Anda di halaman 1dari 6

TUGAS 07 : MENCARI DAN MENGORGANISIR BAHAN PUSTAKA

Nama : Aura Sabrina


NIM : 2104016205
Mata Kuliah : Metode Ilmiah dan Rancangan Percobaan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sungai Sangasanga dekat dengan pemukiman di mana sebagian besar orang bekerja untuk
memperbaiki kapal, dan hasil buangannya mengalir ke sungai, sehingga menyebabkan
pencemaran (Tasya Putri, 2023).
Sumber daya air (SDA) adalah bagian penting dari kehidupan manusia. Dalam kondisi di mana
ketersediaan sumber daya air relatif melimpah baik secara kuantitatif maupun kualitatif
dibandingkan dengan kebutuhannya, sumber daya air dapat diklasifikasikan sebagai benda bebas
(free goods) (Hermawan, 2017).
Sungai merupakan perairan terbuka, menerima buangan dari aktivitas manusia di daerah
pemukiman, pertanian, dan industri di sekitarnya. Masukan buangan ini mengubah sifat fisika,
kimia, dan biologi perairan (Sahabuddin, 2014).
Daerah aliran sungai, juga dikenal sebagai DAS, adalah suatu area daratan yang dibatasi oleh
punggung gunung yang menerima dan mengumpulkan air hujan, sedimen, dan unsur hara,
kemudian mengalirkannya ke laut melalui sungai utama. Daerah ini merupakan kesatuan
ekosistem yang terdiri dari sumber daya alam dan tindakan manusia (Irfan Aziz, 2019).
Sungai sangat penting bagi pengelolaan wilayah pesisir, menyediakan transportasi, sumber air
bagi masyarakat, perikanan, dan menjaga hidrologi rawa dan lahan basah (Wulandari et al.,
2020)
Sungai selain berfungsi sebagai pengaliran air, kehidupan di sungai selalu terkait dengan
aktivitas manusia. Sebesar 0,036% dari pasokan air bumi diambil dari sungai dan danau, dan
76% dari pasokan air tersebut dimanfaatkan oleh rumah tangga (Enda Kartika, 2019).
Jika aktivitas tersebut diimbangi dengan tingginya kesadaran masyarakat terhadap perlindungan
lingkungan sungai, maka kualitas air sungai akan relatif baik. Sebaliknya, tanpa kesadaran dan
partisipasi aktif masyarakat, kualitas air sungai akan semakin buruk. Penurunan kualitas air
sungai berdampak pada berkurangnya kelimpahan biota sungai, yang selanjutnya menurunkan
kualitas air sungai di hilir yang umumnya mengalir ke laut (Yogafanny, 2015).
Kualitas air sungai dipengaruhi oleh kualitas pasokan air dari wilayah sungai, yang selanjutnya
berkaitan dengan aktivitas manusia di wilayah tersebut (Agustiningsih, 2012).
Pencemaran dapat terjadi dimana saja, termasuk di dalam air. Pencemaran air akibat kegiatan
pembangunan juga dapat terjadi pada sumber air (Veybi, 2018).
Meningkatnya aktivitas manusia membuat sungai semakin rentan terhadap pencemaran air
sehingga berdampak pada penurunan kualitas lingkungan sekitar (Yohannes et al., 2019).
Ekosistem perairan secara alami dapat memurnikan air ketika air tersebut terkontaminasi, namun
ada batas kemampuannya untuk melakukan hal tersebut. Dengan semakin banyaknya sampah
kota yang dibuang ke sungai tanpa pengolahan lebih lanjut, maka penjernihan tersebut tidak
dapat berfungsi secara maksimal (Novianti et al., 2022).
Pencemaran sungai dapat terjadi karena: (1) Tingginya kadar sedimen disebabkan oleh erosi,
kegiatan pertanian, pertambangan, pembangunan, pembukaan lahan, dan kegiatan lainnya. (2)
sampah organik yang berasal dari manusia, hewan, dan tumbuhan, dan (3) laju peningkatan
