1. Telaah kritis tahapan wiraga, wirama, dan wirasa berdasarkan tahapan perkembangan anak teori
Jean Piaget.
Jean Piaget menjelaskan bahwa pendidikan merupakan penghubung antara individu yang
sedang tumbuh serta mempunyai nilai social, moral, intelektual yang harus ditingkatkan supaya
individu bisa berkembang. Piaget lebih menekankan pentingnya struktur kognitif. Ia membahas
dan menerbitkan pokok bahasan perkolasi kognitif ini dari tahun 1927 hingga 1980. Berbeda
dengan psikolog generasi sebelumnya. Piaget menegaskan bahwa pola pikir anak yang kurang
pengetahuan dan kurang matang dibanding dengan orang dewasa secara kualitatif.
Berdasarkan penelitiannya, tahap-tahap individuasi intelektual perkembangan serta
perubahan umur sangat mempengaruhi kemampuan individuasi mengamati ilmu pengetahuan.
Piaget menguraikan penjelasan struktur kognitif tentang bagaimana anak-anak mengembangkan
pemahaman mereka tentang dunia di sekitar mereka.
Referensi:
Marinda, L. (2015). Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget dan Problematikanya Pada Anak
Usia Sekolah Dasar. Pusat Studi Gender Dan Anak IAIN JEMBER, 116–152.
https://media.neliti.com/media/publications/64125-ID-perubahan-perilaku-kecerdasan-
emosional.pdf
http://lib.unnes.ac.id/34614/1/1401415202_Optimized.pdf
2. Telaah kritis tahapan wiraga, wirama, dan wirasa berdasarkan tahapan perkembangan anak teori
Albert Bandura.
Prinsip-prinsip perkembangan anak teori sosial kognitif Abert Bandura menyatakan bahwa
seorang anak mendapatkan informasi dan kemampuan dari melangsungkan pengamatan terhadap
perilaku orang lain dilingkungannya. Pengamatan boleh dilakukan dengan tidak secara langsung,
pengamatan bisa melalui cerita fiksi pada buku, film atau dari pembelajaran sosial. Sesuai dengan
teori belajar sosial Bandura, pembelajaran berlangsung selama periode waktu tertentu baik dengan
imitasi (tiruan) atau pemodelan yang bisa disebut pembelajaran tidak langsung. Artinya, anak tidak
perlu mendapat pengalaman secara langsung, anak mengamati pengalaman orang lain sebagai
pembelajaran.
Komponen kunci dari proses peniruan atau pemodelan adalah pertimbangan aktif dari
perilaku yang bersangkutan dan jumlah peniruan yang akan dilakukan. Proses peniruan saat ini
melibatkan komponen kognitif yang relevan, seperti kemampuan untuk memahami dan
mengartikulasikan apa yang telah diamati anak. Modeling melibatkan proses-proses kognitif jadi
tidak hanya meniru, tetapi menyesuaikan diri dengan tindakan orang lain dan menyimpannya
untuk digunakan di masa depan. Seorang anak biasanya menyukai model yang statusnya lebih
tinggi daripada orang lain, pribadi yang lebih berkompeten daripada orang lain dan pribadi yang
lebih kuat daripada pribadi yang lain, sehingga proses modeling ini menjadi penting karena
memberikan efek bagi pengamatnya. Anak bertindak dengan kesadaran bagian apa yang bias ditiru
atau tidak bias ditiru, maka penting bagi anak belajar dari model yang memberikan manfaat.
Implementasi teori belajar Albert Bandura adalah seseorang atau anak yang
mengungkapkan perasaan dan konsekuensi dari tindakan mereka, terlibat dalam percakapan,
membantu anak menemukan solusi baru untuk suatu masalah, mendorong anak untuk berbagi
pemikiran, membantu anak mengeksplorasi ide-ide yang saling berhubungan, dan membantu anak
meningkatkan pemahaman mereka. Dalam kaitan dengan pembelajaran, ada tiga macam model
yaitu:
1) Live model (model hidup) merupakan model yang berasal dari kehidupan nyata yang
bersumber dari kehidupan sehari-hari, seperti perilaku anak muda di rumahnya, perilaku
seorang guru, teman sebaya, atau perilaku yang terlihat setiap hari di pedesaan. Kehidupan
sehari-hari melibatkan seseorang yang mengonsumsi informasi dari jejaring social.
