1 Latar Belakang
Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam menyiapkan
keterampilan dan kecakapan seseorang seperti mahasiswa untuk memasuki
dunia kerja. Agar dapat memahami dan memecahkan setiap permasalahan
yang muncul di dunia kerja, maka mahasiswa perlu melakukan kegiatan
Praktek Kerja Lapangan (PKL) secara langsung di perusahaan atau instansi
yang relevan yang merupakan kerja nyata mahasiswa di berbagai lingkungan,
baik di lingkungan departemen, lembaga pemerintah, BUMN serta
perusahaan-perusahaan swasta. Selain itu, PKL merupakan salah satu
kontribusi yang dapat diberikan mahasiswa sebagai perwujudan Tri Dharma
Perguruan Tinggi. Oleh karena itu mahasiswa Program Studi Fisika FMIPA
Universitas Negeri Malang sangat perlu untuk melaksanakan PKL guna
menambah wawasan sebagai aplikasi dalam beberapa bidang dan
menjadikannya sebagai tempat menempa ilmu dan keterampilan yang
diperoleh selama menjalani masa perkuliahan.
Seiring dengan perkembangan ilmu dan kemajuan zaman dalam
bidang teknologi dan informasi, maka kebutuhan sumber daya manusia yang
berkualitas juga semakin meningkat pula. PKL dianggap sebagai suatu
kegiatan yang dapat membina mahasiswa untuk aktif berfikir kritis, cepat,
dan tanggap dalam memecahkan masalah yang terjadi. Oleh karena itu,
melalui PKL ini, diharapkan mahasiswa nantinya bisa mendukung arus
teknologi dan informasi yang semakin berkembang pesat.Selain itu, pihak
perguruan tinggi dapat mengetahui sejauh mana program atau kurikulum
program studi Fisika yang diterapkan dan dapat menjadi sarana evaluasi yang
sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Dengan adanya program PKL ini bisa menjadi sarana untuk
memperkenalkan instansi perguruan tinggi khususnya Program Studi Fisika
UM pada instansi atau perusahaan yang membutuhkan lulusan atau tenaga
kerja yang dihasilkan oleh perguruan tinggi,sedangkan ditinjau dari segi
manfaat bagi perusahaan, yaitu sebagai sarana penghubung kerjasama antara
instansi atau perusahaan dengan lembaga perguruan tinggi mengenai
pengembangan R & D (Research and Development). Selain itu, sebagai
1
sarana untuk melihat kemampuan dan kinerja dari mahasiswa, khususnya
mahasiswa jurusan Fisika Universitas Negeri Malang menurut bidang
keahlian masing-masing, yang diharapkan mampu melakukan berbagai
pengembangan atau inovasi inovasi baru di industri yang bersangkutan,
khususnya di PT. Cheil Jedang Indonesia.
Cheil Jedang merupakan perusahaan Sugar Refinery yang didirikan
pada tahun 1953 di negara Korea. Perusahaan ini pada masa
perkembangannya merupakan pembuat makanan jadi dan penghasil
kebutuhan rumah tangga. Sejak tahun 1980 Cheil Jedang melakukan
penetrasi pasar ke luar negeri, dengan ditandai berdirinya PT. Cheil Samsung
Astra di Rejoso, Pasuruan Jawa Timur, yaitu suatu perwakilan pabrik Cheil
Jedang yang terbesar di Indonesia. Pada tahun 1993 Cheil Jedang melakukan
diversifikasi usaha dan terpisah menjadi 2 badan usaha yaitu Samsung Group
dan Cheil Jedang Group. Pada tahun 1996 Cheil Jedang Group mendirikan
perusahaan di Indonesia yang berlokasi di Desa Jatigedong, Kecamatan
Ploso, Kabupaten Jombang, Propinsi Jawa Timur dengan nama PT. Cheil
Jedang Indonesia.
PT. Cheil Jedang Indonesia Pasuruan merupakan salah satu industri
yang bergerak dibidang Bioproses terbesar di Indonesia dengan produk
utamanya adalah L- Lysine, L-Theronin, L-Triptopan danMSG serta produk
samping yaitu Prosine, Liquid Fertilizer (Bagitani) dan Pupuk Bio Green.
