Di Susun Oleh :
Mengetahui :
Pembimbing I
Hartina, ST
Superv. Lab
Menyetujui :
Anton Tansil
Kadept HCS
i
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
Mengetahui :
Pembimbing Laporan
Nurbaiti
NIP :19820406 200502 2 001
Diterima Oleh :
ii
IDENTITAS SISWA
GOLONGAN DARAH O
M. Aksar Mahmud
iii
IDENTITAS SISWA
GOLONGAN DARAH -
iv
KATA PENGANTAR
Kami panjatkan puji syukur kami kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan hidayahNya dan memberi kami kesempatan dalam menyelesaikan laporan
PRAKERIN (Praktek Kerja Industri) yang kami buat ini dengan judul Praktik Kerja Industri
PT.Triteguh Manunggal Sejati (Suntory Garuda Beverage). Suatu kesempatan bagi kami untuk
menambah wawasan dan juga pengalaman akan dunia industri yang sebenarnya.
Adapun laporan ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh nilai hasil Praktek
Kerja Industri (PRAKERIN) pada program studi Quality Control SMK SMTI Makassar.
Laporan praktek ini kami susun berdasarkan pengalaman dan data-data yang kami peroleh
selama melaksanakan Prakerin di PT.Triteguh Manunggal Sejati (Suntory Garuda Beverage).
Laporan ini kami susun sedemikian rupa dengan tujuan dapat diterima dan dipahami oleh
pembimbing serta dapat dipakai sebagai ulasan adik-adik kelas yang nantinya akan juga
melaksanakan prakerin.
Penulisan laporan ini dapat terselesaikan dengan baik berkat bimbingan, bantuan,
dukungan dan saran dari berbagai pihak selama proses penulisan hingga laporan dapat
terselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami ingin banyak terima kasih sebesar-
besarnya kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan keselamatan serta ilmu dalam
melakukan penyusunan laporan ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik.
2. Bapak Drs. Muhammad Sabri selaku Kepala Sekolah SMK SMTI MAKASSAR.
3. Ibu Nurbaiti selaku pembimbing dari Sekolah SMK SMTI MAKASSAR.
4. Bapak Idi Wahyudi selaku Plant Manager PT. Triteguh Manunggal Sejati atas bantuannya
selama melakukan Praktek Kerja Industri.
5. Bapak Anton Tansil selaku Kadept HCS PT. Triteguh Manunggal Sejati selama melakukan
Praktek Kerja Industri.
6. Bapak Harfian selaku Head QA selama melakukan Praktek Kerja Industri.
v
7. Ibu Hartina, ST selaku Head QAQC Laboratorium PT. Triteguh Manunggal Sejati dan
selaku Pembimbing Lapangan selama melakukan Praktek Kerja Industri.
8. Seluruh karyawan PT. Triteguh Manunggal Sejati yang tidak bisa kami sebutkan satu
persatu.
9. Keluarga tercinta yang senantiasa selalu mendoakan, memberikan semangat dan dukungan
dalam menyelesaikan laporan ini.
10. Guru-guru dan Staf pegawai SMK SMTI MAKASSAR yang senantiasa membimbing saya
di sekolah sampai sekarang.
Dan semua pihak yang yang tidak dapat disebutkan satu persatu, mudah-mudahan jasa-
jasanya akan sangat berarti dan takkan pernah penulis lupakan. Semoga tuhan membalasnya
dengan balasan yang berlipat ganda.
Penulis menyadari laporan Praktek Kerja Industri ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dalam bentuk isi maupun cara penulisannya, oleh karena itu penulis membuka diri
mengharapkan kritik dan saran dari pembaaca untuk membantu dalam kesempurnaan laporan
ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................................................................i
IDENTITAS SISWA..................................................................................................................................iii
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................v
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................................... 1
B. Tujuan Praktik Kerja Industry ........................................................................................................ 2
C. Manfaat Praktik Kerja Industry........................................................................................................2
BAB II PROFIL PERUSAHAAN ............................................................................................................. 3
A. Nama dan Alamat Perusahaan ...................................................................................................... 3
B. Sejarah Perusahaan ........................................................................................................................ 3
C. Visi dan Misi Perusahaan ............................................................................................................... 4
D. Lokasi dan Letak Perusahaan ....................................................................................................... 4
E. Struktur Organisasi Perusahaan ................................................................................................... 5
F. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perusahaan.........................................................................10
BAB III PEMBAHASAN ......................................................................................................................... 11
A. Proses atau Alur Produksi ........................................................................................................... 11
B. Proses pembuatan Produk ........................................................................................................... 14
C. Gudang Finish Good ( GFG)........................................................................................................ 19
Lab QA (Quality Assurance) .............................................................................................................. 21
UJI SE ( Sensory Evolution )/ Evaluation Sensory .......................................................................... 29
Alur Proses WWTP ( Wast Water Treatment Plant )........................................................................30
Analisa Lab WWTP............................................................................................................................31
BAB IV PENUTUP....................................................................................................................................35
A. Kesimpulan........................................................................................................................................35
B. Saran...................................................................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................37
LAMPIRAN................................................................................................................................................38
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Guna merealisasikan proses pembelajaran yang efektif dan efisien, setiap satuan
pendidikan melakukan penyusunan program pembelajaran. Program-program pembelajaran
dapat berlangsung di sekolah, dilingkungan keluarga dan di masyarakat. Program pembelajaran
yang diprogramkan secara khsusus untuk diselenggarakan di masyarakat antara lain berupa
Praktik Kerja Industri (PRAKERIN). Program prakerin disusun bersama antara sekolah dan
masyarakat (Institusi Pasangan/Industri) dalam rangka memenuhi kebutuhan peserta didik,
sekaligus merupakan wahana berkontribusi bagi dunia kerja (DU/DI) terhadap upaya
pengembangan pendidikan di SMK.
