Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 tentang
kesehatan yang menjelaskan bahwa rumah sakit merupakan salah satu
sarana kesehatan yang berfungsi untuk melakukan upaya kesehatan
dasar, kesehatan rujukan, kesehatan penunjang untuk kepentingan
pendidikan, pelatihan, penelitian serta pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi dibidang kesehatan.
Dari tahun ke tahun, rumah sakit mengalami peningkatan
pelayanan yang ditandai dengan meningkatnya jumlah kunjungan pasien
yang berobat di rumah sakit dan juga adanya kebijakan pemerintah yang
memberikan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi keluarga miskin
sehingga masyarakat miskin tidak takut lagi berkunjung untuk
memperoleh pelayanan di rumah sakit. Pesatnya peningkatan kunjungan
pasien keluarga miskin tersebut dijumpai sampai melebihi kapasitas
fasilitas pelayanan yang tersedia di rumah sakit.
Peran rumah sakit sangat menentukkan dalam memberikan
pelayanan kesehatan yang berkualitas dan memuaskan kepada
masyarakat. Salah satu upaya rumah sakit yang dapat memberikan
pelayanan kesehatan yang berkualitas dan memuaskan kepada
masyarakat dengan pelayanan laboratorium 24 jam. Sehingga untuk itu,
perlu disusun Panduan Pelayanan Unit Laboratorium sebagai acuan
dalam pemberian pelayanan laboratorium di Rumah Sakit Ibu dan Anak
Sakina Idaman.

B. Ruang Lingkup
SK Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak Sakina Idaman
Yogyakarta Nomor RSSI.IV/A/001.2/0077/I/2015 tanggal 2 Januari 2015
tentang Struktur Organisasi di Rumah Sakit Ibu dan Anak Sakina Idaman
Yogyakarta.
C. Landasan hukum
1. Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang-undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Permenkes No. 340 tahun 2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit
4. Keputusan Mentri Kesehatan nomor HK.02.03/1/0857
5. Peraturan Mentri Kesehatan RI nomor 755/MENKES/PER//IV/2011
tanggal 1 April 2011 tentang penyelenggaraan komite medik di
Rumah Sakit
6. Surat Keputusan Kepala Dinas Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Nomor : 445/697/IV.2 tentang Pemberian Izin Penyelenggaraan
Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak Sakina Idaman
7. Akta pendirian Yayasan Sakina Idaman dari Notaris Agus Praptini, SH
No 71 tertanggal 30 Desember 1997
8. Akta notaris Noer Idajati nomor 02 tahun 2011 tentang Yayasan
Sakina Idaman
9. Keputusan Bupati Sleman nomor 503/2450/DKS/2012 tentang Izin
Operasional Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak
10. Keputusan Ketua Yayasan Sakina Idaman Nomor 002/Y-SI/1/2011
tentang pengangkatan Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak Sakina
Idaman
11. Surat Keputusan Direktur RSIA Sakina Idaman No. 023/RS-SI/1/2011
tantang organisasi dan tata kerja

D. Batasan Operasional
1. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental maupun
spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup
produktif secara sosial dan ekonomi
2. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan per orangan secara
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan
gawat darurat
3. Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan
kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit
4. Rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan
utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan
disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit atau kehususan
lainnya
5. Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah
kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang
diperlukan, baik secara langsung maupun secara tidak langsung di
rumah sakit
6. Sumber daya di bidang kesehatan adalah segala bentuk dana,
tenaga, perbekalan kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau
keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis
tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan
7. Fasilitas kesehatan adalah suatu alat dan atau tempat yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan,
baik promotif, preventtif, kuratif maupun rehabilitasi
8. Teknologi kesehatan adalah bentuk alat dan atau metode yang
ditunjukan untuk membantu menegakan diagnosa, pencegahan, dan
penanganan permasalahan kesehatan manusia
9. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan atau serangkaian
kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan
berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit,
meningkatkan kesehatan, pengobatan penyakit dan pemulihan
kesehatan
10. Pelayanan laboratorium adalah sebuah pelayanan pemeriksaan yang
diberikan dari laboratorium selama 24 jam kepada masyarakat untuk
membantu dokter dalam menegakan diagnosa
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia Analis Kesehatan

Jumlah
NO Uraian Pendidikan Sertifikat Ada Kurang
Kebutuhan
Kepala Unit D III Analis
1. STR 1 1 -
Laboratorium Kesehatan

Pelaksana DIII Analis


2. STR 5 4 1
Laboratorium Kesehatan

B. Distribusi Ketenagaan
Tenaga Analis Kesehatan yang ada di Rumah Sakit Ibu dan Anak
Sakina Idaman ada 5 orang dengan standar minimal pendidikan DIII
Analis Kesehatan. Pelaksana Analis Kesehatan di Laboratorium,
berdasarkan hasil perhitungan beban kerja membutuhkan 5 orang analis,
sehingga masih dibutuhkan 1 orang lagi untuk memenuhi sesuai dengan
perhitungan beban kerja.

No Uraian Nama Pendidikan


Ka Unit
1 Dewi Apriani D3 Analis Kesehatan
Laboratorium
Isnaeni Walidah D3 Analis Kesehatan
Rr Ajeng Weda Premati D3 Analis Kesehatan
2 Pelaksana
Okti Krisnawati D3 Analis Kesehatan
Extie Febriana D3 Analis Kesehatan

C. Pengaturan Jaga
Hari kerja untuk petugas Analis Kesehatan di Rumah Sakit Ibu
dan Anak adalah 25 hari kerja dalam 1 bulan dengan jam kerja standar 7
jam per hari.
Adapun untuk tata tertib jam kerja sebagai berikut :
 Batas toleransi keterlambatan 10 menit.
 Izin meninggalkan jam kerja wajib mendapatkan persetujuan atasan
langsung dengan alasan yang dapat dipertanggung jawabkan
urgensinya.
 Pengaturan shift untuk tenaga Analis Kesehatan :
Shift pagi : 07.00 – 14.00
Shift siang : 14.00 – 21.00
Shift malam : 21.00 – 07.00
BAB III

STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang Laboratorium

Berikut adalah denah Laboratorium RSIA Sakina Idaman.

