Anda di halaman 1dari 29

PERKEMBANGAN PESERTA

DIDIK

 Dosen Pengampu:
 Ari Widyaningrum, S.Pd., M.Pd.
BAB III
TEORI-TEORI PERKEMBANGAN

1. Teori-teori Perkembangan
2. Pengukuran Pertumbuhan dan
Perkembangan
1. TEORI-TEORI PERKEMBANGAN
a. Teori Nativisme _ Arthur Schopenhaur (Jerman 1788-1860)

b. Teori Empirisme _John Locke (1704-1932)

c. Teori Konvergensi _ William Stern (1871-1939)


d. Teori Psikodinamika _ Sigmund Freud dan Eric Erikson

e. Teori Kognitif _ Jean Piaget

f. Teori Perkembangan Belajar Sosial _ Bandura

g. Teori Pemprosesan Informasi

h. Teori Perkembangan Perseptual _ Gibson

i. Teori Perkembangan Perseptual _ Vygotsky


2. PENGUKURAN PERTUMBUHAN
DAN PERKEMBANGAN

a. Penilaian pertumbuhan

b. Penilaian perkembangan
Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes

mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya

kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup)

supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkan

kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan

sebelum itu. (Kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada

ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami(nya).


(Q.S Al-:Mu’min :40:67)
Pertumbuhan dan Perkembangan

Pertumbuhan khusus dimaksudkan bagi pertumbuhan dalam


ukuran-ukuran badan dan fungsi fisik yang murni, sedangkan
istilah perkembangan lebih dapat mencerminkan sifat-sifat yang
khas mengenai gejala psikologik yang Nampak. 
a. Teori Nativisme ( Biologi/Keturunan/GEN)
Arthur Schopenhaur (Jerman 1788-1860)

Aliran nativisme berasal dari kata natus (lahir); nativis (pembawaan)


yang ajarannya memandang manusia (anak manusia) sejak lahir
telah membawa sesuatu kekuatan yang disebut potensi (dasar).

Keberhasilan pendidikan ditentukan oleh anak didik itu sendiri.


Ditekankan bahwa “yang jahat akan menjadi jahat, dan yang
baik menjadi baik”. Pendidikan yang tidak sesuai dengan bakat
dan pembawaan anak  didik tidak akan berguna untuk
perkembangan anak sendiri dalam proses belajarnya.
Bagi nativisme, lingkungan sekitar tidak ada artinya sebab
lingkungan tidak akan berdaya dalam mempengaruhi
perkembangan anak. Penganut pandangan ini menyatakan bahwa
jika anak memiliki pembawaan jahat maka dia akan menjadi jahat,
sebaliknya apabila mempunyai pembawaan baik, maka dia menjadi
orang yang baik. Pembawaan buruk dan pembawaan baik ini tidak
dapat dirubah dari kekuatan luar

Tetapi pembawaan itu bukanlah merupakan


satu-satunya faktor yang menentukan
perkembangan. Masih banyak faktor yang
dapat memengaruhi pembentukan dan
perkembangan anak dalam menuju
kedewasaan
b. Teori Empirisme (Teori Tabularasa ) _ John Locke (1704-1932)

Aliran empirisme, bertentangan dengan paham aliran nativisme.


Empirisme (empiri = pengalaman), tidak mengakui adanya pembawaan
atau potensinya di bawah lahir manusia. Dengan kata lain bahwa anak
manusia itu lahir dalam keadaan suci dalam pengertian anak bersih tidak
membawa apa-apa.. kertas putih atau meja yang putih bersih tanpa
coretan. Karena itu, aliran ini berpandangan bahwa hasil belajar peserta
didik besar pengaruhnya pada faktor lingkungan

Pengalaman belajar yang diperoleh anak dalam kehidupan


sehari-hari didapat dari dunia sekitarnya yang berupa
stimulan-stimulan. Stimulasi ini berasal dari alam bebas
ataupun diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk program
pendidikan
c. Teori Konvergensi (Gabungan) _ William Stern (1871-1939)

Aliran ini berpandangan bahwa perkembangan individu itu baik dasar


(bakat, keturunan) maupun lingkungan, kedua-duanya memainkan
peranan penting. Bakat sebagai kemungkinan atau disposisi telah
ada pada masing-masing individu, yang kemudian karena pengaruh
lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan untuk perkembangannya,
maka kemungkinan itu lalu menjadi kenyataan.. Faktor endogen
dan faktor eksogen.

