Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN

MINIMAL (SPM) LABORATORIUM PATOLOGI KLINIK


RSIA PERMATA HATI
PERIODE TRIWULAN I
TAHUN 2022

Melayani Dengan Hati Nurani

1
KATA PENGANTAR

Pelayanan Laboratorium Patologi Klinik RSIA Permata Hati sebagai salah satu unit
pelayanan teknis yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, memiliki peran
yang sangat strategis dalam pelayanan kesehatan perorangan untuk meningkatan derajat
kesehatan masyarakat. Oleh karena itu RSIA Permata Hati dituntut untuk memberikan
pelayanan yang bermutu, serta profesional sehingga dapat menjangkau seluruh lapisan
masyarakat. Dalam mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu maka diperlukan
Standar Pelayanan Minimal (SPM).
Laporan pencapaian SPM Laboratorium Patologi Klinik RSIA Permata Hati Periode
Triwulan I 2022 ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban terhadap pelayanan
kesehatan yang telah diberikan. Semoga laporan ini dapat dipergunakan dalam perencanaan
dan pelaksanaan pelayanan kesehatan yang diberikan sesuai dengan standar minimal.

Makassar, 5 April 2022


Kepala Ruangan Laboratorium

Asnawati Pasau, Amd, AK

2
BAB I
PENDAHULUAN

I.A Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang selalu dihadapkan pada aturan, norma,
standar, ukuran yang harus dipenuhi. Aturan, norma, standar maupun ukuran
tersebut dapat diletakkan secara individual, kelompok, masyarakat, ataupun
pemerintah yang mengatur sikap hidup dan tindakan dalam memenuhi kebutuhan
individu dan kehidupan bermasyarakat. Demikian juga dalam penyelenggaraan
pelayanan yang menyangkut masyarakat umum sebagai pelayanan publik tidak
luput dari aturan, norma, standar, ukuran yang harus dipenuhi agar dapat menjalankan
pelayanan secara akuntabel, bisa dipertanggungjawabkan dan berkinerja tinggi.
Pencapaian kinerja pelayanan publik sering terkendala akibat adanya variasi dalam
penyelenggaraan atau proses pelayanan. Salah satu upaya untuk mengurangi variasi
proses tersebut adalah dengan melakukan standarisasi.
Rumah Sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan perorangan
merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam
mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan. Penyelenggaraan pelayan kesehatan di
Rumah Sakit mempunyai karakteristik dan organisasi yang sangat kompleks. Standar
dalam pelayanan publik akan memberikan manfaat antara lain mengurangi variasi
proses, memenuhi persyaratan profesi dan dasar untuk mengukur mutu. Standarisasi
akan menjamin keselamatan pasien dan petugas penyedia pelayanan kesehatan
karena dengan adanya standar akan mengurangi variasi dalam pelayanan dan
meningkatkan konsistensi pelayanan publik, mengurangi terjadinya kesalahan,
meningkatkan efisiensi dalam pelayanan dan memudahkan petugas dalam memberikan
pelayanan. Sebagai badan layanan publik, rumah sakit harus memberikan pelayanan
kesehatan yang maksimal dan memuaskan kepada masyarakat sehingga sangat penting
untuk diperhatikan bahwa sebuah rumah sakit harus memiliki standar pelayanan agar
menjamin kepuasan dan keamanan pasien.
Adanya standar pelayanan minimal dapat dijadikan indikator dan target
pencapaian kinerja yang dapat diterima oleh pemerintah dan masyarakat dengan