Asam Amino Lisin Merupakan Sumber Protein Yang Sangat Penting
Digunakan Ternak Untuk Meningkatkan Produksi Dan Produktifitas. Lisin
merupakan salah satu dari 4 asam amino pembatas utama dalam ransum
unggas. Asam amino pembatas lainnya adalah metionin, triptofan, dan
arginin. L-lysine sebagai aditif pakan telah banyak diteliti, terbukti mampu
menghasilkan peningkatan efisiensi pakan babi dan pada unggas dihasilkan
peningkatan produksi daging dada. L-lysine yang dipasarkan adalah L-lysine
HCl dengan kadar minimum 98,5% L-lysine monohidroklorida.
Pada industri yang bergerak dibidang Bioproses khususnya proses
fermentasi membutuhkan senyawa organik seperti ammonia yang digunakan
sebagai sumber nitrogen untuk pertumbuhan bakteri sehingga limbah
2
buangan masing- masing proses masih mengandung ammonia berkonsentrasi
tinggi. Salah satu metode pengolahan limbah amonia yang dapat menurunkan
konsentrasi ammonia yang berkonsentrasi tinggi di PT Cheil Jedang
Indonesia adalah air stripping, tetapi efisiensi penurunannya masih dibawah
50%. Hal ini dapat dilihat pada data awal konsentrasi ammonium nitrogen
pada tanggal 5 Agustus 2010 yaitu 5000ppm dan setelah proses air stripping
kadar Amonium nitrogen menjadi 3000ppm. Masih tingginya konsentrasi
ammonium nitrogen mempengaruhi banyaknya penggunaan bahan kimia
pada treatment lanjutan.
KBK Material merupakan salah satu KBK (Kelompok Bakat dan
Keahlian) di Fisika UM, yang mempelajari jenis-jenis, sifat fisis, sifat kimia
dan sifat biologi pada material. Selain mempelajari secara teori, mahasiswa
Fisika Material juga melakukan praktikum dan eksperimen seperti
mensintesis suatu material menjadi bahan nanopartikel, filtrasi, dekantasi,
destilasi, ekstraksi, spin coating, dan masih banyak lagi. Di samping,
melakukan eksperimen, mahasiswa Fisika Material juga melakukan uji dan
analisis seperti uji XRD, SEM, TEM, FT-IR, UV-VIS, EDAX, dan lain-lain.
Output dari mahasiswa Fisika Material diharapkan dapat terjun ke industri
pengolahan material, seperti di PT Cheil Jedang, sehingga mahasiswa Fisika
Material dapat menjadi analis dan researcher.
Dari pengujian raw material dan produk menggunakan prinsip kimia
dan fisika yang berhubungan dengan analisis material. Berdasarkan hal
tersebut, maka dalam Praktek Kerja Lapangan di PT Cheil Jedang Indonesia
penulis mengangkat tema Praktek Pengujian Raw Material dan Produk
di Quality Assurance PT. Cheil Jedang Indonesia.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari pelaksanaan PKL adalah:
1. Untuk memenuhi matakuliah wajib di Program Studi Fisika.
2. Untuk menerapkan berbagai ilmu yang telah diperoleh di bangku kuliah
dalam mengkaji atau menyelesaikan berbagai bidang permasalahan di
lingkungan industri, balai penelitian, atau instansi lainbaik instansi
3
pemerintah maupun swasta yangberkaitan dengan bidang fisika melalui
praktek kerja lapangan.
3. Untuk melatih diri beradaptasi dan bertatakrama dengan lingkungan
kerja sebagai insan sosial dan sebagai ilmuwan.
1.2.2 Tujuan Khusus
Tujuan Khusus dari PKL ini adalah:
1. Untuk mengetahuiAnalisis raw material pada batu bara dengan
perbandingan metode Drying.
2. Untuk mengetahui Analisis Breakable Rasio pada produk L-Lysine
HCl dengan variasi suhu.
3. Untuk Analisis Purity Produk L-Tryptophan dengan Perbandingan
Metode dan Pelarut.