2) Symbolic model (model simbolik) merupakan model-model yang berasal dari gambaran
tingkah laku dalam pikiran. Misalnya dari informasi di radio, televisi, film, atau berbagai
acara lainnya. Dalam populasi generasi ini, media berfungsi sebagai model yang setara
dengan top model. Seseorang dapat belajar tentang situasi sosial yang kompleks melalui
media masa kini.
3) Verbal description model (deskripsi verbal) merupakan model yang berbentuk dalam
bahasa verbal tertentu (kata-kata), atau model yang tidak hanya tingkah laku melainkan
memberikan instruksi yang jelas. Misalnya, petunjuk atau arahan untuk melakukan
sesuatu, seperti resep yang menginstruksikan arahan tentang cara menyiapkan hidangan
tertentu. Proses peniruan model ini akan dipengaruhi oleh faktor kualitas model itu sendiri
dan kualitas individu.
Model-model yang akan ditiru ditentukan oleh tiga faktor yaitu:
a. Ciri-ciri model yaitu model yang memiliki ciri-ciri yang bersesuaian dengan individu
akan lebih mungkin ditiru dibanding dengan model yang kurang bersesuaian.
Misalnya, pakaian baju kurung akan lebih banyak dijadikan model oleh orang-orang
Islam karena banyak bersesuaian, lagu-lagu popular lebih banyak diminati oleh kaum
remaja karena bersesuaian dengan ciri-ciri remaja.
b. Nilai prestise dari pada model yaitu model yang memberikan prestise. Misalnya, para
penyanyi, bintang film, pemimpin, orang terkenal, pahlawan, pakar, para juara adalah
tokoh-tokoh yang memiliki prestise tinggi sehingga akan lebih mungkin dijadikan
sebagai model untuk ditiru. Meniru cara berpakaian seperti Lady Diana akan merasa
lebih berprestise.
c. Peringkat ganjaran intrinsik artinya kualitas rasa kepuasan yang diperoleh dengan
meniru suatu model. Misalnya menonton teelevisi akan memberikan rasa kepuasan di
samping dapat meniru modelyang ada di acara televisi. Sedangkan dari factor pribadi,
peniruan banyak tergantung pada kualitas individu. Individu yang kurang memiliki
rasa percaya diri akan lebih banyak melakukan peniruan, sedangkan individu yang
memiliki rasa percaya diri akan melakukan peniruan secara selektif. Berdasarkan
deskripsi diatas, maka kaitannya dengan pembelajarannya, guru hendaknya menjadi
tokoh model bagi peserta didik.
Proses kognitif peserta didik baiknya memberikan dukungan untuk proses belajar, dan
guru membantu siswa maju melalui proses pembelajaran. Proses pembelajaran
memiliki dampak langsung pada masyarakat; oleh karena itu, segala sesuatu yang
dilakukan selama pendidikan dan pelatihan memiliki hubungan dengan kehidupan
sosial masyarakat umum.
Menerapkan teori pendidikan Albert Bandura adalah orang atau anak yang
mengungkapkan pikiran dan perasaan mereka, terlibat dalam diskusi, membantu
mereka menemukan solusi baru untuk suatu masalah, mendorong mereka untuk
berbagi ide-ide mereka, membantu mereka mengeksplorasi ide-ide yang saling
berhubungan, dan membantu mereka meningkatkan kapasitas intelektual mereka.
Referensi:
Bandura, A. (1957). Review of case studies in childhood emotional disabilities (Vol.2) by
G.Gardner. Contemporary Psychology, 2, 14-15.
Laila, Qumruin N. 2015. Pemikiran Pendidikan Moral Albert Bandura. Jurnal. Vol 3. No.1(29).
Lesilolo, Herly Janet. (2018). Penerapan Teori Belajar Sosial Albert Bandura dalam Proses Belajar
Mengajar di Sekolah. KENOSIS. Vol. 4(2) 2018.
