Anda di halaman 1dari 36

LAMPIRAN

PERATURAN DIREKTUR RSKIA ANNISA


NOMOR :
TENTANG PEDOMAN PELAYANAN
UNIT LABORATORIUM

BAB I
DEFENISI DAN BATASAN OPERASIONAL

A. DEFENISI

Mutu pelayanan adalah pemberian nilai pelayanan kepada penggan untuk


mendapatakan hasil pemeriksaan laboratorium yang mampu mendukung dianogsa
dokter. Dalam kaitannya dengan pelayanan laboratorium, data hasil pemriksaan bisa
dikatakan mempunyai mutu yang baik apabila data tersebut dapat memuaskan
pelanggan dengan tetap mempertimbangkan aspek teknis sehingga presisi
(ketepatan) dan akurasi (ketelitian) yang tinggi dapat dicapai. Data hasil pemeriksaan
laboratorium harus mempunyai kemampuan telusur pengukuran dan
terdokumentasi sehingga dapat dipertahankan secara ilmiah maupun hukum. Hal ini
berarti bahwa seluruh metode dan prosedur operational laboratorium harus terpadu,
mulai dari perncanaan, persiap pemriksaan , pengambialan contoh sampel,
penanganan, pemriksaan. Perhitungan, penukisan hasil, sampai pemberian hasil
pemeriksaan kepada pelanggan atau pasien . pedoman pelayanan laboratorium ini
merupakan acuan pelaksanaan pelayanan yang dilaksankan oleh instalasi
laboratorium RSKIA ANNISA dalam melaksnakan pelayanan kepada pasien, sehingga
mutu pelayanan dapat terjaga dengan baik.

B. BATASAN OPERASIONAL

Ruang lingkup Unit Laboratorium meliputi pemeriksaan :


1. Kimia darah
2. Hematologi
3. Immunologi / serologi
4. Urinalisis
5. Cairan Tubuh
Laboratorium klinik melayani
1. Pelayananan pasien rawat inap
2. Pelayananan pasien rawat jalan
3. Pelayanana pasien UGD
4. Pelayanan Pasien Rujukan dan Pasien dokter praktek

C. BATASAN OPERASIONAL

1. Laboratorium Klinik melayani :


a. Semua Unit pelayanan yang ada di RSKIA ANNISA.
b. Permintaan dari Rumah Sakit Payakumbuh dan sekitarnya.
c. Laboratorium mandiri Payakumbuh dan sekitar.
d. Institusi yang membutuhkan pelayanan Laboratorium Klinik.
2. Pelayanan laboratorium di RSKIA bersifat sentral, dengan kata lain semua
pemeriksaan dilakukan di Laboratorium, tidak ada yang dikerjakan di ruang
lainnya.
3. Dalam hal tidak terdapat sarana pemeriksaan untuk pemeriksaan laboratorium
tertentu, maka pemeriksaan tersebut dirujuk ke laboratorium rujukan yang
menjalin kerjasama dengan RSKIA ANNISA. Pemilihan laboratorium rujukan
berdasarkan mutu yang baik dengan pembuktian reputasi dan sertifikat
pelaksanaan program pemantapan mutu eksternal yang dimiliki, dan lokasi yang
mudah dan tidak terlalu jauh dari RSKIA ANNISA. Pemeriksaan rujukan dilakukan
secara sentral melalui laboratorium RSKIA ANNISA, dengan kata lain tidak ada
hubungan antara dokter peminta pemeriksaan dengan laboratorium, dan
terdapat arsip hasil laboratorium rujukan.

Laboratorium Kesehatan Swasta.

1. Keputusan Menteri Kesehatan No. 370/MENKES/SK/III/2007 tahun 2007


tentang Standar Profesi Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan.
2. HKKI ( Himpunan Kimia Klinik Indonesia ), Panduan Mutu Laboratoium Klinik
bidang kimia klinik, Jakarta 1994.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


Sumber daya manusia ( SDM ) yang bekerja di laboratorium harus memiliki
kompetensi bidang laboratorium kesehatan.
1. Setiap tenaga medis yanag berpraktik di laboratorium harus mempunyai Surat
Tanada Registrasi da Surat Izin Pratik ( SIP ) sesuai ketentuan peraturan
perundangan undangan
2. Setiap tenaga kesehatan laian yang bekerja di unit laboratorium harus
mempunyai Surat Izin sebagai tanda registasi / Suarat Tanda registrasi dan Surat
Izin Kerja (SIK).
3. Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di klinik harus bekerja sesuai dengan
standar profesi, standar prosedur operasional, standar pelayanan , etika profesi,
menghormati hak pasien , mengutamakan kepentingan dan keselamatan pasien.
4. Tenanga teknis laboratorium
a. Analis kesehatan lulusan D3
b. Sarjana Sains terapan
Pola Tenaga Unit Laboratorium RSKIA ANNISA

No Komponen tenaga Standar Tenaga yang Keteranangan


Jumlah tenaga ada
1. Kepala Ruangan 1 1 D3 Analis Kesehatan
Laboratoium
2. Pelaksana teknis
D3 Analis Kesehatan 3 D3 Analis Kesehatan
SST 1

Pola ketenagaan dan kualifikasi Unit Pelayanan Laboraturium adalah :


B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Pola pengaturan kenegaan di laboratorium yaitu :
Untuk Dinas Pagi :
No Nama Jabatan Jam kerja Jumlah
1. KARU Laboratorium Jam 07.30 14.30 WIB 1
2. Koord.Pelayanan Lab. Klinik Jam 07.30 14.30 WIB 1
3. Penanggung jawab alat dan kontrol Jam 07.30 14.30 Wib
4. Penanggung jawab. Adm.& Plebotomi Jam 07.30 14.30 WIB 1
Penanggung jawab reagen dan 1
5. Jam 07.00 14.30 WIB
logistic umum
6. Pelaksana Hematologi / Pj. Rujukan Jam 07.30 14.30 WIB 1
7. Pelaksana kimia klinik / Serologi Jam 07.00 14.30 WIB 1

Untuk Dinas Siang :


No Nama Jabatan Jam kerja Jumlah
1 Pelaksana Teknis Lab Klinik Jam 14.00 21.00 WIB 1

Untuk Dinas Malam :