Keterangan : d. Wastafel
a. Bed pasien e. Almari
b. Meja f. Pintu
c. Kursi
B. Standar Fasilitas
Agar kegiatan penyelenggaraan pelayanan laboratorium di
Rumah Sakit Ibu dan Anak Sakina Idaman dapat berjalan optimal,
maka perlu didukung dengan sarana, peralatan dan perlengkapan
yang memadai sebagai berikut :

No Nama Barang Jumlah


1 Bed pasien 1

2 Meja 4

3 Kursi 5

4 Alat tulis 1 paket

5 Hematologi Analizer 1
6 Fotometer 1

7 Sentrifuge 1

8 Mikroskop 2
9 Tabung Kimia 1 box

10 Tabung kimia mika 1 box

11 Freezer 1
12 Computer 2

13 Tempat sampah infeksius 2

14 Tempat sampah non infeksius 1

15 Wastafel 2

16 Micro Pipet 5

17 Baskom 5

18 Rak barang 1

19 Almari mini 2
BAB II

TATA LAKSANA PELAYANAN

Pelayanan pemeriksaan laboratorium di Rumah Sakit Sakina Idaman


dilayani 24 jam. Pasien di laboratorium berasal dari Unit Gawat Darurat, Unit
Rawat Jalan, Unit Rawat Inap, dan dari luar Rumah Sakit Sakina Idaman
dengan membawa formulir permintaan pemeriksaan laboratorium yang telah
ditandatangani oleh doker pengirim. Kegiatan yang berlangsung di
laboratorium merupakan kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas
pemeriksaan laboratorium, meliputi :

A. Pendaftaran Dan Pengambilan Sampel


Alur pasien laboratorium dibedakan menjadi 2, yaitu pasien yang
langsung datang ke laboratorium dan sampel pasien yang diantar ke
laboratorium :
1. Pasien
a. Pasien melakukan pendaftaran di bagian pendaftaran Rumah
Sakit
b. Pasien datang ke laboratorium dengan membawa formulir
permintaan pemeriksaan laboratorium yang telah ditandatangani
oleh dokter pengirim
c. Petugas laboratorium melakukan identifikasi pasien dilanjutkan
order pemeriksaan laboratorium di buku sesuai dengan formulir
permintaan pemeriksaan laboratorium
d. Petugas laboratorium melakukan identifikasi pasien dilanjutkan
pengambilan sampel
e. Petugas laboratorium membawa sampel dan formulir permintaan
pemeriksaan laboratorium ke ruang pemeriksaan laboratorium
2. Sampel
a. Pasien berada di luar laboratorium
b. Pengambilan sampel dilakukan di luar laboratorium oleh petugas
sampling (perawat atau analis kesehatan) atau oleh dokter
pengirim
Sampel dan formulir permintaan pemeriksaan laboratorium
dibawa ke laboratorium sesuai dengan ketentuan yang berlaku
agar sampel tetap layak untuk dilakukan pemeriksaan
laboratorium
c. Petugas laboratorium menerima dan melakukan identifikasi
sampel dan formulir permintaan pemeriksaan laboratorium
d. Petugas laboratorium melakukan order pemeriksaan laboratorium
di buku sesuai dengan formulir permintaan pemeriksaan
laboratorium
e. Petugas laboratorium membawa sampel dan formulir permintaan
pemeriksaan laboratorium ke ruang pemeriksaan laboratorium

B. Penanganan Sampel
1. Petugas laboratorium melakukan identifikasi sampel
2. Petugas laboratorium melakukan penanganan sampel meliputi :
a. Sampel darah EDTA dilakukan homogenisasi dengan cara
membolak-balikkan tabung EDTA secara perlahan beberapa kali
atau meletakkan tabung EDTA di roller mixer
b. Sampel darah Sitrat, NaF dan serum dilakukan sentrifugasi
menggunakan sentrifus, hasil sentrifugasi dipisahkan antara sel
darah dengan serum yang kemudian akan dilakukan analisis
c. Sampel urin dapat dilakukan sentrifugasi menggunakan sentrifus
atau langsung dilakukan pemeriksaan, sesuai dengan jenis
pemeriksaan yang diminta
d. Sampel yang diperiksa berupa preparat segera dilakukan
pengecatan / pewarnaan sesuai dengan jenis pemeriksaan yang
diminta
3. Petugas laboratorium mendistribusikan sampel ke ruang analisis
sampel sesuai dengan jenis pemeriksaan laboratorium yang diminta
4. Petugas laboratorium menghubungi laboratorium klinik rujukan untuk
mengambil sampel dan melakukan pemeriksaan laboratorium yang
belum dapat dikerjakan secara mandiri atau untuk konfirmasi
C. Pemeriksaan Laboratorium
1. Hematologi
2. Kimia Klinik
3. Imunoserologi
4. Urin dan Feses
5. Lain-lain

D. Pelaporan Hasil Pemeriksaan


Pelaporan hasil pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk
memberikan informasi hasil pemeriksaan laboratorium kepada pasien,
perawat dan dokter pengirim. Pelaporan hasil pemeriksaan laboratorium
dilakukan menggunakan sistem print out. Langkah-langkah yang harus
dilakukan dalam melakukan pelaporan hasil pemeriksaan laboratorium
adalah sebagai berikut :
1. Petugas laboratorium melakukan input dan verifikasi hasil
pemeriksaan laboratorium dari alat atau pemeriksaan
2. Dokter Spesialis Patologi Klinik melakukan verifikasi dan interpretasi
hasil pemeriksaan laboratorium jika diperlukan
3. Petugas laboratorium mencetak hasil pemeriksaan laboratorium dan
menyerahkannya pada pasien langsung atau diserahkan pada
perawat yang sedang jaga di unit rawat jalan, unit gawat darurat atau
unit rawat inap
4. Hasil pemeriksaan laboratorium yang masuk ke dalam kriteria nilai
kritis akan dikonsultasikan kepada Dokter Spesialis Patologi Klinik
dan kemudian segera diinformasikan oleh petugas laboratorium
melalui telepon ke Unit tempat pasien di rawat

E. Penyimpanan Sisa Sampel


Penyimpanan sisa sampel pemeriksaan laboratorium yang tidak
terpakai perlu dilakukan dengan baik agar sampel masih layak untuk
dilakukan pemeriksaan tambahan tanpa melakukan pengambilan sampel
ulang maupun untuk konfirmasi atas hasil pemeriksaan yang meragukan
/ tidak sesuai dengan keadaan klinis pasien. Pelaksanaan penyimpanan
sisa sampel dilakukan setiap hari di suhu ruang.
F. Pemusnahan Sisa Sampel
Pemusnahan sisa sampel dilakukan setelah melewati lama masa
simpan sisa sampel.Pemusnahan sisa sampel dilakukan dengan
bekerjasama dengan pihak ke-3

G. Penyimpanan Dokumen
Penyimpanan dokumen di laboratorium dilakukan selama 5 (lima)
tahun. Dokumen-dokumen yang perlu disimpan di laboratorium meliputi :
1. Formulir permintaan pemeriksaan laboratorium
2. Hasil pemeriksaan laboratorium
3. Formulir permintaan pemeriksaan laboratorium rujukan
4. Hasil pemeriksaan laboratorium rujukan
5. Surat keluar dan surat masuk

H. Pemusnahan Dokumen
Pemusnahan dokumen di laboratorium dilakukan setelah
melewati 5 (lima) tahun masa simpan dokumen. Proses pemusnahan
dokumen dilakukan dengan bekerjasama dengan Unit terkait.

