RETA
P0100312414
Disertasi
Sebagai Salah satu Syarat untuk Mencapai Gelar Doktor
Program Studi
Ilmu Pertanian
RETA
Kepada
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
PERNYATAAN KEASLIAN DISERTASI
Nama : Reta
Nomor Pokok : P0100312414
Program Studi : Ilmu Pertanian
Reta
PRAKATA
diselesaikan.
Indonesia dipasar global akibat mutu dan citarasa yang menurun akibat
secara akurat aroma dan citarasa kopi arabika dan robusta dari Sulawesi
waktu fermentasi dari yang dilakukan masyarakat dan juga dapat memiliiki
kualitas citarasa kopi yang sama atau bahkan melebihi citarasa kopi luwak
2. Prof. Dr. Ir. Amran Laga, M.S., Dr. Ir. Mariyati Bilang, DEA., Dr.Andi
Ilham Latunra., M.Si., Prof. Dr. Hanapi Usman., M.S (Alm) selaku tim
penguji.
Universitas Hasanuddin
University.
kepada kedua orang tua saya yang sudah almarhum dan mertua saya
teman Program Doktor PPS Unhas terkhusus angkatan 2012 dan 2011,
Penulis
Reta
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL........................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN …….......................................................... ii
PERNYATAAN KEASLIAN DISERTASI………………………………… iii
PRAKATA ………………………………………………………………….. iv
ABSTRAK ............................................................................................ v
ABSTRACT ......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ………………………………………………………………… vii
DAFTAR TABEL …………………………………………………………… viii
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………... x
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………… xii
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN …………………………. xiii
I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………... 1
B. Rumusan Masalah ………………………………………………... 5
C. Tujuan Penelitian ………………………………………………….. 6
D. Kegunaan Penelitian ………………………………………….. 7
E. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................... 7
F. Outline Disertasi…………………………………………………….. 8
G. Daftar Pustaka …………………………………………………….. 11
Nomor Halaman
.
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Nomor Halaman
C6H12O6 glukosa
2C2H5OH etanol
DVB/CAR/PDMS Divinylbenzene/Carboxen/Polydimethylsiloxane
BAB I
PENDAHULUAN
nilai ekonomis yang cukup tinggi serta menjanjikan untuk peningkatan ekonomi
(Rahardjo, 2012). Kopi mempunyai daya tarik dan sangat popularitas karena
aroma dan rasa dimiliki adalah unik (Ayelign et al, 2013). International Coffee
bubuk kopi dunia sekitar 8,77 juta ton (ICO, 2015). Data ICO tahun 2016-2017,
Brazil dan Vietnam (FAO, 2013). Produktivitas kopi Indonesia sebesar 11.250
ton pertahun masih rendah bila dibandingkan dengan negara produsen kopi di
dunia seperti Brazil (50.826 ton pertahun) dan Vietnam (22.000 ton per tahun)
milliar cangkir kopi dikonsumsi tiap hari. Jumlah itu mencakup 23,9 persen atau
setelah Brazil, Vietnam dan Colombia. Dari total produksi, sekitar 67% kopinya
konsumsi kopi selama periode tersebut sebesar 2,14% per tahun. Rata-rata
dengan areal penanaman yang cukup luas serta keadaan agroklimatologi yang
sangat mendukung. Pada rentang waktu tahun 1977 – 2002, produksi kopi
Sulawesi Selatan mencapai 202.165,50 ton kopi robusta dan 15.619 kopi
Sinjai, Pinrang, Luwu, Lutra dan Toraja. Sementara kopi arabika di Kabupaten
Indonesia tak hanya menjadi tempat budidaya kopi yang tepat tapi juga
menghasilkan berbagai jenis kopi berkarakter khas dan unik. Varietas yang
dari kopi arabika dan robusta tersebut, 75% diantaranya teknik pengolahan
pasca panen terutama dalam hal fermentasi dan 25% ditentukan oleh kondisi
Indonesia, 2011).
rendahnya mutu biji kopi adalah fermentasi. Tujuan fermentasi pada kopi
kulit buah dan kulit biji menjadi alkohol. Hal ini dikarenakan senyawa gula yang
bakteri yang sangat baik sehingga dapat merusak mutu biji kopi. Tujuan proses
ini adalah untuk menghilangkan lapisan lendir yang tersisa di permukaan kulit
tanduk biji kopi sehingga mempermudah proses pencucian lender yang masih
4
menempel pada biji keesokan harinya serta mengurangi rasa pahit dan
2008).
yang terkandung di dalam lapisan lendir biji kopi oleh mikroba alami dan
dibantu dengan oksigen dari udara. Pada fermentasi kering diduga terjadi
dan jamur yang bersifat aerob dan menghasilkan metabolit yang menimbulkan
berturut-turut memiliki karakter bau asap (smoke), bau terbakar (burned) serta
bau manis dan terbakar (sweet, burned). Fermentasi kering harus dikendalikan
citarasa onion karena timbulnya asam dan bau tengik (stink) sebagai akibat
tepat akan menghasilkan biji kopi dengan citarasa yang rendah. Cacat citarasa
fermented atau stinker merupakan jenis cacat yang berat. Cacat fermentasi
dapat dihindari dengan cara melakukan proses fermentasi secara tepat dan
benar.
