Anda di halaman 1dari 28

PEMBAHASAN

TEORI KOGNITIF JEAN PIAGET

Teori perkembangan kognitif piaget adalah salah satu teori yang


menjelaskan bagaimana anak beradaptasi dengan dan menginterpretasikan objek
dan kejadian-kejadian disekitarnya. Bagaimana anak mempelajari ciri-ciri dan
fungsi dari objek-objek, seperti mainan, perabot, dan makanan, serta objek-objek
social seperti diri, orang tua dan teman.
Pada pandangan piaget (1952), kemampuan atau perkembangan kognitif
adalah hasil dari hubungan perkembangan otak dan system nervous dan
pengalaman-pengalaman yang membantu individu untuk beradaptasi dengan
lingkungannya.
Piaget (1964) berpendapat, karena manusia secara genetik sama dan
mempunyai pengalaman yang hampir sama, mereka dapat diharapkan untuk
sungguh-sungguh memperlihatkan keseragaman dalam perkembangan kognitif
mereka. Oleh karena itu, dia mengembangkan empat tahap tingkatan
perkembangan kognitif yang akan terjadi selama masa kanak-kanak sampai
remaja, yaitu sensori motor (0-2 tahun) dan praoperasional (2-7 tahun). Yang akan
kita bicarakan untuk masa kanak-kanak adalah dua tahap ini lebih dahulu,
sedangkan dua tahap yang lain, yaitu operasional konkret (7-11 tahun) dan
operasional formal (11-dewasa), akan kita bicarakan pada masa awal pubertas dan
masa remaja.
( Suparno, Paul.Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget.)
Dalam teori perkembangan kognitif Piaget, masa remaja adalah tahap
transisi dari penggunaan berpikir konkret secara operasional ke berpikir formal
secara operasional. Remaja mulai menyadari batasan-batasan pikiran mereka.
Mereka berusaha dengan konsep-konsep yang jauh dari pengalaman mereka
sendiri. Inhelder dan Piaget (1978) mengakui bahwa perubahan otak pada
pubertas mungkin diperlukan untuk kemajuan kognitif remaja.
Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif Piaget

Menurut Jean Piaget, perkembangan manusia melalui empat tahap


perkembangan kognitif dari lahir sampai dewasa. Setiap tahap ditandai dengan
munculnya kemampuan intelektual baru di mana manusia mulai mengerti dunia
yang bertambah kompleks.

Tahap-Tahap Umur Kemampuan


Sensori-motorik 0-2 tahun Menunjuk pada konsep permanensi
objek, yaitu kecakapan psikis untuk
mengerti bahwa suatu objek masih
tetap ada. Meskipun pada waktu itu
tidak tampak oleh kita dan tidak
bersangkutan dengan aktivitas pada
waktu itu. Tetapi, pada stadium ini
permanen objek belum sempurna.
Praoperasional 2-7 tahun Perkembangan kemampuan
menggunakan simbol-simbol yang
menggambarkan objek yang ada di
sekitarnya. Berpikir masih egosentris
dan berpusat.
Operasional 7-11 tahun Mampu berpikir logis. Mampu konkret
memperhatikan lebih dari satu dimensi
sekaligus dan juga dapat
menghubungkan dimensi ini satu sama
lain. Kurang egosentris. Belum bisa
berpikir abstrak.
Operasional 11tahun- Mampu berpikir abstrak dan dapat
formal dewasa menganalisis masalah secara ilmiah dan
kemudian menyelesaikan masalah.
 Periode sensorimotor

Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan
untuk mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi
refleks bawaan tersebut. Periode sensorimotor adalah periode pertama dari
empat periode. Piaget berpendapat bahwa tahapan ini menandai perkembangan
kemampuan dan pemahaman spatial penting dalam enam sub-tahapan:

1. Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu
dan berhubungan terutama dengan refleks.
2. Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai
empat bulan dan berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan-
kebiasaan.
3. Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat
sampai sembilan bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi
antara penglihatan dan pemaknaan.
4. Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia
sembilan sampai duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk
melihat objek sebagai sesuatu yang permanen walau kelihatannya berbeda
kalau dilihat dari sudut berbeda (permanensi objek).
5. Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas
sampai delapan belas bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan
cara-cara baru untuk mencapai tujuan.
6. Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan
tahapan awal kreativitas.

 Tahapan praoperasional

Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan. Dengan mengamati
urutan permainan, Piaget bisa menunjukkan bahwa setelah akhir usia dua tahun
jenis yang secara kualitatif baru dari fungsi psikologis muncul. Pemikiran
(Pra)Operasi dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan secara
mental terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang
jarang dan secara logika tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar
menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata.
Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut
pandang orang lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri,
seperti mengumpulkan semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau
mengumpulkan semua benda bulat walau warnanya berbeda-beda.

Menurut Piaget, tahapan pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor dan


muncul antara usia dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak
mengembangkan keterampilan berbahasanya. Mereka mulai merepresentasikan
benda-benda dengan kata-kata dan gambar. Bagaimanapun, mereka masih
menggunakan penalaran intuitif bukan logis. Di permulaan tahapan ini, mereka
cenderung egosentris, yaitu, mereka tidak dapat memahami tempatnya di dunia
dan bagaimana hal tersebut berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan
memahami bagaimana perasaan dari orang di sekitarnya. Tetapi seiring
pendewasaan, kemampuan untuk memahami perspektif orang lain semakin baik.
Anak memiliki pikiran yang sangat imajinatif di saat ini dan menganggap setiap
benda yang tidak hidup pun memiliki perasaan.

 Tahapan operasional konkrit

Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia enam
sampai duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang
memadai. Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:

Pengurutan—kemampuan untuk mengurutkan objek menurut ukuran, bentuk,


atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat
mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil.

Klasifikasi—kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian


benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan
bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam
rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme
(anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan)

Decentering—anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu


permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh, anak tidak akan lagi
menganggap bahwa cangkir yang pendek tapi lebar memiliki isi lebih sedikit
dibanding cangkir yang tinggi tapi ramping.

Reversibility—anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat


diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat
menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah
sebelumnya.

Konservasi—memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda


adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-
benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya
sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya
berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi cangkir lain.

Penghilangan sifat Egosentrisme—kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut


pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah).
Sebagai contoh, tunjukkan komik yang memperlihatkan Siti menyimpan boneka
di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian Ujang memindahkan
boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru Siti kembali ke ruangan. Anak dalam
tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Siti akan tetap menganggap boneka
itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan
ke dalam laci oleh Ujang.