No Nama Jabatan Jam kerja Jumlah
1 Pelaksana Teknis Lab Klinik Jam 21.00 08.00 WIB 1
C. PENGATURAN JAGA
Pengaturan Jaga Tenaga Pelaksana Pelayanan Laboratorium :
a. Pengaturan jadwal dinas pelayanan laboratorium dibuat oleh Koordinator dan
disetujui oleh Kepala unit Laboratorium.
b. Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan ke tenaga
pelaksana setiap satu bulan.
c. Untuk tenaga pelaksana yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu,
maka dapat mengajukan permintaan tukar dinas dengan petugas lainnya atau
izin tidak dinas dengan potong cuti atau potong dengan tunjangan hadir (take
home pay) dengan persetujuan Koordinator dan Kepala unit.
d. Jadwal dinas terbagi atas :
dinas pagi, dinas sore, dinas malam, libur .
e. Apabila ada petugas pelaksana laboratorium yang tidak bisa masuk kerja secara
mendadak, maka yang bersangkutan harus memberitahu kepada koordinator
paling lambat dua jam sebelumnya. Maka petugas yang sudah terjadwal on call
harus bersedia dinas berlanjut ke shift berikutnya.
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Fasilitas Ruangan

Luas ruangan setiap kegiatan cukup menampung peralatan yanag diperlukan,


aktifitas dan jumlah petugas yang berhubungan dengan spesimen/pasien untuk
kebutuhan pemeriksaan laboratorium. Semua ruangan harus mempunyai tata ruang
yang baik sesuai alur pelayanan dan memperoleh sinar matahari/chaya dalam jumlah
yang cukup.

Fasilitas penunjang laboratorium antara lain:

a. keselamatan dan keamanan kerja. Terdapat alat pemadam kebakaran di


ruangan laboratorium yang mudah dijangkau. Tempat cuci tangan dengan air
yang mengalir, dan tersedia juga handsrub. Untuk pemeriksaan pengecatan
hapusan mikrobiologi dilengkapi dengan safety cabinet.
b. Ruangan dilengkapi dengan AC berkekuatan 2 PK berjumlah 2 buah.
c. Penerangan cukup.
d. Air bersih , jernih, mengalir dari sumber yang tersedia oleh Rumah Sakit
e. Listrik mempunyai aliran dengan ketegangan stabil dan kapasitas cukup.
Listrik dilengkapi dengan sarana genset dan UPS untuk masing-masing alat.

B. Fasilitas peralatan

Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan dalam memilih alat, yaitu :


1. Kebutuhan
Alat yang dipilih harus mempunyai spesifikasi yang sesuai dengan kebutuhan
laboratorium yang meliputi jenis pemeriksaan, jenis spesimen dan volume
spesimen dan jumlah pemeriksaan.
2. Fasilitas yang tersedia
Alat yang dipilih harus mempunyai spesifikasi yang sesuai dengan fasilitas yang
tersedia luasnya ruangan
3. Tenaga yang ada
Perlu dipertimbangkan tersedianya tenaga dengan kualifikasi tertentu yang dapat
mengoperasikan alat yang akan dibeli
4. Reagen yang dibutuhkan
Perlu dipertimbangkan tersedianya reagen di pasaran dan kontinuitas distribusi
dari pemasok. Selain itu sistem reagen perlu dipertimbangkan pula, apakah
sistem reagen tertutup atau terbuka. Pada umumnya sistem tertutup lebih mahal
dibandingkan dengan sistem terbuka.
5. Sistem alat
Perlu mempertimbangkan antara lain :
a. Alat tersebut mudah dioperasikan
b. Alat memerlukan perawatan khusus
c. Alat memerlukan kalibrasi setiap kali dipakai atau hanya tiap minggu atau
hanya tiap bulan
6. Nilai ekonomis
Dalam memilih alat perlu dipertimbangkan analiysis cost-benefit, yaitu seberapa
besar keuntungan yang diperoleh dari investasi yang dilakukan, termasuk di
dalam nya biaya operasi alat.
7. Terdaftar di Departemen kesehatan
Peralatan yang akan dibeli harus sudah terdaftar di Departemen Kesehatan dan
mendapat izin edar.
BAB IV
KEMAMPUAN PELAYANAN PEMERIKSAAN

JENIS PEMERIKSAAN LABORATURIUM KLINIK UMUM

MADYA
URINALISIS
Makroskopis +
PH +
Berat Jenis +
Glukosa +
Protein +
Urobilinogen +
Bilirubin +
Darah Samar +
Benda Keton +
Sedimen +

TINJA
Makrokopis +
Mikrokopis, Telur Cacing +
Mikrokopis, Amoeba +
Mikrokopis, Sisa Makanan +
Mikrokopis, Protozoa Usus dan Jaringan +
Lainnya +
Darah Samar +

HEMATOLOGI
Indeks Eritrosit +
Kadar Hemaglobin +
Nilai Hematokrit +
Hitung Leokosit +
Hitung Eritrosit +
Hitung Eosinofil +
Pemeriksaan sediaan apus dan hitung jenis +
Leokosit
Laju Endap Darah +
Hitung Retikulosit +
Morfologi Sel Darah +
Hitung Trombosit +

HEMOSTASIS
Masa Pendarahan +
Masa Pembekuan +
Masa prontrombin plasma +
Masa Tromboplastin partial teraktivitas +
Masa trombin +
Percobaan pembendungan +
Golongan darah ABO, RH +

KIMIA KLINIK
Protein total +
Albumin +
Globulin +
Bilirubin +
SGOT +
SGPT +
Fosfatase lindi ( Alkali ) -
Fosfatase asam +
Ureum +
Kreatinin +
Asam Urat +
Trigliserida +
Kholesterol Total +
HDL +
LDL +
Glukosa +
Analisa Sperma +

IMUNOLOGI
Widal +
Tes Kehamilan/RDT +
HbsAg +
BAB V
KEBIJAKAN

Keputusan Direktur Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak ANNISA Nomor Tentang :
Kebijakan Pelayanan Laboraturium di Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak ANNISA.

BAB VI
TATALAKSANA PELAYANAN

Pelayanan pasien rawat jalan


1. Pasien datang membawa surat permintaan pemeriksaan darah dari dokter
2. Pasien yang datang atas permintaan sendiri dilayani oleh petugas di laboratorium
Petugas meneliti kelengkapan surat ( nama pasien, medical record, umur, alamat,
dokter pengirim, ruangan dan diagnosis. Jika pasien langganan pastikan persyaratan
sudah dipenuhi.
3. Petugas juga meneliti persiapan pasien : perlu puasa , bebas obat, dn lain sebagainya.
4. Persiapan pasien tidak memenuhi syarat, pasien di sarankan untuk melakukan
pengembalikan sample setelah dilakukan persiapan sesuai dengan permintaan
5. Petugas membuat tagihan yang diserahkan ke pasien atau ke bagian langganan,
sebelumnya identitas pasien harus dilengkapi termasuk nomor telepon yang bisa
dihubungi
6. Salinan dari tagihan pasien dikumpulkan untuk diberikan pada bagian keuangan akhir
shift kerja
7. Setelah seluruh persyaratan dan persiapan pasien selesai, pasien dilayani oleh
plebotomi
8. Pengambilan sampel darah pasien rawat jalan dilakukan di kursi plebotomi,
pengambilan urin dan feses dilakukan di kamar mandi yang disediakan oleh
laboratorium, pengambilan dahak dilakuakan sewaktu pagi sewaktu, sedangkan
pengambilan semen dilakukan pasien di tempat tertutup ( tidak disediakan oleh
laboratorium )
9. Pengambilan darah pasien anakan dilakukan di bed khusus untuk anak

