Anda di halaman 1dari 24

PANDUAN PELAYANAN

UNIT FARMASI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan yang
menjelaskan bahwa rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang berfungsi
untuk melakukan upaya kesehatan dasar, kesehatan rujukan, kesehatan penunjang untuk
kepentingan pendidikan, pelatihan, penelitian serta pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi dibidang kesehatan.
Dari tahun ketahun rumah sakit mengalami peningkatan pelayanan yang ditandai
dengan meningkatnya jumlah kunjungan pasien yang berobat di rumah sakit dan juga
adanya kebijakan pemerintah yang memberikan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi
keluarga miskin, sehingga masyarakat miskin tidak takut lagi berkunjung untuk
memperoleh pelayanan di rumah sakit. Pesatnya peningkatan kunjungan pasien keluarga
miskin tersebut dijumpai sampai melebihi kapasitas fasilitas pelayanan yang tersedia di
rumah sakit.
Peran rumah sakit sangat menentukan dalam memberikan pelayanan
kesehatan yang berkualitas dan memuaskan kepada masyarakat. Salah satu upaya
rumah sakit yang dapat memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan
memuaskan kepada masyarakat dengan pelayanan farmasi 24 jam. Sehingga untuk
itu, perlu disusun Panduan Pelayanan Unit Farmasi sebagai acuan dalam pemberian
pelayanan Farmasi di Rumah Sakit Ibu dan Anak Sakina Idaman.

B. Ruang Lingkup
SK Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak Sakina Idaman Yogyakarta nomor
:RSSI.IV/A/001.2/0077/I/2015 tanggal 2 Januari 2015 tentang Struktur Organisasi di
Rumah Sakit Ibu dan Anak Sakina Idaman Yogyakarta.

C. Landasan Hukum
1. Undang- Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
2. Undang- Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
3. Permenkes No. 340 tahun 2010 tentang klasifikasi rumah sakit.
4. Keputusan Menteri Kesehatan nomor HK.02.03/1/0857/2013 tentang Penetapan Kelas
Rumah Sakit Ibu dan Anak Sakina Idaman.
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 755/MENKES/PER/IV/2011 tanggal 1 April
2011 tentang penyelenggaraan komite medik di Rumah sakit.
6. Surat Keputusan Kepala Dinas Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor:
445/679/IV.2 tentang Pemberian Ijin Penyelenggaraan Rumah Sakit Khusus Ibu dan
Anak Sakina Idaman.
7. Akta pendirian Yayasan Sakina Idaman dari Notaris Agus Praptini, SH No 71 tertaggal
30 Desember 1997.
8. Akta Notaris Noer Idajati nomor 02 tahun 2011 Tentang Yayasan Sakina Idaman
9. Keputusan Bupati Sleman nomor 503/ 2450/ DKS/ 2012 tentang Ijin Operasional
Rumah Sakit Khusus Ibu Dan Anak
10. Keputusan Ketua Yayasan Sakina Idaman Nomor 002/Y-SI/1/2011 tentang
pengangkatan Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak Sakina Idaman.
11. Surat Keputusan Direktur RSIA Sakina Idaman No. 023/RS-SI/I/2011 tentang
organisasi dan tata kerja.

D. Batasan Operasional
1. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial
yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
2. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan, dan gawat darurat.
3. Rumah Sakit Umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada
semua bidang dan jenis penyakit.
4. Rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada
satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur,
organ, jenis penyakit atau kekhususan lainnya.
5. Sumber daya di bidang kesehatan adalah segala bentuk dana, tenaga, perbekalan
kesehatan, sediaan farmasi dan alat kesehtaan serta fasilitas pelayanan kesehatan
dan teknologi.
6. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau ketrampilan melalui pendidikan di
bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk
melakukan upaya kesehatan.
7. Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan atau tempat yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif
maupun rehabilitasi.
8. Teknologi Kesehatan adalah segala bentuk alat dan atau metode yang ditunjukan
untuk membantu menegakkan diagnose, pencegahan, dan penanganan permasalahan
kesehatan manusia.
9. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan atau serangkaian kegiatan yang
dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan
meningkatkan derajad kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit,
peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit dan pemulihan kesehatan.
10. Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk
memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan, baik secara langsung maupun
tidak langsung di Rumah Sakit.
11. Pelanggan adalah seseorang yang membina hubungan baik dengan orang lain untuk
memperoleh pelayanan sesuai dengan kebutuhan.
12. Pelayanan farmasi adalah sebuah pelayanan pengobatan yang diberikan dari farmasi
selama 24 jam kepada masyarakat untuk membantu dokter dalam pengobatan pasien
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SDM DI UNIT FARMASI

