri dari ruang tunggu pasien dan ruang pengambilan
specimen. Ruangan ini dilengkapi dengan air conditioning.
b. Ruang pemerikasan yang terpisah dari ruang lainnya, dan dilengkapi dengan air
conditioning. Ruang pemeriksaan ini dipisahkan untuk tempat pemeriksaan,
tempat pemeriksaan, tempat preparasi specimen, dan tempat pencucian alat.
c. Ruang administrasi, yang dipergunakan untuk kegiatan administrasi termasuk
pengetikan hasil pemeriksaan.
2. Konstruksi ruangan laboratorium sebagai berikut :
a. Dinding terbuat dari keramik warna terang, mudah diberikan dengan desinfektan
b. Langit-langit tingginya sekitar 4 m dari lantai, terbuat dari bahan kuat, berwarna
terang, berwarna terang, dan mudah dibersihkan
c. Pintu dibuat dari bahan yang kuat dan rapat
d. Jendela terletak 1 m dari lantai
e. Stop kontak dipasang 1,5 m dari lantai
f. Lantai terbuat dari bahan keramik yang kuat, berwarna terang, dan mudah
dibersihkan, tahan terhadap bahan kimia, permuikaan rata dan tidak licin.
g. Meja terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata, mudah dibersihkan.
Meja yang dipergunakan untuk alat elektronik tahan terhadap getaran.
B. STANDAR FASILITAS
Laboratorium klinik harus mempunyai persyaratan minimal yang meliputi
bangunan, prasarana, peralatan, dan kemampuan pemeriksaan specimen klinik sesuai
dengan klasifikasinya (Peraturan Menteri Kesehatan RI No.411/menkes/Per/III/2010 dan
permenkes no. 43 tahun 2013 Bab II).

1. Sumber Listrik
Untuk dapat memberikan pelayanan laboratorium yang baik diperlukan aliran listrik yang
cukup, dengan tegangan yang konstan dan tidak ada giliran listrik terputus. Hal ini perlu bukan
saja supaya pemeriksaan tidak terhenti, tetapi mengingat jenis peralatan, reagensia dan specimen
memerlukan perawatan dan penyimpanan pada suhu tertentu dan tetap. Idealnya, selain sumber
listrik PLN, juga tersedia cadangan sumber listrik dari generator, mengingat laboratorium klinik
Rumah Sakit memberikan pelayanan 24 jam.
Pengadaan air bersih yang mengalir secara terus menerus merupakan hal yang mutlak bagi
sebuah laboratorium. Karena itu air bersih harus selalu tersedia setiap saat dan cukup.

2. Peralatan Pemeriksaan
Perkembangan teknologi dalam dunia kedokteran umumnya dan bidang laboratorium
khususnya, makin pesat. Produsen peralatan laboratorium berlomba meningkatkan kualitas serta
kecanggihan alat untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan masyarakat serta kecanggihan
pemberi jasa laboratorium. Untuk memberikan pelayanan laboratorium yang berhasil guna dan
berdaya guna, pemilihan jenis dan jumlah alat laboratorium harus disesuaikan dengan pelayanan
medik yang dibutuhkan. Disamping penyesuaian dengan pelayanan medik dalam memilih alat
laboratorium faktor-faktor penting yang perlu diperhatikan adalah:

 Kemampuan alat
 Kemudahan penyediaan reagensia yang digunakan pada alat tersebut
 Kemudahan operasional
 Ketelitian dan ketepatan alat
 Kemudahan pemeliharaan
Standart minimal peralatan laboratorium klinik:
Fasilitas penunjang laboratorium antara lain :
1. WC pasien dan petugas yang terpisah, dan selalu terjaga kebersihannya.
2. Penampungan dan pengolahan limbah yang masuk dalam system IPAL rumah sakit
3. Keselamatan dan keamanan kerja. Terdapat alat pemadam kebakaran di ruangan
laboratorium yang mudah dijangkau. Tempat cuci tangan dengan air yang mengalir,
dan tersedia juga handsrub. Untuk pemeriksaan pengecatan hapusan mikrobiologi
dilengkapi dengan safety cabinet.
4. Ruangan dilengkapi dengan AC berkekuatan 1 PK
5. Penerangan cukup
6. Air bersih, jernih, mengalir dari sumber PAM
7. Listrik mempunyai aliran dengan ketegangan stabil dan kapasitas cukup. Listrik
dilengkapi dengan sarana genset dan UPS untuk masing-masing alat.
BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Pendaftaran dan Pencatatan


Pengertian : Proses kegiatan penerimaan pasien dan atau spesimen pemeriksaan Laboratorium
Klinik sebagai bentuk pelaporan dokumentasi yang harus dilakukan dan tercatat dalam buku
register masing-masing unit kerja Instalasi Laboratorium Klinik yang meliputi :

a. Nomor urut laboratorium, nomor rekam medis dan identifikasi lain.


b. Identifikasi pasien (nama, TGL LAHIR, jenis kelamin, alamat, dll)
c. Nama dokter
d. Tanggal dan jam spesimen diambil
e. Tanggal dan jam spesimen diterima
f. Tanggal dan jam spesimen diperiksa dan oleh siapa
g. Keadaan tiap spesimen yang tidak memenuhi syarat
h. Jenis pemeriksaan yang diminta
i. Jenis spesimen yang diambil dan diterima.
Tujuan :

1. Identifikasi pasien dan spesimen berdasarkan jenis pelayanan dan jenis pembayaran
Laboratorium Klinik
2. Memberikan nomer urut laboratorium sesuai jenis pelayanan Laboratorium Klinik
3. Membantu menentukan turn around time/respons time pemeriksaan lab.
Tata Laksana
1. Pendaftaran
a. Siapkan buku agenda pemeriksaan Laboratorium klinik.
b. Menerima formulir pemeriksaan laboratorium
c. Tanyakan penyedia biaya pemeriksaan, periksa kelengkapan berkasnya.
d. Catat pemeriksaan yang diminta pada lembar joblist
e. Cocokkan identitas pasien, jenis spesimen dan jumlah spesimennya.
f. Bahan spesimen diberi label nomor urut sesuai buku register laboratorium
g. Menginformasikan pengambilan hasil dan kapan hasil selesai.
2. Pecatatan
Pencatatan dan pelaporan kegiatan laboratorium diperlukan dalam perencanaan,
pemantauan dan evaluasi serta pengambilan keputusan untuk peningkatan pelayanan
laboratorium. Untuk itu kegiatan ini harus dilakukan secara cermat dan teliti, karena kesalahan
dalam pencatatan dan pelaporan akan mengakibatkan kesalahan dalam menetapkan suatu
tindakan.
Pencatatan kegiatan laboratorium dilakukan sesuai dengan jenis kegiatannya.

Ada 4 jenis pencatatan, yaitu:

a. Pencatatan kegiatan pelayanan


b. Pencatatan keuangan
c. Pencatatan logistik
d. Pencatatan kepegawaian
e. Pencatatan kegiatan lainnya, seperti pemantapan mutu internal, keamanan
laboratorium dan lain-lain
Dalam bab ini hanya akan dibahas pencatatan kegiatan pelayanan saja. Pencatatan kegiatan
pelayanan dapat dilakukan dengan membuat buku sebagai berikut:

a. Buku register penerimaan spesimen terdapat di loket berisi data pasien (nama umur,
alamat, jenis kelamin dll) dan jenis pemeriksaan.
b. Buku register besar/induk berisi data-data pasien secara lengkap serta hasil pemeriksaan
spesimen;
c. Buku register/catatan kerja harian tiap tenaga.
1) Data masing-masing pemeriksaan.
2) Data rekapitulasi jumlah pasien dan spesimen yang diterima.
d. Buku register pemeriksaan rujukan.
e. Buku ekspedisi dari ruangan/rujukan.
f. Buku komunikasi pertukaran petugas (shift).
g. Buku register perawatan/kerusakan.
h. Buku stok alat, reagen.
i. Buku catatan kalibrasi.
j. Buku absensi.
3. Pelaporan
Pelaporan kegiatan pelayanan laboratorium terdiri dari:

1. Laporan kegiatan rutin harian/bulanan/triwulan/tahunan

2. Laporan khusus (misalnya KLB, HIV, NAPZA dll)

3. Laporan hasil pemeriksaan:

a. Tanggungjawab manajemen untuk membuat format hasil: Manajemen laboratorium harus


membuat format laporan hasil pemeriksaan. Format laporan dan cara
mengkomunikasikannya kepada pemakai harus ditentukan dengan mendiskusikannya
dengan pengguna jasa laboratorium
b. Penyerahan hasil tepat waktu: Manajemen laboratorium ikut bertanggung jawab atas
diterimanya hasil pemeriksaan kepada orang yang sesuai dalam waktu yang disepakati.
c. Komponen Laporan Hasil Pemeriksaan: Hasil harus dapat dibaca tanpa kesalahan dalam
tulisan, dan dilaporkan kepada orang yang diberi wewenang untuk menerima dan
menggunakan infromasi medis. Laporan setidaknya harus mencakup hal-hal berikut:
1) Identifikasi dari pemeriksaan yang jelas dan tidak ragu-ragu, termasuk prosedur
pengukuran bila perlu.
2) Identifikasi laboratorium yang menerbitkan laporan.
3) Identifikasi khas dan bila mungkin lokasi pasien serta tujuan dari laporan.
4) Nama atau identitas khas lain dari pemohon dan alamat pemohon
5) Tanggal dan waktu pengumpulan sampel primer, apabila tersedia dan relevan dengan
pelayanan pasien, serta waktu penerimaan oleh laboratorium.
6) Tanggal dan waktu penerbitan laporan. Jika tidak tercantum pada laporan, tanggal dan
waktu penerbitan laporan harus dapat diperoleh dengan segera jika diperlukan.
7) Sumber dan sistem organ sample primer. Misalnya : darah vena, pus luka.
8) Bila dapat digunakan, hasil pemeriksaan dilaporkan dalam unit Standar Internasional
atau tertelusur hingga unit Standar Internasional.
9) Interval acuan biologis, apabila dapat digunakan.
10) Interpretasi hasil, apabila sesuai.
11) Tanggapan lain (misalnya, mutu atau kecukupan dari sampel primer yang dapat
merusak hasil, hasil/interpretasi dari laboratorium rujukan, penggunaan dari prosedur
yang dikembangkan, dan apabila dapat digunakan, informasi tentang batas deteksi dan
ketidakpastian pengukuran). Laporan hendaknya mengidentifikasi pemeriksaan yang
dilakukan sebagai bagian dari suatu program pengembangan (jika demikian halnya,
tidak ada syarat untuk kerja pengukuran).
12) Identifikasi dari petugas yang diberi wewenang mengeluarkan hasil.
13) Hasil asli dan hasil yang diperbaiki.
14) Tandatangan atau otorisasi dari petugas yang memeriksa atau menerbitkan laporan.