5
aspek perbaikan aroma dengan upaya peningkatan mutu biji kopi arabika dan
robusta dengan nilai tambah melalui aplikasi teknologi ohmic untuk fermentasi
biji kopi dengan jenis kopi yang berasal dari beberapa daerah dengan
B. Rumusan Masalah
yang dicirikan dengan mutu yang rendah, biji asalan serta biji kopi yang
yang lemah.
tanah beda rasa. Perbedaan komposisi unsur hara dalam tanah dan kondisi
iklim merupakan salah satu penyebabnya. Meski begitu citarasa kopi bukan
a. Berapa lama waktu dan suhu pada proses fermentasi yang terjadi dengan
adanya aplikasi teknologi ohmic untuk fermentasi biji kopi yang terbaik dari
ohmic.
d. Bagaimana profil sifat kimia dan aroma (karakteristik senyawa volatile) pada
kopi roasted matang penuh (arabika dan robusta) hasil fermentasi teknologi
ohmic.
C. Tujuan Penelitian
perlakuan.
teknologi ohmic.
7
D. Kegunaan Penelitian
menghasilkan kopi arabika dan robusta yang bermutu baik dan memiliki nilai
jual yang tinggi sekaligus bisa bersaing dengan kopi komersial saat ini.
Penelitian ini dibatasi pada kajian bahan dasar, pemilihan jenis kopi
teknologi fermentasi biji kopi arabika, yaitu aplikasi teknologi ohmic untuk
fermentasi biji kopi. Bahan dasar yang akan digunakan adalah buah kopi
arabika dan robusta matang penuh, larutan HCl sebagai media pengantar
listrik pada teknologi ohmic. Metode fermentasi yang akan diaplikasikan adalah
metode dengan perlakuan lama fermentasi dan suhu fermentasi pada masing-
hasil data hanya dengan satu replikasi daraai data longer yang konstan dan
F. Outline Disertasi
biji kopi untuk mendapatkan kualitas aroma dan citarasa yang dapat bersaing
hijau dan kopi sangrai, serta uji organoleptik. Tujuan utamanya adalah
mengkaji suhu dan waktu fermentasi yang optimum dan terbaik aroma pada
biji kopi arabika, mengkaji karakteristik komponen senyawa volatile pada kopi
mengkaji profil aroma dan rasa dengan melakukan uji organoleptic, serta
senyawa volatil antara lain senyawa volatile pada kopi hijau arabika dan
robusta yang difermentasi dengan ohmic dan tanpa fermentasi dengan analisis
GCMS metode HS-SPME. Selain itu juga dilakukan pengujian senyawa volatile
pada kopi roasted arabika dan robusta dengan GCMS metode HS-SPME serta
uji organoleptik dengan metode SCAA dan QDA. Detailnya dapat diuraikan
sebagai berikut:
suhu dan waktu pada aplikasi teknologi ohmic untuk meningkatkan araoma
dan citarasa kopi arabika dan robusta, serta factor-faktor lain yang dapat
bahan dan metode, rancangan penelitian, prosedur pengujian dan analisa data
interaksi kedalaman air dan jarak tanam terhadap laju pertumbuhan dan
coffee (Arabika dan robusta) hasil fermentasi ohmic dan non fermentasi ohmic.
mengenai pengaruh suhu dan waktu fermentasi terhadap citarasa kopi arabika
10
dan robusta, serta deskripsi citarasa khusus kopi arabika dan robusta hasil uji
sanrai (roasted coffee) arabika dan robusta hasil fermentasi dengan teknologi
hijau dan roasted hasil fermentasi teknologi ohmic, serta hubungan keterkaitan
satu solusi untuk menghasilkan kualitas kopi arabika dan robusta serta
volatile pada rabika dan robusta untuk menghasilkan kopi dengan rasa
specialty.
G. DAFTAR PUSTAKA
Misnawi & Sulistyowati. 2006. Mutu kopi Indonesia dan peluang peningkatan
daya saingnya. Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia 22:
127-132.
Mondello, L., F. Costa, P.Q. Tranchida, P. Dugo, M.L. Presti, S. Festa, A. Fazlo,
and G. Dugo. 2005. Relable characterization of coffee bean aroma
propiles by automated headspace solid phase microextraction-gas
chromatography-mass spectrometry with the support of a dual-filter
mass spectra library.J. Sep.Sci 28:1101-1109.
Montavon, P., E. Duruz, G. Rumo, and G. Pratz. 2003. Evaluation of green
coffee protein propiles with maturation and relationship to coffee cup
quality. Journal og Agricultural and Food Chemistry 51 (8):2328-2334.
Moreira S.M.C., Chaves, dan Oliveire. 1985. Comparison of The Efficiency Of
Liquids On The Determination Of Bulk Density Of Agricultural Grain.
