Anda di halaman 1dari 2

Tafsir Alkitab Perjanjian Baru

II YOHANES
Neal M. Flanagan, OSM

PENGANTAR

Susunan
Surat Kedua Yohanes pendek, cukup untuk mengisi satu lembar papirus; berisikan pembagian
surat yang biasa waktu itu:
 pengantar (ay. 1-3),
 pernyataan kegembiraan atau syukur(ay. 4),
 tubuh surat (ay. 5-11), dan
 penutup (ay. 12-11).

Kesempatan dan Isi


Surat ini sungguh sesuai dengan gambaran jemaat Yohanes yang diungkapkan pada akhir 1 Yoh.
Para tamu pengarang, yang menyebut diri Penatua (ay. 1), telah memperlihatkan diri setia kepada
kebenaran seperti yang ia perlihatkan (ay. 4). Demikian, ia menulis dengan gembira kepada jemaat
Yohanes (Ibu, ay. 1, 5). Dari jemaat itu, mereka datang untuk mengungkapkan kebahagiaan dan
untuk mendengarkan nasihatnya. Nasihat ini, tidak mengherankan, berkenaan dengan kasih dan
percaya. Mereka hendaknya saling mengasihi (ay. 5-6). Begitu pula mereka hendaknya waspada
terhadap anggota jemaat yang telah memutuskan persatuan, para anti-Kristus yang menyangkal
Yesus Kristus yang menjadi manusia (ay. 7-9). Pengarang memberikan nasihat kepada anggota
jemaat untuk tidak menyambut orang-orang seperti itu, supaya rumah mereka tidak menjadi
mimbar orang jahat (ay. 10-11).

Surat diakhiri dengan pengharapan untuk dapat mengunjungi anggota jemaat di sana dan kiriman
salam dari anggota jemaat pengarang, anak-anak saudara yang terpilih (ay. 13).

Surat Yohanes yang pertama dan kedua barangkali dikarang oleh orang yang sama, yang dalam 2
Yoh memperingatkan jemaat Yohanes yang berbeda mengenai bahaya yang diuraikan dalam surat
pertama. Akibatnya, kedua surat saling berhubungan erat, ditulis oleh karena krisis yang sama,
oleh pengarang yang sama, dan barangkali pada waktu yang sama, sekitar tahun 100 M.

1
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru

TAFSIR

a) Ayat 1 dan 13, permulaan dan akhir surat ini mempergunakan rumusan yang sama. Surat
ini ditujukan kepada ibu yang telah terpilih dan anak-anak-Nya dan menutupnya dengan
salam akhir anak-anak dari saudara yang terpilih. Di sini, dipergunakan bahasa gerejawi.
Ibu yang terpilih dan saudaranya yang terpilih adalah jemaat yang bertetangga, sedang
anak-anak adalah anggotanya.

Penatua, dalam ayat 1, merupakan rumusan yang kabur. Hal ini berarti bahwa penyebutan
itu menunjuk lebih dari hanya “orang yang lebih tua”, karena pengarang menyebut diri
Penatua dan menyapa jemaat dengan wibawa. Makna yang paling mungkin untuk sebutan
itu adalah bahwa pengarang orang Kristen dari generasi kedua yang telah mengenal para
saksi mata dalam Gereja Perdana. Maka, ia dapat memberi kesaksian mengenai apa yang
telah dilihat dan diajarkan sejak permulaan.

b) Dalam pola Yohanes, kontras antara kaum beriman dan penipu ditekankan dengan kuat.
Ada kelompok orang yang mengenal kebenaran, yang didiami kebenaran itu, dan yang
berjalan dalam kebenaran dan kasih (ay. 1-6). Sementara kelompok lainnya adalah anti-
Kristus, yang tidak mengakui kemanusiaan Yesus Kristus (ay. 7). Kerangka teologis bagian
ini jelas menyerupai 1 Yoh. Ayat 9 ditujukan kepada “kaum progresif” yang meninggalkan
kebenaran tradisional untuk hal-hal baru. Pengarang sungguh takut, seperti tercermin
dalam ayat 8, bahwa jemaat tetangga akan tunduk kepada hal baru yang demikian.
Ketakutan itulah yang menggerakkannya untuk menghalangi gereja-gereja, rumah, dan
mimbar-mimbar mereka untuk dimasuki guru-guru palsu demikian (ay. 10-11).

c) Ayat 12, suatu pernyataan bahwa perjumpaan secara pribadi lebih berharga daripada
hubungan surat-menyurat.

Tafsir Alkitab Perjanjian Baru


Editor : Dianne Bergant, CSA – Robert J. Karris, OFM
Penerjemah : A.S. Hadiwiyata, Lembaga Biblika Indonesia
LBI – Kanisius 2002

Anda mungkin juga menyukai