A. SPECIMEN LABORATORIUM
1. Macam Specimen
Specimen yang berasal dari manusia dapat berupa :
Serum
Plasma
Darah (whole blood)
Urin
Tinja
Sperma
(*) pengambilan tidak dilakukan di laboratorium

Sampel dapat diartikan sebagai bagian dari specimen manusia atau dapat berupa bahan
pemeriksaan bersumber lingkungan (nonklinis) misalnya : sisa bahan toksikologi, air,
udara; makanan dan minuman; usap alat makan, alat masak, alat medis, dll
2. Persiapan Pasien
Persiapan pasien secara umum
a. Persiapan pasien untuk pengambilan specimen dalam keadaan basal
 Untuk pemeriksaan tertentu pasien harus puasa selama 8-10 jam sebelum
diambil darah
 Pengambilan specimen sebaiknya pagi hari antara pukul 07.00-09.00
Tabel Pemeriksaan Yang Perlu Puasa
GDP (Gula darah puasa) Puasa 8-10 jam
2 jam PP 2 jam
Trigliserida Puasa 8-10 jam
Kolesterol Puasa 8-10 jam
Kolesterol HDL Puasa 8-10 jam
Kolesterol LDL Puasa 8-10 jam
Asam urat Puasa 8-10 jam

b. Menghindari obat-obatan sebelum specimen diambil :


 Untuk pemeriksaan dengan specimen darah, tidak minum obat 24 jm sebelum
pengambilan sampel
 Untuk pemeriksaan dengan specimen urin, tidak minum obat 72 jam sebelum
pengambilan sampel
 Apabila pemberian pengobatan tidak dapat diberhentikan, harus
diinformasikan kepada petugas laboratorium
c. Menghindari aktivitas olahraga yang berlebihan sebelum specimen diambil
d. Memperhatikan posisi tubuh. Untuk menormalkan keseimbangan cairan tubuh
dari perubahan posisi. Dianjurkan pasien duduk tenang sekurang - kurangnya 15
menit sebelum diambil darah
 Memperhatikan variasi diurnal (perubahan kadar analit sepanjang hari).
Pemeriksaan yang dipengaruhi variasi diurnal perlu diperhatikan waktu
pengambilan darahnya, antara lain : ACTH, rennin, aldosteron. Apabila
pemberian pengobatan tidak dapat diberhentikan, harus diinformasikan
kepada petugas laboratorium
e. Diet
Makanan minuman dapat mempengaruhi hasil beberapa jenis pemeriksaan baik
langsung ataupun tidak langsung seperti :
 Pemeriksaan gula darah dan trigliserida
 Pemeriksaan laju endap darah, aktivitas enzim, besi dan trace element.
Pemeriksaan ini dipengaruhi secara loangsung oleh makanan minuman
kecuali air putih tawar. Karena pengaruhnya yang sangat besar, maka pada
pemeriksaan gula darah puasa, pasien perlu dipuasakan 10-12 jam sebelum
darah diambil, dan pada pemeriksaan trigliserida perlu dipuasakan sekurang-
kurangnya 12 jam.
 Pemeriksaan laju endap darah, aktivitas enzim, besi dan trace element.
Pemeriksaan ini dipengaruhi secara tidak langsung oleh makanan dan
minuman, oleh karena makanan dan minuman mempengaruhi reaksi dlam
proses pemeriksaan sehingga hasilnya menjadi tidak benar.
f. Obat-obat.
Obat-obat yang diberikan baik secara oral maupun lainnya akan menyebabkan
respon tubuh terhadap obat tersebut. Disamping itu pemberian obat secara
intramuskuler akan menyebabkan jejas pada otot sehingga menyebabkan enzim
yang dikandung dalam sel otot masuk kedalam darah, yang akan mempengaruhi
hasil pemeriksaan antara lain pemeriksaan Creatinin Kinase(CK) dan Lactic
Dehydrogenase (LDH).
Tabel Daftar Obat dan Pemeriksaan yanfg Dipengaruhi
JENIS OBAT PEMERIKSAAN YANG DIPENGARUHI
Diuretik Hampir seluruh hasil pemeriksaan substrat dan
enzim dalam darah bakan meningkat karena terjadi
hemokonsentrasi, terutama pemeriksaan Hb, hitung
sel darah, elektrolit. Pada urin akan terjadi
pengenceran
Cafein Sama dengan diuretic
Thiazide Glukosa darah, tes toleransi glukosa, ureum darah
Pil KB (hormon) LED, Kadar hormon
Morfin Enzim hati (SGOT, SGPT)
Phenobarbital GGT
Efedrin Amphetamine, Methamphetamine
Acetosal Uji hemotasis
Vitamin C Analisa Urin
Obat Antibidiabetika Glukosa darah dan glukosa urin
Kortikosteroid Hitung eosinophil, tes toleransi glukosa

g. Merokok
Merokok menyebabkan terjadinya perubahan cepat dan lambat pada kadar zat-zat
tertentu yang diperiksa. Perubahan cepat terjadi dalam 1 jam hanya dengan
merokok 1-5 batang dan terlihat akibatnya berupa peningkatan kadar asam lemak,
efinefrin, gliserol bebas, aldosterone, dan kortisol. Ditemukan peningkatan kadar
HB pada perokok kronik. Ditemukan peningkatan kadar HB pada perokok kronik.
Perubahan lambat terjadi pada hitung leokosit, lipoprotein, aktivitas beberapa
enzim, hormone, vitamin, petanda tumor dan logam berat.
h. Alkohol
Konsumsi alkohol juga menyebabkan perubahan cepat dan lambat beberapa kadar
analit. Perubahan cepat terjadi dalam waktu 2-4 jam setelah konsumsi alcohol dan
terlihat akibatnya berupa peningkatan pada kadar glukosa, laktat, asam urat, dan
terjadi asidosis metabolic. Perubahan lambat berupa peningkatan pada kadar
glukosa, laktat, asam urat, dan terjadi asidosis metabolic. Perubahan lambat
berupa peningkatan aktivitas GGT, AST, ALT, trigliserida, kortisol, dan MCV sel
darah merah.
i. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik edapat menyebabkan terjadinya pemindahan cairan tubuh anytara
kompartemen di dalam pembuluh darah dan intersisiel, kehilangan cairan karena
berkeringat, dan perubahan kadar hormone. Akibatnya akan terjadi perbedaan
yang besar antara kadar gula darah di arteri dan di vena serta terjadi perubahan
konsentrasi gas darah, kadar asam urat, keratin, aktivitas CK, AST, LDH, Hb,
hitung sel darah dan produksi urin.
j. Ketinggian/ altitude
Beberapa pemeriksaan menunjukkan perubahan yang nyata sesuai dengan tinggi
rendahnya daratan terhadap permukaan air laut. Parameter tersebut adalah CRP,
B2-globulin, hematocrit, hemoglobin, dan asam urat. Adaptasi terhadap perubahan
ketinggian daratan memerlukan waktu harian hingga berminggu-minggu.
k. Demam
Pada waktu demam terjadi :
 Peningkatan kadar gula darah pada tahap permulaan, dengan akibat terjadinya
peningkatan kadar insulin yang berakibat terjadinya penurunan kadar gula
darah pada tahap lanjut.
 Terjadi penurunan kadar kolesterol dan trigliserida pada awal demam karena
terjadi peningkatan metabolism lemak, terjadipeningkatan asam lemak bebas
dan benda-benda keton karena penggunaan lemak yang meningkat pada
demam yang sudah lama
 Lebih mudah menemukan parasite malaria dalam darah
 Lebih mudah mendapatkan biakan positif
 Reaksi anamnestic yang akan meningkan titer widal
l. Trauma
Trauma dengan luka perdarahan akan menyebabkan antara lain penurunan kadar
substrat maupun aktivitas enzim yang akan diukur, termasuk kadar Hb,
hematocrit, dan produksi urin. Hal ini disebabkan karena terjadinya pengenceran
darah. Pada tingkat lanjut akan terjadi peningkatan kadar ureum dan keratin serta
enzim-enzim yang berasal dari otot.
m. Variasi circadian rhytme
Pada tubuh manusia terjadi perbedaan kadar zat-zat tertentu dalam tubuh dari
waktu ke waktu yang disebut dengan variasi circadian rhytme. Perubahan zat yang
dipengaruhi oleh waktu dapat bersifat linier (lurus) seperti umur, dan dapat
bersifat sikluws seperti siklus haris (variasi diurnal), siklus bulanan (menstruasi)
dan siklus musiman.
Variasi diurnal yang terjadi antara lain :
 Besi serum, kadar besi serum pada sore hari akan lebih tinggi dari pda pagi
hari
 Glukosa, kadar insulin akan mencapai puncaknya pada pagi hari, sehingga
apabila tes toleransi glukosa dikerjakan pada siang hari, maka hasilnya akan
lebih tinggi dari pada dilakukan pagi hari
 Enzim. Aktivitas enzim yang diukur akan berfluktuasi disebabkan kadar
hormone yang berbeda dari waktu ke waktu.
 Eosinophil jumlah eosinophil menunjukkan variasi diurnal. Jumlahnya akan
lebih rendah pada malam hari sampai pagi hari dibandingkan siang hari
 Kortisol, kadarnya lebih tinggi pada pagi hari dibandingkan pada malam hari
 Kalium, pada pagi hari lebih tinggi dibandingkan siang hari.
Selain yang sifatnya harian dapat terjadi variasi fluktuasi yang sifatnya bulanan.
Variasi siklus bulanan pada umumnya pada wanita karena menstruasi dan ovulasi
setiap bulan. Pada masa sesudah mestruasi akan terjadi penurunan kadar zat besi,
protein dan fosfat dalam darah disamping hormon seks. Demikian pula saat
ovulasi terjadi peningkatan kadar aldosterone dan rennin, serta penurunan kadar
kolesterol.
n. Umur
Hitung eritrosit dan kadar Hb jauh lebih tinggi pada neonates dari pada dewasa.
Fosfatase alkali, kolesterol LDL akan berubah dengan pola tertentu sesuai dengan
penambahan umur
o. Ras
Jumlah leokosit orang kulit hitam Amerika lebih rendah dari pada kulit putih.
Demikian juga dengan aktivitas CK. Keadaan serupa juga dijumpai pada ras lain.
p. Perbedaan jenis kelamin/gender
Kadar besi serum dan Hb pria berbeda dengan wanita dewasa. Perbedaan ini akan
menjadi tidak bermakna lagi setelah usia 65 tahun. Perbedaan lainnya adalah
aktivitas CK dan kreatinin. Perbedaan ini lebih disebabkan karena masa otot pria
relative lebih besar dibanding dengan wanita. Sebaliknya kadar hormone seks
wanita, prolactin dan kolesterol HDL akan dijumpai lebih tinggi pada wanita.
q. Kehamilan
Pada wanita hamil, hasil pemeriksaan perlu melihat usia kehamilannya. Pada
kehamilan akan terjadi hemodeolusi (pengenceran) yang dimulai minggu ke
sepuluh dan terus meningkat sampai minggu ke-35 kehamilan. Volume urine akan
meningkat 25% padatrimester ke-3. Selama kehamilan akan terjadi perubahan
kadar hormone tiroid, eletrolit, besi dan ferritin, protein total dan albumin, lemak,
aktivitas ALP, factor koagulasi, dan LED.
3. Inform concent
Pemberian penjelasan pada pasien sebelum pengambilan specimen, mengenai prosedur
yang akan dilakukan, dan meminta persetujuan pasien. Untuk pemeriksaaan tertentu
harus tertulis dalam bentuk inform concent.

