Anda di halaman 1dari 62

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Sejarah dan Perkembangan Pabrik


Dalam berbagai kesempatan, pemerintah telah mencanangkan bahwa industri
pulp dan kertas akan merupakan industri andalan Indonesia yang menjadi salah satu
pemasok pulp dan kertas utama di pasaran internasional. Industri pulp dan kertas
merupakan industri yang mempunyai daya saing yang kuat dan mempunyai prospek
yang sangat baik di masa depan, karena memiliki keunggulan komparatif dan terbuka
bagi peluang pasar, baik domestik maupun pasar internasional.
Industri kertas sampai saat ini menunjukkan perkembangan yang sangat pesat.
Hal ini disebabkan oleh semakin meningkatnya permintaan kertas terutama dalam dunia
tulis dan cetak. Peningkatan permintaan kertas ini disebabkan oleh dua faktor penting,
yaitu peningkatan kebudayaan dan pertumbuhan penduduk yang cepat. Peningkatan
kebutuhan menyebabkan penggunaan kertas yang semakin meningkat pula.
Tingginya permintaan kertas tersebut mendorong industri pulp dan kertas di
Indonesia untuk meningkatkan produksinya baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya.
Hal ini dikarenakan kondisi alam di Indonesia yang kaya akan hutan hujan tropis yang
merupakan sumber daya alam yang melimpah untuk bahan baku dan pembuatan pulp,
membutuhkan pengolahan yang tepat untuk mendapatkan kualitas pulp yang oPT.imal.
Hal ini akan berpengaruh langsung terhadap kualitas kertas yang dihasilkan. Disamping
itu, teknologi pengolahan dari bahan penunjang yang akan digunakan dalam proses juga
sangat berperngaruh terhadap kualitas kertas.
Sebagai pabrik pulp pertama di Provinsi Sumatera Selatan, PT.Tanjung Enim
Lestari Pulp and Paper merupakan Pabrik pulp termodern yang menggunakan teknologi
mutakhir. Latar belakang perusahaan ini dimulai pada tahun 1991 saat penanaman
pertama Acasia Mangium di Suban Jeriji, Sumatera Selatan yang merupakan
kesempatan yang baik untuk membangun pabrik pulp yang menggunakan bahan baku
Acasia Mangium. PT.Tanjung Enim Lestari Pulp and Paper merupakan Perusahaan
Modal Asing (PMA) joint-venture antara Marubeni Group, Sumatera Group, dan Barito

Page 1 of 62
Pacific Group. Pembangunan proyek ini dibiayai oleh suatu Consortium Bank
Internasional. Pada Bulan Desember 1999, pabrik ini mulai berproduksi dan pengapalan
produk perdana besar 7200 Adt melalui pelabuhan Tarahan pada tanggal 7 Februari
2000. Pihak menejemen PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper juga menyadari
sepenuhnya bahwa kegiatan produksi yang dilakukan dapat memberikan dapak penting
bagi lingkungan di sekitar industri, sehingga PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper
telah berhasil mendapatkan pengakuan internasional dengan diberikannya ISO 14001
pada tanggal 19 Juli 2007 oleh SGS.

1.2. Lokasi Perusahaan


PT. Tanjung Enim Lestari Pulp and Paper secara resmi didirikan pada tanggal
18 Juni 1990 dan memulai kegiatan pembangunan pabrik sejak pertengahan 1997, yang
berlokasi di desa Niru Kecamatan Rambang Dangku, Kabupaten Muara Enim, Provinsi
Sumatera Selatan dan menempati areal luas 1280 Ha, dengan peruntukan lahan masing-
masing meliputi pabrik, perumahan, penimbunan bahan baku, unit pengolahan limbah,
infrastruktur penunjang, dan buffer zone (kawasan hijau). Pabrik mempunyai kapasitas
produksi pulp sebesar 1430 ton/ hari atau 450.000 ton/tahun.

Tabel 1.1 Rencana Peruntukan Lokasi Area Pembangunan Industri Pulp

No Rencana Fisik Pembangunan Alokasi Pembangunan Lahan


1 Pabrik 255*
2 Townsite 125
3 Penimbunan Bahan Baku 50
4 Unit Pengolahan Limbah 225
5 Infrastruktur Penunjang
a. Landfill
b. Jalan 100
c. Jalan Kereta Api
6 Kawasan Hijau 525
Jumlah Lahan 1280
*Area letak rencana bangunan fisik seluas 110 Ha

Page 2 of 62
Pemilihan lokasi pabrik PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper di Kabupaten
Muara Enim ini berdasarkan faktor sebagai berikut :

1. PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper berjarak 30 km dari HTI, yaitu Musi Hutan
Persada.

2. PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper berjarak kurang dari 2 km dari sumber,
yaitu Sungai Lematang

3. Tersedianya transportasi darat, pelabuhan serta kota penunjang seperti Prabumulih,


Palembang, dan Bandar Lampung.

1.3. Jenis Produk yang Dihasilkan


Produk yang dihasilkan oleh PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper berupa
pulp (bubur kertas). PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper mempunyai kapasitas
produksi pulp sebesar 1430 ADT/hari atau 450.000 ADT/tahun. Untuk produksi pulp
dengan kapasitas tersebut dibutuhkan bahan kayu sebesar 1.935.000 m3/tahun atau 4,3
m3 untuk setiap ton pulp yang dihasilkan. Bahan baku tersebut diperoleh dari Hutan
Tanaman Industri (HTI) PT. Musi Hutan Persada (MHP), dan beberapa sumber HTI lain
di Kalimantan dan Sumatera.

1.4 Sistem Pemasaran


Produk yang dihasilkan PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper dipasarkan di
dalam dan diluar negeri. Untuk pemasaran di luar negeri 91% dan untuk dalam negeri
9%.

Menurut perencanaan dari hasil produksi akan di ekspor ke Negara Jepang dan
Amerika Serikat, sedangkan untuk dalam negeri di pasarkan ke pulau Jawa. Pemasaran
pulp ke Negara-negara tersebut di koordinasi oleh :

a. Singapore Pulp Private Limited di Singapura, memasarkan pulp ke seluruh Negara


tujuan selain Jepang.

b. Marubeni Corporation di Jepang, memasarkan pulp khusus di Jepang.

Page 3 of 62
Produk tersebut dipasarkan melalui Pelabuhan Panjang, Tarahan Lampung yang
dibawa dengan menggunakan kereta api dari Muara Enim menuju Pelabuhan Panjang.
Dari Pelabuhan Panjang kemudian pulp dipasarkan ke provinsi-provinsi Negara-negara
sesuai permintaan dengan melalui jalur laut untuk pemasaran ke luar negeri.

1.5 Sistem Manajemen

1.5.1 Struktur Organisasi

Secara umum struktur organisasi di PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper
adalah sebagai berikut :

Gambar 1.1 Struktur Organisasi PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper

PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper dipimpin oleh seorang President
Director bernama Koji Yamanaka. Dibawah kepemimpinan Presiden Director terdapat
empat direktur utama yaitu Vice President Director, Finance Director, Operation
Director, dan HRD and GA Director.

Vice President Director merupakan Wakil Presiden Direktur yang bertanggung


jawab pada bagian Procurement (Suplai bahan/pengadaan), Sales (penjualan), dan
Transport (pengangkutan).

Finance Director merupakan Direktur Keuangan yang memimpin kepala Divisi


Keuangan yang berada di kantor PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper di Jakarta.

Page 4 of 62
HRD and GA Director merupakan direktur yang bertanggung jawab pada bagian
sumber daya manusia dan administrasi.

Operation Director merupakan direktur teknis yang memimpin General Mill


Manager (GMM). GMM merupakan seorang pimpinan pabrik yang memimpin tiga
kepala divisi yaitu Technical Division Head (TDIV Head), Production Division Head
(PDIV Head), dan Engineering Divisioan Head (EDIV).

1. Production Division Head (PDIV)

Production Division terdiri dari beberapa departemen yaitu:

a. Log Procurement DePT./Departemen Pengadaan Kayu (LPD)

 Inland Log Buying Section (IL)


 Outside Log Buying Section (OL)

b. Chip Wood DePT./Departemen Pengisian Kayu (CWD)

 Wood Yard Section (WY)


 Chip Handling Section (CH)

c. Recovery Plant DePT./Departemen Recovery Bahan Kimia Pemasak (RPD)

 Power Plant Section (PW)


 Recovery boiler (RB)
 Recaustisizing and Lime Kiln (RL)

d. Production DePT./Departemen Produksi (PDD)

 Cooking Bleaching (CB)


 Pulp Machine (PM)
 Effluent Treatment (ET)

e. Chemical Plant DePT./Departemen Pabrik Kimia (CPD)

 Chemical Plant (CP)

Page 5 of 62
2. Technical Division (TDIV)

Technical Division terdiri dari dua departemen yaitu:

a. Marketing and Quality Assurance Department/Departemen Pemasaran dan Jaminan


Kualitas (MQD)

 Quality Assurance (QA)


 ISO Section (IS)
 Technical Evaluation and Development Section (TE)

b. Environmental DePT./Departemen Lingkungan (END)

 Environmental Section (EN)

3. Engineering Division (EDIV)

a. Electrical and Instrument DePT./Departemen Listrik dan Instrumen/DCS (EID)

 Electrical Section (EL)


 Instrument and DCS Section (ID)
 Planning and Scheduling Section (PS)

b. Engineering DePT./Departemen Teknik (EGD)

 Engineering Project (EP)


 Service Section (SE)
 Civil Section (CV)

c. Mechanical Maintenance DePT./Departemen Peralatan Mesin (MMD)

 Maintenance Specialist (MS)


 Preventive (PV)
 Central Shop (CS)
 Maintenance Power (MP)
 Maintenance Recovery (MR)
 Maintenance Boiler (MB)
 Maintenance Chemical (MC)

Page 6 of 62
d. Heavy Vehicle DePT./Departemen Alat Berat (HVD)

 Yard Crew Section (YC)


 Heavy Vehicle Section (HV)

1.5.2 Kesejahteraan Karyawan

Demi kelancaran dan kesejahteraan karyawan, maka PT. Tanjungenim Lestari


Pulp and Paper menyediakan fasilitas bagi karyawan sebagai berikut:

a. Perumahan

Perusahaan menyediakan perumahan untuk setiap karyawan dan apabila


perumahan tidak mencukupi atau karyawan tidak mengambil fasilitas ini, maka bagi
karyawan yang tinggal di luar komplek perumahan akan diberikan tunjangan
perumahan.

b. Transportasi dan Kendaraan Dinas

Fasilitas Transportasi diberikan kepada karyawan dalam bentuk dalam


penyediaan bus perusahaan atau kendaraan dinas sesuai dengan jabatan, jenis pekerjaan,
dan keperluan kerja. Bus perusahaan mengantar dan menjemput karyawan baik pekerja
shift maupun non shift dengan rute dari pabrik ke perumahan hingga ke Prabumulih dan
sebaliknya.

c. Perlengkapan Kerja

Untuk keseragaman dan kemamanan PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper,
maka setiap pegawai akan mendapatkan perlengkapan kerja sesuai dengan departemen
masing-masing. Perlengkapan kerja yang didapatkan yaitu kartu pengenal, pakaian
kerja, sepatu safety, dan helm safety dan untuk pekerja di pabrik diberikan alat
pelindung diri (APD), alat komunikasi, dan perlengkapan lainnya.

Page 7 of 62
d. Sarana Ibadah

Untuk menunjang peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dalam


bidang kerohanian maka perusahaan menyediakan fasilitas ibadah di lingkungan
perusahaan agar pekerja menjalankan kewajiban menurut agamanya.

e. Asuransi

Sesuai dengan UU Nomor 3 Tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah Republik


Indonesia Nomo 83 Tahun 2000, perusahaan wajib mengikutsertkan setiap pekerja
dalam program Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JamSosTeK), yang meliputi:

 Jaminan Kecelakaan Kerja


 Jaminan Kematian
 Jaminan Hari Tua
 Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

f. Klinik

Karena pabrik jauh dari rumah sakit, maka perusahaan menyediakan klinik
sebagai pertolongan pertama.

g. Sarana Olahraga

Untuk menghilangkan kejenuhan karyawan, maka perusahaan menyediakan


sarana olahraga antara lain:

 Kolam Renang
 Lapagan Sepakbola
 Lapangan Voli
 Lapangan Badminton
 Lapangan Basket
 Lapangan Tenis

Page 8 of 62
h. Sarana Pendidikan

Untuk meningkatan kecerdasan bangsa, maka perusahaan menyediakan sarana


pendidikan bagi anak-anak karyawan PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper mulai
dari jenjang Taman Kanak-kanak (TK Lestari), Sekolah Dasar (SD Lestari), dan
Sekolah Menengah Pertama (SMP Lestari).