Journal Revista Brasileira De Armazenament. 9 91-2), 22-24.
Muchtadi, Tien R., Sugiyono, dan Ayustaningwarno, Fitriyono. Ilmu
Pengetahuan Bahan Pangan.2010. Bogor: Alfabeta CV.
Mulato, S., Widyotomo, Misnawi, dan Suharyanto. 2009. Petunjuk Teknis
Pengolahan Produk Primer dan Sekunder Kakao. Jember: Pusat
penelitian kopi dan kako Indonesia.
Mulato, S. 2001. Pelarutan Kafein Biji kopi rebusta dengan kolom Tetap
Menggunakan Pelarut Cair. Pelita perkebunan Jakarta.
Mulato, Sri., S. Widyotomo., E. Suharyanto, 2010. Teknologi Proses dan
Pengolahan Produk Primer dan Sekunder Kopi. Edisi 04.
Mulato, Sri. 2002. Simposium Kopi 2002 dengan tema Mewujudkan perkopian
Nasional Yang Tangguh melalui Diversifikasi Usaha Berwawasan
Lingkungan dalam Pengembangan Industri Kopi Bubuk Skala Kecil
Untuk Meningkatkan Nilai Tambah Usaha Tani Kopi Rakyat. Denpasar
: 16 – 17 Oktober 2002. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia.
Murthy, P. S. and M.M. naidu. 2011. Improvement of robusta coffee
fermentation with microbial enzymes. European Journal of Applired
Sciences 3(4):130-139.
Najiyati, S. dan Danarti. 1997. Kopi Budidaya Kopi dan Pengolahan Pasca
Panen. Jakarta: Penebar Swadaya.
Najiyati, S. dan Danarti. 2001. Kopi Budidaya dan penanganan Lepas Panen.
Penebar Swadaya.Jakarta
Najiyati, Sri dan Danarti. 1999. Kopi: Budidaya dan Penanganan Lepas
Panen. Penebar Swadaya, Jakarta. 14-24, 165-172, 185-190.
Nelson, Aaron P., Ph.D., M.D., Gilbert, Susan., 2005. The Harvard Medical
School Guide to Achieving Optimal Memory. New York: McGraw Hill.
Payne, J., C.M. Francis, K. Phillipps, dan S.N. Kartikasari., 2000. Panduan
Lapangan Mamalia di Kalimantan, Sabah, Sarawak & Brunei
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kopi
Kopi memiliki nama latin Coffea sp. Buah kopi terdiri atas 4 bagian
(Gambar 2.1), yaitu lapisan kulit luar (exocarp), daging buah (mesocarp), kulit
Daging buah kopi memiliki 2 bagian, dimana bagian luar yang lebih
keras dan tebal sifatnya seperti gel atau lendir mengandung 85% air dalam
bentuk terikat dan bagian dalamnya bersifat koloid hidrofilik yang terdiri dari
±80% pectin dan ±20% gula (Ruth, 2011). Didalam kopi memiliki dua inti yang
sering didapatkan yaitu Kafein dan Kafeol. Secara umum kopi beras
mengandung air, gula, lemak, selulosa, kafein dan abu. Struktur dan kompoisi
senyawa penyusun pada biji kopi dapat dilihat pada Tabel 2.1.
19
berdasarkan cara budidaya, yaitu species canephora coffee (terutama dari segi
bentuk yang dikenal sebagai robusta) dan Coffee Arabica. Perbedaan kedua
species ini dapat dilihat dari segi botani, genetik, agronomi, kimia dan morfologi
Kopi Arabika
beriklim tropis atau subtropis. Kopi arabika tumbuh pada ketinggian 700-
1.800 m di atas permukaan laut. Tanaman ini dapat tumbuh hingga 3 meter
bila kondisi lingkungannya baik. Suhu tumbuh optimalnya adalah 16-20 oC.
Walau berasal dari Ethiopia, kopi arabika menguasai sekitar 70% pasar kopi
Gambar 2.2. Buah kopi Arabika dan Kopi hasil sangria (foto by Reta 2016)
Ciri-ciri dari tanaman kopi arabika (Gambar 2.2), ini yaitu panjang
lain bijinya berukuran besar, beraroma harum, dan memiliki cita rasa yang
baik
21
Kopi Robusta
berasal dari daerah Afrika barat (Uganda). Kopi robusta ini tersebar di negara
Brazil yang biasa disebut Conillon, India dan Asia tenggara (Indonesia dan
umum yaitu dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik pada daerah dataran
rendah dengan suhu yang panas (di bawa 900 mdpl dengan suhu 20° C).
Buah kopi robusta dicirikan dengan bentuk yang bulat dengan umur panen
adalah 11 bulan (Gambar 2.3), dengan biji oval dan lebih kecil daripada biji
kopi arabika.