4. Penampungan
a. Peralatan, secara umum peralatan harus memenuhi persyaratan sbb :
 Bersih
 Kering
 Tidak menggandung zat kimia atau detergen
 Terbuat dari bahan yang tidak mengubah zat-zat dalam specimen
 Mudah dicuci dari bekas specimen sebelumnya
 Pengambilan specimen untuk biakan harus menggunakan peralatan yang steril.
Pengambilan specimen yang invasive harus menggunakan peralatan yang steril.
b. Wadah, wadah specimen harus memenuhi persyaratan sbb :
 Terbuat dari kaca atau plastik
 Tidak bocor atau tidak merembes
 Harus dapat ditutup rapat dengan tutup beulir
 Tidak menggandung bahan kimia atau detergen
 Bersih
 Kering
 Tidak mempengaruhi zat-zat dalam specimen
 Untuk specimen urin, tinja sebaiknya menggunakan wadah yang bermulut
lebar
c. Antikoagulan dan pengawet
Antikoagulan adalah zat kimia yang digunakan untuk mencegah sampel darah
membeku. Pengawet adalah bahan kimia yang ditambahkan ke dalam sampel agar
analit yang akan diperiksa dapat dipertahankan kondisinya dan jumlahnya untuk
kurun waktu tertentu. Beberapa specimen memerlukan bahan tambahan berupa
bahan pengawet atau antikoagulen. Kesalahann dalam pemberian bahan-bahan
tersebut dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan. Bahan tambahan yang diperlukan
harus memenuhi persyaratan yaitu tidak mengganggu atau merubah kadar zat yang
akan diperiksa.
d. Waktu
Pada umumnya pengambilan sampel dilakukan pada pagi hari, terutama untuk
pemeriksaan kimia klinik, hematologi, dan imunologi karena umumnya nilai
normal ditetapkan pada keadaan basal. Namun ada beberapa pemeriksaan yang
waktu pengambilan specimennya harus disesuaikan dengan perjalanan penyakit dan
fluktuasi hariannya, misalnya :
 Demam tifoid. Untuk pemeriksaan biakan darah paling baik dilakukan pada
minggu I atau II sakit. Sedangkan buakan urin dan tinja dilakukan pada minggu
II dan III
 Pemeriksaan widal dilakukan pada faseaku dan fase penyembuhan
 Pemeriksaan biakan dan uji kepekaan kuman, specimen diambil sebelum diberi
antibiotika
 Pemeriksaan narkoba. Pemeriksaan darah dan urin untuk deteksi morfin, ganja
dll dipengaruhi oleh waktu dan lama mengkonsumsi.
e. Lokasi
Sebelum pengambilan sampel harus terlebih dahulu ditentukan lokasi yang tepat
untuk pengambilan sesuai jenis pemeriksaan yang diminta, seperti :
 Specimen yang diambil dari darah darah vena, umumnya diambil dari V
mediana cubiti daerah siku. Specimen darah arteri umumnya diambil dari arteri
radialis di pergelangan tangan atau arteri femoralis di daerah lipat paha.
Specimen darah kapiler diambil dari ujung jari tengah tangan atau ujung jari
manis tangan bagian tepi atau pada daerah tumit 1/3 bagian tepi telapak kaki
bayi atau cupik telinga. Tempat yang dipilih tidak boleh di lengan yang sedang
terpasang infus.
 Volume.
Volume yang diambil harus mencukupi kebutuhan pemeriksaan yang diminta
Tabel Beberapa Specimen Dengan Jenis Antikoagulan/ Pengawet Dan Stabilitasnya
Jenis pemeriksaan Antikoagulan/ Wadah stabilitas
pengawet
Jenis Jumlah
HEMATOLOGI
Hematocrit Darah 2 ml K2/K3-EDTA KC/P Suhu kamar
1-1,5 mg/ml (2 jam )
darah
LED Darah 2 ml K2/K3-EDTA KC/P Suhu kamar
1-1,5 mg/ml (2 jam )
darah

Leukosit Darah 2 ml K2/K3-EDTA KC/P Suhu kamar


1-1,5 mg/ml (2 jam )
darah
Trombosit Darah 2 ml K2/K3-EDTA KC/P Suhu kamar
1-1,5 mg/ml (2 jam )
darah
BT, CT Darah 4 ml Segera
diperiksa
KIMIA KLINIK
Gula darah Darah 2 ml Na-F-Oksalat KC/P 20-250C (3
4,5 mg/ml hari)
4 0C (7 hari)
darah
-20 0C (3
bulan)
Serum 2 ml KC/P 2-8 0C (12
jam)
Kolesterol Serum 1 ml KC/P 20-250C (6
hari)
4 0C (6 hari)
-20 0C (6
bulan)
Bilirubin Serum 1 ml KC/P Sesegera
mungkin
Asam urat Serum 1 ml KC/P 20-250C (5
hari)
4 0C (5 hari)
-20 0C (6
bulan)
Kreatinin Serum 1 ml KC/P 20-250C (24
hari)
4 0C (7 hari)
-20 0C (8
bulan)
SGOT Serum 1 ml KC/P Aktivitas
turun 10%
40C (3 hari)
Aktivitas
turun 8%
-200C (7
hari)
SGPT Serum 1 ml KC/P 20-25 0C (>3
hari aktifitas
turun 17%)
4 0C (>3 hari
aktivitas
turun 8%)
-20 0C (7
hari)
SEROLOGI
Widal Serum 1 ml KC/P 2-8 0C
HBs Ag Serum 2 ml KC/P 2-8 0C

HIV (kualitatif) Serum 2 ml KC/P 2-8 0C

URINALISA
0
Reduksi Urin 5 ml P 20-25 C
secepatnya
4 0C (24 jam
)
Urin rutin Urin 15 ml KC/P Suhu kamar
pagi (1jam) 4-8 0C
(1 hari)
Sedimen urin Urin 10 ml KC/P Suhu kamar
pagi (1 jam) 4-8
0
C
Kehamilan Urin 5 ml KC/P Suhu kamar
pagi sesegera
mungkin 4-8
0
C(2 hari)
Keterangan :
P = plastik (polietilen atau yg sederajad)
KC = Kaca
f. Tehnik
Pengambilan sampel harus dilaksanakan dengan cara yang benar, agar mewakili
keadaan yang sebenarnya.
 Darah vena (dengan flebotomi menggunakan tabung vakum) :
 Posisi pasien duduk atau berbaring dengan posisi lengan pasien harus
lurus, jangan menekuk siku. Pilih lengan yang banyak melakukan
aktivitas
 Pasien diminta untuk mengepalkan tangan
 Pasang tourniquet 10cm di atas siku
 Pilih bagian vena mediana cubiti
 Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil darahnya dengan alkohol
70% dan dibiarkan kering untuk mencegah terjadinya hemolysis dan rasa
terbakar. Kulit yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi
 Tusuk bagian vena tadi dengan jarum, lubang jarum menghadap ke atas
dengan kemiringan antara jarum dan kulit 150, tekan tabung vakum
sehingga darah terserap dalam tabung. Bila jarum berhasil masuk vena
terlihat dalam semprit. Selanjutnya lepat torniket dan pasien diminta
untuk melepaskan genggaman tangan.
 Biarkan darah mengalir ke dalam tabung sampai selesai. Apabila
dibutuhkan darah dengan antikoagulan yang berbeda dan volume yang
lebih banyak, digunakan tabung vakum yang lain
 Tarik jarum dan letakkan kapas kering pada bekas tusukan untuk
menekan bagian tersebut selama 2 menit. Setelah darah berhenti, plester
bagian ini selama 15 menit.
 Tabung vakum yang berisi darah dibolak-balik kurang lebih 5 kali agar
bercampur dengan antikoagulan
 Kesalahan-kesalahan dalam peengambilan darah vena :
 Mengenakan tourniquet terlalu lama dan keras, sehingga menyebabkan
hemokonsentrasi
 Kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol
 Jarum dilepaskan sebelum vakum terisi penuh, sehingga mengakibatkan
masuknya udara ke dalam tabung dan merusak sel darah merah
 Mengocok tabung vakum dapat menyebabkan hemolisis
 Darah kapiler :
 Bersihkan daerah yang akan ditusuk dengan alkohol 70% dan biarkan
sampai kering
 Peganglah bagian tersebut supaya tidak bergerak dan tekan sedikit
supaya rasa nyeri berkurang
 Tusuklah dengan cepat memakai lancet steril. Pada jari tusuklah dengan
arah tegak lurus pada garis-garis sidik jari, jangan sejajar dengan garis
itu. Pada daun telinga tusuklah pinggirnya, jangan sisinya. Tusukan harus
cukup dalam supaya darah mudah keluar, jangan menekan-menekan jari
atau telingga untuk mendapatkan darah yang banyak, oleh karena dapat
menyebabkan bercampur dengan cairan jaringan sehingga menjadi encer
dan menyebabkan dalam pemeriksaan.
 Buanglah tetes darah pertama keluar dengan memakai segumpal kapas
kering, tetes darah berikutnya dapat dipakai untuk pemeriksaan.
 Kesalahan-kesalahan dalam pengambilan darah kapiler :
 Mengambil darah dari tempat yang memperlihatkan adanya gangguan
peredaran darah seperti vasolonstriksi (pucat), vasodilatasi (oleh radang,
trauma, dll), kongesti atau cysanosis setempat
 Tusukan kurang dalam sehingga darahharus diperas-peras supaya keluar
 Kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol. Bukan saja darah itu
diencerkan tetapi darah melebar di atas kulit sehingga sukar dihisap ke
dalam pipet
 Tetes darah pertama dipakai untuk pemeriksaan
 Terjadi bekuan pada tetes darah karena terlalu lambat bekerja
 Urin
Pada wanita.
Pada pengambilan urin porsi tengah yang dilakukan oleh penderita sendiri,
sebelumnya harus diberikan penjelasan sbb :
 Penderita harus mencuci tangan memakai sabun kemudian dikeringkan
dengan handuk
 Tanggalkan pakaian dalam, melebarkan labia dengan satu tangan
 Bersihkan labia dan vulva menggunakan kasa steril dengan arah dari
depan ke belakang
 Bilas dengan air hangat dan keringkan dengan kasa steril yang lain
 Selama proses ini berlangsung, keluarkan urin, aliran urin yang pertama
dibuang. Aliran urin selanjutnya ditampung dalam wadah yang sudah
disediakan. Hindari urin mengenai lapisan tepi wadah. Pengumpulan urin
selesai sebelum aliran urin habis
 Wadah ditutup rapat dan dikirim ke laboratorium
Pada laki-laki :
 Penderita harus mencuci tangan dengan sabun
 Jika tidak sunat tarik kulit preputium ke belakang, keluarkan urin, urin
yang pertama dibuang, urin selanjutnya ditampung dalam wadah yang
sudah disediakan. Hindari urin mengenai lapisan tepi wadah.
Pengumpulan urin selesai sebelum aliran urin habis.
 Wadah ditutup rapat dan dikirim ke laboratorium
Pada bayi dan anak-anak :
 Penderita sebelumnya diberi minum untuk memudahkan buang air kecil
 Bersihkan alat genetal seperti yang diterangkan di atas
 Pengambilan urin dilakukan dengan cara : anak duduk dipangkuan
perawat, pengaruhi anak untuk untuk mengeluarkan urinnya, tampung
urin dalam wadah atau kantung plastik steril. Pada bayi dipasang
penampung urin pada alat genital
Urin kateter :
 Lakukan desinfeksi dengan alkohol 70 % padabagian kateter yang terbuat
dari karet (jangan bagian yang dari plastik)
 Aspirasi urin dengan semprit sebanyak kurang lebih 10 ml
 Masukkan dalam wadah steril dan tutup rapat
 Kirimkan segera ke laboratorium
Urin aspirasi subrapubik
Urin suprapubik harus dilakukan pada kandung yang penuh :
 Lakukan desinfeksi kulit didaerah suprapubik dengan povidon iodine
10% kemudian bersihkan dengan kapas alkohol 70%
 Aspirasi tepat di suprapubik dengan menggunakan semprit
 Ambil urin sebanyak 20 ml dengan cara aseptik (dilakukan oleh petugas
yang berwenang)
 Masukkan dalam wadah steril yang bertutup rapat
 Kirimkan segera ke laboratorium
Catatan : untuk pemeriksaan narkoba urin, harus disaksikan oleh petugas
sesuai degan jenis kelamin
 Tinja
Untuk pemeriksaan sebaiknya berasal dari defekasi spontan (tanpa bantuan
pencahar), jika pemeriksaan sangat bdiperlukan, dapat pula sampel tinja
diambil dari rectum dengan colok dubur
5. Pemberian Identitas
Pemeberian identitas pada spesimen pasien merukan hal yang penting, baik saat
pengisian permintaan/ formulir pemeriksaan, pendaftaran, pengisian wadah specimen.
Pada surat pengantar/ formulir permintaan pemeriksaan laboratorium sebaiknya ditulis
lengkap sbb :
 Tanggal permintaan
 Tanggal dan jam pengambilan sampel
 Identitas pasien (nama, umur, jenis kelamin, alamat/ruang) termasuk nomor
rekam medik
 Identitas pengirim (nama, alamat, nomot telepon)
 Diagnosa/keterangan klinik
 Obat-obat dan lama pemberian
 Pemeriksaan laboratorium yang diminta
 Jenis specimen
 Lokasi pengambilan sampel
 Volume sampel
 Media transport/ pengawet yang digunakan
 Nama pengambil sampel
 Informed concent
Label wadah specimen yang akan dikirim atau diambil ke laboratorium harus memuat :
 Tanggal pengambilan specimen
 Nama dan nomor pasien
 Jenis pasien
6. Pengolahan
Beberapa contoh pengolahan specimen seperti contoh di bawah ini :
 Darah (whole blood)
Darah yang diperoleh ditampung dalam tabung yang telah diberikan antikoagulan
yang sesuai, kemudian dihomogenisasi dengan cara membalik-balikan tabung 10-
12 kali secara pelan-pelan dan merata
 Serum
 Biarkan darah membeku terlebih dahulu dalam suhu kamar selama 20-30
menit kemudian disentrifus 3000 rpm selama 5-15 menit
 Pemisahan serum dilakukan paling lambat 2jam setelah pengambilan
specimen
 Serum yang memenuhi syarat harus tidak boleh berwarna merah atau keruh
(lipemik)
 Urin
Untuk uji caarik celum, urin tidak memerlukan perlakukan khusus, kecuali urin
harus sudah diperiksa sebelum 1 jam. Sedangkan untuk pemeriksaan sedimen
harus dilakukan pengolehen terlebih dahulu dengan cara sbb :
 Wadah urin digoyang-goyangkan agar memperoleh sampel yang homogeny
 Masukkan 15 ml urin ke dalam tabung sentrifus
 Putar selama 5 menit dalam 1500-2000 rpm
 Buang sepernatannya, sisakan 1 ml, kocoklah tabung meresuspensikan
sedimen
 Suspense sedimen ini sebaiknya diberi cat sternheimer malbin untuk
memperjelas struktur unsur sedimen
7. Penyimpanan dan pengiriman
a. Penyimpanan
Specimen yang sudah diambil harus segera diperiksa karena stabilitas specimen
dapat berubah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilas specimen antara lain :
 Terjadi kontaminasi oleh kuman dan bahan kimia
 Terjadi metabolisme pada sel-sel hidup pada specimen
 Terjadi penguapan
 Pengaruh suhu
 Terkena sinar matahari
Beberapa specimen yang tidak langsung diperiksa dapat disimpan dengan
memperhatikan jenis pemeriksaan yang akan diperiksa. Persyaratan penyimpanan
beberapa specimen untuk beberapa pemeriksaan harus memperhatikan jenis
specimen, antikoagulan, pengawet, dan wadah serta stabilitasnya.
Beberapa cara penyimpanan specimen :
 Disimpan pada suhu kamar
 Disimpan dalam lemari es 2-8 oC
 Dibekukan pada suhu – 20oC, -70oC, atau -120oC, (jangan sampai terjadi beku
ulang)
 Dapat diberikan bahan pengawet
 Penyimpanan specimen darah sebaiknya dalam bentuk serum atau lisat
b. Pengiriman
Specimen yang akan dikirim ke laboratorium rujukan, sebaiknya dikirim dalam
bentuk yang stabil. Untuk itu perlu diperhatikan persyaratan pengiriman specimen
antara lain :
 Waktu pengiriman jangan melewati masa stabilitas specimen
 Tidak terkena sinar matahari langsung
 Kemasan harus memenuhi persyartan keamanan kerja laboratorium termasuk
pemberian label yang bertuliskan “BAHAN PEMERIKSAAN INFEKSIUS”
atau “BAHAN PEMERIKSAAN BERBAHAYA”
 Suhu pengiriman harus memenuhi syarat
 Penggunaan media transport untuk pemeriksaan mikrobiologi

