Anda di halaman 1dari 47

1.

1 Latar Belakang
Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam menyiapkan
keterampilan dan kecakapan seseorang seperti mahasiswa untuk memasuki
dunia kerja. Agar dapat memahami dan memecahkan setiap permasalahan
yang muncul di dunia kerja, maka mahasiswa perlu melakukan kegiatan
Praktek Kerja Lapangan (PKL) secara langsung di perusahaan atau instansi
yang relevan yang merupakan kerja nyata mahasiswa di berbagai lingkungan,
baik di lingkungan departemen, lembaga pemerintah, BUMN serta
perusahaan-perusahaan swasta. Selain itu, PKL merupakan salah satu
kontribusi yang dapat diberikan mahasiswa sebagai perwujudan Tri Dharma
Perguruan Tinggi. Oleh karena itu mahasiswa Program Studi Fisika FMIPA
Universitas Negeri Malang sangat perlu untuk melaksanakan PKL guna
menambah wawasan sebagai aplikasi dalam beberapa bidang dan
menjadikannya sebagai tempat menempa ilmu dan keterampilan yang
diperoleh selama menjalani masa perkuliahan.
Seiring dengan perkembangan ilmu dan kemajuan zaman dalam
bidang teknologi dan informasi, maka kebutuhan sumber daya manusia yang
berkualitas juga semakin meningkat pula. PKL dianggap sebagai suatu
kegiatan yang dapat membina mahasiswa untuk aktif berfikir kritis, cepat,
dan tanggap dalam memecahkan masalah yang terjadi. Oleh karena itu,
melalui PKL ini, diharapkan mahasiswa nantinya bisa mendukung arus
teknologi dan informasi yang semakin berkembang pesat.Selain itu, pihak
perguruan tinggi dapat mengetahui sejauh mana program atau kurikulum
program studi Fisika yang diterapkan dan dapat menjadi sarana evaluasi yang
sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Dengan adanya program PKL ini bisa menjadi sarana untuk
memperkenalkan instansi perguruan tinggi khususnya Program Studi Fisika
UM pada instansi atau perusahaan yang membutuhkan lulusan atau tenaga
kerja yang dihasilkan oleh perguruan tinggi,sedangkan ditinjau dari segi
manfaat bagi perusahaan, yaitu sebagai sarana penghubung kerjasama antara
instansi atau perusahaan dengan lembaga perguruan tinggi mengenai
pengembangan R & D (Research and Development). Selain itu, sebagai

1
sarana untuk melihat kemampuan dan kinerja dari mahasiswa, khususnya
mahasiswa jurusan Fisika Universitas Negeri Malang menurut bidang
keahlian masing-masing, yang diharapkan mampu melakukan berbagai
pengembangan atau inovasi inovasi baru di industri yang bersangkutan,
khususnya di PT. Cheil Jedang Indonesia.
Cheil Jedang merupakan perusahaan Sugar Refinery yang didirikan
pada tahun 1953 di negara Korea. Perusahaan ini pada masa
perkembangannya merupakan pembuat makanan jadi dan penghasil
kebutuhan rumah tangga. Sejak tahun 1980 Cheil Jedang melakukan
penetrasi pasar ke luar negeri, dengan ditandai berdirinya PT. Cheil Samsung
Astra di Rejoso, Pasuruan Jawa Timur, yaitu suatu perwakilan pabrik Cheil
Jedang yang terbesar di Indonesia. Pada tahun 1993 Cheil Jedang melakukan
diversifikasi usaha dan terpisah menjadi 2 badan usaha yaitu Samsung Group
dan Cheil Jedang Group. Pada tahun 1996 Cheil Jedang Group mendirikan
perusahaan di Indonesia yang berlokasi di Desa Jatigedong, Kecamatan
Ploso, Kabupaten Jombang, Propinsi Jawa Timur dengan nama PT. Cheil
Jedang Indonesia.
PT. Cheil Jedang Indonesia Pasuruan merupakan salah satu industri
yang bergerak dibidang Bioproses terbesar di Indonesia dengan produk
utamanya adalah L- Lysine, L-Theronin, L-Triptopan danMSG serta produk
samping yaitu Prosine, Liquid Fertilizer (Bagitani) dan Pupuk Bio Green.
Asam Amino Lisin Merupakan Sumber Protein Yang Sangat Penting
Digunakan Ternak Untuk Meningkatkan Produksi Dan Produktifitas. Lisin
merupakan salah satu dari 4 asam amino pembatas utama dalam ransum
unggas. Asam amino pembatas lainnya adalah metionin, triptofan, dan
arginin. L-lysine sebagai aditif pakan telah banyak diteliti, terbukti mampu
menghasilkan peningkatan efisiensi pakan babi dan pada unggas dihasilkan
peningkatan produksi daging dada. L-lysine yang dipasarkan adalah L-lysine
HCl dengan kadar minimum 98,5% L-lysine monohidroklorida.
Pada industri yang bergerak dibidang Bioproses khususnya proses
fermentasi membutuhkan senyawa organik seperti ammonia yang digunakan
sebagai sumber nitrogen untuk pertumbuhan bakteri sehingga limbah

2
buangan masing- masing proses masih mengandung ammonia berkonsentrasi
tinggi. Salah satu metode pengolahan limbah amonia yang dapat menurunkan
konsentrasi ammonia yang berkonsentrasi tinggi di PT Cheil Jedang
Indonesia adalah air stripping, tetapi efisiensi penurunannya masih dibawah
50%. Hal ini dapat dilihat pada data awal konsentrasi ammonium nitrogen
pada tanggal 5 Agustus 2010 yaitu 5000ppm dan setelah proses air stripping
kadar Amonium nitrogen menjadi 3000ppm. Masih tingginya konsentrasi
ammonium nitrogen mempengaruhi banyaknya penggunaan bahan kimia
pada treatment lanjutan.
KBK Material merupakan salah satu KBK (Kelompok Bakat dan
Keahlian) di Fisika UM, yang mempelajari jenis-jenis, sifat fisis, sifat kimia
dan sifat biologi pada material. Selain mempelajari secara teori, mahasiswa
Fisika Material juga melakukan praktikum dan eksperimen seperti
mensintesis suatu material menjadi bahan nanopartikel, filtrasi, dekantasi,
destilasi, ekstraksi, spin coating, dan masih banyak lagi. Di samping,
melakukan eksperimen, mahasiswa Fisika Material juga melakukan uji dan
analisis seperti uji XRD, SEM, TEM, FT-IR, UV-VIS, EDAX, dan lain-lain.
Output dari mahasiswa Fisika Material diharapkan dapat terjun ke industri
pengolahan material, seperti di PT Cheil Jedang, sehingga mahasiswa Fisika
Material dapat menjadi analis dan researcher.
Dari pengujian raw material dan produk menggunakan prinsip kimia
dan fisika yang berhubungan dengan analisis material. Berdasarkan hal
tersebut, maka dalam Praktek Kerja Lapangan di PT Cheil Jedang Indonesia
penulis mengangkat tema Praktek Pengujian Raw Material dan Produk
di Quality Assurance PT. Cheil Jedang Indonesia.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari pelaksanaan PKL adalah:
1. Untuk memenuhi matakuliah wajib di Program Studi Fisika.
2. Untuk menerapkan berbagai ilmu yang telah diperoleh di bangku kuliah
dalam mengkaji atau menyelesaikan berbagai bidang permasalahan di
lingkungan industri, balai penelitian, atau instansi lainbaik instansi

3
pemerintah maupun swasta yangberkaitan dengan bidang fisika melalui
praktek kerja lapangan.
3. Untuk melatih diri beradaptasi dan bertatakrama dengan lingkungan
kerja sebagai insan sosial dan sebagai ilmuwan.
1.2.2 Tujuan Khusus
Tujuan Khusus dari PKL ini adalah:
1. Untuk mengetahuiAnalisis raw material pada batu bara dengan
perbandingan metode Drying.
2. Untuk mengetahui Analisis Breakable Rasio pada produk L-Lysine
HCl dengan variasi suhu.
3. Untuk Analisis Purity Produk L-Tryptophan dengan Perbandingan
Metode dan Pelarut.

1.3 Manfaat
Kegiatan praktek kerja lapangan ini diharapkan dapat memberi manfaat
kepada mahasiswa, jurusan Fisika Universitas Negeri Malang. Manfaat yang
diharapkan adalah sebagai berikut.