I. Pendaftaran, Pencatatan, Pelaporan, Penyimpanan, Pemusnahan


Dokumen
1. Pendaftaran
Alur Pasien Laboratorium Pasien Langsung adalah pasien umum
yang periksa ke laboratorium atas permintaan sendiri bukan atas
instruksi dari dokter.
LABORATORIUM

 Registrasi pasien
PASIEN LANGSUNG  Pasien mendapat No.RM KASIR
 Sampling
 Pemeriksaan dan
 Hasil

SELESAI

Keterangan :

a) Pasien / keluarga pasien mengisi data pasien untuk mendapatkan


nomor RM
b) Pasien / keluarga pasien membayar ke kasir sesuai jenis
pemeriksaan yang akan dilakukan
c) Pasien dilakukan pengambilan sampel sesuai jenis pemeriksaan
d) Pasien menunggu hasil pemeriksaan laboratorium
e) Petugas laboratorium menyerahkan hasil pemeriksaan lab
kemudian pasien diperbolehkan pulang
2. Pencatatan
Pencatatan kegiatan laboratorium dilakukan sesuai dengan jenis
kegiatannya. Ada beberapa jenis pencatatan, yaitu :
a. Pencatatan kegiatan pelayanan
b. Pencatatan keuangan
c. Pencatatan logistik
d. Pencatatan kegiatan lainnya seperti pemantapan mutu, keamanan
laboratorium dan lain-lain
3. Pelaporan Hasil
Format pelaporan hasil dapat berupa tulisan di kertas maupun berupa
laporan elektronik (System LIS). Diterima oleh peminta pemeriksaan
dalam waktu yang tepat. Jelas identitasnya, dapat dibaca, tanpa
kesalahan dan keterangan yang lengkap. Diberikan kepada orang
yang berwenang menerima dan menggunakan informasi medik.

Pelaporan kegiatan pelayanan laboratorium terdiri dari :

a. Laporan kegiatan rutin harian/bulanan/semesteran dan tahunan


b. Laporan hasil pemeriksaan
4. Penyimpanan Dokumen
Dokumen-dokumen yang perlu disimpan di laboratorium adalah :

a. Surat permintaan pemeriksaan laboratorium


b. Hasil pemeriksaan laboratorium
c. Surat permintaan dan hasil rujukan
Prinsip penyimpanan dokumen :
a. Dokumen yang disimpan harus asli dan harus ada bukti verifikasi
b. Berkas disimpan selama 5 tahun
5. Pemusnahan Dokumen
Sebelum dimusnahkan, ambil informasi-informasi yang utama terlebih
dahulu. Dalam pelaksanaan pemusnahan harus ada berita acara
sesuai prosedur yang berlaku, yang berisi tanggal, bulan, tahun
pemusnahan dan penanggungjawab pemusnahan dokumen

J. Pengelolaan Spesimen
Spesimen adalah sebagian atau kuantitas bahan yang diambil untuk
tujuan digunakan dalam pengujian, pemeriksaan ataupun diagnostik.
1. Macam-macam spesimen
a. Darah
b. Urine
c. Faeces
2. Pengelolaan Spesimen
Yang harus diperhatikan dalam pengelolaan spesimen adalah:
a. Persiapan Pasien
b. Pengambilan Spesimen
c. Penyimpanan Spesimen
d. Pengiriman Spesimen
K. Pemeriksaan Laboratorium
1. Jenis pemeriksaan yang dilakukan di laboratorium Rumah Sakit
Sakina Idaman adalah sebagai berikut :
a. Hematologi Klinik
a) Hematologi lengkap
b) KED
c) Jumlah Trombosit Manual
d) Hematokrit
e) Retikulosit
f) Morfologi Darah Tepi
g) Golongan Darah ABO
h) Golongan Darah Rhesus
i) CT dan BT
b. Imunoserologi
a) HbsAg (Rapid)
b) IgM / IgG Anti Dengue
c) NS – 1
d) Widal
e) Anti HIV (Rapid)
c. Kimia Klinik
a) SGOT
b) SGPT
c) Bilirubin Total
d) Bilirubin Direk
e) Ureum
f) Kreatinin
g) Asam Urat
h) Glukosa Darah Sewaktu
i) Glukosa Darah Puasa
j) Glukosa Darah 2 jam PP
k) Kolesterol Total
l) Trigliserida
d. Urin dan Feses
a) Urin Rutin
b) Glukosa Urin
c) Protein Urin
d) Eritrosit Dismorfik Urin
e) Tes Kehamilan (Rapid)
f) Feses Rutin
2. Pemeriksaan Rujukan
Pemeriksaan rujukan yang dilakukan di Rumah Sakit Sakina Idaman
adalah pemeriksaan yang belum mampu dilaksanakan oleh
laboratorium Rumah Sakit Sakina Idaman

Penanganan dan pengiriman sampel rujukan

a) Spesimen Rujukan
Rujukan pemeriksaan dapat berupa rujukan spesimen pasien
(serum atau preparat) dilengkapi identitas pasien pada wadah
sampel data rujukan.
b) Persiapan Sampel Rujukan
Mempersiapkan sampel darah EDTA atau darah sitrat untuk
pemeriksaan hematologi, parasitologi, sampel jaringan dalam
wadah berformalin untuk pemeriksaan patologi anatomi atau
mengolah sampel dalam bentuk serum untuk pemeriksaan kimia
klinik, sampel preparat untuk pemeriksaan mikrobiologi.
c) Transport Sampel
Pengiriman sampel menuju laboratorium rujukan menggunakan
wadah khusus yang representatif untuk sampel, yaitu wadah
berpenutup rapat, tidak tembus cahaya agar sampel tetap layak
untuk dilakukan pemeriksaan
d) Administrasi sampel rujukan
Sampel yang akan dirujuk diberi label yang berisi identitas
pasien, tanggal pengiriman dan jam pengambilan.
e) Pengiriman dilakukan oleh petugas laboratorium atau petugas
laboratorium rujukan yang bersedia untuk melakukan
pengambilan sampel pasien langsung di Rumah Sakit Sakina
Idaman.
3. Administrasi rujukan
a) Sampel yang akan dikirim harus disertai dengan form permintaan
pemeriksaan yang akan dirujuk berisi identitas pasien, jenis
pemeriksaan yang akan dirujuk, jam pengambilan sampel dan
tanda tangan dokter / petugas pengirim .
b) Semua pemeriksaan yang dirujuk dicatat dalam buku register
khusus rujukan
c) Petugas laboratorium klinik rujukan datang mengambil sampel
dengan mengisi buku ekspedisi dan memberikan perkiraan
waktu selesainya pemeriksaan tersebut
d) Hasil yang telah selesai akan dikirim oleh petugas laboratorium
rujukan disertai dengan rincian tagihan biayanya
e) Semua hasil pemeriksaan dari laboratorium rujukan disimpan
dalam file
f) Setiap akhir bulan, laboratorium rujukan akan mengirimkan
tagihan pemeriksaan yang kemudian akan diverifikasi oleh
bagian keuangan dan dibayarkan ke laboratorium rujukan