B. METODE PEMERIKSAAN
1. Dasar pemilihan
Beberapa faktor yang menjadi bahan pertimbangan dalam memilih metode
yaitu:
Tujuan pemeriksaan :
Tujuan melakukan pemeriksaan antara lain untuk uji saring, uji diagnostik, dan
evaluasi hasil pengobatan, serta surveilans. Tiap tujuan pemeriksaan memerlukan
sensitivitas dan spesifitas yang berbeda-beda, sehingga perlu dipilih metode yang
sesuai karena setiap metode mempunyai sensitivitas dan spesifitas yang berbeda-beda.
 Sensitivitas
Dikenal sensitivitas klinis dan analitik. Sensitivitas klinik adalah persentase hasil
positif sejati di antara orang-orang yang berpenyakit.
Sensitivitas klinis = positivitas diantara yang berpenyakit
= positif sejati x 100%
Positif sejati + negative palsu
Sensitivitas yang baik adalah yang mendekati 100%
Sensitivitas analitik sering diartikan sebagai batas deteksi, yaitu kadar terendah
dari suatu analit yang dapat diperiksa oleh suatu metode.
Pemeriksaan dengan sensitivitas yang tinggi terutama dipersyaratkan untuk
pemeriksaan dengan tujuan skrining
 Spesifisitas
Dikenal spesifitas klinis dan analitik
Spesifitas klinis adalah presentase hasil negative sejati di antara pasien-pasien
yang sehat.
Spesifitas klinis = negativitas di antara yang sehat
= negatif sejati x 100%
Negatif sejati + positif palsu
Spesifisitas yang baik adalah yang mendekati 100%
Spesitifisitas analitik berkaitan dengan kemampuan dan akurasi suatu metode
untuk memeriksa suatu analit tanpa dipengaruhi oleh zat-zat lain.
Sensitivitas 100% jarang diikuti dengan spesitivitas dari positif palsu atau
negative palsu.
 Kecepatan hasil pemeriksaan yang diinginkan
Mengingat hasil pemeriksaan saat diperlukan dalam pengambilan keputusan,
maka waktu pemeriksaan yang diperlukan sampai keluarnya hasil untuk berbagai
metode perlu dipertimbangkan. Misal pasien di IGD memerlukan metode
pemeriksaan yang dapat memberikan hasil yang cepat untuk keperluan diagnostik
dan pengobatan.
 Rekomendasi resmi
Berbagai metode pemeriksaan dapat dipilih berdasarkan rekomendasi dari suatu
lembaga/badan yang diakui oleh organisasi profesi, antara lain :
WHO (World Health Organisation), IFCC(Internasional federation of clinical
chemistry), NCCLS (National Commitee For Clinical Laboratory standartds),
ICSH (International committee for standarisation in hematology)
2. Evaluasi
Metode yang dipergunakan perlu dikaji ulang secara periodic mengingat :
 Ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami perkembangan dari waktu ke waktu;
Untuk memastikan bahwa metode tersebut masih tetap memiliki makna klinis
sebagaimana dibutuhkan.

C. PERALATAN LABORATORIUM
1. Dasar Pemilihan Alat
Pemilihan alat pemeriksaan berdasarkan : 1) kesesuaian spesifikasi alat dengan
kebutuhan yang meliputi jenis pemeriksaan, jenis dan volume specimen, dan jumlah
pemeriksaan; 2) kesesuaian spesifikasi alat dengan fasilitas ruangan, listrik, air, sreta
suhu dan kelembaban ruangan; 3) ketersediaan dan kualifikasi tenaga yang
mengoperasionalkan alat; 4) pertimbangan ketersediaan dan kontinuitas reagen di
pasaran; 5) pertimbangan kemudahan pengoperasionalan alat, perawatan dan
kalibrasinya; 6) mempertimbangkan vendor atau pemasoknya; 7) mempertimbangkan
nilai ekonomisnya meliputi analysis cost benefit; 7) terdaftar di Departemen
kesehatan.
2. Pemilihan Vendor (Pemasok)
Pemasok harus memiliki syarat sbb : mempunyai reputasi yang baik; memberikan
fasilitas uji fungsi; menyediakan petunjuk operasional alat dan trouble shooting;
menyediakan fasilitas pelatihan dalam mengoprasionalkan alat, pemeliharaan dan
perbaikan sederhana; memberikan pelayanan purna jual yang terjamin termasuk
mempunyai tehnisi yang handal dan suku cadang yang mudah diperoleh;
mendaftarkan alatnya ke Departemen Kesehatan.
3. Evaluasi Peralatan Baru
Evaluasi alat baru atau uji fungsi alat dilakukan sebelum dan sesudah pembelian.
Tujuan untuk mengenal kondisi alat, yang mencakup kesesuaian spesifikasi alat dengan
brosur, kesesuaian alat dengan lingkungan, dan hal-hal khusus bagi penggunaan secara
rutin. Evaluasi ini dapat dipergunakan untuk mengetahui reprodusibilitas, kelemahan
alat, harga per tes, dan sebagainya.
4. Penggunaan dan Pemeliharaan Alat
Setiap peralatan dilengkapi dengan petunjuk penggunaan (instruction manual)
yang disediakan pabrik. Petunjuk penggunaan ini ada dalam standar operasional
prosedur petunjuk penggunaan alat. Semua peralatan dilakukan pemeliharaan yang
rutin sesuai dengan petunjuk dari pabrik yang dituangkan dalam standar operasional
pemeliharaan alat. Setiap alat mempunyai kartu pemeliharaan yang dilakukan dan
kelainan-kelainan yang ditemukan. Bila terdapat gangguan atau kelainan, wajib
dilaporkan kepada petugas penanggung jawab alat untuk dilakukan perbaikan.

FORMULIR PENCATATAN PEMELIHARAAN PERALATAN


Alat : ............................................
Ruang : ................................................
Tgl Tindakan pemeliharaan Kelainan yang ditemukan Nama & paraf petugas

Penanggung Jawab

(...............................)

Tabel Pemeliharaan Peralatan


Jenis peralatan Jenis kegiatan Frekuensi
 Periksa kebersihan kurvet  Tiap hari dan tiap akan
(cuci dengan aquades, air
melakukan analisis,
 Tiap minggu
Fotometer demineral, atau air suling)
 Rendam kurvet dalam dextran  Tiap hari
5%
 Bersihkan fotodetektor
Bersihkan bagian dalam dan luar Tiap bulan
Inkubator
dengan desinfektan
Bersihkan menurut cara yang
Kamar hitung Tiap kali selesai dipakai
benar
Bersihkan dan defrost Tiap bulan
Lemari es/freezer
Catat suhu Tiap pagi dan sore
Bersihkan lensa dengan kertas
Mikroskop Tiap pagi dan sore
lensa
Setelah dipakai direndam dengan
Pipet gelas larutan antiseptic, kemudian Tiap kali pakai
dicuci
Rotator Bersihkan bagian luar Seperlunya
Kencangkan sekrup pada rangka
pengocok
Minyak mesin
Periksa keausan sikat dan bagian
berputar lainnya
Bersihkan dinding dalam Tiap hari atau tiap kali ada
Sentrifus
desinfektan tabung pecah
Catat waktu pemakaian lampu
Spektrofotometer Periksa sumber daya (lampu) Tiap hari
Periksa kebersihan monokromator