Berdasarkan program studi Kimia Industri SMK SMTI Makassar, siswa siswi
diwajibkan untuk mengikuti program Praktek Kerja Industri selama 3 bulan. Secara khusus
Praktek Kerja Industri melakukan pendekatan melalui pengenalan terhadap suatu sistem yang
telah terstruktur dengan berbagai permasalahan yang cukup kompleks dalam dunia industri.
Pelaksanaan Praktek Kerja Industri ini diharapkan dapat menjadi saran pengenalan ilmu teorotis
dan hubungan tentang gambaran umum suatu perusahaan industri.
Dalam Praktek Kerja Industri kali ini dilaksanakan di PT. Triteguh Manunggal Sejati –
Gowa yang dilaksanakan 03 Juli s/d 30 September 2019. Laporan Praktek Kerja Industri ini
telah diatur sedemikian rupa, termasuk pembahasan yang menyangkut masalah bagaimana
1
pelaksanaan kegiatan secara teratur dan tertera pada PT. Suntory Garuda Provinsi Sulawesi
Selatan yang dituangkan ke dalam Struktur Organisasi.
1. Mengaktualisasikan model penyelengaraan praktik kerja industri antara SMK dan Institusi
Pasangan (DU/DI) yang memadukan secara systematis dan sistematik program pendidikan
di sekolah (SMK) dan program latihan penguasaan keahlian didunia kerja (DU/DI).
2. Membagi topik-topik pembelajaran di Kompetensi dasar yang dapat dilaksanakan di sekolah
(SMK) dan yang dapat dilaksanakan di Institusi Pasangan (DU/DI) sesuai dengan sumber
daya yang tersedia di masing-masing pihak.
3. Memberikan bekal etos kerja yang tinggi bagi peserta didik untuk memasuki dunia kerja
dalam mengahadapi tuntutan pasar kerja global.
4. Memberikan pengalaman kerja langsung (real) kepada peserta didik dalam rangka
menanamkan (internalize) kerja positif yang berorientasi pada peduli mutu dan proses hasil
kerja.
1. Sebagai sarana latihan dan penerapan ilmu pengatahuan khususnya dalam bidang Quality
Control.
2. Sebagai gambaran nyata mengenai dunia kerja pada Quality Control di Industri PT. Triteguh
Manunggal Sejati (Suntory Garuda Beverage).
3. Menghasilkan calon tenaga kerja yang terampil dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan.
2
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
B. Sejarah Perusahaan
PT. Dharana Inti Boga (PT. Suntory Garuda Beverage) berdiri pada tahun 2009 dan
diresmikan pada tanggal 09 Maret 2010 oleh Bupati Kabupaten Gowa Bapak H.Ichsan
Yasin Limpo, SH, MH. Perusahaan ini terletak di JL.Poros Malino KM 21, Kecamatan
Bontomarannu Kabupaten Gowa. Per 1 Januari 2018 PT. Dharana Inti Boga berganti nama
dengan PT. Triteguh Manunggal Sejati.
Perusahaan ini mempunyai luas lahan 19547 m², dengan luas bangunan utama
3720.02 m² dan luas tanah 13326.6515 m². Bangunan ini . terdiri dari ruangan plant
manager, ruangan kantor, ruangan rapat, ruangan produksi, ruangan kantor produksi,
laboratorium, mushollah, kantin, ruangan security, toilet, tempat parkir, gudang warehouse
material dan produk jadi dimana PT. Triteguh Manunggal Sejati beroperasi selama 24 jam
dan dalam satu minggu ada 6 (enam) hari kerja dan memproduksi minuman berperisa
Mountea, Okky jelly drink, Okky Koko dan Splash jeruk dengan berbagai varian rasa.
Pembangunan pabrik PT. Triteguh Manunggal Sejati ini memberikan dampak
tenaga kerja yang cukup besar bagi pembangunan nasional pada umumnya dan Sulawesi
Selatan pada khususnya karena dapat menyerap tenaga kerja hingga sekitar 133 orang
dimana untuk karyawan tetap 102 orang dan karyawan outsourcing dari mitra PT. Karya
Manunggal Jati (KMJ) sebanyak 31 orang (Data Januari 2018).
3
Bisnis dasar PT. Triteguh Manunggal Sejati adalah manufakturing, perusahaan ini
memproduksi Mountea, Okky Jelly Drink, Okky Koko Drink, Okky Splash dan Jelly Drink
Big dengan berbagai varian rasa.
PT. Triteguh Manunggal Sejati terletak di Desa Pakatto Kec. Pakatto Kab.
Bontomarannu Provinsi Sulawesi Selatan atau sekitar ± 21 km dari kota Makassar.
Pemilihan lokasi merupakan faktor yang sangat penting dalam mendirikan suatu
perusahaan, dalam pemilihan lokasi pabrik akan sangat berpengaruh besar terhadap
kelangsungan dan keberhasilan pabrik itu sendiri. Adapun lokasi pabrik PT. Triteguh
Manunggal Sejati, Gowa berdasarkanp ertimbangan sebagai barikut:
4
2. Fasilitas Transportasi
Tersedia fasilitas transportasi yang mudah dijangkau juga merupakan salah satu
pertimbangan penting dalam menentukan lokasi pabrik. Karena hal ini akan
memudahkan untuk mengakses transportasi dalam mengangkut bahan baku maupun
produk yang di hasilkan.
3. Daerah Pemasaran
Daerah pemasaran suatu pabrik juga sangat penting dalam hal keberhasilan dan
kelangsungan suatu pabrik. Daerah pemasaran yang sangat potensial saat ini adalah
Sulawesi Selatan dan daerah-daerah kawasan Indonesia Timur, mengingat
pembangunan sarana fisik yang giat dilakukan guna mensejajarkan diri dengan daerah-
daerah lain di Indonesia.
4. Ketersediaan Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang ada sangat menentukan berhasil tidaknya suatu industri.