3
optimalisasi dan pengembangan sumber daya dan prosedur pelayanan yang ada.
Laboratorium merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan dirumah
sakit yang perlu diselenggarakan secara bermutu untuk mendukung upaya
peningkatan kualitas kesehatan masyarakat. Berdasarkan Joint Commission
International Accreditation Standards for Hospitals, laboratorium juga merupakan
salah satu bagian dari Assessment of Patients yang menjelaskan bahwa layanan
laboratorium yang tersedia harus dapat memenuhi kebutuhan pasien, dan semua
layanan tersebut memenuhi standar, hukum, dan peraturan lokal dan nasional yang
berlaku.
Dalam era globalisasi, reformasi dan desentralisasi atau otonomi daerah,
laboratorium klinik rumah sakit merupakan organisasi yang tata kerjanya perlu
ditingkatkan untuk menjadi salah satu unggulan rumah sakit. Untuk itu perlu
peningkatan pengelolaannya, baik partisipasi antar unit di rumah sakit atau “clinical
governance”, kemitraan dengan swasta, masyarakat sipil dan pemerintah atau “good
governance” serta bersama pengguna jasa dan pemilik meningkatkan produktivitas
unit usaha rumah sakit yaitu “corporate governance” secara profesional untuk
mendapat keuntungan namun tetap memperhatikan faktor sosial. Dengan demikian
laboratorium klinik rumah sakit akan mengoptimalkan kualitas fungsinya yaitu
pemberian pelayanan yang sesuai standar, memfasilitasi penelitian, pendidikan dan
pelatihan laboratorium klinik untuk kepuasan pengguna jasa mapun untuk
kesehjateraan karyawan dan kelestarian atau pembangunan berkelanjutan.

I.B Maksud dan Tujuan


Standar pelayanan minimal (SPM) Laboratorium Patologi Klinik RSIA Permata
Hati ini dimaksudkan agar tersedianya panduan bagi RSIA Permata Hati dalam
melaksanakan perencanaan pelaksanaan dan pengendalian serta pengawasan dan
pertanggungjawaban penyelenggaraan SPM Rumah Sakit.
Standar pelayanan minimal ini bertujuan untuk menyamakan pemahaman tentang
definisi operasional, indikator kinerja, ukuran atau satuan rujukan, cara perhitungan /
rumus / pembilangan penyebut / standar / satuan pencapaian kinerja dan sumber data.

4
I.B.1 Pengertian
Umum :
1. Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah ketentuan tentang jenis dan mutu
pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh
setiap warga secara minimal. Juga merupakan spesifikasi teknis tentang
tolak ukur pelayanan minimum yang diberikan oleh Badan Layanan Umum
kepada masyarakat.
2. Rumah Sakit Ibu dan Anak adalah Rumah sakit untuk menampung kegiatan
mengenal dan menentukan penyakit dan sebab akibatnya, pemeriksaan,
pengobatan, menjaga serta merawat pasien ibu dan anak baik menginap
ataupun berobat jalan.
3. Laboratorium Klinik adalah laboratorium kesehatan yang melaksanakan
pelayanan pemeriksaan spesimen klinik untuk mendapatkan informasi
tentang kesehatan perorangan terutama untuk menunjang upaya diagnosis
penyakit, dan memulihkan kesehatan.
Defenisi Operasional :
1. Indikator kinerja adalah variable yang dapat digunakan untuk mengevaluasi
keadaan atau status dan menungkinkan dilakukan pengukuran terhadap
perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu atau tolak ukur prestasi
kuantitatif/kualitatif yang digunakan untuk mengukur terjadinya perubahan
terhadap besaran target atau standar yang telah ditetapkan sebelumnya.
2. Standar adalah nilai tertentu yang telah ditetapkan berkaitan dengan sesuatu
yang harus dicapai.
3. Frekuensi pengumpulan data adalah frekuensi pengambilan data dari sumber
data untuk tiap indikator.
4. Periode analisis adalah rentang waktu pelaksanaan kajian terhadap indikator
kinerja yang dikumpulkan.
5. Pembilang (numerator) adalah besaran sebagai nilai pembilang dalam rumus
indicator kinerja.
6. Penyebut (denumerator) adalah besaran sebagai nilai pembagi dalam rumus
indicator kinerja.
7. Sumber data adalah sumber bahan nyata/keterangan yang dapat dijadikan
dasar kajian yang berhubungan langsung dengan persoalan.
5
I.B.2 Uraian Standar Pelayanan Minimal
Uraian Standar Pelayanan Minimal untuk pelayanan laboratorium Patologi
Klinik dapat dilihat pada Tabel-Tabel berikut :
Tabel 1. Waktu Tunggu Hasil Pelayanan Laboratorium Klinik