5. Pemecahan Masalah (Trouble shooting) Alat


Pada saat pemeriksaan sering kali terjadi ketidakcocokan hasil, malfungsi alat, ataupun
kondisi yang tidak diinginkan yang mungkin disebabkan karena gangguan pada
peralatan. Dalam hal ini diperlukan upaya pemecahan masalah (trouble shooting)
Trouble shooting adalah proses untuk mencari penyebab terjadinya penampilan alat
yang tidak memuaskan dan memilih cara penanganan yang benar untuk mengatasinya.
Contoh trouble shooting pada Fotometer
Tanda- Tanda Penyebab Tindakan
Data/ hasil tidak muncul Jumlah sampel yang Tambahkan sampel
dihisap kurang
Proses reaksi terlalu cepat Turunkan waktu proses
Lampu halogen tidak Ganti lampu
efektif
Posisi lampu tidak tepat Betulkan posisinya
Temperature flowcell Periksa temperatur
bermasalah
Sampel lipemik Hasil di beri keterangan
Sampel hemolitik Sampel ditolak, ambil baru
Konsentrasi zat terlalu Encerkan sampel
tinggi
Reagen tidak baik Konsultasikan dengan
pemasok
Sampel tidak dapat dihisap Katup penghisap tertutup Buka
Selang penghisap tidak Ganti baru
berfungsi
Selang penghisap tidak Kencangkan
kencang
Sambung selang longgar Periksa bagian dalam dan
luar selang, kencangkan
atau ganti baru

Hal-hal yang perlu diperhatikan bila terjadi permasalahan peralatan:


1. Tetaplah tenang dan berpikiran jernih
2. Pastikan masalahnya. Jangan membuat asumsi tentang kemungkinan
permasalahannya
3. Bila penanganan sederhana gagal, minta bantuan supervisor atau atasan, atau
menghubungi agen untuk menanyakan permasalahan tersebut
4. Catatlah semua tindakan/ upaya perbaikan pada catatan khusus seperti contoh
formulir di bawah ini

Contoh : Formulir Perbaikan Alat

Alat : Inkubator
Merk/tipe/seri : …………
Ruang : …………
Tgl Suhu yang Petugas Kondisi Jenis Tindakan Tg. Servis
diukur kerusakan perbaikan (tehnisi)

Penanggung Jawab

(…………………….)
6. Kalibrasi Alat
Kalibrasi alat sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil pemeriksaan laboratorium
yang terpercaya yang menjamin penampilan hasil pemeriksaan. Kalibrasi alat
dilakukan saat awal, ketika alat baru diinstal dan uji fungsi, dan selanjutnya dilakukan
secara berkala sesuai instruksi pabrik. Kalibrasi alat dapat dilakukan oleh tehnisi
penjual alat, petugas laboratorium yang memiliki kompetensi dan pernah dilatih, atau
institusi yang berwenang.
Kalibrasi serta fungsi peralatan dan sistem analitik, secara berkala harus dipantau dan
dibuktikan memenuhi syarat / sesuai dengan standar laboratorium. Harus ada dokumen
untuk pemeliharaan, tindakan pencegahan sesuai dengan rekomendasi pabrik pembuat.
Semua instruksi pabrik untuk penggunaan dan pemeliharaan alat harus dijalankan.
7. Penanggung Jawab Alat
Berbagai jenis alat yang dipergunakan di laboratorium mempunyai cara operasional
dan pemeliharaan yang berbeda-beda, dan biasanya dipergunakan oleh lebih dari satu
orang. Walaupun pihak distributor alat menyediakan tehnisi untuk perbaikan apabila
terjadi kerusakan, namun untuk pemeliharaan alat harus dilakukan sendiri oelh pihak
laboratorium. Oleh karena itu harus ditunjuk seorang petugas penangggung jawab atas
kegiatan pemeliharaan atas kegiatan pemeliharaan alat dan operasional alat melalui
kegiatan pemantauan dan mengusahakan perbaikan apabila terjadi kerusakan.
D. PENCATATAN dan PELAPORAN
Kegiatan laboratorium diperlukan perencanaan, pemantauan dan evaluasi serta
pengambilan keputusan untuk peningkatan pelayanan laboratorium, untuk pelaporan
kegiatan ini harus dilakukan secara cermat dan teliti, karena kesalahan dalam pencatatan
dan pelaporan akan mengakibatkan keslahan dalam menetapkan suatau tindakan.
a. Pencatatan
Pencatatan kegiatan laboratorium dilakukan sesuai dengan jenis kegiatannya antara
lain
1. Pencatatan kegiatan pelayanan
2. Pencatatan logistic
3. Pencatatan mutu internal, keamanan laboratorium, dll
Pencatatan kegiatan pelayanan laboratorium antara lain
1. Buku pencatatan pengiriman sampel ke laboratorium rujukan
2. Buku pencatatan hasil pemeriksaan dari laboratorium rujukan
3. Buku respon time pemeriksaan cyto
4. Buku komunikasi pertukaran petugas tiap shif
Pencatatan logistic antara lain
1. Buku pencatatan stok bahan reagen dan habis pakai
2. Buku pencatatan permintaan reagen dan habis pakai
Pencatatan mutu laboratorium
1. Buku pencatatan hasil mutu internal
2. Buku pencatatan perbaikan alat
3. Buku pencatatan pemeliharaan alat
b. Pelaporan
1. Laporan hasil kegiatan laboratorium setiap bulan
2. Laporan hasil pemeriksaan tepat waktu
3. Laporan hasil mutu Internal dan External
4. Komponen hasil pemeriksaan laboratorium harus berisi memuat antara lain:
 Nama pasien
 ID pasien
 Dokter yang meminta
 Jenis pemeriksaan
 Metode pemeriksaan
 Hasil pemeriksaan
 Jam pengambilan, jam pemeriksaan, jam selesai pemeriksaan
 Nilai rujukan
 Tanda tangan pemeriksa
c. Penyimpanan Dokumen
Prinsip penyimpanan dokumen
1. Semua dokumen yang disimpan harus asli dan harus ada bukti verifikasi pada
dokumen dengan tanda tangan pemeriksa laboratorium
2. Berkas laboratorium disimpan selama 5 tahun (sesuai dengan kebijakan direktur
tentang penyimpanan arsip)
Setiap laboratorium harus menyimpan dokumen tersebut di bawah ini:
1. Surat permintaan pemeriksaan laboratorium disimpan selama 1 tahun
2. Hasil pemeriksaan laboratorium disimpan di Hard Disk
3. Hasil pemeriksaan dari laboratorium rujukan
d. Pemusnahan Dokumen
Sebelum dimusnahkan, ambil informasi yang utama terlebih dahulu. Pada
pelaksanaan pemusnahan harus ada berita acara sesuai prosedur yang berisi tanggal,
bulan, dan tahun pemusnahan, penanggung jawab laboratorium atau otorisasi
pemusnahan dokumen
e. Pengendalian Dokumen
Laboratorium harus menetapkan, mendokumentasikan dan memelihara prosedur
untuk mengendalikan semua dokumen dan informasi (dari sumber internal dan
external) yang merupakan bagian dokumentasi mutunya.
Salinan tiap dokumen terkendali ini harus di arsip untuk acuan dikemudian hari.
Pimpinan rumah sakit harus menetapkan masa penyimpanan. Penyempinan dokumen
disesuaikan dengan peraturan Nasional, Regional maupun setempat.

BAB V
LOGISTIK
A. Pengertian
Suatu prosedur permintaan semua bahan habis pakai yang diperlukan dalam pelayanan
Laboratorium.
B. Tujuan

1. Untuk mendapatkan kebutuhan sarana untuk ATK & rumah tangga.


2. Untuk mendapatkan kebutuhan reagensia laboratorium
3. Untuk mendapatkan kebutuhan bahan habis pakai untuk peralatan medik laboratorium

C. Tata Laksana

Pelaksanaan permintaan logistik untuk kebutuhan Instalasi Laboratorium Klinik dapat


dikategorikan menjadi 2 yaitu :

1. Permintaan bahan untuk kebutuhan ATK & rumah tangga.


2. Permintaan bahan untuk kebutuhan reagensia dan bahan habis pakai untuk peralatan
medik.
Berikut tata laksana permintaan logistik Instalasi Laboratorium Klinik:
1. Permintaan kebutuhan ATK & rumah tangga.
a. Melakukan pendataan/pencatatan tentang barang yang dibutuhkan atau dalam
keadaan habis sehingga perlu dilakukan permintaan terhadap barang tersebut.
b. Menuliskan spesifikasi barang yang dibutuhkan di Form permintaan.
c. Menandatangani form permintaan yang sudah ditulis oleh penanggung jawab bagian
logistik Instalasi dan mengetahui Ka. Instalasi.
d. Tunggu dan konfirmasi barang-barang yang diminta dari bagian Perlengkapan, jika
sudah tersedia, barang dapat segera di ambil.

Form Permintaan :

FORM PERMINTAAN
BAHAN HABIS PAKAI
INSTALASI LABORATORIUM KLINIK
RSU PRIMA HUSADA
Tanggal Pesan :
Sub Unit :
Nama Sisa
No Spesifikasi Jumlah Permintaan (satuan)
Barang Stok

Mengetahui,

PJ. Logistik Inst Lab Ka.Ruangan Inst. Lab.

2. Permintaan kebutuhan regensia & bahan habis pakai untuk peralatan medik.

a. Melakukan pendataan/pencatatan tentang barang yang dibutuhkan/dalam keadaan


habis sehingga perlu dilakukan permintaan terhadap barang tersebut.
b. Menuliskan spesifikasi barang yang dibutuhkan di Form permintaan.
c. Menandatangani form permintaan yang sudah ditulis oleh penanggung jawab bagian
logistik Instalasi dan mengetahui Ka. Instalasi.
d. Tunggu dan konfirmasi barang-barang yang diminta, jika sudah tersedia, barang dapat
segera di ambil
Kebutuhan akan barang-barang untuk kegiatan operasional di Instalasi Laboratorium Klinik
sangat penting untuk menunjang kualitas pelayanan. Berdasar data dari bagian Logistik Instalasi
Laboratorium Klinik, pemenuhan akan kebutuhan Instalasi yang telah diajukan kepada pihak
terkait tergolong cukup baik. Laporan mengenai penggunaan dan stok barang dilaporkan secara
rutin setiap bulan.
PENGADAAN BAHAN LABORATORIUM KLINIK

Pengadaan bahan laboratorium harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

1. Tingkat persediaan

Pada umumnya tingkat persediaan harus selalu sama dengan jumlah persediaan yaitu jumlah
persediaan minimum ditambah jumlah safety stock.
Tingkat persediaan minimum adalah jumlah bahan yang diperlukan untuk memenuhi
kegiatan operasional normal, sampai pengadaan berikutnya dari pembekal atau ruang
penyimpanan umum. Safety Stock adalah jumlah persediaan cadangan yang harus ada untuk
bahan-bahan yang dibutuhkan atau yang sering terlambat diterima dari pemasok. Buffer stock
adalah stok penyangga kekurangan reagen di laboratorium. Reserve stock adalah cadangan
reagen/sisa.

2. Perkiraan jumlah kebutuhan

Perkiraan kebutuhan dapat diperoleh berdasarkan jumlah pemakaian atau pembelian bahan
dalam periode 6-12 bulan yang lalu dan proyeksi jumlah pemeriksaan untuk periode 6-12
bulan untuk tahun yang akan datang. Jumlah rata-rata pemakaian bahan untuk satu bulan perlu
dicatat.

3. Waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan bahan (delivery time)

Lamanya waktu yang dibutuhkan mulai dari pemesanan sampai bahan diterima dari pemasok
perlu diperhitungkan, terutama untuk bahan yang sulit didapat.

PENYIMPANAN BAHAN LABORATORIUM KLINIK

Bahan laboratorium yang sudah ada harus ditangani secara cermat dengan
mempertimbangkan:

1. Perputaran pemakaian dengan menggunakan kaidah :

a. Pertama masuk -pertama keluar (FIFO-first in-first out), yaitu bahwa barang yang lebih
dahulu masuk persediaan harus digunakan lebih dahulu.

b. Masa kadaluarsa pendek dipakai dahulu (FEFO-first expired first out). Hal ini adalah untuk
menjamin barang tidak rusak akibat penyimpanan yang terlalu lama.

