Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“ HUDUD”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK III
Muh Ali Iqbal (2018 18 326)
Sri Muliyani (2018 18 325)
Arjuna (2018 18 314)
HIKMANANIA (2018 18 317)
Irmawati (2018 18 327)

DOSEN MATA KULIAH : Abd Azis, S.Ag.,MH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI ) AL-FURQAN


MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Mahakuasa, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah yang berjudul “Hukuman
Hudud “. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Abd Azis, S.Ag.,MH selaku
Dosen pengampu kami yang telah memberikan tugas ini kepada kami sehingga kami
mendapatkan banyak tambahan pengetahuan khususnya dalam masalah Fiqih Jinayah.
Disamping itu, kami menyadari betul bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sekiranya membangun dari
para pembaca sekalian juga teman – teman semua agar kekurangan dari makalah ini dapat
diperbaiki dan menjadi lebih sempurna.

Makassar, 14 April 2021

Penyusun
Kelompok III
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. 1

DAFTAR ISI ........................................................................................................... 1

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 3

A. Latar Belakang ................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ...........................................................................................2

C. Tujuan ..............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................... 2

A. Pengertian Hudud .............................................................................................. 5

B. Kedudukan Hukum Hudud dalam Islam.......................................................... 8

C. Macam-macam Tindakan Hudud..................................................................... 9

D. Ciri-ciri Hudud ................................................................................................10

E. Hikmah Pensyariatan Hukum Hudud..............................................................11

BAB III PENUTUP ..................................................................................................12

A. Kesimpulan .....................................................................................................12

B. Saran ................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 14


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pemberian hukum dalam rangka hak Allah swt, ditetapkan demi kemaslahatan
masyarakat dan terpeliharanya ketenteraman atau ketertiban umum.Oleh karena itu
hukuman itu didasarkan atas hak Allah SWT, maka tidak dapat digugurkan, baik oleh
individu maupun oleh masyarakat.

Hadirnya Islam di tengah-tengah kehidupan manusia merupakan rahmat.Rahmat


berarti anugrah karunia atau pemberian Allah yang maha pengasih dan maha penyayang.
Manusia diharapkan mampu mengambil manfaat secara maksimal dengan kesadaran akan
dirinya sendiri. Semua aturan yang ada dalam Islam, baik yang berupa perintah,
larangan, maupun anjuran adalah untuk manusia itu sendri. Manusia hendaknya
menerima ketentuan-ketentuan hukum islam dengan hati yang lapang kemudian
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.Dalam hal ini di antara aturan Islam yang
hendak di bahas meliputi zina, qazf, minuman keras, dan lain sebagainya. Kata hudud
adalah bentuk jamak dari kata had. Pada dasarnya had berarti pemisah antara dua hal atau
yang membedakan antara sesuatu dengan yang lain.

Untuk lebih meningkatkan wawasan mahasiswa dan pendalaman terhadap ilmu


agama yang lebih luas lagi timbul rasa kecintaan terhadap ilmu agama, maka kami
menganggap perlu untuk bisa lebih jauh mengenalinya termasuk materi yang akan
dibahas ini yaitu Hukum Hudud.

Penyusunan makalah ini bertujuan supaya mengenali lebih jauh tentang ilmu
agama khususnya hukum hudud, tetapi tidak hanya sekedar mengenali dan diharapkan
agar memahami serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
B. Rumusan masalah

1. Apakah Pengertian Hudud?

2. Bagaimana Kedudukan hukum hudud dalam islam?

3. Apa sajakah Macam-macam tindakan hudud?

4. Apa sajakah Ciri-ciri hudud?

5. Apakah Hikmah pensyariatan hukum hudud?

C. Tujuan

1. Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqih Jinayah

2. Untuk Mengatahui Pengertian Hudud

3. Untuk Mengetahui ruang lingkup hukum hudud.

4. Untuk Mengetahui tindakan-tindakan yang termasuk dalam hukum hudud.

5. Untuk Mengetahui hikmahnya pelaksanaan hudud.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian hudud

Hudud adalah bentuk jamak dari kata “Had” yang artinya sesuatu yang membatasi dua
benda. Dan pada asalnya perkataan had ialah sesuatu yang memisahkan antara dua perkara dan
digunakan atas sesuatu yang membedakan sesuatu yang lain.

