Oleh: Hanifah
Nama lengkapnya Abu al-Walid Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Ahmad
bin Ahmad bin Rusyd al-Hafid al-Andalusi al-Qurthubi al-Maliki. Dikalangan para ilmuwan
barat ia dikenal sebagai Averroes. Ia adalah seorang filsuf dari Spanyol (Andalusia). Ia
adalah pendiri pikiran merdeka sehingga memiliki pengaruh yang sangat tinggi di Eropa. Ia
dilahirkan di Cordoba, Spanyol pada tahun 520 H/1126 M dan wafat pada tahun 596 H/1198
M.
Ibnu Rusyd al-Hafid ini menjalani masa kanak-kanaknya di tengah keluarga terhormat
dan taat beragama. Seperti kita ketahui, ayah dan kakeknya dikenal sebagai hakim-hakim
terkenal pada masanya. Ibnu Rusyd kecil sendiri adalah seorang anak yang memiliki banyak
minat dan talenta. Dia mendalami banyak ilmu seperti kedokteran, hukum, matematika, dan
filsafat. Ibnu Rusyd mendalami ilmu filsafat dari Abu Ja’far Harun dan Ibnu Bajjah.
Ibnu Rusyd adalah seorang jenius yang berasal dari Andalusia dengan pengetahuan
ensiklopedik. Masa hidupnya sebagian besar diberikan untuk mengabdi sebagai “qadhi”
(hakim) dan fisikawan. Di dunia barat, Ibnu Rusyd dikenal sebagai Averroes lewat karyanya
Al-Kulliyat yang telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa dan komentar terbesar atas
filsafat Aristoteles yang memengaruhi filsafat kristen di abad pertengahan, termasuk pemikir
semacam St. Thomas Aquinas. Pemikiran-pemikiran Ibnu Rusyd sangat berpengaruh di
negara-negara Eropa, dan banyak dikaji di tingkat universitas. Ia adalah seorang muslim yang
ahli dalam bidang filsafat dan kedokteran, sehingga tidak heran jika banyak yang mendatangi
Ibnu Rusyd untuk mengkonsultasikan masalah kedokteran dan masalah hukum.
Mengingat ayah dan kakeknya mengikuti dan mendalami fikih Maliki dan secara
teologi mengikuti pola pikir Asy’ari, maka secara alami ia diajari fikih Maliki dan teologi
Asy’ari oleh ayahnya sendiri. Kemudian ia juga meriwayatkan hadits dan menghafal kitab Al-
Muwatho‟ atas bimbingan ayahnya juga. Demikianlah apresiasi keagamaan dan keilmuwan
Ibnu Rusyd al-Hafid yang sangat kental dengan apresiasi keagamaan di tengah-tengah
keluarganya. Suatu apresiasi yang kondusif yang nanti mendorong dirinya haus mencari ilmu
“melintasi” tradisi keagamaan dan keilmuwan ayah dan kakeknya.
Karya-karya Ibnu Rusyd meliputi bidang filsafat, kedokteran dan fikih dalam bentuk
karangan, ulasan, essai dan resume. Hampir semua karya-karya Ibnu Rusyd diterjemahkan ke
dalam bahasa Latin dan Ibrani (Yahudi) sehingga kemungkinan besar karya-karya aslinya
sudah tidak ada.
Filsafat Ibnu Rusyd ada dua, yaitu filsafat Ibnu Rusyd seperti yang dipahami oleh
orang Eropa pada abad pertengahan; dan filsafat Ibnu Rusyd tentang akidah dan sikap
keberagamaannya. Ibnu Rusyd paling menonjol pada aspek falsafaty (estetika logika dan
filsafat) yang terbentang hampir di setiap karyanya. Menurutnya, nilai filsafat dan logika itu
sangat penting, khususnya dalam mentakwilkan dan menafsirkan al-Qur’an sebagai kitab
teks, yang selalu membutuhkan artikulasi makna dan perlu diberi interpretasi kontekstual dan
bukan artikulasi lafadz.
Baik dalam islam sendiri, demikian Ibnu Rusyd tidak melarang orang berfilsafat,
bahkan al Kitab, banyak dalam ayatnya memerintahkan umatnya untuk mempelajari filsafat.
Menurut Rusyd, takwil (penafsiran) dan interpretasi teks dibutuhkan untuk menghindari
adanya pertentangan antara pendapat akal dan filsafat serta teks al-Qur’an. Ia memaparkan,
takwil yang dimaksud disini adalah meninggalkan arti harfiah ayat dan mengambil arti
majazinya (analogi). Hal ini pula yang dilakukan para ulama klasik periode awal dan
pertengahan.
Berkaitan dengan penciptaan alam, Ibnu Rusyd menganut teori kausalitas (hukum
sebab-akibat), berpendapat bahwa memahami alam harus dengan dalil-dalil tertentu agar
dapat sampai kepada hakikat dan eksistensi alam. Setidaknya ada tiga dalil untuk
menjelaskan teori itu, kata Rusyd, yaitu:
Pertama, dalil inayah yakni dalil yang mengemukakan bahwa alam dan seluruh kejadian
yang ada di dalamnya, seperti siang dan malam, matahari dan bulan, semuanya menunjukkan
adanya penciptaan yang teratur dan rapih yang didasarkan atas ilmu dan kebijaksanaan. Dalil
ini mendorong orang untuk melakukan penyelidikan dan penggalian yang terus-menerus
sesuai dengan akal pikirannya. Dalil ini pula yang akan membawa kepada pengetahuan yang
benar sesuai dengan ketentuan al-Qur’an.