Yanuardianto, Elga. (2019). Teori Kognitif Sosial Albert Bandura. Jurnal Auladuna. Vol 1 (02)
2019.
3. Telaah kritis saudara mengenai tahapan wiraga, wirama, dan wirasa berdasarkan tahapan
perkembangan anak teori Erick Erickson.
Sudut pandang sosial mempengaruhi teori Erickson dengan menyebut pendekatannya
menjadi pendekatan Psikososial atau Psikohistoris. Erikson berusaha menerangkan bahwa terdapat
hubungan timbal balik antara pribadi dan kebudayaan hingga orang yang bersangkutan menjadi
dewasa. Disini terlihat bahwa lingkungan hidup seseorang dari awal sampai akhir dipengaruhi oleh
sejarah seluruh masyarakat karena perkembangan hubungan antara sesama manusia, masyarakat,
serta kebudayaan sema saling terkait. Artinya setiap orang mempunyai tanggung jawab untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang selalu diubah oleh orang atau lembaga lain agar
dianggap sebagai sumber daya yang berharga bagi pertimbangan kebudayaan yang berkelanjutan.
Erikson mencoba memahami pengaruh psikologis ego melalui berbagai organisasi sosial dalam
suatu kelompok atau kebudayaan yang bersangkutan. Ia bersedia untuk mempromosikan
kolaborasi antara kesehatan masyarakat, pendidikan, dan keadaan darurat kesejahteraan umum.
Dalam analisisnya, Erikson sampai pada kesimpulan bahwa masyarakat umum atau budaya
dapat membantu anak mengembangkan egonya dalam berbagai konteks sosial dengan
memanfaatkan mekanisme seperti biasaan mengasuh anak, struktur keluarga tertentu, atau susunan
kelembagaan. Menurut Erikson, setiap manusia mengalami beberapa jenis kesulitan selama hidup
mereka, dari lahir hingga dewasa. Perkembangan sepanjang hayat ini dihadapi dengan delapan
tahapan yang masing-masing memperoleh nilai kekuatan yang membentuk karakter positif atau
sebaliknya, mengembangkan sisi kelemahan sehingga karakter negatif yang mendominasi
pertumbuhan seseorang. Erikson menggambarkan setiap peristiwa ini sebagai krisis atau konflik
yang memiliki dasar sosial dan psikologis yang sangat berarti bagi kelangsungan perkembangan
di masa depan.
Tahap-tahap perkembangan anak menurut Erik Erikson
No. Periode Usia Deskripsi
1 Tahap I 0-2 Tahun Titik awal pembentukan kepribadian pada masa bayi atau tahun
pertama. Bayi belajar bagaimana memperlakukan orang lain
dengan hormat agar kebutuhan dan keinginan mereka terpenuhi.
Peran ibu dan orang terdekat seperti pengasuh yang dapat
menciptakan keakraban dan kepedulian dapat mengembangkan
kepercayaan dasar. Persepsi yang salah kepada diri anak tentang
lingkungannya karena dari orangtua atau pengasuh tumbuhnya
perasaan tidak percaya sehingga melihat dunia sekelilingnya
seperti tempat-tempat yang jahat. Saat ini kebutuhan primer anak
yang harus dipenuhi adalah harapan..
2 Tahap 2-3 Tahun Konflik yang dialami anak dalam tahap ini antara otonomi vs rasa
II malu serta keragu-raguan. Poin kunci yang perlu dibuat adalah
bahwa belajar harus mengubah seorang anak menjadi bebas untuk
mempertajam kemandirian. Kebutuhan tersebut dapat dipenuhi
melalui bujukan untuk melaksanakan tugas yang ada, seperti
belajar cara makan atau menggunakan tangan sendiri, berbicara,
bergerak, atau memperoleh jawaban atas pertanyaan.
3 Tahap 3-6 Tahun Anak belajar tentang bagaimana membedakan antara sumber
III daya internal dan tujuan atau sasaran. Inilah alasan mengapa anak
cenderung meremehkan potensi diri tanpa disadari. Konflik yang
terjadi baik konflik yang disengaja maupun eskalasi yang tidak
disengaja dari konflik yang sedang berlangsung. Ketika
lingkungan sosialnya lemah, maka inisiatif seorang anak juga
lemah.