Gambar 2.3. Buah Kopi robusta dan Biji kopi Sangrai Robusta (Foto By Reta
2014
22
Filipina. Ciri-ciri dari tanaman kopi robusta yaitu tinggi pohon mencapai 5
putih ke abu-abuan. Seduhan kopi robusta memiliki rasa seperti coklat dan
aroma khas, variasi sesuai dengan cara pengolahan. Kopi bubuk robusta
memiliki tekstur lebih kasar dari kopi arabika. Kadar kafein biji mentah kopi
kandungan kafein kopi robusta sekitar 2,3% (Spinale dan Jamws, 1990).
B. Fermentasi
murah bahkan kurang berharga menjadi produk yang bernilai ekonomi tinggi
produk baru oleh mikroba (Madigan, 2011). Fermentasi berasal dari bahasa
Secara umum pengolahan buah kopi dapat dilakukan dengan tiga cara
sortasi dan penyimpanan. Perbedaan dari kedua proses tersebut yaitu adanya
membentuk unsur-unsur citarasa khas pada kopi olahan basah yang dibentuk
melalui proses fermentasi biji kopi dan akan menghasilkan citarasa khas yang
pencucian lendir yang masih menempel pada biji keesokan harinya serta
komponen lapisan lendir yaitu propopektin, gula, asam dan alkohol sehingga
24
lapisan lendir terlepas dari kulit tanduknya yang akan mempengaruhi atau
berkisar antara 12-36 jam. Proses fermentasi yang terlalu lama akan
menimbulkan cita rasa tak sedap karena timbulnya asam dan apek sebagai
mutu kopi biji. Tanpa fermentasi, mutu yang diperoleh merupakan mutu rendah
dan dengan adanya proses fermentasi dapat dihasilkan mutu tinggi (Jayus et
karbohidratase dan enzim pektinase menjadi gula reduksi seperti glukosa dan
karbohidrat menjadi asam-asam organic seperti asam laktat dan asam asetat,
2005; Rubiyo et al, 2005; Lin, 2010). Saat terjadi proses fermentasi terjadi
penguraian protein menjadi senyawa yang lebih sederhana seperti peptide dan
Proses pemecahan gula menghasilkan asam laktat dan asam asetat dengan
kadar asam laktat yang lebih besar. Asam-asam lain yang dihasilkan dari
proses fermentasi ini adalah asam butirat, propionate, dan senyawa etanol.
Asam lain akan memberikan onion flavor. Biji kopi yang telah terpisahkan dari
pulp dan parchment akan berwarna coklat. Proses browning ini terjadi akibat
oksidasi polifenol. Terjadinya warna kecoklatan yang kurang menarik ini dapat
terlarutnya pigmen dalam biji kopi dan penurunan nilai kecerahan yang terjadi
diduga terdapat reaksi berlebihan antara asam yang dihasilkan biji kopi.
Pigmen yang telah larut membuat biji menjadi pucat akan tetapi asam yang
terlalu tinggi dapat menyebabkan warna biji kopi lebih gelap karena senyawa
selama fermentasi buah kopi adalah degradasi lapisan lendir yang mengelilingi
permukaan biji yang disebut dengan mucilage, terdiri dari senyawa pektin
klorogenik, lipid dan peptide (Buffo dan Fraire, 2004). (Janzen, 2012; Wang,
organic, asam amino dan gula reduksi. Seperti yang dinyatakan Siswoputranto
(1993), Rubiyo et al. (2005), dan Lin (2010) bahwa penanganan yang tepat
yang dihasilkan. Begitu juga Salla (2009) serta Murthy dan Naidu (2011)
menyatakan bahwa citarasa biji kopi yang dihasilkan dari pengolahan basah
27
lebih baik daripada yang dihasilkan dari pengolahan kering. Hal tersebut
dari biji kopi hasil pengolahan basah lebih banyak daripada biji kopi hasil
1. Golongan fenol dan asam tidak mudah menguap yaitu asam kofeat, asam
aldehid.
5. Golongan asam mudah menguap yaitu asam asetat, propionat, butirat dan
volerat.
citarasa pada biji kopi adalah gula reduksi, asam amino, asam organic,
trigonelin, asam klorogenik, lipid dan peptide (Montavon et al, 2003; Suslidk et
al, 2010; Yenetzin et al, 2012; Wang, 2012). Senyawa prekursor yang sudah
ada secara alami pada biji kopi adalah trigonelin, asam klorogenik, lipid dan
28
peptide (Buffo dan Fraire, 2004; Janzen, 2012; Wang, 2012), adapun senyawa
prekursor lainnya yaitu gula reduksi, asam amino dan asam organik terbentuk
permukaan buah kopi yang terlalu kering (Aspergilus niger, penicillium sp,
Rhizopus, sp) beberapa jenis ragi dan bakteri juga dapat berkembang. Enzim
yang berperan pada fermentasi kopi adalah jenis enzim pectinase (Mulati,
2002)
teridentifikasi pada fermentasi semi basah biji kopi antara lain Leuconostoc
Bacillus brevis, Bacillus lichonifermis dan Bacillus cereus. Dari beberapa jenis
bakteri, hanya 4 bakteri yang diduga kuat sebagai bakteri pektinolitik yaitu
3 jenis bakteri asam laktat yang teridentifikasi, diduga kuat berperan sebagai
peningkat citarasa khas pada biji kopi hasil fermentasi semi basah.