Mengambil tenaga kerja yang jauh dari area pabrik tentunya akan menimbulkan kendala
seperti administrasi ketenagakerjaan serta biaya lainnya. Makassar adalah daerah yang
padat penduduknya, hal ini merupakan potensi yang biasa diandalkan untuk mensuplai
tenaga kerja bagi PT. Triteguh Manunggal Sejati. Adapun saat ini, PT. Triteguh
Manunggal Sejati memiliki karyawan yang berasal dari Makassar, Gowa dan sekitarnya
serta sebagian yang berasal dari luar daerah.
5
a. Production dan Technic Departement
PT. Triteguh Manunggal Sejati yang bergerak dalam industri minuman kemasan
dari teh, dan berproduksi dengan job order atau sesuai dengan orderan yang diterima
dari konsumen, menetapkan dasar rekruitmen operator pabrik dengan modal pendidikan
minuman adalah SMA, diharapkan dengan bekal ilmu pengetahuan yang sesuai, para
karyawan mulai dari tingkat operator mempunyai kesadaran yang tinggi, tentang
keselamatan kerja dan kualitas dari produk yang dikelola unit kerjanya.
Sesuai dengan urutan proses produksi yang berdasarkan orderan, maka PT.
Triteguh Manunggal Sejati mengatur jam kerja karyawannya sesuai dengn shift, sistem
shift berlaku untuk karyawan yang bertugas di unit produksi, teknik dan Quality Control
(QC), teknik dengan hari kerja Senin sampai Sabtu, dan pada hari Minggu libur
digunakan untuk membersihkan dan memperbaiki peralatan.
b. FA Plant Controller
FA Plant Controller bertanggung jawab dalam mengelola dan mengontrol aktivitas
kerja bagian keuangan guna mendukung pencapaian target departemen dengan
menerbitkan keuangan secara berkala yang penyusunannya berdasarkan standar
akuntansi keuangan yang berlaku.
a. HC & CA Departement
HC & CA Departemen bertanggung jawab terhadap komposisi ideal SDM
agar jumlah karyawan yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan organisasi dengan
mengidentifikasi kebutuhan jumlah dan kualitas SDM dan mensuplai secara tepat
waktu, dengan yaitu :
1. Membuat perencanaan kebutuhan SDM guna menjalankan rencana bisnis
perusahaan jangka pendek atau panjang jenjang kepangkatan, jumlah dan waktu.
2. Memenuhi kebutuhan SDM disetiap unit kerja secara tepat waktu dan sejalan
dengan prosedur yang berlaku.
6
b. PPIC Section
PPIC Section bertanggung jawab untuk pengadaan material, spare part/mesin
dan barang kebutuhan terkait sesuai dengan kebutuhan standar. Dalam organisasi
dengan segala aktivitasnya terdapat hubungan antara orang-orang yang menjalankan
aktivitasnya. Adapun tugas pokok PPIC Section antara lain :
1. Menerima purchase indent untuk diidentifikasikan, jumlah dan waktu yang
dibutuhkan.
2. Membuat laporan pengadaan barang guna menginformasikan tipe, jumlah, biaya
dan waktu yang digunakan untuk penggandaan barang serta hal lainnya yang
mencerminkan tingkat produktifitas yang berhasil dicapai.
Pada PT. Triteguh Manunggal Sejati termasuk dalam gudang operasional karena
gudang material adalah tempat penyimpanan bahan baku dan bahan kemas, gudang
material ini merupakan gudang dengan tipe gudang non packing, sebelum bahan baku dan
bahan kemas dari supplier masuk ke gudang material (GMT) terlebih dahulu dilakukan
proses perencanaan bahan baku oleh PPIC logistic, dimana perencanaan memiliki beberapa
jumlah kebutuhan bahan baku dan bahan kemas yang dibutuhkan selama proses produksi
dalam 1 bulan. Adapun masa penyimpanan bahan baku dan bahan kemas dalam jangka
waktu tertentu dalam gudang material dikenal dengan istilah DOI (Date Off Inventory)
adapun standar doi dalam bahan baku mulai dari bahan datang sampai di transfer ke
formulasi yaitu 21 hari. Sedangkan standar DOI untuk bahan baku kemas mulai dari barang
datang sampai di transfer ke produksi yaitu 14 hari. Dan pengaturan bahan baku pada
gudang material menggunakan metode FIFO (first in first out) dan FIFO (first espired first
out) kemudian bahan baku dan bahan kemas di susun dalam 1 pallet sesuai urutan masing-
masing. Sebelum bahan baku dan bahan kemas yang dgunakan sesuai standar yang telah
di tetapkan.
7
Berikut ini adalah spesifikasi Bahan Baku dan Bahan Kemas di dalam GMT :
1. Bahan Baku
a) Pewarna
Bentuk Fisik : Bubuk dan Cair
Sifat Bahan : Tidak Berbahaya
Asal Bahan : Impor
Cara Penyimpanan : Gudang di atas pallet
b) Gula Rafinasi
Bentuk Fisik : Kristal
Sifat Bahan : Tidak Berbahaya
Asal Bahan : Total
Cara Penyimpanan : Gudang di atas pallet
c) Flvour perasa buah
Bentuk Fisik : Cair
Sifat Bahan : Tidak Berbahaya
Asal Bahan : Impor
Cara Penyimpanan : Pada suhu ruang 18ºC - 35ºC
2. Bahan Kemas
a) Dus (all item)
Bentuk Fisik : Padat
Sifat Bahan : Tidak Berbahaya
Asal Bahan : Impor
Cara Penyimpanan : Gudang di atas pallet
b) Cup (all item)
Bentuk Fisik : Padat
Sifat Bahan : Tidak Berbahaya
Asal Bahan : Impor
Cara Penyimpanan : Gudang di atas pallet
8
c) Seal (all item)
Bentuk Fisik : Padat
Sifat Bahan : Tidak Berbahaya
Asal Bahan : Impor
Cara Penyimpanan : Gudang di atas pallet
d) Sedotan (all item)
Bentuk Fisik : Padat
Sifat Bahan : Tidak Berbahaya
Asal Bahan : Impor
Cara Penyimpanan : Gudang di atas pallet
e) Lakban
Bentuk Fisik : Padat
Sifat Bahan : Tidak Berbahaya
Asal Bahan : Impor
c. QA Departement
QA Departemen bertanggung jawab menjaga kualitas bahan baku, bahan dalam
proses dan produk jadi sesuai dengan standar yang dipersyaratkan maupun
spesifikasi produk yang ditetapkan oleh perusahaan. Adapun tugas pokok QA
Depertement antara lain :
1. Mengidentifikasi titik kritis atau penting yang mempengaruhi mutu daripada
produk dan proses operasional serta kemampuan peralatan yang digunakan.