Al-Qur’an menegaskan bahwa pembawaan seorang anak (peserta didik)


sejak lahirnya disebut fitrah, dan fitrah ini adalah dasar keagamaan
yang dimiliki oleh setiap orang. Fitrah menurut Al-Qur’an di samping
dapat menerima pengaruh dari dalam (keturunan) juga dapat menerima
pengaruh dari luar (lingkungan). Untuk mengembankan fitrah ini, maka
sangat pendidikan kedudukan pendidikan di lingkungan keluarga,
sekolah, dan masyarakat
d. Teori Psikodinamika _ Sigmund Freud dan Eric Erikson

Teori Psikodinamika adalah teori yang berupaya menjelaskan hakekat


dan perkembangan kepribadian. Unsur-unsur yang sangat diutamakan
dalam teori ini adalah motivasi, emosi, dan aspek-aspek internal
lainnya. Teori ini mengasumsikan bahwa kepribadian berkembang
ketika terjadi konflik-konflik dari aspek-spek psikologi tersebut. Yang
umumya terjadi pada masa kanak-kanak dini

Perkembangan seorang anak terjadi pada serangkaian tahap. Pada


masing-masing tahap anak mengalami konflik-konflik internal yang
harus diselesaikan sebelum memasuki tahap berikutnya.

Kelemahan teori ini adalah tidak dapat


dibuktikan secara empik. Teori ini menitik
beratkan pada perkembangan sosio-afektif
Perkembangan Psikoseksual /
Psikoanalitis Sigmund Freud

Teroi Psikoanalitis dari Freud menekankan pentingnya pengalaman masa


kanak-kanak awal dan motivasi dibawah sadar dalam mempengaruhi
perilaku. Freud berpikir bahwa dorongan seks dan instink dan dorongan
agresif adalah penentu utama dari perilaku, atau bahwa orang bekerja
menurut prinsip kesenangan. Teorinya menyatakan bahwa kepribadian
tersusun dari tiga komponen, yaitu: id, ego dan superego.
Id, merupakan aspek biologis kepribadian karena berisikan unsur-unsur
bilogis, termasuk di dalamnya dorongan-dorongan dan impuls-impuls
instinktif yang lebih dasar. ----- NAFSU

Ego, merupakan aspek psikologis kepribadian karena timbul dari


kebutuhan organisme untuk berhubungan secara baik dengan dunia
nyata dan menjadi perantara antara kebutuhan instinktif organisme
dengan keadaan lingkungan ---- KE-AKU-AN

Superego, adalah aspek sosiologis kepribadian karena merupakan wakil


nilai-nilai tradisional dan cita-cita masyarakat sebagaimana ditafsirkan
orangtua kepada anak-anaknya melalui berbagai perintah dan larangan.
Perhatian utama superego adalah memutuskan apakah sesuatu itu benar
atau salah, sehingga ia dapat bertindak sesuai dengan norma-norma
moral yang diakui oleh masyarakat-- NORMA-NORMA
Perkembangan psikoseksual anak menurut
freud

1. Fase oral (0-11 bulan)


2. Fase anal (1-3 tahun)
3. Fase phalik/oedipal ( 3-6 tahun )
4. Fase laten (6-12 tahun)
5. Fase genital (12-18 tahun)
Perkembangan Psikososial _ Erik Erikson