Menurut syar’I, hudud adalah hukuman-hukuman kejahatan yang telah ditetapkan oleh
syara untuk mencegah dari terjerumusnya seseorang kepada kejahatan yang sama. Oleh karena
itu tidak termasuk ta’zir kerena ta’zir tidak ada ketentuan hukumnya dan tidak termasuk pula
qisas karena qisas adalah hak anak adam. Kesalahan dalam jinayah hudud dianggap sebagai
kesalahan terhadap hak Allah, karena perbuatan itu menyentuh kepentingan masyarakat umum
yaitu menjelaskan ketenteraman dan keselamatan orang ramai dan hukumannya pula memberi
kebaikan kepada mereka.Kesalahan ini tidak boleh diampunkan oleh manusia pada mangsa
jinayah itu sendiri, warisnya, ataupun masyarakat umum.

Hukuman hudud wajib dikenakan pada orang yang melanggar larangan-larangan tertentu
dalam agama, misalnya zina, menuduh zina, qadzab, dan lain-lain.Mereka yang melanggar
ketetapan hukum Allah yang telah ditentukan oleh Allah dan Rasul-Nya adalah termasuk dalam
golongan orang yang zalim. Firman Allah SWT yang artinya :“Dan siapa yang melanggar
aturan-aturan hukum Allah maka mereka itulah orang-orang yang zalim”.(Q.S.Al-Baqarah (2) :
229).

B. Kedudukan Hukum Hudud dalam Islam

Islam diturunkan untuk dilaksanakan dalam kehidupan manusia di dunia dan sebagai
pedoman hidup yang mutlak bagi umat manusia khususnya bagi orang-orang Islam. Ajaran-
ajaran islam itu adalah bersifat universal, rasional, dan fitri serta sesuai untuk sepanjang zaman
semua tempat dan keadaan. Tidak ada hukum Allah dan Rasul-Nya yang sudah lapuk ditelan
zaman, bahkan hukum-hukum Allah dan Rasul itulah hukum ultra moden karena ia diciptakan
oleh Allah Yang Bijaksana dan Mengetahui akan sifat hambanya zahir dan batin. Tiada
alternative lain bagi umat Islam selain dari hukum-hukum Allah. Hukum-hukum islam itu telah
dijalankan sepenuhnya oleh Rasulullah dan Khulafa ur-Rasyidin dan Khalifah-khalifah Islam
berikutnya sehingga zaman kejatuhan Islam. Tidak ada siapapun yang berhak menukar
gantikannya atau memusnakannya.Hukum-hukum tersebut adalah kekal abadi sampai akhir
zaman. Allah telah menurunkan hukum-hukumnya kepada kita sebagai hambanya diwajibkan
melaksanakan hukum-hukum itu dengan penuh ketaatan “kami dengar dan kami taat”, bukannya
dengan dolak-dalik dan helah seperti kaum Yahudi dan orang-orang munafiq.

Pelaksanaan hukum hudud dapat menyelesaikan masalah kerusakan moral dan sahsiah
yang sedang mengancam masyarakat menusia dan pasti akan mewujudkan masyarakat yang
aman damai dan makmur dalam keridhaan Allah. Demikian jaminan Allah dan Allah tidak akan
memungkiri janji-janji-Nya.

C. Macam-macam Tindakan yan Golongan Hudud

Ada berbagai tindakan yang termasuk golongan hudud, antara lain :

A. Zina

a) Pengertian Zina

Zina secara harfiyah artinya fahisyah, yaitu perbuatan keji. Zina dalam
pengertian istilah adalah hubungan kelamin diantara seorang laki-laki dengan
seorang perempuan yang satu sama lain tidak terkait hubungan perkawinan.

Para fuqaha mengartikan bahwa zina yaitu melakukan hubungan seksual


dalam arti memasukkan zakar (kelamin pria) kedalam kelamin vagina (kelamin
wanita) yang dinyatkan haram, bukan karena syubhat, dan atas dasar syahwat.Jadi
perbuatan zina itu adalah haram hukumnya dan termasuk salah satu dosa besar,
karena perbuatan tersebut termasuk perbuatan yang sangat keji, pergaulan seperti
binatang. Allah SWT berfirman dalam (Q.S. Al-Isra 17:32.)