2. Tempat penyimpanan.

3. Suhu/kelembaban.

4. Sirkulasi udara.
5. Incompatibility/bahan kimia yang tidak boleh bercampur.

A. Macam / Jenis
1. Reagen
Reagen adalah zat kimia yang digunakan dalam reaksi untuk mengukur, mendeteksi,
memeriksa dan menghasilkan zat lain. Zat kimia yang dipergunakan di laboratorium
kesehatan ialah zat kimia tingkat analisis dan beberapa bahan kimia organic pada tingkat
kemurnian kimiawi yang telah melewati tahap pengujian sebelum dipakai rutin.
2. Standar
Standar adalah zat zat yang konsentrasi atau kemurniannya diketahui dan diperoleh
dengan cara penimbangan. Terdapat dua macam standar, yaitu:
a. Standar Primer
Standar primer merupakan zat termurni dalam kelasnya yang menjadi standar untuk
semua zat lain. Standar ini umumnya mempunyai kemurnian >99%, bahkan banyak
yang 99,9%. Kemurnian standar primer dapat dilihat dari sertifikat analis (CoA =
Certificate of analysis) tertelusur pada standar reference material (SRM)
Syarat standar primer:
1) Stabil
2) Dapat dibakar sampai suhu 105-110°C tanpa perubahan kimia, atau tidak
meleleh, tersublimasi, terdekomposisi atau mengalami reaksi kimia sampai suhu
120-130°C
3) Tidak higroskopis
4) Mempunyai komposisi yang jelas
5) Dapat disiapkan dengan kemurnian 99,0%
6) Dapat dianalisis dengan tepat
7) Mempunyai ekuivalen berat yang tinggi, sehingga kesalahan penimbangan
berefek minimal terhadap konsentrasi larutan standar
b. Standar Sekunder
Standar sekunder merupakan zat zat yang terkonsentrasi dan kemurniannya
ditetapkan melalui analisis dengan perbandingan terhadap standar primer.

3. Bahan Kontrol
Bahan kontrol adalah bahan yang digunakan untuk memantau ketepatan suatu pemeriksaan
di laboratorium, atau untuk mengawasi kualitas hasil pemeriksaan sehari- hari. Bahan
kontrol dapat dibedakan berdasarkan:
a. Sumber bahan kontrol
Sumber bahan kontrol dapat dari manusia, atau bahan kimia murni (telusur ke SRM)
b. Bentuk bahan kontrol
Bentuk bahan control dapat cair, padat, bubuk (liofilisat) atau strip. Bahan control
padat, bubuk, atau strip harus dilarutkan dulu sebelum digunakan
c. Cara pembuatan
Bahan control dapat dibuat sendiri atatu dapat dibeli dalam bentuk sudah jadi.
Bahan control yang di buat sendiri :
 Bahan control yang dibuat dari kumpulan serum (poled sera)
 Bahan control yang dibuat dari bahan kimia murni
 Bahan control yang dibuat dari lisat (hemolisat)
 Bahan control yang dibuat dari strain murni kuman

Bahan control komersil terdiri dari:


 Bahan control unassayed
Merupakan bahan control yang tidak mempunyai nilai rujukan seperti tolok
ukur. Nilai rujukan diperoleh setelah dilakukan periode pendahuluan. Biasanya
dibuat dari kadar normal dan abnormal (abnormal rendah dan tinggi).
Kelebihan bahan control ini adalah lebih tahan lama, bisa digunakan utuk
semua tes, tidak perlu membuat sendiri. Kekurangannya adalah : kadang
kadang ada variasi dari botol ke botol ditambah kesalahan pada rekonstitusi,
sering serum diambil dari hewan yang mungkin tidak sama dengan serum dari
manusia. Karena tidak mempunyai nilai rujukan yang baku maka tidak dapat
dipakai untuk control akurasi. Pemanfaatan jenis control ini untuk memantau
ketelitian pemeriksaan, atau untuk perubahan akurasi. Uji ketelitian dilakukan
setiap hari pemeriksaan.
 Bahan control assayed
Merupakan bahan control yang diketahui nilai rujukannya, serta batas toleransi
menurut metode pemeriksaannya. Harga bahan ini lebih mahal disbanding
dengan bahan control unssayed. Bahan ini digunakan untuk control akurasi da
juga presisi, disamping itu juga digunakan untuk menilai alat dan cara baru.
Untuk dapat digunakan sebagai bahan control, bahan tersebut harus memiliki
persyaratan sbb:
1) Memiliki komposisi sama atau mirip dengan specimen
2) Komponen yang terkandung dalam bahan control harus stabil
3) Dilengkapi dengan sertifikasi analisis yang dikeluarkan oleh pabrik yang
bersangkutan
4. Air
Air merupakan bahan termurah yang digunakan di laboratorium, namun
demikian air merupakan bahan terpenting yang paling sering dipergunakan.
Oleh karena itu kualitas air yang dipergunakan harus memenuhi standar
seperti halnya barang lain yang dipergunakan dalam analisis. Laboratorium
menetapkan kualitas air sesuai dengan kebutuhan. Berdasarkan jenis
kualitasnya air diklasifikasikan jenis 1,2,dan 3
4) Table spesifikasi jenis jenis air untuk laboratorium
SPESIFIKASI JENIS AIR
Jenis 1 Jenis 2 Jenis 3
Kandungan bakteri maksimal (CFU/ml) 10 1000 -
Tahanan listrik minimal (mega ohm- 10 10 10
cm)
Kandungan silikat maksimal (mg/L 0.05 0.1 1.0
SIO2)
PH 7.0 7.0 5.8-8.0

BAB VI

KESELAMATAN PASIEN
A. Definisi

Suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem
tersebut meliputi ; pengkajian resiko, identifikasi dan pengelolaan resiko pasien, laporan dan
analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi meminimalkan resiko.

B. Tujuan :
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Instalasi Laboratorium
2. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi insiden berulang.
C. Standar Pasien Safety

Implementasi Keselamatan Pasien di Instalasi Laboratorium mengikuti aturan dan


kebijakan dari Komite Patient Safety Rumah Sakit yang berpedoman dari buku Panduan
Nasional KPRS (Depkes RI, 2006) yaitu : tujuh langkah menuju keselamatan rumah sakit
(KPRS) dan tujuh standar keselamatan pasien rumah sakit.

Kegiatan Patient Safety di Instalasi Laboratorium Klinik:

a. Pembuatan Protap tentang patient safety, pelaporan, assessment


b. Pelaksanaan patient safety di Instalasi Patologi Anatomi :
 Terlaksananya Identifikasi pasien dan labelisasi spesimen. (Protap terlampir)
 Terlaksananya personal hygiene (sosialisasi program cuci tangan, kelengkapan
fasilitas penunjang program cuci tangan) (Protap terlampir)
 Komunikasi yang efektif antar tenaga kesehatan di Lab.
 Pencatatan rutin untuk pelaporan keselamatan pasien
 Kurangi resiko pasien jatuh pada pasien risiko tinggi jatuh
 Evaluasi kegiatan
c. Pertemuan rutin untuk evaluasi program kerja

BAB VII

KESELAMATAN KERJA
Keselamatan kerja di Instalasi Laboratorium Klinik dilakukan berdasarkan Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1087/MENKES/SK/VIII/2010 tentang Standar
Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit.

Berikut beberapa tindakan keselamatan kerja berdasarkan bahaya-bahaya potensial yang ada
di Instalasi Laboratorium Klinik:

a. Bahaya Kimia
- Tiap pengadaan/pembelian bahan kimia harus dicantumkan dengan jelas tentang
informasi bahan berupa labelling nama bahan, tanda/informasi dampak bahaya serta
cara penanganan dan tindakan khusus yang berhubungan dengan keadaan darurat di
dalam penanganan bahan berbahaya tersebut.
- Tempat penyimpanan bahan kimia berbahaya dibuat agar aman dari pengaruh alam dan
lingkungan, yaitu dengan menyimpannya di tempat yang memiliki sirkulasi udara yang
baik, suhu ruangan terjaga konstan dan aman, serta aman dari gangguan biologis (tikus,
rayap, dll).
- Penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) yang sesuai dengan faktor resiko bahayanya,
b. Bahaya Biologi
- Penggunaan APD yang sesuai dan memadai.
- Sirkulasi udara ruangan yang baik.
- Penerapan Hand Hygiene.
- Tersedianya tempat/wadah pembuangan sesuai dengan jenis sampah/limbah yang
dihasilkan.
- Terdapat ruang tersendiri untuk sisa-sisa jaringan yang telah diperiksa.
c. Bahaya Ergonomi
- Tersedianya tempat duduk beroda yang memudahkan mobilitas dan kenyamanan dalam
bekerja.
- Tersedianya alat bantu seperti troli untuk mengangkut barang-barang yang berat.
d. Bahaya Psikososial
- Tersedianya tempat istirahat untuk makan, toilet dan tempat ibadah di lingkungan
laboratorium yang mudah dijangkau oleh petugas/karyawan.
- Adanya acara internal antara karyawan dan dokter spesialis PA yang bertujuan untuk
mempererat hubungan kerja
- Penempatan kerja yang sesuai dengan keterampilan.
e. Bahaya Mekanik
- Penempatan benda-benda tajam (pisau gross, cutter, gunting, dll) di tempat yang mudah
dijangkau, aman dari kegiatan sekitar.
- Tersedianya P3K yang memadai.
Potensi bahaya kebakaran untuk ruang instalasi Laboratorium, berhubungan erat dengan
listrik sebagai sumber api. Fasilitas penanganan jika terjadi bahaya kebakaran (APAR, alarm
kebakaran) telah tersedia.

Usaha-usaha pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran terdiri dari :

Tindakan Preventif

Merupakan segala usaha yang dilakukan agar tidak terjadi kebakaran.


Berikut beberapa usaha yang dapat dilakukan
- Sosialisasi penentuan tempat evakuasi / tempat berkumpul sementara bila terjadi
kebakaran
- Menempatkan barang-barang yang mudah terbakar di tempat yang aman dan jauh
dari api
- Tidak merokok dan melakukan pekerjaan panas di tempat barang-barang yang mudah
terbakar
- Tidak membuat sambungan listrik senbarangan
- Tidak memasang steker listrik bertumpuk-tumpuk
- Memasang tanda-tanda peringatan pada tempat yang mempunyai resiko bahaya
kebakaran tinggi
- Menyediakan APAR di tempat yang strategis
- Matikan aliran listrik bila tidak digunakan
- Bila akan menutup tempat kerja, periksa dahulu hal-hal yang dapat menyebabkan
kebakaran
1. Tindakan Represif
Merupakan usaha yang dilakukan pada saat terjadi kebakaran yang bertujuan untuk
mengurangi kerugian akibat kebakaran.

Hal-hal yang perlu dilakukan pada saat terjadi kebakaran :

- Tidak panik dan mencari sumber api


- Mencari APAR terdekat, kemudian berusaha memadamkan api sebisa mungkin
- Melaporkan kepada Pemadam kebakaran
- Melakukan evakuasi bila api sulit dipadamkan
2. Tindakan Rehabilitasi
Merupakan usaha yang dilakukan setelah terjadi kebakaran.