1.5.3 Peraturan kerja


a. Jam Kerja

PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper beroperasi selama 24 jam setiap hari
terus-menerus. Untuk menjaga ritme kerja, maka perusahaan membagi jam kerja
karyawannya. Jam kerja tersebut sebagai berikut:

1. Bagi pekerja non-shift, dibagi menjadi 2 shift:

Senin – Jum’at : 08.00 – 17.00 WIB

Istirahat makan siang : 12.00 – 13.00 WIB

2. Bagi pekerja shift, dibagi menjadi 4 shift:

Shift pagi : 08.00 – 16.00 WIB

Shift sore : 16.00 – 24.00 WIB

Shift malam : 24.00 – 08.00 WIB

Shift libur :-

b. Kerja Lembur

Setiap pekerja diminta untuk senantiasa bersedia melakukan kerja lembur


apabila ada pekerjaan mendadak untuk diselesaikan atau demi kelancaran pekerjaan
masing-masing departemen. Kerja lembur hanya dilakukan atas perintah atasan
langsung dimana pekerja bertugas.

Page 9 of 62
1.5.4 Prinsip Perusahaan

1. Mematuhi setiap undang – undang dan peraturan yang ada di Indonesia


maupun Internasional.
2. Melakukan kegiatan perusahaan secara transparan dan adil untuk
memperoleh dari masyarakat Lokal dan Internasional.
3. Menghasilkan Pulp yang aman dengan kualitas terbaik dari Hutan Taman
Industri dan melakukan praktek – praktek pengolahan hutan yang ramah
lingkungan.
4. Membina dan mengendalikan kepercayaan bersama antara manajemen
dan karyawan sebagai landasan.
5. MenciPT.akan masa depan yang lebih baik bagi karyawan dan
keluarganya dan juga memberikan kontribusi pembangunan sosial pada
masyarakat sekitar perusahaan.

1.5.5 Jaminan Kinerja Perusahaan dan Kualitas Produk

Di dalam peningkatan kinerja dari perusahaan dan jaminan bagi kualitas produk,
PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper berupaya untuk mendapatkan pengakuan dari
lembaga resmi yang mengeluarkan sertifikat tentang kinerja dan adapun sertifikasi yang
telah berhasil dicapai oleh PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper adalah sebagai
berikut :

A. ISO 9001 ( Bidang Manajemen Mutu )


Diperoleh sejak bulan Desember tahun 2001 sampai sekarang. Beberapa
hal yang dilakukan PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper dalam
menjalankan ISO 9001 adalah :
1. Mutu adalah hal yang paling utama di setiap kegiatan, mulai dari mutu
bahan baku, proses – proses serta produk yang dikontrol dan diatur
berdasarkan sistem mutu standar ISO 9001.

Page 10 of 62
2. Menanggapi kebutuhan konsumen setiap waktu, dengan mengirimkan
produk yang sesuai, tepat waktu serta memenuhi persyaratan baik dari
dalam maupun dari luar.
3. Mengembangkan hubungan yang jujur dan saling percaya pada
konsumen.

B. ISO 14001 ( Bidang Lingkungan)


Diperoleh sejak bulan juli tahun 2002 sampai sekarang. Beberapa hal
yang dilakukan PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper dalam menjalankan
ISO 14001 adalah :
1. Kegiatan perusahaan memenuhi peraturan yang berlaku.
2. Mencegah polusi.
3. Terus – menerus memperbaiki kinerja lingkungan.

Untuk menjalankannya, PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper


melakukan:

1. Produktif terhadap lingkungan dan menggunakan prosedur.


2. Memberi pengetahuan dan pelatihan kepada karyawan.
3. Komunikasi eksternal dan internal sebaik – baiknya tentang lingkungan.
4. Kerjasama yang baik dengan pemerintah dan pihak luar lainnya.
5. Hubungan baik dengan masyarakat sekitar.

C. FSC-CoC Diperoleh Sejak Juni Tahun 2007


Selain memiliki sertifikat ISO, PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper
juga telah mendapatkan sertifikat FSC-CoC/CW (Chain of Custody) untuk
penggunaan bahan baku Mixed-Threshold Wood dari FSC Afrika Selatan.
Dengan memperoleh sertifikat FSC-CoC/CW, berarti produk PT.
Tanjungenim Lestari Pulp and Paper tidak menggunakan bahan baku illegal
logging ( kayu illegal) dan produk Pulp dapat dilacak balak hingga ke blok
HTI yang spesifik untuk mengetahui sumber kayu Accacia Mangium yang
dipakai.

Page 11 of 62
Berikut merupakan persyaratan yang harus dipenuhi oleh PT.
Tanjungenim Lestari Pulp and Paper.
1. Kayu bukan dari Illegal Loging.
2. Tidak ada masalah sosial dengan masyarakat sekitar.
3. Kayu yang dipakai dapat di Tracking.
4. Kayu bukan dari hutan konservasi.

D. Proper Hijau Sejak 2004


PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper juga memperoleh sertifikat
Proper Hijau. Kriteria penilaian proper merupakan bentuk evaluasi terhadap
upaya penataan peraturan lingkungan hidup oleh setiap pelaku
usaha/kegiatan. Proper Hijau menunjukan bahwa PT. Tanjungenim Lestari
Pulp and Paper telah melakukan pengelolaan lingkungan lebih dari yang
dipersyaratkan, telah mempunyai sistem pengelolaan lingkungan,
mempunyai hubungan yang baik dengan masyarakat, termasuk melakukan
upaya 3R (Reuse, Recycle, Recover).
Di dalam Program Penilaian Kinerja Perusahaan (PROPER) yang
dilakukan KNLH, PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper telah suskes
mempertahankan peringkat hijau berturut – turut periode 2002-2015.

E. Sertifikat Verifikasi Legallitas Kayu (SVLK)


PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper juga memperoleh Sertifikat
Verifikasi Legallitas Kayu (SVLK) yang merupakan sistem pelacakan yang
disusun secara multi stakeholder untuk memastikan legalitas sumber kayu
yang beredar diperdagangan Indonesia. Tujuan dari SVLK ini agar semua
produk kayu beredar dan diperdagangan memiliki status legalitas yang
meyakinkan.
Selain itu juga salah satu upaya mengatasi persoalan pembalakan liar.
Kementrian Kehutanan sebagai pembuat kebijakan dan Komite Akreditasi
Nasional melakukan akreditasi, melakukan penilaian, dan/atau melakukan

Page 12 of 62
verifikasi legalitas kayu berdasarkan sistem dan standar yang ditetapkan
pemerintah.

F. Sertifikat Manajemen Kesehatan Keselamatan Kerja/OHSAS (SMK3)


PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper juga memperoleh Sertifikat
Manajemen Kesehatan Keselamatan Kerja/OHSAS (SMK3). Tujuan dari
SMK3 adalah sebagai suatu sistem manajemen secara keseluruhan yang
meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan,
proses, dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan,
pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan
kesehatan kerja guna terciPT.anya kerja yang aman, efisiensi dan produktif.
SMK3 adalah standar serupa dengan Occupational Health and Safety
Assesment Series (OHSAS) 18001, standar ini dibuat oleh beberapa lembaga
sertifikasi dan lembaga standarisasi kelas dunia.

G. ISEGA
PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper juga memperoleh sertifikat
ISEGA. Tujuanj pemberian sertifikat yaitu menunjukan bahwa Pulp yang
dihasilkan oleh PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper 100% food grade,
ramah lingkungan, mudah didaur ulang, serta biodegrade.

H. Objek Vital Nasional Sektor Industri (OVNI)


PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper Juga merupakan salah satu
perusahaan industri atau kawasan industri yang ditetapkan sebagai Objek
Vital Nasional Industri (OVNI). Pemberian sertifikat ini merupakan bentuk
publikasi dan pengakuan status bahwa industri atau kawasan industri tersebut
memang layak mendapatkan perlindungan dari sisi pengamanan. Selain itu
juga menunjukan telah terjalinya kerja sama strategis antara KEMENPERIN,
POLRI, dan perusahaan industri atau kawasan industri berstatus OVNI, yang
diharapkan dapat saling bersinergi untuk memajukan dan mewujudkan iklim
usaha industri yang kondusif dalam rangka mendukung tumbuh dan

Page 13 of 62
berkembangnya industri yang berdaya saing sehingga berdampak pada
kemajuan bangsa Indonesia.
Secara khusus, jaminan keamanan bagi industri diharapkan membuat
lancarnya kegiatan produksi bagi perusahaan-perusahaan, termasuk para
karyawannya yang bekerja dan berkarya didalamnya. Objek Vital Nasional
Sektor Industri langsung mendapatkan perlindugan keamanan. Adapun
pengamanan yang diberikan oleh kepolisian RI disesuaikan nilai investasi,
luasnya lahan, jumlah karyawan, dan faktor – faktor lainya yang telah
disesuaikan dengan sistem yang dirumuskan oleh polri melalui SKEP
738/2005 tentang sistem pengamanan Objek Vital Nasional.

I. Analisis Mengenai Dampak Lingkunga (AMDAL)


PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper juga menjalankan Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang dalam peraturan pemerintah
no.27 Tahun 1999 memiliki pengertian yaitu kajian mengenai dampak besar
dan penting suatu usaha/kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup
yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan di Indonesia.
Secara umum AMDAL mempunyai tujuan yaitu untuk menjaga dan
meningkatkan kualitas lingkungan hidup serta menekan pencemaran
sehingga dampak negatifnya menjadi serendah mungkin.

Page 14 of 62
BAB II

TINJAUAN UMUM

2.1 Bahan Baku

Bahan baku berasal dari jenis kayu Accasia Mangium yang akan mengalami
beberapa proses untuk menghasilkan pulp. Bahan baku tersebut dperoleh dari Hutan
Tanaman Industri PT. Musi Hutan Persada (PT. MHP) dan beberapa HTI lain dari
Kalimantan.

Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam dan merupakan bahan
mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai dengan kemajuan teknologi.
Kayu memiliki beberapa sifat yang tidak dapat ditiru oleh bahan lain.

Sifat umum yang terdapat pada kayu adalah :

1. Semua batang pohon mempunyai pengatur vertical dan sifat simetris radial.

2. Kayu tersusun dari sel-sel yang memiliki tipe bermacam-macam dan susunan sel
nya terdiri dari senyawa kimia berupa selulosa dan hemiselulosa (unsure
karbohidrat) serta berupa lignin (non karbohidrat).

3. Semua kayu bersifat anisotripic, yaitu memperlihatkan sifat yang berlainan jika
diuji menurut tiga arah utamanya (longitudinal, tangensial, dan radial). Hal ini
disebabkan struktur dan orientasi selulosa dalam dinding sel , bentuk memanjang
sel kayu dan pengaturan sel terhadap sumber vertical dan horizontal pada batang
pohon.

4. Kayu merupakan suatu yang bersifat higroskopik, yaitu bertambah


kelembabannya akibat perubahan kelembaban dan suhu udara sekitarnya.

5. Kayu dapat diserang oleh makhluk hidup perusak kayu, dapat juga terbakar
terutama kayu dalam keadaan kering. (J.F.Dumanauw, 1990)

Page 15 of 62
2.1.1 Sifat Kimia Kayu

Komponen didalam kayu mempunyai arti penting, karena menentukan kegunaan


dari jenis kayu tersebut, pada umumnya komponen kimia kayu daun lebar dan kayu
daun jarum terdiri dari 3 unsur :

a. Karbohidrat terdiri dari sellulosa dan hemiselulosa

b. Non karbohidrat yang berupa lignin

c. Ekstraktif, yaitu yang diendapkan dalam kayu selama proses pertumbuhan

Distribusi komponen kimia tersebut dalam dinding sel kayu merata, dan kadar
selulosa serta hemiselulosanya banyak terdapat dalam dinding sekunder. Sedangkan
lignin banyak terdapat dalam dinding primer dan lamella tengah. Zat ekstraktif terdapat
diluar dinding sel kayu. Unsur-unsur kimia dalam zat kayu adalah

a. Karbohidrat 50 %

b. Hidrogen 6 %

c. Nitrogen 0,04 –0,1 %

d. Abu 0,2-0,5%

e. Sisanya O2

Tabel 2.1 Komponen dan Golongan Kayu

Golongan Kayu
Komponen
Kayu Daun Lebar (%) Kayu Daun Jarum (%)

Sellulosa 40-45 41-44

Lignin 18-33 28-32

Pentosa 21-24 8-13

Page 16 of 62
Zat Ekstraktif 1-12 2-0.3

Abu 0,22-6 0,89

Sumber : Vadamecum kehutanan 1976

2.1.2 Sifat Fisik Kayu

Beberapa sifat fisik yang terdapat pada kayu adalah sebagai berikut :

1. Berat Jenis

Kayu mempunyai berat jenis yang berbeda, yaitu antara 0,2 – 1,8. Berat jenis
merupakan petunjuk penting bagi beberapa sifat kayu, makin berat kayu maka
pada umumnya makin kuat pula kayu tersebut. Berat jenis kayu ditentukan oleh
tebal dinding sel kayu, dan kecilnya rongga sel kayu yang membentuk pori-pori.

2. Keawetan Alami Kayu

Keawetan alami kayu adalah ketahanan kayu terhadap serangan dari unsur -
unsur perusak kayu dari luar, seperti ; jamur, rayap, bubuk, cacing dan lainnya
yang diukur dalam jangka tahunan.

3. Warna Kayu

Ada beberapa macam warna kayu, antara lain warna kuning, keputih-putihan,
coklat muda, coklat tua, kehitam-hitaman, dan kemerah-merahan. Warna pada
kayu disebabkan oleh zat pengisi warna.