2. Menentukan lokasi tempat pengambilan sampel yang mampu mempresentasikan
keseluruhan material persatuan kualitas serta mempunyai tingkat keamanan dan
kemudahan yang tinggi bagi pelaksaaan sampling.
3. Menentukan jenis dan macam penyajian yang di persyaratkan untuk produk jadi
yang ditetapkan oleh standar acuan yang digunakan perusahaan.
9
F. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perusahaan
1. Tujuan dan sasaran keselamatan dan kesehatan kerja serta lingkungan (K3L)
10
BAB III
PEMBAHASAN
11
Raw water tank adalah tangki yang berkapasitas 22.000 liter dan merupakan tempat
penyimpanan air dari sedimen tank dan tempat dilakukannya penambahan Clorin (Cl)
sebanyak 20 ppm. Tujuannya untuk meminimalisir bakteri dalam air. Tahap
selanjutnya air dipompa menuju sand filter dan dilakukan pengecekan clorin (residu)
max 2 ppm.
1. Sand Filter
Pada Sand filter terjadi proses penjernihan air dengan cara menyaring partikel-
partikel lumpur dan pasir dalam air. Selanjutnya air dintransfer ke Mangan filter.
2. Fe dan Mangan Filter
Pada Fe dan Mangan filter, seperti namanya filter ini digunakan untuk menyaring
Fe (zat besi) dan Mn (mangan) pada air karena dapat mempengaruhi rasa pada
produk teh. Setelah itu air akan difilter menggunakan carbon filter.
3. Carbon Filter
Carbon filter yang berfungsi untuk menyerap bau dan rasa serta menghilangkan
warna pada air. Tahap selanjutnya air difilter menggunkan Resin Filter.
4. Resin Filter
Resin filter berfungsi untuk menurunkan kesadahan pada air, ini dilakukan apabila
kesadahan air terlalu tinggi. Standar kesadahan air yaitu antara 31-100 ppm. Setelah
mencapai standar air akan di transpor ke final tank.
e. Final Tank 1 dan 2
Final tank terdiri atas dua yaitu Final tank 1 dan Final tank 2 masing- masing
memiliki kapasitas 22.000 liter. Kedua tangki tersebut berfungsi sebagai tempat
penampungan air dari resin filter yang kemudian akan dialirkan melalui 3 pipa dengan
jalur dan ke tempat yang berbeda yaitu sanitary pump mengalirkan air menuju hot
water, cooking nata, formulation dan laboratorium. Service pump mengalirkan air
menuju area filling, Decon, Pre-cooling dan cooling. Serta pipa menuju boiler, namun
sebelum menuju boiler, kesadahan air diturunkan kembali dengan standar 0-1,7 ppm.
12
Gambar 1.0 Lay Out Water Treatment
13
barang sampai ditransfer ke produksi yaitu 14 hari, dan pengaturan bahan baku pada
gudang material menggunakan metode FIFO (first in first out) dan FEFO (first expired
first out), kemudian bahan baku dan bahan kemas disusun dalam 1 pallet sesuai urutan
masing-masing. Sebelum bahan baku dan bahan kemas di transfer ke ruang produksi
maka bahan baku dan bahan kemas tersebut terlebih dahulu diperiksa dan dilakukan
pengambilan sampel oleh pihak QC agar bahan baku dan bahan kemas yang digunakan
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
B. Proses pembuatan produk
a. Formulasi
Bahan baku dari gudang material di transfer masuk ke ruang formulasi untuk di
timbang dan diukur takarannya, setelah di timbang dan ditakar kemudian
dimasukkan dalam wadah masing-masing dan disatukan dalam container, 1
container terdiri dari 11 item kemudian bahan baku tersebut di transfer ke ruang
cooking menggunakan mesin transfer formulasi (lift).
b. Cooking Nata
Bahan baku dari gudang material di transfer masuk ke ruang cooking nata untuk di
masak, nata yang digunakan adalah nata kering dimana proses dimulai dengan
pengambilan nata sesuai dengan jumlah nata yang akan dicuci lalu dilakukan
pengecekan pH dengan standar pH max 3,5 aduk nata dengan menggunakan
magnetik stik tujuannya untuk menemukan benda asing logam dalam ember nata.
Nata yang sesuai standar akan dimasukkan ke jaket tank untuk dilakukan pencucian
nata selama 10-15 menit dengan perbandingan nata : air = 1:10, selanjutnya nata
ditiriskan selama 10 detik dan dilakukan pengecekan pH min 3,5 dan pengecekan
fisik/logam dengan magnetik stik, selanjutnya nata dimasukkan ke dalam jaket tank
pemasakan nata dengan perbandingan nata : air = 1:1,3 dengan suhu pemasakan
95˚C selama 15 menit. Nata ditiriskan selama 10 detik untuk ditranfer ke holding.
