Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH FIQIH

HUDUD

Dosen Pembimbing : H.Reza Ferdian, LC, M.Pd

Disusun Oleh Kelompok 4:

Bella Yunisa : 2103010457

Ridha Amalia : 2103010795

Meita Regina C. : 2103010676

Muhammad Reza F. : 2103010411

Cahyo Agung W. : 2103010567

FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI MANAJEMEN

UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN MUHAMMAD ARSYAD AL-


BANJARY BANJARMASIN

2023
2
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakat.

Makalah ilmiah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini

Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar saya dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata saya berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan
manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.

Banjarmasin,September
2023

i
Daftar isi

Kata Pengantar ................................................................................................................i


Daftar isi ......................................................................................................................... ii
BAB I ...............................................................................................................................1
PENDAHULUAN ...............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................................1
1.3 Tujuan .............................................................................................................2
BAB II ..............................................................................................................................3
PEMBAHASAN .................................................................................................................3
2.1 Pengertian Hudud ............................................................................................3
2.2 Kriminalitas yang di Jatuhi Hukuman Hudud ....................................................3
2.3 Keadilan Hudud ...............................................................................................3
2.4 Hikmah Hudud .................................................................................................4
2.5 Macam-Macam Hudud ....................................................................................4
2.5.1 Zina ..........................................................................................................4
2.5.2 Qadzaf .....................................................................................................5
2.5.3 Khamr atau Minuman Keras .....................................................................7
2.5.4 Mencuri ...................................................................................................9
2.5.5 Hirabah .................................................................................................. 11
2.5.6 Bughah................................................................................................... 12
BAB III ........................................................................................................................... 14
PENUTUP ...................................................................................................................... 14
3.1 Kesimpulan .................................................................................................... 14
3.2 Kritik dan Saran.............................................................................................. 14
3.3 Pertanyaan .................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemberian hukum dalam rangka hak Allah swt, ditetapkan demi kemaslahatan
masyarakat dan terpeliharanya ketenteraman atau ketertiban umum.Oleh karena
itu hukuman itu didasarkan atas hak Allah SWT, maka tidak dapat digugurkan,
baik oleh individu maupun oleh masyarakat.
Hadirnya Islam di tengah-tengah kehidupan manusia merupakan
rahmat.Rahmat berarti anugrah karunia atau pemberian Allah yang maha pengasih
dan maha penyayang. Manusia diharapkan mampu mengambil manfaat secara
maksimal dengan kesadaran akan dirinya sendiri. Semua aturan yang ada
dalam Islam, baik yang berupa perintah, larangan, maupun anjuran adalah untuk
manusia itu sendri. Manusia hendaknya menerima ketentuan-ketentuan hukum
islam dengan hati yang lapang kemudian menerapkannya dalam kehidupan sehari-
hari.Dalam hal ini di antara aturan Islam yang hendak di bahas meliputi zina, qazf,
minuman keras, dan lain sebagainya.
Untuk lebih meningkatkan wawasan mahasiswa dan pendalaman terhadap
ilmu agama yang lebih luas lagi timbul rasa kecintaan terhadap ilmu agama, maka
kami menganggap perlu untuk bisa lebih jauh mengenalinya termasuk materi yang
akan dibahas ini yaitu Hukum Hudud.
Penyusunan makalah ini bertujuan supaya mengenali lebih jauh tentang ilmu
agama khususnya hukum hudud, tetapi tidak hanya sekedar mengenali dan
diharapkan agar memahami serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan hudud ?
2. Sebutkan macam-macam dari hudud ?
3. Bagaimana syarat penentuan hudud ?

