0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
211 tayangan8 halaman
Teks tersebut membahas pandangan-pandangan terhadap otoritas Alkitab. Pertama, golongan liberal menganggap Alkitab bukan Firman Allah melainkan buku biasa. Kedua, neo-ortodoksi menyatakan Alkitab bisa menjadi Firman jika dipakai Allah. Ketiga, pandangan ortodoksi menyatakan Alkitab adalah Firman Allah didasarkan pembelajaran historis.
Teks tersebut membahas pandangan-pandangan terhadap otoritas Alkitab. Pertama, golongan liberal menganggap Alkitab bukan Firman Allah melainkan buku biasa. Kedua, neo-ortodoksi menyatakan Alkitab bisa menjadi Firman jika dipakai Allah. Ketiga, pandangan ortodoksi menyatakan Alkitab adalah Firman Allah didasarkan pembelajaran historis.
Teks tersebut membahas pandangan-pandangan terhadap otoritas Alkitab. Pertama, golongan liberal menganggap Alkitab bukan Firman Allah melainkan buku biasa. Kedua, neo-ortodoksi menyatakan Alkitab bisa menjadi Firman jika dipakai Allah. Ketiga, pandangan ortodoksi menyatakan Alkitab adalah Firman Allah didasarkan pembelajaran historis.
Alkitab adalah Firman Allah dan merupakan otoritas final terhadap
kepercayaan dan perbuatan Kristen. Itu adalah satu hal yang tidak bisa di ganggu gugat lagi. Meskipun memang di dalam perkembangan kekristenan di dunia ini, timbul pandangan-pandangan yang berbeda dalam menyikapi otoritas Alkitab itu sendiri. Golongan Liberal yang begitu bersandar kepada akal budi manusia sebagai otoritas yang absolute menganggap bahwa Alkitab itu bukan Firman Allah, hanya buku biasa yang berisi catatan-catatan religious orang-orang terdahulu. Atau bahwa Alkitab hanya mengandung Firman Allah. Artinya sama seperti ‘cincin yang mengandung emas’, maka artinya cincin tersebut tidak terbuat dari emas murni, melainkan memiliki campuran logam lain. Begitu pula dengan Alkitab menurut golongan Liberal, yang tentunya menyebabkan bahwa Alkitab mungkin saja bisa salah. Lalu ada pula pandangan dari golongan Neo-Ortodoksi yang lahir sebagai respons negatif terhadap aliran liberalisme yang sebelumnya mendominasi kekristenan. Neo-ortodoksi memiliki pandangan terhadap Alkitab yaitu, menurut mereka Alkitab merupakan tulisan manusia yang tidak bisa luput dari kesalahan. Tetapi tulisan tersebut bisa menjadi Firman apabila Allah memakainya untuk berbicara kepada kita. Allah memakainya sedemikian rupa, agar pembaca bisa menerima Firman Allah yang sejati. Semua bagian Alkitab bisa dipakai Allah untuk menyadarkan orang, secara pribadi. Kebenaran dalam Alkitab tidak dapat ditemukan hanya dalam kebenaran historis saja tapi dengan bertemu secara iman Yang terakhir adalah pandangan Ortodoks yang menyatakan bahwa Alkitab adalah Firman Allah. Pandangan ini merupakan pandangan yang paling komprehensif, karena pandangan Ortodoks terhadap Alkitab, didasarkan dengan pembelajaran historis. Setidaknya ada 10 alasan baik itu secara internal (dari dalam) dan secara eksternal yang membuktikan Alkitab adalah Firman Allah. 2
1. Alkitab menyatakan sendiri bahwa dirinya adalah Firman
Allah. Banyak sekali kejadian dan perkataan dalam Alkitab ketika ia menyebut dirinya sendiri adalah Firman Tuhan – deskripsi- deskripsi dari Firman Tuhan. Contoh: Yes 43:1 “Tetapi sekarang, beginilah firman TUHAN yang menciptakan engkau, hai Yakub, yang membentuk engkau, hai Israel: “Janganlah takut, sebab Aku telah menebus engkau, ...”, kemudian Yes 48:17 “Beginilah firman TUHAN, Penebusmu, Yang Mahakudus, Allah Israel: “Akulah TUHAN, Allahmu, yang mengajar engkau tentang apa yang memberi faedah, ...” dan Yeh 12:28 “Oleh karena itu katakanlah kepada mereka: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Tidak satupun dari firman-Ku akan ditunda-tunda. Apa yang Kufirmankan akan terjadi, demikianlah firman Tuhan ALLAH”. Dari kisah para Nabi pun kita bisa melihat jelas bahwa apa yang mereka sampaikan adalah berasal dari Allah yang berarti adalah Firman Allah, seperti dalam Yeremia, misalnya. Yeremia mengumumkan bahwa ia masih muda dan tidak pandai berbicara di depan orang Israel, namun Allah berkata bahwa Ia akan menaruh perkataan-perkataan-Nya ke dalam mulut Yeremia yaitu perkataan-perkataan yang nabi ini harus katakan (1:6-9). 2. Alkitab memiliki keharmonisan antara bagian satu dengan lainnya. Hanya Allah yang dapat menyatukan seluruh kitab dalam Alkitab menjadi satu. Alkitab yang terdiri dari 66 kitab, ditulis lebih dari oleh 40 penulis dalam rentang waktu yang amat panjang tetap memiliki satu kesatuan tema dalam keharmonisan, dari depan sampai akhir, tanpa ada kontradiksi. Kesatuan tema seperti ini berbeda dari buku-buku lainnya dan merupakan bukti asal usul ilahi dari kata-kata Alkitab saat Allah menggerakkan manusia sedemikian rupa sehingga mereka mencatat apa yang dikatakanNya. 3