1.3 Manfaat
Kegiatan praktek kerja lapangan ini diharapkan dapat memberi manfaat
kepada mahasiswa, jurusan Fisika Universitas Negeri Malang. Manfaat yang
diharapkan adalah sebagai berikut.
4
1.3.3 Bagi PT Cheil Jedang Pasuruan
1. Merupakan sarana kerjasama antara PT Cheil Jedang Indonesia
dengan Jurusan Fisika UM mengenai pengembangan R & D
(Research and Development), dimana hasil riset dimungkinkan untuk
dikembangkan dan diaplikasikan di PT Cheil Jedang Indonesia.
2. Sebagai sarana untuk merekrut tenaga kerja yang profesional dan
berkompetensi di bidang keahlian.
Metode yang digunakan dalam pelaksanaan praktek kerja lapangan ini adalah
1. Survei Lapangan
2. Pelamaran ke Perusahaan
3. Studi literatur
Dilakukan dengan membaca buku dan literatur yang berisi tentang
analisa kualitas produk hasil olahan asam amino.
5
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Asam Amino
6
yang membebaskan energi melalui perombakan nutrient. Pada proses disimilasi,
senyawa substrat yang merupakan sumber enegi diubah menjadi senyawa yang
lebih sederhana atau tingkat energinya lebih rendah. Reaksi disimilasi merupakan
aktivitas katabolic sel.
7
b. Oksigen
Udara atau oksigen selama proses fermentasi harus diatur sebaik mungkin
untuk memperbanyak atau menghambat pertumbuhan mikroba tertentu. Setiap
mikroba membutuhkan oksigen yang berbeda jumlahnya untuk pertumbuhan atau
membentuk sel-sel baru dan untuk fermentasi.
c. Substrat
Seperti halnya makhluk lain, mikroorganisme juga membutuhkan suplai
makanan yang akan menjadi sumber energi, dan menyediakan unsur-unsur kimia
dasar untuk pertumbuhan sel. Substrat (makanan) yang dibutuhkan oleh mikroba
untuk kelangsungan hidupnya berhubungan erat dengan komposisi kimianya.
Kebutuhan mikroorganisme akan substrat juga berbeda-beda. Ada yang
memerlukan substrat lengkap dan ada pula yang tumbuh subur dengan substrat
yang sangat sederhana. Hal itu karena beberapa mikroorganisme ada yang
memiliki sistem enzim (katalis biologis) yang dapat mencerna senyawa-senyawa
yang tidak dapat dilakukan oleh mikroorganisme lain. Komposisi kimia hasil
pertanian yang terpenting adalah ptotein, karbohidrat dan lemak. Pada pH 7,0
protein mudah sekali digunakan oleh bakteri sebagai substrat. Karbohidrat seperti
pektin, pati dan lainnya merupakan substrat yang baik bagi kapang dan beberapa
khamir.
d. Air
Mikroorganisme tidak dapat tumbuh tanpa adanya air. Air dalam substrat
yang digunakan untuk pertumbuhan mikroorganisme dinyatakan dalam istilah
water activity atau aktivitas air = aw, yaitu perbandingan antara tekanan uap dari
larutan (P) dengan tekanan uap air murni (Po) pada suhu yang sama.
2.3 Produk
8
PT. Cheil Jedang Indonesia merupakan satu-satunya produsen L-
Lysine HCl di Indonesia dan termasuk salah satu dari lima negara
produsen di dunia.
L-Lysine Sulfate merupakan salah satu jenis asam amino esensial yang
digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan ternak. L-Lysine Sulfate
di produksi dalam bentuk butiran-butiran granul berwarna coklat.
Produk ini merupakan produk terbaru dan baru di produksi pada bulan
juli 2013.
2.3.3 L-Tryptophan
9
atom nitrogen pada rantai samping (Stryer1995). Gambar 2
menunjukkan struktur triptofan. Triptofan terdapat di dalam
tanahdengan konsentrasi rendah yang dapat digunakan oleh
mikroorganisme untuk
membentuk auksin (Lehbuhn et al. 1994 dalam Arkhipchenko 2004).