NO Uraian Pendidikan Sertifikat Jumlah Ada Kurang


Kebutuhan
1. Kepala Unit Profesi Apoteker 3 1 2
Farmasi
2. Asisten Apoteker SMF - 7 5 2

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Apoteker yang ada di Rumah Sakit Ibu dan Anak Sakina Idaman ada 1 dengan
standar minimal Profesi Apoteker, Apoteker berdasarkan hasil perhitungan beban
kerja membutuhkan 3 orang, sehingga masih dibutuhkan 2 orang. Sedangkan untuk
tenaga Asisten Apoteker dibutuhkan 7 orang dengan standar kualifikasi SMF, tetapi
tenaga Asisten Apoteker baru ada 5 orang sehingga masih membutuhkan 2 orang lagi
untuk memenuhi sesuai dengan perhitungan beban kerja

NO Uraian Nama Pendidikan

1. Kepala Unit Farmasi Nuri Iriyani, S.Farm.,Apt Profesi Apoteker

2. Asisten Apoteker Evi Noviani Sekolah Menengah Farmasi

Puji Astuti Sekolah Menengah Farmasi

Dhena Padmasari Sekolah Menengah Farmasi

Sri Wigati Sekolah Menengah Farmasi

Indah Ayu Puspandari Sekolah Menengah Farmasi

C. PENGATURAN JAGA
Hari kerja untuk petugas Farmasi di Rumah Sakit Ibu dan Anak adalah 6 hari kerja
dalam 1 minggu, dan jam kerja standar di Rumah Sakit Ibu dan Anak Sakina Idaman
adalah 42 jam seminggu.
Adapun untuk tata tertib jam kerja sebagai berikut:
 Batas toleransi keterlambatan 10 menit.
 Ijin meninggalkan jam kerja wajib mendapatkan persetujuan atasan langsung
dengan alasan yang dapat dipertanggung jawabkan urgensinya.
 Pengaturan shift untuk tenaga gizi :
Shift pagi : 07.00 – 14.00
Shift siang : 14.00 – 21.00
Shift malam : 21.00 – 07.00
BAB III
STANDAR FASILITAS
1. DENAH RUANGAN
Dengan adanya denah ruangan untuk Unit Farmasi, maka dengan jelas dapat
diketahui letak dan posisi yang ada di Unit Farmasi. Adapun perincian sebagai berikut:
a. Gudang Farmasi
b. Unit Farmasi
c. Ruang Konsultasi Obat

2. STANDAR FASILITAS
Agar kegiatan penyelenggaraan pelayanan Farmasi di Rumah Sakit Ibu dan Anak
Sakina Idaman dapat berjalan optimal, maka perlu didukung dengan sarana, peralatan
dan perlengkapan yang memadai sebagai berikut:

No Nama Barang Jumlah Kondisi

1 Mortir 3

2 Stamper 2

3 Gelas Ukur 50 ml 1

4 Gelas Ukur 10 ml 1

5 Televisi 1

6 Komputer 1

7 Kulkas 3

8 Meja 3

9 Kursi 3

10 Almari 1

11 Rak obat

12 Almari Gantung 2

13 Printer 1
14 Pengaduk kaca 1

15 Tromol 5

16 Tas vaksin 2

17 Dispenser 1

18 Tempat Plastik 2

19 Tempat Etiket 1

20 Termometer 3
Denah Farmasi RSIA Sakina Idaman

Keterangan :
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
Pelayanan Farmasi merupakan salah satu produk pelayanan yang dimiliki oleh Rumah
Sakit Ibu dan Anak Sakina Idaman dalam upaya memenuhi kebutuhan pengobatan pasien.
Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit Ibu dan Anak Sakina Idaman. Pelayanan farmasi adalah
serangkaian proses kegiatan asuhan kefarmasian yang berkesinambung dimulai dari skrining
resep, penyiapan obat, penyerahan obat, pemberian informasi, dan konseling. Asuhan
kefarmasian rawat jalan dan rawat inap pada umumnya adalah kegiatan penyiapan resep dari
dokter. Pelayanan farmasi meliputi pelayanan resep dari dokter maupun permintaan obat dari
bidan. Adapaun alur pelayanan resep rawat jalan dan rawat inap adalah sebagai berikut:
1. Skrining resep