1
1.3 Tujuan
1. Mengetahui ruang lingkup hukum hudud.
2. Mengetahui tindakan-tindakan yang termasuk dalam hukum hudud.
3. Mengetahui hikmahnya pelaksanaan hudud.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hudud


Hudud adalah bentuk jama’ dari kata had yag artinya suatu pembatas antara
dua perkara. Atau penghalang diantara dua hal, yang menghalangi bercampurnya
salah satu dari keduanya dengan yang lain. Menurut bahasa, kata had adalah al-
man’u (mencegah/menahan). Menurut syar’I, Hudud adalah hukuman-hukuman
kejahatan yang telah ditetapkan oleh syara untuk mencegah dari terjerumusnya
seseorang kepada kejahatan yang sama.
Had ialah pelarangan pengajaran apa yang dilarang Allah SWT dengan
pemukulan, atau pembunuhan. Had-had Allah ialah larangan-larangan-Nya yang
Dia perintahkan untuk dijauhi dan tidak didekati.

2.2 Kriminalitas yang di Jatuhi Hukuman Hudud


Al-Qur’an dan As-Sunnah telah menetapkan sejumlah hukuman-hukuman
yang jelas bagi kejahatan-kejahatan tertentu yang disebut dengan istilah jara’im
al-hudud. Kejahatan-kejahatan yang dimaksud adalah zina, menuduh orang
berbuat zina, mencuri, mabuk, murtad, dan memberontak. Dengan demikian orang
yang melakukan salah satu kejahatan di atas akan dikenai hukuman tertentu yang
telah ditetapkan Allah dan Rasul-Nya.

2.3 Keadilan Hudud


Hukuman-hukuman ini, selain menunjang kemaslahatan keamanan
masyarakat, merupakan hukuman yang adil. Zina adalah kejahatan yang sangat
besar dan keji, menodai kemanusiaan, kehormatan dan kemuliaan,
menghancurkan tatanan keluarga dan rumah tangga, berbagai bentuk kejahatan
dan kerusakan yang dapat meruntuhkan sendi-sendi individu dan masyarakat, dan
meluluhlantahkan umat. Meskipun begitu umat islam sangat berhati-hati dalam
membuktikan kejahatan ini dengan menetapkan syarat-syarat yang nyaris mustahil
dipenuhi. Hukuman zina lebih dimaksudkan untuk mengecam, menggetarkan dan
menakut-nakuti dari pada penerapan dan pelaksanaan praktisnya.

3
2.4 Hikmah Hudud
Dapat terjaga kehormatan orang-orang muslim dan kemuliaannya, sehingga
masyarakat dapat terhindar dari berbagai akhlak yang tidak terpuji. Terciptanya
ketenangan, kerukunan, dan persaudaraan yang kokoh diantara kaum muslimin
atas suatu dengan yang lainnya.

2.5 Macam-Macam Hudud

2.5.1 Zina

a) Pengertian dan Hukum Zina


Zina ialah memasukkan alat kelamin laki-laki ke dalam alat kelamin
perempuan (alam persetubuhan) yag haram menurut zat perbuatannya bukan
karena subhat dan perempuan itu mendatangkan syahwat.
Dasar hukum larangan berzina adalah firman Allah SWT dalam Al-Qur’an
surat Al-Isra ayat 32 :

Artinya : “Dan jaganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah
perbuatan yang keji dan suatu perbuatan yang buruk”. (QS. Al Isra:32)

Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh nasa’I yang artinya :


“Dari Abu Hurairah, bahwasannya Rasulullah SAW bersabda” ada empat hal
yang menyebabkan kemurkaan Allah kepada mereka (Umatnya). Yaitu pembual
yang suka bersumpah, orang fakir yang sombong, orang yang lanjut usia yang
berzina dan pemimpin yang durhaka (HR. Nasa’i).

b) Dasar Hukum Zina


 Adanya kesaksian empat orang, laki-laki, baligh, berakal, dan adil (QS. An-
Nisa’:15).
 Pengakuan pelaku yang sudah baligh dan berakal. Jika orang yang mengaku
telah berbuat zina itu belum baligh atau sudah baligh tapi akalnya terganggu
atau gila, maka tidak bias ditetapkan had zina padanya.
 Qorinah atau tanda-tanda atau indikasi. Qorinah yang dapat diaggap sebagai
barang bukti perzinaan yang sah adalah jelasnya kehamilan wanita yang
tidak bersuami. (bukan syubhat, bukan perkosaan).