kualitas produk tidak sesuai dengan yang diinginkan selain juga berhubungan
Ayustaningwarno, 2010).
dalam Gambar 2.4. Pemanasn ohmik didasarkan pada bagian arus listrik
bolak-balik (AC) melalui tubuh seperti sistem makanan partikel cair yang
Namun, faktor yang paling penting adalah konduktivitas listrik dari produk dan
etergantungannya pada suhu. Jika produk memiliki lebih dari satu fase seperti
30
dalam kasus dari campuran cairan dan partikulat, konduktivitas listrik semua
media ini akan sulit untuk proses menggunakan penukar panas konvensional
mengandung partikulat besar, seperti sup dan makanan rebus dan irisan buah-
buahan pada sirup, saus, dan cairan sensitif panas. Teknologi ini berguna
sesuatu benda dan mengentalkan ketika diproses secara termal. Aplikasi lain
D. Kualitas Kopi
parameter yang dikaitkan dengan fisik, kimiawi, kebersihan dan citarasa dari
biji kopi. Sedang yang kedua, dalam pengertian yang luas, mutu adalah suatu
ukuran yang dikaitkan dengan akseptabilitas dari biji kopi yang diproduksi oleh
perusahaan tertentu oleh pembeli (konsumen) atas dasar standar proses yang
dan dihidangkan di dalam cangkir, namun sebelum diseduh, kualitas kopi yang
akan diseduh tergantung pada kualitas biji kopi terutama pada tahap roasting,
waktu roasting dan air yang digunakan untuk menyeduh. Kualitas tersebut
biasanya diartikan sebagai aroma dan rasa (flavor). Flavor pada kopi
dipengaruhi oleh senyawa volatile yang dimiliki dan dikeluarkan oleh kopi pada
dan dikombinasikan sebagai aroma, rasa, tekstur dan mouthfeel (Taylor, 1996).
Atribut aroma atau bau adalah merupakan komponen yang terpenting dari rasa
kopi. Secara umum konsumen dapat menjelaskan dan merasakan apa yang
hidung melalui faring (Petracco, 2001), dimana terjadi interaksi antara volatile
diharapkan dari stimulus saraf penciuman dan transmisi sinyal menlalui bola
saat volatile dihirup melalui hidung dan berinteraksi dengan system penciuman
membedakan lebih dari 10.000 odorants yang berbeda (Lancet, 1986) dimana
rasa indera manusia (terdeteksi dari reseotor lidah) yang dapat mendeteksi
lima sensasi rasa dasar, yaitu manis, pahit, asam, asin dan gurih (Rawson dan
Li, 2004). Konsekuensi komponen aroma dan rasa untuk produk yang sangat
kompleks seperti kopi yang dianggap sangat penting terutama pada citarasa
Beberapa sifat sensorik kopi yang diketahui selama bertahun-tahin dan dengan
aroma kopi, dan aroma tersebut mendapatkan momentum pada suatu industri
dan ilmuwan. Beberapa istilah atribut yang digunakan dalam menjelaskan sifat
citarasa kopi seperti body, rasa pahit, aroma panggang, dan rasa caramel
berasap (Czerny et al, 1999; Mayer et al, 2000). Beberapa istilah dalam atribut
33
standar pengukuran pada industr sebagai kualitas kopi sensorik (Teixeira et al,
2005) adalah sevaluasi kopi bekam. Metode ini juga melibatkan panelist yang
terlatih untuk mengevaluasi kopi biji dan minuman segar untuk aroma dan rasa
sifat berminyak, renyah dan juga dapat mencakup sensasi yang sangat
permukaan mulut dan lidah karena sensitivitas kimiawi kulit dan lender dengan
membran yang dapat dirasakan dengan cara menggelitik, menusuk dan sifat
atribut yang sangat penting yang tidak dapat terdeteksi dengan melalui system
mulut yang telah dikembangkan oleh peneliti yang berasal dari Jepang dan
34
bulat, halus, tebal, kasar, berminyak dan lengket dengan kesan keseluruhan
menjadi renyah, tajam, ringan, bulat, lembut, halus, kuat, berat, ringan, netral,
mellow, winey. Dan beberapa atribut lain yang mengasikkan seperti tajam,
menyengat, mudah ditelan (Hayakawa et al, 2010; Seo et al, 2009). Flavor
dalam pengolahan kopi serta teknik persiapan untuk melakukan cuptest dapat
mendasar. Pertama, dalam hal pengertian umum, mutu adalah suatu parameter yang
dikaitkan dengan fisik, kimiawi, kebersihan dan citarasa dari biji kopi.