 Tahapan operasional formal

Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam


teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas)
dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya
kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik
kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat
memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat segala
sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada "gradasi abu-abu" di
antaranya. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat
terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa
secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan
perkembangan sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan
sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan berpikir sebagai
seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran dari tahap operasional konkrit.
( sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Teori_perkembangan_kognitif )

Informasi umum mengenai tahapan-tahapan

Keempat tahapan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:


1. Walau tahapan-tahapan itu bisa dicapai dalam usia bervariasi tetapi urutannya
selalu sama. Tidak ada ada tahapan yang diloncati dan tidak ada urutan yang
mundur.
2. Universal (tidak terkait budaya)
3. Bisa digeneralisasi: representasi dan logika dari operasi yang ada dalam diri
seseorang berlaku juga pada semua konsep dan isi pengetahuan
Tahapan-tahapan tersebut berupa keseluruhan yang terorganisasi secara
logis. Urutan tahapan bersifat hirarkis (setiap tahapan mencakup elemen-elemen
dari tahapan sebelumnya, tapi lebih terdiferensiasi dan terintegrasi)
Tahapan merepresentasikan perbedaan secara kualitatif dalam model berpikir,
bukan hanya perbedaan kuantitatif.
Menurut Piaget, perkembangan masing-masing tahap tersebut merupakan
hasil perbaikan dari perkembangan tahap sebelumnya. Setiap individu akan
melewati serangkaian perubahan kualitatif yang bersifat invarian, selalu tetap,
tidak melompat atau mundur. Perubahan ini terjadi karena tekanan biologis untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan serta adanya pengorganisasian struktur
berpikir.

Struktur yang Mendasari Pola-pola Tingkah Laku yang Terorganisir.

1. Skema (struktur kognitif)


Adalah proses atau cara mengorganisir dan merespons berbagai
pengalaman. Atau suatu pola sistematis dari tindakan, perilaku, pikiran, dan
strategi pemecahan masalah yang memberikan suatu kerangka pemikiran dalam
menghadapi berbagai tantangan dan jenis situasi.
Contoh : Gerakan refleks menghisap pada bayi, ada gerakan otot pada pipi
dan bibir yang menimbulkan gerakan menghisap.
2. Adaptasi (struktur fungsional)
Piaget menggunakan istilah ini untuk menunjukkan pentingnya pola
hubungan individu dengan lingkungannya dalam proses perkembangan kognitif.
Piaget yakin bahwa bayi manusia ketika dilahirkan telah dilengkapi dengan
kebutuhan-kebutuhan dan juga kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.
Menurut Piaget, ada dua proses adaptasi yaitu :
a) Asimilasi
Integrasi antara elemen-elemen eksternal (dari luar) terhadap struktur yang
sudah lengkap pada organism. Asimilasi terjadi ketika individu menggunakan
informasi baru ke dalam pengetahuan mendalam yang sudah ada.
Contoh : Seorang bayi yang menghisap puting susu ibunya atau dot botol
susu, akan melakukan tindakan yang sama (menghisap) terhadap semua objek
baru.
b) Akomodasi
Menciptakan langkah baru atau memperbarui atau menggabung-
gabungkan istilah lama untuk menghadapi tantangan baru. Akomodasi kognitif
berarti mengubah struktur kognitif yang telah dimiliki sebelumnya untuk
disesuaikan dengan objek stimulus eksternal.
Contoh : bayi melakukan tindakan yang sama terhadap ibu jarinya, yaitu
menghisap. Ini berarti bahwa bayi telah mengubah puting susu ibu menjadi ibu
jari.

PERKEMBANGAN KOGNITIF

Pengertian Kognitif

Secara umum kognitif diartikan potensi intelektual yang terdiri dari tahapan :
pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan (aplication),
analisa (analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation). Kognitif berarti
persoalan yang menyangkut kemampuan untuk mengembangkan kemampuan
rasional (akal).
Teori kognitif lebih menekank an bagaimana proses atau upaya untuk
mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh orang lain.

( Sumber https://papierppeint.wordpress.com/2012/08/17/pengertian-kognitif/

Hubungan Kognitif dengan Tingkah laku dan Hasil Belajar

Sebelum menguraikan hubungan kognitif dengan tingkah laku dan hasil


belajar, kami akan mengemukakan beberapa manfaat bagi guru dan calon guru
yang memahami perkembangan kognitif siswa, antara lain :
(1) Guru dapat memberikan bantuan dan bimbingan yang tepat kepada siswa sesuai
dengan tingkat perkembangannya..
(2) Guru dapat mengantisipasi kemungkinan timbulnya kesulitan belajar siswa, lalu
mengambil langkah untuk menanggulanginya.
(3) Guru dapat mempertibangkan waktu yang tepat untuk memulai proses belajar
mengajar bidang studi tertentu.
Perkembangan kognitif pada seorang individu berpusat pada otak, dalam
perspektif psikologi kognitif otak adalah sumber sekaligus pengendali ranah-ranah
kejiwaan seperti ranah afektif (rasa), dan ranah psikomotor (karsa). Tanpa ranah
kognitif, sulit dibayangkan seorang siswa dapat berfikir. Selanjutnya, tanpa
berfikir mustahil siswa tersebut dapat memahami faedah materi-materi yang
disajikan guru kepadanya. Akan tetapi fungsi afektif dan psikomotor pun
dibutuhkan oleh siswa, sebagai pendukung dari fungsi kognitif.
Dapat kita pahami dari uraian diatas bahwa hubungan kognitif dengan
hasil belajar sangat berparan penting, karena tanpa adanya fungsi kognitif pada
siswa ia tidak akan mampu untuk memahami apa yang disampaikan guru,
sehingga hasil belajarnya pun akan kurang maksimal. Bagaimana ia bisa
memperoleh hasil yang baik jika materi yang disampaikan guru pun tidak ia
pahami.
Hubungan perkembangan kognitif juga sangat berpengaruh pada pola
tingkah laku anak. Pada tahap sensorimotor, perkembangan mental ditandai
dengan kemajuan kemampuan bayi untuk mengorganisasikan dan
mengkoordinasikan sensasi melalui gerakan-gerakan dan tindakan-tindakan fisik.
Anak usia sekitar 2 tahun, pola sensori motorik nya semakin kompleks dan mulai
mengadopsi suatu sistem simbol yang primitif.
Pada tahap praoperasional (2-7 tahun ), konsep yang stabil dibentuk,
penalaran mental muncul, egoisentrisnya mulai kuat. Pada tahap ini pola pikir
anak terbagi 2 : Prakonseptual (2-4 th), dan Pemikiran Intuitif (4-7 th). Tahap
selanjutnya Concrete Operarational, anak usia 7-11 th lebih banyak meluangkan
waktunya (lebih dari 40 %) untuk berinteraksi dengan teman sebayanya.
Pada tahap Formal Operational, anak sudah memasuki masa remaja, disini
fungsi kognitif telah mencapai aktivitas kognitif tingkat tinggi, seperti
kemampuan merumuskan perencanaan strategis atau kemampuan mengambil
keputusan.
Dapat kami simpulkan pula bahwa perkembangan kognitif anak berperan
penting dalam tingkah laku dan hasil belajar seorang anak. Pola pikir dan tingkah
laku anak seperti yang diuraikan diatas merupakan hasil dari fungsi kognitif anak.
Karakteristik Perkembangan Kognitif