4
c) Macam-macam Zina dan Hukumnya
 Zina Mukhsan
Zina mukhsan yaitu zina yang dilakukan orang yang pernah terikat tali
ikatan perkawinan, artinya yang dilakukan baik suami, isteri, duda, janda.
Hukuman (had) bagi pelaku zina mukhsan, yaitu dirajam atau dilempari
batu sampai ia mati.
 Zina Ghairu Mukhsan
Zina ghairu mukhsan yaitu zina yang dilakukan orang yang belum pernah
menikah. Had (hukuman) bagi pelaku zina ghairu mukhsan di jilid atau di
cambuk sebanyak 100 kali dan dibuang ke daerah lain selama 1 tahun. Hal
ini berdasarkan firman Allah QS.an-Nur:2.

d) Hikmah Dilarangnya Zina


Zina menjadi penyebab kerusakan dan sumber kejahatan dan termasuk dosa
besar. Dengan dilarangnya perbuatan ini terdapat hikmah di dalamnya yaitu:
 Membuat jera bagi pelaku dengan dilaksanakannya hukuman secara terbuka
dan demontratif.
 Agar laki-laki dan perempuan terhindar dari penyakit kotor (HIV)
 Mengangkat harkat dan martabat manusia baik dihadapan sesama manusia
maupun Allah SWT.
 Memperjelas nasab (keturunan) karena kelahiran anak jelas diketahui
identitas ayahnya.

2.5.2 Qadzaf

a) Pengertian dan Hukum Qadzaf


Qadzaf secara bahasa artinya melempar atau melontar. Sedangkan menurut
istilah qadzaf adalah menuduh orang baik-baik berbuat zina dengan tuduhan
secara terang-terangan. Menuduh orang lain berbuat zina tanpa dasar yang kuat,
hukumnya haram. Firman Allah SWT :

5
Artinya :”Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-
baik, yang lengah (dari perbuatan keji) lagi beriman (berbuat zina), mereka kena
laknat di dunia dan akhirat dan bagi mereka adzab yang besar” (QS. An-Nur:
23).

b) Had Qadzaf
Hukuman bagi orang yang menuduh orang lain berbuat zina namun tidak
mampu mendatangkan empat orang saksi adalah :
 Didera (Dijilid) Delapan Puluh Kali. Sebagaimana Firman Allah SWT
Artinya : “Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik
(berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka
deralah mereka (yang menuduh) 80 kali dera, dan jangnlah kamu terima
kesaksian mereka selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang yang
fasiq. (QS. An-Nur: 4)
 Didera (Dijilid) Empat Puluh Kali, Bila Penuduhnya Hamba Sahaya
Orang yang menuduh seseorang berbuat zina dapat dikenakan hukuman
dera atau jilid seperti diatas, bila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
 Qadzif (yang menuduh zina) dengan syarat: baligh, berakal dan tidak
dipaksa.
 Maqdzuf (yang dituduh zina) dengan syarat: baligh, berakal, islam,
merdeka, dan belum pernah atau menjauhi zina)
 Maqdzuf bih (sesuatu yang digunakan menuduh zina) sengan syarat:
pernyataan tuduhan zina baik lisan ataupun tulisan.

c) Gugurnya Had Qadzaf


Seorang yang menuduh orang lain berbuat zina dapat bebas dari had qadzaf
apabila terjadi salah satu kejadian dibawah ini :
 Penuduh dapat mengemukakan empat orang saksi, bahwa tertuduh benar-
benar berbuat zina. Syarat saksinya adalah laki-laki, adil, memberikan
kesaksian yang sama tentang tempat berzina, waktu, dan cara
melakukannya. Dasar hukumnya adalah Qur-an Surah An-Nur: 4.
 Dengan Li’an jika suami menuduh isteri berzina tanpa mengemukakan
empat orang saksi