Waktu tunggu hasil pelayanan


Judul
laboratorium klinik
Efektifitas, kesinambungan pelayanan,
Dimensi mutu
efisiensi
Tergambarnya kecepatan pelayanan
Tujuan
Laboratorium Klinik.
Pemeriksaan laboratorium yang dimaksud
adalah pelayanan pemeriksaan
Laboratorium Klinik. Waktu tunggu hasil
pelayanan laboratorium untuk
Definisi operasional
pemeriksaan Laboratorium Klinik adalah
tenggang waktu mulai pasien diambil
sampel sampai dengan menerima hasil
yang sudah diekspertisi.
Frekuensi pengumpulan data 1 bulan
Periode analisis 3 bulan
Jumlah kumulatif waktu tunggu hasil
Numerator pelayanan Laboratorium Klinik pasien
yang disurvei dalam satu bulan
Jumlah pasien yang diperiksa di
Denominator laboratorium yang disurvei dalam bulan
tersebut.
Sumber data Survei
Standar <140 menit (manual)
Pelayanan Laboratorium Klinik yang
Langkah kegiatan diawali praanalitik, analitik dan post
analitik
Penanggung Jawab Penanggung Jawab Laboratorium Klinik

Tabel 2. Pelaksana Ekspertisi Hasil Pemeriksaan Laboratorium


Pelaksana ekspertisi hasil pemeriksaan
Judul
laboratorium
Dimensi mutu Kompetensi teknis
Pembacaan dan verifikasi hasil
pemeriksaan Laboratorium Klinik
Tujuan
dilakukan oleh tenaga ahli untuk
memastikan ketepatan diagnosis.
Pelaksana ekspertisi laboratorium adalah
Definisi operasional dokter spesialis patologi klinik yang
mempunyai kewenangan untuk
6
melakukan pembacaan hasil pemeriksaan
laboratorium. Bukti dilakukan ekspertisi
adalah adanya tandatangan pada lembar
hasil pemeriksaan yang dikirimkan pada
dokter yang meminta.
Frekuensi pengumpulan data 1 bulan
Periode analisis 3 bulan
Jumlah hasil lab. yang diverifikasi
Numerator hasilnya oleh dokter spesialis patologi
klinik dalam satu bulan.
Jumlah pasien yang diperiksa di
Denominator laboratorium yang disurvei dalam bulan
tersebut.
Sumber data Register di instalasi laboratorium
Standar 100 %
Penanggung Jawab Penanggung Jawab Laboratorium Klinik

Tabel 3. Tidak Adanya Kesalahan Penyerahan Hasil Pemeriksaan


Laboratorium

Tidak adanya kesalahan penyerahan


Judul
hasil pemeriksaan laboratorium
Dimensi mutu Keselamatan
Tergambarnya ketelitian pelayanan
Tujuan
laboratorium.
Kesalahan penyerahan hasil laboratorium
Definisi operasional adalah penyerahan hasil laboratorium
pada orang yang salah.
Frekuensi pengumpulan data 1 bulan
Periode analisis 3 bulan
Jumlah seluruh pasien yang diperiksa
laboratorium dalam satu bulan dikurangi
Numerator
jumlah penyerahan hasil laboratorium
salah orang dalam satu bulan
Jumlah pasien yang diperiksa di
Denominator Laboratorium Klinik dalam bulan
tersebut.
Sumber data Rekam medis
Standar 100 %
Penanggung Jawab Penanggung Jawab Laboratorium Klinik