3. Nubuatan-nubuatan di dalam Alkitab digenapi dengan
sempurna dan mendetail. Alkitab mengandung ratusan nubuat yang dinyatakan dengan detail baik yang berhubungan dengan bangsa-bangsa, termasuk Israel, masa depan dari kota-kota tertentu, masa depan dari umat manusia, sampai kedatangan Mesias; Juruselamat yang bukan hanya bagi Israel, tapi bagi semua orang yang percaya kepadaNya. Berbeda dengan nubuat-nubuat yang ditemukan dalam kitab-kitab agama lainnya, atau yang dikatakan oleh Nostradamus, nubuat-nubuat Alkitab sangat mendetail dan tidak pernah tidak digenapi. Dalam Perjanjian Lama saja, ada sekitar tiga ratus nubuatan mengenai Yesus Kristus. Bukan saja dinubuatkan di mana Dia akan dilahirkan dan dari keluarga apa, namun juga bagaimana Dia akan mati dan akan bangkit pada hari yang ketiga.Tentang kelahiran Yesus di nubuatkan dalam Mikha 5:1 “Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil diantara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala”. Kemudian dalam Yesaya 7:14 “Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel”. Tentang Yesus yang akan ditindaspun, disiksa dan akan mati dinubuatkan dalam Yesaya 53, Mazmur 22, dan lain sebagainya. Sama sekali tidak ada cara logis untuk menjelaskan penggenapan nubuat-nubuat Alkitab kecuali bahwa Alkitab memang berasal dari Allah. Tidak ada buku religi apapun atau manusia manapun yang memiliki tingkat dan jenis nubuat seperti yang ada dalam Alkitab. 4. Yesus dan para rasul mengakui otoritas Alkitab 4
Yesus menghormati Firman Allah. Dalam Mat 5:17 tertulis,
“Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakan, melainkan untuk menggenapinya.” Pada bagian ini jelas bahwa Yesus menghormati otoritas Firman Allah yang datang melalui para nabi dan kemudian menunjukkan bahwa dirinya adalah penggenapan dari Firman Tuhan. Yesus sendiri dalam pengajarannya menggunakan kitab-kitab Perjanjian Lama dan dengan demikian Yesus menyatakan bahwa Perjanjian Lama adalah benar dan tak bercacat, sempurna. Diantara para rasul tidak ada bukti satupun yang memperlihatkan bahwa mereka tidak mempercayai Perjanjian Lama sebagai inspirasi dari Allah. Diantara para rasul, Paulus adalahyang paling jelas memberikan pengakuan secara penuh akan otoritas Perjanjian Lama. 2 Timotius 3:16, “tulisan” yang dimaksud pada waktu itu adalah tulisan dari kitab-kitab Perjanjian Lama. 5. Alkitab tidak akan habis dipelajari dan akan selalu relevan. Kalau kita mempelajari buku lain, bagaimanapun tebalnya buku itu, maka pada suatu saat buku itu akan habis dipelajari dan kita tidak akan bisa menambah pengetahuan apa-apa lagi dari buku itu. Banyak buku yang telah ditulis oleh para ahli maupun filsuf, tetapi tidak mampu bertahan seperti Alkitab. Tetapi Alkitab sudah dipelajari oleh jutaan manusia selama ribuan tahun, walaupun begitu Alkitab tetap relevan untuk kehidupan masa kini karena Alkitab adalah Firman Allah Yang Hidup dan tidak ada seorang pun yang bisa tamat belajar Alkitab. Selalu ada sesuatu yang baru ketika kita mempelajari Alkitab secara benar. Kalau kita belajar Alkitab, sekalipun makin lama kita akan makin banyak mengerti tentang Alkitab, tetapi anehnya kita akan melihat bahwa makin banyak juga hal-hal yang belum kita mengerti tentang Alkitab. 5
6. Alkitab tetap bertahan ditengah banyak upaya untuk
