BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sungai Sangasanga dekat dengan pemukiman di mana sebagian besar orang bekerja untuk
memperbaiki kapal, dan hasil buangannya mengalir ke sungai, sehingga menyebabkan
pencemaran (Tasya Putri, 2023).
Sumber daya air (SDA) adalah bagian penting dari kehidupan manusia. Dalam kondisi di mana
ketersediaan sumber daya air relatif melimpah baik secara kuantitatif maupun kualitatif
dibandingkan dengan kebutuhannya, sumber daya air dapat diklasifikasikan sebagai benda bebas
(free goods) (Hermawan, 2017).
Sungai merupakan perairan terbuka, menerima buangan dari aktivitas manusia di daerah
pemukiman, pertanian, dan industri di sekitarnya. Masukan buangan ini mengubah sifat fisika,
kimia, dan biologi perairan (Sahabuddin, 2014).
Daerah aliran sungai, juga dikenal sebagai DAS, adalah suatu area daratan yang dibatasi oleh
punggung gunung yang menerima dan mengumpulkan air hujan, sedimen, dan unsur hara,
kemudian mengalirkannya ke laut melalui sungai utama. Daerah ini merupakan kesatuan
ekosistem yang terdiri dari sumber daya alam dan tindakan manusia (Irfan Aziz, 2019).
Sungai sangat penting bagi pengelolaan wilayah pesisir, menyediakan transportasi, sumber air
bagi masyarakat, perikanan, dan menjaga hidrologi rawa dan lahan basah (Wulandari et al.,
2020)
Sungai selain berfungsi sebagai pengaliran air, kehidupan di sungai selalu terkait dengan
aktivitas manusia. Sebesar 0,036% dari pasokan air bumi diambil dari sungai dan danau, dan
76% dari pasokan air tersebut dimanfaatkan oleh rumah tangga (Enda Kartika, 2019).
Jika aktivitas tersebut diimbangi dengan tingginya kesadaran masyarakat terhadap perlindungan
lingkungan sungai, maka kualitas air sungai akan relatif baik. Sebaliknya, tanpa kesadaran dan
partisipasi aktif masyarakat, kualitas air sungai akan semakin buruk. Penurunan kualitas air
sungai berdampak pada berkurangnya kelimpahan biota sungai, yang selanjutnya menurunkan
kualitas air sungai di hilir yang umumnya mengalir ke laut (Yogafanny, 2015).
Kualitas air sungai dipengaruhi oleh kualitas pasokan air dari wilayah sungai, yang selanjutnya
berkaitan dengan aktivitas manusia di wilayah tersebut (Agustiningsih, 2012).
Pencemaran dapat terjadi dimana saja, termasuk di dalam air. Pencemaran air akibat kegiatan
pembangunan juga dapat terjadi pada sumber air (Veybi, 2018).
Meningkatnya aktivitas manusia membuat sungai semakin rentan terhadap pencemaran air
sehingga berdampak pada penurunan kualitas lingkungan sekitar (Yohannes et al., 2019).
Ekosistem perairan secara alami dapat memurnikan air ketika air tersebut terkontaminasi, namun
ada batas kemampuannya untuk melakukan hal tersebut. Dengan semakin banyaknya sampah
kota yang dibuang ke sungai tanpa pengolahan lebih lanjut, maka penjernihan tersebut tidak
dapat berfungsi secara maksimal (Novianti et al., 2022).
Pencemaran sungai dapat terjadi karena: (1) Tingginya kadar sedimen disebabkan oleh erosi,
kegiatan pertanian, pertambangan, pembangunan, pembukaan lahan, dan kegiatan lainnya. (2)
sampah organik yang berasal dari manusia, hewan, dan tumbuhan, dan (3) laju peningkatan
senyawa akibat kegiatan industri yang membuang sampah ke badan air. Ketiganya adalah
dampak pertumbuhan penduduk, kemiskinan, dan industrialisasi. Memburuknya kualitas air
mengurangi ketersediaan sumber daya air, hasil, produktivitas, daya dukung, dan daya dukung,
yang pada akhirnya mengurangi kelimpahan sumber daya alam (Diana, 2005).
Meski penurunan kualitas air juga dapat terlihat dari perubahan warna dan bau air, namun
sebagian masyarakat di bantaran sungai masih memanfaatkan air sungai untuk kebutuhan sehari-
hari. Pencemaran terjadi ketika kualitas air tidak lagi sesuai dengan peruntukannya (Dedy Anwar
Saleh, 2016).
Indikator air telah tercemar adalah adanya perubahan atau tanda yang dapat diamati, antara lain :
suhu; pH; warna, bau dan rasa; timbulnya endapan, koloidal dan bahan pelarut; adanya
mikroorganisme; dan meningkatnya radioaktivitas air lingkungan. Indikator kualitas kimiawi
air yang sering digunakan biasanya : BOD (Biochemical Oxygen Demand), COD (Chemical
Oxygen Demand), DO (Dissolved Oxygen), pH, CO2 terlarut, bahan padat tersuspensi dan
bahan-bahan tersuspensi organis, padatan total, Nitrogen dan Fosfor, logam berat dan
padatan anorganis (Suryani, 2019).