1.3.1 Bagi Mahasiswa


1. Menambah wawasan dalam bidang ilmu fisika material.
2. Mampu mengetahui proses identifikasi, karakterisasi dan produksi
material dalam bidang industri.
3. Mampu mengetahui kompetensi mandiri dalam praktek industri.
4. Dapat mempersiapkan langkah-langkah yang diperlukan untuk
menyesuaikan diri agar tanggap dan peka dalam menghadapi masalah
di lingkungan kerja di masa mendatang.

1.3.2 Bagi jurusan Fisika Universitas Negeri malang


1. Sebagai sarana informasi dalam upaya mengembangkan metode
penelitian di Program Studi Fisika UM.
2. Menghasilkan mahasiswa berkualitas yang siap kerja dengan
ketrampilan dan kejujuran dalam melaksanakan tugas.

4
1.3.3 Bagi PT Cheil Jedang Pasuruan
1. Merupakan sarana kerjasama antara PT Cheil Jedang Indonesia
dengan Jurusan Fisika UM mengenai pengembangan R & D
(Research and Development), dimana hasil riset dimungkinkan untuk
dikembangkan dan diaplikasikan di PT Cheil Jedang Indonesia.
2. Sebagai sarana untuk merekrut tenaga kerja yang profesional dan
berkompetensi di bidang keahlian.

1.4 Metode Pelaksanaan PKL

Metode yang digunakan dalam pelaksanaan praktek kerja lapangan ini adalah
1. Survei Lapangan
2. Pelamaran ke Perusahaan
3. Studi literatur
Dilakukan dengan membaca buku dan literatur yang berisi tentang
analisa kualitas produk hasil olahan asam amino.

4. Interview dan diskusi (Penjelasan langsung dari pembimbing)


Kegiatan interview ini dilakukan untuk mendapatkan informasi terkait
dengan kegiatan proses kerja dari instrumen untuk Analisa kualitas
produk yang di hasilkan PT. Cheil Jedang Pasuruan.
5. Orientasi lapangan
Dilakukan dengan pengenalan awal dari produk di PT. Cheil Jedang
Pasuruan. Selain itu juga mempelajari berbagai instrumen yang
berhubungan dengan proses tersebut.
6. Pelaksanan eksperimen di LaboratoriumQuality Assurance mengenai
Analisa yang dilakukan mulai dari raw material, proses hingga terhadap
produk yang dihasilkan PT. Cheil Jedang Pasuruan.
7. Pelaporan

5
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Asam Amino

Asam amino merupakan senyawa organik penyusun protein. Sebuah asam


amino terdiri dari satu gugus amino, satu gugus karboksil, satu atom hydrogen dan
gugus R yang terikat pada sebuah atom C yang dikenal sebagai karbon a, serta
gugus R yang merupakan rantai cabang.Ikatan kimia penghubung asam amino
memiliki sebutan peptide dan akan membentuk protein. Untuk diketahui jika
ikatan ini benar-benar sulit dipecahkan, tetapi enzim, asam, serta agen yang lain
memiliki kemampuan untuk memecahkan ikatan itu, contohnya ketika proses
pencernaan terjadi. Rantai samping di asam amino dapat memberikan sifat kimia
berbeda-beda di masing-masing, akan mempengaruhi bagaimana berinteraksi saat
akan dimasukkan pada bagian dalam molekul protein, juga bagaimana sel-sel
akan mencernanya.

Asam amino sering disebut blok bangunan kehidupan. Semua proses


kehidupan tergantung pada protein yang berperan penting dalam tubuh sebagai
struktur, pengirim pesan, enzim, dan hormon. Dua puluh jenis asam amino alami
adalah blok bangunan protein, yang terhubung satu sama lain dalam bangunan
rantai. DNA memberitau tubuh bagaimana membuat rantai amino dan bagaimana
mengurutkannya menjadi jenis protein tertentu. Delapan dari dua puluh asam
amino itu, yang disebut asam amino esensial, tidak dapat disintesis dalam sel-sel
tubuh dan harus dikonsumsi sebagai bagian dari diet. Dua belas yang tersisa
adalah asam amino nonesensial.

2.2 Proses Fermentasi

Fermentasi merupakan suatu cara pengolahan melalui proses


memanfaatkan penguraian senyawa dari bahan-bahan protein kompleks.
Pengertian fermentasi menurut ahli mikrobiologi industri yaitu segala proses
untuk menghasilkan suatu produk dari kultur mikroorganisme.Fermentasi juga
dapat diartikan sebagai suatu disimilasi senyawa-senyawa organik yang
disebabkan oleh oktivitas mikroorganisme. Disimilasi merupakan reaksi kimia

6
yang membebaskan energi melalui perombakan nutrient. Pada proses disimilasi,
senyawa substrat yang merupakan sumber enegi diubah menjadi senyawa yang
lebih sederhana atau tingkat energinya lebih rendah. Reaksi disimilasi merupakan
aktivitas katabolic sel.

Proses fermentasi mendayagunakan aktivitas suatu mikroba tertentu atau


campuran beberapa spesies mikroba. Mikroba yang banyak digunakan dalam
fermentasi antara lain khamir, kapang, dan bakteri. Kemajuan dalam bidang
teknologi fermentasi telah memungkinkan manusia unutk mempoduksi berbagai
produk yang tidak dapat atau sulit diproduksi melalui proses kimia. Sehingga,
penelitian dalam bidang teknologi fermentasi telah dan terus dikembangkan. Salah
satu penelitian dalam bidang ini diarahkan untuk mencari bahan mentah berharga
murah dan banyak tersedia unutk dimanfaatkan sebagai substrat.

Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Proses Fermentasi

Fermentasi bahan pangan merupakan hasil kegiatan beberapa


mikroorganisme. Agar proses fermentasi dapat berjalan dengan baik, tentunya
beberapa faktor yang mempengaruhi kegiatan dari mikroorganisme perlu pula
diperhatikan. Sehingga apabila kita berbicara mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi proses fermentasi, tentunya tidak lepas dari kegiatan
mikroorganisme itu sendiri. Beberapa faktor utama yang mempengaruhi proses
fermentasi meliputi suhu, oksigen, air dan substrat.
a. Suhu
Suhu sebagai salah satu faktor lingkungan terpenting yang mempengaruhi
dan menentukan macam organisme yang dominan selama fermentasi. Beberapa
hal sehubungan dengan suhu untuk setiap mikroorganisme dapat digolongkan
sebagai berikut :
- Suhu minimum, di bawah suhu itu pertumbuhan mikroorganisme tidak
terjadi lagi.
- Suhu optimum, sebagai suhu yang memungkinkan pertumbuhan
mikroorganisme paling cepat.
- Suhu maksimum, di atas suhu itu pertumbuhan mikroorganisme tidak
mungkin terjadi lagi.

7
b. Oksigen
Udara atau oksigen selama proses fermentasi harus diatur sebaik mungkin
untuk memperbanyak atau menghambat pertumbuhan mikroba tertentu. Setiap
mikroba membutuhkan oksigen yang berbeda jumlahnya untuk pertumbuhan atau
membentuk sel-sel baru dan untuk fermentasi.
c. Substrat
Seperti halnya makhluk lain, mikroorganisme juga membutuhkan suplai
makanan yang akan menjadi sumber energi, dan menyediakan unsur-unsur kimia
dasar untuk pertumbuhan sel. Substrat (makanan) yang dibutuhkan oleh mikroba
untuk kelangsungan hidupnya berhubungan erat dengan komposisi kimianya.
Kebutuhan mikroorganisme akan substrat juga berbeda-beda. Ada yang
memerlukan substrat lengkap dan ada pula yang tumbuh subur dengan substrat
yang sangat sederhana. Hal itu karena beberapa mikroorganisme ada yang
memiliki sistem enzim (katalis biologis) yang dapat mencerna senyawa-senyawa
yang tidak dapat dilakukan oleh mikroorganisme lain. Komposisi kimia hasil
pertanian yang terpenting adalah ptotein, karbohidrat dan lemak. Pada pH 7,0
protein mudah sekali digunakan oleh bakteri sebagai substrat. Karbohidrat seperti
pektin, pati dan lainnya merupakan substrat yang baik bagi kapang dan beberapa
khamir.
d. Air
Mikroorganisme tidak dapat tumbuh tanpa adanya air. Air dalam substrat
yang digunakan untuk pertumbuhan mikroorganisme dinyatakan dalam istilah
water activity atau aktivitas air = aw, yaitu perbandingan antara tekanan uap dari
larutan (P) dengan tekanan uap air murni (Po) pada suhu yang sama.

