Anda di halaman 1dari 8

1

Alkitab adalah Firman Allah dan merupakan otoritas final terhadap


kepercayaan dan perbuatan Kristen. Itu adalah satu hal yang tidak bisa di
ganggu gugat lagi. Meskipun memang di dalam perkembangan
kekristenan di dunia ini, timbul pandangan-pandangan yang berbeda
dalam menyikapi otoritas Alkitab itu sendiri.
Golongan Liberal yang begitu bersandar kepada akal budi manusia
sebagai otoritas yang absolute menganggap bahwa Alkitab itu bukan
Firman Allah, hanya buku biasa yang berisi catatan-catatan religious
orang-orang terdahulu. Atau bahwa Alkitab hanya mengandung Firman
Allah. Artinya sama seperti ‘cincin yang mengandung emas’, maka artinya
cincin tersebut tidak terbuat dari emas murni, melainkan memiliki
campuran logam lain. Begitu pula dengan Alkitab menurut golongan
Liberal, yang tentunya menyebabkan bahwa Alkitab mungkin saja bisa
salah.
Lalu ada pula pandangan dari golongan Neo-Ortodoksi yang lahir
sebagai respons negatif terhadap aliran liberalisme yang sebelumnya
mendominasi kekristenan. Neo-ortodoksi memiliki pandangan terhadap
Alkitab yaitu, menurut mereka Alkitab merupakan tulisan manusia yang
tidak bisa luput dari kesalahan. Tetapi tulisan tersebut bisa menjadi
Firman apabila Allah memakainya untuk berbicara kepada kita. Allah
memakainya sedemikian rupa, agar pembaca bisa menerima Firman Allah
yang sejati. Semua bagian Alkitab bisa dipakai Allah untuk menyadarkan
orang, secara pribadi. Kebenaran dalam Alkitab tidak dapat ditemukan
hanya dalam kebenaran historis saja tapi dengan bertemu secara iman
Yang terakhir adalah pandangan Ortodoks yang menyatakan bahwa
Alkitab adalah Firman Allah. Pandangan ini merupakan pandangan yang
paling komprehensif, karena pandangan Ortodoks terhadap Alkitab,
didasarkan dengan pembelajaran historis.
Setidaknya ada 10 alasan baik itu secara internal (dari dalam) dan
secara eksternal yang membuktikan Alkitab adalah Firman Allah.
2

1. Alkitab menyatakan sendiri bahwa dirinya adalah Firman


Allah.
Banyak sekali kejadian dan perkataan dalam Alkitab ketika ia
menyebut dirinya sendiri adalah Firman Tuhan – deskripsi-
deskripsi dari Firman Tuhan. Contoh: Yes 43:1 “Tetapi sekarang,
beginilah firman TUHAN yang menciptakan engkau, hai Yakub,
yang membentuk engkau, hai Israel: “Janganlah takut, sebab Aku
telah menebus engkau, ...”, kemudian Yes 48:17 “Beginilah
firman TUHAN, Penebusmu, Yang Mahakudus, Allah Israel:
“Akulah TUHAN, Allahmu, yang mengajar engkau tentang apa
yang memberi faedah, ...” dan Yeh 12:28 “Oleh karena itu
katakanlah kepada mereka: Beginilah firman Tuhan ALLAH:
Tidak satupun dari firman-Ku akan ditunda-tunda. Apa yang
Kufirmankan akan terjadi, demikianlah firman Tuhan ALLAH”.
Dari kisah para Nabi pun kita bisa melihat jelas bahwa apa yang
mereka sampaikan adalah berasal dari Allah yang berarti adalah
Firman Allah, seperti dalam Yeremia, misalnya. Yeremia
mengumumkan bahwa ia masih muda dan tidak pandai berbicara
di depan orang Israel, namun Allah berkata bahwa Ia akan
menaruh perkataan-perkataan-Nya ke dalam mulut Yeremia yaitu
perkataan-perkataan yang nabi ini harus katakan (1:6-9).
2. Alkitab memiliki keharmonisan antara bagian satu dengan
lainnya.
Hanya Allah yang dapat menyatukan seluruh kitab dalam Alkitab
menjadi satu. Alkitab yang terdiri dari 66 kitab, ditulis lebih dari
oleh 40 penulis dalam rentang waktu yang amat panjang tetap
memiliki satu kesatuan tema dalam keharmonisan, dari depan
sampai akhir, tanpa ada kontradiksi. Kesatuan tema seperti ini
berbeda dari buku-buku lainnya dan merupakan bukti asal usul
ilahi dari kata-kata Alkitab saat Allah menggerakkan manusia
sedemikian rupa sehingga mereka mencatat apa yang
dikatakanNya.
3