Pelayananan pasien unit gawat darurat

1. Petugas menerima sampel darah, urin, dan feses dari petugas Unit Gawat Darurat
2. Petugas meneliti kelengkapan surat pasien dan apakah pasien rawat jalan atau rawat
inap
3. Petugas membuat tagihan untuk pasien : rawat jalan lagsung di bayar pasien , rawat
inap di masukkan ke tagihan rawat inap pasien.
4. Salinan tagihan dikumpulkan dan serahkan ke bagian keuangan akhir shift
5. Sampel pasien di bawa ke ruang pemeriksaan oleh petugas
6. Pasien Unit Gawat Darurat yang datang sendiri ke laboratorium dilakukan prosedur
sesuai dengan prosedur pasien rawat jalan.

Pelayanan pasien rawat inap

1. Petugas mengambil sampel pasien baik darah , urin, maupun feses pasien
2. Petugas meneliti kelengkapan surat pasien dan tagihan langsung dibuat serta
disatukan dengan surat permintaan pemeriksaan
3. Salinan tagihan dikumpulkan setelah hasil selesai dan dikumpulkan ke bagian
keuangan akhir shift.

A. Prosedur Persiapan Pasien dan Spesimen :


Persiapan Pasien
1. Pemeriksaan yang mutlak memerlukan puasa 12 (duabelas) jam adalah
pemeriksaan Trigliserida dan Gula Darah Puasa
2. Bebas obat-obatan selama minimal 3 (tiga) hari, jika terapi tidak bisa dihentikan
tulis di keterangan hasil pasien tidak bisa henti terapi (tulis nama obat yang
dimakan)
3. Menghindari aktifitas fisik berlebihan
4. Tidak merokok dan minum alkohol sebelum pemeriksaan
5. Tidak melakukan hubungan sexual 3 (tiga) hari sebelum pemeriksaan untuk
pasien dengan permintaan analisa sperma

Formulir Permintaan berisi :

1. Identitas pasien
2. Tanggal Permintaan
3. Jenis Pemeriksaan yang Diminta
4. Identitas Dokter yang Meminta
5. Keterangan Klinis
6. Obat yang Sedang Diminum

Wadah Spesimen

1. Pemeriksaan hematologi menggunakan vacutainer EDTA


2. Pemeriksaan kimia klinik menggunakan vacutainer dengan gel separator atau
vacutainer kosong
3. Pemeriksaan hemostasis menggunakan vacutainer Na-sitrat
4. Pemeriksaan urin menggunakan wadah bersih, tidak tembus cahaya dan
bermulut lebar
B. Prosedur Pengambilan Spesimen

Pengambilan Spesimen Darah


1. Sebelum dilakukan pengambilan darah siapkan alat-alat; semprit, wadah
spesimen, tourniquet, kapas alkohol, label wadah, serta plester penutup luka
2. Lokasi pengambilan spesimen;
darah vena : vena kubiti
darah arteri : arteri radialis, arteri femoralis
darah kapiler : ujung jari tangan II, III, dan IV, tepi telapak kaki, cuping
telinga
keadaan khusus darah boleh diambil tempat IV Line terpasang dengan
mematikan IV Line minimal 5 menit, setelah itu 5 mL darah pertama dibuang,
untuk pemeriksaan hemostasis 10 mL darah pertama dibuang
3. Pembendungan dipasang 7-10 cm di atas tempat punksi, tidak boleh lebih dari 1
menit dan tekanan tidak melebihi 60 mmHg
4. Lakukan desinfeksi dengan alkohol 70%, tunggu sampai kering
5. Pengambilan spesimen dilakukan menggunakan semprit atau wing needle, jarum
jangan terlampau kecil untuk menghindari hemolisa
6. Segera setelah darah mengalir ke tabung, tourniquet di lepas
7. Spesimen darah untuk pemeriksaan hemostasis diambil darah dari tabung ke 2

Pengambilan Spesimen Urin

1. Urin sewaktu diambil ketika berkemih


2. Urin pagi diambil saat berkemih pertama kali pada pagi hari (dianjurkan untuk
dilakukan, terlebih pada pasien yang dicurigai ISK)
3. Urin 24 jam, urin pagi pertama di buang, urin selanjutnya dikumpulkan sampai
urin pagi pertama besok harinya, homogenkan selanjutnya diambil 5 mL untuk
dikirimkan ke laboratorium
4. Urin diambil dari kateter; desinfeksi selang kateter dengan alkohol 70%, ambil
menggunakan semprit 5 L, jangan diambil dari urine bag
5. Supra pubic punction; lokasi pengambilan 1 jari di atas os pubis, daerah
pengambilan didesinfeksi dengan alkohol 70%, lakukan anestesi lokal dengan
chlor ethyl, punksi dilakukan jarum semprit 5 mL, urin ditampung di wadah urin
6. Urin 2 jam pp; urin diambil setelah 2 jam post prondial
7. Semua pengambilan urin dilakukan dengan metode urin pancar tengah (kecuali
lewat kateter dan supra pubic punction); pancaran urin pertama dibuang,
pancaran kedua ditampung
8. Urin pada pasien menstruasi ditolak

Pengambilan Spesimen Feses

1. Sebaiknya dilakukan anal swab; feses diambil menggunakan swab di daerah


rectum untuk dioleskan ke kaca slide
2. Jika tidak memungkinkan, feses diambil pasien sendiri, hindari kontaminasi
dengan urin
3. Wadah yang digunakan haruslah bermulut lebar
4. Spesimen feses dari popok tidak diperbolehkan

C. Prosedur Penyimpanan Spesimen

Spesimen Pemeriksaan Hematologi

Parameter Suhu Kamar 40C


WBC 24 jam 24 jam
RBC 12 jam 24 jam
HGB 24 jam 24 jam
HCT 6 jam 24 jam
MCV 6 jam 24 jam
MCH 12 jam 24 jam
MCHC 12 jam 24 jam
RDW 20 jam 24 jam
PLT 24 jam 24 jam
MPV 20 menit 20 menit
PDW 20 menit 20 menit