Perkembangan kognitif pada anak dapat dibedakan menjadi 2 :


a. Anak-anak ( usia Sekolah Dasar)
Pada anak sekitar usia Sekolah Dasar, aktivitas mental anak terfokus
pada objek yang nyata atau pada berbagai kejadian yang pernah dialaminya. Ini
bararti bahwa anak usia sekolah dasar sudah memiliki kemampuan berpikir
melalui urutan sebab-akibat.
Dalam memahami alam sekitarnya, mereka tidak lagi mengandalkan
informasi yang bersumber dari pancaidranya, karena mereka mulai memiliki
kemamapuan untuk membedakan apa yamg tampak oleh mata dengan kenyataan
yang sesungguhnya. Menurut Piaget, anak pada masa ini telah mampu menyadari
konservasi (kemampuan anak untuk berhubungan dengan aspek yang berbeda),
karena anak telah mengembangkan tiga macam proses, yaitu : Negasi (Negation),
Hubungan timbal balik (Resipsokasi), dan Identitas.
b. Remaja (SMP dan SMA)
Secara umum, karakteristik perkembangan usia remaja ditandai dengan
kemampuan berpikir secara abstrak dan hipotesis, sehingga ia mampu memikirkan
sesuatu yang akan atau mungkin terjadi, sesuatu yang abstrak. Remaja dapat
mangintegrasikan apa yang telah mereka pelajari dengan tatantngan di masa
mendatang dan membuat rencana untuk masa depan. Mereka juga sudah mampu
berpikir secara sistematk, mampu berpikir dalam kerangka apa yang mungkin
terjadi, bukan hanya apa yang terjadi.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif

Perkembangan kognitif pada seorang anak tidak serta merta tumbuh begitu
saja. Hal ini berarti bahwa setiap manusia (anak) memiliki karakteristik yang
berbeda-beda. Perkembangan kognitif pada anak memang tidak dapat dikatakan
sama dari anak yang satu dengan anak yang lain. Perbedaan perkembangan ini
tidak lepas dari beberapa faktor. Terdapat 4 faktor yang mempengaruhi
perkembangan kognitif pada diri seorang anak.

1. Perkembangan organik dan kematangan sistem syaraf.


Hal ini erat kaitannya dengan pertumbuhan fisik dan perkembangan organ
tubuh anak itu sendiri. Seorang anak yang memiliki kelainan fisik belum tentu
mengalami perkembangan kognitif yang lambat. Begitu juga sebaliknya, seorang
anak yang pertumbuhan fisiknya sempurna bukan merupakan jaminan pula
perkembangan kognitifnya cepat. Sistem syaraf dalam diri anak turut
mempengaruhi proses perkembangan kognitif anak itu sendiri. Bila syaraf dalam
otaknya terdapat gangguan tentu saja perkembangan kognitifnya tidak seperti
anak-anak pada umumnya (dalam hal ini anak dalam kondisi normal), bisa jadi
perkembangannya cepat tetapi bisa juga sebaliknya.

2. Latihan dan Pengalaman


Hal ini berkaitan dengan pengembangan diri anak melalui serangkaian latihan-
latihan dan pengalaman yang diperolehnya. Perkembangan kognitif seorang anak
sangat dipengaruhi oleh latihan-latihan dan pengalaman.

3. Interaksi Sosial
Perkembangan kognitif anak juga dipengaruhi oleh hubungan anak terhadap
lingkungan sekitarnya, terutama situasi sosialnya, baik itu interaksi antara teman
sebaya maupun orang - orang terdekatnya.

4. Ekuilibrasi
Ekuilibrasi merupakan proses terjadinya keseimbangan yang mengacu pada
keempat tahap perkembangan kognitif menurut Jean Piaget. Keseimbangan
tahapan yang dilalui si anak tentu menjadi faktor penentu bagi perkembangan
kognitif anak itu sendiri.
Perbedaan Individual dalam Perkembangan Kognitif

Individu memiliki potensi yang dapat menyebabkan perbedaan dalam


perkembangan berpikir mereka. Berkembang atau tidaknya potensi tersebut
tergantung pada lingkungan. Ini berarti bahwa anak akan mempunyai
kemampuan berpikir normal, di atas normal atau di bawah normal sangat
tergantung pada lingkungan.
Manusia memiliki perbedaan satu sama lain dalam berbagai aspek, antara
lain dalam bakat, minat, kepribadian, keadaan jasmani, keadaan sosial dan juga
inteligensinya. Perbedaan itu akan tampak jika diamati dalam proses belajar
mengajar di dalam kelas. Ada peserta didik yang cepat, ada yang lambat dan ada
pula yang sedang dalam penguasaan materi pelajaran. Ada siswa yang tingkah
lakunya baik dan ada pula siswa yang kurang baik.
Perbedaan individu dalam perkembangan kognisi menunjuk kepada
perbedaan dalam kemampuan dan kecepatan belajar. Perbedaan-perbedaan
individual peserta didik akan tercermin pada sifat-sifat atau ciri-ciri mereka dalam
kemampuan, keterampilan, sikap dan kebiasaan belajar, serta kualitas proses dan
hasil belajar baik dari segi ranah kognitif, afektif dan psikomotor.

Membantu Perkembangan Kognitif dan Implikasinya dalam Pendidikan.