2.3 Produk

2.3.1 L-Lysine HCl

L-Lysine HCl merupakan bahan aditif untuk pakan ternak yang


dapat meningkatkan produktivitas hasil ternak. L-Lysine HCl juga
merupakan produk unggulan PT. Cheil Jedang Indonesia. L-Lysine
HCl pertama kali di produksi pada 1 januari 1991 dengan kapasitas
produksi L-Lysine HCl yang ditingkatkan menjadi 40.000 ton/tahun.

8
PT. Cheil Jedang Indonesia merupakan satu-satunya produsen L-
Lysine HCl di Indonesia dan termasuk salah satu dari lima negara
produsen di dunia.

2.3.2 L-Lyisine Sulfate

L-Lysine Sulfate merupakan salah satu jenis asam amino esensial yang
digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan ternak. L-Lysine Sulfate
di produksi dalam bentuk butiran-butiran granul berwarna coklat.
Produk ini merupakan produk terbaru dan baru di produksi pada bulan
juli 2013.

2.3.3 L-Tryptophan

L-Tryptophan merupakan salah satu jenis asam amino yang


digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan lemak. L-Tryptophan
diproduksi dalam bentuk powder yang berwarna putih. Kapasitas
produksi yang dihasilkan mencapai 2000 ton/tahun.

Protein merupakan polimer, dan bentuk monomernya adalah asam


amino. Pada umumnya, protein terdiri dari 20 macam asam amino.
Asam amino esensial merupakan asam amio yang tidak dapat
disintesis dalam tubuh dan harus didapatkan dari makanan untuk
menjaga keseimbangan nitrogen. Asam amino non-esensial dapat
disintesis oleh tubuh jika jumlah nitrogen cukup tersedia. Triptophan
merupakan salah satu asam amino esensial.

L-Tryptophan merupakan perkusor metabolis unutk banyak


senyawa biokimia yang penting, seperti asam nikotinik, asam
kinurenic, sorotonim dan melatonin. Hal ini yang menyebabkan
pentingnya kandungan triptopan dalam makanan. L-Tryptophan adalah
salah satu asam amino esensial untuk pertumbuhan dan merupakan
precursor pembentukan serotonin yang dapat mengontrol sifat agresif
pada beberapa vertebrata.

L-Tryptophan adalah asam amino aromatik yang mempunyai


cincin indol terikat padagugus metilen dan terdapat tambahan satu

9
atom nitrogen pada rantai samping (Stryer1995). Gambar 2
menunjukkan struktur triptofan. Triptofan terdapat di dalam
tanahdengan konsentrasi rendah yang dapat digunakan oleh
mikroorganisme untuk
membentuk auksin (Lehbuhn et al. 1994 dalam Arkhipchenko 2004).

Gambar 1. Struktur triptofan (Wikipedia 2008).

2.3.4 LL 50 % dan LL 30%

Liquid Lysine 50% dan 30% merupakan side-product dari


proses produksi L-Lysine, tetapi tanpa melalui proses kristalilasi. LL
50% mengandung konsentrasi Lysine 625 g/L, sedangkan untuk LL
30% mengandung konsentrasi Lysine 350 g/L.

2.3.5 Prosin & Zeta

Prosin dan Zeta merupakan co-product atau olahan limbah dari


proses produksi L-Lysine dan L-Threonine. Kandungan protein pada
prosin berupa crude protein yang berasal dari bakteri pada L-Lysine,
sedangkan Zeta hanya memiliki kandungan nitrogen. Kapasitas
produksi prosin adalah 18.500 ton/tahun, sedangkan Zeta sebesar
75.000 ton/tahun.

2.3.6 Biogreen

10
Biogreen merupakan pupuk organic/Bio green merupakan produk
sampingan atau olahan limbah dari proses produksi L-Lysine, L-
Tryptophan dan L-Threonine.

2.4 HPLC (High Performance Liquid Chromatoghraphy)

Kromatografi cair berperforma tinggi (high performance liquid


chromatography, HPLC) merupakan salah satu teknik kromatografi untuk
zatcair yang biasanya disertai dengan tekanan tinggi. HPLC digunakan
untuk memisahkan molekul berdasarkan perbedaan afinitasnya terhadap zat
padat tertentu. Cairan yang akan dipisahkan merupakan fasa cair dan zat
padatnya merupakan fasa diam (stasioner). Teknik ini sangat berguna untuk
memisahkan beberapa senyawa sekaligus karena setiap senyawa mempunyai
afinitas selektif antara fasa diam tertentu dan fasa gerak tertentu. Dengan
bantuan detector serta integrator kita akan mendapatkan kromatogram.
Kromatogram memuat waktu serta tinggi puncak suatu senyawa.

Pada dasarnya prinsip kerja HPLC sama dengan kromatografi lapis


tipis dan kromatografi kolom, yang membedakan adalah fasa diam yang
digunakan pada HPLC memiliki ukuran yang lebih kecil sehingga luas
permukaan besar sehingga keseimbangan antar fasa menjadi lebih baik dan
efisien. Pada HPLC tekanan yang tinggi menyebabkan fasa gerak dapat
bergerak lebih cepat sehingga difusi menjadi sekecil-kecilnya. Ukuran butir
kecil pada fasa diam dan tekanan yang tinggi pada fasa gerak pada
kromatografi kolom cair secara teori akan menghasilkan pemisahan yang
sebaik-baiknya.
Pertukaran ion yang terjadi di resin selama elusi dapat dilukiskan
dengan persamaan reaksi biasa. Konstanta kesetimbangan (koefisien
selektivitas) akan menjadi K yang sangat dipengaruhi oleh keadaan resin
dan banyak faktor lain. Karena pertukaran ion melibatkan reaksi kimia biasa
maka pH akan berpengaruh pada pola pemisahannya. Urutan ini dapat
berubah jika pH diikutsertakan dalam sistem karena pH secara langsung
akan mengubah afinitas terhadap fase gerak dan fase diam. Disosiasi dari

11
asam dan basa lemah, hidrolisis garam serta ion-ion logam akan
dikendalikan oleh pH dari suasana mediumnya. Dengan demikian, kita dapat
mengatur kondisi pemisahan dengan mengubah-ubah pH dari sistem atau
menggunakan larutan penyangga untuk mempertahankan pH.
Pada pemisahan logam menunjukan bahwa kerja pH mengubah
keterpisahan dan juga bentuk kromatogram. Dengan demikian, untuk kerja
pemisahan baik senyawa-senyawa anorganik maupun organik dapat
dioptimasi dengan menggunakan parameter pH fase gerak.

Gambar 2. Mekanisme Pertukaran Ion

Instrumen yang terdapat didalam HPLC yaitu sebagai berikut :


1. Pompa
Tujuan penggunan pompa atau sistem penghantaran fase gerak adalah
untuk menjamin proses penghantaran fase gerak berlangsung secara
tepat, reprodusibel, konstan, dan bebas daari gangguan.
2. Injektor

12
Injekor merupakan tempat masuknya sampel. Sampel yang
dimasukkan ke dalam HPLC hanya beberapa puluh mikroliter.
adakalanya injektor merupakan suatu sistem autosampler.
3. Kolom
Kolom merupakan jantung kromatograf. Keberhasilan atau kegagalan
analisis bergantung pada pilihan dan kondisi kerja yang tepat. Kolom
dapat dibagi menjadi kolom analitik dan kolom pengaman. Kolom
kromatogram yang biasa digunakan adalah jenis C-18 yang digunakan
sebagai fase diam yang mampu memisahkan senyawa-senyawa dengan
kepolaran yang rendah, sedang, dan tinggi. Sedangkan kolom
pengaman untuk menyaring kotoran dan menjenuhkan fase diam.
4. Detektor
Detector diperlukan membaca adanya komponen cuplikan didalam
eluen kolom dan mengatur jumlahnya. Detektor pada HPLC
dikelompokkan menjadi 2 golongan yaitu: detektor universal (yang
mampu mendeteksi zat secara umum, tidak bersifat spesifik, dan tidak
bersifat selektif) seperti detektor indeks bias dan detektor spektrometri
massa; dan golongan detektor yang spesifik yang hanya akan
mendeteksi analit secara spesifik dan selektif, seperti detektor UV-Vis,
detektor fluoresensi, dan elektrokimia.