2.3.6 Biogreen
10
Biogreen merupakan pupuk organic/Bio green merupakan produk
sampingan atau olahan limbah dari proses produksi L-Lysine, L-
Tryptophan dan L-Threonine.
11
asam dan basa lemah, hidrolisis garam serta ion-ion logam akan
dikendalikan oleh pH dari suasana mediumnya. Dengan demikian, kita dapat
mengatur kondisi pemisahan dengan mengubah-ubah pH dari sistem atau
menggunakan larutan penyangga untuk mempertahankan pH.
Pada pemisahan logam menunjukan bahwa kerja pH mengubah
keterpisahan dan juga bentuk kromatogram. Dengan demikian, untuk kerja
pemisahan baik senyawa-senyawa anorganik maupun organik dapat
dioptimasi dengan menggunakan parameter pH fase gerak.
12
Injekor merupakan tempat masuknya sampel. Sampel yang
dimasukkan ke dalam HPLC hanya beberapa puluh mikroliter.
adakalanya injektor merupakan suatu sistem autosampler.
3. Kolom
Kolom merupakan jantung kromatograf. Keberhasilan atau kegagalan
analisis bergantung pada pilihan dan kondisi kerja yang tepat. Kolom
dapat dibagi menjadi kolom analitik dan kolom pengaman. Kolom
kromatogram yang biasa digunakan adalah jenis C-18 yang digunakan
sebagai fase diam yang mampu memisahkan senyawa-senyawa dengan
kepolaran yang rendah, sedang, dan tinggi. Sedangkan kolom
pengaman untuk menyaring kotoran dan menjenuhkan fase diam.
4. Detektor
Detector diperlukan membaca adanya komponen cuplikan didalam
eluen kolom dan mengatur jumlahnya. Detektor pada HPLC
dikelompokkan menjadi 2 golongan yaitu: detektor universal (yang
mampu mendeteksi zat secara umum, tidak bersifat spesifik, dan tidak
bersifat selektif) seperti detektor indeks bias dan detektor spektrometri
massa; dan golongan detektor yang spesifik yang hanya akan
mendeteksi analit secara spesifik dan selektif, seperti detektor UV-Vis,
detektor fluoresensi, dan elektrokimia.
13
Sebelum menggunakan alat HPLC harus dilakukan verifikasi yang meliputi
3 macam uji yaitu:
1. Uji Linieritas
Uji yang dilakukan untuk menguji ketepatan alat yang ditunjukkan
dengan adanya hubungan linier antara konsentrasi zat dengan respon
alat. Syarat R2 > 0.999
2. Uji Repeatabilitas
Uji yang dilakukan untuk mengetahui kestabilan alat. %RSD <1%
3. Uji Akurasi
Uji yang dilakukan untuk menguji ketepatan pembacaan konsentrasi
standar oleh alat. Selisih <1%
Unit pengolahan limbah pada WWT PT. Cheil Jedang Indonesia, Pasuruan
adalah :
a. Chemical Tank
Unit pengolahan yang berfungsi sebagai tempat untuk mereaksikan
zat-zat kimia pembantu seperti Alumunium Sulfate, Kurifix R, Kurifloc
R
, NaOH, sebelum dialirkan ke unit pengolahan yang lain.
b. Pretreatment Tank
Unit pengolahan yang berfungsi ssebagai tempat penampungan air
limbah ketika pertama kali masuk IPAL, pada unit ini terjadi proses
pengendapan secara kimia.
c. Cooling Tower
Unit ini berfungsi untuk menurunkan temperature limbah yang ekstrim
sampai dengan temperature 36-37 celcius sehingga dapat diolah lebih
lanjut pada treatment berikutnya.
d. Storage Tank
Unit pengolahan yang berfungsi sebagai tempat menampung air
limbah dan sebagai tempat untuk proses homogenisasi kualitas air
limbah.
e. Aeration Pond
14
Unit pengolahan yang berfungsi sebagai tempat terjadinya proses
bioloigs, pada unit ini digunakan sistem Lumpur Aktif.
f. Reaction Tank
Unit pengolahan yang berfungsi sebagai tempat mengontrol pH air
limbah dan sebagai injection chemical Alum Sulfate dan Flokulan.