Artinya “Dan janganlah kamu mendekati zina, sungguh zina itu perbuatan yang
keji, dan jalan suatu yang buruk”.

b) Dasar penetapan adanya perbuatan zina

Ada dua cara yang dijadikan dasar untuk menetapkan bahwa menurut syara
seorang telah melakukan zina, yaitu :

1) Empat orang saksi dengan syarat : semuanya laki-laki adil, memberikan kesaksian
yang sama tentang tempat, waktu dan cara melakukannya.
2) Pengakuan dari pelaku, dengan syarat sudah baligh dan berakal. Jika orang yang
mengaku telah berbuat zina itu belum baligh atau sudah baligh tapi akalnya terganggu
atau gila, maka tidak bisa ditetapkan had zina padanya.

c) Macam-macam Had bagi Pezina

1) Had bagi pelaku zina muhsan (orang yang sudah baligh, berakal, dan pernah
melakukan hubungan dengan jalan yang sah) yaitu dirajam atau dilempari dengan batu
sampai mati.

2) Had bagi pelaku zina Ghairu muhsan (orang yang belum pernah menikah) yaitu
didera atau dicambuk sebanyak 100 kali dan diasingkan satu tahun. Haddnya berupa
cambuk seratus kali sesuai dengan firman Allah “Deralah masing-masing dari
keduanya seratus kali”(Q.S.An-nur 24 : 2). Hadd diasingkan selama satu tahun,
ketentuan ini sesuai dengan hadist nabi : “Perzinaan yang dilakukan oleh laki-laki
perjaka dengan perempuan perawan hukumnya seratuskali dera dan dibuang selama
satu tahun (Hr.Muslim)”.

B. Menuduh zina (Qazf)

Menuduh sama juga dengan fitnah yang merupakan suatu pelanggaran yang
terjadi bila seorang dengan bohong menuduh seorang muslim berzina atau
meragukan silsilahnya. Ia merupakan kejahatn yang besar dalam islam dan yang
melakukannya disebut pelanggaran yang berdosa. Hukuman bagi orang yang
menuduh zina dan tidak terbukti berdasarkan firman Allah dalam Q.S. An-Nur 24 : 4
“dan orang-orang yang menuduh perempuan-perempuan yang baik berzina , dan
mereka tidak dapat mendatangkan empot orang saksi, maka mereka didera delapan
puluh kali, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka untuk selama-lamanya.
Mereka itulah orang-orang yang fasik”.

C. Minuman yang memabukkan (Khamar)

Larangan meminum minuman yang memabukkan didasarkan pada Q.S.Al-


Ma’idah 5 : 90 Artinya “wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya minuman
keras, berjudi(berkurban untuk) berhala, dan mengundil nasib dengan anak panah
adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah (perbuatan-
perbuatan) itu agar kamu beruntung”.
Firman Allah SWT di atas tidak menegaskan hukuman apa bagi peminum
minuman keras (khamar). Sanksi terhadap delik ini disandarkan pada hadist Nabi
SAW, yakni melalui sunnah fi’liyahnya bahwa hukuman terhadap jarimah ini
adalah empat puluh kali dera.

D. Mencuri

Mencuri adalah perbuatan mengambil harta orang lain tanpa seizin pemilik
nya (secara diam-diam), dengan maksud untuk memiliki. Menurut fuqaha yang
disebut mencuri adalah mengambil barang secara sembunyi-sembunyi ditempat
penyimpanan dengan maksud untuk memiliki, dilakukan dengan sadar atau adanya
pilihan serta memenuhi syarat-syarat tertentu.Salim Al-Uwa mengartikan mencuri
sebagai mengambil barang secara sembunyi dengan niat ingin memiliki barang
tersebut.

Mencuri merupakan perbuatan yang dilarang dan diancam hukuman potong


tangan sebagaimana disebutkan dalam Q.S Al-maidah 5 : 38, artinya “adapun laki-
laki maupun perempuan yang mencuri potonglah tangan kaduanya (sebagai)
balasan atas perbuatan yang mereka lakukan dan sebagai siksaan dari Allah dan
Allah maha perkasa maha bijaksana”.