Gambar 3. Instrumen HPLC

13
Sebelum menggunakan alat HPLC harus dilakukan verifikasi yang meliputi
3 macam uji yaitu:
1. Uji Linieritas
Uji yang dilakukan untuk menguji ketepatan alat yang ditunjukkan
dengan adanya hubungan linier antara konsentrasi zat dengan respon
alat. Syarat R2 > 0.999
2. Uji Repeatabilitas
Uji yang dilakukan untuk mengetahui kestabilan alat. %RSD <1%
3. Uji Akurasi
Uji yang dilakukan untuk menguji ketepatan pembacaan konsentrasi
standar oleh alat. Selisih <1%

2.5WWT (Waste Water Treatment)

Unit pengolahan limbah pada WWT PT. Cheil Jedang Indonesia, Pasuruan
adalah :
a. Chemical Tank
Unit pengolahan yang berfungsi sebagai tempat untuk mereaksikan
zat-zat kimia pembantu seperti Alumunium Sulfate, Kurifix R, Kurifloc
R
, NaOH, sebelum dialirkan ke unit pengolahan yang lain.
b. Pretreatment Tank
Unit pengolahan yang berfungsi ssebagai tempat penampungan air
limbah ketika pertama kali masuk IPAL, pada unit ini terjadi proses
pengendapan secara kimia.
c. Cooling Tower
Unit ini berfungsi untuk menurunkan temperature limbah yang ekstrim
sampai dengan temperature 36-37 celcius sehingga dapat diolah lebih
lanjut pada treatment berikutnya.
d. Storage Tank
Unit pengolahan yang berfungsi sebagai tempat menampung air
limbah dan sebagai tempat untuk proses homogenisasi kualitas air
limbah.
e. Aeration Pond

14
Unit pengolahan yang berfungsi sebagai tempat terjadinya proses
bioloigs, pada unit ini digunakan sistem Lumpur Aktif.
f. Reaction Tank
Unit pengolahan yang berfungsi sebagai tempat mengontrol pH air
limbah dan sebagai injection chemical Alum Sulfate dan Flokulan.
g. Collection Tank
Unit pengolahan yang berfungsi sebagai tempat menampung air
limbah yang berasal dari sumber lain lain dan sebagai tempat
homogenisasi kualitas air limbah.
h. Sedimentation Pond
Unit pengolahan yang berfungsi sebagai tempat penampungan air
limbah dari proses biologi. Pada unit ini terjadi pengendapan alami.
i. Effluent
Unit yang berfungsi sebagai indicator sebelum dialirkan ke badan air
yang dilengkapi dengan pH sensor dan Monitor CCTV secara online.
j. Thickener
Unit pengolahan yang berfungsi sebagai tempat menampung lumpur
yang berasal dari seluruh proses pengendapan selama pengolahan
sebelum di olah di beltpress.
k. Belt Press
Unit pengolahan yang berfungsi untuk memadatkan lumpur dari
thickener.
l. Blower
Blower merupakan unit untuk mensupplay udara pada kolam aerasi.

15
Gambar 4 . Proses WWT

16
BAB III

KEGIATAN DAN HASIL

3.1 Sejarah Perusahaan

PT. Cheil Jedang Indonesia (PT. CJI) merupakan perusahaan yang


bergerak di bidang feed additive (campuran pakan ternak) dan didirikan di
Indonesia pada tanggal 1 juli 1988. Awalnya PT. Cheil Jedang Indonesia bernama
PT. Cheil Samsung Astra (PT. CSA) yang merupakan gabungan dua perusahaan
dari korea selatan yaitu Cheil Foods and Chemical Co dan Samsung Co dengan
dua perusahaan dari Indonesia yaitu PT. Astra Internasional dan PT. Surya Gatra
Gama. Pada saat itu, modal perusahaan dipegang olehperusahaan Korea Selatan
dengan status PMA (Perusahaan Milik Asing) sebesar 75% dan perusahaan
Indonesia sebesar 25 %. Sejak tahun 1995, seluruh modal dan saham menjadi
milik perusahaan Korea Selatan Karena dua perusahaan Indonesia telah menarik
diri dari kepemilikan saham PT. CSA, sehingga saat itu nama PT. CSA diubah
menjadi PT. Cheil Samsung Indonesia (PT. CSI). Pada bulan Desember 2004 PT.
Cheil Samsung Indonesia dan PT. Cheil Jedang Indonesia bergabung dan
mengubah nama menjadi PT. Cheil Jedang Indonesia. Berikut ini merupakan
sejarah singkat dari PT. Cheil Jedang Indonesia :

Juli 1988 : PT. Cheil Samsung Astra didirikan di


Indonesia

Desember 1988 : PT. Cheil Samsung Astra telah


didaftarkan secara resmi

Juli 1989 : Peletakan pertama

Oktober 1989 : Produksi percobaan pertama MSG


dengan kapasitas 10.000 ton per tahun

Januari 1990 : Produksi produk kedua L-Lysine HCl


(campuran pakan ternak) dengan kapasitas
produksi 10.000 ton er tahun.

17
Maret 1991 : PT. Cheil Samsung Astra diresmikan
oleh presiden Soeharto.

Januari 1995 : Nama PT. Cheil Samsung Astra diubah


menjadi PT. Cheil Samsung Indonesia
dengan status perusahaan sebagai PMA
murni. PT. Cheil Samsung Indonesias
plant (animal feed) telah selesai di
pasuruan, Jawa Timur.

Mei 1995 : PT. Cheil Samsung Indonesia


memperluas produksi dengan menambah
kapasitas produksi L-Lysine menjadi
40.000 ton dan pendirian unit produksi
pakan ternak super feed

Maret 1996 : Produksi super feed pertama dihasilkan

April 1998 : PT. Cheil Samsung Indonesias plant


(Nukleotida) telah selesai di jombang,
Jawa Timur. Produk ketiga L-Threonine
dikembangkan di Pasuruan, Jawa Timur.

Agustus 2004 : PT. Cheil Jedang Feed Jombang telah


menetap di Mojoagung, Jombang, Jawa
Timur.

Desember 2004 : PT. Cheil Samsung Indonesia dan PT.


Cheil Jedang Indonesia bergabung menjadi
PT. Cheil Jedang Indonesia

1 Februari 2005 : Nama PT. Cheil Samsung Indonesia


berubah nama menjadi PT. Cheil Jedang
Indonesia.

Juli 2010 : Produksi L-Tryptophan

18
Maret 2013 : Produksi MSG di PT. Cheil Jedang
Indonesia di Pasuruan dipindah ke PT.
Cheil Jedang Indonesia Jombang, Jawa
Timur.

PT. Cheil Jedang Indonesia termasuk industry dengan status PMA


(perusaan Milik Asing) murni dengan total investor per oktober 1996 US$
210 juta dan saat ini mempekerjakan 750 karyawan tetap dan 750
karyawan tidak tetap. PT. Cheil Jedang Indonesia merupakan satu-satunya
produsen L-lysine HCl di Indonesia dan merupakan pabrik yang besar di
dunia setelah Perancis, Mexico, USA, China, dan Thailand.

Prestasi-prestasi yang pernah didapat oleh PT. Cheil Jedang Indonesia


adalah sebagai berikut :

12 Januari 1993 : Teladan K3 Tingkat Nasional

5 Juni 1995 : Perusahaan Terbaik dalam Pengendalian


Lingkungan.

26 Juni 1997 : Juara Pertama Penghijauan di Lingkungan


Industri tingkat I Jawa Timur dan Kinerja
IPAL terbaik di Jawa Timur tahun
1996/1997.

Tahun 2001 : Mendapat Penghargaan 6 juta zero


accident.

April 2002 : Mendapat Penghargaan ISO 14000.

November 2002 : Mendapat Penghargaan ISO 9002.

Tahun 2003 dan 2004 : Mendapat Penghargaan Perusahaan


Terbaik dalam CJ Group dan mendapatkan
CJ award.

Tahun 2004 : Mendapat Penghargaan Perusahaan


Eksportir Terbaik di Jawa Timur.

19
Tahun 2011 : Peluncuran produk terbaru bernama
Tryptophan

Tahun 2012 :Lomba PROKASIH (penghargaan tingkat


biru)

Maksud dan Tujuan didirikannya PT. Cheil Jedang Indonesia adalah :

a) Menjalankan usaha di bidang produksi bahan penyedap makanan


(MSG) dan bahan aditif pakan ternak (L-Lysine) serta industry yang
berhubungan dengan hal tersebut.

b) Menjalankan pendistribusian penjualan untuk dalam maupun luar


negeri.