g. Collection Tank
Unit pengolahan yang berfungsi sebagai tempat menampung air
limbah yang berasal dari sumber lain lain dan sebagai tempat
homogenisasi kualitas air limbah.
h. Sedimentation Pond
Unit pengolahan yang berfungsi sebagai tempat penampungan air
limbah dari proses biologi. Pada unit ini terjadi pengendapan alami.
i. Effluent
Unit yang berfungsi sebagai indicator sebelum dialirkan ke badan air
yang dilengkapi dengan pH sensor dan Monitor CCTV secara online.
j. Thickener
Unit pengolahan yang berfungsi sebagai tempat menampung lumpur
yang berasal dari seluruh proses pengendapan selama pengolahan
sebelum di olah di beltpress.
k. Belt Press
Unit pengolahan yang berfungsi untuk memadatkan lumpur dari
thickener.
l. Blower
Blower merupakan unit untuk mensupplay udara pada kolam aerasi.
15
Gambar 4 . Proses WWT
16
BAB III
17
Maret 1991 : PT. Cheil Samsung Astra diresmikan
oleh presiden Soeharto.
18
Maret 2013 : Produksi MSG di PT. Cheil Jedang
Indonesia di Pasuruan dipindah ke PT.
Cheil Jedang Indonesia Jombang, Jawa
Timur.
19
Tahun 2011 : Peluncuran produk terbaru bernama
Tryptophan
20
mesin proses dalam pabrik yang berguna bagi kelancaran proses
produksi. Pengaturan bangunan dan peralatan pabrik tersebut
fungsional, efisien, dan ekonomis sehingga dapat memperlancar
jalannya proses produksi serta memberikan keamanan, kenyamanan
bagi para karyawan yang bekerja di pabrik.
1. Komplek perkantoran.
2. Komplek welfare
5. Unit dekstrose
7. Unit Material
8. Unit Pendukung
21
Kegiatan yang dijadwalkan selama PKL dapat dilihat pada Tabel 2.
No Tanggal Kegiatan
1 2 Januari 2017 Pembekalan PKL (sejarah
perusahaan, struktur organisasi dan
keselamatan kerja)
2 3 Januari 2017 Pengenalan tentang departemen
penjaminan mutu (Quality
Assurance)
3 4-5 Januari 2017 Mempelajari semua pengujian yang
ada di bagian Incoming Material
4 6-9 Januari 2017 Mempelajari semua pengujian yang
ada di bagian Process Analysis
5 10-11 Januari 2017 Mempelajari semua pengujian yang
ada di bagian produk analysis
6 12-13 Januari 2017 Mempelajari semua pengujian yang
ada di bagian Contamination
7 16-20 Januari 2017 Mempelajari semua pengujian yang
ada di bagian HPLC
8 21-22 Januari 2017 Mengerjakan Tugas Khusus 1 (batu
bara)
9 23-24 Januari 2017 Mengerjakan Tugas Khusus 2
(lysine)
10 25-27 Januari 2017 Mengerjakan Tugas Khusus 3
(HPLC)
11 30 Januari 2017 Belajar pengolahan Limbah cair di
bagian WWT
12 31 Januari 2017 Presentasi tentang tugas khusus yang
telah dilakukan
22
Pengawasan mutu di PT. Cheil Jedang Indonesia merupakan salah satu
seksi pendukung yang bertanggung jawab dalam mengontrol kualitas semua
bahan baku, proses produksi, hingga produk jadi sebelum dipasarkan. Tujuan
assurance kualitas ini untuk mencapai kebijakan mutu, kebijakan lingkungan, dan
kebijakan manajemen sesuai visi dan misi perusahaan yakni mencapai costumer
satisfaction (kepuasan pelanggan). Kualitas dari semua bahan baku, proses
produksi, hingga produk jadi sebelum dipasarkan, di analisis terlebih dahulu oleh
seksi technical yaitu Quality Assurance (QA). Terdapat beberapa seksi dalam QA
di antaranya analisis material (incoming material), analisis kontaminan, analisis
proses, analisis produk, dan HPLC.