4. Higroskopik

Higroskopik adalah suatu sifat yang dapat menyerap atau melepaskan air atau
kelembaban kayu sangat dipengaruhi oleh kelembaban dan suhu udara.

5. Berat Kayu

Berat suatu jenis kayu tergantung dari jumlah zat kayu yang tersusun

Page 17 of 62
2.2. Proses Produksi

Bahan baku berasal dari jenis kayu Accasia Mangium akan mengalami beberapa
tahap proses dari tahap persiapan hingga akhir menjadi pulp.

Kegiatan utama terdiri dari :

1. Penyiapan Bahan Baku (Woodyard and Chip Preparation)

2. Pemasakan Serpih Kayu (digesting)

3. Pencucian dan Pengayakan (Washing and Screening)

4. Delignifikasi Oksigen (Oxygen Delignifikasi)

5. Pengelantangan/Pemutihan (Bleaching)

6. Pengeringan dan Pembentukan Lembaran Pulp (Pulp Drying and Finishing)

Selain proses produksi diatas terdapat juga proses pendukung yaitu penyiapan
bahan kimia (chemical preparation plant)

2.2.1 Penyiapan Bahan Baku (Woodyard and Chip Preparation)

Tujuan dari proses ini adalah untuk menyiapkan bahan baku yang baik dan
memenuhi kriteria yang diinginkan sebagai bahan untuk proses pemasakan di unit
Digester. Sedangkan limbah yang dihasilkan dari penyiapan bahan baku berupa limbah
padat (13 % Bulk + 3 % Fines) akan digunakan sebagai bahan baku di power boiler.

a. Pengulitan (Debarking)

Potongan kayu akan dimasukkan ke unit drum barker dengan kapasitas 500
m3/jam. Limbah yang dihasilkan berupa kulit kayu (bark) dan selanjutnya dikirim ke
penampungan (hog pile), untuk dijadikan bahan bakar di power boiler.

Page 18 of 62
b. Pembentukan serpih kayu (Chipping)

Kayu yang telah dikuliti dilewati dengan conveyor belt ke unit chipper untuk
dibentuk menjadi serpihan-serpihan yang berukuran seragam, yaitu sekitar 2cm x 3cm x
0,2cm. Selanjutnya dikirim ke tempat penampungan sementara (chipyard) dan
dikumpulkan serta dikeringkan disana selama 28 hari. Limbah dari penyerpihan berupa
serbuk kayu (sawdust) dan selanjutnya dikirim ke penampungan sisa kayu (hog pile)
untuk dijadikan bahan bakar di power boiler.

c. Pengayakan serpih kayu (Screening)

Serpih kayu sebelum dimasak dalam digester unit diayak sehingga didapatkan
serpih dengan ukuran yang seragam. Serpihan kayu yang memenuhi ukuran yang
diinginkan dikirim ke penumpukan serpihan kayu (chip pile) untuk selanjutnya dimasak
di digester unit.

2.2.2 Pemasakan Serpih Kayu (Digesting)

Proses pulping yang digunakan adalah proses kraft dengan bahan kimia pemasak
berupa larutan Na2S dan NaOH. Di dalam digester, kedua jenis bahan kimia pemasak
tersebut berubah menjadi ion yang bereaksi dengan komponen-komponen kimia yang
terdapat di dalam kayu seperti lignin dan selulosa. Dari proses ini akan dihasilkan
limbah cair yang berupa bahan kimia pemasak bekas atau lindi hitam (black liquor).
Dari hasil pemasakan ini diperoleh pulp berwarna coklat dan larutan lindi hitam. Lindi
hitam merupakan campuran air, lignin, Na2CO3, Na2SO4, dan sisa Na2S/NaOH.

2.2.3 Pencucian dan Pengayakan (Washing and Screening)

Pulp hasil dari digesting kemudian di cuci dengan tujuan untuk memindahkan cairan
hasil sisa pemasakan dan mengurangi dampak terhadap lingkungan. Setelah itu disaring
(screen reject) agar terbebas dari bahan-bahan pengotor.

Page 19 of 62
2.2.4 Delignifikasi Oksigen (Oxygen Delignification)

Oksigen digunakan dalam proses delignifikasi untuk mengurangi kandungan


lignin dari pulp yang belum melalui proses pemutihan. Proses ini akan mengurangi
jumlah oksigen yang digunakan dalam proses pemutihan.

2.2.5. Pengelantangan/Pemutihan (Bleaching)

Pulp yang dihasilkan dari proses oxygen delignification akan mengalami proses
pemutihan yang bertujuan untuk menghilangkan sisa lignin, warna, kotoran, dan bahan-
bahan lain yang masih terkandung dalam pulp.

2.2.6 Pengeringan dan Pembentukan Lembaran Pulp (Pulp Drying and Finishing)

Proses yang berlangsung di mesin pulp ini merupakan tahap akhir pembuatan
pulp. Proses ini mengubah pulp menjadi lembaran-lembaran pulp dengan ukuran yang
diinginkan. Pulp akan mengalami beberapa perlakuan sebagai berikut:

- Pembersihan terakhir sebelum pengeringan;

- Pengeringan akan menghilangkan sisa air yang masih terdapat pada lembaran pulp
dengan cara mengalirkan uap panas pada bagian atas dan bawah lembaran pulp di
airborne type dryer. Dari proses ini dihasilkan pulp dengan tingkat kekeringan sekitar
87-95% (bone dry pulp);

- Pemotongan lembaran pulp kering; dan

- Pengepakan lembaran pulp akhir yang siap dikirim ke gudang penyimpanan produk
akhir pulp.

Page 20 of 62
Kegiatan Penunjang

1.. Proses Pemulihan Bahan Kimia (Chemical Recovery)

Proses pemulihan ini bertujuan mengolah larutan pemasak bekas atau lindi hitam
(black liquor) yang dihasilkan dari digester untuk memperoleh senyawa Na2S dan
NaOH yang akan digunakan kembali sebagai larutan pemasak (lindi putih/white liquor).
Dari kegiatan proses pemulihan bahan kimia akan dihasilkan limbah padat saltcake
sebesar lebih dari 5 ton/hari.

A. Pemekatan

Pemekatan lindi hitam dilakukan dengan cara penguapan dengan uap panas di
multiple effect evaporator untuk mengurangi kadar air pada lindi hitam. Penguapan
dengan uap panas ini akan mengurangi polusi gas berbau (yang umumnya terdiri dari
senyawa-senyawa sulfur). Tinggi cerobong buangan gas pada recovery boiler adalah 75
m dengan diameter 3,2 m. Terdapat upaya pengendalian terhadap debu dengan
pemasangan alat pengendali pencemaran udara berupa Electrostatic Precipitator (ESP)
dengan tingkat efisiensi sebesar 91-99% serta Black liquor Oxidation sebagai alat
pengendali emisi SO2 dengan efisiensi sebesar 72%.

B. Pembakaran Lindi Hitam

Lindi hitam yang telah dipekatkan di unit evaporator, akan dibakar di unit
recovery furnace. Sebelum pemekatan, terjadi pencampuran lindi hitam pekat dengan
Na2SO4 di ruang pengadukan untuk menaikkan kadar Na2S yang dihasilkan dari proses
ini. Pembakaran campuran tersebut mengubah Na2SO4 menjadi Na2S. Pembakaran
senyawa organik tersebut untuk pembuatan steam yang selanjutnya akan digunakan di
steam turbine untuk pembangkit tenaga listrik. Senyawa anorganik, Na2S, dan Na2CO3
berubah menjadi zat semacam pasta (smelt) dan setelah dilarutkan dengan weak white
liquor di tangki pelarutan (dissolve tank) berubah menjadi green liquor (lindi hijau),
yang mengandung Na2S dan Na2CO3. Selanjutnya kedua senyawa tersebut mengalami
proses penyodaan dalam causticizing plant.

Page 21 of 62
C. Proses Soda

Pada proses soda yang terjadi di causticizing plant, lindi hijau direaksikan
dengan batu kapur (CaO) untuk mengubah Na2CO3 dalam larutan lindi hijau menjadi
NaOH. Dari proses soda ini dihasilkan larutan pemasak (lindi putih), larutan yang akan
digunakan kembali untuk pemasakan pulp. Dari proses ini akan dihasilkan limbah padat
berupa dreg dan grit sebesar lebih kurang 30 ton/hari. Limbah padat ini selanjutnya
dikirim ke landfill. Hasil sampingan dari proses soda ini, berupa lumpur kapur (CaCO3),
akan disaring dalam mud filter untuk memisahkan cairan weak white liquor yang masih
terdapat dalam lumpur kapur. Weak white liquor akan dikembalikan ke dissolve tank
untuk melarutkan pasta, hasil pembakaran dari recovery boiler. Sedangkan kapur
dibakar di unit lime kiln untuk mendapatkan kembali batu kapur (CaO), yang diperlukan
dalam proses soda berikutnya.

D. Pembakaran Sampah Buangan

Limbah padat seperti serbuk kayu, kulit kayu, dan serpihan kayu akan dibakar dalam
power boiler untuk menghasilkan uap/steam. Diperkirakan sekitar 25 kg/detik uap panas
dihasilkan melalui pembakaran limbah kayu. Uap yang dihasilkan akan digunakan untuk
sumber energi mesin pabrik. Terdapat upaya pengendalian terhadap debu dengan
pemasangan alat pengendali pencemaran udara berupa Electrostatic Precipitator (ESP)
dengan tingkat efisiensi sebesar 91-99%.

2. Penyiapan Bahan Kimia untuk Proses Pengelantangan

Kebutuhan bahan kimia untuk proses di pabrik pulp diproduksi sendiri di unit
chemical plant yang terintegrasi dengan disain pabrik secara keseluruhan (integrated
chemical preparation plant) dan tidak menghasilkan limbah padat atau produk
sampingan. Bahan kimia yang dihasilkan dari chemical plant adalah NaOH, Cl 2, HCl,
ClO2 dan O2.

Page 22 of 62
3. Pengolahan Air Baku (Water Treatment)

Air Sungai Lematang akan dipompa masuk melewati unit penyaringan (kasar
dan halus). Air sungai akan mengalami proses desilting sebelum dialirkan melalui
pompa ke lokasi pabrik. Sedimentasi dan penyaringan dengan pasir di water treatment
plant akan mengurangi turbidity air sungai. Disamping itu floculant, sodium hidroksida
dan asam hidrokhlorik juga diperlukan. Sodium hipokhlorit diperlukan untuk
pengolahan air minum bagi kebutuhan town site. Dari proses pengolahan air baku, akan
dihasilkan limbah padat berupa sludge dari proses sedimentation sebanyak 50 G/L.
Sludge yang dihasilkan dikumpulkan dan penanganannya dikirim/dialirkan ke effluent
water treatment (IPAL). Air hasil pengolahan air baku yang akan digunakan di pabrik
pulp akan memenuhi standar proses pulp, yaitu kesadahan (hardness), silikat, kekeruhan
(turbidity), besi, klorida, dan CO2 yang rendah untuk mutu pulp yang baik.

Tenaga Kerja

Kegiatan operasi di lokasi pabrik pulp berlangsung selama 24 jam dengan tiga
kali shift. Jumlah tenaga kerja PT. TEL dan kontraktornya berdasarkan data pada
periode Januari – Juni 2017, berjumlah 1489 orang.

Manajemen Pengelolaan Lingkungan

PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper menerapkan sistem manajemen


pengelolaan lingkungan dengan pelaksana tugas pada divisi khusus yang menangani
masalah lingkungan. Divisi pelaksana ini mempunyai tugas dan kewajiban dalam upaya
penanggulangan dan pengendalian dampak lingkungan.

Keadaan Darurat

Untuk mengatasi timbulnya keadaan darurat, langkah-langkah yang


diambil/dilakukan adalah sebagai berikut:

Industri membangun Emergency Response System (ERS) yang menangani


keadaan darurat, yang memuat mekanisme dan langkah-langkah operasional;

Page 23 of 62
Secara bertahap mensosialisasikan dan melembagakan ERS kepada segenap tingkatan
manajemen PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper; dan Industri pulp PT.
Tanjungenim Lestari Pulp and Paper menyiapkan sarana dan prasarana pendukung yang
dibutuhkan untuk mengoperasikan ERS.

Pelaksanaan K3

Dalam pelaksanaan Keamanan dan Keselamatan Kerja (K3), industri pulp PT. TEL
selalu menerapkan pada ketentuan yang telah digariskan dan membuat prosedur operasi
standar yang harus dilaksanakan pada setiap unit manajemen, sehingga pelaksanaan K3
lebih terencana dan terjamin.

Sertifikat ISO 14001 dan PROPER

PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper telah memperoleh sertifikat Sistem
Manajemen Lingkungan (ISO 14001:2004) dari SGS dengan nomor ID02/56727
berlaku dari 26 Juli 2014 s/d 26 Juli 2017 dan telah memperoleh PROPER Hijau dari
KLH selama 9 kali dan Peringkat HIJAU dari Gubernur selama 9 (Sembilan) kali mulai
tahun 2002 sampai dengan 2014. Selain itu, PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper
berhasil mempertahankan penghargaan Industri HIJAU dari Kementerian Perindustrian
untuk kali ke-enam di akhir tahun 2016 ini.