3.2 Lokasi dan Tata Letak Perusahaan

3.2.1 Lokasi Pabrik

PT. cheil Jedang Indonesia terlatak diantara pusat pembangunan


Surabaya dan Malang dengan Jember. Luas wilayah pabrik ini 34 Ha
yang terletak di desa Arjosari, kecamatan Rejoso, Kabupaten Pasuruan-
Jawa Timur. Lahan pabrik merupakan daratan rendah dan mempunyai
iklim tropis. Sumber daya alam sebagai daya dukung terhadap dunia
industry cukup memadai yaitu dengan lebih dari 300 sumber air serta
jumlah penduduk 1,1 juta.

Batas-Batas wilayah PT. Cheil Jedang Indonesia adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara :Jalan Raya Pasuruan-Probolinggo

Sebelah Timur :Desa Kemantren, Kecamatan Rejoso

Sebelah Selatan :Desa Toyaning, Kecamatan Rejoso

Sebelah Barat :Desa Sarirejo, Desa Arjosari

3.2.2 Tata Letak Pabrik

Tata letak perusahaan merupakan tata cara pengaturan fasillitas-


fasillitas fisik pabrik yang berupa bangunan maupun peralatan mesin-

20
mesin proses dalam pabrik yang berguna bagi kelancaran proses
produksi. Pengaturan bangunan dan peralatan pabrik tersebut
fungsional, efisien, dan ekonomis sehingga dapat memperlancar
jalannya proses produksi serta memberikan keamanan, kenyamanan
bagi para karyawan yang bekerja di pabrik.

PT. Cheil Jedang Indonesia dibangun di atas tanah seluas 34 Ha,


dengan Perincian penggunaannya:

1. Komplek perkantoran.

2. Komplek welfare

3. Unit L-Lysine Sulfate

4. Unit l-lysine HCL

5. Unit dekstrose

6. Unit Instalasi Pengolahan Air Limbah

7. Unit Material

8. Unit Pendukung

9. Unit LF (liquid Fetilizer)

10. Perumahan Direksi

11. Unit L-Tryptophan

12. Unit Prosin

13. Unit ZETA

3.3 Waktu dan Tempat Praktek Kerja Lapangan

Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini dilaksanakan selama kurang lebih 1


bulan yaitu pada tanggal 2 Januari 2017 hingga 31 Januari 2017 di PT Cheil
Jedang Indonesia, Pasuruan, Jawa Timur, Indonesia.

3.4 Jadwal Kegiatan Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL)

21
Kegiatan yang dijadwalkan selama PKL dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kegiatan Praktek Kerja Lapangan

No Tanggal Kegiatan
1 2 Januari 2017 Pembekalan PKL (sejarah
perusahaan, struktur organisasi dan
keselamatan kerja)
2 3 Januari 2017 Pengenalan tentang departemen
penjaminan mutu (Quality
Assurance)
3 4-5 Januari 2017 Mempelajari semua pengujian yang
ada di bagian Incoming Material
4 6-9 Januari 2017 Mempelajari semua pengujian yang
ada di bagian Process Analysis
5 10-11 Januari 2017 Mempelajari semua pengujian yang
ada di bagian produk analysis
6 12-13 Januari 2017 Mempelajari semua pengujian yang
ada di bagian Contamination
7 16-20 Januari 2017 Mempelajari semua pengujian yang
ada di bagian HPLC
8 21-22 Januari 2017 Mengerjakan Tugas Khusus 1 (batu
bara)
9 23-24 Januari 2017 Mengerjakan Tugas Khusus 2
(lysine)
10 25-27 Januari 2017 Mengerjakan Tugas Khusus 3
(HPLC)
11 30 Januari 2017 Belajar pengolahan Limbah cair di
bagian WWT
12 31 Januari 2017 Presentasi tentang tugas khusus yang
telah dilakukan

3.5 Quality Assurance

22
Pengawasan mutu di PT. Cheil Jedang Indonesia merupakan salah satu
seksi pendukung yang bertanggung jawab dalam mengontrol kualitas semua
bahan baku, proses produksi, hingga produk jadi sebelum dipasarkan. Tujuan
assurance kualitas ini untuk mencapai kebijakan mutu, kebijakan lingkungan, dan
kebijakan manajemen sesuai visi dan misi perusahaan yakni mencapai costumer
satisfaction (kepuasan pelanggan). Kualitas dari semua bahan baku, proses
produksi, hingga produk jadi sebelum dipasarkan, di analisis terlebih dahulu oleh
seksi technical yaitu Quality Assurance (QA). Terdapat beberapa seksi dalam QA
di antaranya analisis material (incoming material), analisis kontaminan, analisis
proses, analisis produk, dan HPLC.

3.5.1 Analisis Material

Material (bahan) yang digunakan di PT. Cheil Jedang Indonesia dibagi


menjadi 3 sub seksi meliputi raw material (bahan utama), sub material (bahan
pendukung), dan packing material. Setiap material yang masuk dilengkapi dengan
Certificate of Analysis (CoA) yang berisi tentang hasil analisis item material dan
berfungsi untuk mengecek dan menjamin kualitas maupun kuantitas bahan-bahan
yang akan digunakan pada proses produksi.

1. Raw Material

Sub seksi ini menganalisis bahan baku yang digunakan dalam


proses produksi diantaranya tepung tapioca, Cane Molasses (TCM), Raw
Sugar (RAS), dan Beet Molasses (B-mix). Bahan baku tersebut nantinya
akan digunakan sebagai sumber nutrisi dan sumber energi bagi bakteri
(feed-bakteri) dalam proses fermentasi. Berikut standart kualitas masing-
masing bahan baku :

b. Tepung Tapioka

Starch : minimal 85%

Moisture : maksimal 15%

pH : 5.0 7.0

Ash : maksimal 0.3%

23
Whiteness : minimal 90%

b. Cane Molasses (TCM)

Total Nitrogen (TN) : 3-5 g/L

Ammonium Nitrogen (AN) : 0.6 0.9 g/L

Total Sugar (TS) : 38 43 %

Ca2+ : 0.9 g/L

Colour Value (CV) : 90 100

Sukrosa : 3% Volume

Glukosa : 10 14% Volume

Fruktosa : 10 14% Volume

c. Raw Sugar (RAS)

Total Sugar (TS) : minimal 97%

Suspended Solid (SS) : maksimal 0.5%

Moisture : maksimal 0.5%

pH : 5.0 7.0

Ca2+ : maksimal 0.3 g/L

Sukrosa : minimal 97% Volume

d. Beet Molasses (B-mix)

Total Nitrogen (TN) : 9 14 g/L

Ammonium Nitrogen (AN) : 0.3 0.5 g/L

Total Sugar (TS) : minimal 50%

Ca2+ : 10 g/L

Colour Value (CV) : 37 40

24
Berikut ini beberapa analisis yang dilakukan pada Raw material :

1. Analisis Total Sugar (TS)

Analisis Total Sugar (TS) merupakan analisis yang digunakan untuk


mengetahui kadar total komponen gula yang terkandung dalam suatu sampel
gula yang diantaranya mengandung sukrosa, glukosa, dan fruktosa dengan
metode Brethland.

2. Analisis Moisture atau Lost on Drying (LOD)

Analisis Moisture atau Lost on Drying (LOD) merupakan analisis


untuk mengetahui kadar air dalam suatu sampel padatan. Sampel yang
dianalisis berupa padatan. Analisis ini menunjukkan seberapa besar sampel
padatan menyerap air pada suhu tertentu. Oleh Karena itu, analisis LOD ini
sangat penting Karena akan menentukan kualitas bahan yang akan digunakan
untuk proses produksi.

3. Analisis pH

Pengertian pH merupakan ukuran konsentrasi ion hydrogen yang


menunjukkan keasaman atau kebasaan suatu larutan. Data pH untuk bahan
Feed diperlukan pada tahap pengolahan menjadi feed bakteri, sebab pada
proses pengolahan menjadi monosakarida atau disakarida yang digunakan,
bahan harus memiliki karakteristik moisture tertentu. Bahan dengan kadar pH
terlalu asam atau terlalu basa akan direject.

4. Analisis Bulk Density (BD)

Analisis BD digunakan untuk mengukur massa jenis dari suatu


padatan. Sampel yang digetarkan dalam vibro sieve shaker bertujuan untuk
memampatkan sampel padatan yang akan diukur BD-nya sehingga sampel
yang telah dimampatkan dianggap sebagai volume sampel.

5. Analisis Starch (Kadar Pati)

Analisis kadar starch dilakukan untuk mengetahui kadar pati yang ada
dalam tepung tapioca. Sebagian besar tepung tapioca mengandung

25
karbohidrat. Selain itu, juga terdapat protein, lemak, dan komponen-
komponen lain yang berbeda dalam jumlah relative kecil. Komponen-
komponen tersebut saling berikatan, oleh karena itu perlu dilakukan
pemisahan dengan cara hidrolisis terlebih dahulu.