Sosok yang sangat berperan penting untuk mengembangkan fungsi kognitif
anak terutama dalam belajar adalah seorang guru. Guru dapat melakukuan
beberapa hal yang dapat membantu siswa untuk memahami pelajaran. Berikut
adalah beberapa praktek yang dapat fungsi kognitif siswa dalam mengingat,
memahami, dan meneapkan informasi / pengetahuan.

1. Membuat pembelajaran relevan dan mengaktifkan pengetahuan sebelumnya.


Penggunaan organisator awal (analogi, elaborasi) dengan siswa dapat membantu
mengaktifkan pengetahuan mereka taerdahulu.
2. Mengorganisasikan informasi.
Materi yang diorganisasikan dengan baik, akan lebih mudah dipelajari dan diingat
daripada materi yang kurang terorganisir. Contohnya, kelompok masalah yang
spesifik dikelompokan dibawah masalah yang lebih umum.
3. Menggunakan tekhnik bertanya.
Penyajian pertanyaan sebelum pengenalan bahan pengajaran dapat membantu
siswa mempelajari bahan yag terkait dengan pengajaran tersebut.
4. Menggunakan model konseptual.
Salah saatu contoh dari model konseptual adalah diagram yang memperlihatkan
unsur-unsur informasi atau pengetahuan.

`Beberapa hal diatas dapat di aplikasikan oleh para guru dalam rangka
membantu fungsi kognitif siswa. Setelah diaplikasikan maka akan timbul
implikasinya dalam pembelajaran, yaitu siswa menjadi lebih mudah dalam
memproses informasi/pengetahuan yang akan mereka dapatkan, sehingga hal
inijuga berdampak pada hasil belajr mereka

Pembelajaran Fisika
Pendidikan sains menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi agar siswa dapat menjelajahi dan memahami alam
sekitar secara ilmiah (McDermott : 1996). Pendidikan sains diarahkan untuk
“mencari tahu” dan “berbuat” sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh
pengalaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar (Munaf : 2001). Oleh
karena itu, pendekatan yang diterapkan dalam menyajikan pembelajaran sains
adalah memadukan antara pengalaman proses sains dan pemahaman produk sains
dalam bentuk hands-on activity (Depdiknas : 2006).
Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains terdiri atas tiga
komponen, yaitu produk, proses, dan sikap ilmiah. Jadi tidak hanya terdiri atas
kumpulan pengetahuan atau fakta yang dihafal, namun juga merupakan kegiatan
atau proses aktif menggunakan pikiran dalam mempelajari rahasia gejala alam
(Holil : 2009).
Sejalan dengan pernyataan tersebut, berdasarkan KTSP (Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Fisika berkaitan
dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan
hanya merupakan penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,
konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses
penemuan. Siswa lebih ditekankan dapat mempelajari sendiri fakta-fakta, konsep-
konsep, atau prinsip-prinsip dengan pemberian pengalaman belajar secara
langsung (Depdiknas : 2006).

Aplikasi Teori Perkembangan Kognitif Piaget dalam Pembelajaran Fisika

1. Pendekatan terpusat pada anak


Menurut Piaget bahwa pada hakekatnya jalan pikiran anak berbeda dengan
orang dewasa, baik dalam pendekatannya terhadap realitas maupun cara
pandangnya terhadap dunia sekitar. Guru harus menyadari hal ini dan harus
mengobservasi anak dengan cermat.
2. Aktifitas
Untuk mempelajari sesuatu , anak membutuhkan kesempatan untuk
mengamati objek yang dipelajarinya. Menurut Piaget, bagi individu berapapun
umurnya, proses belajar yang paling baik di dapatkan dari aktifitas yang
merupakan inisiatif sendiri , sangat baik implikasinya dalam dunia pendidikan.
Piaget menekankan perlunya aktifitas tersebut baik fisik maupun mental. Oleh
karena itu tugas guru adalah mendorong agar anak didiknya dapat beraktifitas.
3. Belajar secara individual
Menurut Piaget, struktur kognitif anak yang berinteraksi dengan
pengalaman baru akan menimbulkan minat yang menstimulasi perkembangan
kognitif lebih lanjut. Oleh karena itu guru hendaknya dapat mengkordinasikan
antara individu dan kelompok. Sesungguhnya yang dibutuhkan oleh siswa
adalah kesempatan untuk belajar dalam lingkungan yang kaya, yang secara
potensial mengandung elemen- elemen yang menarik yang dapat mendukung
proses pembelajaran.
4. Interaksi Sosial
Faktor lain yang mempengaruhi perkembangan adalah pengalaman sosial
atau interaksi dengan orang lain. Interaksi sosial akan mengarahkan anak pada
penyusunan argumentasi dan diskusi sehingga cara pandang anak dipertanyakan
kebenarannya dan anak harus mempertahankan dan membuktikan kebenaran cara
pendang tersebut.
Berikut contoh aplikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran
fisika siswa SMA kelas X pada pokok bahasan Karakteristik Gerak. (silahkan
hubungi admin untuk artikel lebih lanjut)

http://fansfisika.blogspot.co.id/2010/10/aplikasi-teori-perkembangan-piaget.html
KESIMPULAN

Pada pandangan piaget (1952), kemampuan atau perkembangan kognitif adalah


hasil dari hubungan perkembangan otak dan system nervous dan pengalaman-
pengalaman yang membantu individu untuk beradaptasi dengan lingkungannya.

Secara umum kognitif diartikan potensi intelektual yang terdiri dari tahapan :
pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan (aplication),
analisa (analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation). Kognitif berarti
persoalan yang menyangkut kemampuan untuk mengembangkan kemampuan
rasional (akal).

Tahap perkembangan kognitif ada 4, antara lain :


1. Tahap Sensory Motor ( berkisar antara usia sejak lahir sampai 2 tahun)
2. Tahap Pre-0perational (berkisar antara 2-7 tahun)
3. Tahap Concrete Operarational (berkisar antara 7-11 tahun)
4. Tahap Formal Operational (berkisar antara 11-15 tahun)
Fungsi kognitif berpusat pada otak, hubungan kognitif dengan hasil belajar
sangat berparan penting, karena tanpa adanya fungsi kognitif pada siswa ia tidak
akan mampu untuk memahami apa yang disampaikan guru, sehingga hasil
belajarnya pun akan kurang maksimal. Bagaimana ia bisa memperoleh hasil yang
baik jika materi yang disampaikan guru pun tidak ia pahami.
Terdapat 4 faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif pada diri seorang
anak.
1. Perkembangan organik dan kematangan sistem syaraf.
2. Latihan dan Pengalaman
3. Interaksi Sosial
4. Ekuilibrasi

Beberapa hal yang dapat membantu perkembangan kognitif:


1. Membuat pembelajaran relevan dan mengaktifkan pengetahuan sebelumnya.
2. Mengorganisasikan informasi.
3. Menggunakan tekhnik bertanya.
4. Menggunakan model konseptual.

