Ibnu Rusyd belajar ilmu fiqh, ilmu pasti, dan ilmu kedokteran semenjak
kecil di Sevilla. Kemudian ia berhenti dan kembali ke Cordova. Kembalinya Ibn
Rusyd ke Cordova bertujuan untuk melakukan studi lebih lanjut tentang ilmu
yang dipelajarinya, kemuadian ia melakukan penelitian, membaca buku-buku,
dan menulis. Pada saat ia berusia 18 tahun, Ibnu Rusyd pindah ke Maroko. Di
daerah tersebut Ia belajar tentang ilmu tauhid (teologi), Ia terpengaruh pada
faham Asy’ariyah yang mengantarnkannya pada mempelajari ilmu filsafat.
Dengan kata lain Ibn Rusyd adalah seorang yang ahli pada bidang filsafat,
agama, syari’at, dan kedokteran. Ibnu Rusyd wafat pada tanggal 19 Shafar 595
H/ 10 Desember 1198 M di Kota Marakesh, namun beberapa tahun kemudia
jenazahnya dipindahkan ke kampong halamannya di kota Cordova.
a) Kebanyakan dari karya Ibn Rusyd telah dibakar pada tahun 1195 M.
b) Metode yang dipakai Ibn Rusyd dalam menulis karyanya yang berbeda,
yaitu ringkasan pendek (jamî` berupa maqâlah), ulasan sedang (talkhîsh)
dan komentar panjang (tafsîr).
Semua karya asli Ibn Rusyd ditulis dalam bahasa Arab. Namun, akibat
pernah ada pelarangan dan pembakaran, kebanyakan karya yang sampai
kepada kita hanya dalam bentuk terjemahan bahasa Ibrani dan Latin.
Karya-karya tersebut secara garis besar bisa diklasifikasikan dalam
beberapa tema:
1) karya-karya logika (manthiq)
2) karya fisika (thabi’yat)
3) karya metafisika (mabad’al-thabi’ah)
4) karya-karya teologi (ilm al-kalam)
5) karya hokum (fiqh)
6) karya-karya astronomi
Semua karya ini telah diterjemahkan ke ke dalam bahasa Ibrani
dan Latin pada abad 13 M, oleh para sarjana, khususnya sarjana
Yahudi, seperti Ya`kub Abamawi, Michael Scot, Ibrahim ibn Daud (w.
1180 M), Girardo Gremono (w. 1187 M), Moses ibn Tibbon (w. 1283
M), Michael Scot (w. 1232 M), Hermannus Contractus (w. 1272 M),
Jacob ben Abba Mari, Simeon Anatoli, Solomon ben Joseph, Zerachia
ben Isaac, Joseph ben Machis dan Kalonymus ben Kalonymus (w.
1328 M).1
Karya-karya Ibn Rusyd telah memberikan pengaruh besar pada
pemikiran filsafat sesudahnya, lebih-lebih di benua Eropa. Menurut
Urvoy, jasa besar Ibn Rusyd dalam bidang logika, misalnya, adalah:
a. mampu membersihkan tafsiran-tafsiran sebelumnya yang
tidak terkait dengan kondisi sosial budaya Yunani untuk
kemudian menjelaskannya agar bisa dihasilkan
interpretasi yang benar
b. Memberikan “doktrin baru” bahwa logika bukan hanya
sumber sains yang bicara benar-salah melainkan harus
berkaitan dengan realitas empirik. Logika bukan bidang
yang berdiri sendiri tetapi harus berkaitan dengan
persoalan empirik dan hanya berguna untuk
menjelaskannya
Menurut Husein Nasr, prinsip-prinsip inilah bersama karya-karyanya
tentang fisika yang telah mendorong lahirnya aliran empirisme dan
membantu proses sekularisasi di daratan Eropa.
5
Harun Hadiwijoyo, sari Sejarah Filsafat Barat I, (Yogyakarta:Karisius, 1980), hlm.107
dituangkan dalam bentuk sunnatullah atau hukum kausalitas yang
berlaku terus menerus di alam semesta ini dan biasa disebut
dengan hukum alam.
Ada sedikitnya lima hal yang diusahakan Ibn Rusyd
dalam memadukan antara agama dan filsafat. Salah satunya
adalah yang berkenaan dengan masalah perbuatan manusia ini.
Dia menyatakan sebagai berikut:
Manusia bukanlah satu-satunya penguasa terhadap
perbuatan-perbuatannya juga bukan seperti wayang di tangan
Tuhan. Perbuatan manusia itu sebagian bebas berkehendak dan
berbuat, akan tetapi perbuatan –perbuatannya adalah tunduk
kepada pengawasan dan kontrol umum dari pada Tuhan.
D. KESIMPULAN
Ibnu Rusdy seorang pemikir yang lahir dari Cordova pada tahun 520 H/1126
M, Ibnu Rusdy adalah seorang filosof Islam terbesar dibelahan barat dunia di
Eropa pada zaman pertengahan dengan sebutan ‘’Averrios”’, Ibnu Rusdy
seorang pemikir yang menonjol pada periode perkembangan filsafat Islam
mencapai puncaknya. Dengan itu memiliki pengaruh yang luas dan besar
terhadap pemikiran di Barat. Ibnu Russd memiliki karya dari berbagai
macam disiplin keilmuan. Karyanya mencapai 78 judul. Ibnu Rusyd juga
merupakan tokok yang ingin mengharmormisasikan antara filsafat dan
agama. Dalam memahami alam harus ada dalil-dalil tertentu agar dapat
sampai pada hakikatnya dan ada tiga dalil yaitu;dalil Inayah, dalil Ikhtira’
dan dalil al-Harakah
6
M. Yusuf, Bayn al-Din wa al-Falsafat Fi Ra’yi Ibn Rusyd wa falasafat al-Asr al Wasith,
(Kairo: Dar al-Malarif, 1980), hlm.44