L. Pemeliharaan Dan Kalibrasi Alat


Dalam kegiatan pemeliharaan dan kalibrasi alat medis di Pelayanan
Laboratorium mulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan
evaluasi bekerjasama dan diketahui oleh Direktur Rumah Sakit Sakina
Idaman.
1. Pemeliharaan Alat
Pemeliharaan alat-alat laboratorium sangat diperlukan agar
alat dapat bekerja dengan baik dan tidak terjadi kerusakan yang
dapat mengganggu pelayanan pemeriksaan. Kegiatan
pemeliharaan dilakukan secara rutin untuk semua jenis alat
sehingga diperoleh peningkatan kualitas produksi, keamanan kerja
serta penurunan biaya perbaikan.
Setiap pemeliharaan alat selalu dicatat dalam kartu
pemeliharaan alat yang diletakkan pada atau di dekat alat yang
mencatat setiap tindakan pemeliharaan yang dilakukan dan
kelainan-kelainan yang ditemukan. Bila ditemukan kelainan maka
hal tersebut dilaporkan kepada penanggungjawab alat untuk
dilakukan perbaikan.
Setiap jenis alat mempunyai operasional dan pemeliharaan
yang berbeda satu dengan lainnya dan biasanya digunakan oleh
lebih dari satu orang. Oleh karena itu ada petugas khusus yang
bertanggungjawab atas kegiatan pemeliharaan alat dan operasional
alat.
2. Kalibrasi Alat
Tujuan kalibrasi ini dilakukan untuk menjamin keakuratan dan
ketelitian hasil pemeriksaan yang dapat dipercaya. Untuk
melakukan kalibrasi alat-alat laboratorium, Rumah Sakit Sakina
Idaman menggunkan jasa kalibrasi eksternal artinya jasa kalibrasi
dari laboratorium yang mempunyai kompetensi, kemampuan
pengukuran dan ketelusuran sistem Internasional. Kallibrasi alat
laboratorium dilakukan secara rutin setiap 1 (satu) tahun sekali atau
jika terdapat kesalahan sistematik saat evaluasi kualitas kontrol.

Hasil kalibrasi ditunjukkan dengan adanya sertifikat kalibrasi


yang berisikan hasil-hasil pengukuran dan pengakuan bahwa alat
telah terkalibrasi dan layak digunakan.

Peralatan yang telah dikalibrasi dengan baik oleh petugas


kalibrasi diberi label kalibrasi yang menyatakan status kalibrasi,
tanggal kalibrasi dan tanggal kalibrasi ulang atau lembaga yang
melakukan kalibrasi. Untuk alat yang mempunyai status KSO/
kerjasama dengan pihak ketiga kalibrasi dilakukan oleh pemilik alat
dan laboratorium Rumah Sakit Sakina Idaman berhak mendapat
salinannya.
M. Interferensi Dan Trouble Shooting
Untuk mendapatkan pelayanan laboratorium yang efektif agar
hasilnya cepat, teliti dan akurat perlu adanya kesiapan mulai dari tahap
persiapan Pre Analitik, Analitik dan Pasca analitik dengan
mengidentifikasi interfensi akan mempercepat proses pemeriksaan,
dengan kecepatan mengoreksi dan mengatasi masalah (trouble
shooting) akan dapat mempercepat kerja selanjutnya, sehingga
kecepatan mengidentifikasi interfensi akan membuat output hasil
pemeriksaan yang akurat dan optimal
1. Faktor Interferensi
Faktor pengganggu bisa terjadi dari mulai tahap pra analitik, analitik
sampai tahap pasca analitik. Faktor-faktor pengganggu yang dapat
mempengaruhi kualitas data laboratorium :
a. Persiapan pasien
- Puasa/tidak puasa
b. Pengumpulan sampel
- Tehnik pengambilan darah
- Tabung penampung yang tepat untuk darah/serum
- Pelabelan sampel
- Pengisian tabung sampel yang berlebih/kurang
c. Penanganan sampel
- Transportasi sampel
- Pemrosesan
- Penyimpanan
d. Analisis
- Ketepatan metode
- Metode yang akurat
- Metode manual versus otomatis
e. Pelaporan

Faktor pengganggu yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan :


a. Salah pengumpulan sampel
b. Salah bahan pengawet
c. Terlambat pengiriman sampel
d. Persiapan pasien yang tidak lengkap/tidak benar
e. Hemolisis sampel darah
f. Sampel yang tidak lengkap terutama dari sampel yang diterima
g. Sampel terlalu lama

Faktor pasien yang dapat menjadi pengganggu hasil pemeriksaan :

a. Saat pemeriksaan dalam terapi obat


b. Makan yang tidak benar sebelum pemeriksaan
c. Dehidrasi, stres, obat, alkohol
d. Posisi dalam pengambilan sampel
e. Jenis penyakit
f. Kehamilan
g. Tingkat pengetahuan pasien tentang proses pemeriksaan
h. Umur dan jenis kelamin
i. Ketidakpatuhan pasien dengan instruksi persiapan sebelum
pemeriksaan

Faktor yang dapat mengganggu dalam tahap pemeriksaan pasca


analitik :
Umumnya dipengaruhi oleh faktor kesalahan manusia (human
error) saat pencatatan hasil atau kerusakan pada alat pencatat, misal
: problem komputer, printer dll