Aplikasi Teori Perkembangan Kognitif Piaget dalam Pembelajaran Fisika

1. Pendekatan terpusat pada anak


2. Aktifitas
3. Belajar secara individual
4. Interaksi Sosial
Informasi umum mengenai tahapan-tahapan
Keempat tahapan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Walau tahapan-tahapan itu bisa dicapai dalam usia bervariasi tetapi urutannya
selalu sama. Tidak ada ada tahapan yang diloncati dan tidak ada urutan yang
mundur.
2. Universal (tidak terkait budaya)
3. Bisa digeneralisasi: representasi dan logika dari operasi yang ada dalam diri
seseorang berlaku juga pada semua konsep dan isi pengetahuan
Tahapan-tahapan tersebut berupa keseluruhan yang terorganisasi
secara logis
Urutan tahapan bersifat hirarkis (setiap tahapan mencakup elemen-elemen dari
tahapan sebelumnya, tapi lebih terdiferensiasi dan terintegrasi)
Tahapan merepresentasikan perbedaan secara kualitatif dalam model berpikir,
bukan hanya perbedaan kuantitatif.
Menurut Piaget, perkembangan masing-masing tahap tersebut merupakan
hasil perbaikan dari perkembangan tahap sebelumnya. Setiap individu akan
melewati serangkaian perubahan kualitatif yang bersifat invarian, selalu tetap,
tidak melompat atau mundur. Perubahan ini terjadi karena tekanan biologis untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan serta adanya pengorganisasian struktur
berpikir.
Teori Perkembangan Kognitif Piaget

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
“Pengetahuan itu bukanlah salinan dari obyek dan juga bukan berbentuk kesadaran
apriori yang sudah ditetapkan di dalam diri subyek, ia bentukan perseptual, oleh
pertukaran antara organisme dan lingkungan dari sudut tinjauan biologi dan antara
fikiran dan obyeknya menurut tinjauan kognitif.” Piaget, dalam Bringuier, 1980, hlm.
110.
Teori Jean Piaget tentang perkembangan kognitif memberikan batasan kembali tentang
kecerdasan, pengetahuan dan hubungan anak didik dengan lingkungannya. Kecerdasan
merupakan proses yang berkesinambungan yang membentuk struktur yang diperlukan
dalam interaksi terus menerus dengan lingkungan. Struktur yang dibentuk oleh
kecerdasan, pengetahuan sangat subjektif waktu masih bayi dan masa kanak – kanak
awal dan menjadi objektif dalam masa dewasa awal.
Perkembangan cara berfikir yang berlainan dari masa bayi sampai usia dewasa meliputi
tindakan dari bayi, pra operasi, operasi kongkrit dan opersai formal. Proses dibentuknya
setiap struktur yang lebih kompleks ini adalah asimilasi dan akomodasi, yang diatur oleh
ekuilibrasi.
Piaget juga memberikan proses pembentukan pengetahuan dari pandangan yang lain, ia
menguraikan pengalaman fisik atau pengetahuan eksogen, yang merupakan abstraksi
dari ciri – ciri dari obyek, pengalaman logis matematis atau pengetahuan endogen
disusun melalui reorganisasi proses pemikiran anak didik . Sruktur tindakan, operasi
kongkrit dan operasai formal dibangun dengan jalan logis – matematis.
Sumbangan bagi praktek pendidikan untuk karya – karya Piaget mengenali pengetahuan
yang disosialisasikan dari sudut pandangan anak. Implementasi kurikulum menjadi pelik
oleh kenyataan bahwa teorinya tidak memasukan hubungan antara berfikir logis dan
pelajaran – pelajaran pokok seperti membaca dan menulis.
B. Rumusan Makalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diuraikan pembahasannya sebagai
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari kognitif itu?
2. Bagaimana perkembanagan kognitif itu?
3. Bagaimana teori perkembangan Piaget?
4. Bagaimana implementasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran?

C. Tujuan
Setelah dirumuskan masalah tersebut maka pembuatan makalah ini bertujuan untuk:
1. Menjelaskan pengertian dari kognitif.
2. Menjelaskan perkembangan kognitif.
3. Menjelaskan tentang teori perkembangan Piaget.
4. Menjelaskan implementasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran.