Skrining resep adalah kegiatan untuk mengetahui kebenaran, kerasionalan obat


serta menghindari Medication Error dan Drug Related Problem. Resep atau KIPO (Kartu
Instruksi pemberian Obat) harus dilakukan telaah dan validasi oleh apoteker dengan jalan
membaca, menginterpretasi dan menganalisis resep.Telaah tersebut meliputi:
a. Ketepatan obat, dosis, frekuensi dan rute pemberian
b. Duplikasi terapi
c. Alergi atau reaksi sensitivitas yang sesungguhnya maupun yang potensial terjadi.
d. Interaksi sesungguhnya maupun yang potensial terjadi antara obat dengan obat-
obatan lain atau makanan.
e. Variasi dari kreteria penggunaan yang ditentukan rumah sakit.
f. Berat badan pasien dan informasi fisiologis pasien
g. Kontra indikasi yang lain.
Apoteker mengambil keputusan secara professional berdasarkan analisis, secara
mandiri ataupun berkolaborasi dengan atau tanpa tenaga kesehatan lain.

2. Penyiapan (Dispensing)
Dispensing merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap validasi,
interpretasi, menyiapkan/meracik obat, member etiket, menyerahkan obat dengan
pemberian informasi yang memadahi disertai system dokumentasi.
Dispensing sediaan farmasi dilakukan dengan:
a. Obat-obat yang dibutuhkan disiapkan berdasarkan standar etika, standar praktek dan
ilmu farmasi.
b. Obat disiapkan dalam lingkungan yang bersih, aman dan sesuai dengan undang-
undang, peraturan serta prakter professional.
c. Obat-obat diberi label identitas pasien (nama pasien), nama obat, dosis/konsentrasi,
rute/cara pemberian, dan waktu pemberian dengan mencantumkan tanggal
penyiapan.
d. Sebelum obat diberikan kepada pasien atau petugas bangsal untuk pasien rawat inap,
obat yang sudah disiapkan harus dilakukan telaah obat dengan resep atau dengan
KIPO, waktu frekuensi pemberian dengan resep/KIPO, jumlah dosis dengan
resep/KIPO, rute pemberian dengan resep/KIPO dan identitas pasien.
e. Obat diserahkan oleh farmasis dengan informasi yang memadahi.
Dalam hal permintaan obat tidak tersedia di Instalasi Farmasi, maka Instalasi Farmasi
boleh mengganti dengan obat yang isisnya sama, yang masuk Formularium Nasional
atau Formularium Rumah Sakit dengan melakukan konfirmasi kepada dokter.

3. Pemberian Obat
Pemberian obat adalah penyerahan obat dari petugas kesehatan kepada
pasien dalam rangka proses terapi selama di rumah sakit. Obat yang dimaksud bisa
berupa obat berbentuk tablet, kapsul, serbuk, pil, kaplet, sirup yang diberikan secara oral,
obat tetes mata dan salep yang diberikan secara topical, atau obat yang diberikan secara
injeksi intra vena, intra muscular, intra tektal, inhalasi maupun obat lain. Rumah sakit
menjamin pemberian obat pada pasien memenuhi 7 prinsip (7B) :
a. Benar pasien
b. Benar obat
c. Benar dosis
d. Benar rute pemberian
e. Benar waktu pemberian
f. Benar Informasi
g. Benar Dokumentasi

Pemberian obat yang harus dilakukan double check oleh perawat/dokter


adalah:

a. Semua obat injeksi ( intra muscular, intra vena, subkutan, dan intra kutan)
b. Obat dengan rute khusus
Intratekal, epidural, vena sentral, vena access port (VAP) diberikan oleh dokter.
c. Obat-obat yang harus dikontrol
Elektrolit cairan pekat dan obat yang diwaspadai harus dilakukan double check
dengan petugas yang berbeda.Obat yang dikontrol ketat harus dilakukan kontrol
dengan pencatatan pemberian obat meliputi: tanggal dan waktu pemberian, identitas
pasien, dosis pemberian, rute pemberian, dan ditandatangani oleh dua perawat.