6. Analisis Ash (Kadar Abu)

Analisis Ash digunakan untuk mengetahui kadar abu dalam sampel


dengan menggunakan metode pengeringan pada suhu tinggi

7. Analisis Whiteness

Analisis Whiteness dilakukan untuk mengukur keputihan atau


kecerahan warna dari produk sesuai dengan standart yang telah ditentukan.
Jika warna produk terlalu gelap atau terlalu terang maka produk direject.

2. Sub Material

Sub seksi ini menganalisis bahan-bahan pendukung berupa bahan kimia


meliputi :

H2SO4

HCl

NaOH

NaOCl

H3PO4

KOH

dan lain sebagainya

3. Packing Material

Sub seksi ini menganalisis bahan-bahan untuk kemasan diantaranya


KP ( Kraft Paper), Tycon / Big bag, Flexy Bag, ISO Tank, dan Woven.
Kemasan ini dibedakan menjadi beberapa ukuran meliputi K/P Lysine HCl 25

26
kg, K/P Lysine 25 kg, K/P Tryptophan 10 kg, Tycon Lysine HCl 800/825 kg,
Tycon Lysine HCl 500 kg, dan Tycon Lysine 800 kg.

Salah satu analisis yang dilakukan di packing material adalah


analisis brusting strength. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui kelayakan
packaging dari produk khususnya kekuatan kertas yang digunakan untuk
packing produk.

3.5.2 Analisis Kontaminan

Analisis pada sub kontaminan ini bertujuan untuk menjamin dan


memastikan produk bebas dari kontaminasi yang dapat disebabkan oleh
adanya jamur atau bakteri. Selain itu, pada sub seksi ini juga bertugas untuk
menyediakan media yang dikirim ke fermentasi II dan III. Sub seksi ini
menganalisis pada bahan baku produk, hasil produk sebelum dikemas, dan
dimasukkan logistic, serta hal yang berkaitan dengan tempat packing produk.

Macam-macam yang uji yang dilakukan pada analisis kontaminan:

b) Uji TVC (Total Viable Count) dengan media PCA

Uji PCA biasanya digunakan untuk menguji adanya bakteri


maupun jamur secara umum. Sampel yang diuji TVC adalah sampel
kiriman dari proses refinery. Uji TVC ini bertujuan untuk menjaga
kualitas produk belum jadi dengan mengetahui ada tidaknya bakteri yang
tidak diharapkan dalam sampel. Pada pemeriksaan dilakukan
pengenceran sampel, hal ini bertujuan untuk memudahkan perhitungan
koloni bakteri kontaminan.

c) Uji Produk

Produk yang dihasilkan di PT.Cheil Jedang Indonesia dianalisis


kontaminasi dengan tujuan untuk menjamin dan menjaga kualitas dari
produk yang akan dipasarkan. Pada dasarnya cara pengujian sama dengan
uji TVC dan perbedaan hanya terletak pada sampel yang diuji.

d) Uji Udara

27
Uji ini dilakukan untuk mengetahui kualitas udara yang ada di PT.
Cheil Jedang Indonesia. Sedangkan uji kontaminan udara di tempat
packing.

e) Uji SWAB

Uji kontaminan ini dipusatkan pada daerah pakaian karyawan,


lantai, dan packing material. Tujuannya yaitu untuk mengetahui apakah
pakaian karyawan dan lantai di tempat packing terkontaminasi oleh
bakteri atau tidak.

f) Pembuatan Media

Media yang digunakan untuk analisis kontaminasi ini harus


dalam keadaan steril. Apabila tidak steril maka akan mempengaruhi
analisis kontaminasi yang dilakukan. Pada komposisi pembuatan media
yang digunakan memiliki fungsi dan peranan masing-masing.

3.5.3 Analisis Proses

Analisis proses yang dilakukan di Laboratorium QA bertujuan untuk


mengontrol suplai makanan yang dibutuhkan broth bakteri pengembang pada
tahapan proses produksi. Analisis yang dilakukan meliputi assurance
kandungan mineral pada feed bakteri pada tiap tahapnya.

3.5.4 Analisis Produk

Sub seksi dari QA yang bertugas untuk menganalisis produk-produk


yang dihasilkan oleh PT.Cheil Jedang Indonesia antara lain terdiri dari main
product ( L-Tryptophan, L-Lysine HCl, L-Lysine Sulfate), Side-product
(LL/Liquid Lysine 30% dan 50%), Co-product (Prosine dan Zeta) dan
fertilizer (LF/Liquid Fertilizer dan Biogreen). Masing-masing product
dianalisis sesuai SOP yang telah ditentukan. Didalam analisis produk terdapat
dua macam standart yang menentukan produk itu bagus atau tidak, yaitu:

a) Major Standart

28
Major Standart adalah standart yang ada pada analisis produk.
Nilai analisis produk harus sesuai dengan standart yang sudah ditentukan.
Kemudian hasil analisis dicatat di buku laporan analisis produk. Apabila
hasil analisis produk yang kita lakukan keluar dari standart yang berlaku
makan produk tersebut harus di reject atau NC ( Non Conformation).

b) Observation Standart

Observation Standart adalah standart analisis yang nilainya masih


bisa ditoleransi meskipun hasil analisis produk keluar dari standart yang
berlaku didalam buku laporan analisis produk. Jika hasil analisis produk
kurang atau lebih dari standart yang berlaku maka produk tidak di reject
atau NC, tapi kita melaporkan ke proses produksi agar segera ditindak
lanjuti untuk menaikkan atau menurunkan parameter proses produksi agar
produknya bisa sesuai standart yang telah ditentukan.

29
BAB IV

TUGAS KHUSUS

4.1 Perbandingan Metode Drying Menggunakan Moistmeter Dan Oven Pada


Batu Bara

4.1.1 Latar Belakang Masalah

Batu bara merupakan batuan atau mineral yang secara kimia dan fisika
adalah heterogen yang mengandung unsur-unsur karbon, oksigen & hydrogen
sebagai sumber utama dan belerang serta nitrogen sebagai unsur tambahan.
Zat lain yaitu senyawa anorganik pembentuk ash tersebar sebagai partikel zat
mineral di seluruh senyawa batu bara. Batu bara merupakan bahan bakar
utama yang digunakan untuk pembangkit listrik oleh PT Cheil Jedang
Indonesia Karena mampu menghasilkan tenaga yang besar dengan tingkat
efisien yang sangat tinggi. Keunggulan batu bara sebagai bahan bakar utama
yaitu potensi panas yang dihasilkan relative stabil, praktis, tersedia dalam
jumlah relative besar dan murah. Jenis Batu bara yang digunakan dalam
perusahaan ini adalah Sub-bitumineous coal atau Lignite.

Permasalahan yang dialami beberapa pekant erakhir adalah cuaca saat


ini yang tidak mendukung sehingga proses Analisa batu bara membutuhkan
waktu yang cukup lama Karena terkena air hujan. Batu bara yang basah akan
membutuhkan waktu yang panjang untuk proses drying, sedangkan kebutuhan
untuk bahan bakar digunakan setiap hari. Proses drying yang biasa digunakan
membutuhkan waktu 18 jam. Karena bahan batu bara memiliki kadar air
yang tinggi, sehingga proses drying pada bahan baku membutuhkan waktu
lebih dari proses seperti biasa.

Batu bara yang memiliki kadar air tinggi diharapkan dapat teratasi
dengan metode lain yang lebih efektif dari segi estimasi waktu maupun segi
analisis drying. Metode yang dapatdigunakanyaitumetode moist danmetode
oven. Metode moist membutuhkan waktu 5 menituntukmenghilangkankadar
air dalambatu bara dandapatmengetahuipersentasekadar air

30
dalambahantersebut. Metode oven membutuhkanwaktu 3 jam
untukmengetahuipersentase kadar air dengan formula Metode Oven.
Hasildarimetode moist dan oven akandibandingkandenganpersentase TM (
Total Moisture ) untukmendapatkanpersentase RSD ( Relative Standart
Deviation ).

4.1.2 Tujuan

Tujuandaritugaskhususiniadalahuntukmengetahuiperbandinganmetode
drying menggunakan moist dan oven pada material batu bara.