Tabel 4. Kepuasan Pelanggan


Judul Kepuasan pelanggan
Dimensi mutu Efektivitas dan Mutu pelayanan
Tergambarnya persepsi kepuasan
Tujuan pelanggan terhadap pelayanan
laboratorium
7
Kepuasan pelanggan adalah pernyataan
Definisi operasional puas oleh pelanggan terhadap pelayanan
laboratorium.
Frekuensi pengumpulan data 1 bulan
Periode analisis 3 bulan
Jumlah kumulatif hasil penilaian
Numerator
kepuasan dari pasien yang disurvei
Jumlah total pasien yang disurvei (n
Denominator
minimal 50)
Sumber data Survei
Standar >80%
Penanggung Jawab Penanggung Jawab Laboratorium Klinik

(Sumber : Permenkes Republik Indonesia Nomor : 129/Menkes/SK/II/2008


Tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit)

Kepmenkes RI No 129/Menkes/SK/II/2008 tentang penyelenggaraan SPM


Rumah Sakit dengan melaporkan 4 komponen dasar yang langkah-langkahnya sebagai
berikut :
1. Waktu tunggu hasil pelayanan laboratorium
Untuk menghitung waktu tunggu hasil pelayanan laboratorium maka hal y ang
perlu diperhatikan adalah :
a. Tatacara Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel sebanyak 50 pasien (n=50) dapat dilakukan dengan cara
random sampling pada hari yang sama atau pada hari yang berbeda. Sampel dapat
juga diambil dengan menetapkan 50 pasien pertama yang datang untuk
pemeriksaan laboratorium.
b. Petugas Penilai
Petugas yang melakukan perhitungan waktu tunggu ditetapkan rumah sakit.
c. Prosedur Perhitungan Waktu Tunggu
Perhitungan waktu tunggu dilakukan sekali setiap bulan untuk sampel n=50
dengan menggunakan alat ukur yaitu stopwatch. Diharapkan stopwatch yang
sama selalu dipakai selama melakukan perhitungan waktu tanggap. Sebagai
penanggungjawab untuk mengumpulkan data waktu tunggu ini adalah Kepala
Instalasi Laboratorium.
Adapun format pengisian waktu tunggu Pelayanan L aboratorium Rumah Sakit
dapat dilihat pada pada Tabel 5 berikut;

8
Tabel 5. Format Pencatatan Waktu Tunggu Hasil Pelayanan
Laboratorium

(Sumber : Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 139 Tahun 2009 Tentang Petunjuk Teknis
Penerapan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit di Provinsi Sulawesi Selatan)

2. Pelaksana ekspertisi hasil pemeriksaan laboratorium


Untuk mengetahui jumlah pemeriksaan laboratorium yang diperiksa dokter ahli
Patologi Klinik, maka dibutuhkan pengumpulan data dengan format seperti pada
Tabel 6 berikut :
Tabel 6 . Format Jumlah Pemeriksaan Laboratorium Oleh Dokter Spesialis
Patologi Klinik

(Sumber : Peraturan Gubernur S ulawesi Selatan Nomor 139 Tahun 2009 Tentang Petunjuk
Teknis Penerapan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit di Provinsi S ulawesi Selatan)

9
3. Tidak adanya kesalahan penyerahan hasil pemeriksaan laboratorium.
Untuk mengetahui data tidak adanya kesalahan penyerahan hasil
pemeriksaan laboratorium, maka dibutuhkan pengumpulan data dengan format
seperti pada Tabel 7 berikut :

Tabel 7 . Format Pencatatn Jumlah Tidak Adanya Kesalahan Penyerahan Hasil


Laboratorium

(Sumber : Peraturan Gubernur S ulawesi Selatan Nomor 139 Tahun 2009 Tentang Petunjuk Teknis
Penerapan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit di Provinsi Sulawesi Selatan)