6
 Li’an adalah sumpah suami yang menuduh isterinya berzina. Sumpah
tersebut diucapkan empat kali diantaranya lain ucapannya “Demi Allah
isteri saya telah berzina dengan si Fulan” lalu pada ucapan sumpah yang
kelima ditambah dengan kalimat “Saya bersedia dikutuk Allah bila saya
berdusta”. (QS. An-Nur: 6-7)
 Orang yang dituduh memaafkan orang yang menuduh.
 Bila yang dituduh membenarkan tuduhan penuduh (pengakuan si pelaku).

d) Hikmah Had Qadzaf


 Orang lebih berhati-hati berbicara apalagi melemparkan tuduhan sebelum
ada bukti tertentu.
 Terpeliharanya keharmonisan pergaulan diantara sesama manusia, karena
tidak ada permusuhan diantaranya.
 Pembohong merasa jera dan menyadari perbuatan yang tidak terpuji.

2.5.3 Khamr atau Minuman Keras

a) Pengertian dan dasar hukum dilarangnya minuman keras


Khamr dari segi bahasa artinya penutup akal. Sedangkan menurut istilah,
khamr adalah segala jenis minuman atau lainnya yang dapat memabukkan atau
menghilangkan kesadaran. Adapun sesuatu yang bisa memabukkan dapat
berbentuk minuman, cairan yang disuntikkan, dapat juga makanan serta tablet
adalah termasuk khamr. Hukumnya khamar adalah haram. Sebagaimana firman
Allah :

Artinya :”Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (minuman) arak, berjudi


berkorban untuk berhala, mengadu nasib dengan anak panah adalah perbuatan
keji termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar
kamu mendapat keberuntungan” (QS. Al-Maidah: 90).

Rasulullah SAW juga bersabda :

“Semua yang memabukkan itu (hukumnya) haram”. (HR. Muslim)

7
b) Had minuman keras
Adapun dasar penetapan hukuman bagi peminum khamr adalah :
 Pengakuan pelaku bahwa dia benar meminum khamr
 Kesaksian dua orang laki-laki yang adil
 Ada tanda (aroma minuman keras)

Syarat-syarat peminum yang dapat dijatuhi had minuman keras adalah :


 Baligh
 Berakal
 Minum dengan sengaja dan kehendak sendiri
 Peminum tahu bahwa yang diminum adalah sesuatu yang memabukkan
Jumlah pukulan dalam hukuman minuman keras adalah 40 (empat puluh)
kali, sebagaimana diterangkan dalam hadist. Sabda Rasulullah SAW yang
artinya“Dari Anas bin Malik rs. Dengan kepada Nabi SAW. Seseorang yang
telah meminum khamr, kemudian beliau menjilidnya dengan dua tangkai
pelapah korma kira-kira 40 kali”. (Mutafiq alaih)
Sedangkan menurut Imam Abu Hanifah, Imam Malik dan Imam Ahmad bin
Hambal berpendapat bahwa pukulan dalam had minum-minuman keras
adalah 80 kali.

c) Bahaya minuman keras


Dampak yang diakibatkan dari mengkonsumsi minuman keras antara lain :
 Menurunkan kesadaran, sehingga menimbulkan penurunan kemampuan
untuk berbuat baik, malas belajar dan bekerja, bila berkendaraan mudah
menimbulkan kecalakaan lalu lintas karena menurunnya konsentrasi.
 Menyebabkan berbagai gagguan kesehatan antara lain.
 Gangguan metabolism yang bisa berdampak pada kelainan jantung sampai
gagal jantung. Hambatan pembentukan trombosit, merusak sumsum tulang,
sehingga dapat menyebabkan pendarahan, anemia, dan kekurangan sel
darah putih.
 Dapat merusak hati, dalam jangka panjang dapat mengakibatkan kegagalan
fungsi hati dan kanker.