Berdasarkan firman Allah SWT diatas, orang yang mencuri dikenakan


hukuman potong tangan.Hukum potong tangan sebagai sanksi kejahatan
pencurian.Tindak pencurian dikenai sanksi potong tangan jika telah memenuhi
syarat-syarat pencurian yang wajib dikenai potong tangan.Adapun jika pencurin itu
belum memenuhi syarat mencuri tidak boleh dikenai sanksi potong tangan.
Misalnya orang yang mencuri karena kelaparan, mencuri barang-barang milik
umum, belum sampai nisab (1/4 dinar), dan lain sebagainya tidak boleh dikenai had
potong tangan.

E. Murtad

Murtad berarti menolak agama islam dan memeluk agama lain baik melalui
perbuatan maupun lisan. Dengan demikian perbuatan murtad mengeluarkan
seseorang dari lingkungan islam. Bila seseorang menolak prinsip-prinsip dasar
kepercayaan (iman) seperti keyakinan akan adanya Allah serta Nabi Muhammad
SAW sebagai utusan-Nya sebagaimana yang terdapat dalam “kalimah al-
shahadah”. Begitu juga menolak mempercayai al-quran sebagai kitabullah atau
menolak ajaran yang dikandungnya tau mengingkari hari kebangkitan, ganjaran,
atau hukuman dari Allah termasuk perbuatan murtad.Menolak ibadah-ibadah
khusus seperti shalat, zakat, puasa, dan haji juga termasuk tindakan murtad.Pelaku
murtad dikenai hukuman mati, jika tidak mau bertobat dan kembali ke pangkuan
islam dalam tenggang waktu tertentu. Hanya saja, syariah tidak membatasi
tenggang waktu yang diberikan kepada si pelaku murtad untuk kembali ke islam.

F. Bughah (memberontak)

Pemberontakan sering diartikan keluarnya seseorang dari ketaatan kepada iman


yang sah tanpa alasan. Ulama syafi’iyah berpendapat bahwa yang dimaksud dengan
pemberontakan adalah orang-orang muslim yang menyalahi iman dengan cara tidak
menaatinya dan melepaskan dari dirinya (menolak kewajiban dengan kekuatan,
argumentasi, dan memiliki pemimpin).

Pelaku bughah (memberontak) diperangi sampai mereka kembali ke pangkuan


islam atau ke pangkuan khilafah yang sah. Hanya saja perang melawan pelaku
bughat berbeda dengan perang melawan orang kafir.Perang melawan pelaku bughat
hanyalah perang yang bersifat edukatif, bukan jihad fi sabilillah.Oleh karena itu,
pelaku bughat tidak boleh diserang dengan senjata pemusnah massal atau serbuan,
nuklir, dan roket, terkecuali mereka menggunakan arsenal seperti ini.Jika mereka
melarikan diri dari perang mereka tidak boleh dikejar dan ditumpas sampai
habis.Harta mereka tidak boleh dijadikan sebagai gharimah.

Memerangi pemberontak hukumnya wajib demi menegakkan hukum allah


sebagaimana yang dijelaskan dalam surah al-hujurat 49 : 9, artinya : “jika salah satu
dari keduanya berbuat zalim terhadap golongan lain, maka perangilanh golongan
yang berbuat zalim itu, sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah”.

G. Hirabah (perampokan)

Perampokan merupakan kejahatan yang dilakukan oleh sekelompok orang atau


seseorang yang bersenjata yang mungkin akan menyerang musafir atau orang yang
berjalan dijalan raya atau ditempat mana pun mereka merampas harta korbannya
dengan menggunakan kekerasan bila korbannya lari mencari pertolongan.

Dasar hukum yang dikenakan pada pearampok telah dijelaskan pada Q.S.Al-
Maidah 5 : 33, artinya “hukuman bagi orang-orang yang memerangi Allah dan
Rasul-Nya dan membuat kerusakan dibumi, hanyalah dibunuh atau disalib atau
dipotong kaki dan tangan mereka secara bersilang, atau diasingkan dari halamnnya.
Yang demikian itu, kehinaan mereka didunia dan di akhirat mereka
mendapatkan azab yang besar”.

Firman Allah SWT pada Q.S.Al-Maidah 5 : 33 ini turun sehubungan dengan


orang-orang islam melakukan tindakan kejahatan berupa pembunuhan, kekacauan,
terror.Kekerasan, kerusakan, dan mendurhakai islam dengan keluar dari ajarannya.
Dikatakan memerangi Allah dan Rasul-Nya berarti memerangi orang-orang islam
dengan berbagai kejahatan sehingga istilah lain disebut hirabah.