Tabel. Peralatan Laboratorium, bahaya dan cara mengatasinya


Peralatan Bahaya Cara mengatasinya

laboratorium

Jarum semprit Tusukan, aerosol, tumpahan Gunakan jarum semprit dengan


sistem pengunci untuk
mencegah terlepasnya jarum
dari semprit, jika mungkin
gunakan alat suntik sekali pakai.
Sedot bahan pemeriksaan
dengan hati-hati untuk
menguranngi gelembung udara.
Lingkari jarum dengan kapas
disinfektan saat menarik jarum
dari botol spesimen. Jika
mungkin, lakukan dalam kabinet
keamanan biologis. Semprit
harus diotoklaf sebelum
dibuang, jarum sebaiknya
dibakar dengan alat insinerasi

Sentrifus/alat pemusing Aerosol, percikan, tabling Jika diduga ada tabung pecah
pecah saat sentrifugasi, matikan mesin
dan jangan dibuka selama 30
menit. Jika tabung pecah setelah
mesin berhenti, sentrifus harus
ditutup kembali dan biarkan
selama 30 menit. Laporkan
kejadian ini kepada petugas
keamanan kerja. Gunakan
sarung tangan karet tebal dan
forsep untuk mengambil
pecahan kaca. Tabung yang
pecah, pecahan gelas dan
selonsong serta rotor harus
didisinfeksi secara terpisah.
Ruang dalam sentrifus
(chamber) didisinfeksi,
dibiarkan satu malam. Bilas
dengan air dan keringkan
Alat homogenisasi dan alat Aerosol, kebocoran Gunakan alat homogenisasi
pengaduk (stirrer) yang terbuat dari teflon. Tabung
dan tutup alat harus dalam
keadaan baik. Saat bekerja,
tutup alat dengan plastik.
Sebaiknya pekerjaan dilakukan
dalam kabinet keamanan
biologis.

Alat pemecah jaringan Aerosol, kebocoran Operator harus memakai sarung


(grinder) tangan dan alat dipegang dengan
bahan absorben yang lunak.

Alat pengguncang (shaker) Aerosol, percikan, tumpahan Gunakan tabung yang tertutup
rapat, dilengkapi dengan filter
pada mulut tabung.

Alat liofilisasi Aerosol, kontak Gunakan filter untuk udara


antara pompa dan daerah hampa
langsung, udara. Gunakan konektor
kontaminasi berbentuk cincin O untuk
menutup seluruh unit. Lengkapi
dengan penyaring kelembaban
yang terbuat dari logam. Periksa
semua saluran hampa udara
yang terbuat dari gelas terhadap
adanya kerusakan. Gunakan
hanya alat gelas yang dirancang
untuk alat ini. Pakai disinfektan
yang baik seperti disinfektan
kimia.

Kabinet keamanan biologis Aerosol, percikan Cara pengamanan yang


kelas III maksimum

Alat bantu pipet Bahaya pemipetan dengan Dapat di disinfeksi, mudah di-
mulut, yaitu: tertelannya gunakan dan mencegah
mikroorganisme patogen, kontami-nasi serta kebocoran
inhalasi aerosol dan dari ujung pipet
kontaminasi pada ujung
tempat menghisap
Pelindung pernafasan Inhalasi aerosol Tertahannya partikel sebesar 1-5
mikron. Melindungi mata jika
menggunakan pelindung muka
penuh

Pelindung muka dan Pecahan, percikan Pelindung muka: Melindungi


pelindung mata seluruh muka

Pelindung mata: melindungi


mata dan bagian mata

Otoklaf Kontaminasi Sterilisasi yang efektif


mikroorganisme pada alat
sekali pakai dan alat yang
digunakan kembali

Botol dengan tutup berulir Aerosol, tetesan Perlindungan yang efektif

Alat insenerasi mikro Aerosol Mengurangi percikan dan


penyebaran bahan infeksi

Lemari asam Percikan bahan kimia Memisahkan daerah kerja


dengan operator

Tabel. Peralatan keamanan, bahaya yang dicegah dan keamanan yang diperoleh

Alat Bahaya yang dicegah Keamanan

Kabinet keamanan biologis Aerosol, percikan Aliran udara yang masuk ke


kelas II daerah kerja sedikit

Kabinet keamanan biologis Aerosol, percikan Aliran udara yang masuk ke


kelas II daerah kerja sedikit. Udara
yang keluar dari daerah kerja
sudah terinfiltrasi baik.

Kabinet keamanan biologis Aerosol, percikan Cara pengamanan yang


kelas III maksimum
Alat bantu pipet Bahaya pemipetan dengan Dapat didisinfeksi , mudah
mulut, yaitu: tertelannya digunakan dan mencegah
mikroorganisme patogen, kontaminasi serta kebocoran
inhalasi aerosol dan dari ujung pipet
kontaminasi pada ujung
tempat menghisap

Pelindung pernafasan Inhalasi aerosol Tertahannya partikel sebesar


1-5 mikron. Melindungi mata
jika menggunakan pelindung
muka penuh

Pelindung muka dan Pecahan, percikan Pelindung muka: melindungi


pelindung mata seluruh muka

Pelindung mata: melindungi


mata dan bagian mata

Botol dengan tutup berulir Aerosol, tetesan Perlindungan yang efektif

Alat inserasi mikro Aerosol Mengurangi percikan dan


penyebaran bahan infeksi

Lemari asam Percikan bahan kimia Memisahkan daerah kerja


dengan operator
BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

PEMANTAPAN MUTU

Pemantapan mutu (quality assurance) Laboratorium Klinik adalah semua kegiatan yang
ditujukan untuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil pemeriksaan Laboratorium Klinik.

Kegiatan pemantapan mutu (quality assurance) mengandung komponen-komponen:

1. Pemantapan Mutu Internal (Internal Quality Control)

Pemantapan mutu internal adalah kegiatan pencegahan dan pengawasan yang dilaksanakan
oleh masing-masing laboratorium secara terus menerus agar tidak terjadi atau mengurangi
kejadian error/penyimpangan sehingga diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat.

Cakupan objek pemantapan mutu internal meliputi aktivitas: tahap pra-analitik, tahap analitik
dan tahap pasca-analitik.
Tujuan:

a. Pemantapan dan penyempurnaan metode pemeriksaan dengan mempertimbangkan aspek


analitik dan klinis.
b. Mempertinggi kesiagaan tenaga, sehingga pengeluaran hasil yang salah tidak terjadi dan
perbaikan penyimpangan dapat dilakukan segera.
c. Memastikan bahwa semua proses mulai dari persiapan pasien, pengambilan, pengiriman,
penyimpanan dan pengolahan spesimen sampai dengan pencatatan dan pelaporan telah
dilakukan dengan benar.
d. Mendeteksi penyimpangan dan mengetahui sumbernya.
e. Membantu perbaikan pelayanan kepada pelanggan (customer).
Beberapa kegiatan pemantapan mutu internal yang dibahas:

a. Persiapan pasien

Sebelum spesimen diambil, pasien harus dipersiapkan terlebih dahulu dengan baik sesuai
dengan persyaratan pengambilan spesimen pada Bab V Spesimen.

b. Pengambilan dan pengolahan spesimen

Spesimen harus diambil secara benar dengan memperhatikan waktu, lokasi, volume, cara,
peralatan, wadah spesimen, pengawet/antikoagulan, sesuai dengan persyaratan pengambilan
spesimen yang telah diuraikan pada Bab V Spesimen.

c. Kalibrasi peralatan

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium adalah peralatan
laboratorium, oleh karena itu alat perlu dipelihara dan dikalibrasi secara berkala.

Uji ketelitian-Uji ketepatan

Hasil laboratorium digunakan untuk menentukan diagnosis, pemantauan pengobatan dan


prognosis, maka amatlah perlu untuk selalu menjaga mutu hasil pemeriksaan, dalam arti
mempunyai tingkat akurasi dan presisi yang dapat dipertanggungjawabkan.

Hal-hal penting yang harus diperhatikan:


1) Presisi dan Akurasi

a) Nilai presisi menunjukkan seberapa dekat suatu hasil pemeriksaan bila dilakukan berulang
dengan sampel yang sama. Ketelitian terutama dipengaruhi oleh kesalahan acak yang
tidak dapat dihindari. Presisi biasanya dinyatakan dalam nilai koefisien variasi (% KV
atau % CV) SD = Standar Deviasi (simpangan baku) x = Rata-rata hasil pemeriksaan
berulang. Presisi (ketelitian) sering dinyatakan juga sebagai Impresisi (ketidaktelitian).
Semakin kecil nilai KV (%) semakin teliti sistem/metode tersebut dan sebaliknya.

b) Akurasi (ketepatan) atau inakurasi (ketidaktepatan) dipakai untuk menilai adanya


kesalahan acak atau sistematik atau keduanya (total). Nilai akurasi menunjukkan
kedekatan hasil terhadap nilai sebenarnya yang telah ditentukan oleh metode standar.

c) Akurasi dan presisi adalah independen satu dengan yang lainnya.

Metode yang baik adalah yang mempunyai akurasi dan presisi yang baik. Untuk tujuan
penanganan penyakit dan atau pemantauannya, pemilihan metode dengan presisi yang baik lebih
dianggap penting daripada akurasi yang baik. Untuk parameter pemeriksaan yang membutuhkan
penilaian diagnosis pada kadar yang sangat rendah, misalnya TSH, diperlukan metode dengan
akurasi yang tinggi pada kadar tersebut.
2) Jenis kesalahan

Dalam proses analisis dikenal 3 jenis kesalahan yaitu:

a) Inherent Random Error merupakan kesalahan yang hanya disebabkan oleh limitasi
metodik pemeriksaan.
b) Systematic Shift (kesalahan sistematik); suatu kesalahan yang terus-menerus dengan pola
yang sama. Hal ini dapat disebabkan oleh standar, kalibrasi atau instrumentasi yang tidak
baik. Kesalahan ini berhubungan dengan akurasi (ketepatan).
c) Random Error (kesalahan acak); suatu kesalahan dengan pola yang tidak tetap.
Penyebabnya adalah ketidak-stabilan, misalnya pada penangas air, reagen, pipet dan lain-
lain. Kesalahan ini berhubungan dengan presisi (ketelitian).
3) Bahan kontrol

Dalam penggunaannya bahan kontrol harus diperlakukan sama dengan bahan pemeriksaan
spesimen, tanpa perlakuan khusus baik pada alat, metode pemeriksaan, reagen maupun
tenaga pemeriksanya. Dalam melaksanakan uji ketelitian ini digunakan bahan kontrol
assayed. Periode kontrol merupakan periode untuk menentukan ketelitian pemeriksaan pada
hari tersebut. Prosedur pada periode kontrol ini tergantung dari bidang pemeriksaannya.
Untuk pemeriksaan kimia klinik, hematologi dan kimia lingkungan caranya adalah sebagai
berikut:
a) Periksa bahan kontrol setiap hari kerja atau pada hari parameter yang bersangkutan
diperiksa.
b) Catatlah nilai yang diperoleh pada formulir Periode control.
Didalam pemantapan mutu baik intra laboratorium maupun ekstra laboratorium
disepakati suatu asumsi bahwa kondisi bahan kontrol sama dengan bahan dari penderita, dengan
demikian bias yang timbul akibat perbedaan kondisi bahan kontrol dan bahan penderita dapat
dihindarkan. Namun pada kenyataannya bias ini tidak dapat dihilangkan sama sekali. Bias ini
biasanya timbul akibat adanya perbedaan matrix (misalnya serum kontrol yang berasal dari
binatang), variasi dalam proses pembuatan (pencampuran, filtrasi, dialisis dan liofilisasi), variasi
dalam kemasan (kesalahan pengisian) dan kesalahan rekonstitusi (pipetasi, penanganan).

Dikenal asumsi lain dalam pemantapan mutu laboratorium, yaitu bila terjadi variasi hasil
pemeriksaan bahan kontrol berarti variasi yang sama terjadi juga pada pemeriksaan bahan
penderita untuk batch yang sama.

Demikian juga sebaliknya tidak ditemukannya variasi hasil pemeriksaan bahan kontrol
mencerminkan hasil pemeriksaan bahan penderita bebas dari variasi, atau dengan perkataan lain
hasil pemeriksaan bahan penderita pada hari itu bebas kesalahan.