Spesimen Pemeriksaan Hemostasis

1. Spesimen yang telah disentrifugasi harus diperiksa maksimum 4 jam


2. Pemeriksaan FVIII harus dikerjakan maksimum 2 jam
3. Jika ditunda > 4 jam, simpan suhu -200C tahan 1 bulan
4. Hindari beku ulang
5. Pemeriksaan agregasi trombosit dikerjakan maksimum 3 jam

Spesimen Pemeriksaan Kimia Klinik

1. Glukosa + NaF-oksalat
Suhu Kamar : 3 hari
40C : 7 hari
-200C : 3 bulan
2. Kolesterol
Suhu Kamar & 40C : 6 hari
-200C : 6 bulan

3. GGT
Suhu Kamar & 40C : 7 hari
-200C : 7 hari
4. SGPT & SGOT
Suhu Kamar & 40C : 3 hari
-20C : 7 hari
5. Ureum
Suhu Kamar & 40C : 3 hari
-200C : 7 hari

Spesimen Pemeriksaan Urin dan Feses

1. Spesimen urin harus diperiksa dalam waktu 2 jam setelah berkemih


2. Spesimen urin tidak boleh terkena cahaya matahari langsung
3. Spesimen feses harus diperiksa dalam waktu 2 jam
D. Prosedur Pengolahan Spesimen

Spesimen Hematologi

1. Spesimen diperiksa setelah dihomogenkan terlebih dahulu dengan roller blade


atau dihomogenkan dengan mengoyang vacutainer membentuk angka 8
sebanyak 5 kali

Spesimen Hemostasis

1. Sentrifugasi segera setelah darah diambil (< 1 jam)


2. Sentrifugasi dengan kecepatan 1200-1500 g (2500-3000 rpm) selama 15 menit
untuk pemeriksaan koagulasi
3. Jika tidak langsung dikerjakan simpan dalam suhu 2-40C, jika terlalu lama akan
mengaktifkan FVIII, sehingga PT memendek

Spesimen Kimia Klinik

1. Darah dibiarkan membeku 20-30 menit


2. Sentrifus 3000 rpm 10-15 menit
3. Serum dipisahkan < 2 jam setelah pengambilan
4. Serum hemolisis ditolak
5. Serum lipemik, ulangi pengambilan spesimen dengan pasien diet rendah lemak
minimal 3 hari dan sebelum pengambilan puasa 12 jam, jika tidak memungkinkan
lakukan ultrasentrifugasi
BAB VII
LOGISTIK

Kebutuhan Logistik Bagian Laboratorium terdiri dari perbekalan kebutuhan bahan habis
pakai dan reagensia serta consumablenya. Untuk kebutuhan bahan habis pakai dipenuhi
oleh Logistik Umum sedangkan reagensia serta consumable - nya dipenuhi oleh Logistik
Perbekalan Kesehatan.

Kebutuhan bahan habis pakai dan obat habis pakai antara lain :
A. BAGIAN LABORATORIUM KLINIK
1. Perbekalan kebutuhan bahan habis pakai di bagian Laboratorium Klinik.
Perbekalan kebutuhan bahan habis pakai adalah kebutuhan operasional
Laboratorium Klinik yang tidak termasuk dalam kategori reagensia serta
consumable nya antara lain :
a. Kebutuhan operasional alat alat kantor
b. Kebutuhan operasional komputer dan printer
c. Kebutuhan operasional asessoris ruangan ( lampu, parfum, dll )
2. Perbekalan kebutuhan reagensia dan consumable di bagian Laboratorium Klinik.
Perbekalan kebutuhan reagensia dan consumable - nya antara lain :
a. Reagensia .
b. Bahan Standar / Control.
c. Bahan Kalibrasi / Calibrator.
d. Cuvet.
e. Tabung reaksi.
f. Vacutainer.
g. Pot urine.
h. Pot faeces.
i. Tip pipet.
j. Spuit dan Nedle.
BAB VIII
KESELAMATAN PASIEN

A. PENGERTIAN

Keselamatan pasien rumah sakit adalah proses dalam suatu rumah sakit yang
memberikan pelayanan pasien yang lebih aman. Termasuk didalamnya adalah
pengkajian risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko
pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan
tindaklanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko.
Kewajiban penerapan standar keselamatan pasien di rumah sakit pasal 43 yang
berbunyi Rumah Sakit wajib menerapkan standar keselamatan pasien.

B. TUJUAN

Tujuan penerapan keselamatan pasien dalam pelayanan kesehatan adalah untuk


mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesehatan akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya diambil.
Penyelenggaraan pelayanan rumah sakit tidak hanya memberikan pelayanan
kesehatan semata, tetapi harus mampu memberikan peningkatan derajat kesehatan
dengan tetap memperhatikan dan keselamatan pasien.