Page 24 of 62
BAB III

UTILITAS

Adapun unit yang menyediakan berbagai macam sumber energy yang diperoleh
oleh produksi suatu pabrik. Utilitas yang ada di PT. Tanjungenim Lestari Pulp and
Paper meliputi :

a. Penyediaan kebutuhan air

b. Penyediaan kebutuhan listrik

c. Penyediaan kebutuhan uap (steam)

d. Penyediaan bahan bakar

e. Pemulihan kembali bahan kimia (Chemical Recovery)

f. Pengolahan Limbah

3.1 Penyediaan Kebutuhan Air

Pemakaian air oleh pabrik pulp dan townsite berasal dari sungai, dengan
kebutuhan air rata-rata sebesar 86.850 m3/hari (1 m3/detik). Kebutuhan air untuk proses
produksi adalah sebesar 85.800 m3/hari (60 m3/ADt pulp). Sekitar 600 m3/hari akan
dialirkan untuk kebutuhan domestik, dan 450 m3/hari terkandung di dalam sludge yang
dihasilkan dari proses water treatment. Dari diagram neraca air tersebut terlihat bahwa
dalam proses industri dari jumlah air yang diambil (100.000 m3/d), sebanyak 80%
sisanya dikembalikan lagi ke badan sungai.

Air Sungai Lematang akan dipompa masuk melewati unit penyaringan (kasar
dan halus). Air sungai akan mengalami proses desilting sebelum dialirkan melalui
pompa ke lokasi pabrik. Sedimentasi dan penyaringan dengan pasir di water treatment

Page 25 of 62
plant akan mengurangi turbidity air sungai. Disamping itu floculant, sodium hidroksida
dan asam hidrokhlorik juga diperlukan. Sodium hipokhlorit diperlukan untuk
pengolahan air minum bagi kebutuhan town site. Dari proses pengolahan air baku, akan
dihasilkan limbah padat berupa sludge dari proses sedimentation sebanyak 50 G/L.
Sludge yang dihasilkan dikumpulkan dan penanganannya dikirim/dialirkan ke effluent
water treatment (IPAL). Air hasil pengolahan air baku yang akan digunakan di pabrik
pulp akan memenuhi standar proses pulp, yaitu kesadahan (hardness), silikat, kekeruhan
(turbidity), besi, klorida, dan CO2 yang rendah untuk mutu pulp yang baik. Diagram
proses pengolahan air dapat dilihat dalam gambar 3.1.

Sumber : PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper, 2017

Gambar 3.1. Diagram Proses Pengolahan Air Bersih

Page 26 of 62
3.2 Penyediaan Kebutuhan Listrik

Pada PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper, listrik dihasilkan dari generator
yang digerakkan oleh sebuah turbin yang dihasilkan 75 MW untuk proses mill dan
perumahan. Turbin ini digerakkan oleh steam yang dihasilkan dari power boiler dan
recovery boiler.

3.3 Penyediaan Kebutuhan Uap (Steam)

Uap (steam) diperoleh dari power boiler dan recovery plant dimana pada power
boiler, steam yang dihasilkan mempunyai tekanan 6300 Kpa dan laju 98 kg/s. Pada
power boiler menggunakan bahan bakar berupa kulit kayu, sludge, dan yang lainnya
yang merupakan Reject dari debarking drum. Reject tersebut dibakar di BFB 9 (Bubling
Fluidized Bed) boiler dengan menggunakan pasir sebagai media pemanas. Pada
recovery plant steam dihasilkan dari aliran ekstraksi pada Digester yang masuk ke flash
tank 1 yang kemudian dialirkan ke flash tank 2. Dari flash tank 1 dan 2 akan dihasilkan
flash steam yang digunakan sebagai presteaming pada chip bin dan steaming vessel.
Pada recovery boiler digunakan boiler jenis Water Tube Boiler.

3.4 Penyediaan Bahan Bakar

Bahan bakar yang digunakan di PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper berupa
bahan bakar fosil dan biomassa. Bahan bakar fosil yang digunakan yaitu diesel oil,
heavy oil, dan natural gas. Sedangkan biomassa yang digunakan merupakan sumber
bahan bakar penghasil energy utama sebagai bahan bakar pembangkit listrik yang
memanfaatkan limbah produksi yaitu kulit kayu (bark) Acacia Mangium dan black
liquor (komponen lignin, zat ekstraktif yang terdegradasi pada proses pembuatan pulp
yang terkandung dalam black liquor). Bahan bakar berupa diesel oil (solar) dan heavy
oil (MFO/Marine Fuel Oil) yang digunakan untuk penyalaan awal proses pembakaran
dan juga memenuhi kekurangan bahan bakar di pembangkit listrik power boiler,
recovery boiler, NCG incinerator dan lime kiln.

Page 27 of 62
3.5 Pemulihan Kembali Bahan Kimia (Chemical Recovery)

Proses pembuatan Pulp di PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper


menggunakan proses kraft, dimana cairan sisa pemasak (black liquor) dapat dipulihkan
kembali menjadi cairan pemasak (White Liqour), proses pemulihan ini dilakukan di
chemical recovery plant.

a. Evaporator Plant

Black Liqour merupakan hasil samping pemasakan kayu di digester.


Lindih hitam yang dialirkan dari digester disebut weak black liquor (lindih hitam
dengan konsentrasi rendah). Lindi hitam ini akan ditampung di tanki WBL 1
dan 2. Lindi hitam dari tanki WBL (1 atau 2) dipompakan di flash tank di efek
3 untuk menurunkan temperature lindih hitam tersebut. Setelah itu Black liquor
akan mengalir ke flash tank di effek 4. Setelah terjadi penurunan temperatur
selanjutnya Black liquor akan mengalir ke effek 5.

Black liquor yang masuk ke effek 5 akan mengalami proses kenaikan


total solid dan sebagian besar kandungan uap air didalamnya akan menguap,
kemudian dengan bantuan pompa Black Liqour akan dialirkan ke effek 4, begitu
juga di effek 4, black liquor akan mengalami kenaikan total solid dan sebagian
besar kandungan air didalamnya akan menguap, kemudin dengan bantuan pompa
black liquor akan dialirkan ke effek 3, kemudian ke effek 2 dan effek 1. Pada
effek 1 terdiri dari 4 unt evaporator yaitu : 1A, 1B, 1C dan 1D. Tujuan dari
penggunaan 4 unit ini untuk mengurangi terjadinya kerak (scalling) akibat dari
lindi hitam yang konsentrasinya sudah tinggi.

Produk dari evaporator effek 1 berupa heavy black liquor (black liquor
dengan konsentrasi tinggi) dipompakan ke dalam heavy black liquor flash tank.
Black liquor yang ada di heavy black liquor flash tank akan dipompakan ke
heavy liquor storage tanks (tanki HBL 1 dan 2). Selanjutnya black liquor dari
tanki HBL akan dipompakan ke recovery boiler untuk menjadi bahan bakar.

Page 28 of 62
b. Recovery Plant

Black liquor yang berasal dari seksi evaporator akan di spray ke dalam
furnace recovery boiler oleh stationery liquor spray. Noozle-noozle pada akhir
sprayer akan membentuk butiran-butiran yang akan jatuh ke bagian bawah
furnace dan membentuk cher bed, kemudian hasil pembakaran lindi hitam ini
akan membentuk smelt yang selanjutnya akan dikirim ke rechausetizing plant
untuk di ubah menjadi cairan pemasak kembali.

c. Rechausticizing & Lime Kiln Plant

Pada rechausticizing plant ada dua tahap pengolahan yaitu :

1. Proses Rechausticizing

Green liquor (GL) yang berasal dari recovery boiler diumpankan ke


stabilization tank, dimana tanki ini berfungsi untuk menghomogenasikan
konsentrasi dan densitas yang tinggi. Green liquor yang telah stabil
dipompakan ke GL-Clarifier (GLC) akan mengendap dan membentuk flok-
flok, sehingga akan menaikkan berat jenis dan kecepatan gravitasi.

Flok yang telah mengendap dan mengumpul di tengah-tengah GLC


kemudian dipompakan ke dreg filter. Dreg filter bekerja secara vakum,
difilter ini flok dicampur dengan air panas, lalu dregs filter di vakum yang
akan menyebabkan dregs akan menempel pada dinding drum, kemudian akan
dikikis oleh stripper dan ditampung dalam bunker, sedangkan filtratnya
kembali ke stabilization tank.

Filtrat yang berasal dari GLC yang sudah jernih dipompakan menuju ke
slaker classifier yang mempunyai dua buah pengaduk didalam slaker
ditambahkan CaO yang berasal dari ime bin dan terjadi proses slaking
dimana reaksi yang terjadi adalah :

H2O(l) + CaO → Ca(OH)2

Page 29 of 62
Sluge yang berasal dari slaker masuk ke bunker sedangkan filtratnya
yang berupa slurry dipompakan ke caustizer tiga untuk menyempurnakan
reaksi dari slaking untuk menghasilkan reaksi white liquor yang sempurna.
Dimana reaksi yang terjadi pada caustizing adalah :

Ca(OH)2(S) + Na2CO3 → 2 NaOH(l) + CaCO3

Setelah dari tanki causthizer tiga cairan ke WL-clarifier untuk dilakukan


pemisahan antara white liquor jernih dan padatan CaCO3, White liquor jernih
dipompakan ke sulfur mixing tank, disini terjadi penambahan sulfur dengan
konsentrasi antara 30-35% yang berfungsi untuk menyempurnakan reaksi
pembentukan white liquor yang mengandung NaOH dan Na2S dengan
adanya proses pengadukan. Setelah reaksi terbentuk sempurna maka white
liquor dikirim ke digester.

2. Lime Kiln

CaCO3 padatan (lime mud) dengan konsentrasi 30 % yang berasal dari


WL-Clarifier dipompakan ke mixing tank dengan ditambahkan air panas
yang berfungsi untuk mengurangi soda yang terbuang. Dari proses
pengadukan lime mud dialirkan masuk ke dalam lime mud clarifier untuk
dilakukan pemisahan dengan cara pengadukan, untuk memisahkan cairan
lime mud yang kemudian dikirim ke weak wash, sedangkan padatan lime
mud dengan viskositas 1,5 kg/m3 dipompakan menuju lime mud fliter dimana
pada filter ini dilakukan penvakuman sehingga lime mud akan menempel
pada dinding drum yang kemudian dikikis oleh stripper sehingga lime mud
akan jatuh ke conveyor menuju lime kiln.

Sebelum ke lime kiln,dilakukan terlebih dahulu pengeringan oleh cylone,


setelah itu lime mud akan ditangkap oleh Electrostatic Precipitator (ESP),
dimana lime mud akan berubah menjadi debu dan menempel pada lempengan
ESP lalu akan jatuh ke conveyor dan dikirim ke lime kiln sedangkan udara
yang dihasilkan pada proses pengeringan ditangkap oleh stack.

Page 30 of 62
Didalam lime kiln terjadi pembakaran dan menghasilkan CaO yang
kemudian dihancurkan dengan menggunkan crushear sebelum dikirim ke
lime bin. CaO akan jatuh ke dreg chain conveyor lalu masuk ke elevator.
Quicklime (CaO) kemudian ditampung didalam lime bin dengan
menggunakan lime elevator. Quicklime yang telah berada dalam lime bin
siap digunakan didalam proses slaker classifier.

Reaksi yang terjadi dalam proses ini adalah :

CaCO3(s) → CaO(s) + CO2

3.6 Pengolahan Limbah

3.6.1 Pengolahan Limbah Cair

Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) PT. Tanjungenim Lestari Pulp and
Paper yang disebut Effluent Treatment berfungsi untuk mengolah limbah cair yang
dihasilkan oleh pabrik yang sudah tidak dapat di daur ulang kembali sehingga menjadi
limbah terolah yang berada di bawah standar pemerintah yang berlaku Kep-
51/MENLH/10/1995 untuk pabrik pulp dan kertas. Berikut ini merupakan diagram alir
proses IPAL yaitu:

Gambar 3.2 Diagram Alir Proses IPAL

Page 31 of 62
3.6.2 Pengolahan Limbah Padat

Limbah padat yang dihasilkan di area PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper
terdiri dari dua limbah yaitu limbah pabrik dan limbah domestik.

a. Limbah Pabrik

Limbah padat yang dihasilkan dari pabrik berupa dreg dan grit dari
recausticizing plant, abu dari Power boiler dan garam dari Chemical Plant yang
nantinya akan ditimbun dengan sistem landfill. Sedangkan limbah padat lainnya seperti
kulit kayu dari wood handling, screen reject dan lumpur dari Effluent Treatment
diumpankan ke Power boiler sebagai bahan bakar untuk menghasilkan steam sebagai
penggerak turbin pembangkit tenaga listrik. Dalam operasi landfill, dibuat sumur pantau
dan kolam pengumpul lindi untuk memantau kualitas lindi dan kontaminasi limbah
padat terhadap tanah. Lindi yang terkumpul di dalam kolam penampungan akan
dikirimkan ke Effluent Treatment untuk diolah secara fisik-kimia-biologi.

b. Limbah Domestik

Limbah domestik merupakan limbah hasil dari rumah tangga dan perkantoran
akan ditampung di tempat pembuangan sampah yang dikontrol oleh petugas khusus.