4.1.3 Metode

a. Preparasi Sampel

Variasi 1

Variasi 2
Sampel 1 g
Variasi 3

Variasi 4

Variasi 1

Variasi 2
Sampel 2 g
Variasi 3

Variasi 4

Variasi 1

Variasi 2
Sampel 3 g
Variasi 3

Variasi 4

31
Gambar 5. Variasi bahan untuk Batu bara

A. Metode Moist

Untukmetode moist pada material batu bara


dilakukanujiterhadaptigavariasi sample yaitusampel 1 g, sampel 2 g,
dansampel 3 g. setiapsampeldilakukanpengulangan 4 kali
untukmemperkuathasilakhir.

Prosedur Percobaan

Timbang sampel Batu


Bara

Masukkan sampel ke dalam


kedalam alat moisturemeter

Set Alat Moisturemeter


dengan suhu 120C

Lakukan proses drying


dengan Moisturemeter

Catat Hasil persentase kadar


air dari alat Moisturemeter

Gambar 5. Diagram Alir Analisis Batubara Metode Moist

B. Metode Oven

Untuk metode oven terhadap bahan batu bara dilakukan uji


terhadap tiga variasi sample yaitu sampel 1 g, sampel 2 g, dansampel 3

32
g. setiapsampeldilakukanpengulangan 4 kali untuk
memperkuathasilakhir.

Prosedur Percobaan

Timbang cawan petri kosong


dan sampel secara terpisah

Masukkan sampel ke dalam


oven

Set Alat Oven dengan suhu


105C selama 3 jam

Setelah proses Oven, masukkan


sampel kedalam desikator 30
min

Timbang sampel batu bara


setelah di oven

Hitung dengan Formula


metode oven

Gambar 7 . Diagram Alir Analisis Batubara Metode Oven

4.1.4 Hasil Penelitian

Hasil analisa metode drying menggunakan moistmeter dan oven


pada material batubara dapat dilihat dari table berikut :

33
Berat Sampel (g) Rata-Rata %TM Keterangan
%Moist

1 31,905 % Hasil Metode drying menggunakan


2 33,3925 % Moistmeter
33,95 %
3 33,4675 %

Berat Sampel (g) Rata-Rata %TM Keterangan


%Moist
1 31,7114 %

2 32,4642 % Hasil Metode drying menggunakan Oven


33,95%
3 32,726 %

Table 3. Hasil Analisa Kadar air

Dari data tersebut, maka didapatkan ratarata %RSD antara TM dan


moistmeter sebesar 2,1915% dan rata-rata %RSD antara TM dan oven sebesar
3,5272%. Sehingga baik metode moistmeter dan oven tidak bisa digunakan
sebagai pengganti metode TM karena % RSD nya lebih dari 1. Hal ini bisa
diakibatkan proses mengupan kurang sempurna saat menggunakan moistmeter
dan oven 3 jam dibandingkan dengan metode untuk mendapatkan TM.

4.1.5 Kesimpulan

Dari hasil % RSD baik moistmeter dan oven hasilnya lebih dari 1, sehingga
kedua metode itu tidak dapat digunakan untuk menggantikan metode TM.

34
4.2 Pengaruh Suhu Terhadap Moist Dan Breakable Rasio Pada Produk L-
Lysine HCl

4.2.1 Latar Belakang Masalah

Salah satu produk yang dihasilkan oleh PT. Chail Jedang adalah L-
lysine HCL. Produk L-lysine HCl digunakan untuk bahan tambahan pakan
ternak. L-Lysine HCl berbentuk Kristal berwarna putih kekuningan. L-lysin
HCL didapatkan dari fermentasi gula cair oleh bakteri Corynebacterium
glutamicum dengan metode fermentasi Batch-continous.

Dalam beberapa kasus, produk L-lysine HCl mendapatkan komplain


dari pelanggan bahwa produk dalam kemasan menggumpal saat sampai pada
konsumen sehingga menyulitkan ketika akan digunakan. Penggumpalan atau
lumpy itu merupakan eadaan dimana produk Kristal L-lysin HCl saling
berikatan dan membentuk gumpalan. Penggumpalan pada produk umumnya
terjadi pada produk yang telah dikemas dalam kemasan Kraft Paper 25 kg dan
ditumpuk dalam 40 tumpukan, produk yang berada di bagian paling bawah
tumpukan akan mengalami penggumpalan. Hal ini dikarenakan besarnya
tekanan yang ada di bagian paling bawah sehingga produk mudah
menggumpal. Terdapat juga beberapa faktor lain seperti kadar air produk,
jumlah powder dan ukuran produk, suhu penyimpanan, serta besarnya tekanan
yang didapat produk ketika penyimpanan.

Produk yang telah menggumpal diharapkan dapat terpisah sendiri saat


proses pengiriman dikarenakan guncangan saat pengiriman. Untuk
menentukan kemampuan produk dapat memisah setelah menggumpal
dilakukan lumpy test dan menghitung Breakable rasio. Standar yang
digunakan oleh PT. Cheil Jedang Indonesia untuk breakable rasio adalah
lebih dari atau samadengan 85% untuk produk Kristal L-lysine HCl

4.2.2 Tujuan:

Tujuan dari tugas khusus ini adalah mengetahui pengaruh suhu terhadap moist
dan breakable rasio dari produk L-lysine HCl.

35
4.2.3Metode Penelitian

Untuk analisis pengaruh suhu terhadap penggumpalan produk dilakukan uji


pada empat variabel suhu yaitu 1000C, 1100C, 1300C, dan 1400C dengan
diagram alir sebagai berikut :

Sampel L-Lysine HCl

Ditimbang sebanyak 150 g

Dimasukkan pada furnace (sesuai variasi suhu )

Dimasukkan kedalam desikator

Ditimbang 140 g untuk test lumpy Ditimbang 10 g untuk test moist

Dikemas dalam plastic tertutup


HASIL % moist

Di press menggunakan Bursting Strength pada tekanan 20


kgf/cm2 selama 2 menit

Ditimbang hasil gumpalan L-Lysine HCl


(berat awal)

Digetarkan pada vibro sieve shaker periode


getaran 40 rpm selama 5 menit

Ditimbang gumpalan yang tersisa dalam wadah ( berat akhir)

Dihitung % breakable rasio

HASIL

Gambar 7. Diagram Alir analisa pengaruh suhu terhadap penggumpalan produk L-Lysine HCl

36
4.2.4 Hasil dan Pembahasan

Hasil analisa pengaruh suhu terhadap penggumpalan produk L-Lysine


HCl dapat dilihat pada tabel berikut :

- Produk L-Lysine HCl (tanpa drying)

Rata-rata %Moist : 0,284 %

%Breakable Rasio : 68,424 %

Tabel 4. Hasil Analisis Moist dan % Breakable Rasio

No. Suhu (0C) % Moist % Breakable Rasio


1 100 0,234 77,016
2 110 0,216 94,699
3 130 0,194 96,483
4 140 0,162 98,771

Berdasarkan hasil analisa diatas, terlihat bahwa nilai % moist atau


kandungan air berbanding terbalik dengan suhu, dimana semakin tinggi suhu
maka nilai % moist akan semakin rendah. Terutama pada sampel yang belum
diberi perlakuan apapun (tanpa drying) ketika di uji %moist maka nilai
%moist akan tinggi. Jika nilai kadar airnya semakin tinggi, produk akan
mudah berikatan dan membentuk gumpalan atau lumpy dengan ukuran besar
dan sulit terpisah kembali atau nilai breakable rasio produk rendah dan tidak
memenuhi standar.

Dari hasil analisa diatas, untuk mendapatkan nilai breakable rasio


yang tinggi agar produk dapat memecah sendiri setelah terjadi lumpy
makapada produk L-Lysine HCl dapat dilakukan pengeringan lebih lanjut
setelah proses spray drying pada suhu 1400C agar kadar air produk rendah.
Sehingga dengan rendahnya kadar air tersebut nilai Breakable rasio produk
dapat tinggi. Semakin tingginya nilai breakable rasio tersebut menunjukkan
kemampuan produk untuk memisah sendiri setelah terjadi lumpy.

37
4.2.5 Kesimpulan

1. Dari hasil analisa yang dilakukan, semakin tinggi suhu maka kadar air
(%moist) rendah sehingga %Breakable Rasio akan semakin tinggi. Jika %
Breakable rasio tinggi diatas 85 % berarti kemampuan produk dapat memisah
sendiri setalah terjadi lumpy tersebut baik.
2. Dari hasil eksperimen suhu 1400C adalah suhu sesuai untuk mendapatkan nilai
moist dan nilai breakable rasio yang optimum.