Peraturan pemerintah mengharuskan kualitas air sungai memenuhi beberapa parameter agar
dapat memenuhi peruntukannya. Parameter limbah rumah tangga yang dapat mencemari sungai
antara lain total padatan tersuspensi (TSS), nitrat, nitrit, dan total coliform. Ketika limbah rumah
tangga dihasilkan dan dibuang langsung ke sungai, bakteri koliform menimbulkan ancaman yang
mempengaruhi kualitas air sungai (Hernadi et al., 2023).
Kualitas air ditentukan oleh kondisi air normal. Keadaan normal adalah keadaan dimana air
dapat digunakan sesuai fungsi dan peruntukannya. Jika air menyimpang dari kondisi normal,
maka air dianggap terkontaminasi dan tidak dapat digunakan sesuai fungsi atau tujuan yang
dimaksudkan. Pencemaran adalah suatu kondisi dimana kualitas air menyimpang dari baku
mutu air yang semestinya dan dapat berdampak buruk terhadap lingkungan dan sekitarnya
(Saputra, 2023).
Mengembangkan metode untuk memantau kualitas air sungai sangat penting untuk mendukung
pembangunan berkelanjutan. Pemantauan kualitas air sungai pada dasarnya adalah penentuan
keadaan kualitas air sungai dalam jangka waktu tertentu (Marganingrum et al., 2013).
Menghitung kualitas air permukaan, baik sungai, danau, maupun laut merupakan langkah awal
dalam menentukan status pencemaran perairan tersebut. Kualitas air mengacu pada keadaan
pencemaran air dan ditentukan oleh parameter kualitas air yang dianalisis sesuai standar yang
berlaku di Indonesia. Status kualitas air mengacu pada klasifikasi suatu badan air ke dalam
kategori berikut: tidak tercemar, sedikit tercemar, cemar sedang, atau cemar berat (Anggraini &
Wardhani, 2021).
Salah satu metode yang digunakan untuk penentuan status mutu air adalah metode
indeks pencemaran dengan mempertimbangkan tingkat akurat penentuan status mutu air
sungai (Wafa et al., 2015).
Pengelolaan kualitas air berbasis Indeks Pencemaran (IP) dapat memberikan informasi kepada
pengambil keputusan untuk melakukan tindakan perbaikan kualitas air ketika terjadi penurunan
kualitas air akibat adanya bahan pencemar (Asocadewi et al., 2015).
DAFTAR PUSTAKA
Agustiningsih, D. (2012). ANALISIS KUALITAS AIR DAN STRATEGI PENGENDALIAN
Anggraini, Y., & Wardhani, E. (2021). Studi Mutu Air Sungai Cibaligo Kota Cimahi Provinsi
Jawa Barat dengan Metode Indeks Pencemar. Jurnal Serambi Engineering, 6(1), Article
1. https://doi.org/10.32672/jse.v6i1.2589
Asocadewi, G., Oktiawan, W., & Hadiwidodo, M. (2015). Penentuan Status Mutu Air Dengan
Dedy Anwar Saleh, P. (2016). Analisis Kualitas Air Sungai Guna Menentukan Peruntukan
Enda Kartika, S. (2019). Penentuan Status Mutu Air dengan Metode Indeks Pencemaran dan
Hernadi, R., Brontowiyono, W., & Wantoputri, N. I. (2023). Analisis Status Mutu Air Sungai
Tambak Bayan, D.I. Yogyakarta Menggunakan Metode Storet dan Indeks Pencemar.
Marganingrum, D., Roosmini, D., Pradono, P., & Sabar, A. (2013). Diferensiasi Sumber
Kasus: Hulu DAS Citarum). Riset Geologi Dan Pertambangan - Geology and Mining
Novianti, N., Zaman, B., & Sarminingsih, A. (2022). Kajian Status Mutu Air dan Identifikasi
https://doi.org/10.14710/jil.20.1.22-29
Sahabuddin, H. (2014). ANALISA STATUS MUTU AIR DAN DAYA TAMPUNG BEBAN
https://web.archive.org/web/20170402015314/http://jurnalpengairan.ub.ac.id:80/
index.php/jtp/article/viewFile/201/195
https://www.researchgate.net/publication/374118371_Parameter_Kualitas_Air
Suryani, S. (2019). Kualitas Parameter Fisik dan Kimia Perairan Sungai Sago Kota Pekanbaru
Tasya Putri, N. (2023). ANALISIS TOTAL DISSOLVED SOLID (TDS), CHEMICAL OXYGEN
DEMAND (COD), DAN BESI (FE) PADA AIR SUNGAI SANGA-SANGA KUTAI
KARTANEGARA.
Veybi, D. (2018). ANALISIS KUALITAS AIR DAN DAYA TAMPUNGBEBAN
Wafa, M. A., Nugraha, W. D., & Sumiyati, S. (2015). Studi Pengaruh Tata Guna Lahan
Terhadap Kualitas Air Sungai Dengan Metode Indeks Pencemaran (Studi Kasus Sungai
Wulandari, M., Harfadli, M. M., & Rahmania, R. (2020). Penentuan Kondisi Kualitas Perairan
https://doi.org/10.35718/specta.v4i2.186
Yogafanny, E. (2015). Pengaruh Aktifitas Warga di Sempadan Sungai terhadap Kualitas Air
https://doi.org/10.20885/jstl.vol7.iss1.art3
Yohannes, B. Y., Utomo, S. W., & Agustina, H. (2019). Kajian Kualitas Air Sungai dan Upaya