3.6.3 Pengendalian Pencemaran Udara

Dalam hal ini, PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper membangun peralatan
pengendalian pencemaran udara di masing-masing sumber. Di pabrik pulp terdapat dua
proses yang memungkinkan terjadinya pencemaran udara yaitu:

a. Proses pembakaran di Power boiler

b. Proses kimia di Chemical Plant

Untuk pengendalian pencemaran, PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper


membangun Electrostatic Precipitator di boiler dan lime kiln untuk menangkap debu
hasil pembakaran cerobong utama sebelum dibuang ke udara, sedangkan untuk
cerobong proses kimia (chemical plant) dibangun scrubber untuk menyerap gas-gas
buangan dengan bantuan cairan kimia penyerap. Selain itu, untuk mengurangi dampak

Page 32 of 62
bau yang dihasilkan pabrik pulp, maka PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper
menerapkan hal-hal berikut:

 Merancang ketel dengan karakteristik low odor


 Memasang dua unit pengumpul NCG (Non Condensable Gases)
 Pengumpulan dan pembakaran NCG treatment
 Memasang vent scrubber di smelt dissolving tank

3.7 Diagram Alir Utilitas

Gambar 3.3 Diagram Alir Utilitas

Page 33 of 62
BAB IV

TUGAS KHUSUS

4.1 Judul

Implementasi ISO 14001:2015 pada Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup PT.


Tanjungenim Lestari Pulp and Paper

4.2 Latar Belakang

Tercapainya keseimbangan antara lingkungan, masyarakat/sosial dan ekonomi


merupakan pertimbangan utama untuk memenuhi kebutuhuan saat ini tanpa
mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya. Tujuan
pembangunan berkelanjutan dapat dicapai dengan menyeimbangkan tiga pilar
berkelanjutan tersebut.

Harapan sosial terhadap pembangunan berkelanjutan, transparansi dan


akuntabiliti telah berkembang dengan meningkatnya keketatan hukum, berkembangnya
tekanan terhadap lingkungan dari polusi, penggunaan sumber daya yang tidak efisien,
pengelolaan limbah yang tidak memadai, perubahan iklim, penurunan ekosistem dan
hilangnya keanekaragaman hayati.

Page 34 of 62
Hal tersebut menyebabkan organisasi mengadopsi pedekatan sistematis untuk
manajemen lingkungan dengan menerapkan sistem manajemen lingkungan dengan
tujuan memberikan kontribusi bagi pilar lingkungan berkelanjutan.

Tujuan dari standar ISO 14001:2015 adalah untuk memberikan organisasi suatu
kerangka dan tanggap terhadap perubahan kondisi lingkungan dalam menyeimbangkan
kebutuhan sosial-ekonomi. Standar ini menentukan persyaratan yang memungkinkan
suatu organisasi untuk mencapai hasil yang diharapkan yang telah organisasi tetapkan
untuk sistem manajemen lingkungannya.

Pendekatan sistematis dalam pengelolaan lingkungan dapat memberikan


manajemen puncak informasi untuk membangun kesuksesan dalam jangka panjang dan
membuat pilihan untuk berkontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan dengan :

 Perlindungan lingkungan dengan pencegahan atau mitigasi dampak lingkungan


yang merugikan.
 Mitigasi potensi pengaruh merugikan dari kondisi lingkungan di organisasi.
 Membantu organisasi dalam memenuhi kewajiban penataan.
 Meningkatkan kinerja lingkungan.
 Melaksanakan komunkiasi informasi lingkungan kepada pihak berkepentingan.

ISO 14001:2015 merupakan salah satu standar yang bisa digunakan organisasi
dalam upaya untuk memenuhi tanggung jawab pegelolaan seperti yang dipersyaratkan
dalam UU No. 32 Tahun 2009. Standar ini bisa membantu organisasi mencapai hasil
yang diharapkan dari sistem manajemen lingkungan dan memberikan manfaat bagi
lingkungan hidup bagi organisasi itu sendiri dan pihak lain yang berkepentingan. Hasil
yang diharapkan dari penerapan sistem manajemen lingkungan yang konsisten dengan
kebijakan lingkungan organisasi meliputi:

1. Peningkatan kinerja pengelolaan lingkungan hidup

2. Pemenuhan kewajiban penaatan persyaratan lingkungan

3. Tercapainya sasaran dan tujuan lingkungan hidup

Page 35 of 62
Selaku perusahaan yang telah tersertifikasi ISO 14001:2015, PT. Tanjungenim
Lestari Pulp and Paper telah melakukan berbagai upaya untuk memenuhi semua standar
ISO 14001 : 2015, dan telah diauditkan oleh badan sertifikasi SGS setiap 6 bulan sekali,
dan audit oleh auditor internal secara rutin dari tahun 2002.

4.3 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada tugas khusus ini adalah
mengetahui bagaimana implementasi ISO 14001:2015 pada kinerja pengelolaan
lingkungan hidup PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper.

4.4 Tujuan

Adapun tujuan yang akan dicapai pada tugas khusus ini adalah mengetahui
pengaruh implementasi standar ISO 14001:2015 PT. Tanjungenim Lestari Pulp and
Paper terhadap kinerja pengelolaan lingkungan hidup secara nasional maupun global.

4.5 Metode Penelitian

Penelitian dilakukan mulai dari identifikasi masalah, perumusan masalah,


penentuan tujuan penelitian, kemudian melakukan studi pustaka dan studi lapangan,
dimana dapat secara langsung melakukan pengamatan terhadap proses produksi PT.
Tanjungenim Lestari Pulp and Paper. Selain itu, studi pustaka merupakan tahapan
penelitian dimana melakukan observasi terhadap dokumen-dokumen seperti:

1. Kebijakan Lingkungan PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper


2. Peraturan – peraturan lingkungan hidup terhadap udara, air dan pengelolaan
limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
3. Klausul-klausul ISO 14001:2015 sebagai pedoman dalam pemecahan masalah.
Page 36 of 62
4.6 Tinjauan Pustaka

A. Sistem Manajemen Lingkungan


Sistem Manajemen Lingkungan merupakan bagian integral dari system
manajemen perusahaan secara keseluruhan yang terdiri dari satu set pengaturan-
pengaturan secara sistematis yang meliputi struktur organisasi, tanggung jawab,
prosedur, proses, serta sumberdaya dalam upaya mewujudkan kebijakan lingkungan
yang telah digariskan oleh perusahaan.
Dalam membantu meningkatkan efektivitas kegiatan organisasi seluruh dunia
di bidang pengelolaan lingkungan merupakan dasar dari pembentukan Sistem
Manajemen Lingkungan (SML) ISO 14001. Perumusan standar ISO 14001 series
diprakasai dunia usaha sebagai kontribusi terhadap pencapain pembangunan
berkelanjutan yang disepakati dalam KTT Bumi di Rio de Janeiro tahun 1992. Wakil
pihak pemerintah, dunia usaha, pakar, praktisi dan pihak lain yang berkepentingan
terlibat dalam perumusan standar tersebut. ISO 14001 series mencakup beberapa
kelompok perangkat pengelolaan lingkungan, antara lain Sistem Manajemen
Lingkungan, Audit Lingkungan, Evaluasi kinerja Lingkungan, Ekolabel, dan Kajian
Daur Hidup Produk. Penerapan standar tersebut bersifat sukarela. Standar yang paling
populer adalah ISO 14001 Sistem Manajemen Lingkungan yang menjadi dasar
sertifikasi ISO 14001. . (www.menlh.go.id).

B. Sejarah ISO 14001


Di tahun 1968 adanya keluhan masyarakat terkait tercemarnya danau Erie yang
berasal dari limbah hasil produksi perusahaan Hammermill Paper Company yang
berlokasi di Amerika Serikat. Sejak adanya permasalahan itu Amerika Serikat
menerbitkan Environmental Protection Agency (EPA) di tahun 1970. Disisi lingkup
ASIA terjadi permasalahan lingkungan yang menyebabkan kematian orang hingga
mencapai ratusan, permasalahan ini berlokasi di Bhopal, India.
Karena terjadinya permasalan yang sangat signifikan, Environmental
Management System (EMS) diterbitkan.

Page 37 of 62
1. 1988 : The American Chemestry Council (ACC) diterbitkan agar membantu
perusahaan meningkatkan kualitas mutu lingkungan serta kesehatan.
2. 1992 : The British Standards Institute (BSI) adalah suatu badan Sistem
Manajemen Lingkungan yang berbasis standar pertama kali di dunia. : BS
7750, sebuah standar untuk mengontrol lingkungan dikawasan perusahaan
manufaktur.
3. 1996 : The International Organization for Standardization (ISO) membuat
ISO 14001, diterbitkanya ISO 14001 adalah untuk memperbaruhi peraturan
yang ada di amerika dan inggris serta seluruh perusahaan di dunia bisa
bergabung disini.

C. Tujuan ISO 14001


Tujuan dari standar ini adalah untuk memberikan organisasi suatu kerangka kerja
untuk melindungi lingkungan dan tanggap terhadap perubahan kondisi lingkungan
dalam menyeimbangkan kebutuhan sosial-ekonomi. Standar ini menentukan persyaratan
yang memungkinkan suatu organisasi untuk mencapai hasil yang diharapkan yang telah
organisasi tetapkan untuk sistem manajemen lingkungannya.
Pendekatan sistematis dalam pengelolaan lingkungan dapat memberikan
manajemen puncak informasi untuk membangun kesuksesan dalam jangka panjang dan
membuat pilihan untuk berkontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan dengan:
1. Perlindungan lingkungan dengan pencegahan atau mitigasi dampak lingkungan yang
merugikan
2. Mitigasi potensi pengaruh merugikan dari kondisi lingkungan di organisasi
3. Membantu organisasi dalam memenuhi kewajiban penaatan
4. Meningkatkan kinerja lingkungan
5. Mengendalikan atau mempengaruhi cara produk dan jasa organisasi didesain,
diproduksi, didistribusikan, dikonsumsi, dan dibuang, dengan menggunakan perspektif
daur hidup yang dapat mencegah dampak lingkungan yang tidak diinginkan berpindah
ke tempat lain dalam daur hidup
6. Memperoleh keuntungan finansial dan operasional yang dapat dihasilkan dari
pelaksanaan alternatif ramah lingkungan yang memperkuat posisi pasar organisasi

Page 38 of 62
7. Melaksanakan komunikasi informasi lingkungan kepada pihak berkepentingan.

Standar ini, seperti Standar Nasional lainnya, tidak dimaksudkan untuk menambah atau
mengurangi persyaratan hukum organisasi.

D. Faktor Keberhasilan

Keberhasilan sistem manajemen lingkungan tergantung pada komitmen dari


semua tingkatan dan fungsi organisasi, yang dipimpin oleh manajemen puncak.
Organisasi dapat memanfaatkan peluang untuk mencegah atau mitigasi dampak yang
merugikan lingkungan dan meningkatkan dampak lingkungan yang menguntungkan,
terutama organisasi dengan implikasi strategis dan kompetitif. Manajemen puncak dapat
secara efektif menangani resiko dan peluang dengan mengintergrasikan manajemen
lingkungan ke dalam proses bisnis, arahan strategis dan pengambilan keputusan
organisasi, menyelaraskan dengan prioritas bisnis lainnya, dan menggabungkan tata
kelola lingkungan ke dalam sistem manajemen secara keseluruhan. Peragaan
keberhasilan pelaksanaan standar ini dapat digunakan untuk menjamin pihak
berkepentingan bahwa sistem manajemen lingkungan yang efektif telah tersedia.

Mengadopsi standar ini, tidak serta merta akan menjamin hasil lingkungan yang
oPT.imal. Penerapan standar ini dapat berbeda dari satu organisasi dengan organisasi
lainnya karena konteks organisasinya. Dua organisasi dapat melaksanakan kegiatan
yang serupa, namun dapat memiliki perbedaan dalam kewajiban penaatan, komitmen
dalam kebijakan lingkungan, teknologi lingkungan dan capaian kinerja lingkungan,
namun keduanya dapat sesuai dengan persyaratan standar ini.

Tingkat kerincian dan kompleksitas dari sistem manajemen lingkungan akan


bervariasi tergantung pada konteks organisasi, lingkup sistem manajemen lingkungan,
kewajiban penaatan dan sifat kegiatan, produk, dan jasa, termasuk aspek lingkungan dan
dampak lingkungan terkait.