4 Tahap 6-12 Konflik saat ini antara melakukan pekerjaan aktif dan tidak
IV Tahun melakukan apa-apa karena ada berbagai keterampilan yang perlu
dikembangkan. Mengukur kemampuan sendiri terhadap sesama
siswa terjadi pada saat ini. Anak belajar tentang batas-batas
interpersonal dan akademik melalui persaingan yang sehat dengan
kelompok sebayanya. Ketika anak mengenali perasaan mereka
yang sebenarnya, mereka mengalami penerimaan diri, sebaliknya,
ketika mereka menyadari kekurangan mereka, mereka mengalami
inferioritas.
5 Tahap 12-20 Anak bergerak ke lingkungan yang matang di mana identitas
V Tahun mereka, baik dalam lingkungan sosial atau di tempat kerja,
berkembang. Bisa dikatakan bahwa masa Remaja merupakan awal
dari pemerintahan sendiri sehingga anak hadir di persimpangan
masa kanak dan dewasa. Konflik utama yang terjadi adalah
identitas vs. kekaburan peran, sehingga diperlukan komitmen
yang jelas untuk membina kepribadian yang kuat agar bisa
digunakan untuk memahami diri sendiri.
6 Tahap 20-40 Munculnya konflik antara keintiman atau keakraban vs
VI Tahun keterasingan atau kesendirian, prinsip dasar yang dibutuhkan saat
ini adalah kasih. Pada saat ini, agen sosial adalah seseorang seperti
kekasih, suami, atau isteri, serta anggota kelompok yang mampu
menciptakan kelompok sosial apa pun untuk menumbuhkan
perasaan kekeluargaan dan persahabatan. Jika kebutuhan tidak
terpenuhi, akan timbul perasaan kesepian, kesepian, dan tidak
berharga.
7 Tahap 40-65 Tujuan utama setiap orang saat ini adalah untuk menjadi lebih
VII Tahun produktif dalam pekerjaan mereka, dan berhasil mendidik
keluarga serta melatih generasi penerus. Konflik utama tahap ini
yaitu antara pertumbuhan dan stagnasi, maka kekuatan yang
diperlukan adalah kepedulian. Di zaman sekarang ini, kurangnya
gerakan dapat menyebabkan stagnasi atau pertumbuhan yang
lambat.
8 Tahap 65 Tahun - Seseorang yang sudah memasuki usia lanjut mulai mengalami
VIII kematian penurunan fungsi-fungsi kesehatan. Demikian pula terkait
pengalaman masa lalu baik keberhasilan atau kegagalan menjadi
perhatiannya sehingga kebutuhannya adalah untuk dihargai.
Konflik utama tahap ini ialah integritas ego vs keputusasaan
dengan kekuatan utama yang perlu dibentuk ialah pemunculan
hikmat atau kebijaksanaan. Fungsi pengalaman hidup terutama
yang bersifat sosial, memberi makna tentang kehidupan.
Referensi:
Erikson, E. H. (1989). Identitas dan Siklus Hidup Manusia.
Marinda, L. (2015). Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget dan Problematikanya Pada Anak
Usia Sekolah Dasar. Pusat Studi Gender Dan Anak IAIN JEMBER, 116–152.
Mokalu, V. R., & Boangmanalu, C. V. J. (2021). Teori Psikososial Erik Erikson : Implikasi Bagi
Pendidikan Agama Kristen di Sekolah. VOX EDUKASI : Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan,
12, 180–192.
Oktari, S., Afriyeni, N., Purna, R. S., & Pratama, W. (2022). Gambaran Pengetahuan Orang Tua
Terkait Tahapan Perkembangan Anak Usia 0-2 Tahun. Jurnal Pendidikan Tambusi, 6, 1602–
1606.
Rerung, A. E. (2021). Menciptakan Self-Efficacy Pada Anak Usia 19-22 Tahun Dengan
Menggunakan Pola Asuh Teori Psikososial Erik Erikson Di Gereja Toraja Jemaat Sion
Lestari Klasis Wotu. Masokan : Jurnal Ilmu Sosial Dan Pendidikan, 1(2), 91–109.