BAB II
TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET

A. Pengertian Kognitif
Kognitif adalah salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan. Secara umum kognitif
diartikan potensi intelektual yang terdiri dari tahapan : pengetahuan (knowledge),
pemahaman (comprehention), penerapan (aplication), analisa (analysis), sintesa
(sinthesis), evaluasi (evaluation). Kognitif berarti persoalan yang menyangkut
kemampuan untuk mengembangkan kemampuan rasional (akal).
Teori kognitif lebih menekankan bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan
kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh orang lain. Oleh sebab itu kognitif berbeda
dengan teori behavioristik, yang lebih menekankan pada aspek kemampuan perilaku
yang diwujudkan dengan cara kemampuan merespons terhadap stimulus yang datang
kepada dirinya.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata kognitif. Dari aspek tenaga
pendidik misalnya. Seorang guru diharuskan memiliki kompetensi bidang kognitif.
Artinya seorang guru harus memiliki kemampuan intelektual, seperti penguasaan materi
pelajaran, pengetahuan mengenai cara mengajar, pengetahuan cara menilai siswa dan
sebagainya
.
B. Perkembangan Kognitif
Teori perkembangan kognitif Piaget adalah salah satu teori yang menjelasakan
bagaimana anak beradaptasi dengan dan menginterpretasikan objek dan kejadian-
kejadian sekitarnya. Bagaimana anak mempelajari ciri-ciri dan fungsi dari objek-objek
seperti mainan, perabot, dan makanan serta objek-objek sosial seperti diri, orangtua dan
teman. Bagaimana cara anak mengelompokan objek-objek untuk mengetahui
persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaannya, untuk memahami penyebab
terjadinya perubahan dalam objek-objek dan perisiwa-peristiwa dan untuk membentuk
perkiraan tentang objek dan peristiwa tersebut.
Piaget memandang bahwa anak memainkan peran aktif dalam menyusun
pengetahuannya mengenai realitas. Anak tidak pasif menerima informasi. Walaupun
proses berfikir dalam konsepsi anak mengenai realitas telah dimodifikasi oleh
pengalaman dengan dunia sekitarnya, namun anak juga berperan aktif dalam
menginterpretasikan informasi yang ia peroleh melalui pengalaman, serta dalam
mengadaptasikannya pada pengetahuan dan konsepsi mengenai dunia yang telah ia
punya.
Piaget percaya bahawa pemikiran anak-anak berkembang menurut tahap-tahap atau
priode-periode yang terus bertambah kompleks. Menurut teori tahapan Piaget, setiap
individu akan melewati serangkaian perubahan kualitatif yang bersifat invariant, selalu
tetap, tidak melompat atau mundur. Perubahan kualitatif ini terjadi karena tekanan
biologis untuk menyesuaikan diri dengan lingkunagn serta adanya pengorganisasian
struktur berfikir. Sebagai seorang yang memperoleh pendidikan dasar dalam bidang
eksakta, yaitu biologis, maka pendekatan dan uraian dari teorinya terpengaruh aspek
biologi.
Teori Piaget merupakan akar revolusi kognitif saat ini yang menekankan pada proses
mental. Piaget mengambil perspektif organismik, yang memandang perkembangan
kognitif sebagai produk usaha anak untuk memahami dan bertindak dalam dunia
mereka. Menurut Piaget, bahwa perkembangan kognitif dimulai dengan kemampuan
bawaan untuk beradaptasi dengan lingkungan. Dengan kemampuan bawaan yang
bersifat biologis itu, Piaget mengamati bayi-bayi mewarisi reflek-reflek seperti reflek
menghisap. Reflek ini sangat penting dalam bulan-bulan pertama kehidupan mereka,
namun semakin berkurang signifikansinya pada perkembangan selanjutnya.
Pertumbuhan atau perkembangan kognitif terjadi melalui tiga proses yang saling
berhubungan, yaitu:
1. Organisasi.
Merupakan istilah yang digunakan Piaget untuk mengintegrasikan pengetahuan kedalam
system-sistem. Dengan kata lain, organisasi adalah system pengetahuan atau cara
berfikir yang disertai dengan pencitraan realitas yang semakin akurat.
Contoh: anak laki-laki yang baru berumur 4 bulan mampu untuk menatap dan
menggenggam objek. Setelah itu dia berusaha mengkombunasikan dua kegiatan ini
(menatap dan menggenggam) dengan menggenggam objek-objek yang dilihatnya.
Dalam sistem kognitif, organisasi memiliki kecenderungan untuk membuat struktur
kognitif menjadi semakin komplek. Struktur-struktur kognitif disebut skema. Skema
adalah pola prilaku terorganisir yang digunakan seseorang untuk memikirkan dan
melakukan tindakan dalam situasi tertentu. Contoh: gerakan reflek menyedot pada bayi
yaitu gerakan otot pada pipi dan bibir yang menimbulkan gerakan menarik.
2. Adaptasi.
Merupakan cara anak untuk memperlakukan informasi baru dengan
mempertimbangkan apa yang telah mereka ketahui. Adaptasi ini dilakukan dengan dua
langkah, yaitu:
a. Asimilasi
Merupakan istilah yang digunakan Piaget untuk merujuk pada peleburan informasi baru
kedalam struktur kognitif yang sudah ada. Seorang individu dikatakan melakukan proses
adaptasi melalui asimilasi, jika individu tersebut menggabungkan informasi baru yag dia
terima kedalam pengetahuan mereka yang telah ada.
Contoh asimilasi kognitif: seorang anak yang diperlihatkan segi tiga sama sisi, kemudian
setelah itu diperlihatkan segitiga yang lain yaitu siku-siku. Asimilasi terjadi jika si anak
menjawab bahwa segitiga siku-siku yang diperlihatkan adalah segitiga sama sisi.
b. Akomodasi
Merupakan istilah yang digunakan Piaget untuk merujuk pada perubahan yang terjadi
pada sebuah struktur kognitif dalam rangka menampung informasi baru. Jadi, dikatakan
akomodasi jika individu menyesuaikan diri dengan informasi baru. Melalui akomodasi
ini, struktur kognitif yang sudah ada dalam diri seseorang mengalami perubahan sesuai
dengan rangsangan-rangsangan dari objeknya.
Contoh: si anak bisa menjawab segitiga siku-siku pada segitiga yang diperlihatkan kedua.
c. Ekuilibrasi
Yaitu istilah yang merujuk pada kecenderungan untuk mencari keseimbangan pada
elemen-elemen kognisi. Ekuilibrasi diartikan sebagai kemampuan yang mengatur dalam
diri individu agar ia mampu mempertahankan keseimbangan dan menyesuaikan diri
terhadap lingkungannya. Agar terjadi ekuilibrasi antara diri dengan lingkungan, maka
peristiwa asimilasi dan akomodasi harus terjadi secara terpadu, bersama-sama dan
komplementer.
Contoh: bayi yang biasanya mendapat susu dari payudara ibu ataupun botol, kemudian
diberi susu dengan gelas tertutup (untuk latihan minum dari gelas). Ketika bayi
menemukan bahwa menyedot air gelas membutuhkan gerakan mulut dan lidah yang
berbeda dari yang biasa dilakukannya saat menyusu dari ibunya, maka si bayi akan
mengakomodasi hal itu dengan akomodasi skema lama. Dengan melakukan hal itu,
maka si bayi telah melakukan adaptasi terhadap skema menghisap yang ia miliki dalam
situasi baru yaitu gelas. Dengan demikian asimilasi dan akomodasi bekerjasama untuk
menghasilkan ekuilibrium dan pertumbuhan.

C. Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif


Menurut Piaget, pikiran anak-anak dibentuk bukan oleh ajaran orang dewasa atau
pengaruh lingkungan lainnya. Anak-anak memang harus berinteraksi dengan lingkungan
untuk berkembang, namun merekalah yang membangun struktur-struktur kognitif baru
dalam dirinya. Piaget juga yakin bahwa individu melalui empat tahap dalam memahami
dunia. Masing-masing tahap terkait dengan usia dan terdiri dari cara berfikir yang
khas/berbeda.
Tahapan perkembangan kognitif menurut Piaget adalah sebagai berikut:
1. Tahap Sensori Motor.
Tahap ini merupakan tahap pertama. Tahap ini dimulai sejak lahir sampai usia 2 tahun.
Pada tahap ini, bayi membangun suatu pemahaman tentang dunia dengan
mengkoordinasikan pengalaman-pengalaman sensor (seperti melihat dan mendengar)
dengan tindakan-tindakan fisik.
Dengan berfungsinya alat-alat indera serta kemampuan kemampuan-kemampuan
melakukan gerak motorik dalam bentuk refleks ini, maka seorang bayi berada dalam
keadaan siap untuk mengadakan hubungan dengan dunianya.
Piaget membagi tahap sensori motor ini kedalam 6 periode, yaitu:
a. Periode 1: Penggunaan Refleks-Refleks (Usia 0-1 bulan)
Refleks yang paling jelas pada periode ini adalah refleks menghisap (bayi otomatis
menghisap kapanpun bibir mereka disentuh) dan refleks mengarahkan kepala pada
sumber rangsangan secara lebih tepat dan terarah. Misalnya jika pipi kanannya
disentuh, maka ia akan menggerakkan kepala kearah kanan.
b. Periode 2: Reaksi Sirkuler Primer (Usia 1-4 bulan)
Reaksi ini terjadi ketika bayi menghadapi sebuah pengalaman baru dan berusaha
mengulanginya. Contoh: menghisap jempol.
Pada contoh menghisap jempol, bayi mulai mengkoordinasikan 1). Gerakan motorik dari
tangannya dan 2). Penggunaan fungsi penglihatan untuk melihat jempol.
c. Periode 3: Reaksi Sirkuler sekunder (Usia 4-10 bulan)
Reaksi sirkuler primer terjadi karena melibatkan koordinasi bagian-bagian tubuh bayi
sendiri, sedangkan reaksi sirkuler sekunder terjadi ketika bayi menemukan dan
menghasilkan kembali peristiwa menarik diluar dirinya.
d. Periode 4: Koordinasi skema-skema skunder (Usia 10-12 bulan)
Pada periode ini bayi belajar untuk mengkoordinasikan dua skema terpisah untuk
mendapatkan hasil. Contoh: suatu hari Laurent (anak Piaget) ingin memeluk kotak
mainan, namun Piaget menaruh tangannya ditengah jala. Pada awalnya Laurent
mengabaikan tangan ayahnya. Dia berusaha menerobos atau berputar mengelilinginya
tanpa menggeser tangan ayahnya. Ketika Piaget tetap menaruh tangannya untuk
menghalangi anaknya, Laurent terpaksa memukul kotak mainan itu sambil melambaikan
tangan, mengguncang tubuhnya sendiri dan mengibaskan kepalanya dari satu sisi ke sisi
lain. Akhirnya setelah beberapa hari mencoba, Laurent berhasil menggerakkan perintang
dengan mengibaskan tangan ayahnya dari jalan sebelum memeluk kotak mainan. Dalam
kasus ini, Laurent berhasil mengkoordinasikan dua skema terpisah yaitu: 1).
Mengibaskan perintang 2). Memeluk kotak mainan.
e. Periode 5: Reaksi Sirkuler Tersier (Usia 12-18 bulan)
Pada periode 4, bayi memisahkan dua tindakan untuk mencapai satu hasil tunggal. Pada
periode 5 ini bayi bereksperimen dengan tindakan-tindakan yang berbeda untuk
mengamati hasil yang berbeda-beda. Contoh: Suatu hari Laurent tertarik dengan meja
yang baru dibeli Piaget. Dia memukulnya dengan telapak tangannya beberapa kali.
Kadang keras dan kadang lembut untuk mendengarkan perbedaan bunyi yang dihasilkan
oleh tindakannya.
f. Periode 6: Permulaan Berfikir (Usia 18-24 bulan)
Pada periode 5 semua temuan-temuan bayi terjadi lewat tindakan fisik, pada periode 6
bayi kelihatannya mulai memikirkan situasi secara lebih internal sebelum pada akhirnya
bertindak. Jadi, pada periode ini anak mulai bisa berfikir.dalam mencapai lingkungan,
pada periode ini anak sudah mulai dapat menentukan cara-cara baru yang tidak hanya
berdasarkan rabaan fisis dan internal, tetapi juga dengan koordinasi internal dalam
gambaran atau pemikirannya.
2. Tahap Pemikiran Pra-Operasional
Tahap ini berada pada rentang usia antara 2-7 tahun. Pada tahap ini anak mulai
melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar atau simbol. Menurut Piaget,
walaupun anak-anak pra sekolah dapat secara simbolis melukiskan dunia, namun
mereka masih belum mampu untuk melaksanakan “ Operation (operasi) ”, yaitu
tindakan mental yang diinternalisasikan yang memungkinkan anak-anak melakukan
secara mental yang sebelumnya dilakukan secara fisik.
Perbedaan tahap ini dengan tahap sebelumnya adalah “ kemampuan anak
mempergunakan simbol”. Penggunaan simbol bagi anak pada tahap ini tampak dalam
lima gejala berikut:
a. Imitasi tidak langsung
Anak mulai dapat menggambarkan sesuatu hal yang dialami atau dilihat, yang sekarang
bendanya sudah tidak ada lagi. Jadi pemikiran anak sudah tidak dibatasi waktu sekarang
dan tidak pula dibatasi oleh tindakan-tindakan indrawi sekarang.
Contoh: anak dapat bermain kue-kuean sendiri atau bermain pasar-pasaran. Ini adalah
hasil imitasi.
b. Permainan Simbolis
Sifat permainan simbolis ini juga imitatif, yaitu anak mencoba meniru kejadian yang
pernah dialami.
Contoh: anak perempuan yang bermain dengan bonekanya, seakan-akan bonekanya
adalah adiknya.
c. Menggambar
Pada tahap ini merupakan jembatan antara permainan simbolis dengan gambaran
mental. Unsur pada permainan simbolis terletak pada segi “kesenangan” pada diri anak
yang sedang menggambar. Sedangkan unsur gambaran mentalnya terletak pada “usaha
anak untuk memulai meniru sesuatu yang riel”.
Contoh: anak mulai menggambar sesuatu dengan pensil atau alat tulis lainnya.
d. Gambaran Mental
Merupakan penggambaran secara pikiran suatu objek atau pengalaman yang lampau.
Gambaran mental anak pada tahap ini kebanyakan statis. Anak masih mempunyai
kesalahan yang sistematis dalam mengambarkan kembali gerakan atau transformasi
yang ia amati.
Contoh yang digunakan Piaget adalah deretan lima kelereng putih dan hitam.
e. Bahasa Ucapan
Anak menggunakan suara atau bahasa sebagai representasi benda atau kejadian.
Melalui bahasa anak dapat berkomunikasi dengan orang lain tentang peristiwa kepada
orang lain.
3. Tahap Operasi berfikir Kongkret
Tahap ini berada pada rentang usia 7-11 tahun.tahap ini dicirikan dengan perkembangan
system pemikiran yang didasarkan pada aturan-aturan yang logis. Anak sudah
mengembangkan operasi logis. Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:
a. Pengurutan
Yaitu kemampuan untuk mengurutkan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya.
Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari
benda yang paling besar ke yang paling kecil.
b. Klasifikasi
Kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut
tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian
benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak
tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda
hidup dan berperasaan).
c. Decentering
Anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa
memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap gelas lebar tapi
pendek lebih sedikit isinya dibanding gelas kecil yang tinggi.
d. Reversibility
Anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian
kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4
sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.
e. Konservasi
Memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak
berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut.
Sebagai contoh, bila anak diberi gelas yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka
akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan
tetap sama banyak dengan isi gelas lain.
f. Penghilangan sifat Egosentrisme
Kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang
tersebut berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh, Lala menyimpan boneka di
dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian Baim memindahkan boneka itu ke
dalam laci, setelah itu baru Lala kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit
akan mengatakan bahwa Lala akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak
walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Baim.
4. Tahap Operasi berfikir Formal
Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori
Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia 11 tahun dan terus berlanjut sampai
dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara
abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia.
Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan
nilai. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai
perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis,
kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial.
Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga
ia tidak mempunyai keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap
menggunakan penalaran dari tahap operasional konkrit.
Pada tahap ini, remaja telah memiliki kemampuan untuk berpikir sistematis, yaitu bisa
memikirkan semua kemungkinan untuk memecahkan suatu persoalan. Contoh: ketika
suatu saat mobil yang ditumpanginya mogok, maka jika penumpangnya adalah seorang
anak yang masih dalam tahap operasi berpikir kongkret, ia akan berkesimpulan bahwa
bensinnya habis. Ia hanya menghubungkan sebab akibat dari satu rangkaian saja.
Sebaliknya pada remaja yang berada pada tahap berfikir formal, ia akan memikirkan
beberapa kemungkinan yang menyebabkan mobil itu mogok. Bisa jadi karena businya
mati, atau karena platinanya, dll.
Seorang remaja pada tahap ini sudah mempunyai ekuilibrum yang tinggi, sehingga ia
dapat bepikir fleksibel dan efektif, serta mampu berhadapan dengan persoalan yang
kompleks. Remaja dapat berfikir fleksibel karena dapat melihat semua unsur dan
kemungkinan yang ada. Dan remaja dapat berfikir efektif karena dapat melihat
pemikiran mana yang cocok untuk persoalan yang dihadapi.
D. Implementasi Teori Perkembangan Kognitif Piaget Dalam Pembelajaran
Dalam hail ini, peran seorang pendidik sangatlah vital. Beberapa implementasi yang
harus diketahui dan diterapkan adalah sebagai berikut:
1. Memfokuskan pada proses berfikir atau proses mental anak tidak sekedar pada
produknya. Di samping kebenaran jawaban siswa, guru harus memahami proses yang
digunakan anak sehingga sampai pada jawaban tersebut.
2. Pengenalan dan pengakuan atas peranan anak-anak yang penting sekali dalam
inisiatif diri dan keterlibatan aktif dalam kegaiatan pembelajaran. Dalam kelas Piaget
penyajian materi jadi (ready made) tidak diberi penekanan, dan anak-anak didorong
untuk menemukan untuk dirinya sendiri melalui interaksi spontan dengan lingkungan.
3. Tidak menekankan pada praktek - praktek yang diarahkan untuk menjadikan anak-
anak seperti orang dewasa dalam pemikirannya.
4. Penerimaan terhadap perbedaan individu dalam kemajuan perkembangan, teori
Piaget mengasumsikan bahwa seluruh anak berkembang melalui urutan perkembangan
yang sama namun mereka memperolehnya dengan kecepatan yang berbeda.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam pandangan Piaget, belajar yang sebenarnya bukanlah sesuatu yang diturunkan
oleh guru, melainkan sesuatu yang berasal dari dalam diri anak sendiri. Belajar
merupakan sebuah proses penyelidikan dan penemuan spontan.
Berkaitan dengan belajar, Piaget membangun teorinya berdasarkan pada konsep Skema
yaitu, stuktur mental atau kognitif yang menyebabkan seseorang secara intelektual
beradaptasi dan mengoordinasikan lingkungan sekitarnya. Skema pada prinsipnya tidak
statis melainkan selalu mengalami perkembangan sejalan dengan perkembangan
kognitif manusia. Berdasarkan asumsi itulah, Piaget berpendapat bahwa belajar
merupakan proses menyesuaikan pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif yang
telah dipunyai seseorang. Bagi Piaget, proses belajar berlangsung dalam tiga tahapan
yakni: asimilasi, akomodasi dan equilibrasi.
Kompleksitas pengetahuan dan struktur kognitif tidak dengan sendirinya menyebabkan
terjadinya asimiliasi secara mulus. Dalam kasus tertentu asimilasi mungkin saja tidak
terjadi karena informasi baru yang diperoleh tidak bersesuaian dengan stuktur kognitif
yang sudah ada. Dalam konteks seperti ini struktur kongitif perlu disesuaikan dengan
pengetahuan baru yang diterima. Proses semacam ini disebut akomodasi. Penekanan
Piaget tentang betapa pentingnya fungsi kognitif dalam belajar didasarkan pada tahap
perkembangan kognitif manusia.

DAFTAR PUSTAKA
Mukhlis, Hirmaningsih, 2010, Teori Psikologi Perkembangan, Pekanbaru. Penerbit:
Psikologi Press
http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/12/teori-perkembangan-kognitif-jean-piaget-
dan-implementasinya-dalam-pendidikan-346946.html 01 Maret 2013 9:04:06
http://www.psikologizone.com/favicon.ico/Teori Kognitif Psikologi Perkembangan Jean
Piaget/01 Maret 2013 9:05:32

Anda mungkin juga menyukai