Page 39 of 62
E. Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 : 2015
Seperti halnya semua sistem manajemen, secara periodik ISO 14001 harus
melalui proses review yang komprehensif. Sehingga dalam perjalannya, Sistem
Manajemen Mutu berdasarkan ISO 14001 telah mengalami dua kali revisi yaitu di tahun
1996 dan 2004. Saat ini, revisi standard ISO 14001 telah memasuki proses final draft
stage dimana ISO 14001 telah diterbitkan pada tanggal 2 Juli 2015. Publikasi standard
baru ISO 14001 : 2015 telah terlaksana pada September 2015.
Perbedaan terbesar antara lama dan standar baru adalah struktur. Hal ini karena
edisi baru menggunakan Template Annex SL baru. Menurut ISO, semua standar sistem
manajemen di masa yang akan datang akan menggunakan layout baru ini dan akan
mempunyai persyaratan dasar yang sama Akibatnya, semua Sistem Manajemen yang
baru akan memiliki tampilan yang sama dan struktur umum sangat dimungkinkan
karena konsep dasar umum digunakan untuk semua standar sistem manajemen. Struktur
umum akan membuat organisasi lebih mudah untuk menerapkan beberapa standar
karena semua standar akan menggunakan bahasa dasar yang sama dan persyaratan dasar
yang sama.
Ada beberapa persyaratan baru, contoh yang paling signifikan adalah terkait
konteks organisasi (Pasal 4) dan Tindakan untuk mengatasi risiko dan peluang. Gagasan
di balik persyaratan baru adalah untuk membuat Sistem Manajemen Lingkungan
menjadi bagian dari kegiatan bisnis sehari-hari, dan sebaliknya. Tentu saja, ada beberapa
persyaratan lama yang sekarang tidak disebutkan lagi dalam standar ISO 14001, seperti
perwakilan manajemen dan tindakan pencegahan.

Tabel 4.1 Perbedaan ISO 14001:2004 dengan ISO 14001:2015

No ISO 14001 :2004 ISO 14001 : 2015

Standar Sistem Manajemen tidak Standar Sistem Manajemen berlandaskan pada


1
berlandasan pad Annex SL Annex SL
Identifikasi terhadap aspek lingkungan Identifikasi aspek lingkungan serta evaluasi
2 serta evaluasi dampak lingkungannya dampak lingkungan sudah secara spesifik dalam
belum secara spesifik menjelaskan mengenai"life-cycle"

Page 40 of 62
mengenai"life-cycle"

Berbasis pemikiran dengan cara menangani


3 Berbasis pemikiran secara preventif
resiko secara proteksi
Belum adanya peningkatan yang Peningkatan yang berkelanjutan berlandaskan
4
berkelanjutan pada PDCA PDCA cycle
Kurang sesuai dengan sistem
5 Sesuai dengan sistem manajemen lainnya
manajemen lainnya
Hanya memiliki tujuan terhadap Sistem memiliki tujuan dan keuntungan terhadap Sistem
6
Manajemen Lingkungan Manajemen Lingkungan

Tabel 4.2 Klausul ISO 14001:2015

Klausul Judul

1 Ruang Lingkup
2 Acuan Normatif
3 Istilah dan Definisi
3.1 Istilah terkait dengan organisasi dan kepemimpinan
3.1.1 Sistem Manajemen
3.1.2 Sistem Manajemen Lingkungan
3.1.3 Kebijakan Lingkungan
3.1.4 Organisasi
3.1.5 Manajemen Puncak
3.1.6 Pihak berkepentingan
3.2 Istilah terkait dengan perencanaan
3.2.1 Lingkungan
3.2.2 Aspek Lingkungan
3.2.3 Kondisi Lingkungan
3.2.4 Dampak Lingkungan

Page 41 of 62
3.2.5 Sasaran
3.2.6 Sasaran Lingkungan
3.2.7 Pencegahan pencemaran
3.2.8 Persyaratan
Kewajiban penaatan (istilah yang dipilih) persyaratan
3.2.9 hukum dan persyaratan lainnya (istilah yang
dihilangkan)
3.2.10 Risiko
3.2.11 Risiko dan Peluang
3.3 Istilah terkait dengan dukungan dan operasional
3.3.1 Kompetensi
3.3.2 Informasi terdokumentasi
3.3.3 Daur Hidup
3.3.4 Pengalihan keluar (kata kerja)
3.3.5 Proses
3.4 Istilah terkait evaluasi dan perbaikan kinerja
3.4.1 Audit
3.4.2 Kesesuaian
3.4.3 Ketidaksesuaian
3.4.4 Tindakan Korektif
3.4.5 Perbaikan berkelanjutan
3.4.6 Efektifitas
3.4.7 Indikator
3.4.8 Pemantauan
3.4.9 Pengukuran
3.4.10 Kinerja
3.4.11 Kinerja Lingkungan
4 Konteks Organisasi
4.1 Memahami organisasi dan konteksnya
4.2 Memahami kebutuhan dan harapan pihak

Page 42 of 62
berkepentingan
4.3 Menentukan lingkup sistem manajamen lingkungan
4.4 Sistem manajemen lingkungan
5 Kepemimpinan
5.1 Kepemimpinan dan komitmen
5.2 Kepemimpinan didalam kebijakan lingkungan
Peran,kewenangan, dan tanggung jawab organisasi
6 Perencanaan
Tindakan yang ditujukan pada resiko (risks) dan
6.1
Peluang (opportunities)
6.1.1 Membangun proses dan rencana pada SML
6.1.2 Aspek lingkungan
6.1.3 Kewajiban Penaatan (Compliance obligation)
6.1.4 Tindakan Perencanaan (Planning Action)
Sasaran Lingkungan dan perencanaan untuk mencapai
6.2
sasaran
6.2.1 Sasaran lingkungan
Tindakan perencanaan untuk mencapai sasaran
6.2.2
lingkungan
7 Dukungan ( Support)
7.1 Sumber daya
7.2 Kompetensi
7.3 Kepedulian
7.4 Komunikasi
7.4.1 Umum
7.4.2 Internal komunikasi
7.4.3 komunikasi eksternal
7.5 Informasi terdokumentasi
7.5.1 umum
7.5.2 Pembuatan dan pemuktahiran

Page 43 of 62
7.5.3 Pengendalian informasi dan terdokumentasi
8 Operasi
8.1 Perencanaan dan pengendalian operasional
8.2 Kesiagaan dan tanggap darurat
9 Evaluasi kinerja
9.1 Pemantauan, pengukuran, analisis, dan evaluasi
9.1.1 Umum
9.1.2 Evaluasi penataan
9.2 Audit internal
9.2.1 Umum
9.2.2 Program audit internal
9.3 Tinjauan manajemen
10 Perbaikan
10.1 Umum
10.2 Ketidaksesuaian dan tindakan korektif
10.3 Perbaikan berkelanjutan

F. Model Plan-Do-Check-Act

Konsep model Rencana-Lakukan-Periksa-Tindaki (PDCA) mendasari


pendekatan sistem manajemen lingkungan ini. Model PDCA menyediakan proses
berulang yang digunakan oleh organisasi untuk mencapai perbaikan berkelanjutan. Hal
ini dapat diterapkan untuk suatu sistem manajemen lingkungan dan untuk masing-
masing unsur. Hal ini dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut.

- Rencana : tetapkan sasaran lingkungan dan proses yang diperlukan untuk


mendapatkan hasil yang sesuai dengan kebijakan lingkungan organisasi

- Lakukan : terapkan proses yang telah direncanakan

- Periksa : pantau dan ukur proses terhadap kebijakan lingkungan, termasuk


komitmen, lingkungan dan kriteria operasi, serta laporkan hasil.

Page 44 of 62
- Tindaki : lakukan tindakan untuk perbaikan berkelanjutan

Gambar 4.1 Hubungan antara PDCA dan kerangka kerja standar ini

4.7 Pembahasan
4.7.1 Umum

Semua klausul yang ada di ISO 14001 : 2015 akan dibedah, pembedahan tiap
klausul yaitu dengan menilai tiap sub bab kalusul apakah perusahaan oleh PT.
Tanjungenim Lestari Pulp and Paper telah menerapkannya atau belum. PT.
Tanjungenim Lestari Pulp and Paper telah mendisiplinkan diri sebagai perusahaan yang
berkomitment untuk menjaga mutu kualitas produk dan lingkungan area perusahaan.
Sebelum membedah klausul – klausul ISO 14001 : 2015 di perusahaan PT.
Tanjungenim Lestari Pulp and Paper Penulis akan menjabarkan terlebih dahulu seluruh
permasalahan – permasalahan lingkungan yang diatasi oleh PT. Tanjungenim Lestari
Pulp and Paper.

A. Pengolahan Limbah Cair

Limbah cair dari proses pabrik disaring melalui penapisan mekanis (mechanical
screening) untuk memisahkan padatan tersuspensi atau Total Suspended Solids (TSS)
dan lumpur dari limbah cair. Endapan yang terbentuk dialirkan ke sludge thickener,

Page 45 of 62
sedangkan limbah cair dialirkan ke lime neutralization untuk penetralan pH menjadi 6–
9. Lumpur halus yang masih tersisa dalam limbah cair diendapkan dalam clarifier, dan
endapan yang terbentuk di bagian bawah dikirim ke sludge thickener, sedangkan limbah
cair dialirkan ke settling basin.

Dalam keadaan darurat dimana terjadi limpasan (spill) bahan kimia dari pabrik
(blue wont), alat sensor konduktivitas akan menutup aliran normal limbah ke settling
basin dan mengalirkannya ke spill pond. Limpasan bahan kimia ditampung dalam spill
pond dan dialirkan ke settling basin dengan mengatur kecepatan aliran. Limbah cair
mengalami pengendapan dalam settling basin. Selanjutnya limbah cair dialirkan ke
aerated stabilization basin untuk diproses secara biologis. Dalam unit ini, limbah cair
akan mengalami pengadukan (mixing) dan penambahan O2 (oksigen) yang cukup agar
proses biologi dapat berlangsung secara oPT.imal.

Limbah cair yang telah diolah di IPAL dan telah memenuhi baku mutu
lingkungan selanjutnya dibuang ke Sungai Lematang. Lokasi IPAL terletak di luar
lokasi pabrik yaitu 500 meter dari arah pintu keluar pabrik PT. Tanjungenim Lestari
Pulp and Paper. Sebelum dibuang ke badan Sungai Lematang, setelah melalui IPAL,
limbah cair dialirkan melalui Pharshall C, kemudian ke kolam penampungan, dan
dilanjutkan ke Pharshall D. Dari Pharshall D limbah cair dialirkan melalui bangunan
penghilang busa (foam chamber). Dari bangunan penghilang busa tersebut limbah cair
dialirkan melalui pipa besi ke Sungai Lematang. Ujung pipa diletakkan di dasar sungai
pada jarak 1/3 dari lebar sungai. Bangunan penghilang busa adalah suatu bangunan yang
di desain untuk mengurangi busa yang ditimbulkan oleh aliran limbah cair olahan
sebelum masuk ke Sungai Lematang.

B. Udara

Sumber dampak yang berasal dari emisi debu dari power boiler, recovery boiler,
dan lime kiln ; serta emisi H2S (TRS), SO2, NO2, dan ClO2 yang berasal dari power
boiler, recovery boiler, lime kiln, dissolving tank, digesting tank dan bleach tank.
Dampak emisi gas dan debu yang timbul pada tahap operasi dapat menimbulkan
masalah kesehatan terhadap masyarakat disekitar pabrik dan juga terhadap karyawan
pabrik.

Page 46 of 62
Tolak ukur pengelolaan berdasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 41
Tahun 1999 dan Keputusan Mentri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-
50/MENLH/11/1996 tentang Baku Mutu Tingkat Kebauan(H2S = 0,02 ppm). Upaya
pengelolaan yaitu melakukan pengendalian terhadap debu dan emisi gas menggunaka
alat pengendali pencemaran udara yang memiliki efesiensi tinggi, yaitu Electrostatic
Precipitators (ESP) dan Cyclone Separators (CS). Bentuk lain sebagai usaha
pengendalian pencemaran udara ialah penanaman pohon tahap konstruksi.

C. Kebisingan

Kebisingan yang ditimbulkan dari perusahaan oleh PT. Tanjungenim Lestari


Pulp and Paper bersumber pada tahap operasi pabrik, termasuk transportasi bahan baku
dan produk yang dapat menimbulkan kebisingan terhadap pemukiman terdekat. Dampak
yang ditimbulkan berupa masalah kesehatan masyarakat sekitar terutama pemukiman
terdekat yaitu desa dalam dan karyawan pabrik.

Tolak ukur pengelolaan disusun berdasarkan dua pertimbangan dua


pertimbangan : (i) kebisingan pada kondisi sebelum proyek, yaitu 50 dB(A), dan
peningkatan kebisingan sebesar 5 dB(A) yang masih dapat ditolerir oleh penduduk. Atas
pertimbangan tersebut , tolak ukur kebisingan adalah 55 dBA, sesuai dengan Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup No. 48/MENLH/11/1996 tentang baku mutu kebisingan.

Upaya pengelolaan adalah mengendalikan kebisingan dengan pemasangan


silencer (peredam suara) atau muffler pada mesin – mesin pabrik. Spesifikasi peralatan
disyaratkan dengan tingkat bunyi maksimum 86 dBA untuk jarak 25 m. Apabila
kebisingan mesin melebihi dari 85 dBA maka mesin ditempatkan diruang tertutup
(diisolasi), sehingga suara yang menyebar ke luar (lingkungan) menjadi berkurang.
Sumbe – sumber kebisingan dengan intensitas tinggi berasal dari mesin pabrik, seperti
turbo generator, debarking/chipping, recovery boiler, power boiler dan sebagainya.
Selain itu, pengendalian kebisingan dari suara pabrik juga dilakukan dengan
mempertahankan vegetasi yang ada di buffer zone seluas 525 ha.