C. TATA LAKSANA KESELAMATAN PASIEN

Tata laksana keselamatan pasien adalah proses teknis mengenai tata cara dan upaya-
upaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan pelayanan yang dapat mengakibatkan
dampak negatif dan merugikan bagi pasien, baik fisik atau psikis yang diakibatkan
oleh ketidaksiapan teknis di lingkungan kerja Unit atau akibat kecerobohan petugas,
sehingga diharapkan tidak terjadinya kecelakaan yang merugikan pasien selama
mendapatkan pelayanan di Bagian Laboratorium.
1. Identifikasi Risiko
Risiko adalah potensi terjadinya kerugian yang dapat timbul dari proses kegiatan
saat sekarang atau kejadian di masa datang.
Risiko Keselamatan Pasien (Patient Safety)
a. Pasien jatuh.
b. Salah pemberian label identitas.
c. Bahan Pemeriksaan atau Sampel tertukar.
d. Bahan Pemeriksaan atau Sampel hilang.
e. Kesalahan pengambilan sampel pemeriksaan.
2. Manajemen Risiko
Manajemen risiko adalahpenekatan proaktif untuk mengindentifikasi,
mengevaluasi, dan memprioritaskan risiko untuk mengurangi risiko cedera dan
kerugian pada pasien karyawan rumah sakit, pengunjung dan organisasi sendiri.
a. Kesiapan Lingkungan Kerja Bagian Laboratorium
1) Peralatan Laboratorium
a) Melakukan perawatan sederhana terhadap peralatan laboratorium.
b) Melakukan kontrol dan kalibrasi peralatan setiap hari secara rutin
untuk mengetahui kesiapan peralatan.
2) Alat Pelindung Diri / Peralatan pelindung keselamatan di Bagian
Laboratorium.
a) Jas Lab / Apron, digunakan untuk menutupi tubuh dari paparan
bahan infeksius atau reagensia.
b) Sarung tangan , digunakan untuk melindungi daerah tangan dari
paparan bahan infeksius atau bahan kimiawi.
c) Kaca mata / Gogle , digunakan untuk melindungi mata dari paparan
atau percikan bahan infeksius atau bahan kimiawi.
d) Masker , digunakan untuk melindungi mulut dan hidung dari
paparan atau percikan ( aerosol ) bahan infeksius atau bahan
kimiawi.
e) Sepatu / alas kaki tertutup, digunakan untuk melindungi kaki dari
tumpahan bahan infeksius , bahan kimiawi atau pecahan kaca /
benda tajam.
3) Pencegah Kecerobohan / kelalaian petugas dalam bekerja di Bagian
Laboratorium.
a) Menerapkan prosedur identifikasi pasien dengan benar sebelum
melakukan tindakan, dengan menjalankan prosedur identifikasi
positif sesuai panduan identifikasi positif RS.
b) Melakukan prosedur check list disetiap langkah pemeriksaan.
c) Meningkatkan komunikasi verbal yang efektif dengan pembacaan
ulang (Read Back) sesuai dengan panduan Read Back RS.
d) Verifikasi pembacaan ulang instruksi yang lengkap dan hasil test yang
kritikal oleh petugas yang menerima instruksi secara lisan /per
telepon. Pada saat pembacaan ulang indvidu yang menerima
instruksi atau hasil test mendengarkan informasi yang diberikan,
mencatatnya ke dalam catatan medik pasien dan kemudian
membaca ulang catatan tersebut kepada orang yang memberi
informasi dan mengkonfirmasikan bahwa penerima instruksi
menerima informasi yang telah dicatat kedalam catatan medik
dengan tepat. Staf rumah sakit diminta untuk melakukan pembacaan
ulang setiap melakukan komunikasi hasil test yang kritikal secara
lisan termasuk melalui telepon dan staf medik diharapkan untuk
menerima pembacaan ulang tersebut, semua hasil test yang
dilaporkan per telepon akan dinyatakan sebagai hasil test yang
kritikal.
e) Termasuk hasil cyto test, laporan nilai kritikal dan hasil pemeriksaan
diagnostik lainnya yang memerlukan tanggapan segera) Merujuk
pada : Panduan test Kritikal dan hasil test yang kritikal
D. INFECTION CONTROL

Health Care Aquired Infection adalah infeksi yang diperoleh ketika seseorang dirawat
di rumah sakit, Health Care Aquired Infection dapat terjadi setiap saat dan di setiap
tempat di rumah sakit. Untuk mencegah dan mengurangi kejadian infeksi nosokomial
serta menekan angka infeksi ke tingkat serendah-rendahnya perlu adanya upaya
pengendalian infeksi nosokomial. Pengendalian infeksi nosokomial bukan hanya
tanggung jawab pimpinan rumah sakit atau dokter / perawat saja tetapi tanggung
jawab bersama dan melibatkan semua unsur / profesi yang ada di rumah sakit.

Unit Laboratorium menerapkan kebijakan dan prosedur pencegahan dan


pengendalian infeksi sesuai dengan kebijakan rumah sakit, dengan selalu
berkoordinasi dengan Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi RS.

1. Sumber Infeksi.
a. Bersumber dari petugas
1) Petugas rumah sakit (perilaku).
2) Kurang atau tidak memahami cara-cara penularan penyakit.
3) Kurang atau tidak memperhatikan kebersihan.
4) Kurang atau tidak memperhatikan teknik aseptic dan antiseptic.
5) Menderita suatu penyakit.
6) Tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
b. Bersumber alat-alat yang dipakai.
1) Kotor atau kurang bersih / tidak steril.
2) Rusak atau tidak layak pakai
3) Penyimpanan yang kurang baik.
4) Dipakai berulang-ulang.
5) Lewat batas pemakaian.
6) Pasien menderita penyakit tertentu.
c. Bersumber dari lingkungan.
1) Tidak ada sinar matahari yang masuk.
2) Ventilasi / sirkulasi udara yang kurang baik.
3) Ruangan lembab.Banyak serangga.
2. Mengurangi risiko infeksi dengan melakukan cuci tangan dengan benar.
a. Kedua tangan harus dicuci berdasarkan 5 momen cuci tangan.
b. Kebersihan tangan dapat dilakukan dengan menggunakan pembersih tangan
yang mengandung alkohol, sabun cair atau cairan antiseptic. Pilihan cairan
tergantung aktivitas yang dilakukan.
c. Semua staf harus sesuai kebijakan dan panduan mencuci tangan; semua jam
tangan dan perhiasan harus dilepaskan saat cuci tangan.
d. Kuku harus dipotong pendek (< 0,5 cm). Kuku palsu dan pewarna kuku tidak
boleh dipakai saat kontak langsung dengan pasien.
e. Luka sayat dan luka lecet harus ditutup dengan plester kedap air.
f. Lima kesempatan / momen untuk kebersihan tangan harus dilakukan sebagai
berikut :
1) Sebelum melakukan tindakan bersih / aseptik.
2) Sebelum menyentuh pasien.
3) Sesudah terpapar dengan cairan tubuh pasien yang berisiko.
4) Sesudah menyentuh pasien.
5) Sesudah menyentuh benda-benda di sekeliling pasien.

E. KONSULTASI

Petugas Laboratorium melakukan konsultasi kepada dokter Penanggung Jawab


Laboratorium jika menemukan hasil pemeriksaan yang abnormal atau tidak sesuai
dengan kondisi klinis pasien.
BAB IX
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DI LABORATORIUM

A. PEDOMAN UMUM

Kesehatan dan keselamatan kerja ( K3 ) pemeriksaan merupakan bahagian dari K3


laboratorium. Laboratorium melakukan berbagai tindakan dan kegiatan terutama
berhubungan dengan specimen yang berasal dari manusia. Bagi petugas
laboratorium yang selalu kontak dengan specimen, maka berpotensi infeksi
mikroorganisme patogen. Potensi infeksi juga dapat terjadi dari petugas ke petugas
lainnya, atau keluarganya dan ke masyarakat. Untuk menguranggi bahaya yang
terjadi, perlu ada kebijakan yang ketat. Petugas harus memakai K3 laboratorium dan
tindakannya, mempunyai sikap dan kemampuan untuk melakukan pengamanan
sehubungan dengan pekerjaan sesuai dengan SPO, serta mengontrol bahan /
specimen secara baik menurut praktek laboratorium yang benar.