8
 Meningkatkan kerentanan infeksi kerena kerusakan saluran napas, hati atau
kurang makan.
 Dapat menyebabkan kerusakan susunan syaraf.
 Menimbulkan ketergantungan fisik.
 Melupakan untuk mengingat Allah SWT, karena akal dan hatinya tertutup
dengan sesuatu yang haram.

d) Hikmah dilarangnya minuman keras


 Terjaganya kesehatan jesmani dan rohani khususnya terhindar dari sakit
paru-paru, liver, gangguan syaraf.
 Terhindar dari sifat permusuhan dan kebencian akibat pengaruh buruk
minum minuman keras.
 Mempersiapkan generasi penerus yang sehat jasmani dan rohani.

2.5.4 Mencuri

a) Pengertian dan hukum mencuri


Mencuri adalah mengambil barang orang lain secara sembunyi-sembunyi.
Mencuri hukumnya haram karena mengambil milik orang lain tanpa seijin
pemiliknya sebagaimana firman Allah :

Artinya : ”Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain
diantara kamu dengan cara bathil (QS. Al-Baqarah: 188).

Dalam hadist diterangkan bahwa perbuatan mencuri dikutuk atau dilaknat


oleh Allah SWT, dengan sabda Rasulullah yang artinya : “Allah mengutuk
pencuri telur lalu dipotong tangannya, dan pencuri tali lalu dipotong tangannya
(Mutafaqun ‘alaihi dari Abu Hurairah).

b) Macam-macam pencurian dan had mencuri


 Pencurian sughra (pencurian kecil atau biasa) yaitu pengambilan harta orang
lain secara diam-diam yang hukumannya adalah potong tangan.
 Pencurian kubra (pencurian besar) yaitu pengambilan harta orang lain secara
terang-terangan dengan kekerasan, pencurian ini disebut hirabah.

9
Perbuatan mencuri jika sudah memenuhi syarat pelakunya wajib dikenakan
had mencuri yaitu potong tangan. Firman Allah SWT :

Artinya :”Laki-laki yang mencuri dan permempuan yang mencuri, potonglah


tangan keduaya (sebagai) pembalasan apa yang mereka kerjakan dan sebagai
siksaan dari Allah Maha Perkasa dan Bijaksana” (QS. Al-Maidah: 38)

Ayat di atas menjelaskan had mencuri secara umum yaitu potong tangan.
Sedangkan pelaksanaan had secara rinci diterangkan dalam hadist nabi (HR.
Syafi’i). Berdasarkan hadist nabi, dapat dijelaskan bahwa Imam Malik, Imam
Syafi’I berpendapat bahwa had mencuri sebagai berikut :
 Had mencuri yang dilakukan pertama kali adalah dipotong tangan kanannya
 Jika ia melakukan kedua kali, dipotong kaki kirinya
 Jika ia melakukan ketiga, dipotong tangan kirinya
 Jika ia melakukan keempat, dipotong kaki kanannya
 Jika ia melakukan kelima kalinya, dan seterusnya hukumnya adalah di ta’zir
dan dipenjara sampai menunjukkan tanda-tanda taubat (jera)

Seorang pencuri bisa dikenakan had sebagaimana disebutkan di atas apabila


memenuhi syarat sebagai berikut :
 Baligh dan berakal
 Dilakukan secara sembunyi-sembunyi
 Tidak punya andil kepemilikan barang yang dicuri
 Barang yang dicuri :
 Milik orang lain
 Mencapai jumlah nisshab
 Di tempat penyimpanan

10
c) Batas minimal (Nishab) barang yang dicuri
 Menurut madzhab Hanafi, nishab barang curian adalah sepuluh dirham
 Menurut madzhab Syafi’I nishab barang yang dicuri adalah seperempat
dinar atau sekitar emas 3,34 gram
 Menurut pendapat madzhab Maliki dan Hambali nishab barang yang dicuri
adalah seperempat dinar atau tiga dirham. Jika diukur dengan emas sekitar
3,34 gram