Kemudian nata yang telah dimasak di uji kualitasnya yaitu suhu nata minimal 75oC
kemudian di transfer menuju ruang holding menggunakan lift.
c. Sugar Dissolver
14
Gula rafinasi yang berasal dari GMT ditransfer menuju ruangan sugar dissolver
untuk dicairkan dengan perbandingan air dan gula yaitu 1 : 1. Mula-mula air
dialirkan menuju premix tank sesuai yang dibutuhkan lalu gula diangkat oleh 2 orang
operator untuk di tuang ke sugar dissolver melalui hopper. Setelah gula dan air siap,
terjadi sirkulasi pada bagian sugar dissolver dan premix tank hingga gula larut
sempurna dalam air, air gula yang telah siap kemudian ditransfer menuju storage
tank yang berkapasitas 3000 liter dan kemudian dialirkan/ditransfer menuju ruang
cooking.
d. Proses Cooking
Sebelum bahan baku masuk ke ruang cooking maka terlebih dahulu dilakukan
pembersihan jacket tank (cleaning). Setelah itu bahan baku tiba di ruang cooking,
dan dilakukan pengecekan kelengkapan formula yang dilakukan oleh petugas
operator Cooking kemudian dilakukan proses pemasakan bahan baku dalam jacket
tank. Proses pemasakan tersebut dibagi menjadi 2 yaitu proses pemasakan dengan
cool mixing dan hot mixing. Pada penggunaan cool mixing digunakan untuk produk
MT, JDB, FDO dan JBC dengan suhu awal air proses 28°C - 35°C dan suhu akhir
produk berkisar pada suhu 30°C - 38°C dan untuk proses pemasakan hot mixing
digunakan untuk produk JDO dengan suhu awal air sekitar 80°C - 90°C dan suhu
akhir larutan sekitar 65°C -70°C. Jacket tank ini berfungsi sebagai wadah untuk
memasak bahan baku, proses cooking ini memerlukan waktu sebanyak 15 menit.
Dalam ruang cooking juga dilakukan pengujian pH, brix dan uji organoleptik produk
sebelum di transfer ke holding oleh operator cooking.
e. Proses Holding
Pada ruang holding atau penampungan sementara, produk di tampung sementara di
dalam tank holding untuk di transfer di ruang filling, fungsi dari ruang holding ini
15
adalah untuk menampung produk sementara apabila terjadi masalah pada ruang
filling atau tempat penampungan produk pada ruang filling penuh sebelum ditransfer
lewat HTST, suhu pada ruang holding untuk mountea yaitu minimal 35°C - 50°C,
untuk produk JCB 25°C - 30°C untuk produk FDO 35°C - 60°C dan untuk produk
JDB dan JDB 60°C - 75°C. Holding juga sekaligus sebagai tempat pencampuran
nata untuk produk JBC dan JDB. Pada produk JBC menggunakan PHE (Plate Heat
Exchanger). Fungsi dari PHE ini untuk pembentukan matriks agar nata dalam
produk malayang sempurna. Setelah dari ruang holding produk ditransfer ke mesin
HTST untuk proses pasteurisasi sebelum ke proses filling.
f. HTST dan UHT
Mesin HTST (High Temprature Short Time) dan UHT (Ultra High Temprature)
yaitu pemanasan dengan suhu tinggi sekitar 80°C – 90°C. Penggunaan mesin ini
bertujuan serupa dengan proses pasteurisasi yaitu untuk meminimalisir mikroba
pada produk dengan metode pemanasan dengan suhu tinggi sebelum masuk kedalam
kemasan atau proses pengemasan. Selanjutnya produk ditransfer ke proses filling
dan pada proses ini flowrate yang digunakan berkisar sekitar 2690 – 3325 L/jam
dengan suhu produk untuk heating 91°C - 95°C, holding 91 - 94°C dan cooling 81 -
83°C.
g. Proses Filling
Pada ruang filling, cup dimasukkan di cup suplay, cup tersebut dimasukkan dalam
mesin mould, 1 mould = 16 pcs kemudian diatur (proses pengisian mountea pada
cup), di beri seal, lalu di heater 1 (seal dipress dengan cup), dan di heater 2 (dipress
2 kali, supaya seal tertutup dengan baik), kemudian di cutter (pemotong seal).
Sebelum ditransfer ke tahap selanjutnya, petugas QC area fillling melakukan
verifikasi dalam hal pengecekan suhu, organoleptik serta pH dan brix. Selanjutnya
produk ditransfer ke mesin TTC Conveyor.
h. TTC (Tube Table Chain)
Dimana pada proses ini, mesin TTC atau conveyor sebagai mesin yang membawa
produk ke proses inject print cup .
16
i. Proses IJP CUP
Pada IJP CUP, produk diberi kode expired. Fungsi dari IJP ini adalah untuk
memberi kode expired atau tanda kadaluarsa pada produk dengan kode SGM
060720 09:20 1 dimana “SGM” adalah kode wilayah “Sungguminasa” Site Produksi
setempat, “060720” adalah waktu expirednya, “09:20” adalah waktu saat proses IJP
berlangsung, dan angka “1” dikerjakan oleh line1. Setelah melalui proses ini maka
selanjutnya menuju proses precooling.
j. Spray angin
Spray angin berfungsi untuk mengurangi atau menghilangkan air yang ada pada
pantat cup atau button cup.
k. Proses Precooling
Setelah melewati proses IJP CUP, maka produk tersebut memasuki proses
precooling yaitu proses shock thermal atau proses peralihan suhu dari panas ke
dingin bertujuan untuk meminimalisir mikroba. Suhu dan jangka waktu proses
precooling diupayakan sesuai standar yang telah ditentukan.
l. Proses Cooling
Setelah melalui proses precooling, produk kemudian menuju proses cooling yaitu
pendinginan produk dari proses precooling. Suhu media pada proses cooling sampai
pada suhu CPP produk sesuai standar. Selanjutnya produk diteruskan ke proses
blower /pengeringan.
m. Proses Blower/Pengeringan
Proses blower produk bertujuan untuk memaksimalkan pengeringan produk agar
produk dalam keadaan kering sebelum disortir dan dipacking dan tidak membasahi
dus.
n. Proses Sortir
Setelah melalui proses blower/pengeringan, produk memasuki proses sortir yaitu
proses menyeleksi produk yang layak atau tidak layak untuk di packing, pengecekan
produk pada proses ini yaitu pengecekan visual seal bocor, kurang isi, cup pecah,
17
seal lecet, seal bergerigi, seal miring, kurang press, ijp dan produk yang
terkontaminasi.
o. Proses Packing
Setelah di sortir, maka produk tersebut di packing dalam dus, 1 dus berisi 24 pcs.