Dalam hal obat yang dimintakan dokter tidak tersedia di farmasi, serta pihak
farmasi berniat menggantinya dengan obat lain, maka pihak farmasi wajib menghubungi
dokter yang bersangkutan. Jika terjadi keraguan atau ketidaktepatan sebelum dilakukan
pemberian obat, maka dokter/perawat harus menghubungi dokter penanggungjawab
untuk mendiskusikan dan dokter dapat mengganti instruksi.

Obat-obat yang diberikan jika perlu (prn), harus diberikan dalam kondisi pasien
sesuai dengan indakasi dari obat tersebut (misal: jika sakit, jika mual, dsb), dan dalam
batasan dosis maksimal yang boleh diberikan dalam satu hari.

Obat-obat injeksi yang telah dimasukkan ke dalam spuit injeksi apabila tidak jadi
diberikan kepada pasien dikarenakan suatu hal maka obat tersebut harus dibuang ke
dalam “safety box” dan harus dilakukan pencatatan, selanjutnya perawat harus
melaporkan kepada dokter yang merawat pasien tersebut.

Waktu pemberiaan obat dicatat dicatat dalam waktu kartu monitor pemberian
obat oleh petugas yang memberikan obat. Apabila dokter tidak mencantumkan jadwal
pemberian pemberian maka petugas farmasi wajib mencantumkan jadwal pemberian obat
sesuai ketentuan.

4. Pengelolaan Obat Yang Dibawa Pasien


Obat yang dibawa oleh pasien merupakan obat yang dibawa dan sedang
digunakan pasien sebelum pasien masuk rumah sakit untuk rawat inap. Obat maupun
suplemen yang dibawa pasien dari rumah harus dilaporkan kepada dokter
penanggungjawab pasien untuk dapat ditentukan apakah dapat dilanjuktan untuk
dikonsumsi, harus deihentikan sementara atau dihentikan seterusnya selama pasien
dirawat di rumah sakit. Apabila dokter menyetujui untuk diteruskan maka obat diserahkan
kepada perawat ruangan untuk diatur pemberiannya sesuai dengan instruksi dokter.

Obat yang dibawa pasien dan tidak boleh digunakan selama perawatan harus
dibawa pulang ke rumah oleh keluarga pasien, jika tidak ada keluarga yang mendampingi
pasien, maka obat disimpan terpisah dalam kantong plastik yang diberi label identitas p
asien serta label obat serta label obat tidak boleh digunakan, disimpan dalam kotak obat
perawat serta akan dikembalikan saat pasien meninggalkan rumah sakit.
Obat-obat yang dibawa oleh pasien harus diserahkan kepada tenaga medis
(dokter/perawat) dengan menggunakan form serah terima obat pasien. Obat-obat tersebut
harus diidentifikasi oleh Apoteker apakah obat masih baik atau belum kadaluarsa. Semua
obat-obatan baik yang diberikan oleh oleh dokter maupun yang dibawa sendiri dari rumah
harus dituliskan dalam Kartu Instruksi Pemberian Obat (KIPO) pasien lengkap dengan
dosis, lama pemberian dan cara pemberian. Obat-obat yang masih bias dilanjutkan
pemberiannya disimpan tersimpan dan diberi label khusus serta pemberiannya dilakukan
oleh perawat.

5. Konseling
Konseling obat merupakan suatu proses yang sistematis untuk mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah pasien yang berkaitan dengan penggunaan obat. konseling obat
kepada pasien yang mengalami penyulit obat antara lain:
a. Pasien yang mendapatkan obat yang berinteraksi baik dengan obat, maupun
dengan makanan/minuman
b. Pasien dengan populasi khusus yang berisiko tinggi, misalnya: anak-anak, orang
lanjut usia, wanita hamil dan menyusui, penderita gagal ginjal, gagal hati, dll
c. Pasien yang dirujuk dokter ke apoteker
d. Pasien yang mendapatkan resep polifarmasi (5 atau lebih obat dalam 1 resep)
e. Pasien dalam pengobatan kronis
f. Pasien yang mendapatkan obat dengan indeks terapi sempit
g. Pasien yang mendapatkan obat khusus (insulin injeksi pen, aerosol)
BAB V
LOGISTIK