Sedang yang kedua, dalam pengertian yang luas, mutu adalah suatu ukuran
yang dikaitkan dengan akseptabilitas dari biji kopi yang diproduksi oleh
35
perusahaan tertentu oleh pembeli (konsumen) atas dasar standar proses yang
Kualitas kopi yang sesungguhnya dapat dinikmati saat kopi diseduh dan
akan diseduh bergenatung pada kualitas biji kopi terutama pada tahap
roasting, waktu roasting dan air yang digunakan untuk menyeduh. Kualitas
tersebut biasanya diartikan sebagai aroma dan rasa (flavor). Falvor pada kopi
dopengaruhi oleh senyawa volatile yang dimiliki dan dikeluarkan oleh kopi
pada saat diseduh (Baggenstoss et al, 2008). Biji kopi secara alami
alcohol, ester, asam format dan asam asetat yang mempunyai sifat mudah
Flavor Kopi
Biji kopi kering tidak dapat langsung dikonsumsi karena belum
mempunyai aroma, flavor, dan warna yang khas. Oleh karena itu, biji kopi
kopi yang muncul karena perlakuan panas. Lee dan Shibamoto (2002) serta
36
Menurut Flament (2002) dan Suslick et al, (2010) pada biji kopi beras
yang belum disangrai terdapat sebayak ± 300 senyawa aroma volatile yang
dapat diidentifikasi. Sejumlah senyawa volatile penting pada kopi Arabika dari
Hawaii tertera pada Tabel 2.2, (Lee dan Shibamoto, 2002), sedangkan kopi
2 Hexanal 13 Hexadecane
8 1-Butoxy-2-propanol 19 Benzylalcohol
10 1-Octen-3-ol 21 Eicosanol
11 2-Methoxy-3-(-2-methylpropy 22 4-Hidroxy-3-
methylacetophenone
37
Berdasarkan Tabel 2.2 dan 2.3 menunjukkan bahwa pada kopi beras
volatile yang berbeda, sehingga akan berpengaruh terhadap citarasa kopi yang
Soonthornkamol 2004) dan Salla (2009) bahwa factor genetic dan agroekologi
Roasted
Kunci dari proses produksi kopi bubuk adalah penyangraian. Proses ini
merupakan tahapan pembentukan aroma dan citarasa khas kopi dari dalam
biji kopi dengan perlakuan panas. Biji kopi secara alami mengandung cukup
banyak senyawa organik calon pembentuk citarasa dan aroma khas kopi.
Waktu sangrai ditentukan atas dasar warna biji kopi sangrai atau sering disebut
derajad sangrai. Makin lama waktu sangrai, warna biji kopi sangrai mendekati
pada waktu dan suhu yang ditandai dengan perubahan kimiawi yang signifikan.
Terjadi kehilangan berat kering terutama gas 𝐶𝑂2 dan produk pirolisis volatil
citarasa kopi. Kehilangan berat kering terkait erat dengan suhu penyangraian.
3 golongan yaitu light roast suhu yang digunakan 1930 sampai 199°C, medium
38
roast suhu yang digunakan 204°C dan dark roast suhu yang digunakan 2130
sampai 221°C. Light roast menghilangkan 3-5% kadar air: medium roast, 5-8%
Tabel 2.3. Senyawa Citarasa volatile yang diidentifikasi pada Kopi Beras
Arabika dari Mexico (Rios et al, 2007)
No Senyawa Volatile No Senyawa Volatile
1 Acetaldehyde 14 y-Butyrolactone
2 Dimethylsulphide 15 Furfural
3 2-Propanone 16 1-Octen-3-ol
6 Ethanol 19 Dimethylsulphoxide
13 3-Hydroxy-2-butanone
peningkatan nilai keasaman kopi yang telah disangrai yakni penyangraiaan biji
kopi pada suhu 1600C selama 40 menit dengan nilai pH 6.04, pada suhu 180 0C
selama 40 menit dengan nilai pH 6.13 dan pada suhu 2000C selama 40 menit
Alat penyangrai bisa berupa oven yang beroperasi secara batch atau
desain pemanas, hal ini merupakan faktor penentu pada pemanasan. Desain
paling umum yang dapat disesuaikan baik untuk penyangraian secara batch
Umumnya, biji kopi dicurahkan sealiran dengan udara panas melalui drum ini,
menggunakan gas atau bahan bakar, dan pada desain baru digunakan sistem
udara daur ulang yang dapat menurunkan polusi di atmosfir serta menekan
yang akan dikonsumsi, perubahan warna biji dapat dijadikan dasar untuk
medium dan gelap (dark). Secara laboratoris tingkat kecerahan warna biji kopi
sangrai diukur dengan pembeda warna lovibond. Biji kopi beras sebelum di
sinar sehingga nilai Lovibond (L) berkisar antara 60-65. Pada penyangraian
40
ringan (light), sebagian warna permukaan biji kopi berubah kecoklatan dan nilai
medium, maka nilai L biji kopi makin berkurang secara signifikan kekisaran 38-
40. Pada penyangraian gelap, warna biji kopi sangrai makin mendekati hitam
senyawa gula mengalami proses karamelisasi dan akhirnya nilai L biji kopi
penyangraian 100° C dan berikutnya tahap pirolisis pada suhu 180° C. Pada
berat sebanyak 10%. Proses roasting berlangsung 5-30 menit. Sampel segera
diambil setelah roasting dan digiling dengan metode standar, sedikit air
drum penyangrai diakhir proses. Biji kopi kemudian dikeluarkan lalu ditaruh
dalam baki dingin berlobang dimana udara dihembuskan (Ciptadi dan Nasution
,1985).