melenyapkannya Alkitab sudah mulai ditulis sejak tahun 1500 SM (kitab Kejadian), yang artinya sampai hari ini sekitar 3500an Tahun lamanya. Sepanjang sejarah begitu banyak orang yang bertekad untuk menghancurkan Alkitab dan menghilangkan Alkitab dari muka bumi ini. Tapi yang mengherankan adalah orang-orang tersebut sudah tidak ada lagi, tetapi Alkitab masih bertahan sampai sekarang. Seorang bernama Tom Paine menulis buku “The Age of Reason” mengatakan bahwa bukunya akan laris di seluruh dunia sedangkan Alkitab hanya akan dijumpai di Museum. Tapi kenyataannya sekarang, Alkitab ada di mana-mana dan buku “The Age of Reason” hanya bisa kita jumpai di museum. Voltaire pernah berdiri di depan rumahnya dan mengatakan “100 tahun setelah kematianku, Alkitab hanya akan ada di museum dan tidak ada seorangpun yang akan mengucapkannya dan menemukannya lagi”. Ternyata 100 tahun setelah kematiannya, rumah tempat Voltaire berdiri dibeli oleh Geneva Bible Society, dijadikan kantor penerbitan Alkitab. Tetap terpeliharanya Alkitab, sekalipun diserang selama seribu tahun menunjukkan secara jelas bahwa Allah melindungi Alkitab yang merupakan Firman Tuhan. 7. Sejarah dan arkeologi turut mengokohkan ketepatan Alkitab Fakta-fakta sejarah dalam Alkitab dengan hasil penemuan arkeologi. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan Arkeologi sebagai, “Ilmu tentang kehidupan dan kebudayaan zaman kuno berdasarkan benda peninggalannya, spt patung dan perkakas rumah tangga; ilmu purbakala.” Josh Mc Dowell dan Don Stewart menyatakan mengenai arkeologi dan sejarah dalam Alkitab: “Selama 100 tahun yang baru lalu ini arkeologi telah membuktikan sebagian catatan sejarah yang terdapat dalam 6
Alkitab. Misalnya: dua kota yang disebutkan dalam Alkitab, yaitu
Sodom dan Gomora, selama bertahun-tahun telah dianggap berhubungan dengan mitologi. Akan tetapi, penggalian- penggalian yang belum lama berselang dilakukan di Tell Mardikh, yang sekarang dikenal sebagai tempat kota Ebla, telah menemukan kira-kira 15.000 lempengan tanah liat. Beberapa daripadanya telah diterjemahkan, dan ada yang menyebutkan Sodom dan Gomora. Pembuktian arkeologis lainnya meliputi bukti bahwa pernah ada seorang penguasa bernama Belsyazar; suku bangsa Het bukan saja pernah ada, melainkan juga memiliki daerah kekuasaan yang luas; juga pernah memerintah seorang raja bernama Sargon, dan hal-hal yang menyinggung sejarah dalam Kisah Para Rasul dapat dibuktikan ketepatannya. Sedemikian jauh, penemuan-penemuan arkeologi telah membuktikan, dan sama sekali tidak membantah hal-hal yang bersifat historis dalam catatan Kitab Suci.” 8. Alkitab diteguhkan oleh kuasanya mengubah hidup banyak orang 2 Timotius 3:16 “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran” Secara praktis terbukti bahwa Alkitab telah menjadi standar kebenaran dan memberikan manfaat yang sanggup mengubah kehidupan manusia, karena Allahlah yang ada dibalik penulisan itu. 9. Bapak-bapak gereja secara aklamasi menerima pengakuan akan otoritas Alkitab melalui pengkanonan Alkitab. Istilah “kanon” digunakan untuk menggambarkan kitab kitab yang diilhami. Istilah ini berasal dari kata Yunani (κανον), kanon, yang berasal dari kata Ibrani (qaneh), yang berarti “buluh atau tongkat 7
pengukur”. Jadi istilah “kanon” atau “kanonis” berarti
menunjukkan suatu standar dengan apa kitab-kitab itu diukur untuk menentukan apakah kitab-kitab itu diilhami atau tidak. Perlu dicatat bahwa konsili keagamaan tidak memiliki kuasa untuk menyebabkan kitab-kitab itu diilhami, namun secara sederhana hanya mengenali apa yang Allah telah ilhami ketika kitab-kitab itu ditulis. Orang yahudi dan Kristen konservatif mengenali adanya 39 kitab dalam PL yang diilhami. Orang Protestan Injili mengenali 27 kitab PB yang diilhami. 10. Tidak percaya otoritas Alkitab berarti Tidak taat kepada Allah Otoritas dan Kekudusan Alkitab, mengacu pada pribadi Allah sendiri, bukan berdasarkan otoritas maupun kekudusan dari gereja atau bahkan nabi atau rasul-Nya. Keraguan atas otoritas Alkitab merupakan cerminan dari keraguan atas otoritas Allah. Pada penulisannya Alkitab tidak terdapat kesalahan. Penulisan ulang, penyalinan maupun penterjemahan dilaksanakan dalam pemeliharaan Allah sehingga juga tidak terdapat kesalahan yang mempengaruhi tujuan keselamatan di dalam Yesus Kristus. Alkitab menjadi otoritas tertinggi dan final untuk iman dan kehidupan orang percaya, karena Alkitab adalah Firman yang datang dari Allah sendiri. Dengan memahami sifat otoritas, yaitu otoritas Allah dalam Alkitab, maka pengakuan atas otoritas ini menuntut ketertundukan, kepatuhan dari kita. Untuk dapat taat terhadap Alkitab sebagai Firman Tuhan, maka kita perlu mengenal dan mencintainya, memegang erat dalam kehidupan kita sebagai gereja. 8