2. Trouble Shooting
a. Trouble Shooting Tahap Pra Analitik
1). Persiapan Pasien
- Dianjurkan berpuasa selama 8 – 10 jam untuk pemeriksaan
gula darah puasa
- Pengambilan darah dianjurkan untuk duduk, karena
pengaliran cairan dari ruangan intravaskuler ke interstitial
dan sebaliknya sangat dipengaruhi oleh keadaan tubuh
2). Pengambilan Sampel
1. Darah vena dan kapiler
- Darah vena diambil dengan metode terbaik adalah darah
dibiarkan mengalir bebas dan langsung ke dalam tabung
sampel
- Darah vena diambil secara perlahan-lahan tetapi jangan
terlalu lama, karena akan mempengaruhi pemeriksaan
parameter koagulasi
- Tabung sampel harus bersih dan kering, bersihkan tabung-
tabung gelas dengan detergen yang netral dan tidak korosif
terhadap gelas
- Penggunaan jarum yang disposible
- Sebelum Mengambil sampel darah kapiler bersihkan
terlebih dahulu kulit yang akan ditusuk dengan kapas
alkohol 70% dan jangan ditekan-tekan, darah yang keluar
pertama kali dihapus terlebih dahulu dengan kapas kering
2. Menghindari terjadinya hemolisis
- Penggunaan alat yang disposible
- Menghindari dari penyedotan yang terlalu cepat dan
penekanan
- Menggunakan plasma sebagi pengganti serum
- Pemisahan sel-sel darah dilakukan dalam waktu maksimal
1 jam
- Menghindari pengiriman whole blood
3). Persiapan sampel
- Pemakaian antikoagulan yang sesuai dengan pemeriksaan
yang akan dilakukan

c. Trouble Shooting pada tahap analitik


1). Alat
a. Kalibrasi Fotometer
- Dilakukan menggunakan serum kontrol yang ada nilai
target (assay). Bila hasilnya tidak baik, maka dilakukan
pengecekan terhadap :
- Tegangan listrik sebaiknya menggunakan stabilizer atau
kabel grounding agar tegangan stabil
- Periksa filternya terutama dilihat panjang gelombangnya
- Periksa hisapan volume sampelapakah sudah tepat , dapat
dilakukan dengan cara menuang akuades dalam tabung
dengan volume yang sudah diukur sebelumnya.
- Kemudian ukur volume yang tersisa, selisihnya berarti
volume yang dihisap oleh alat.
b. Pipet
- Pipet selalu diperiksa apakah mekaniknya sudah melemah
pernya
- Memeriksa apakah volume pipet sudah sesuai dengan
yang tertera
c. Analyzer otomatis
- Memastikan alat telah dipanaskan dan telah dibuat
grounding
- Perisa teknik sampling dan jenis sampel yang digunakan
- Cek suhu ruangan memenuhi suhu 18-20 derajat celsius,
kondisi meja harus dari beton
- Cek cara penyimpanan dan lama penyimpanan sampel
- Cek kondisi volume dan kemasan reagen diluent, lyse dan
rinse
- Lakukan homogenisasi sampel sebelum diperiksa oleh alat
- Gunakan darah kontrol yang belum kadaluwarsa
- Lakukan pencucian setiap 20 sampel
- Lakukan pemeliharaan menggunakan larutan pencuci
- Jangan gunakan alat selama 24 jam penuh tanpa istirahat
- Konsultasikan hasil print out dengan dokter Spesialis
patologi klinik bila ada hasil yang mencurigakan
2). Reagensia

- Periksa reagensia tentang batas kadaluwarsa, keadaan


fisik (perubahan warna), dan penyimpananya
- Reagensia yang sudah dibuka dari kemasan, periksa
tanggal awal dibuka

d. Trouble Shooting pada tahap Post Analitik


Meminimalkan kesalahan manusia saat pencatatan hasil atau
kerusakan pada alat pencatat melalui peningkatan
pelatihan/bimbingan teknis atau program pelatihan lainnya

N. Hasil Kritis Laboratorium


1. Definisi
adalah hasil atau nilai yang menggambarkan keadaan
patofisiologi seperti variasi nilai yang mengancam jiwa dan
memerlukan tindakan segera. Hasil atau nilai kritis tidak selalu
harus dihubungkan dengan nilai rujukan normal, toxic range atau
therapeutic range.
2. Tujuan
Tujuan Umum
Mengidentifikasi hasil pemeriksaan laboratorium dalam kategori “
Nilai kritis tinggi” atau “Nilai kritis rendah”
Tujuan Khusus
a. Memberikan informasi kepada dokter yang merawat agar
supaya pasien segera dapat ditangani
b. Mencegah pasien jatuh ke dalam keadaan yang lebih buruk
3. Pelaporan Nilai Kritis
Pelaporan nilai kritis merupakan mekanisme pelaporan hasil
pemeriksaan laboratorium yang ekstrim yang sangat mempengaruhi
kondisi pasien terkait live saving dari Unit Pelayanan Laboratorium
kepada Unit Rawat Jalan, Unit Rawat Darurat dan Unit Rawat Inap.
Petugas laboratorium harus segera melaporkan hasil
pemeriksaan laboratorium yang termasuk dalam batasan nilai kritis
ke Unit tempat pasien berasal menggunakan fasilitas telepon atau
langsung mendatangi Unit tersebut.
4. Penetapan Nilai Kritis
Petapan nilai kritis merupakan penetapan beberapa hasil
pemeriksaan laboratorium yang ekstrim yang sangat mempengaruhi
kondisi pasien terkait live saving sehingga dapat memberikan
informasi kepada dokter yang merawat agar supaya pasien segera
dapat ditangani.Batasan nilai kritis ditentukan melalui kesepakatan
bersama dan/atau menggunakan buku acuan yang sering
digunakan di laboratorium klinik di Indonesia
Cara yang digunakan untuk menetapkan nilai kritis ini
dilakkan dengan cara mengumpulkan referensi, rapat koordinasi
kemudian menentukan nilai kritis nya. Hasil nilai kritis dicatat dalam
buku pelaporan nilai kritis yang didalamnya beriksikan : No. RM,
nama pasien, ruang rawat, hasil nilai kritis, petugas laboratorium,
tanggal dan jam pelaporan nilai kritis, metode pelaporan nilai kritis,
perawat penerima laporan.
5. Metode kolaboratif terhadap nilai kritis
Pelaksanaan metode kolaboratif terhadap nilai kritis
merupakan langkah-langkah pemeriksaan lanjutan yang dilakukan
jika mendapati nilai kritis hasil pemeriksaan laboratorium sehingga
diperoleh hasil pemeriksaan laboratorium yang akurat dan nilai kritis
hasil pemeriksaan laboratorium yang dapat dipercaya.