Kedua, dalil ikhtira’ yaitu asumsi yang menunjukkan bahwa penciptaan alam dan makhluk
didalamnya nampak jelas dalam gejala-gejala yang dimiliki makhluk hidup. Semakin tinggi
tingkatan makhluk hidup itu, kata Rusyd, semakin tinggi pula berbagai macam kegiatan dan
pekerjaannya. Hal ini tidak terjadi secara kebetulan. Sebab, bila terjadi secara kebetulan,
tentu saja tingkatan hidup tidak berbeda-beda. Ini menunjukkan adanya pencipta yang
mengatur kehidupan. Dalil ini sesuai dengan syari’at islam, dimana banyak ayat yang
menunjukkan perintah untuk memikirkan seluruh kejadian alam ini.
Ketiga, dalil gerak disebut juga dengan dalil penggerak pertama yang diambil dari
Aristoteles. Dalil tersebut mengungkapkan bahwa alam semesta bergerak dengan suatu
gerakan yang abadi, dan gerakan ini mengandung adanya penggerak pertama yang tidak
bergerak dan berbenda, yaitu Tuhan.
Menurut Rusyd, benda-benda langit beserta gerakannya dijadikan oleh tuhan dan
tiada bukan dalam zaman. Sebab, zaman tidak mungkin mendahului wujud perkara yang
bergerak, selama zaman itu kita anggap sebagi ukuran gerakannya. Jadi gerakan
menghendaki adanya penggerak pertama atau sesuatu sebab yang mengeluarkan dari tiada
menjadi wujud. Ibnu Rusyd juga dikenal sebagai penerus aliran Aristoteles ini, menilai
bahwa substansi yang lebih dahulu itulah yang memberikan wujud kepada substansi yang
kemudian tanpa memerlukan kepada pemberi form (Tuhan) yang ada diluarnya.
Menurut Ernest Renan (1823-1892) karyanya mencapai 78 judul yang terdiri dari 39
judul tentang filsafat, 5 judul tentang kalam, 8 judul tentang fiqih, 20 judul tentang
kedokteran, 4 judul tentang ilmu falak, matematika dan astronomi, 2 judul tentang nahwu dan
sastra.
Ibnu Rusyd dikenal sebagai intelektual yang mendalami berbagai disiplin ilmu dapat
diketahui dari beberapa karya yang ia tulis. Untuk itu pada buku Kitab-Kitab Para Ulama
Pembaharu akan mengklasifikasikan karya tersebut sesuai disiplin ilmu yang sudah populer,
sebagai berikut:
I. Filsafat/Hikmah
1. Tuhufut Tuhafut (Kerancuan dalam kerancuan) berisi tanggapan terhadap
buku al-Ghazali yang berjudul Tahafut al-Falasifah (Kerancuan para
filosof). Perlu diketahui bahwa polemik ini terjadi hanya melalui kitab.
Jadi mustahil keduanya pernah ketemu dan berdebat langsung. Kitab ini
dicetak pertama kali 1901 M. Kitab ini juga sudah diterjemahkanke dalam
bahasa Inggris oleh Van Den Berghe, 1954 M. Juga diterjemahkan ke
dalam bahsa Jerman oleh Max Horten, terbit di Born pada 1913 M.
2. Jawhar al-Ajram al-Samawiyah.
3. Ittashal al-„Alq al-Mufarriq bi al-Insan.
4. Kitab fi al-„Aql al-Hayulani aw fii Ihkam al-Ittashal.
5. Masail fii Mukhtalif Aqsam al-Mantiq.
II. Ilmu Kalam
1. Fashl al-Maqal fiimaa Baina al-Hikmah wa al-Syari‟ah min al-Ittisal.
2. I‟tiqad Masysyain wa al-Mutakallimin.
3. Al-Manhaji fii Ushuluddin.
4. Syarah Aqidah al-Imam al-Mahdi.
5. Manahij al-Adillah fii „Aqaid al-Millah.
6. Dhamimah lii Masalah „Ilm al-Qadim.
III. Fiqih dan Ushul Fiqih
1. Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtashid.
2. Mukhtashar al-Musthofa.
3. Al-Tanbih ila al-Khatha‟ fii al-Mutun.
4. Risalah fii Dhahaya.
5. Risalah fii al-Kharaj.
IV. Ilmu Falak/Astronomi
1. Mukhtashar al-Maqisthi.
2. Maqalah fii Harkah al-Jirm al-Samawi.
3. Kalam „ala Ru‟yah Jirm al-Tsabitah.
V. Nahwu
1. Kitab al-Dharuri fii an-Nahwi.
2. Kalam „ala al-Karimah wa al-Ism al-Musytaq.
VI. Kedokteran
1. Al-Kulliyat.
2. Syarah Arjuwizah Ibn Sinafi at-Thib.
3. Maqalah fii at-Tiryaq.
4. Nasha‟ih fii Amr al-Ishal.
5. Masalah fii Nawaib al-Humma.
6. Beberapa ringkasan kitab-kitab Galinus.
Referensi
Imam Ghazali Said, 2017. Kitab-Kitab Karya Ulama Pembaharu. Surabaya: PT. Duta
AKSARA MULIA.