Dalam proses packing ini juga perlu diperhatikan kelengkapan dus dan kelengkapan
sedotan. Dus yang sudah dipacking kemudian ditransfer ke roller packing.
p. Proses Karton Sealler
Setelah di packing maka produk akan menuju proses karton sealler atau proses
melakban dus yang berisi produk.
q. Proses IJP Dus
Setelah melalui metal detector, dus kemudian menuju ke proses IJP Dus, proses ini
bertujuan memberikan kode expired pada dus dengan pengkodean seperti: EXP
060720 K 1 2. “EXP” singkatan dari Expired, “060720” menunjukkan tanggal
kadaluarsa, “K” kode badan usaha, angka setelah kode badan usaha menunjukkan
shift misal pada IJP diatas angka “1” berarti shift 1, dan angka setelah shift
menunjukkan line produksi produk misal pada IJP diatas angka “2” berarti produk
melalui line 2. Selanjutnya ke proses metal detector.
r. Metal Detector
Pada mesin ini berfungsi untuk mendeteksi terdapat atau tidaknya logam pada
produk. Terdapat 3 warna lampu yang mempunyai arti masing-masing. Jika
berwarna hijau artinya produk berjalan dan tidak terdapat logam di dalam produk.
Warna kuning berarti produk standby. Warna merah menunjukkan terdapat logam
pada produk. Jika terdapat logam pada produk, selanjutya di sortir kembali atau
pengecekan kembali.
s. Proses Penyusunan
Setelah itu dus tersebut disusun di atas pallet, 1 pallet berjumlah 169 dus untuk
mountea dan koko drink sedangkan okky jely dring dan okky big sebanyak 130
per pallet, kemudian diperiksa oleh QA packing dan di ambil sampel 80 pcs secara
acak (sesuai standar pengambilan sampel Finished Good yaitu Military Standar 105
18
E) yaitu dari atas tengah dan bawah, apabila terjadi penyimpangan maka produk
tersebut di hold (ditunda) oleh pihak QA dan apabila tidak ditemukan
penyimpangan maka produk tersebut ditransfer ke GFG dan di inkubasi selama 5
hari.
t. Proses Akhir
Setelah proses inkubasi atau ada tanda release dari QA sudah ada barulah produk
tersebut di transfer ke Gudang Finished Good dapat dilihat pada Lampiran.
19
Gambar 1.1 Lay Out Gudang Finish Good
Adapun proses penerimaan Finish Good dari produksi adalah sebagai berikut:
a) Mengecek rencana produksi yaitu memastikan jenis dan target produksi dalam satu
shift agar mengetahui rencana peletakan dan kebutuhan tempat dan palet pada saat
penyimpanan di Gudang Finish Good (GFG).
b) Mengecek ketersediaan tempat yaitu meng-update papan visual setiap akhir shift
dan langsung mengecek papan visual serta racking agar dapat memastikan
ketersediaan tempat untuk produk yang akan masuk.
c) Transfer pallet kosong ke produksi, palet yang di transfer haruslah palet yang baik
agar menghindari kerusakan produk dan kontaminasi silang.
d) Siapkan material handling.
e) Siapakan form tally transfer untuk mencatat tanggal shift karyawan yang bertugas
serta item produk agar dapat mengatasi keperluan traceability jika terjadi
penyimpanan.
f) Cek status produk yang akan masuk.
g) Otorisasi penandaan Finish Good dan identitas produk ke form tally transfer.
h) Petugas Finish Good melakukan penerimaan produk.
i) Rekap hasil penerimaan di akhir shift mencatat berdasarkan jenis produk dan
tanggal expired agar mudah untuk pengecekan selanjutnya.
20
j) Menerima dan otorisasi form serah terima finish good diakhir shift yaitu mengecek
data pada form serah terima dan tally transfer apakah sudah benar dan sesuai agar
tidak terjadi kesalahan jumlah stock FG didalam GFG.
Prosedur kerja :
21
- Angka/nilai brix yang dibaca adalah nilai skala pada perbatasan biru dan bening
dari alat refraktometer.
- Catat hasil pembacaan skala pada form analisa yang telah disiapkan dan ditentukan
sampel berada pada range standar atau tidak.
- Laporkan hasil analisis
22
2. Safranin Test
a. Tujuan
Untuk mendeteksi kebocoran akibat nata terjepit atau less press.
b. Alat dan Bahan
1) Safranin (semprot atau tetes)
2) Pisau/pendedel
3) Tissue
4) Wadah
c. Prosedur Kerja
1) Potong produk menggunakan pisau dengan jarak kurang lebih 1-2 cm dari leher
cup, sisikan bagian isinya.
2) Ambil bagian yang terdapat sealnya, kemudian bersihkan bagian luar dan
dalamnya menggunakan tissue.
3) Semprotkan atau teteskan Safranin ke sisi bagian dalam cup mengelilingi seluruh
bibir cup.
4) Bersihkan sisi luar bibir cup dari tetesan safranin (jika ada). Simpan
dipermukaan yang rata dan diamkan selama 30 menit.
5) Amati apakah terdapat rembesan Safranin pada bagian bibir cup yang ter-seal.
NOT OK “terdapat rembesan safranin pada bagian yang ter-seal (antara seal dan
bibir cup) – less press”. NOT OK karena ada nata terjepit di seal. Ok tidak
terdapat rembesan safraninpada bagian yang ter seal.
Pemeriksaan Berat Nata
Nata adalah biomassa yang sebagian besar terdiri dari selulosa, berbentuk
agar dan berwarna putih. Massa ini berasal dari pertumbuhan Acetobacter
xylinum pada permukaan media cair yang asam dan mengandung gula.
a. Tujuan
Melakukan pengecekan berat nata pada produk yang telah diproduksi agar bisa
diketahui jumlah nata sesuai dengan standar produk.