Hasil pemeriksaan laboratorium yang memerlukan


pemeriksaan kolaboratif adalah sebagai berikut :

No Parameter Nilai Kritis

Jumlah Leukosit / White Blood Cell


1 <2500 /mm3 atau >30000 /mm3
(WBC)

2 Hemoglobin (Hb) <6 g/dl atau >18 g/dl

3 Hematokrit (Hmt) <18 % atau >54 %

4 Jumlah Trombosit / Platelet (Plt) <20000 /mm3 atau >1000000 /mm3


5 Glukosa Darah Puasa <50 mg/dl atau >400 mg/dl

6 Glukosa Darah Sewaktu Neonatus: <40 mg/dl

Dewasa: <50 mg/dl atau >400 mg/dl

7 Ureum >46 mg/dl

8 Kreatinin >3 mg/dl

9 LDH >200 u/l

10 CKMB >10 ng/dl

11 Albumin <1,5 g/dl

12 Elektrolit (Na / K / Cl) Na: <125 mmol/l atau >150 mmol/l

K: <2,5 mmol/l atau >6,5 mmol/l

Cl: <80 mmol/l atau >115 mmol/l

O. Pengelolaan Limbah
Disesuaikan dengan pengelolaan limbah yang telah diatur dan
ditetapkan tentang Pedoman Pengelolaan Limbah Medis dan nonmedis
Rumah Sakit Sakina Idaman sesuai dengan SK No.
RSSI.III/A/001.3/0361/IV/2015
Pengelolaan limbah medis dan non medis di unit Pelayanan
Laboratorium telah dikelompokkan sesuai dengan jenis limbahnya yaitu
ditempatkan pada tempat yang telah disediakan dan ditentukan.
Limbah laboratorium adalah bahan bekas dalam pekerjaan di
laboratorium yang dapat berbentuk cair maupun padat yang merupakan
sisa-sisa pemeriksaan di laboratorium yang berbahaya bagi petugas
laboratorium, masyarakat dan lingkungan hidup.
Penggolongan jenis limbah yang dihasilkan oleh Pelayanan
Laboratorium terdiri dari :
1. Limbah Medis
a. Limbah Medis Padat
Adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah
patologi, dan limbah benda tajam.

 Limbah padat infeksius : limbah yang kontak dengan darah,


eksudat,atau sekresi,(bekas wadah urin, tip, reagen strip,
handscoon, masker).
 Limbah benda tajam : spuit disposable, jarum vacutainer, kaca
preparat, pecahan kaca ( tabung reaksi ) ditampung pada
tempat khusus yang anti bocor di laboratorium menggunakan
jerigen.
b. Limbah Medis Cair
Adalah air buangan yang berasal dari kegiatan pelayanan kamar
operasi yang mengandung mikroorganisme, bahan kimia
beracun yang berbahaya bagi kesehatanseperti :sisa sampel
darah, urin, cairan tubuh lainnya, reagen
c. Limbah non medis
BAB V

LOGISTIK

Perlengkapan logistic Unit Pelayanan Laboratorium meliputi alat


kesehatan, BMHP, cetakan dan lain-lain. Kebutuhan logistic Unit Pelayanan
Laboratorium bekerja dengan unit lain diantaranya :

A. Unit Farmasi
Perbekalan farmasi yang ada di laboratorium terdiri dari reagen dan
alat medis habis pakai. Pengelolaan perbekalan farmasi di Unit
Pelayanan Laboratorium Rumah Sakit Sakina Idaman bekerjasama
dengan Unit Farmasi dalam hal pengadaan, penyimpanan dan
monitoring. Distribusi perbekalan farmasi untuk Laboratorium
diselenggarakan secara sentralisasi dengan sistem floor stock
(persediaan di ruangan).
1. Pengadaan
Permintaan perbekalan farmasi yang ada di laboratorium ke
Unit farmasi dilakukan setiap bulannya menggunakan lembar
permintaan yang berisikan kebutuhan apa saja yang dipakai di Unit
Pelayanan Laboratorium setiap bulannya dan apabila dalam
perjalanan terdapat kekurangan bahan maka dari Unit laboratorium
dapat mengajukan permintaan tambahan ke Unit Farmasi yang
kemudian dicatat di lembar permintaan tersebut disertai tanggal
penerimaan.
Untuk reagen yang dipakai terutama alat medis menggunakan
sistem Kerja Sama Operasional (KSO) permintaan dan pembelian
reagen juga melalui Unit Farmasi kecuali sistem KSO yang sudah
mencakup pemakaian reagen di dalamnya sehingga permintaan
langsung kepada penyedia alat.
2. Penyimpanan
Reagen yang dipakai di Unit Pelayanan Laboratorium terdiri dari :
Stabilitas
No Nama Reagen
Penyimpanan
1 Ureum 2 – 8ºC
2 Creatinin 2 – 8ºC
3 Glukosa darah 2 – 8ºC
4 SGOT 2 – 8ºC
5 SGPT 2 – 8ºC
6 Bilirubin Direk 20 - 30ºC
7 Bilirubin Total 20 - 30ºC
8 Albumin 2 – 8ºC
9 Cholesterol 2 – 8ºC
10 Kontrol Serum kering 2 – 8ºC
11 Kontrol Serum cair Freezer
12 Strip Urine 20 - 30ºC

Pengontrolan suhu penyimpanan dilakukan setiap hari dan di catat


dalam lembar kontrol suhu oleh petugas laboratorium.
3. Monitoring
Koordinasi dalam kegiatan monitoring reagen dan alkes habis pakai
dilakukan bersama Unit Farmasi mencakup keadaan reagen saat
diterima, batas kadaluarsa.

B. RT
Setiap selesai pelayanan di laboratorium jas laboratorium yang kotor
dimasukkan dalam plastik berwarna kuning kemudian dibawa ke Urusan
Rumah Tangga untuk dicuci dan disetrika.