Asumsi ini menjadi tidak benar apabila terdapat kesalahan dalam proses pra-
instrumentasi dan pasca instrumentasi seperti: pengambilan bahan, pengiriman bahan maupun
penanganan bahan sebelum dilakukan pemeriksaan, obat-obat, penyakit tertentu (uremia,
diabetes melitus dll) dan kesalahan pendataan.
2. Pemantapan Mutu Eksternal (PME)
Pemantapan Mutu Eksternal adalah kegiatan yang diselenggarakan secara periodik oleh
pihak lain di luar laboratorium yang bersangkutan untuk memantau dan menilai penampilan
suatu laboratorium dalam bidang pemeriksaan tertentu. Penyelenggaraan kegiatan Pemantapan
Mutu Eksternal dilaksanakan oleh pihak pemerintah, swasta atau internasional.
Setiap laboratorium kesehatan wajib mengikuti Pemantapan Mutu Eksternal yang
diselenggarakan oleh pemerintah secara teratur dan periodik meliputi semua bidang pemeriksaan
laboratorium.

Dalam pelaksanaannya, kegiatan Pemantapan Mutu Eksternal ini mengikutsertakan


semua laboratorium, baik milik pemerintah maupun swasta dan dikaitkan dengan akreditasi
laboratorium kesehatan serta perizinan laboratorium kesehatan swasta. Karena di Indonesia
terdapat beraneka ragam jenis dan jenjang pelayanan laboratorium serta mengingat luasnya
wilayah Indonesia, maka pemerintah menyelenggarakan pemantapan mutu eksternal untuk
berbagai bidang pemeriksaan dan diselenggarakan pada berbagai tingkatan, yaitu:

a. tingkat nasional/tingkat pusat

b. tingkat Regional

c. tingkat Provinsi/wilayah

Kegiatan pemantapan mutu eksternal ini sangat bermanfaat bagi suatu laboratorium sebab
dari hasil evaluasi yang diperolehnya dapat menunjukkan performance (penampilan/proficiency)
laboratorium yang bersangkutan dalam bidang pemeriksaan yang ditentukan. Untuk itu pada
waktu melaksanakan kegiatan ini tidak boleh diperlakukan secara khusus, jadi pada waktu
melakukan pemeriksaan harus dilaksanakan oleh petugas yang biasa melaksanakan pemeriksaan
tersebut serta menggunakan peralatan/reagen/metode yang biasa dipakainya sehingga hasil
pemantapan mutu eksternal tersebut benar-benar dapat mencerminkan penampilan laboratorium
tersebut yang sebenarnya.

Setiap nilai yang diterima dari penyelenggara di catat dan dievaluasi untuk mencari penyebab-
penyebab dan mengambil langkah-langkah perbaikan.

VERIFIKASI

Verifikasi merupakan tindakan pencegahan terjadinya kesalahan dalam melakukan


kegiatan laboratorium mulai dari tahap pra analitik sampai dengan melakukan pencegahan ulang
setiap tindakan/proses pemeriksaan.

Adapun verifikasi yang harus dilakukan sebagai berikut:


1. Tahap pra analitik

a. Formulir permintaan pemeriksaan

1) Apakah identitas pasien, identitas pengirim (dokter, lab. pengirim, Kontraktor, dll), No.
Lab, tanggal pemeriksaan, permintaan pemeriksaan sudah lengkap dan jelas.
2) Apakah semua permintaan pemeriksaan sudah ditandai.
b. Persiapan Pasien

Apakah persiapan pasien sesuai persyaratan.

c. Pengambilan dan penerimaan spesimen

Apakah spesimen dikumpulkan secara benar, dengan memperhatikan jenis spesimen.

d. Penanganan spesimen

1) Apakah pengolahan spesimen dilakukan sesuai persyaratan.


2) Apakah kondisi penyimpanan spesimen sudah tepat.
3) Apakah penanganan spesimen sudah benar untuk pemeriksaan-pemeriksaan khusus.
4) Apakah kondisi pengiriman spesimen sudah tepat.
e. Persiapan sampel untuk analisa

1) Apakah kondisi sampel memenuhi persyaratan.


2) Apakah volume sampel sudah cukup.
3) Apakah identifikasi sampel sudah benar.
2. Tahap Analitik

a. Persiapan Reagen/media

1) Apakah reagen/media memenuhi syarat.


2) Apakah masa kadaluwarsa tidak terlampaui.
3) Apakah cara pelarutan atau pencampurannya sudah benar.
4) Apakah cara pengenceran sudah benar .
5) Apakah pelarutnya (aquadest) memenuhi syarat.
b. Pipetasi Reagen dan sampel

1) Apakah semua peralatan laboratorium yang digunakan bersih, memenuhi persyaratan.


2) Apakah pipet yang digunakan sudah dikalibrasi.
3) Apakah pipetasi dilakukan dengan benar.
4) Apakah urutan prosedur diikuti dengan benar.
c. Inkubasi

1) Apakah suhu inkubasi sesuai dengan persyaratan.


2) Apakah waktu inkubasi tepat.
d. Pemeriksaan

Apakah alat/instrumen berfungsi dengan baik (dapat dipercaya) hasil pemeriksaan fungsi dan
hasil perawatannya.

e. Pembacaan hasil

Apakah penghitungan, pengukuran, identifikasi dan penilaian sudah benar.

3. Tahap pasca analitik

Pelaporan Hasil

a. Apakah form hasil bersih

b. Apakah tidak salah transkrip

c. Apakah tulisan sudah jelas

d. Apakah terdapat kecenderungan hasil pemeriksaan atau hasil abnormal.

AUDIT

Audit adalah proses menilai atau memeriksa kembali secara kritis berbagai kegiatan yang
dilaksanakan di dalam laboratorium. Audit dibagi dalam audit internal dan audit eksternal.

Audit internal dilakukan oleh tenaga laboratorium yang sudah senior. Penilaian yang
dilakukan haruslah dapat mengukur berbagai indikator penampilan laboratorium misalnya
kecepatan pelayanan, ketelitian laporan hasil pemeriksaan laboratorium, dan mengidentifikasi
titik lemah dalam kegiatan laboratorium yang menyebabkan kesalahan sering terjadi.

Audit eksternal bertujuan untuk memperoleh masukan dari pihak lain di luar
laboratorium atau pemakai jasa laboratorium terhadap pelayanan dan mutu laboratorium.
Pertemuan antara kepala-kepala laboratorium untuk membahas dan membandingkan berbagai
metode, prosedur kerja, biaya dan lain-lain merupakan salah satu bentuk dari audit eksternal.
VALIDASI HASIL

Validasi hasil pemeriksaan merupakan upaya untuk memantapkan kualitas hasil


pemeriksaan yang telah diperoleh melalui pemeriksaan ulang oleh laboratorium rujukan.

Pemeriksaan ulang ini dapat dilakukan dengan cara:

1. Laboratorium mengirim spesimen dan hasil pemeriksaan ke laboratorium rujukan untuk


diperiksa, dan hasilnya dibandingkan terhadap hasil pemeriksaan laboratorium pengirim.
2. Persentase tertentu dari hasil pemeriksaan positif dan negatif dikirim ke laboratorium rujukan
untuk diperiksa ulang.
AKREDITASI
1. Definisi

a. Akreditasi

Pengakuan formal kepada suatu lembaga untuk melakukan kegiatan tertentu, yang telah
memenuhi standar yang ditetapkan.

b. Akreditasi

Akreditasi laboratoratorium adalah suatu pengakuan yang diberikan oleh Kementerian


Kesehatan kepada laboratorium kesehatan yang telah memenuhi standar yang telah
ditentukan.

2. Tujuan Akreditasi

Tujuan Umum:
Memacu laboratorium untuk memenuhi standar, sehingga dapat memberikan pelayanan yang
bermutu dan dapat dipertanggung jawabkan.

Tujuan Khusus:

a. Memberikan pengakuan kepada laboratorium yang telah mencapai tingkat pelayanan


kesehatan sesuai dengan standar yang ditetapkan.

b. Memberikan jaminan kepada petugas laboratorium kesehatan bahwa semua fasilitas, tenaga
dan lingkungan yang diperlukan telah memenuhi standar, sehingga dapat mendukung
pelayanan laboratorium yang baik.

c. Memberikan jaminan dan kepuasan kepada pelanggan dan masyarakat bahwa pelayanan yang
diberikan oleh laboratorium kesehatan telah diselenggarakan dengan baik.

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Pendidikan dan latihan tenaga laboratorium merupakan hal yang sangat penting dalam
program pemantapan mutu. Pendidikan dan latihan tenaga harus direncanakan secara
berkelanjutan dan berkesinambungan, serta dilaksanakan dan dipantau.
BAB IX

PENUTUP

Instalasi Laboratorium Klinik RSU Prima Husada sebagai salah satu unit pelayanan di
RSU Prima Husada yang memberikan pelayanan laboratoriun bidang Laboratorium Klinik
berkomitmen untuk memberikan pelayanan terbaik kepada pasien. Berdasar uraian tentang
pelayanan di Instalasi Laboratorium Klinik dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu :

1. Jenis pelayanan laboratorium yang terdapat di Instalasi Laboratorium Klinik RSU Prima
Husada dimana Rumah Sakit type D masih kurang jika dibandingkan dengan standar
Kementrian kesehatan menurut Keputusan Dirjen Yanmed No:HK00.063.3/98 tentang
pedoman pengelolaan Laboratorium Klinik.
2. Kualifikasi SDM di Instalasi Laboratorium Klinik RSU Prima Husada terdiri dari Dokter
Spesialis PK Pranata Lab Kesehatan, dan administrasi. Berdasarkan analisis beban kerja dan
rencana pengembangan layanan baru, kualifikasi SDM di Instalasi Laboratorium Klinik
RSU Prima Husada masih kurang
3. Secara umum, semua kategori pelayanan Laboratorium Klinik yang ada di RSU Prima
Husada telah memiliki standar fasilitas yang tergolong lengkap sesuai dengan tipe rumah
sakit kelas D. Namun hal tersebut masih belum sesuai, terutama dalam hal fasilitas
bangunan fisik/gedung.
4. Dalam hal tata laksana pelayanan, telah dibuat buku Pedoman Pelayanan dan SPO sebagai
acuan dalam operasional pelayanan di Instalasi Laboratorium Klinik RSU Prima Husada
5. Kebutuhan Logistik baik yang medik maupun non medik di Instalasi Laboratorium Klinik
RSU Prima Husada secara umum berkaitan erat dengan pihak terkait terhadap permintaan
tergolong baik.
6. Kebijakan tentang Patient Safety di rumah sakit mendasari Instalasi Laboratorium Klinik
RSU Prima Husada untuk membuat kebijakan dan SPO tentang keselamatan pasien dengan
menerapkan beberapa sasaran keselamatan pasien di Unit kerja. .
7. Identifikasi bahaya di Laboratorium Klinik RSU Prima Husada merupakan langkah awal
pencegahan terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Pembuatan SPO tentang
keselamatan kerja merupakan komitmen awal meminimalkan terjadinya kecelakaan kerja.
8. Pengendalian mutu internal dilakukan minimal setiap bulan melalui Quality Control Internal
dengan yang tersedia sedangkan pemantapan mutu eksternal dilakukan secara berkala
bekerjasama dengan lembaga PME yang ada.
Penyusunan pedoman pelayanan Instalasi Laboratorium Klinik diharapkan berguna sebagai
acuan dasar pelayanan sekaligus sebagai evaluasi atas kekurangan yang terdapat di Instalasi
Laboratorium Klinik RSU Prima Husada.

Demikian Pedoman Pelayanan Instalasi Laboratorium Klinik ini dibuat. Semoga dapat
bermanfaat dan berguna. Atas perhatian dan bantuan semua pihak, disampaikan banyak terima
kasih.

Ditetapkan : Sidoarjo
Pada Tanggal : 08 Mei 2019
Direktur,
RSU Prima Husada

dr. Zaiful Amri Santoso, MM

Anda mungkin juga menyukai