B. TATA RUANG DAN FASILITAS LABORATORIUM

1. Ruangan Laboratorium
a. Seluruh ruangan dalam laboratorium harus mudah dibersihkan
b. Pertemuan antara dinding dibuat melengkung
c. Permukaan meja kerja harus tidak tembus air. Juga tahan asam, alkali,
larutan organik dan panas yang sedang, tepi meja di buat melengkung
d. Ada jarak antara meja kerja, lemari dan alat sehingga mudah bersihkan
e. Ada dinding pemisah antara ruangan pasien dan laboratorium
f. Tersedianya wastafel dengan air mengalir dalam setiap ruangan laboratorium
dekat pintu keluar
g. Tersedia shower yang berada pada tempat yang mudah dijangkau
h. Pintu laboratorium sebaiknya dilengkapi dengan label KELUAR, alat penutup
pintu otomatis dan diberi label BAHAYA INFEKSI (BIOHAZARD)
i. Denah ruang laboratorium yang lengkap ( termasuk letak telfon, Alat
Pemadam kebakaran, Pintu keluar darurat) digantungkan di beberapa
tempat yang mudah terlihat
j. Tempat sampah kertas, sarung tangan karet / plasatik, dan tabung plastik
harus dipisahkan dari tempat sampah gelas / kaca/ botol
k. Tersedia ruangan ganti pakaian, ruang makanan, / minuman dan kamar kecil
l. Tanaman hias dan hewan peliharaan tidak diperbolehkan berada di ruangan

2. Karidor, Gang, Lantai

a. Koridor, tanggan dan gang harus bebas dari halangan


b. Penerangan koridor dan gang cukup
c. Lantai laboratorium harus bersih, kering dan tidak licin

3. Sistem Ventilasi

a. Ruangan pemeriksaan harus mempunyai exhaust fan yang disesuaikan


dengan luas ruangan
b. Udara dalam ruangan laboratorium harus dibuat megalir searah.

Peralatan laboratorium Bahaya Cara mengatasinya

Jarum semprit Tusukan Gunakan jarum semprit dengan


sistem pengunci untuk mencegah
terlepasnya jarum dari semplit,
gunakan alat suntik sekali pakai.
Sedot bahan pemeriksaan dengan
hati-hati untuk mengurangi
gelembung udara. Lingkari jarum
dengan kapas disinfektan saat
menarik jarum dari botol specimen.
Jika mungkin, lakuakan dalam
kabinet keamanan Biologis,
Sentrifus/alat pemusing Aerpsol percikan, Jika diduga ada tabung pecah saat
tabung pecah setrifus, matikan mesin dan jangan
dibuka selama 30 menit. Jika
tabung pecah selama tabung
berhenti, sentrifus harus ditutup
kembali dan biarkan selama 30
menit. Laporkan kejadiaan ini
kepada petugas keamanan kerja.
Gunakan sarung tangan karet tebal
dan forsep untuk mengambil
pecahan kaca. Tabung yang pecah,
pecahan gelas dan selosong serta
rotor harus didisinfeksi secara
terpisah. Ruanag dalam sentrifus (
chamber ) didisinfeksi.
Pelindung Muka dan Pecahan, percikan Pelindung Muka : melindungi
Pelindung Mata seluruh muka
Pelindung Mata : melindungi mata
dan bagaian mata
Lemari B3 Bahan Mudah terbakar Memisahkan daerah kerja dengan
operator

Hal hal yang diperhatikan pada K3 laboratorium adalah :

1. Sarana dan prasarana K3 laboratorium umum yang perlu disiapkan di


laboratorium adalah:

a. Jas laboratorium ( Lengan panjang dan dilengkapi dengan karet )


b. Sarung tangan
c. Masker
d. Alas kaki/sepatu tertutup
e. Wastafel yang dilengkapi dengan sabun (skin disinfektan ) dan petunjuk cuci
tangan yang baik dengan air mengalir

2. Pengamanan pada keadaan darurat

a. Sistem tanda bahaya


b. Sistem evakuasi
c. Perlengkapan pertolonggan pertama pada kecelakaan (P3K)
d. Alat komunikasi darurat baik didalam atau keluar laboratorium
e. Sistem informasi darurat ( arah evakuasi )
f. Pelatihan kusus berkala tentang penanganan keadaan darurat
g. Alat pemadam kebakaran, masker dan sumber air terletak pada lokasi yang
mudah dicapai
h. Alat seperti kapak, palu, obeng, tangga dan tali
i. Nomor telepon ambulan, pemadam kebakaran dan polisi disetiap ruangan
laboratorium.

3. Memperhatikan tindakan pencegahan terhadap hal hal sebagai berikut:

a. Mencegah bahan infeksi tertelan atau terkena kulit serta mata selama
bekerja, partikel dan droplet ( diameter > 5 um ) akan terlepas ke udara dan
menempel pada permukaan meja serta tangan petugas laboratorium, untuk
itu dianjurkan untuk mengikuti hal-hal di bawah ini:
1) Mencuci tangan dengan sabun /disinfektan sebelum dan sesudah
bekerja. Jangan menyentuh mulut dan mata selama bekerja
2) Tidak makan, minum, merokok, mengunyah permen atau menyimpan
makanan / minuman dalam laboratorium
3) Tidak memakai kosmetik ketika berada dalam laboratorium
4) Mengunakan alat pelindung mata/muka jika terdapat resiko percikan
bahan infeksius saat bekerja

b. Mencegah infeksi melalui tusukan

Jarum suntik, pipet pasteus. Untuk itu dapat di hindari dengan bekerja
dengan hati-hati dan memiliki pipet pasteus yang terbuat dari plastik

c. Menggunakan pipet dan alat bantu pipet

1) Tidak memipet dengan mulut, tetapi gunakan alat bantu pipet


2) Tidak meniupkan udara maupun mencampur bahan terinfeksi dengan
cara menghisap dan meniup cairan lewat pipet
3) Tidak keluarkan cairan dari dalam pipet secara paksa
4) Disinfeksi segera meja kerja yang terkena tetesan cairan/bahan infeksi
dari pipet dengan kapas yang dibasahi disinfektan. Kapas di otoklaf
setelah selesai digunakan
5) Gunakan pipet ukuran karena cairan tidak perlu dikeluarkan sampai tetes
terahir
6) Rendam pipet habis pakai dalam wadah berisi disinfektan. Biarkan
selama 18-24 jam sebelum disterilisasi
7) Tidak menggunakan semplitdengan atau tampa jarum suntik untuk
memipet

d. Menggunakan sentrifus / alat pemusing

1) Lakukan sentrifugasi sesuai dengan intruksi pabrik.