menurut Ukers dan Prescott dalam Ciptadi dan Nasution (1985) terjadi seperti
𝐶𝑂2 sebagai hasil oksidasi dan terbentuknya aroma yang karakteristik pada
yang sebagian besar terdiri dari 𝐶𝑂2 kemudian gas-gas ini mengisi ruang
trimethilamin, asam formiat dan asam asetat. Kafein di dalam kopi terdapat
klorogenat sebagai senyawa kalium kafein klorogenat. Biji kopi yang disangrai
ketika kopi dipisahkan dari otlet khusus dan digunakan langsung oleh
diperlukan untuk mencegah deteriorasi oksidatif jika kopi tidak melewati outlet
khusus. Saat ini digunakan kemasan vakum dari kaleng yang mampu
Dalam menentukan apakah suatu kopi bercita rasa baik atau tidak,
1. Keasaman
menentukan cita rasa tersendiri pada produk kopi dan menentukan tingkat
42
kecerahan kopi. Biji kopi yang baik memiliki tingkat keasaman yang rendah.
Keasaman yang terlalu tinggi membuat cita rasa kopi menjadi tidak nikmat.
Tingkat keasaman biji kopi dipengaruhi oleh lokasi / tempat tumbuh tanaman
memberikan kualitas aroma yang lebih baik sehingga kopi hasil fermentasi
2. Aroma
Sensasi aroma kopi dapat dirasakan ketika kopi berada di mulut atau
3. Body
Faktor penentu terakhir yang mempengaruhi cita rasa kopi adalah body
yang dapat disetarakan dengan sensasi “rasa mantap”. Body terdiri dari
kopi yang dipanggang secara medium dan pekat akan memiliki body yang
seduhan kopi sebagai karakter internal yang dapat dinilai karena ada
body seduhan kopi. Hal ini dapat diselaraskan dengan kadar kafein kopi
bubuk yang semakin menurun akan berpengaruh pada nilai body yang
semakin rendah.
E. Kerangka Konseptual
Mutu Kopi
Huller
Perlakuan suhu dan
lama fermentasi
Analisa :
Biji kopi hijau - Kadar air
Pencucian Biji Kopi - Total asam
Pemisahan kulit buah
Penyangraian
Analisisi Compound
Senyawa Volatile
Penrendaman Pembubuk Kopi kopi hijau
selama 12 jam
SELESAI
Gambar 2.6. Kerangka Konseptual Penelitian
45
F. Hipotesis
dapat tercapai dengan waktu yang sangat singkat pada fase suhu yang
hijau dan kopi sangrai yang difermentasi dengan teknologi ohmic dan tidak
di fermentasi.
G. Kebaharuan
pada biji kopi arabika dan robusta belum pernah dilakukan dan menjadi
tantangan bagi petani kopi untuk meningkatkan kualitas citarasa dan aroma
kopi. Belum ada informasi tentang suhu dan waktu fermentasi yang tepat
2. Keberhasilan dalam penelitian ini adalah bahwa waktu untuk mencapai fase
optimum pada aplikasi teknologi ohmic pada fermentasi biji kopi dicapai
I. DAFTAR PUSTAKA
Czerny, M, & Grosch, W. (2000). Potent odorants of raw Arabica coffee. Their
changes during roasting. Journal of Agricultural and Food Chemistry,
48(3), 868–872.
Delgado, A, Kulisiewicz, L, Rauh, C, Wiersche, A.,2012, Novel Thermal and
Non-Thermal Technologies for Fluid Foods. Academic Press, New York.
Flament, I. 2002. Coffee Flavour Chemistry. John Wiley and Sons Ltd. Baffins
Lane, Chichester, West Susex P019 IUD. England 424p.
Hayakaw, F, Kazami, Y, Wakayama, H, Oboshi, R, Tanaka, H, Maeda, G. O.
U, Hoshino, C, Iwawaki, H. & Miyabayashi, T. 2010. Sensory lexicon of
brewed coffee for Japanese consumers, untrained coffee professionals
and trained coffee tasters. Journal of Sensory Studies, 25, 917-939.
Hidayat, N.M. C. Padaga dan S. Suhartini, 2006. Mikrobiologi Industri.
Yogyakarta. Andi Offset.
Icier, F, 2012, Novel Thermal and Non-Thermal Technologies for Fluid Foods.
Academic Press, New York.