senyawa akibat kegiatan industri yang membuang sampah ke badan air. Ketiganya adalah
dampak pertumbuhan penduduk, kemiskinan, dan industrialisasi. Memburuknya kualitas air
mengurangi ketersediaan sumber daya air, hasil, produktivitas, daya dukung, dan daya dukung,
yang pada akhirnya mengurangi kelimpahan sumber daya alam (Diana, 2005).
Meski penurunan kualitas air juga dapat terlihat dari perubahan warna dan bau air, namun
sebagian masyarakat di bantaran sungai masih memanfaatkan air sungai untuk kebutuhan sehari-
hari. Pencemaran terjadi ketika kualitas air tidak lagi sesuai dengan peruntukannya (Dedy Anwar
Saleh, 2016).
Indikator air telah tercemar adalah adanya perubahan atau tanda yang dapat diamati, antara lain :
suhu; pH; warna, bau dan rasa; timbulnya endapan, koloidal dan bahan pelarut; adanya
mikroorganisme; dan meningkatnya radioaktivitas air lingkungan. Indikator kualitas kimiawi
air yang sering digunakan biasanya : BOD (Biochemical Oxygen Demand), COD (Chemical
Oxygen Demand), DO (Dissolved Oxygen), pH, CO2 terlarut, bahan padat tersuspensi dan
bahan-bahan tersuspensi organis, padatan total, Nitrogen dan Fosfor, logam berat dan
padatan anorganis (Suryani, 2019).
Peraturan pemerintah mengharuskan kualitas air sungai memenuhi beberapa parameter agar
dapat memenuhi peruntukannya. Parameter limbah rumah tangga yang dapat mencemari sungai
antara lain total padatan tersuspensi (TSS), nitrat, nitrit, dan total coliform. Ketika limbah rumah
tangga dihasilkan dan dibuang langsung ke sungai, bakteri koliform menimbulkan ancaman yang
mempengaruhi kualitas air sungai (Hernadi et al., 2023).
Kualitas air ditentukan oleh kondisi air normal. Keadaan normal adalah keadaan dimana air
dapat digunakan sesuai fungsi dan peruntukannya. Jika air menyimpang dari kondisi normal,
maka air dianggap terkontaminasi dan tidak dapat digunakan sesuai fungsi atau tujuan yang
dimaksudkan. Pencemaran adalah suatu kondisi dimana kualitas air menyimpang dari baku
mutu air yang semestinya dan dapat berdampak buruk terhadap lingkungan dan sekitarnya
(Saputra, 2023).
Mengembangkan metode untuk memantau kualitas air sungai sangat penting untuk mendukung
pembangunan berkelanjutan. Pemantauan kualitas air sungai pada dasarnya adalah penentuan
keadaan kualitas air sungai dalam jangka waktu tertentu (Marganingrum et al., 2013).
Menghitung kualitas air permukaan, baik sungai, danau, maupun laut merupakan langkah awal
dalam menentukan status pencemaran perairan tersebut. Kualitas air mengacu pada keadaan
pencemaran air dan ditentukan oleh parameter kualitas air yang dianalisis sesuai standar yang
berlaku di Indonesia. Status kualitas air mengacu pada klasifikasi suatu badan air ke dalam
kategori berikut: tidak tercemar, sedikit tercemar, cemar sedang, atau cemar berat (Anggraini &
Wardhani, 2021).
Salah satu metode yang digunakan untuk penentuan status mutu air adalah metode
indeks pencemaran dengan mempertimbangkan tingkat akurat penentuan status mutu air
sungai (Wafa et al., 2015).
Pengelolaan kualitas air berbasis Indeks Pencemaran (IP) dapat memberikan informasi kepada
pengambil keputusan untuk melakukan tindakan perbaikan kualitas air ketika terjadi penurunan
kualitas air akibat adanya bahan pencemar (Asocadewi et al., 2015).
DAFTAR PUSTAKA
Agustiningsih, D. (2012). ANALISIS KUALITAS AIR DAN STRATEGI PENGENDALIAN