Page 47 of 62
D. Limbah Padat/ Landfill

Limbah padat yang ada diperusahaan oleh PT. Tanjungenim Lestari Pulp and
Paper berasal dari proses wood handling yang menghasilkan limbah bark, Effluent
treatment yang menghasilkan Sludge cake, Brownstock yang menghasilkan limbah
berupa Screen reject, Chemical preparation yang menghasilkan limbah berupa Brine
Sludge, power boiler yang menghasilkan limbah berupa ash dan sand, dan
recausticizing menghasilkan limbah berupa dreg.

Dampak yang ditimbulkan berupa terjadinya penimbunan atau akumulasi limbah


padat yang mengandung logam berat. Penimbunan tersebut akan terjadi jika penanganan
landfill tidak sesuai dengan standar persyaratan teknis.

Upaya pengelolaan limbah padat meliputi antara lain :

 Melakukan program 3R dengan memanfaatkan kembali limbah padat


yang berasal dari chip preparation yang umumnya terdiri dari kulit kayu
(bark) sebagai sumber energi untuk boiler. Dengan demikian dapat
mengurangi volume limbah padat berupa kulit kayu yang dihasilkan oleh
pabrik serta menjadi alternatif sumber energi.
 Limbah padat dari Wastewater treatment,re-caustisizing plant, dan
recovery unit dikelola secara khusus dengan landfill system. Sebelum
dibuang ke landfill, limbah padat dikelola terlebih dahulu, antara lain
melalui proses dewatering untuk menurunkan kadar air dan proses
pemadatan (compaction).
 Membangun landfill kategori III dengan pemenuhan terhadap seluruh
persyaratan yang tertuang dalam Keputusan Kepala Badan Pengendalian
Dampak Lingkungan Nomor ; KEP-04/BAPEDAL/09/1995 tentang Tata
Cara Persyaratan Penimbunan Hasil Pengolahan, Persyaratan Lokasi
Bekas Pengolahan, dan Lokasi Bekas Penimbunan Limbah Bahan
Berbahaya Beracun. Tabel berikut menunjukan landfill yang telah
dibangun oleh PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper.

Page 48 of 62
 Pembuatan tiga sumur pantau, dua sumur terletak pada jarak sekitar 20
dari landfill ( jarak antara kedua sumur pantau tersebut sekitar 50 m
sejajar dengan pinggiran landfill) ke arah barat laut (down stream).
Sedangkan satu sumur lainnya terletak di bagian tenggara pada jarak 20m
dari landfill (up stream).

E. Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)


Limbah B3 yang dihasilkan dari tiap section ditampung sementara didalam drum
sebelum akhirnya diangkut ke gudang penyimpanan limbah B3. Drum diangkut dari tiap
section menuju ke gudang penyimpanan limbah B3 menggunakan dump truck kemudian
dilakukan penimbangan untuk mengetahui berat limbah B3. Setelah itu, dilakukan
pembuatan manifest dari penghasil (section) dengan pengelola Gudang penyimpanan
limbah B3 yang berada dibawah Environmental Departement. Limbah B3 yang
disimpan tersebut nantinya akan diserahkan kepada pihak ketiga yang telah tersertifikasi
untuk dilakukan pengolahan.
Gudang penyimpanan limbah B3 di PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper
telah mengikuti standar regulasi Kep. 01/Bapedal/09/1995/ Tentang "Tata Cara dan
Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Berbahaya dan Beracun",
Kep. BUPATI MUARA ENIM No. 745/KPT.S/BLH/2015, KLHK No.
858/MenLHK/Setjen/PLB.3/11/2016 dan Per. Men.LH No. 14 Tahun 2013 Simbol dan
Label Limbah Berbahaya dan Beracun. Pengadaan gudang penyimpanan limbah B3 ini
juga sebagai bukti bahwa PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper telah melakukan
kewajibannya sebagai penghasil limbah B3 yaitu melakukan pengelolaan sebagaimana
tercantum dalam PP. RI No. 101 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya Beracun.

Page 49 of 62
4.7.2. Peraturan – Peraturan Lingkungan Terhadap Udara, Air dan Limbah di PT.
Tanjungenim Lestari Pulp and Paper

Untuk tercapainya mutu perusahaan yang berkualitas, PT. Tanjungenim Lestari


Pulp and Paper menerapkan regulasi – regulasi dari pemerintah maupun internasional
agar lingkungan dari proses awal hingga akhir PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper
terjaga dan tidak serta merta mencemari lingkungan sekitar. Hal ini merupakan
komitmen dari manajemen puncak dalam memenuhi prinsip perusahaan yang telah
dirancang dalam aspek lingkungan yaitu:

1. Mematuhi setiap undang – undang dan peraturan yang ada di Indonesia


maupun Internasional.
2. Menghasilkan Pulp yang aman dengan kualitas terbaik dari Hutan Taman
Industri dan melakukan praktek – praktek pengolahan hutan yang ramah
lingkungan.

Terdapat beberapa topik regulasi yang menjadi perhatian dan acuan PT.
Tanjungenim Lestari Pulp and Paper sebagai bentuk proteksi dalam mengatasi potensi
pencemaran lingkungan, yaitu:

1. Peraturan tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup


2. Peraturan tentang Air
3. Peraturan tentang Udara
4. Peraturan tentang Energi
5. Peraturan tentang Limbah Cair
6. Peraturan tentang B3 dan Landfill
7. Peraturan tentang Sampah
8. Peraturan tentang Ozone Depleting Substance (ODS)
9. Peraturan tentang Zat Radioaktif

Page 50 of 62
4.7.3 Pengaruh Implementasi ISO 14001:2015 pada Kinerja Pengelolaan
Lingkungan Hidup PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper

A. Konteks Organisasi

Dalam klausul ini, organisasi diharapkan mampu menentukan isu internal dan
eksternal yang relevan dengan tujuan dan yang dapat berpengaruh pada kemampuan
untuk mencapai hasil yang diharapkan dari manajemen lingkungan. Isu tersebut harus
mencakup kondisi lingkungan yang terpengaruh oleh atau mampu mempengaruhi
organisasi. Sehingga, ketika suatu organisasi telah menerapkan klausul ini, mereka dapat
merumuskan sebuah perencanaan terhadap isu-isu internal maupun eksternal dan
bagaimana cara mengatasinya. Hal ini sebagai bentuk proteksi terhadap potensi yang
dapat memberikan dampak terhadap sistem manajemen lingkungan organisasi dalam
perjalanannya untuk mencapai tujuan. Selain itu, organisasi perlu mengadakan
penetapan, penerapan, pemeliharaan dan perbaikan suatu sistem manajemen lingkungan
secara berkelanjutan, termasuk proses dan interaksi yang diperlukan.

Berdasarkan klausul 4.1, PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper telah
memahami dan mengidentifikasi isu internal maupun eksternal baik secara maksud dan
tujuan sebagaimana telah tertera di lampiran LIST OF INTERNAL AND EXTERNAL
ISSUE OF PT. TeL Pulp and Paper.

Berdasarkan klausul 4.2, adalah bahwasannya PT. Tanjungenim Lestari Pulp and
Paper dituntut untuk memahami kebutuhan dan harapan dari pihak-pihak yang
berkepentingan. Sehingga penentuan kebutuhan dan harapan dari pihak yang
berkepentingan menjadi penting untuk ditetapkan oleh PT. Tanjungenim Lestari Pulp
and Paper sebagaimana telah tertera di lampiran LIST OF NEED & EXPECTATION
INTERESTED PARTIES.

Berdasakan klausul 4.3 adalah lingkup sistem manajemen dimaksudkan untuk


memperjelas batasan fisik dan keorganisasian dari sistem manajemen yang diterapkan.
PT. tanjungenim Lestari Pulp and Paper memiliki lingkup SML nya pada kegiatan
industri pulp di pabrik yang berlokasi di Desa Niru, Tebat Agung, Kecamatan Rambang
Dangku, Kabupaten Muara Enim.

Page 51 of 62
Berdasarkan klausul 4.4 adalah Sistem Manajemen Lingkungan, PT.
Tanjungenim Lestari Pulp and Paper didalam membangun SML telah
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

1. Konteks Organisasi

2. Konteks Eksternal

3. Isu-isu Eksternal

4. Pihak Eksternal yang mempengaruhi SML

5. Isu-isu Internal (untuk mengembangkan SML)

6. Proses Produksi

7. Pelaksanaan, mempertahankan dan meningkatkan SML

Tabel 4.3 Kesesuaian Klausul 4 ISO 14001:2015

Tidak
Klausul Sesuai Bukti Dokumentasi
Sesuai
4.1 Memahami Organisasi dan
v - NA
konteksnya
4.2 Memahami kebutuhan (needs) dan List of needs, expectation,
harapan (expectations) pihak v -
and interested parties
berkepentingan
Manual SML PT.
4.3 Menentukan lingkup sistem Tanjungenim Lestari Pulp
v -
management lingkungan
and Paper
4.4 Sistem management Lingkungan
v - Standard ISO 14001 : 2015
(SML)

B. Kepemimpinan

Klausul ini lebih menyoroti Top Manajemen terhadap kinerjanya dalam


mengambil akuntabilitas (bertanggung jawab penuh) dan komitmen terhadap sistem
manajemen lingkungan organisasi. Hal ini diwujudkan dalam bentuk perumusan
kebijakan lingkungan organisasi dengan memperhatikan berbagai konteks organisasi,

Page 52 of 62
lingkungan dan kewajiban kepatuhan. Maka dari itu, ketika klausul ini diterapkan secara
tidak langsung Top Manajemen telah menunjukkan akuntabilitasnya dalam sistem
manajemen lingkungan organisasi dengan memberikan peran, tanggung jawab dan
kewenangan dalam berorganisasi. Sehingga kinerja organisasi dapat terkontrol dan
environmentally friendly dengan adanya kebijakan-kebijakan lingkungan yang
dirumuskan oleh top manajemen sebelumnya.

Berdasakan klausul 5.1 adalah dalam memperagakan kepemimpinananya PT.


Tanjungenim Lestari Pulp and Paper manajemen puncak memiliki tanggunng jawab
untuk terlibat secara langsung atau mengarahkan sistem manajemen lingkungan.
Manajemen puncak boleh mendelegasikan tanggung jawab atas tindakan tersebut.
Dengan menunjuk seorang MR (Management Representative) di PT. Tanjungenim
Lestari Pulp and Paper yang dipegang oleh GMM (General Mill Manager).

Berdasakan klausul 5.2 adalah Top Manajemen harus merumuskan kebijakan


lingkungan yang ada di PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper. Dalam merumuskan
kebijakan, Top Manajemen harus mempertimbangkan konteks organisasi, dan
kepatuhan. Dimana manajemen puncak menjabarkan maksud organisasi untuk
mendukung dan meningkatkan kinerja lingkungan. Seperti, tertulis pada “Pernyataan
Kebijakan Lingkungan” PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper.

Berdasarkan klausul 5.3 PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper memiliki
pemahaman yang jelas tentang peran, dan tanggung jawab agar sesuai dengan
persyaratan standar. Tahapan ini ditunjukkan dengan adanya Organization Chart yang
dengan jelas menggambarkan struktur dan kewenangan dari tiap-tiap bagian kerja di PT.
Tanjungenim Lestari Pulp and Paper.

Tabel 4.4 Kesesuaian Klausul 5 ISO 14001:2015

Tidak
Klausul Sesuai Bukti Dokumentasi
Sesuai
5.1 Kepimpinan dan Komitmen v - Kebijakan Lingkungan
5.2 Kepemimpinan di dalam kebijakan
v - Kebijakan Lingkungan
lingkungan

Page 53 of 62
Organization chart & job
5.3 Peran, tanggung jawab, dan
v -
kewenangan organisasi description

C. Perencanaan

Perencanaan yang dimaksud dalam klausul ini yaitu tindakan yang dilakukan
terhadap:

1. Aspek Lingkungan Penting

Aspek lingkungan penting dapat mengakibatkan risiko dan peluang yang terkait
dengan dampak lingkungan yang merugikan (ancaman) atau menguntungkan (peluang).

2. Risiko dan Peluang yang telah diidentifikasi

Dapat merumuskan sebuah action plan terhadap risiko dan peluang tersebut serta
menentukan person in charge yang sesuai.

Berdasakan klausa 6.1 adalah PT. Tanjungenim lestari Pulp and Paper telah
membangun proses rencana SML dengan cara mengidentifikasi resiko dan peluang
seperti: merencanakan pengelolaan dokumen dan rekaman lingkungan , membuat
dokumen untuk risiko dan peluang yang perlu ditangani, membuat dokumen untuk
mendokumentasikan proses yang diperlukan untuk merencanakan dan mengelola SML.
Poin – poin tadi semuanya tertera di dalam Operating Procedure PT. Tanjungenim
Lestari Pulp and Paper. Selain itu, PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper juga
mengidentifikasikan aspek lingkungan yang termasuk dalam lingkup SML organisasi,
aspek – aspek lingkungan apa saja yang dipengaruhi atau dikendalikan organisasi.
Dalam mengidentifikasi aspek – aspek lingkungan, adapun peran END adalah sebagai
berikut :
 Meyiapkan rangkaian flow chart untuk setiap kegiatan yang ada di dalam
organisasi. Tujuan dari menyiapkan flow chart adalah agar segala aktivitas di
lingkup PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper berjalan secara detail.