2.5.5 Hirabah

a) Pengertian Hirabah dan hukumnya


Hirabah dari segi bahasa diambil dari kata kharbun yang artinya adalah
perang. Sedangkan menurut istilah hirabah berarti mengambil harta orang lain
dengan kekerasan atau ancaman senjata dan kadang-kadang disertai dengan
pembunuhan. Dalam bahasa Arab kata hirabah sama artinya dengan qot’uttoriqi
(penghadangan di jalan).
Seperti diketahui menyamun atau merampok atau merompak adalah
kejahatan yang bersifat mengancam harta dan jiwa, dengan haya merampas harta,
perbuatan itu sama dengan mencuri bahkan melebihinya sebab terdapat unsur
kekerasan, maka dari itu hirabah hukumnya haram.

b) Had hirabah
Hirabah merupakan perbuatan yang mewajibkan bagi pelakunya. Hal ini
dijelaskan dalam Al-Qur’an surah Al-Maidah: 33. Menurut para ulama
berdasarkan ayat di atas had penyamun, perampok dan perompak adalah potong
tangan, disalib, dibunuh dan diasingkan. Kemudian para ulama berbeda pendapat
had yang ada dalam ayat bersifat tauzi’il (macam hukuman yang disesuaikan
dengan perbuatan yang dilakukan), atau bersifat takhyiri (memilih beberapa
macam hukuman) sebagai berikut:
 Mengambil harta dan membunuh korbannya, badannya adalah hukuman
mati, kemudian disalib.
 Membunuh korbannya tetapi tidak mengambil hartanya, hadnya adalah
hukuman mati.

11
 Mengambil harta, tetapi tidak membunuh, hadnya adalah dipotong tangan
dan kakinya dengan cara silang (tangan kanan dengan tangan kiri atau
tangan kiri dengan tangan kanan).
 Tidak mengambil harta dan tidak membunuh misalnya, tertangkap sebelum
sempat berbuat sesuatu, atau memang sengaja menakut-nakuti saja, maka
hadnya adalah dipenjara atau diasingkan.

c) Hikmah dilarangnya mencuri dan hirabah


 Menjauhkan seseorang dari tindak kejahatan baik mencuri, merampok, dan
juga merompak.
 Melindungi hak milik orang lain dengan aman.
 Mendorong manusia untuk memiliki harta dengan cara sah dan halal
 Terwujudnya lingkungan yang aman dan damai

2.5.6 Bughah

a) Pengertian dan hokum bughah


Menurut bahasa kata bughah berarti maksiat, melampaui batas, berpaling dari
kebenaran, zalim. Sedangkan menurut istilah syara’ bughah berarti
pemberontakan orang-orang Islam terhadap imam (pemerintah yang sah) dengan
cara tidak mentaati dan ingin melepaskan diri atau menolak kewajiban dengan
memiliki kekuatan, argumentasi dan pemimpin.
Contohnya kelompok Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang menolak terhadap
kebijaksanaan pemerintah yang sah, mereka memiliki kekuatan tentara, pemimpin
dan alas an terhadap langkah mereka. Hokum bughah adalah haram, sesuai
dengan firman Allah SWT :

Artinya : “Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mu’min berperang maka
damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golonga itu berbuat
aniaya terhadap golongan yang lain maka perangilah golongan yang berbuat
aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada pemerintah Allah, jika golongan
itu telah kembali (kepada pemerintah Allah) maka damaikanlah antara keduanya
dengan adil dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang berlaku adil.” (QS. Al-Hujarat: 9)