PENCEMARAN AIR SUNGAI BLUKAR KABUPATEN KENDAL. Jurnal

Presipitasi : Media Komunikasi Dan Pengembangan Teknik Lingkungan, 9(2), 64–71.

Anggraini, Y., & Wardhani, E. (2021). Studi Mutu Air Sungai Cibaligo Kota Cimahi Provinsi

Jawa Barat dengan Metode Indeks Pencemar. Jurnal Serambi Engineering, 6(1), Article

1. https://doi.org/10.32672/jse.v6i1.2589

Asocadewi, G., Oktiawan, W., & Hadiwidodo, M. (2015). Penentuan Status Mutu Air Dengan

Menggunakan Metode Indeks Pencemaran (Studi Kasus: Sungai Garang, Semarang)

[Journal:eArticle, Diponegoro University]. In Jurnal Teknik Lingkungan (Vol. 4, Issue 2,

pp. 1–8). https://www.neliti.com/publications/140599/

Dedy Anwar Saleh, P. (2016). Analisis Kualitas Air Sungai Guna Menentukan Peruntukan

Ditinjau Dari Aspek Lingkungan.

Diana, H. (2005). KUALITAS AIR SUNGAI DAN SITU DI DKI JAKARTA.

Enda Kartika, S. (2019). Penentuan Status Mutu Air dengan Metode Indeks Pencemaran dan

Strategi Pengendalian Pencemaran Sungai Ogan Kabupaten Ogan Komering Ulu.

Hermawan, C. (2017). PENENTUAN STATUS PENCEMARAN KUALITAS AIR DENGAN

METODE STORET DAN INDEKS PENCEMARAN (Studi Kasus: Sungai Indragiri

Ruas Kuantan Tengah). JURNAL REKAYASA, 7(2), Article 2.

Hernadi, R., Brontowiyono, W., & Wantoputri, N. I. (2023). Analisis Status Mutu Air Sungai

Tambak Bayan, D.I. Yogyakarta Menggunakan Metode Storet dan Indeks Pencemar.

Jurnal Serambi Engineering, 8(3), Article 3. https://doi.org/10.32672/jse.v8i3.6452


Irfan Aziz, Y. (2019). PEMETAAN DISTRIBUSI KUALITAS AIR UNTUK MENDUKUNG

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERAIRAN DENGAN SISTEM INFORMASI

GEOGRAFIS, KASUS DI SUNGAI BRANTAS, KECAMATAN BUMIAJI.

Marganingrum, D., Roosmini, D., Pradono, P., & Sabar, A. (2013). Diferensiasi Sumber

Pencemar Sungai Menggunakan Pendekatan Metode Indeks Pencemaran (IP) (Studi

Kasus: Hulu DAS Citarum). Riset Geologi Dan Pertambangan - Geology and Mining

Research, 23(1), Article 1. https://doi.org/10.14203/risetgeotam2013.v23.68

Novianti, N., Zaman, B., & Sarminingsih, A. (2022). Kajian Status Mutu Air dan Identifikasi

Sumber Pencemaran Sungai Cidurian Segmen Hilir Menggunakan Metode Indeks

Pencemaran (IP). Jurnal Ilmu Lingkungan, 20(1), 22–29.

https://doi.org/10.14710/jil.20.1.22-29

Sahabuddin, H. (2014). ANALISA STATUS MUTU AIR DAN DAYA TAMPUNG BEBAN

PENCEMARAN SUNGAI WANGGU KOTA KENDARI.

https://web.archive.org/web/20170402015314/http://jurnalpengairan.ub.ac.id:80/

index.php/jtp/article/viewFile/201/195

Saputra, H. M. et al. (2023). Parameter Kualitas Air.

https://www.researchgate.net/publication/374118371_Parameter_Kualitas_Air

Suryani, S. (2019). Kualitas Parameter Fisik dan Kimia Perairan Sungai Sago Kota Pekanbaru

Tahun 2016. Jurnal Katalisator, 4(1), Article 1. https://doi.org/10.22216/jk.v4i1.2834

Tasya Putri, N. (2023). ANALISIS TOTAL DISSOLVED SOLID (TDS), CHEMICAL OXYGEN

DEMAND (COD), DAN BESI (FE) PADA AIR SUNGAI SANGA-SANGA KUTAI

KARTANEGARA.
Veybi, D. (2018). ANALISIS KUALITAS AIR DAN DAYA TAMPUNGBEBAN

PENCEMARANSUNGAI PESANGGRAHAN DI WILAYAH PROVINSI DKI JAKARTA.

Wafa, M. A., Nugraha, W. D., & Sumiyati, S. (2015). Studi Pengaruh Tata Guna Lahan

Terhadap Kualitas Air Sungai Dengan Metode Indeks Pencemaran (Studi Kasus Sungai

Plumbon – Semarang Barat) [Journal:eArticle, Diponegoro University]. In Jurnal Teknik

Lingkungan (Vol. 4, Issue 1, pp. 1–10). https://www.neliti.com/publications/144205/

Wulandari, M., Harfadli, M. M., & Rahmania, R. (2020). Penentuan Kondisi Kualitas Perairan

Muara Sungai Somber, Balikpapan, Kalimantan Timur dengan Metode Indeks

Pencemaran (Pollution Index). SPECTA Journal of Technology, 4(2), Article 2.

https://doi.org/10.35718/specta.v4i2.186

Yogafanny, E. (2015). Pengaruh Aktifitas Warga di Sempadan Sungai terhadap Kualitas Air

Sungai Winongo. Jurnal Sains & Teknologi Lingkungan, 7(1), Article 1.

https://doi.org/10.20885/jstl.vol7.iss1.art3

Yohannes, B. Y., Utomo, S. W., & Agustina, H. (2019). Kajian Kualitas Air Sungai dan Upaya

Pengendalian Pencemaran Air: IJEEM - Indonesian Journal of Environmental Education

and Management, 4(2), Article 2. https://doi.org/10.21009/IJEEM.042.05

Anda mungkin juga menyukai