1. Percaya versus tidak percaya (0-1 tahun)


2. Tahap otonomi versus rasa malu dan ragu (1-3 tahun)
3. Tahap inisiatif vesrus rasa bersalah (3 – 6 tahun ).
4. Tekun versus rasa rendah diri (6-12 tahun)
5. Tahap identitas dan kebingungan identitas ( 12-20 tahun)
6. Keakraban versus keterkucilan (20-30 tahun)
7. Bangkit versus tetap-mandeg ( 40-50 tahun )
8. Keutuhan dan keputusasaaan ( 50 tahun keatas)
e. Teori Kognitif _ Jean Piaget

Piaget memandang anak sebagai organisme aktif yang berkembang


dengan impuls-impuls internal dan pola-pola perkembangan
tertentu.  Piaget melihat bahwa perkembangan kognitif merupakan
hasil dari usaha anak untuk memahami dan berespon terhadap
dunianya

Piaget lebih menekankan pengaruh bawaan dalam perkembangan


kognitif karena kemampuan manusia untuk belajar terkait pada
pertumbuhan saraf-saraf dan kematangan kognitif

Piaget berpendapat bahwa masing-masing individu memulai hidup ini


dengan perbendaharaan yang sedikit  dari skema sensori-motorik,
seperti melihat, merasa, meraba, mendengar, dan meraih.  Jika kita
menggunakan masing-masing skema maka skema akan semakin baik
beradaptasi dengan dunianya.
Piaget membagi perkembangan kognitif dalam
empat fase

Fase Sensorimotor (0 – 2 tahun/0 – 18 bulan).  Pada fase ini anak


memperoleh pengetahuan melalui aktivitas. - Sentuhan-Rasa

Fase Preoperational (2 – 7 tahun/18bulan – 6 tahun).  Pada fase ini


anak berpikir didasarkan pada persepsinya dan cara berpikir anak
masih egosentris, selain itu anak belum mengenal konsep invariance
benda (invariance = sesuatu yang tetap). - Subyektivitas tinggi

Fase Contrete Operational ( 7 – 11 tahun/6 – 12 tahun).  Pada fase


ini anak sudah mampu melakukan reversible operations, sudah
mengenal konsep invariance, dan sudah mengenal konsep
seriation/rangkaian..- Merangkai, menghubungkan sebab akibat

Fase Formal Operational (11/12 tahun - ……….).  Ciri-ciri


fase ini adalah anak sudah bisa berpikir secara abstrak
tanpa melihat situasi konkrit.--
berimajinasi/membayangkan/menemukan gambaran
Tabel perkembangan kognitif menurut Piaget
Tingkat Usia yang sesuai karakter
Sensorik-motorik 0-2 tahun Mulai menggunakan imitasi (meniru), memori, dan
pikiran mulai mengetahui bahwa objek tidak sirna
ketika hilang, berubahnya dari tindakan refleks menuju
tindakan yang terarah

Pra-Operasional 2-7 tahun Mulai berkembangan bahasa dan kemampuan berpikir


dengan bentuk simbolis
Mampu memikirkan operasi secara logis
Memiliki kesulitan mengetahui sufut pandang orang
lain

Operasional Konkrit 7-11 tahun Mampu memecahkan masalah-masalah konkrit dengan


cara logis
Memahami hukum perlindungan

Operasional Formal 11-15 tahun Mampu memecahkan masalah abstrak dengan cara logis
Pemikiran menjadi lebih ilmiah
Mengembangkan terhadap isu-isu sosial
f. Teori Perkembangan Belajar Sosial _ Bandura

Menyatakan bahwa orang belajar dari satu sama lain, melalui


pengamatan, peniruan, dan modeling. Kemudian akan
diterapkan/ditiru. Penerapan akan diulangi jika mendapat
penghargaan. Dan tidak akan diulangi jika mendapat hukuman.