23
b. Alat dan Bahan
1. Hot Plate
2. Pisau/Pendedel
3. Saringan
4. Tissue
5. Beaker Glass 500 mL
6. Neraca
7. Spatula/Sendok
8. Wadah
c. Prosedur Kerja
1. Siapkan produk yang akan dianalisis dan kelengkapan alatnya.
2. Buka produk menggunakan pisau/pendedel, kemudian tuang isi produk ke
dalam beaker glass.
3. Pastikan tidak ada nata yang tersisa di dalam cup.
4. Cairkan produk yang sudah membentuk gel dengan memanaskan beaker glass
berisi produk di atas hot plate. Aduk sesekali agar gel hancur dan lebih cepat
mencair. Note : jika produk berupa cairan langsung ketahap no 5.
5. Saring nata menggunakan saringan halus (saringan teh) kemudian tiriskan
(diamkan) selama 20 detik.
6. Timbang berat nata dan catat dalam formulir pemeriksaan berat nata.
3. Rapid Test Gel Strength
a. Tujuan
Melakukan pemeriksaan pembentukan Gel Strength ketika proses produksi sedang
berjalan, sebagai deteksi awal di proses produksi apabila ada indikasi produk yang
dihasilkan tidak akan terbentuk gel settingnya.
b. Alat dan Bahan
1) Freezer
2) Pisau
3) Tissue
24
4) Piring Datar
5) Wadah
c. Prosedur Kerja
1) Ambil produk di area after cooling (cartoon packing) produk sebanyak 2 pcs
setiap jam.
2) Siapkan Freezer dengan suhu 0-5°C, letakkan thermometer untuk memeriksa
suhu didalam freezer.
3) Masukkan produk ke dalam freezer, kemudian tutup freezer dan diamkan selama
30 menit.
4) Cek suhu produk dari sampel prduk yang di freezer kemudian dicatat.
5) Lakukan plate test dengan cara menuangkan produk ke permukaan piring/petri
yang datar dengan hati-hati sambil memutar cup.
6) Amati hasil plate test. Jika bentuk jelly tidak menyerupai cup (menyebar
diseluruh permukaan piring/petri) maka kemungkinan besar produk tidak akan
setting (sesuai standar).
4. Analisa Mikrobiologi
Uji mikrobiologi pada produk pangan dan bahan pangan memang seharusnya
dilakukan untuk mengetahui tingkat keamanan suatu produk serta untuk dapat melihat
tingkat daya tahan dan daya simpan produk tersebut. Selain itu, hal tersebut untuk
memberikan jaminan kepada masyarakat tentang produk yang telah dilaksanakan
perusahaan.
Semua alat, bahan dan medium yang digunakan untuk inokulasi (penanaman) harus
benar-benar steril, hal ini untuk menghindari kontaminasi, yakni masuknya
mikroorganisme yang tidak diinginkan.
25
Langkah-langkah pengujian adalah :
b. Pembuatan Media
Jumlah media yang ditimbang diperoleh dari perhitungan berdasarkan resep yang
tertera pada label media.
Contoh:
26
Miss : yang dibutuhkan sebanyak 250 ml, jadi yang ditimbang
=250/1000 x 25,5 g
= 6,375 g
Personil
- Mencuci tangan dengan sabun desinfektan sebelum melakukan analisa.
- Menggunakan alat APD yang sesuai dan bersih.
- Melakukan spray alkohol pada tangan setiap memulai analisa dan saat tangan
serasa kotor.
Area kerja
- Lantai dibersihkan dengan zat desinfektan (densol).
- Udara sekitar disemprotkan dengan alkohol sebelum memulai analisa.
- Meja LAF dibersihkan dengan alkohol dan disterilkan dengan sinar UV.
Prinsip : Tipe sel mikroba dalam contoh makanan akan membentuk koloni bila
ditumbuhkan pada agar yang mengandung nutrisi dalam hal ini media PCA dan
diinkubasikan pada suhu 36 ± 1 °C selama 2 x 24 jam.
Proses Analisa :
Prinsip : Sel bakteri coliform dan E.coli akan tumbuh pada media yang memiliki
nutrisi yang cukup, dalam hal ini media cromocult agar yang merupakan media selektif,
27
setelah diinkubasikan pada suhu 36°C selama 2x24 jam maka coliform akan
membentuk koloni berwarna merah (salmon to red) sedangkan E.coli membentuk
koloni berwarna violet (dark to violet).
Proses Analisa :
Prinsip : Kapang dan khamir yang terdapat dalam sampel akan tumbuh pada media
yang memiliki nutrisi yang tepat dalam hal ini media PDA atau YGCA, setelah
diinkubasikan selama 5x24 jam pada suhu 25ºC maka kapang akan membentuk koloni
yang memiliki serabut seperti kapas sedangkan khamir akan membentuk koloni yang
memiliki permukaan yang licin seperti tetesan susu.
Proses Analisa :
g. Destruksi
Destruksi adalah proses perombakan senyawa organik menjadi anorganik dengan suhu
yang tinggi, dalam hal ini media yang terdiri dari senyawa organik seperti protein
dirombak menjadi senyawa anorganik sehingga nutrisinya menjadi rusak. Dalam hal ini
proses destruksi dilakukan dengan cara sterilisasi yaitu dengan autoclave pada suhu 121
ºC selama 15 menit.
28
5. UJI SE ( Sensory Evolution )/ Evaluation Sensory
Evaluasi Sensory adalah kegiatan mengungkapkan, mengukur, menganalisis, dan
menginterprestasikan respon terhadap sifat pangan dan bahan tertentu yang diterima
melalui indera penglihatan, penciuman, pengecap, peraba dan pendengaran. Metode
pengambilan sampel pada uji SE yaitu 1 pcs per jam.