3. Nubuatan-nubuatan di dalam Alkitab digenapi dengan


sempurna dan mendetail.
Alkitab mengandung ratusan nubuat yang dinyatakan dengan
detail baik yang berhubungan dengan bangsa-bangsa, termasuk
Israel, masa depan dari kota-kota tertentu, masa depan dari umat
manusia, sampai kedatangan Mesias; Juruselamat yang bukan
hanya bagi Israel, tapi bagi semua orang yang percaya
kepadaNya. Berbeda dengan nubuat-nubuat yang ditemukan
dalam kitab-kitab agama lainnya, atau yang dikatakan oleh
Nostradamus, nubuat-nubuat Alkitab sangat mendetail dan tidak
pernah tidak digenapi. Dalam Perjanjian Lama saja, ada sekitar
tiga ratus nubuatan mengenai Yesus Kristus. Bukan saja
dinubuatkan di mana Dia akan dilahirkan dan dari keluarga apa,
namun juga bagaimana Dia akan mati dan akan bangkit pada hari
yang ketiga.Tentang kelahiran Yesus di nubuatkan dalam Mikha
5:1 “Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil
diantara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku
seorang yang memerintah Israel, yang permulaannya sudah
sejak purbakala, sejak dahulu kala”. Kemudian dalam Yesaya
7:14 “Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan
kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan
muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki,
dan ia akan menamakan Dia Imanuel”. Tentang Yesus yang akan
ditindaspun, disiksa dan akan mati dinubuatkan dalam Yesaya
53, Mazmur 22, dan lain sebagainya. Sama sekali tidak ada cara
logis untuk menjelaskan penggenapan nubuat-nubuat Alkitab
kecuali bahwa Alkitab memang berasal dari Allah. Tidak ada buku
religi apapun atau manusia manapun yang memiliki tingkat dan
jenis nubuat seperti yang ada dalam Alkitab.
4. Yesus dan para rasul mengakui otoritas Alkitab
4

Yesus menghormati Firman Allah. Dalam Mat 5:17 tertulis,


“Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan
hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk
meniadakan, melainkan untuk menggenapinya.” Pada bagian ini
jelas bahwa Yesus menghormati otoritas Firman Allah yang
datang melalui para nabi dan kemudian menunjukkan bahwa
dirinya adalah penggenapan dari Firman Tuhan. Yesus sendiri
dalam pengajarannya menggunakan kitab-kitab Perjanjian Lama
dan dengan demikian Yesus menyatakan bahwa Perjanjian Lama
adalah benar dan tak bercacat, sempurna.
Diantara para rasul tidak ada bukti satupun yang memperlihatkan
bahwa mereka tidak mempercayai Perjanjian Lama sebagai
inspirasi dari Allah. Diantara para rasul, Paulus adalahyang paling
jelas memberikan pengakuan secara penuh akan otoritas
Perjanjian Lama. 2 Timotius 3:16, “tulisan” yang dimaksud pada
waktu itu adalah tulisan dari kitab-kitab Perjanjian Lama.
5. Alkitab tidak akan habis dipelajari dan akan selalu relevan.
Kalau kita mempelajari buku lain, bagaimanapun tebalnya buku
itu, maka pada suatu saat buku itu akan habis dipelajari dan kita
tidak akan bisa menambah pengetahuan apa-apa lagi dari buku
itu. Banyak buku yang telah ditulis oleh para ahli maupun filsuf,
tetapi tidak mampu bertahan seperti Alkitab. Tetapi Alkitab sudah
dipelajari oleh jutaan manusia selama ribuan tahun, walaupun
begitu Alkitab tetap relevan untuk kehidupan masa kini karena
Alkitab adalah Firman Allah Yang Hidup dan tidak ada seorang
pun yang bisa tamat belajar Alkitab. Selalu ada sesuatu yang
baru ketika kita mempelajari Alkitab secara benar. Kalau kita
belajar Alkitab, sekalipun makin lama kita akan makin banyak
mengerti tentang Alkitab, tetapi anehnya kita akan melihat bahwa
makin banyak juga hal-hal yang belum kita mengerti tentang
Alkitab.
5