Teori pembelajaran sosial menekankan pada:

1. Observational Learning (belajar dari hasil pengamatan) atau modeling


2. Self-regulation (regulasi diri). Yaitu pengaturan diri, dengan cara mengontrol
tingkah laku kita sendiri
3. Self-efficacy (Efikasi diri) Efikasi diri adalah sejauh mana kita mampu
mencapai sesuatu
4. Reciprocal Determinism (Faktor-faktor Hubungan Timbal Balik) Kepribadian
dianggap sebagai interaksi antara tiga komponen, yaitu: lingkungan, perilaku,
dan proses psikologis seseorang
5. Vicarious Reinforcement Vicarious reinforcement yaitu menandai ketika
pengamat meningkatkan perilaku terhadap sesuatu yang pernah ia lihat dari
orang lain
g. Teori Pemprosesan Informasi

Teori pemrosesan informasi adalah teori kognitif tentang belajar


yang menjelaskan pemrosesan, penyimpanan, dan pemanggilan
kembali pengetahuan dari tak (Slavin, 2000: 175). Teori ini
menjelaskan bagaimana seseorang memperoleh sejumlah informasi
dan dapat diingat dalam waktu yang cukup lama. Oleh karena itu
perlu menerapkan suatu strategi belajar tertentu yang dapat
memudahkan semua informasi diproses di dalam otak melalui
beberapa indera
h. Teori Perkembangan Perseptual _ Gibson

Gibson yakin bahwa persepsi adalah cara dimana pengamat tetap


berhubungan dengan hal-hal berharga sekitar mereka sehingga
menyebabkan penolakan, bukan hanya dari behaviorisme, tetapi teori
penyebab persepsi juga. Dia datang untuk mempertimbangkan persepsi
kegiatan individu termotivasi

Perkembangan persepsi menurut Gibson:

1. The perception of the Visual World (Persepsi awal tentang Dunia Visual).
Persepsi ini menjelaskan tentang ide persepsi langsung dari lingkungan di
sekitar
2,. The Senses Considered as Perceptual System (Indra yang dianggap
sebagai Sistem perceptual). Persepsi isi menyajikan jenis yang ada di
lingkungan sebagai asal persepsi

3. The Ecological Approach to Visual Perception (Pendekatan ekologis untuk Visual


Persepsi. Gibson menggunakan pendekatan ekologi untuk persepsi, yang didasarkan pada
interaksi antara pengamat dan lingkungan.
i. Teori Perkembangan Perseptual _ Vygotsky

Teori Vygotsky menentang gagasan-gagasan Piaget tentang bahasa


dan pemikiran. Vygotsky menyatakan bahwa bahasa, bahkan dalam
bentuknya yang paling awal, adalah berbasis sosial, sementara Piaget
menekankan pada percakapan anak-anak yang bersifat egosentris
dan berorientasi nonsosial.
2. PENGUKURAN/PENILAIAN
PERTUMBUHAN DAN
PERKEMBANGAN
1. PENILAIAN PERTUMBUHAN

Pemeriksaan dan pengukuran pertumbuhan dapat dilakukan dengan


berbagai cara, yaitu secara klinis yang dilakukan dalam pelayanan
medis maupun secara antropometris.

Pemeriksaan secara klinis bertujuan untuk membuat diagnosis tentang


pertumbuhan dan status gizi anak dalam keadaan sehat maupun sakit.
Diagnosis klinis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis
dan pemeriksaan penunjang yang meliputi pemeriksaan laboratorium,
radiologi serta antropometri
Pada saat ini terdapat beberapa baku antropometri, berikut di
bawah ini merupakan langkah-langkah menilai pertumbuhan
menggunakan baku NCHS tahun 2000 yang kemudian ditampilkan
oleh CDC sehingga dikenal sebagai kurva pertumbuhan CDC 2000

Alat ukur
1) Timbangan berat badan
Beam balance untuk anak kurang dari 2 tahun, setelah umur tersebut digunakan
timbangan injak atau electronic
2) Ukuran panjang / tinggi badan
Untuk anak kurang dari 2 tahun digunakan infantometer, sedangkan apabila lebih dari 2
tahun digunakan stadiometer atau microtoise
Pita ukur lingkar kepala menggunakan pita ukur lingkar kepala yang tidak melar.
Kurva standard pertumbuhan dari CDC 2000

a. Prosedur Pengukuran Berat Bayi


b. Prosedur Pengukuran Panjang Bayi
c. Prosedur Pengukuran Lingkar Kepala
d. Prosedur Pengukuran Berat Anak / Remaja
e. Prosedur Pengukuran Tinggi Anak / Remaja
2. PENGUKURAN PERKEMBANGAN ANAK