Pemenuhan akan kebutuhan perlengkapan unit farmasi dapat diperoleh dari bagian
Umum, yang sudah direncanakan 1 tahun sebelumnya untuk pengadaan barang tahun
berikutnya. Dengan menggunakan form yang tersedia yaitu Form Permintaan Barang yang
diberikan kepada bagian keuangan dan bagian umum.
Pemenuhan akan kebutuhan perlengkapan unit farmasi yang bersifat mendesak,
dapat langsung mengajukan ke bagian umum dan bagian keuangan, dengan menggunakan
form yang tersedia yaitu Form Permintaan Barang, melalui persetujuan Direktur.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Keselamatan pasien merupakan bagian yang penting dan harus diperhatikan dalam
berjalannya pelayanan unit gizi, tujuan dari pelayanan unit gizi adalah sebagai pelayanan
kesehatan yang berkualitas dan memuaskan kepada masyarakat dengan pemberian
pelayanan gizi yang aman dan berkualitas.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan bagian dari kegiatan yang berkaitan erat
dengan kejadian yang disebabkan akibat kelalaian petugas yang dapat mengakibatkan
penyakit akibat kerja atau kecelakaan kerja.
Kondisi yang dapat mengurangi bahaya dan terjadinya kecelakaan dalam proses pelayanan
terhadap karyawan ataupun penyelenggaraan pelatihan dikarenakan pekerjaan yang
terorganisir dengan baik, dikerjakan sesuai dengan prosedur, tempat kerja yang aman dan
terjamin kebersihannya serta istirahat yang cukup.
Kecelakaan kerja tidak terjadi dengan sendirinya, biasanya terjadi dengan tiba-tiba dan tidak
direncanakan sehingga menyebabkan kerusakan pada peralatan maupun dapat melukai
petugas.

PENGERTIAN
Keselamatan Kerja (Safety) adalah segala upaya atau tindakan yang harus diterapkan
dalam rangka menghindari kecelakaan yang terjadi akibat kesalahan kerja petugas ataupun
kelalaian dan kesengajaan.

PROSEDUR KESELAMATAN KERJA


Keamanan kerja di ruang Unit Farmasi dapat terlaksana apabila sesuai prosedur kerja
sebagai berikut:
a. Barang yang berat selalu ditempatkan di bagian bawah.
b. Menggunakan alat bantu kursi untuk mengambil obat/barang yang letaknya lebih tinggi.
c. Tidak meletakkan barang/obat yang mudah pecah seperti infus metronidazol, infus
parasetamol ditempat yang tinggi.
d. Tidak meletakkan barang mudah terbakar misal alkohol 96% di area Unit Farmasi dan
harus disendirikan.
e. Semua peralatan listrik yang tidak dipergunakan termasuk lampu harus dimatikan bila
tidak diperlukan.
f. Semua kabel – kabel harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak melukai, tidak
membuat tersandung, tidak membuat tersengat petugas ataupun karyawan yang lain.
g. Tidak mengangkat barang berat, bila tidak sesuai dengan kemampuan.
h. Tidak mengangkat barang dalam jumlah besar yang dapat membahayakan badan dan
kualitas barang.
i. Membersihkan area peracikan sebelum dan sesudah melakukan kegiatan.
j. Tersedia alat pemadam kebakaran yang berfungsi baik di tempat yang mudah dijangkau.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
1. PENGAWASAN
Pengawasan merupakan suatu kegiatan yang mengusahakan agar pekerjaan
terlaksana sesuai dengan standar, pedoman, rencana, instruksi, peraturan serta hasil
yang telah ditetapkan sebelumnya agar mencapai tujuan yang diharapkan.
Pengawasan terhadap pelayanan farmasi di Rumah Sakit Sakina Idaman
harus selalu dikomunikasikan pada semua petugas farmasi dan dokter, terutama dalam
pelayanan resep dari dokter agar kesembuhan pasien dapat tercapai.