1. Raw Material
b. Tepung Tapioka
pH : 5.0 7.0
23
Whiteness : minimal 90%
Sukrosa : 3% Volume
pH : 5.0 7.0
Ca2+ : 10 g/L
24
Berikut ini beberapa analisis yang dilakukan pada Raw material :
3. Analisis pH
Analisis kadar starch dilakukan untuk mengetahui kadar pati yang ada
dalam tepung tapioca. Sebagian besar tepung tapioca mengandung
25
karbohidrat. Selain itu, juga terdapat protein, lemak, dan komponen-
komponen lain yang berbeda dalam jumlah relative kecil. Komponen-
komponen tersebut saling berikatan, oleh karena itu perlu dilakukan
pemisahan dengan cara hidrolisis terlebih dahulu.
7. Analisis Whiteness
2. Sub Material
H2SO4
HCl
NaOH
NaOCl
H3PO4
KOH
3. Packing Material
26
kg, K/P Lysine 25 kg, K/P Tryptophan 10 kg, Tycon Lysine HCl 800/825 kg,
Tycon Lysine HCl 500 kg, dan Tycon Lysine 800 kg.
c) Uji Produk
d) Uji Udara
27
Uji ini dilakukan untuk mengetahui kualitas udara yang ada di PT.
Cheil Jedang Indonesia. Sedangkan uji kontaminan udara di tempat
packing.
e) Uji SWAB
f) Pembuatan Media
a) Major Standart
28
Major Standart adalah standart yang ada pada analisis produk.
Nilai analisis produk harus sesuai dengan standart yang sudah ditentukan.
Kemudian hasil analisis dicatat di buku laporan analisis produk. Apabila
hasil analisis produk yang kita lakukan keluar dari standart yang berlaku
makan produk tersebut harus di reject atau NC ( Non Conformation).
b) Observation Standart
29
BAB IV
TUGAS KHUSUS
Batu bara merupakan batuan atau mineral yang secara kimia dan fisika
adalah heterogen yang mengandung unsur-unsur karbon, oksigen & hydrogen
sebagai sumber utama dan belerang serta nitrogen sebagai unsur tambahan.
Zat lain yaitu senyawa anorganik pembentuk ash tersebar sebagai partikel zat
mineral di seluruh senyawa batu bara. Batu bara merupakan bahan bakar
utama yang digunakan untuk pembangkit listrik oleh PT Cheil Jedang
Indonesia Karena mampu menghasilkan tenaga yang besar dengan tingkat
efisien yang sangat tinggi. Keunggulan batu bara sebagai bahan bakar utama
yaitu potensi panas yang dihasilkan relative stabil, praktis, tersedia dalam
jumlah relative besar dan murah. Jenis Batu bara yang digunakan dalam
perusahaan ini adalah Sub-bitumineous coal atau Lignite.
Batu bara yang memiliki kadar air tinggi diharapkan dapat teratasi
dengan metode lain yang lebih efektif dari segi estimasi waktu maupun segi
analisis drying. Metode yang dapatdigunakanyaitumetode moist danmetode
oven. Metode moist membutuhkan waktu 5 menituntukmenghilangkankadar
air dalambatu bara dandapatmengetahuipersentasekadar air
30
dalambahantersebut. Metode oven membutuhkanwaktu 3 jam
untukmengetahuipersentase kadar air dengan formula Metode Oven.
Hasildarimetode moist dan oven akandibandingkandenganpersentase TM (
Total Moisture ) untukmendapatkanpersentase RSD ( Relative Standart
Deviation ).
4.1.2 Tujuan
Tujuandaritugaskhususiniadalahuntukmengetahuiperbandinganmetode
drying menggunakan moist dan oven pada material batu bara.
4.1.3 Metode
a. Preparasi Sampel
Variasi 1
Variasi 2
Sampel 1 g
Variasi 3
Variasi 4
Variasi 1
Variasi 2
Sampel 2 g
Variasi 3
Variasi 4
Variasi 1
Variasi 2
Sampel 3 g
Variasi 3
Variasi 4
31
Gambar 5. Variasi bahan untuk Batu bara
A. Metode Moist
Prosedur Percobaan
B. Metode Oven
32
g. setiapsampeldilakukanpengulangan 4 kali untuk
memperkuathasilakhir.