Denver Developmentaln Screening Test (DDST) adalah sebuah


metode pengkajian yang digunakan untuk menilai perkembangan
anak umur 0-6 tahun. Dalam perkembangannya DDST mengalami
beberapa kali revisi, revisi yang terakhir adalah Denver II yang
merupakan hasil.

Manfaat DDST tergantung pada umur anak. Pada bayi tes ini
dapat mendeteksi berbagai masalah neurologi seperti serebral palsi.
Pada anak tes ini dapat membantu meringankan permasalahan
akademik dan social
Denver II dapat berguna untuk berbagai tujuan
sebagai berikut

a. Menilai tingkat perkembangan anak sesuai dengan


umurnya
b. Menilai tingkat perkembangan anak yang tampak sehat
c. Menilai tingkat perkembangan anak yang tidak
menunjukkan gejala kemungkinan adanya kelainan
perkembangan
d. Memastikan dan memantau anak yang diduga
mengalami kelainan perkembangan
Cara Pemeriksaan DDST
Contoh Sektor Personal Sosial

No. Item Cara Pemeriksa Syarat Lulus


1. Menatap mata Tidurkan anak posisi telentang sehingga wajah pemeriksa Anak menatap wajah pemeriksa.
berhadapan dengan wajah anak dalam jarak 25-30 cm.
2. Membalas senyum Posisikan anak telentang, lalu tersenyum dan berbicara pada Anak merespon dengan tersenyum.
anak tanpa menyentuhnya.
3. Tersenyum spongtan Selama tes amati apakah anak tersenyum pada orang Anak melihat orang tua/pemeriksa
tua/pemeriksa tanpa diawali stimulasi suara atau sentuhan. dan tersenyum secara spontan
Jika tidak, tanyakan pada orang tua apakah anak pernah selama tes atau dilaporkan terjadi
tersnyum lebih dulu pada seseorang sebelum disenyumi atau dirumah.
disentuh.
4. Mengamati tangannya Selama tes, amati apakah anak menatap salah satu tangannya Anak menatap tangannya beberapa
selama sedikitnya beberapa detik,bukan hanya sekilas detik selama tes atau dilaporkan
melihatnya. terjadi dirumah.
5. Berusaha menjangkau Letakkan mainan yang menarik diatas meja dalam jarak Anak berusaha mendapatkan mainan
mainan mudah dijangkau oleh anak. dengan menjulurkan/merentangkan
lengan atau tubuhnya kearah mainan
(anak tidak harus mengambil
mainan)
6. Makan sendiri Tanyakan pada pengasuh apakah anak benar-benar dapat Pengasuh melaporkan anak dapat
memakan crackers, kue, atau makanan kecil lainnya sendiri. melakukan hal tersebut (tak ada
kesempatan jika anak belum pernah
diberikan makanan jenis itu)
7. Tepuk tangan Tanpa menyentuh tangan/lengan anak, tunjukkan permainan tepuk Anak dapat menepuk-nepuk tangannya saat
tangan dengan kedua tangan pemeriksa dan ajak anak untuk bermain tes atau dilaporkan terjadi dirumah.
dengan pemeriksa. Bila anak tidak melakukan ini, mintalah orangtua
untuk mencobanya (Bila anak masih tidak mau melakukannya, tanyakan
kepada orangtua apakah anak mau melakukannya dirumah)
Siapapun bisa marah, itu sangat mudah.
Namun marah kepada orang yang
tepat, dengan tingkat kemarahan yang
tepat, pada waktu yang tepat, dan
dengan tujuan yang tepat, bukanlah hal
mudah dan bahkan seringkali
dilupakan…..

Anda mungkin juga menyukai