10
4. Kepuasan Pelanggan
Untuk menghitung tingkat kepuasan pelayanan laboratorium maka hal yang perlu
diperhatikan adalah :
a) Pemilihan metode survei kepuasan yang akan digunakan.
Ada beberapa metode yang dapat digunakan, misalnya Servqual, Quality
Function Deployment atau cara lainnya
b) Petugas yang akan melakukan survei kepuasan harus ditetapkan oleh
Direktur Rumah Sakit yang berasal dari tenaga administrasi rumah sakit
c) Prosedur/tata cara survei.
Prosedur yang digunakan dalam menilai kepuasan pasien adalah prosedur
yang telah ditetapkan sesuai metode survei yang digunakan.

Gambar 1. Contoh Form Survei Kepuasan Pasien di Rumah Sakit

11
I.C Cara Penyelenggaraan Laboratorium Klinik Yang Baik
Penyelenggaran pelayanan kesehatan di rumah sakit bertujuan agar dapat
memberikan pelayanan yang sesuai standar dengan hasil yang bermutu serta
dapat dipertanggungjawabkan. Permenkes nomor 411 tahun 2010 tentang
Laboratorium Klinik menjelaskan bahwa Laboratorium Klinik adalah
laboratorium kesehatan yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan spesimen
klinik untuk mendapatkan informasi tentang kesehatan perorangan terutama
untuk menunjang upaya diagnosis penyakit penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan. Permenkes ini kemudian mengalami penyempurnaan
dan penjabaran lebih lanjut pada permenkes nomor 43 Tahun 2013.
Berdasarkan Permenkes No.43 Tahun 2013 tentang penyelenggaraan
Laboraorium Klinik bahwa pelayanan laboratorium klinik merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis,
dengan menetapkan penyebab penyakit, menunjang sistem kewaspadaan dini,
monitoring pengobatan, pemeliharaan kesehatan, dan pencegahan timbulnya
penyakit. Selain itu penyelenggaraan laboratorium klinik yang baik perlu
diselenggarakan secara bermutu untuk mendukung upaya peningkatan
kualitas kesehatan masyarakat.
Laboratorium klinik harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan,
prasarana, peralatan, kemampuan pemeriksaan spesimen klinik, dan ketenagaan
sesuai dengan klasifikasinya. Penjelasan mengenai ketentuan ini dijabarkan di
permenkes nomor 411 tahun 2010 dan permenkes 43 Tahun 2013 dengan uraian
sebagaiberikut:
A. Ketenagaan Laboratorium
Pada laboratorium klinik, ketenagaan terdiri dari dokter spesialis
selaku tenaga teknis laboratorium klinik dan penanggungjawab, tenaga analis
kesehatan dan perawat dengan uraian tanggung jawab sebagai berikut :
Dokter spesialis dan/atau dokter selaku tenaga teknis laboratorium
klinik mempunyai tugas dan tanggung jawab :
1. Melaksanakan kegiatan teknis dan pembinaan tenaga analis kesehatan
sesuai dengan kompetensinya;
2. Mengkoordinir kegiatan pemantapan mutu, pencatatan dan pelaporan