6. Alkitab tetap bertahan ditengah banyak upaya untuk


melenyapkannya
Alkitab sudah mulai ditulis sejak tahun 1500 SM (kitab Kejadian),
yang artinya sampai hari ini sekitar 3500an Tahun lamanya.
Sepanjang sejarah begitu banyak orang yang bertekad untuk
menghancurkan Alkitab dan menghilangkan Alkitab dari muka
bumi ini. Tapi yang mengherankan adalah orang-orang tersebut
sudah tidak ada lagi, tetapi Alkitab masih bertahan sampai
sekarang. Seorang bernama Tom Paine menulis buku “The Age
of Reason” mengatakan bahwa bukunya akan laris di seluruh
dunia sedangkan Alkitab hanya akan dijumpai di Museum. Tapi
kenyataannya sekarang, Alkitab ada di mana-mana dan buku
“The Age of Reason” hanya bisa kita jumpai di museum.
Voltaire pernah berdiri di depan rumahnya dan mengatakan “100
tahun setelah kematianku, Alkitab hanya akan ada di museum
dan tidak ada seorangpun yang akan mengucapkannya dan
menemukannya lagi”. Ternyata 100 tahun setelah kematiannya,
rumah tempat Voltaire berdiri dibeli oleh Geneva Bible Society,
dijadikan kantor penerbitan Alkitab.
Tetap terpeliharanya Alkitab, sekalipun diserang selama seribu
tahun menunjukkan secara jelas bahwa Allah melindungi Alkitab
yang merupakan Firman Tuhan.
7. Sejarah dan arkeologi turut mengokohkan ketepatan Alkitab
Fakta-fakta sejarah dalam Alkitab dengan hasil penemuan
arkeologi. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan
Arkeologi sebagai, “Ilmu tentang kehidupan dan kebudayaan
zaman kuno berdasarkan benda peninggalannya, spt patung dan
perkakas rumah tangga; ilmu purbakala.” Josh Mc Dowell dan
Don Stewart menyatakan mengenai arkeologi dan sejarah dalam
Alkitab: “Selama 100 tahun yang baru lalu ini arkeologi telah
membuktikan sebagian catatan sejarah yang terdapat dalam
6

Alkitab. Misalnya: dua kota yang disebutkan dalam Alkitab, yaitu


Sodom dan Gomora, selama bertahun-tahun telah dianggap
berhubungan dengan mitologi. Akan tetapi, penggalian-
penggalian yang belum lama berselang dilakukan di Tell Mardikh,
yang sekarang dikenal sebagai tempat kota Ebla, telah
menemukan kira-kira 15.000 lempengan tanah liat. Beberapa
daripadanya telah diterjemahkan, dan ada yang menyebutkan
Sodom dan Gomora. Pembuktian arkeologis lainnya meliputi
bukti bahwa pernah ada seorang penguasa bernama Belsyazar;
suku bangsa Het bukan saja pernah ada, melainkan juga memiliki
daerah kekuasaan yang luas; juga pernah memerintah seorang
raja bernama Sargon, dan hal-hal yang menyinggung sejarah
dalam Kisah Para Rasul dapat dibuktikan ketepatannya.
Sedemikian jauh, penemuan-penemuan arkeologi telah
membuktikan, dan sama sekali tidak membantah hal-hal yang
bersifat historis dalam catatan Kitab Suci.”
8. Alkitab diteguhkan oleh kuasanya mengubah hidup banyak
orang
2 Timotius 3:16 “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang
bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan,
untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam
kebenaran”
Secara praktis terbukti bahwa Alkitab telah menjadi standar
kebenaran dan memberikan manfaat yang sanggup mengubah
kehidupan manusia, karena Allahlah yang ada dibalik penulisan
itu.
9. Bapak-bapak gereja secara aklamasi menerima pengakuan
akan otoritas Alkitab melalui pengkanonan Alkitab.
Istilah “kanon” digunakan untuk menggambarkan kitab kitab yang
diilhami. Istilah ini berasal dari kata Yunani (κανον), kanon, yang
berasal dari kata Ibrani (qaneh), yang berarti “buluh atau tongkat
7

pengukur”. Jadi istilah “kanon” atau “kanonis” berarti


menunjukkan suatu
standar dengan apa kitab-kitab itu diukur untuk menentukan
apakah kitab-kitab itu diilhami atau tidak. Perlu dicatat bahwa
konsili keagamaan tidak memiliki kuasa untuk menyebabkan
kitab-kitab itu diilhami, namun secara sederhana hanya
mengenali apa yang Allah telah ilhami ketika kitab-kitab itu ditulis.
Orang yahudi dan Kristen konservatif mengenali adanya 39 kitab
dalam PL yang diilhami. Orang Protestan Injili mengenali 27 kitab
PB yang diilhami.
10. Tidak percaya otoritas Alkitab berarti Tidak taat kepada
Allah
Otoritas dan Kekudusan Alkitab, mengacu pada pribadi Allah
sendiri, bukan berdasarkan otoritas maupun kekudusan dari
gereja atau bahkan nabi atau rasul-Nya. Keraguan atas otoritas
Alkitab merupakan cerminan dari keraguan atas otoritas Allah.
Pada penulisannya Alkitab tidak terdapat kesalahan. Penulisan
ulang, penyalinan maupun penterjemahan dilaksanakan dalam
pemeliharaan Allah sehingga juga tidak terdapat kesalahan yang
mempengaruhi tujuan keselamatan di dalam Yesus Kristus.
Alkitab menjadi otoritas tertinggi dan final untuk iman dan
kehidupan orang percaya, karena Alkitab adalah Firman yang
datang dari Allah sendiri. Dengan memahami sifat otoritas, yaitu
otoritas Allah dalam Alkitab, maka pengakuan atas otoritas ini
menuntut ketertundukan, kepatuhan dari kita. Untuk dapat taat
terhadap Alkitab sebagai Firman Tuhan, maka kita perlu
mengenal dan mencintainya, memegang erat dalam kehidupan
kita sebagai gereja.
8

Anda mungkin juga menyukai