4.3 Analisis Purity Produk L-Tryptophan dengan Perbandingan Metode dan


Pelarut

4.3.1 Kegiatan :

1. Pengujian sample produk Tryptophan dengan metode drying


menggunakan moistmeter dan oven

2. Pengujian sample produk Tryptophan dengan menggunakan pelarut


air & Acetonitrille 10% 250ml/L

4.3.2 Metode Penelitian :

1. HPLC Metode DAD (Deoda Array Detector)

2. Metode Drying menggunakan Moistmeter Dan Oven

4.3.3 Permasalahan :

1. Sifat produk dengan tingkat kelarutan rendah (sulit larut dengan air)

2. Purity Tryptophan rendah / NC (Non Corformity)

4.3.4 Tujuan :

1. Membandingkan nilai kemurnian produk dari kedua metode

2. Membandingkan metode drying menggunakan moistmeter dan oven

38
3. Membandingkan dilusi/pelarut menggunakan MiliQ dan Aceton Nitril

4.3.5 Teori Pendukung :

1. Nilai kemurnian produk 98% minimum

2. Penguapan kadar air yang optimal akan menghasilkan nilai kemurnian


yang optimal

3. Nilai kemurnian pelarut air dan pelarut Acetonitrille 10% 250ml/L


dapat dipertanggung jawabkan

4. Hasil pengujian dengan metode drying menggunakan moistmeter dan


oven bisa dipertanggung jawabkan

4.3.6 Prosedur Preparasi Sample :

1. Siapkan sample L-Tryptophan 0.6 gr/L

2. Methode drying menggunakan moistmeter dan oven dengan


konsentrasi standart 0.15 gr/L

3. Pelarut acetonitrille 10% sebanyak 250ml/L

4.3.7 Prosedur Analisa Purity:

1. Siapkan standart L-Tryptophan, sample produk L-Tryptophan, labu


ukur 500ml, pelarut mili-Q dan pelarut acetonitrille 10%
2. Masukkan aluminium plate ke dalam moistmeter, sample produk L-
tryptophan sebanyak 0.5 gr dan standart L-Tryptophan sebanyak
0.15 gr/L dengan suhu 120C
3. Masukkan aluminium plate ke dalam oven, sample produk L-
tryptophan sebanyak 0.5 gr dengan suhu 105C selama 3 jam.
4. Simpan sample dalam desicator selama 10 menit
5. Dari hasil dry base menggunakan moistmeter, timbang sample
produk dan standart sebanyak 0.075 gr/500 ml
6. Dari hasil dry base menggunakan oven, timbang sample produk
sebanyak 0.075 gr/500 ml

39
7. Preparasi dilusi / pelarut

Preparasi-1 larutkan sample standart dengan mili-Q

Preparasi-2 larutkan sample standart dengan mili-Q

Preparasi-3 larutkan sample L-Tryoptophan dengan ACN 10%


125ml/500ml

8. Degassing sample preparasi dengan ultrasonic selama +-10menit


9. Kocok dengan stirrer hingga homogen selama +-20 menit
10. Saring menggunakan filter holder dengan membran cellulose nitrat
ukuran pori 0.45nm
11. Masukkan ke dalam vial 1ml & di tutup
12. Inject sample ke dalam instrument HPLC (waktu retensi 5
menit/inject)

std - preparasi-1 - preparasi-2 - preparasi-3 - preparasi-4 - std

13. Tunggu hingga proses analisa selesai dan amati hasilnya

4.3.8 Kesimpulan :

1. Dari hasil pengujian yang dilakukan dengan menggunakan metode


oven dan moist dapat dipertanggung jawabkan dilihat dari
perbandingan dengan Analisa purity yang dilakukan sehari-hari pada
HPLC.

2. Dari hasil pengujian dengan menggunakan kedua metode hasil


akhirnya tidak signifikan.

3. Dari hasil pengujian dengan dilusi/pelarut menggunakan Aceton Nitril


10% dan MQ tidak stabil.

40
4.3.9 Lampiran Data :
Tabel 5. Data hasil Analisis Purity
Purity Daily
Date Prepare Purity (%) (%)

Moist MQ 97.53 97.3


Moist ACN10% 97.81
17-Jan-17
Oven MQ 97.25
Oven ACN10% 97.53
Moist MQ 97.97 97.9
Moist ACN10% 97.70
20-Jan-17
Oven MQ 97.85
Oven ACN10% 98.27
Moist MQ 98.31 98.4
Moist ACN10% 97.70
23-Jan-17
Oven MQ 98.52
Oven ACN10% 97.64
Moist MQ 99.11 98.9
Moist ACN10% 98.71
24-Jan-17
Oven MQ 99.37
Oven ACN10% 98.86

41
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

5.1.1 Kesimpulan Umum


1. Dapat memenuhi matakuliah wajib di Program Studi Fisika guna
mempersiapkan diri untuk terjun ke dunia kerja.
2. Praktek kerja Lapangan dapatdigunakan untuk menerapkan berbagai
ilmu yang telah diperoleh di bangku kuliah dalam mengkaji atau
menyelesaikan berbagai bidang per-masalahan di lingkungan industri
perusahaan.
3. Dapat melatih diri untuk beradaptasi dan bertatakrama dengan
lingkungan kerja dalam perusahaansebagai insan sosial.

5.1.2 Kesimpulan Khusus


1. Dari hasil perbandingan metode drying baik menggunakan moistmeter
maupun oven hasilnya dapat dipertanggungjawabkan untuk
menggantikan metode TM. Semakin rendah hasil Moistmeter dan
Oven maka semakin sedikit kandungan air pada Batu bara.
2. Dari hasil Analisis breakable rasio pada produk L-Lysine HCl dengan
variasi suhu dapat dipertanggungjawabkan. Semakin rendah hasil
moist maka lumpy semakin rendah sehingga % breakable rasio
semakin tinggi.
3. Dari hasilAnalisis Purity Produk L-Tryptophan dengan Perbandingan
Metode oven dan moist, serta pelarut menggunakan Aceton Nitril
10% dan Mili-Q keduanya tidak signifikan. Hasil pengujian yang
dilakukan dengan kedua metode dan pelarut tersebut dapat
dipertanggung jawabkan dilihat dari perbandingan dengan Analisa
purity yang dilakukan sehari-hari pada HPLC.

42
5.2 Saran
Saran yang dapat ditujukan untuk perusahaan adalah sebagai berikut :
1. Untuk proses Drying Batu bara agar mempersingkat waktu dan
energy dapat menggunakan metode moistmeter dan oven untuk
menggantikan metode TM.

2. Untuk proses Drying sebelum packing dapat mennggunakan suhu


1400C agar produk tidak mudah menggumpal.

3. Untuk metode Drying yang digunakan pada analisis purity L-


Tryptophan lebih baik mengguunakan metode moist yang lebih
sederhana dan waktu lebih singkat. Sedangakan untuk pelarut yang
digunakan sebaiknya menggunakan Mili-Q Karena mudah
didapatkan dan lebih murah.

43
DAFTAR PUSTAKA

Instrumen HPLC (http://lansida.blogspot.co.id/2010/07/hplc-kromatografi-cair-


kinerja-tinggi.html)

Habibi, Ahmad Ikhwan. 2015. Instrumen Kimia HPLC. Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Walisongo.
Settle, F (Editor), 1997, Handbook of Instrumental Techniques for Analytical
Chemistry, Prentice Hall PTR, New Jersey, USA.
Meyer, F.R., 2004, Practical High-Performance Liquid Chromatography, 4th Ed.,
John Wiley & Sons, New York.
Kealey, D and Haines, P.J., 2002, Instant Notes: Analytical Chemistry, BIOS
Scientific Publishers Limited, New York.
Kenkel, J., 2002, Analytical Chemistry for Technicians, 3th. Edition., CRC Press,
U.S.A.
Snyder, L. R., Kirkland, S.J., and Glajch, J.L., 1997, Practical HPLC Method
Development, John Wiley & Son, New York.
Munson, J.W., 1981, Phrarmaceutical Analysis: Modern Methods, Part A and B,
diterjemahkan oleh Harjana dan Soemadi, Airlangga University Press,
Surabaya.
Cserhati, T. And Forgacs, E., 1999, Chromatography in Food science and
Technology, Technomic Publishing, Lancaster, Basel

44
Lampiran 1

45
Lampiran2

DOKUMENTASI KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)

Uji HPLC Uji Moist

Uji Lumpy Uji Kontaminasi

46
UjiShaker Uji Metode Oven

47

Anda mungkin juga menyukai