12
b) Tindakan hokum terhadap bughah
 Mengirim utusan kepada mereka untuk mengetahui sebab-sebab mereka
melakukan pemberontakan.
 Jika tindakan pertama tidak berhasil dan mereka tetap bertahan dengan
pendapat mereka, tidakan selanjutnya adalah menasehati mereka dan
mengajak untuk kembali mentaati imam yang sah.
 Jika usaha kedua itupun tidak berhasil, maka tindakan ketiga adalah
memberikan ultimatum atau ancaman akan diperangi.
 Jika dengan ketiga tersebut, mereka masih tetap tidak mau kembali taat,
tindakan terakhir adalah memerangi mereka sampai sadar dan kembali taat.
Tindakan –tindakan tersebut adalah penjelasan dari firman Allah SWT
dalam QS. Al-Hujarat: 9.

c) Status hukum bughah


Syarat-syarat kaum muslimin yang dianggap bughah adalah sebagai berikut,
yaitu apabila mereka :
 Mempunyai kekuatan yang dapat melawan penguasa syah.
 Telah keluar dan tidak mau lagi taat pada penguasa
 Mempunyai alas an mengapa mereka keluar dari penguasa atau Imam
 Mempunyai pengikut yang setuju
 Mempunyai pimpinan yang mereka taati

d) Hikmah dilarangnya bughah


 Mengajak mereka ke jalan yang benar sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadist
 Menyadarka mereka betapa pentingnya persatuan dan kekuatan
 Mendidik mereka adar senantiasa mengamalkan perintah Allah khususnya
taat kepada pemerintah yang sah.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa Hudud
adalah bentuk jama’ dari kata hadd yang berarti mencegah.Disebut hudud karena
hukuman itu dapat mencegah terjadinya perbuatan yang mengakibatkan jatuhnya
hukuman.macam-macam kesalahan yang termasuk hudud antara lain : zina,
menuduh zina, meminum khamar, mencuri, murtad, bughah, dan hirabah.
Hukum-hukum tersebut adalah kekal abadi sampai akhir zaman. Allah telah
menurunkan hukum-hukumnya dan kepada kita sebagai hambanya diwajibkan
melaksanakan hukum-hukum itu dengan penuh ketaatan “kami dengar dan kami
taat”, bukannya dengan dolak-dalik dan helah seperti kaum Yahudi dan orang-
orang munafiq.
Pelaksanaan hukum hudud dan lain-lain syariat islam dapat menyelesaikan
masalah kerusakan moral dan sahsiah yang sedang mengancam masyarakat
menusia dan pasti akan wujud masyarakat yang aman damai dan makmur dalam
keridhaan Allah. Demikian jaminan Allah dan Allah tidak akan memungkiri janji-
janji-Nya.

3.2 Kritik dan Saran


Demikianlah makalah ini penulis buat, adapun substansi yang terkandung
didalamnya semoga akan menjadi suatu badan acuan bagi setiap orang dalam
melaksanakan tindakannya dimuka bumi ini. Dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat karena pembahasan dari makalah ini sangatlah berguna bagi siapapun
terlebih bagi setiap manusia yang berada dibumi ini agar senantiasa beribadah dan
taat dalam menjalankan ajaran Allah SWT.
Apabila dalam makalah ini terdapat suatu hal baik itu perkataan, penulisan,
ataupun hal-hal lain yang menuju kearah ketidaksempurnaan mohon kiranya agar
makalah ini dapat dikoreksi, karena sebagai, manusia biasa tentunya penyusun
pasti banyak melakukan kesalahan.

14
3.3 Pertanyaan
 Kedudukan hukum hudud dalam islam?
 Macam-macam tindakan hudud?
 Ciri-ciri hudud?
 Hikmah pensyariatan hukum hudud?

15
DAFTAR PUSTAKA

http://rheyza-zakaria.blogspot.com/2009/04/hudud-dalam-islam.html

http://makalahkitablog.blogspot.com/2015/12/hudud.html

https://www.academia.edu/19498721/Hudud_Qishash_tazir_dan_Macam_Macam
nya_1

http://zainalmasriza.blogspot.com/2012/09/materi-fiqih-tentang-hudud.html

16

Anda mungkin juga menyukai