29
4. Alur Proses WWTP ( Wast Water Treatment Plant )
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) (wastewater treatment plant, WWTP), adalah
sebuah struktur yang dirancang untuk membuang limbah biologis dan kimiawi dari air
sehingga memungkinkan air tersebut untuk digunakan pada aktivitas yang lain.
1) Inlet Limbah
Sumber limbah yang masuk ke inlet limbah berasal dari 4 sumber, yaitu limbah dari
produksi, limbah cleaning, limbah sanitary, dan limbah hafalan (produk reject).
2) Equalising
Terbagi menjadi 3 dimana masing-masing Equalising memiliki fungsi yang sama. Pada
Equalising I limbah ditambahkan NaOH untuk penetralan. Pada Equalising II air limbah
dipompa ke dalam screaner. Pada Equalising III air limbah ditambahkan Asam Pospat
dan Urea.
3) Anaerob
Anaerob merupakan proses yang tidak membutuhkan oksigen.
30
4) Aerasi
Aerasi merupakan proses yang membutuhkan oksigen.
5) Clarifier
Proses pemisahan antara air dan lumpur.
6) Effluent
Proses pengendapan sisa padatan.
7) Sand Filter
Pada sand filter terjadi proses penjernihan air dengan cara menyaring partikel-partikel
lumpur dan pasir dalam air.
8) Hasil akhir.
Hasil akhir ini biasa disebut dengan istilah outlet, dimana air limbah yang telah diproses
akan di buang ke pembuangan. Air pada outlet ini dinyatakan bagus atau layak pakai jika
COD max 30 ppm dan TSS max 6 ppm.
Tujuan Penetapan
Untuk mengetahui kadar TSS yang terkandung dalam air limbah
Alat dan Bahan
Alat Bahan
1. Cawan 1. Sample Uji
2. Kertas saring 2. Aquades
3. Corong penyaring
31
4. Oven
5. Neraca Digital
6. Pengaduk
Prosedur Kerja
1) Panaskan cawan + kertas saring dalam oven pada suhu 1050C selama 1 jam.
2) Dinginkan dan timbang cawan + kertas saring (a).
3) Kertas saring yang telah diketahui beratnya ditempatkan pada corong penyaring.
4) Kocok sample uji hingga merata dan pipet ;
Equalising III = 40 mL
Anaerob = 40 mL
Aerasi = 20 mL (c)
Lumpur Balik = 20 mL
Effluent = 100 mL
5) Cuci residu dengan aquadest sebanyak 3 kali
6) Panaskan kembali cawan + kertas saring + residu dalam oven pada suhu 1050C
selama 1 jam.
7) Dinginkan dan timbang cawan + kertas saring + residu (b).
Perhitungan
𝑏−𝑎
𝑇𝑆𝑆 = × 106
𝑐
Dimana : a = berat cawan + residu + kertas saring
b = berat cawan + kertas saring
c = volume contoh yang diperiksa
32
Tujuan Penetapan
Untuk mengetahui kadar COD yang terkandung dalam limbah.
Alat dan Bahan
Alat Bahan
1. Labu ukur 100 mL 1. Sample Uji
2. Gelas ukur 2. HgSO4
3. Erlenmeyer 3. K2Cr2O7
4. Batu didih 4. AgSO4-H2SO4
5. Neraca digital 5. Aquadest
6. Hot plate 6. Indikator Phenantroline
7. Buret 7. FAS ( Ferro Amonium Sulfat)
8. Pipet tetes
Prosedur Kerja
1. Untuk E3 dan Anaerob
- Sample uji dipipet 10 ml ke dalam labu ukur 100 ml.
- Kemudian dipipet 10 ml ke dalam erlenmeyer. (c)
33
Perhitungan
(𝑏 − 𝑎) × 𝑁 𝐹𝐴𝑆 × 8000 × 𝑓𝑝 (𝑏𝑖𝑙𝑎 𝑎𝑑𝑎)
𝐶𝑂𝐷 =
𝑐
Dimana : a = volume penitar
34
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah kami melaksanakan Praktik Kerja Industri pada PT. Triteguh Manunggal Sejati yang
terhitung sejak tanggal 03 Juli s/d 30 September 2019, maka akhirnya kami dapat menarik
beberapa kesimpulan :
1. PT. Triteguh Manunggal Sejati merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang
industri minuman ringan di Indonesia. Perusahaan ini merupakan salah satu anak
minuman ringan di kawasan Indonesia timur. Adapun produk yang dihasilkan yaitu
mountea, okky jelly drink, okky koko drink, jelly drink big dan okky splash dengan berbagai
varian rasa.
2. Untuk menunjang pengendalian kualitas mutu dari produk yang dihasilkan PT. Triteguh
Manunggal Sejati memiliki fasilitas pengawasan berupa Laboratorium, yang terdiri dari
Laboratorium Kimia dan Fisika, Laboratorium Mikrobiologi, Laboratorium Sensori
Evaluation dan Laboratorium WWTP.
3. Waste Water Treatment Plant adalah sebuah struktur yang dirancang untuk
membuang limbah biologis dan kimiawi dari air sehingga memungkinkan air tersebut
untuk digunakan pada aktivitas yang lain.
4. Water Treatment adalah proses pengolahan air pada industri dengan tujuan untuk
meningkatkan kualitas air agar mencapai standar yang dapat digunakan untuk penggunaan
akhir di area produksi.
35
B. Saran
36
DAFTAR PUSTAKA
Manual HACCP Line HTST. MM-1. Gowa. PT. Triteguh Manunggalsejati ( GARUDA
FOOD ). 2017
https://id.wikipedia.org/wiki/Garudafood
https://www.qerja.com/company/view/triteguh-manunggal-sejati-pt
http://ft.ugm.ac.id/pt-triteguh-manunggal-sejati/
https://www.google.com/search?client=firefox-b-
d&q=sejarah+pt+triteguh+manunggal+sejati
37
LAMPIRAN
38