Disusun oleh :
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2018
1
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………1
1.2 Rumusan Masalah …………………………………………...........1
1.3 Tujuan …………………………………………………………….1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Senyawa Kompleks ………………………………….2
2.2 Pengertian Kestabilan Senyawa Kompleks ……………………...2
2.3 Tetapan Kestabilan Senyawa Kompleks ………………………...3
2.4 Efek Sterik ……………………………………………………….3
2.5 Aplikasi Efek Sterik ……………………………………………..5
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ……………………………………………………...7
3.2 Saran ..............................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………...8
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
dengan senyawa kompleks, (Taube, 1950) telah mengklasifikasikan
senyawa kompleks menjadi kompleks labil dan kompleks inert
berdasarkan laju pertukaran ligan kompleks tersebut. Kompleks yang
labil mengalami pertukaran ligan dengan cepat. Sebaliknya pada
kompleks inert, pertukaran ligan berlangsung dengan sangat lambat
atau bahkan tidak berlangsung sama sekali (Vogel, 1990).
2.3 Tetapan Kestabilan Senyawa Koordinasi
Pembentukan kompleks dalam suatu larutan berlangsung melalui
sejumlah tahapan. Untuk setiap tahapan, tetapan stabilitasnya dapat
dituliskan dalam suatu persamaan. Misalkan pembentukan kompleks
MLn, terbentuk melalui sejumlah n tahapan. Tetapan stabilitas untuk
setiap tahapan tersebut dapat dituliskan sebagai berikut:
[𝑀𝐿]
𝑀𝐿 + 𝐿 ↔ 𝑀𝐿 𝑘1 =
[𝑀][𝐿]
[𝑀𝐿2 ]
𝑀𝐿 + 𝐿 ↔ 𝑀𝐿2 𝑘2 = , 𝑑𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑟𝑢𝑠𝑛𝑦𝑎
[𝑀𝐿][𝐿]
[𝑀𝐿𝑛 ]
𝑀𝐿𝑛−1 + 𝐿 ↔ 𝑀𝐿𝑛 𝑘𝑛 =
[𝑀𝐿𝑛−1 ][𝐿]
Tetapan stabilitas K1, K2, …., Kn disebut sebagai tetapan stabilitas
berurutan (stepwise stability constants). Umumnya harga K1 > K2 > K3
> ….> Kn.
2.4 Faktor Efek Sterik
Efek sterik merupakan suatu efek yang didasarkan pada
kenyataan bahwa setiap atom dalam suatu molekul menempati suatu
ruang tertentu. Jika atom-atom saling berdekatan, maka akan timbul
pelepasan energi terkait yang disebabkan oleh saling tumpang-tindihnya
awan elektron (Pauli atau Pertukaran interaksi, atau repulsi Born), dan
hal ini dapat berpengaruh pada bentuk molekul tersebut (konformasi)
dan reaktivitasnya. Halangan sterik terjadi ketika gugus berukuran besar
pada suatu molekul mencegah reaksi kimia yang teramati dalam
molekul terkait dengan gugus yang lebih kecil.
Beberapa jenis efek sterik lain diantaranya:
a. Perlindungan Sterik
3
Terjadi ketika suatu gugus bermuatan pada suatu molekul
terlihat melemah atau dilindungi secara spasial oleh atom yang
kurang bermuatan (atau bermuatan lawan), termasuk ion lawan
dalam larutan.
b. Atraksi sterik
Terjadi ketika molekul memiliki bentuk atau geometri yang
dioptimalkan untuk berinteraksi satu sama lain. Dalam kasus ini,
molekul akan bereaksi satu sama lain paling sering dalam pengaturan
spesifik.
c. Penyeberangan rantai
Suatu rantai, cincin, atau kumpulan cincin tidak dapat berubah
dari satu konformasi ke konformasi lainnya apabila ia membutuhkan
suatu rantai (atau cincin - cincin tersebut adalah suatu rantai siklik)
untuk melewati dirinya sendiri atau rantai lain. Efek ini bertanggung
jawab atas bentuk yang teramati pada katenana dan simpul molekul.
d. Tolakan sterik
Tolakan sterik juga terlibat besar dalam menstabilkan koloid
oleh pelapisan permukaan dengan suatu polimer, serta dapat
menyebabkan pemendekan panjang ikatan, pelepasan perlindungan
sterik pada resonansi proton dan peningkatan frekuensi kompresional
dalam spektrum IR.
Adanya efek sterik dapat melemahkan ikatan logam dengan
ligan karena adanya gaya tolak menolak antar ligan yang terikat.
Efek sterik yang paling umum adalah efek yang menghambat
pembentukan kompleks yangdisebabkan oleh adanya suatu gugusan
besar yang melekat pada atau berada berdekatan dengan atom
penyumbang.
4
Efek sterik yang berbeda yang dihasilkan dari kekakuan ligan
fosfosit dibandingkan dengan ligand difosfil jenuh yang disamakan;
(a) ligan fosfen kaku, terkompleks dan terdisosiasi secara patologis;
(b) ligin diphosphine yang mudah dieksitasi dan terdisosiasi
sebagian. Sama dengan hasil kesetimbangan resonansi ( hanya satu
cincin yang ditunjukkan).
2.5 Aplikasi Efek Sterik
Dengan pengurutan penambahan substituen, efek sterik pada
posisi trans dapat digunakan untuk menghasilkan isomer yang
diinginkan dalam sistem yang rumit. Sebagai contoh, perhatikan
masalah sintesis dari tiga isomer geometri amminebromochloro-
(piridim) platinum (II). Dengan memanfaatkan pengetahuan tentang
efek trans, reaksi berikut disarankan dan dilakukan:
5
Di sini juga, kelonggaran ikatan logam-klor menghasilkan
penggantian ion klorida dalam penggantian prefernsial piridina secara
pribadi pada tahap kedua dan pengaruh trans ion bromida menentukan
geometri akhir. Isomer ketiga dapat dibentuk sebagai berikut:
6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Faktor sterik memiliki peran dalam menentukan kestabilan
senyawa koordinasi atau senyawa kompleks. Jika efek sterik rendah
maka akan dicapai suatu kestabilan senyawa kompleks yang akan
meningkat. Berbagai macam faktor yang menyebabkan adanya efek
sterik, begitupula dengan tegangan sterik dalam suatu molekul, semakin
besar tegangan dalam suatu molekul maka akan semakin besar energi
potensialnya, semakin rendah kestabilan molekul tersebut dan hal ini
otomatis menyebabkan bertambah besarnya kereaktifan molekul
tersebut.
3.2 Saran
Sebaiknya saat meninjau kestabilan senyawa kompleks melalui
efek sterik jika menginginkan kestabilan pada suatu senyawa kompleks
meningkat maka, efek sterik dibuat rendah begitupun juga jika
menginginkan ketidakstabilan pada suatu senyawa kompleks menurun
maka,efek sterik nya dapat dibuat tinggi.
7
Daftar Pustaka