2. PENGENDALIAN MUTU
Pengendalian mutu merupakan suatu kegiatan yang mengusahakan agar
pekerjaan yang terlaksana sesuai dengan standar, pedoman, rencana, instruksi,
peraturan serta hasil yang ditetapkan sebelumnya agar tidak terdapat keterlambatan
dalam pelayanan
Pengendalian didalam unit farmasi yaitu pengendalian proses pelaksanaan
pelayanan kefarmasian sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

3. TUJUAN
a. Sebagai dasar acuan dalam melaksanakan dan meningkatkan mutu pelayanan unit
Farmasi di Rumah Sakit Ibu dan Anak Sakina Idaman.
b. Tersusunnya sistem monitoring pelayanan Unit Farmasi melalui indikator standar
pelayanan minimal.

4. MANFAAT
Adapun manfaat adanya pengawasan dan pengendalian mutu adalah sebagi berikut:
1. Untuk meningkatkan pelayanan Unit Farmasi di Rumah Sakit Ibu dan Anak Sakina
Idaman.
2. Untuk mencegah dan menghindari masalah-masalah yang berkaitan dengan pelayanan
Unit Farmasi sebagai support pelayanan kesehatan seperti : komplain pasien.

5. SASARAN, WAKTU DAN PETUGAS PELAKSANAAN


Adapun sasarannya pengawasan dan pengendalian mutu adalah :
1. Kepala Unit Farmasi.
2. Asisten Apoteker
Waktu pelaksanaannya dilaksanakan setiap bulan
Petugas pelaksana dilaksanakan oleh tim pengendali mutu pelayanan yang ditunjuk oleh
SK Direktur
BAB IX
PENUTUP

Adanya Pedoman Pelayanan Unit Farmasi Rumah Sakit Ibu dan Anak Sakina Idaman
Yogyakarta diharapkan kegiatan pelayanan di Unit Farmasi dapat berjalan dengan baik.
Hal-hal yang belum tertuang dalam Pedoman Pelayanan Unit Farmasi Rumah Sakit
Ibu dan Anak Sakina Idaman Yogyakarta akan diatur lebih lanjut dan disempurnakan sesuai
dengan kepentingan dan kebutuhan Rumah Sakit Ibu dan Anak Sakina Idaman.

01 Januari 2016
Diusulkan oleh :

Kepala Unit Farmasi


Nuri Iriyani, S.Farm., Apt

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
Keselamatan pasien merupakan bagian yang penting dan harus diperhatikan dalam
berjalannya pelayanan unit gizi, tujuan dari pelayanan unit gizi adalah sebagai pelayanan
kesehatan yang berkualitas dan memuaskan kepada masyarakat dengan pemberian
pelayanan gizi yang aman dan berkualitas.

BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan bagian dari kegiatan yang berkaitan erat
dengan kejadian yang disebabkan akibat kelalaian petugas yang dapat mengakibatkan
penyakit akibat kerja atau kecelakaan kerja.
Kondisi yang dapat mengurangi bahaya dan terjadinya kecelakaan dalam proses pelayanan
terhadap karyawan ataupun penyelenggaraan pelatihan dikarenakan pekerjaan yang
terorganisir dengan baik, dikerjakan sesuai dengan prosedur, tempat kerja yang aman dan
terjamin kebersihannya serta istirahat yang cukup.
Kecelakaan kerja tidak terjadi dengan sendirinya, biasanya terjadi dengan tiba-tiba dan tidak
direncanakan sehingga menyebabkan kerusakan pada peralatan maupun dapat melukai
petugas.

PENGERTIAN
Keselamatan Kerja (Safety) adalah segala upaya atau tindakan yang harus diterapkan
dalam rangka menghindari kecelakaan yang terjadi akibat kesalahan kerja petugas ataupun
kelalaian dan kesengajaan.