Prosedur Percobaan
33
Berat Sampel (g) Rata-Rata %TM Keterangan
%Moist
4.1.5 Kesimpulan
Dari hasil % RSD baik moistmeter dan oven hasilnya lebih dari 1, sehingga
kedua metode itu tidak dapat digunakan untuk menggantikan metode TM.
34
4.2 Pengaruh Suhu Terhadap Moist Dan Breakable Rasio Pada Produk L-
Lysine HCl
Salah satu produk yang dihasilkan oleh PT. Chail Jedang adalah L-
lysine HCL. Produk L-lysine HCl digunakan untuk bahan tambahan pakan
ternak. L-Lysine HCl berbentuk Kristal berwarna putih kekuningan. L-lysin
HCL didapatkan dari fermentasi gula cair oleh bakteri Corynebacterium
glutamicum dengan metode fermentasi Batch-continous.
4.2.2 Tujuan:
Tujuan dari tugas khusus ini adalah mengetahui pengaruh suhu terhadap moist
dan breakable rasio dari produk L-lysine HCl.
35
4.2.3Metode Penelitian
HASIL
Gambar 7. Diagram Alir analisa pengaruh suhu terhadap penggumpalan produk L-Lysine HCl
36
4.2.4 Hasil dan Pembahasan
37
4.2.5 Kesimpulan
1. Dari hasil analisa yang dilakukan, semakin tinggi suhu maka kadar air
(%moist) rendah sehingga %Breakable Rasio akan semakin tinggi. Jika %
Breakable rasio tinggi diatas 85 % berarti kemampuan produk dapat memisah
sendiri setalah terjadi lumpy tersebut baik.
2. Dari hasil eksperimen suhu 1400C adalah suhu sesuai untuk mendapatkan nilai
moist dan nilai breakable rasio yang optimum.
4.3.1 Kegiatan :
4.3.3 Permasalahan :
1. Sifat produk dengan tingkat kelarutan rendah (sulit larut dengan air)
4.3.4 Tujuan :
38
3. Membandingkan dilusi/pelarut menggunakan MiliQ dan Aceton Nitril
39
7. Preparasi dilusi / pelarut
4.3.8 Kesimpulan :
40
4.3.9 Lampiran Data :
Tabel 5. Data hasil Analisis Purity
Purity Daily
Date Prepare Purity (%) (%)
41
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
42
5.2 Saran
Saran yang dapat ditujukan untuk perusahaan adalah sebagai berikut :
1. Untuk proses Drying Batu bara agar mempersingkat waktu dan
energy dapat menggunakan metode moistmeter dan oven untuk
menggantikan metode TM.
43
DAFTAR PUSTAKA
Habibi, Ahmad Ikhwan. 2015. Instrumen Kimia HPLC. Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Walisongo.
Settle, F (Editor), 1997, Handbook of Instrumental Techniques for Analytical
Chemistry, Prentice Hall PTR, New Jersey, USA.
Meyer, F.R., 2004, Practical High-Performance Liquid Chromatography, 4th Ed.,
John Wiley & Sons, New York.
Kealey, D and Haines, P.J., 2002, Instant Notes: Analytical Chemistry, BIOS
Scientific Publishers Limited, New York.
Kenkel, J., 2002, Analytical Chemistry for Technicians, 3th. Edition., CRC Press,
U.S.A.
Snyder, L. R., Kirkland, S.J., and Glajch, J.L., 1997, Practical HPLC Method
Development, John Wiley & Son, New York.
Munson, J.W., 1981, Phrarmaceutical Analysis: Modern Methods, Part A and B,
diterjemahkan oleh Harjana dan Soemadi, Airlangga University Press,
Surabaya.
Cserhati, T. And Forgacs, E., 1999, Chromatography in Food science and
Technology, Technomic Publishing, Lancaster, Basel
44
Lampiran 1
45
Lampiran2
46
UjiShaker Uji Metode Oven
47