D. Ciri-ciri Hudud

Hudud mempunyai sifat-sifatnya yang khusus, yaitu :

1) Kesalahan-kesalahan hudud telah ditetapkan syara’.

2) Hukuman-hukuman siksanya telah ditentukan jenis-jenisnya dan berat ringannya oleh


ketetapan syara’, tiada siapa yang boleh mengubah melibihi atau menguranginya. Ia
wajib dilaksanakan seperti adanya.

3) Kesalahan-kesalahan hudud boleh dimaafkan sebelum ia dibawa kedepan hakim, tetapi


tiada siapa pun yang dapat memaafkan atau mengurangkan hukuman setelah dibawa ke
depan pengadilan.

4) Semua orang yang mencukupi syarat yang dikenakan hukuman yang sama tanpa
terkecuali.

5) Taubat tidak menggugurkan siksa kecuali dalam hal kejahatan perampokan dimana
perampok digugurkan dari siksa, jika ia bertaubat sebelum dapat ditangkap, dan orang-
orang murtad yang bertaubat sebelum dibawa kemuka pengadilan.

E. Hikmah Pensyariatan Hukum Hudud

Hudud disyariatkan untuk kemaslahatan hamba dan memiliki tujuan yang


mulia.diantaranya adalah :

1) Hukuman bagi orang yang berbuat kejahatan dan membuatnya jera. Apabila ia
merasakan sakitnya hukuman ini dan akibat buruk yang muncul darinya, maka ia akan
jera untuk mengulangi dan dapat mendorongnya untuk istiqamah serta selalu taat kepada
Allah SWT .
2) Mencegah orang lain agar tidak terjerumus dalam kemaksiatan.

3) Huddud adalah penghapus dosan dan pensuci jiwa pelaku kejahatan tersebut.

4) Menciptakan suasana aman dalam masyarakat dan menjaganya.

Menolak keburukan, dosa dan penyakit pada masyarakat, karena apabila


kemaksiatan telah merata dan menyebar pada masyarakat maka Allah akan menggantinya
dengan kerusakan dan musibah serta dihapusnya kenikmatan dan ketenangan. Untuk
menjaga hal ini maka solusi terbaiknya adalah menegakkan dan menerapkan hudud.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa Hudud adalah
bentuk jama’ dari kata hadd yang berarti mencegah.Disebut hudud karena hukuman
itu dapat mencegah terjadinya perbuatan yang mengakibatkan jatuhnya
hukuman.macam-macam kesalahan yang termasuk hudud antara lain : zina, menuduh
zina, meminum khamar, mencuri, murtad, bughah, dan hirabah.

Hukum-hukum tersebut adalah kekal abadi sampai akhir zaman. Allah telah
menurunkan hukum-hukumnya dan kepada kita sebagai hambanya diwajibkan
melaksanakan hukum-hukum itu dengan penuh ketaatan “kami dengar dan kami
taat”, bukannya dengan dolak-dalik dan helah seperti kaum Yahudi dan orang-orang
munafiq.

Pelaksanaan hukum hudud dapat menyelesaikan masalah kerusakan moral dan


sahsiah yang sedang mengancam masyarakat manusia dan pasti akan mewujud
masyarakat yang aman damai dan makmur dalam keridhaan Allah. Demikian jaminan
Allah dan Allah tidak akan memungkiri janji-janji-Nya.

B. Saran

Demikianlah makalah ini penulis buat, adapun substansi yang terkandung


didalamnya semoga akan menjadi suatu badan acuan bagi setiap orang dalam
melaksanakan tindakannya dimuka bumi ini.

Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat karena pembahasan dari makalah
ini sangatlah berguna bagi siapapun terlebih bagi setiap manusia yang berada dibumi
ini agar senantiasa beribadah dan taat dalam menjalankan ajaran Allah SWT.

Apabila dalam makalah ini terdapat suatu hal baik itu perkataan, penulisan,
ataupun hal-hal lain yang menuju kearah ketidaksempurnaan mohon kiranya agar
makalah ini dapat dikoreksi, karena sebagai, manusia biasa tentunya penyusun pasti
banyak melakukan kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA

http://hariyono1407.blogspot.com/2012/04/hukum-pencurian-dalam-islam.html,

http://almanhaj.or.id/content/3383/slash/0/fikih-hudud/

Anda mungkin juga menyukai