12
3. Mengkoordinir dan melaksanakan kegiatan keamanan dan
keselamatan kerja laboratorium; dan
4. Melakukan komunikasi/konsultasi medis dengan tenaga medis lain.
Tenaga analis kesehatan dan tenaga teknis yang setingkat mempunyai tugas
dan tanggung jawab:
1. Melaksanakan pengambilan dan penanganan bahan
pemeriksaan laboratorium sesuai standar pelayanan dan standar
operasional prosedur;
2. Melaksanakan kegiatan pemantapan mutu, pencatatan dan pelaporan;
3. Melaksanakan kegiatan keamanan dan keselamatan
kerja laboratorium; dan
4. Melakukan konsultasi dengan penanggung jawab teknis
laboratorium atau tenaga teknis lain.
B. Ruangan dan Fasilitas Penunjang
Laboratorium klinik harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan,
prasarana, peralatan, kemampuan pemeriksaan spesimen klinik, dan
ketenagaan sesuai dengan klasifikasinya. Penjelasan mengenai ketentuan ini
dijabarkan di permenkes nomor 411 tahun 2010 dan permenkes 43 Tahun
2013 dengan uraian sebagai berikut :
Luas ruangan setiap kegiatan cukup menampung peralatan yang
dipergunakan, aktifitas dan jumlah petugas yang berhubungan dengan
spesimen/pasien untuk kebutuhan pemeriksaan laboratorium. Semua ruangan
harus mempunyai tata ruang yang baik sesuai alur pelayanan dan
memperoleh sinar matahari/cahaya dalam jumlah yang cukup. Secara
umum, tersedia ruang terpisah untuk:
1. Ruang penerimaan terdiri dari ruang tunggu pasien dan
ruang pengambilan spesimen. Masing-masing sekurang-kurangnya

mempunyai luas 6 m2.


2. Ruang pemeriksaan/teknis: luas ruangan tergantung jumlah dan
jenis pemeriksaan yang dilakukan (beban kerja), jumlah, jenis dan
ukuran peralatan, jumlah karyawan, faktor keselamatan dan
keamanan kerja serta kelancaran lalu lintas spesimen, pasien,

13
pengunjung dan karyawan, sekurang-kurangnya mempunyai luas 15
m 2.
3. Untuk bank darah, pemeriksaan mikrobiologi dan molekuler
sebaiknya masing-masing memiliki ruangan terpisah.
4. Ruang administrasi/pengolahan hasil sekurang-kurangnya
mempunyai luas 6 m2.
Persyaratan umum konstruksi ruang laboratorium sebagai berikut:
1. Dinding terbuat dari tembok permanen warna terang, menggunakan cat
yang tidak luntur. Permukaan dinding harus rata agar mudah dibersihkan,
tidak tembus cairan serta tahan terhadap desinfektan.
2. Langit-langit tingginya antara 2,70-3,30 m dari lantai, terbuat dari bahan
yang kuat, warna terang dan mudah dibersihkan.
3. Pintu harus kuat rapat dapat mencegah masuknya serangga dan binatang
lainnya, lebar minimal 1,20 m dan tinggi minimal 2,10 m.
4. Jendela tinggi minimal 1,00 m dari lantai.
5. Semua stop kontak dan saklar dipasang minimal 1,40 m dari lantai.
6. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan, berwarna terang
dan tahan terhadap perusakan oleh bahan kimia, kedap air, permukaan
rata dan tidak licin. Bagian yang selalu kontak dengan air harus
mempunyai kemiringan yang cukup kearah saluran pembuangan air
limbah. Antara lantai dengan dinding harus berbentuk lengkung agar
mudah dibersihkan.
7. Meja terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata dan mudah
dibersihkan dengan tinggi 0,80-1,00 m. Meja untuk instrumen elektronik
harus tahan getaran.

Fasilitas penunjang secara umum meliputi:


1. Tersedia WC pasien dan petugas yang terpisah jumlah sesuai dengan
kebutuhan.
2. Penampungan/pengolahan limbah laboratorium.
3. Keselamatan dan keamanan kerja.