C. Bagian Administrasi dan Keuangan


ATK dan cetakan dikelola oleh Sie TU dan setiap bulan Unit
Pelayanan Laboratorium meminta ATK dan cetakan tersebut untuk
memenuhi kelengkapan kegiatan administrasi pelayanan di Unit
Pelayanan Laboratorium.
BAB VI

TATA PELAKSANAAN KESELAMATAN PASIEN

Unit Laboratorium yang merupakan bagian dari Rumah Sakit adalah


lingkungan yang komplek dimana di dalamnya memiliki resiko bahaya/
keselamatan pasien.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mendukung pelaksanann
keselamatan pasien laboratorium terhadap potensi bahaya yang terjadi agar
tidak terjadi insiden terhadap pasien adalah :

A. Tahap Pra Analitik


Pada tahap ini membutuhkan kerjasama antara petugas, pasien dan
dokter karena tanpa kerjasama yang baik maka akan
mengganggu/mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium.
Tahap Pra Analitik meliputi :
a. Instruksi dan pengisisan formulir laboratorium :
- Instruksi pemeriksaan dari dokter dalam formulir permintaan
pemeriksaan yang dituliskan oleh dokter harus jelas untuk
menghindari pengulangan pemeriksaan yang dapat merugikan
pasien.
- Identitas pasien di dalam lembar permintaan pemeriksaan
laboratorium harus jelas seperti nama pasien, umur,
ruangan,nomor Rekam Medis, diagnosa dokter dan dokter
pengirim
- Pelabelan sampel yang sudah diambil menghindari tertukarnya
sampel pasien
b. Persiapan pasien
- Makanan dan minuman
Untuk pemeriksaan Gula Darah Puasa pasien diharuskan
berpuasa sekurang-kurangnya 10 jam agar mendapatkan
pemeriksaan yang akurat
- Perokok
Perokok lama akan berakibat penurunan Hb dan jumlah eritrosit,
penurunan CMV, jumlah lekosit.
- Stres
Baik stress fisik maupun mental akan mempengaruhi hasil
pemeriksaan Gula Darah dan Cholesterol Total
c. Persiapan Alat
Alat yang digunakan haruslah bersih, kering, tidak mengandung
bahan kimia, tidak bocor dan rembes, besar wadah sesuai dengan
volume spesimen, untuk pengambilan darah pasien sebaiknya
menggunakan alkohol swab, jarum suntik sekali pakai dan
penampung yang berlabel baik yang ada antikoagulan maupun tidak.
d. Pengambilan sampel
- Diperhatikan kelengkapan dan kesterilan alat yang akan dipakai.
- Komunikasi terhadap pasien dan keluarga pasien tentang apa
yang akan dikerjakan dan manfaat pemeriksaan yang akan
dilakukan supaya pasien tidak panik
- Periksa kembali identitas dan permintaan pemeriksaan
laboratorium pada formulir permintaan dan disesuaikan dengan
gelang identitas yang dipakai pasien
- Menghindari pemakaian torniquet terlalu lama saat pengambilan
darah vena dan jangan melakukan pemencetan jari pada saat
pengambilan darah kapiler
e. Penanganan awal dan transportasi sampel
Beberapa hal yang sering menjadi sumber kesalahan dalam
pengumpulan sampel dan menyebabkan sampel rusak atau tidak
sesuai indikasi/berlebihan, hilang, tertukar adalah:
- Kesalahan dalam identifikasipasien, pelabelan spesimen,
pencampuran, pemakaian antikoagulan, proses reparasi serum
- Terjadinya hemolisis dan hemokonsentrasi
- Penundaan pengiriman sampel ke laboratorium dan
penyimpanan sampel sebelum analisa.
2. Tahap Analitik
Merupakan tahap pemeriksaan sampel pasien dimana hasil
pemeriksaan tergantung pada :
a. Peralatan laboratorium yang dipakai
b. Metode pemeriksaan yang dipakai
c. Pemeliharaan reagensia
d. Sumber Daya Manusia yang ada

3. Tahap Pasca Analitik


Pada tahap ini keselamatan pasien lebih ditekankan pada penulisan,
interpretasi dan pelaporan hasil pemeriksaan laboratorium harus dapat
dibaca, tanpa kesalahan dalam tulisan.
BAB VII

KEAMANAN DAN KESELAMATAN KERJA

Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan,


Pasal 23 dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
harus diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang
mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau
mempunyai karyawan paling sedikit 10 orang. Jika memperhatikan isi dari
pasal di atas maka jelaslah bahwa Rumah Sakit (RS) termasuk ke dalam
kriteria tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat
menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya terhadap para pelaku
langsung yang bekerja di RS, tapi juga terhadap pasien maupun pengunjung
RS. Sehingga sudah seharusnya pihak pengelola RS menerapkan upaya-
upaya K3 di RS termasuk di Unit Rawat jalan.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
432/Menkes/Sk/Iv/2007 tentang Pedoman Manajemen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) Di Rumah Sakit, potensi bahaya yang mungkin
terjadi, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada potensi bahaya-bahaya lain
yang mempengaruhi situasi dan kondisi di RS, yaitu kecelakaan (peledakan,
kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan Unit listrik, dan sumber-
sumber cidera lainnya), radiasi, bahan-bahan kimia yang berbahaya, gas-
gas anastesi, gangguan psikososial dan ergonomi. Semua potensi bahaya
tersebut di atas, jelas mengancam jiwa dan kehidupan bagi para staf, para
pasien maupun para pengunjung yang ada di lingkungan RS. Bagi staf
berfungsi untuk melindungi karyawan dari penyakit akibat kerja (PAK) dan
mencegah kecelakaan akibat kerja (KAK).
Berikut potensi bahaya dan bagaimana cara mengenali potensi bahaya
yang ada di Unit Pelayanan Laboratorium :
A. Identifikasi sumber bahaya.
1. Fisik
a. Resiko tertusuk jarum suntik.
b. Resiko terjadinya tersengat listrik karena banyak alat-alat
penunjang medis yang memakai listrik.
c. Pencahayaan yang kurang di ruang kamar pemeriksaan,
laboratorium dapat menyebabkan gangguan penglihatan dan
kecelakaan kerja.
d. Suhu dan kelembaban yang tinggi di tempat kerja
e. Lantai yang licin
2. Kimia
Desinfektan atau zat kimia lain yang menyebabkan iritasi,
kebakaran, keracunan dll
3. Biologik
Karyawan dapat tertular penyakit dari pasien AIDS, Hepatitis B
dan A-Non B, Tuberculosis, dan penyakit menular lainnya.
4. Ergonomik
Posisi kerja yang salah, pekerjaan rutinitas manual yang
membutuhkan waktu dan fikiran

B. Penilaian factor resiko


Adalah proses untuk menentukan ada tidaknya risiko dengan jalan
melakukan penilaian bahaya potensial yang menimbulkan risiko
kesehatan dan keselamatan.