PROSEDUR KESELAMATAN KERJA


Keamanan kerja di ruang unit gizi (Dapur) dapat terlaksana apabila sesuai prosedur
kerja sebagai berikut:
k. Menggunakan alat pelindung diri ( Celemek, Sandal yang terbuat dari karet, topi (bagi
yang tidak memakai kerudung), masker, sarung tangan plastic sekali pakai)
l. 1 Tahun sekali petugas gizi dilakukan pemeriksaan kesehatan berupa rectal swap dan
cek Hbs Ag.
m. Barang yang berat selalu ditempatkan di bagian bawah.
n. Semua peralatan listrik yang tidak dipergunakan termasuk lampu harus dimatikan bila
tidak diperlukan.
o. Semua kabel – kabel harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak melukai, tidak
membuat tersandung, tidak membuat tersengat petugas ataupun karyawan yang lain.
p. Tidak mengangkat barang berat, bila tidak sesuai dengan kemampuan.
q. Tidak mengangkat barang dalam jumlah besar yang dapat membahayakan badan dan
kualitas barang.
r. Menyimpan peralatan memasak dan alat makan pasien pada lemari tertutup yang telah
disediakan dengan cara menutup secara perlahan – lahan, sehingga jari tangan tidak
terjepit lemari.
s. Membersihkan area dapur sebelum dan sesudah melakukan kegiatan pengolahan.
t. Tersedia alat pemadam kebakaran yang berfungsi baik di tempat yang mudah dijangkau.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
6. PENGAWASAN
Pengawasan merupakan suatu kegiatan yang mengusahakan agar pekerjaan terlaksana
sesuai dengan standar, pedoman, rencana, instruksi, peraturan serta hasil yang telah
ditetapkan sebelumnya agar mencapai tujuan yang diharapkan.
Pengawasan terhadap pelayanan gizi di Rumah Sakit Sakina Idaman harus selalu
dikomunikasikan pada semua petugas gizi, terutama dalam pemberian diet/ makanan kepada
pasien dapat menjalankan pelayanan tersebut sesuai dengan peraturan yang berlaku.
7. PENGENDALIAN MUTU
Pengendalian mutu merupakan suatu kegiatan yang mengusahakan agar pekerjaan yang
terlaksana sesuai dengan standar, pedoman, rencana, instruksi, peraturan serta hasil yang
ditetapkan sebelumnya agar tidak terdapat keterlambatan dalam pelayanan
Pengendalian didalam unit gizi yaitu pengendalian terhadap ketepatan waktu penyajian
makan kepada pasien, ketepatan pemberian diet dan cita rasa makanan. Pengendalian ini
harus selalu dikomunikasikan kepada seluruh pelaksana gizi, dan kepala unit gizi agar proses
pelaksanaan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
8. TUJUAN
c. Sebagai dasar acuan dalam melaksanakan dan meningkatkan mutu pelayanan unit Gizi
di Rumah Sakit Ibu dan Anak Sakina Idaman.
d. Tersusunnya system monitoring pelayanan Unit Gizi melalui indikator standar pelayanan
minimal.
9. MANFAAT
Adapun manfaat adanya pengawasan dan pengendalian mutu adalah sebagi berikut:
3. Untuk meningkatkan pelayanan Unit Gizi di Rumah Sakit Ibu dan Anak Sakina Idaman.
4. Untuk mencegah dan menghindari masalah – masalah yang berkaitan dengan
pelayanan Unit Gizi sebagai support pelayanan kesehatan seperti : komplain pasien.
10. SASARAN, WAKTU DAN PETUGAS PELAKSANAAN
Adapun sasarannya pengawasan dan pengendalian mutu adalah :
3. Kepala Unit Gizi.
4. Pelaksana gizi (Tenaga pengolah dan tenaga pramusaji).
Waktu pelaksanaannya dilaksanakan setiap bulan
Petugas pelaksana dilaksanakan oleh tim pengendali mutu pelayanan yang ditunjuk oleh
SK Direktur

BAB IX
PENUTUP

Adanya Pedoman Pelayanan Unit Gizi Rumah Sakit Ibu dan Anak Sakina Idaman
Yogyakarta diharapkan kegiatan pelayanan di Unit Gizi dapat berjalan dengan baik.
Hal-hal yang belum tertuang dalam Pedoman Pelayanan Unit Gizi Rumah Sakit Ibu
dan Anak Sakina Idaman Yogyakarta akan diatur lebih lanjut dan disempurnakan sesuai
dengan kepentingan dan kebutuhan Rumah Sakit Ibu dan Anak Sakina Idaman.

01 Januari 2016
Diusulkan oleh :

Kepala Unit Gizi


Anita Kusumastuti, S.Gz

Anda mungkin juga menyukai