2) Sentrifus harus diletakan pada ketinggian tertentu sehingga petugas
laboratorium dapat melihat kedalam alat dan menempatkan tabung
sentrifus dengan mudah
3) Periksa rotor sentrifus dan selosong (Bucket) sebelum dipakai atau secara
berkala untuk melihat tanda korosi dan keretakan
4) Selongsong berisi tabung sentrifus harus seimbang
5) Gunakan air untuk menyeimbangkan selongsong. Jangan mengunakan
larutan NACL atau hipoklorit karena bersifat korosif
6) Setelah dipakai, simpan selongsong dalam posisi terbalik agar cairan
penyeimbang dapat mengalir keluar
7) Lakukan sentrifugasi dengan cara yang benar yaitu tabung harus tertutup
rapat dan selongsong yang terkunci, untuk melindunggi petugas
laboratorium terhadap aerosol dan sebaran partikel dari mikroorganisme
8) Pastikan sentrifus tertutup selama dijalankan

e. Mengunakan lemari pendingin dan lemari pembeku

1) Membersihkan lemari pendingin (refrigerator), lemari pembeku (freezer)


dan tabung es kering (dry-ice), melakukan defrost secara teratur
2) Membuang ampul, tabung, botol dan wadah lain yang pecah
3) Menggunakan alat pelindung muka dan sarung tangan karet tebal saat
bekerja
4) Setelah dibersihkan, permukaan dalam almari pendingin dan lemari
pembeku harus didinsinfeksi dengan disinfektan yang tidak korosif
5) Memberi label wadah yang berisi nama bahan, tanggan disimpan dan
nama orang yang menyimpan. Wadah yang tidak berlabel dan bahan
yang sudah kadarluarsa harus dimusnahkan
6) Tidak menyimpan cairan yang mudah terbakar
7) Tidak diperbolehkan menyimpan makanan atau minuman.

4. Pengelolaan specimen

a. Penerimaan specimen

1) Specimen harus ditempatkan dalam wadah yang tertutup rapat untuk


mencegah tumpahnya/bocornya specimen.
2) Wadah harus dapat didisinfeksi.
3) Wadah terbuat dari bahan tidak mudah pecah/bocor.
4) Wadah diberi label tentang identitas specimen.
5) Wadah diletakan pada baki khusus yang terbuat dari logam atau plastik
yang dapat didisenfeksi.
6) baki harus di disinfeksi secara teratur setiap hari
7) jika mungkin, wadah terletak di atas baki dalam posisi berdiri.

b. petugas penerima specimen

1) Semua petugas penerima specimen harus mengunakan jas laboratorium


(lengan panjang)
2) Semua specimen harus dianggap infeksi dan ditangani dengan hati-hati
3) Meja penerima specimen harus dibersihkan dengan disinfektan setiap
hari
4) Dilarang makan/minum dan merokok saat bekerja
5) Cuci tangan dengan sabun /disinfektan setiap selesai bekerja dengan
specimen
6) Tamu /pasien tidak diperbolehkan menyentuh barang apapun yang
terdapat pada meja dimana specimen tersimpan.

c. Petugas membawa specimen dalam laboratorium

1) Mengenakan jas laboratorium yang tertutup rapat


2) Membawa specimen dengan baki rak khusus
3) Jika specimen bocor / tumpah diatas baki, baki didekontaminasi dan sisa
specimen disenfectan
4) Lapor pada petugas /tim K3 laboratorium jika terluka pada saat bekerja.

C. PENANGANAN KECELAKAAN DI LABORATORIUM

Kecelakaan yang sering terjadi di laboratorium disebabkan oleh bahan kimia. Untuk
mencegah timbulnya bahaya yang lebih luas, wajib disediakan informasi mengenai
cara penanganan yang benar jika terjadi tumpahan bahan kimia di dalam
laboratorium. Agar mudah terbaca, informasi ini hendaknya dibuat dalam bentuk
bagan yang sederhana dan dipasang pada dinding ruangan laboratorium. Selain itu,
harus pula disediakan peralatan untuk menangani keadaan tersebut seperti:

1. Pakaian pelindung diri, sarung tangan karet, sepatu bot karet.


2. Sekop dan pengumpulan debu.
3. Forsep untuk mengambil pecahan gelas
4. Kain lap dan kertas pembersih
5. Ember.

D. PENANGANAN KHUSUS TERHADAP DARAH DAN CAIRAN TUBUH

Tindakan dibawah ini untuk melindungi petugas laboratorium yang ditularkan melalui
darah.

1. Mengambil, melabel dan membawa specimen


a. Gunakan sarung tangan
b. Hanya petugas Labor dan Perawat yang boleh melakukan pengambilan darah
c. Setelah pengambilan darah, lepaskan jarum dari semplitnya dengan alat
khusus yang sekaligus merupakan wadah penyimpanan jarum habis pakai.
Pindahkan darah ketabung specimen dengan hati-hati dan tutup rapat mulut
tabung specimen. Jarum suntik habis pakai sebaiknya dibakar dalam alat
insenerator. Jika fasilitas insenerasi tidak tersedia, jarum suntik dan
semplinya diotoklaf dalam kantong yang terpisah.
d. Tabung specimen dan formulir permintaan harus diberi label BAHAYA
INFEKSI
e. Masukan tabung kedalam tabung plastik untuk dibawa ke laboratorium.
Formulir permintaan dibawa secara terpisah.

2. Membuka tabung specimen dan mengambil sampel gunakan sampel gunakan


sarung tangan.

3. Kaca dan benda tajam

a. Jika mungkin digunakan alat terbuat dari plastik sebagai pengganti kaca/gelas
b. Sedapat mungkin, hindari penggunaan alat suntik selain untuk mengambil
darah.

4. Sediaan gelas pada gelas objek

Pegang gelas objek dengan forcep

5. Peralatan otomatis

a. Sebaiknya gunakan alat yang tertutup (enclosed type)


b. Cairan yang keluar dari alat /efluent harus dikumpulkan dalam tabung/wadah
tertutup atau dibuang kedalam sistem pembuangan limbah.
c. Jika memungkinkan, alirkan larutan hipoklorit atau glutaraldehid ke dalam
alat setiap habis pakai. Air dapat digunakan sebagai pengganti didinfektan
hanya pada keadaan tertentu.