C. Pengendalian factor resiko


Dilaksanakan melalui 4 tingkatan pengendalian risiko yakni
a. Menghilangkan bahaya,
b. Menggantikan sumber risiko dengan sarana/peralatan lain yang
tingkat risikonya lebih rendah/tidak ada (engineering/rekayasa),
c. Tertib administrasi
d. Alat pelindung Diri (APD)

Upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja melalui


program K3 di Unit Pelayanan Laboratorium adalah :
A. Mengikuti standar persyaratan bangunan dan kesehatan lingkungan
Rumah Sakit
B. Pemeriksaan kesehatan petugas secara berkala.
C. Penyediaan alat pelindung diri dan keselamatan kerja
a. Apron yang digunakan petugas laboratorium untuk melakukan
pencucian alat gelas
b. Pemakaian APD seperti sarung tangan, jas laboratorium, masker
c. Penyediaan masker untuk pasien yang menderita penyakit
infeksi yang menular melalui udara dan untuk petugas yang
menderita sakit batuk.
d. Semua peralatan penunjang medis dan computer dipasang
stavolt untuk melindungi dari terjadinya kebakaran dan konsleting
listrik.
e. Kabel – kabel alat dirapikan dan dilindungi supaya tidak
menyebabkan kabel terkelupas.
f. Melakukan hand hygiene seperti petunjuk dari WHO dengan 6
langkah 5 saat
g. Penyiapan pedoman pencegahan dan penanggulangan keadaan
darurat
h. Penempatan pekerja pada pekerjaan yang sesuai kondisi
kesehatan
i. Pengobatan pekerja yang menderita sakit
j. Untuk pencegahan terhadap faktor kimia perlu adanya Material
safety data sheet” (MSDS) dari seluruh bahan kimia yang ada
serta diketahui oleh seluruh petugas laboratorium dan
menggunakan karet isap (rubber bulb)/alat vakum/pipet untuk
mencegah tertelannya bahan kimia dan terhirupnya aerosol
dalam pengambilan bahan kimia.
k. Menciptakan lingkungan kerja yang hygienis secara teratur,
melalui monitoring lingkungan kerja dari hazard yang ada
l. Melaksanakan biological monitoring
m. Melaksanakan surveilas kesehatan pekerja
BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

A. Indikator Mutu di Unit Pelayanan Laboratorium adalah :


Berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
a. Waktu tunggu hasil pelayanan laboratorium
- Denominator : Jumlah pasien yang diperiksa di laboratorium
yang disurvey dalam satu bulan
- Numerator : Jumlah komulatif waktu tunggu hasil
pelayanan laboratorium pasien yang disurvey dalam satu bulan
- Standar : ≤ 140 menit
b. Pelaksana ekspertisi hasil pemeriksaan laboratorium
- Denominator : Jumlah seluruh pemeriksaan laboratorium
dalam 1 bulan
- Numerator : Jumlah hasil laboratorium yang diverifikasi
hasilnya oleh dokter spesialis patologi klinik dalam satu bulan
- Standar : 100 %
c. Tidak adanya kesalahan penyerahan hasil pemeriksaan
laboratorium
- Denominator : Jumlah pasien yang diperiksa di laboratorium
dalam satu bulan tersebut
- Numerator : Jumlah pasien yang diperiksa di laboratorium
dalam satu bulan dikurangi jumlah penyerahan hasil laboratorium
salah orang dalam satu bulan
- Standar : 100 %
d. Tidak adanya kesalahan penyerahan hasil pemeriksaan
laboratorium
- Denominator : Jumlah total pasien yang disurvey ( minimal n
= 50 )
- Numerator : Jumlah kumulatif hasil penilaian dari pasien
yang disurvey ( dalam prosen )
- Standar : ≤ 80 %
Indikator mutu tambahan di Unit Pelayanan Laboratorium :
a. Rapat internal setiap 1 bulan sekali
b. Ketepatan identifikasi pasien laboratorium
c. Ketepatan respon time
d. Tidak adanya kesalahan pemeriksaan sampel dan pemberian
hasil pemeriksaan
e. Tidak adanya kejadian tertusuk jarum
f. Tidak adanya kejadian infeksi petugas ataupun pasien

B. Pemantapan Mutu Internal dan Eksternal Unit Pelayanan Laboratorium


Pemantapan mutu (quality assurance) laboratorium adalah semua
kegiatan yang ditujukan untuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil
pemeriksaan
1. Pemantapan Mutu Internal
Pemantapan mutu internal adalah kegiatan pencegahan dan
pengawasan yang dilaksanakan oleh setiap laboratorium secara
berkesinambungan agar diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat
dan akurat. Kegiatan ini mencakup tiga tahapan proses, yaitu pra-
analitik, analitik dan paska analitik.
a. Tahap Pra Analitik
Proses pra-analitik dibagi menjadi dua kelompok, yaitu : pra-
analitik ekstra laboratorium dan pra-analitik intra laboratorium.
Proses-proses tersebut meliputi persiapan pasien, pengambilan
spesimen, pengiriman spesimen ke laboratorium, penanganan
spesimen, dan penyimpanan spesimen.
b. Tahap Analitik
Tahap analitik merupakan tahap pemeriksaan sampel dalam
laboratorium sampai dengan didapatkan hasil, dimana hasil dari
pemeriksaan laboratorium tergantung dari beberapa hal,
misalnya pemeliharaan dan kalibrasi alat.
c. Tahap Paska Analitik
Merupakan kegiatan yang dilakukan setelah fase pra analitik
dan fase analitik yang semua kegiatannya berhubungan
dengan informasi yaitu berupa hasil pemeriksaan, interpretasi
hasil pemeriksaan dan pelaporan hasil pemeriksaan
2. Pemantapan Mutu Eksternal
Program Pemantapan Mutu Eksternal (PME) adalah program
pemantapan mutu yang diselenggarakan oleh Direktorat Bina
Pelayanan Penunjang Medik, Direktorat Jenderal Bina Pelayanan
Medik Departemen Kesehatan Republik Indonesia yang dilakukan
secara bersama-sama oleh semua laboratorium kesehatan swasta
dan pemerintah dengan membandingkan nilai sampel yang
diberikan bagian mutu DepKes Nasional yang dilaksanakan secara
berkala.
BAB IX

PENUTUP

Buku Panduan Pelayanan Unit Pelayanan Laboratorium Rumah Sakit


Sakina Idaman ini disusun bertujuan untuk memberi gambaran secara
keseluruhan kepada tenaga internal di Unit Pelayanan Laboratorium tentang
bagaimana tata pelaksanaan pelayanan laboratorium dalam mendukung
peningkatan pelayanan di Rumah Sakit. Dengan mengetahui mekanisme
kerja yang ada diharapkan tenaga yang ada di Unit Pelayanan Laboratorium
dapat melakukan pelayanan secara professional.

Semoga buku panduan ini dapat bermanfaat bagi pengguna


pelayanan di Unit Pelayanan Laboratorium pada khususnya dan Rumah
Sakit Sakina Idaman pada umumnya.
PANDUAN PELAYANAN

UNIT LABORATORIUM RUMAH SAKIT SAKINA IDAMAN

Anda mungkin juga menyukai