Page 54 of 62
 Seluruh input dan output yang berhubungan dengan aspek lingkungan harus
diketahui segala tiap aktivitasnya. Adapun yang dimaksud dengan input adalah
air, energi, material, bahan bakar, dam serta para kontraktor. Dan yang dimaksud
dengan output adalah berupa bau, kebisingan, dan limbah dari proses produksi
pulp.
Berdasakan klausul 6.2 maksudnya adalah memastikan tujuan dari sasaran
lingkungan konsisten dengan kebijakan lingkungan secara terukur. PT. Tanjungenim
Lestari Pulp and Paper telah menetapkan sasaran lingkungan dan perencanaan untuk
pencapaian sasaran melalui program yang memenuhi persyaratan SMART ( Spesific,
Measurable, Achievable, Realistic, and Timely).
Tabel 4.5 Kesesuaian Klausul 6 ISO 14001:2015

Tidak
Sub Bab Sesuai Bukti Dokumentasi
Sesuai
6.1 Tindakan yang ditujukan pada Daftar risk and
resiko (risks) dan Peluang v -
opportunities
(opportunities)

Objective and target, and


6.2 Sasaran Lingkungan dan Environmental
v -
perencanaan untuk mencapai sasaran
Management Program.

D. Dukungan

Dukungan yang diperlukan oleh sistem manajemen lingkungan organisasi seperti


sumber daya, kompetensi, kepedulian, komunikasi, dan informasi terdokumentasi.
Diperlukan untuk menetapkan, menerapkan, memelihara dan memperbaiki sistem
manajemen lingkungan secara berkelanjutan. Sehingga, dukungan ini sangat
berpengaruh besar dalam keberlangsungan dan keberlanjutan kinerja lingkungan sebuah
organisasi.

Berdasakan klausul 7.1 yakni PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper telah
menentukan dan menyediakan sumber daya yang diperlukan oleh SML seperti salah
satu contohnya menyediakan sumber daya manusia yang mendukung organisasi.

Page 55 of 62
Berdasarkan klausul 7.2 yakni PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper telah
memperjelas persyaratan kompetensi dan mengidentifikasi personel yang
mempengaruhi kinerja lingkungan dan persyaratan kompetensi yang harus dipenuhi oleh
personel tersebut. Hal ini dibuktikan dengan adanya dokumentasi kompetensi personel
yang mempengaruhi kinerja lingkungan.

Berdasarkan klausul 7.3 yakni PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper telah
memastikan bahawa mereka menyadari kebijakan, tujuan, aspek, dan dampak
lingkungan. Kepedulian ini dibuktikan dengan tindakan – tindakan dalam mengatasi
isu-isu organisasi baik internal maupun eksternal.

Berdasarkan klausul 7.4 yaitu komunikasi. Untuk membangun komunikasi yang


baik di PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper melakukan suatu diskusi SML dengan
orang – orang disemua tingkat didalam organisasi baik di lingkup internal maupun
dengan pihak eksternal. Tujuan adanya komunikasi yaitu agar setiap orang yang ada di
dalam maupun diluar organisasi saling berkontribusi dalam perbaikan lingkungan
secara terus-menerus. Hal ini menjadi bukti bahwa PT. Tanjungenim Lestari Pulp and
Paper telah merencanakan, menetapkan proses, dan menentukan metode dalam
mengelola komunikasi.

Berdasarkan klausul 7.5 yaitu informasi yang terdokumentasi. PT. Tanjungenim


Lestari Pulp and Paper telah mengidentifikasi luas cakupan pendokumentasian
informasi dalam SML yang harus dilakukan dan telah mempertimbangkan kegiatan,
personel, kewajiban, proses, ukuran, produk, dan layanan organisasi ketika membuat
dokumen dan rekaman sebelum akhirnya dilakukan pembuatan dan pemutakhiran.
Setelah itu, PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper melakukan pengendalian
informasi terdokumentasi (dokumen dan rekaman) dengan mengontrol, membuat,
mengidentifikasi, mendistribusikan, menyimpan, akan megambil, mengakses,
melindungi rekaman, jika mengalami perubahan, dan memelihara. Hal ini berlaku untuk
semua dokumen baik internal maupun eksternal.

Page 56 of 62
Tabel 4.6 Kesesuaian Klausul 7 ISO 14001:2015

Tidak
Bukti Dokumentasi
Sub Bab Sesuai Sesuai
v - Organization chart
7.1 Sumber Daya
v - Data – data pelatihan
7.2 Kompetensi
v - Kebijakan Lingkungan
7.3 Kepedulian
SOP internal + eksternal
v -
komunikasi
7.4 Komunikasi
7.5 Informasi
v - SOP, WI, rekaman
Terdokumentasi

E. Operasi

Klausul ini merupakan penetapan, penerapan, pengendalian dan pemeliharaan


proses untuk memenuhi persayaratan sistem manajemen lingkungan dan kesiagaan
tanggap darurat yang telah diidentifikasi. Selain itu, untuk menerapkan tindakan dari
analisis resiko dan peluang serta sasaran lingkungan dan perencanaan untuk mencapai
sasaran yang dirancang pada bab perencanaan. Sehingga penerapan dari klausul ini
memberikan kontrol penuh terhadap kesesuaian operasi terhadap kriteria yang telah
direncanakan sebelumnya serta terdapat pengendalian di dalamnya.

Berdasarkan klausul 8.1 yaitu adanya tindakan seperti pengawasan terhadap


operasi apabila terjadi ketidaksesuaian dengan kriteria sistem manajemen lingkungan.
Jenis dan keluasan pengendalian operasional tergantung pada sifat operasi, risiko dan
peluang, aspek lingkungan penting dan kewajiban penaatan. perusahaan PT.
Tanjungenim Lestari Pulp and Paper telah memilih metode pengendalian operasional
yang diperlukan untuk memastikan bahwa proses efektif dan mencapai hasil yang
diharapkan.

Berdasarkan klausul 8.2 pada klausul operasi yaitu kesiagaan dan tanggap
darurat maksudnya adalah menyediakan standar operasional prosedur apabila terjadi
suatu ancaman baik sebelum maupun saat kejadian terjadinya kecelakaan dan kebocoran

Page 57 of 62
Cl2. PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper telah menetapkan SOP untuk tanggap
darurat sebagai berikut :

1. Kebakaran
2. Kecelakaan
3. Kebocoran Cl2
4. Ledakan Boiler
Tabel 4.7 Kesesuaian Klausul 8 ISO 14001:2015

Tidak
Bukti Dokumentasi
Sub Bab Sesuai Sesuai
8.1 Perencanaan
dan Pengendalian v - SOP dan WI
Operasional
8.2 Kesiagaan dan SOP dan WI
v -
tanggap darurat

F. Evaluasi Kinerja

Maksud dari klausul 9.1 adalah bahwasanya organisasi harus memantau,


mengukur, menganalisis, dan mengevaluasi kinerja lingkungan organisasi. Organisasi
harus memastikan bahwa pemantauan dan pengukuran menggunakan peralatan yang
terkalibrasi atau tersertifikasi dan terpelihara. PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper
telah melakukan pemantauan, pengukuran, serta mengevaluasi kinerja lingkungan yang
merupakan tugas dan tanggung jawab dari Environmental Departement (END).
Environmental Departement bekerjasama dengan MQD memastikan bahwa pengukuran
pada pemantauan parameter terkait udara, air, pengelolaan limbah B3, dan landfill
dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Maksud dari klausul 9.2 PT. Tanjunenim Lestari Pulp and Paper telah
melakukan audit internal setiap 6 bulan sekali yang dilakukan oleh tim audit internal
yang telah dibekali dengan training standar ISO 14001: 2015, sedangkan audit eksternal
dilakukan 6 bulan sekali oleh badan sertifikasi yang ditunjuk oleh PT. Tanjunenim
Lestari Pulp and Paper yaitu PT. SGS. Adapun tujuan diadakannya audit internal yaitu
sebagai berikut :

Page 58 of 62
 Untuk memastikan bahwa SML berjalan sesuai standar yang telah ditetapkan
pada ISO 14001 : 2015.
 Untuk memastikan bahwa SML diterapkan dengan dipelihara secara efektif.

Poin yang terakhir dalam klausul 9.3 adalah tinjauan manajemen. Manajemen
puncak harus meninjau sistem manajemen lingkungan organisasi, pada interval waktu
yang telah direncanakan untuk memastikan kesesuaian, kecukupan, dan keefektifan dari
SML. Tinjauan manajemen di PT. Tanjunenim Lestari Pulp and Paper dilakukan 6
bulan sekali. Dokumentasi dari pelaksanaan tinjauan manajemen harus disimpan sebagai
bukti hasil tinjauan manajemen.

Tabel 4.8 Kesesuaian Klausul 9 ISO 14001:2015

Tidak
Bukti Dokumentasi
Sub Bab Sesuai Sesuai
Evaluasi Objective and

- target & evaluasi


9.1 Evaluasi
penaatan peraturan LH
Kinerja v
- Dokumen Audit
9.2 Audit Internal v
9.3 Tinjauan MOM & Tinjauan
Manajemen -
Manajemen
v

G. Perbaikan

Klausul perbaikan ini merupakan action terhadap evaluasi akar permasalahan


yang ditemukan dalam audit sebelumnya. Ini merupakan bentuk pencegahan terhadap
masalah yang sama agar tidak terjadi kembali. Action yang dilakukan dengan
menerapkan EMS (Environmental Management Program).

Berdasarkan klausul 10.1 yakni setiap perbaikan yang dilakukan PT.


Tanjungenim Lestari Pulp and Paper selalu mempertimbangkan hasil analisis dan
evaluasi kinerja lingkungan, evaluasi penaatan, audit internal dan tinjauan manajemen.
Contoh perbaikan mencakup tindakan korektif, perbaikan berkelanjutan, terobosan
perubahan, inovasi dan pengorganisasian kembali.

Page 59 of 62
Klausul 10.2 yakni ketidaksesuaian dan tindakan korektif. PT. Tanjunenim
Lestari Pulp and Paper melakukan tindakan untuk mengendalikan dan melakukan
koreksi terhadap setiap ketidaksesuaian yang terjadi didalam SML dan mengevaluasi
setiap tindakan perbaikan yang dilaksanakan untuk menghilangkan penyebab
ketidaksesuaian supaya tidak terjadi lagi. Tindakan perbaikan (korektif) yang
dilaksanakan harus sesuai dengan tingkat penting dari pengaruh ketidaksesuaian yang
terjadi termasuk dampak lingkungan.

Berdasarkan klausul 10.3 yakni perbaikan berkelanjutan di PT. Tanjungenim


Lestari Pulp and Paper muncul akibat adanya evaluasi dalam perbaikan itu sendiri.
Sebagai salah satu contoh pelaksanaan dari EMP (Environmental Management
Program) yang diterapkan dan terus menerus di evaluasi dalam penerapannya apakah
dapat mengatasi permasalahan yang muncul. Sehingga jika terdapat kekurangan dari
EMP yang diterapkan akan dilakukan audit kembali dan di perbaiki lagi berikut dengan
evaluasinya sehingga EMP benar-benar dapat mencegah dampak yang merugikan bagi
aspek lingkungan.

Tabel 4.9 Kesesuaian Klausul 10 ISO 14001:2015

Tidak
Klausul Sesuai Bukti Dokumentasi
Sesuai
10.1 Umum v - NA
10.2
Dokumentasi Audit &
Ketidaksesuaian
v -
dan tindakan formulir CPAR
korektif
Dokumentasi Audit &
10.3 Perbaikan
v -
berkelanjutan formulir monitoring EMP

Page 60 of 62
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Hasil dari identifikasi masalah, perumusan masalah, kemudian melakukan studi


pustaka dan studi lapangan, dapat disimpulkan bahwasannya PT. Tanjungenim Lestari
Pulp and Paper telah sesuai dengan setiap klausul yang ada pada standar ISO
14001:2015 dalam menjalankan Sistem Manajemen Lingkungan-nya serta menunjukkan
komitmennya dalam menjaga dan mengelola lingkungan hidup dengan mematuhi segala
regulasi pengelolaan lingkungan hidup baik dalam skala nasional maupun global. Hal itu
dibuktikan dengan eksternal audit yang dlakukan oleh badan sertifikasi SGS periode
November 2016, Mei 2017, dan Desember 2017.

5.2 Saran

Penulis menyarankan beberapa hal kepada PT. Tanjungenim Lestari Pulp and
Paper dalm kinerja pengelolaan kinerja hidup, yaitu :

1. Mengikutsertakan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) sebagai interested


party yang bersangkutan dengan Sistem Manajemen Lingkungan.
2. Mengevauluasi kompetensi tiap karyawaan agar selalu bisa mengambil
bagian didalam perbaikan berkelanjutan khususnya pada sistem manajemen
lingkungan sesuai standar ISO 14001 : 2015.

Page 61 of 62
Daftar Pustaka

Laporan Hasil Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan


Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) PT. Tanjungenim Lestari Pulp and
Paper Semester 1, 2017.

P, Milton,2016. The ISO 14001:2015 Implementation Handbook. Milwaukee, America.


Quality Press. 2016.

“Sistem Manajemen Lingkungan”. Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. 17


Juni 2016. Web. 10 Februari 2018. http://www.menlhk.go.id/

Page 62 of 62

Anda mungkin juga menyukai