6. Melakukan sentrifugasi

a. Gunakan tabung sentrifus yang mempunyai tutup


b. Gunakan selongsong/rotor yang dilengkapi penutup

Cara untuk mencegah tertusuk benda tajam

Jarum suntik, pipet pasteur dan pecahan kaca dapat menyebabkan luka tusuk. Untuk
menghindarinya dapat dilakukan:
1. Bekerja dengan hati-hati.
2. Mengunakan jarum suntik sejarang mungkin.
3. Gunakan semplit dengan kanula tumpul sebagai pengganti.
4. Pilih pipet pasteur yang terbuat dari plastik.
BAB X
PENGENDALIAN MUTU

Pemantapan Mutu

Pemantapan Mutu ( Quality Assurance ) Laboratorium kesehatan adalah semua kegiatan


yang ditujukan untuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil pemeriksaan
Laboratorium. Kegiatan pemantapan mutu ( Quality Assurance ) mengandung komponen
:

A. PEMANTAPAN MUTU INTERNAL

Pemantapan mutu internal adalah kegiatan pencegahan dan pengawasan yang


dilaksanakanoleh masing- masing Laboratorium secara terus menerus agar tidak
terjadi atau mengurangi kejadian penyimpangan sehingga diperoleh hasil yang tepat.

1. Faktor-faktor Yang Berpengaruh Pada Pemantapan Mutu Internal

Beberapa faktor yang mempengaruhi pemantapan mutu internal antara lain


komitmen yang mencapai hasil yang bermutu, fasilitas, dana, petugas yang
kompeten, tindakan kontrol terhadap faktor pra analitik, analitik dan pasca
analitik, monitoring kontrol dengan statistik serta adanya mekanisme pemecahan
masalah.

2. Kegiatan Pada Pemantapan Mutu Internal

a. Kontrol Pra Analitik

1) Persiapan Spesimen
Sebelum spesimen diambil, pasien harus dipersiapkan terlebih dahulu
dengan baik sesuai dengan persyaratan pengambilan spesimen untuk itu
perlu dibuat petunjuk tertulis untuk persiapan pasien pada setiap
pemeriksaan labiratorium
2) Pengambilan dan penanganan spesimen
Spesimen harus di ambil secara benar dengan memperhatikan waktu,
lokasi, volume, cara, peralatan, wadah spesimen,pengawet/antikoagulan,
sesuai dengan persyaratan pengambilan spesimen.
3) Penyimpanan dab tranportasi spesimen
Metode tranportasi spesimen, separasi dab penyimpanan harus sesuai
dengan ketentuan yang berlaku sehingga tidak berpengaruh terhadap
pemeriksaan
4) Indentifikasi dan pencatatan pasien
Sebelum melakukan pemeriksaan perlu diperhatikan identifikasi :
a) Indentifikasi dan pencacatan spesimen
Verifikasi Identitas Pasien dan jenis pemeriksaan
Verifikasi jam pengambilan spesimen
Informed consent secara lisan
Cara pengambilan spesimen yang benar
Harus memperhatikan stabilitas spesimen dan cara tranportasi
b) Penangan spesimen
Teknik pengolahan spesimen dilakukan sesuai persyaratan
Kondisi penympanan spesimen sudah tepat
Penanganan spesimen sudah benar untuk pemeriksaan khusus
Kondidi pengiriman spesimen sudah tepat
c) Persiapan sampel untuk analisa
Kondisi sampel memenuhi persyaratan
Volume sampel cukup
Indentitas sampel sudah benar
b. Tahap Analitik
1) Persiapan Reagen
Reagen memenuhi Syarat
Masa kadakuarsa tidak terlampaui
Cara pelarutan dan pencampurannya sudah benar
Cara pengenceran sudah benar
Pelarutnya memenuhi syarat
Penyimpanan dan stabilitas reagen
2) Pipetasi reagen dan sampel
Semua peralatan laboratorium yang digunakan bersih, memenuhi
persyaratan
Pipet yang digunakan sudah di kalibrasi
Pipetasi dilakukan dengan benar
Urutan prosedur diikuti dengan benar
3) Inkubasi
Suhu Inkubasi sesui dengan persyaratan
Waktu inkubasi tepat
4) Pemeriksaan
Alat atau instrumen berfungsi dengan baik
c. Tahap Pasca Analitik
1) Pelaporan Hasil
a) Tidak salah transkip
b) Hasil harus terbaca dengan jelas
c) Nilai rujukan harus disesuaikan dengan metode yang digunakan
d) Pemberian tanda hail pemeriksaan diluar rentang nilai rujukan
e) Cacatan atau komentar keahlian bila perlu
2) Kontrol pasca analitik
Faktor yang mempengaruhi antara lain pencacatan data pasien, hasil
pemeriksaan dan penyampaian hasil pada klinis. Kesalahan-kesalahan
pada pelaporan data dikurangi dengan pencacatan data yang teliti
dengan menggunakan komputer.
d. Validasi Hasil
1) PMI
2) Kesesuaian hasil terhadap parameter lain
3) Kesesuaian hasil dengan keadaan klinis pasien
e. Penulisan Hasil Pemeriksaan
1) Hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan hasil pemeriksaan : hasil
pemeriksaan harus divalidasi oleh penanggung jawab laboratorium atau
petugas laboratorium yang diberi wewenang.
2) Penulisan angka dan satuan yang digunakan
Pada penulisan hasil pemeriksaan perlu disesuaikan mengenai desimal
angka dan satuan yang digunakan terhadap nilai rujukan. Satuan yang
digunakan adalah satuan konvensional dan atau satuan internasional.
3) Pencantuman nilai rujukan
Setiap hasil laboratorium harus mencantumkan nilai rujukan. Nilai
rujukan bisa diadopsi dar : kit insert, Buku teks baku, konsensus nasional
atau internasional. Pada penulisan hasil pemeriksaan perlu dicantumkan
nilai rujukan, yaitu rentang nilai yang dianggap merupakan hasil normal.
Pada pencantuman nilai rujukan perlu dicantumkan metode pemeriksaan
yang digunakan serta kondisi lain yang diinformasikan seperti batas usia.
BAB XI
PENUTUP

Pelayanan laboratorium merupakan bagian integral dari pelayanan medik yang perlu
mendapat perhatian khusus selain bermamfaat dalam menegakkan diagnosa, juga sangat
berbahaya baik bagi pasien, petugas maupun lingkungan sekitarnya bila tidak
diselenggarakan secara benar.

Dalam upaya mencapai pelayanan laboratorium yang bermutu dan aman, diperlukan
pengelolaan manajemen dan teknik yang prima yang didukung oleh sarana / prasarana,
sumber daya manusia dan peralatan yang baik pula.

Agar seluruh sarana pelayanan Kesehatan mempunyai mutu yang sama dalam
penyelenggaraan pelayanan Laboratorium, maka diperlikan standar pelayanan
Laboratorium yang dapat dipakai sebagai acuan di penuhi oleh sarana pelayanan
kesehatan yang akan menyelenggarakan pelayanan Laboratorium dan semoga Allah SWT
memberikan kemudahan dalam menjalankan pelayanan kepada pasien.

Anda mungkin juga menyukai