Illy, A.; Viani, R, 1995. Espresso Coffee. The chemistry of quality. London
Illy, A, & Viani, R. (2005). Espresso coffee: The science of quality(2nd ed.).
London, UK: Elsevier Academic Press.
Illy, A, 2008. Università del Caffè di Trieste. The green coffee. In illy, Ed.
Graphart. San Dorligo della Valle (TS).
Jackels S.C, Jackels C.F, (2005), Characterization of the coffee mucilage
fermentation process usingchemical indicators: a field study in
nicaragua. J. Food Sci, 70: C321-C325.
Janzen, S. O. 2010. Chemistry of Coffee. In Comprehensive Natural products
II, Chemistry and Biology. Editor L. Mender and H.W. Liu. Elsevier Ltd.
The Boulvevard, Lanfod Lane, Kidlington OX5 1GB, United Kigdom
p.1085-1113.
Jayus, Giyarto, Nurhayati dan Aan. 2011. Peran Mikroflora dalam Fermentasi
Basah Biji Kopi Robusta (Coffea canepora). Jember: Fakultas teknologi
Pertanian, universitas Jember.
Lawless, H. T. and Heymann, H. 2010. Physiological and psychological
foundations of sensory function In: Lawless, H. T. & Heymann, H. (eds.)
Sensory Evaluation of Food: Principles and Practices. Food Science
Text Series. New York: Springer New York.
Lee, K. G. and T. Shibamoto. 2002. Analysis of volatile components isolated
from Hawalan green coffee beans (Coffeea Arabica L.). Flavour and
Fragrance Journal 17:349-351.
Lin, C.C. 2010. Approach of Improving coffee industry in Taiwan promote
quality of coffee bean by fermentation. The Journal of International
Management Studies 5(1):154-159.
Lucke, A, Go¨pferich, A, 2003. Acylation of peptides by lactic acid solutions.
European Journal of Pharmaceutics and Biopharmaceutics 55, 27–33.
48
Nelson, Aaron P, Ph.D, M.D, Gilbert, Susan, 2005. The Harvard Medical
School Guide to Achieving Optimal Memory. New York: McGraw Hill.
Petracco, M. 2001. Beverage preparation: brewing trends for the new
millenium. In: CLARKE, R. J. & VITZTHUM, O. G. (eds.) Coffee: Recent
Developments. Oxford: Blackwell Science.
Puslitkoka. 2007. Pengolahan Biji Kopi Sekunder. Leaflet. Pusat penelitian
Kopi dan kako Indonesia. Jember.
Ramaswamy, R, Balasubramaniam, V. M (Bala), Sastry, S.K, 2003, Ohmic
Heating of Foods Fact Sheet for Food Processors, Ohio State
University, Columbus.
Rawson, N. E. & Li, X. 2004. The cellular basis of flavour perception: taste and
aroma. In: TAYLOR, A. J. & ROBERTS, D. D. (eds.) Flavour Perception.
Ames, Iowa: Blackwell Publishing.
Redgwel, R. and m. Fischer. 2006. Coffee carbohydrates. Brazilion Journal of
Plant Physiology 18(1):165-174.
Ridwansyah. 2003. Pengolahan Kopi. http://www.library.usu.ac.id/down
load/fp / tekper-ridwansyah4pdf. [16- November-2009].
Rios, O.G, M.L.S. Quiros, R. Boulanger, M. Barel, B. Guyot. J.P. Guiraud, and
S.S. Galindo. 2007. Impact of ecological post harvest processing on the
volatile fraction of coffee beans: I, green coffee. Journal of Food
Composition and Analysis 20:289-296.
Ryan, Lee, 2001. Caffeine Reduces Time-of-Day Effect on Memory
Performance in Older Adult. Psychological Science: A Journal of the
American Psychological Society, No.d1, Januari 2002, 13:8-71.
Rothfos. B (1980). Coffee production. Gordian-Max-Rieck GmbH. Hamburg
Ruan, R, Ye, P, Chen and Doona, C.J, 2001, Thermal Tecnologies in Food
Processing, CRC Press, New York
Rubiyo , 2005
Saepudin, A. 2005. Evaluasi factor-faktor yang mempengaruhi Citarasa Kopi
Arabika dengan Menggunakan. Manova dan Analisis Profil. Skripsi
Fakultas matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Bogor. 17 hlm.
Salla, M. H. 2009. Influence of Genotype, Location and Processing Methods
on The Quality of Coffee (Coffea Arabica L.). Msc. Thesis Hawassa
University. Hawassa Ethiopia. 105p.
Sastry, S.K, 1992, Ohmic Heating dalam Food EngineeringVol. III. Ohio State
University. USA.
Selmar D, Bytof G, Knopp S. E, & Breitenstein B. 2006. Germination of
coffee seeds and its significance for coffee quality. Plant Biology 8,
260-264
Seo, H.-S, Lee, M, Jung, Y.-J. & Hwang, I. 2009. A novel method of descriptive
analysis on hot brewed coffee: time scanning descriptive analysis.
European FoodResearch and Technology, 228, 931 -938.
50