4. Ventilasi: 1/3 x luas lantai atau AC 1 PK/20 m2 yang disertai dengan


sistem pertukaran udara yang cukup.
14
5. Penerangan harus cukup (1000 lux di ruang kerja, 1000-1500 lux untuk
pekerjaan yang memerlukan ketelitian dan sinar harus berasal dari kanan
belakang petugas).
6. Air bersih, mengalir, jernih, dapat menggunakan air PDAM atau air
bersih yang memenuhi syarat. Sekurang-kurangnya 20
liter/karyawan/hari.
7. Listrik harus mempunyai aliran tersendiri dengan tegangan stabil,
kapasitas harus cukup. Kualitas arus, tegangan dan frekuensi sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Keamanan dan pengamanan jaringan
instalasi listrik terjamin, harus tersedia grounding/arde. Harus tersedia
cadangan listrik (Genset, UPS) untuk mengantisipasi listrik mati.
8. Tersedia ruang makan yang terpisah dari ruang pemeriksaan
laboratorium.

15
Tabel 8. Persyaratan Minimal Bangunan dan Prasarana Laboratorium

LABORATORIUM KLINIK UMUM


No JENIS KELENGKAPAN
PRATAMA MADYA UTAMA
1. Gedung Permanen Permanen Permanen
2. Ventilasi 1/3 x Luas Lantai 1/3 x Luas Lantai 1/3 x Luas Lantai
3. Penerangan (Lampu) 5 watt/m2 5 watt/m2 5 watt/m2
4. Air mengalir, bersih 50 liter/pekerja/hari 50 liter/pekerja/hari 50 liter/pekerja/hari
5. Daya Listrik Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan
6. Tata Ruang
a. Ruang Tunggu 6 m2 9 m2 9 m2
b. Ruang Ganti Ada Ada Ada
c. Ruang 6 m2 9 m2 9 m2
pengambilan
spesimen
d. Ruang administrasi 6 m2 9 m2 9 m2
e. Ruang pemeriksaan 15 m2 30 m2 60 m2
f. Ruang sterilisasi Ada Ada Ada
g. Ruang Makan/minum Ada Ada Ada
h. WC untuk Pasien Ada Ada Ada
i. WC untuk Pegawai Ada Ada Ada
7. Tempat Sesuai Ketentuan Sesuai Ketentuan Sesuai Ketentuan
penampungan/pengolahan
sederhana limbah cair
8. Tempat Sesuai Ketentuan Sesuai Ketentuan Sesuai Ketentuan
penampungan/pengola
han sederhana limbah
Padat

16
BAB II

PENCAPAIAN SPM LABORATORIUM PATOLOGI KLINIK


RSIA PERMATA HATI TRIWULAN I 2022

Kegiatan pemantauan indikator mutu pelayanan Laboratorium Patologi Klinik di


RSIA Permata Hati Makassar dilakukan pengumpulan data setiap bulan dan dilaporkan tiap
3 bulan. Berikut indikator mutu pelayanan Laboratorium Patologi Klinik yang telah
dilakukan sebagai berikut :
II.A Kegiatan Pemantauan
1. Indikator waktu tunggu hasil pelayanan Laboratorium
a. Pengumpulan data

No. Bulan Jumlah Pasien Waktu tunggu Rerata (%)


(D) hasil ≤140 menit
(N)
1. Januari 1.120 1.120 100%
2. Februari 948 948 100%
3. Maret 636 636 100%

5. Analisa Data
Januari + Febuari + Maret = 1.120+948+636 x 100%
Total Pasien 2704
= 2704 x 100%
2704
= 100 %

1. Indikator pelaksana ekspertisi Laboratorium


Ekspertis Laboratorium RSIA Permata Hati dilakukan oleh Dokter Spesialis Patologi
Klinik ; dr.Dessy Iriana, Sp.PK
a. Pengumpulan data
Bulan Jumlah Pemeriksaan Pelaksanaan Rerata (%)
Laboratorium (N) Ekspretisi (D)
Januari 1.120 1.120 100%

Februari 948 948 100%


Maret 636 636 100%
b. Analisa Data

Januari + Febuari + Maret = 1.120+948+636 x 100%


Total Pasien 2704
= 2704 x 100%
2704
= 100 %

2. Pelaksana tidak adanya kesalahan penyerahan hasil pemeriksaan laboratorium


a. Pengumpulan data
Bulan Jumlah Seluruh Pasien Ketepatan Rerata %
diperiksa (N) penyerahan Hasil
(D)
Januari 1.120 1.120 100%
Februari 948 948 100%
Maret 636 636 100%

b. Analisa Data

Januari + Febuari + Maret = 1.120+948+636 x 100%


Total Pasien 2704
= 2704 x 100%
2704
= 100 %
3. Kepuasan Pelanggan Laboratorium
a. Pengumpulan Data
Bulan Jumlah kumulatif Jumlah pasien yang Rerata (%)
kepuasan pasien (N) disurvey
(D)
Januari 25 30 83,3 %
Februari 44 50 88 %
Maret 46 50 92 %

b. Analisa Data

Januari + Febuari + Maret = 25+ 44+46 x 100%


Total Pasien 130
= 115 x 100%
130
= 88,4 %
II.B Hasil Kegiatan
Pencapaian SPM selama triwulan I 2022 dapat dilihat pada table berikut :

No Indikator Triwulan I Rerata Standar Ket

Jenis Uraian JAN FEB MAR


Waktu tunggu
hasil dari mulai
pasien diambil
Rawat sampel sampai
Rawat Jalan Jalan Rawat Jalan
Indikator waktu dengan
poliklinik ≤ poliklinik ≤ poliklinik ≤
tunggu hasil 60 menit 60 menit 60 menit menerima hasil
1 Proses ≤140 Tercapai
pelayanan menit yang sudah
Rawat Inap ≥ Rawat Inap Rawat Inap ≥
laboratorium 60 menit ≥ 60 menit 60 menit diekpertisi ≤ 140
≤ 140 menit ≤ 140 ≤140 menit
menit
menit
(kecuali sampel
yang di kirim ke
Lab.Rujukan)

Pelaksana ekspertisi
2 Input 100% 100% 100% 100% 100% Tercapai
Laboratorium

Pelaksanaan
ketepatan
3 output penyerahan hasil 100% 100% 100% 100% 100% Tercapai
pemeriksaan
laboratorium.

Kepuasan
4 outcome pelanggan 83,3% 88% 92% 88% ≥80% Tercapai
laboratorium

Berdasarkan hasil kegiatan terhadap keempat indikator tersebut dapat


diketahui bahwa mutu pelayanan laboratorium dalam hal waktu tunggu hasil
pelayanan dengan standar ≤140 menit kimia darah dan darah rutin telah tercapai,
pelaksanaan ekspertisi laboratorium oleh Dokter Spesialis Patologi Klinik tercapai,
kemudian tidak adanya kesalahan pemberian hasil pemeriksa laboratorium tercapai
100%, dan kepuasan pelanggan terhadap pelayanan laboratorium juga tercapai dengan
rerata kepuasan 88 %.
BAB III
PENUTUP

Pelaksanaan SPM yang merupakan bagian dari unit pelayanan dasar selain sosialisasi
konsep penetapan dan petunjuk teknis pelaksanaannya yang dilakukan, juga diperlukan
pemetaan kondisi awal SPM di RSIA Permata Hati untuk menentukan penetapan target
pencapaian sasaran SPM pada tahun berjalan dan tahun berikutnya hingga memenuhi
standar capaian SPM secara baik, dan mengintegrasikan SPM tersebut ke dalam dokumen
perencanaan. Langkah-langkah tersebut merupakan suatu prasyarat agar SPM dapat
diterapkan secara utuh untuk kemudian dapat dianggarkan, dilaksanakan, dan dievaluasi
pencapaiannya.
Demikian Laporan Penerapan Percepatan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Kabupaten Kuningan Tahun 2018 ini dibuat dan dapat dijadikan acuan dalam pelaksanaan
pelayanan kepada masyarakat sehingga pelayanan prima yang kita harapkan dapat terwujud.

Anda mungkin juga menyukai