PENDAHULUAN
Page 1 of 62
Pacific Group. Pembangunan proyek ini dibiayai oleh suatu Consortium Bank
Internasional. Pada Bulan Desember 1999, pabrik ini mulai berproduksi dan pengapalan
produk perdana besar 7200 Adt melalui pelabuhan Tarahan pada tanggal 7 Februari
2000. Pihak menejemen PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper juga menyadari
sepenuhnya bahwa kegiatan produksi yang dilakukan dapat memberikan dapak penting
bagi lingkungan di sekitar industri, sehingga PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper
telah berhasil mendapatkan pengakuan internasional dengan diberikannya ISO 14001
pada tanggal 19 Juli 2007 oleh SGS.
Page 2 of 62
Pemilihan lokasi pabrik PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper di Kabupaten
Muara Enim ini berdasarkan faktor sebagai berikut :
1. PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper berjarak 30 km dari HTI, yaitu Musi Hutan
Persada.
2. PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper berjarak kurang dari 2 km dari sumber,
yaitu Sungai Lematang
Menurut perencanaan dari hasil produksi akan di ekspor ke Negara Jepang dan
Amerika Serikat, sedangkan untuk dalam negeri di pasarkan ke pulau Jawa. Pemasaran
pulp ke Negara-negara tersebut di koordinasi oleh :
Page 3 of 62
Produk tersebut dipasarkan melalui Pelabuhan Panjang, Tarahan Lampung yang
dibawa dengan menggunakan kereta api dari Muara Enim menuju Pelabuhan Panjang.
Dari Pelabuhan Panjang kemudian pulp dipasarkan ke provinsi-provinsi Negara-negara
sesuai permintaan dengan melalui jalur laut untuk pemasaran ke luar negeri.
Secara umum struktur organisasi di PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper
adalah sebagai berikut :
Gambar 1.1 Struktur Organisasi PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper
PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper dipimpin oleh seorang President
Director bernama Koji Yamanaka. Dibawah kepemimpinan Presiden Director terdapat
empat direktur utama yaitu Vice President Director, Finance Director, Operation
Director, dan HRD and GA Director.
Page 4 of 62
HRD and GA Director merupakan direktur yang bertanggung jawab pada bagian
sumber daya manusia dan administrasi.
Page 5 of 62
2. Technical Division (TDIV)
Page 6 of 62
d. Heavy Vehicle DePT./Departemen Alat Berat (HVD)
a. Perumahan
c. Perlengkapan Kerja
Untuk keseragaman dan kemamanan PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper,
maka setiap pegawai akan mendapatkan perlengkapan kerja sesuai dengan departemen
masing-masing. Perlengkapan kerja yang didapatkan yaitu kartu pengenal, pakaian
kerja, sepatu safety, dan helm safety dan untuk pekerja di pabrik diberikan alat
pelindung diri (APD), alat komunikasi, dan perlengkapan lainnya.
Page 7 of 62
d. Sarana Ibadah
e. Asuransi
f. Klinik
Karena pabrik jauh dari rumah sakit, maka perusahaan menyediakan klinik
sebagai pertolongan pertama.
g. Sarana Olahraga
Kolam Renang
Lapagan Sepakbola
Lapangan Voli
Lapangan Badminton
Lapangan Basket
Lapangan Tenis
Page 8 of 62
h. Sarana Pendidikan
PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper beroperasi selama 24 jam setiap hari
terus-menerus. Untuk menjaga ritme kerja, maka perusahaan membagi jam kerja
karyawannya. Jam kerja tersebut sebagai berikut:
Shift libur :-
b. Kerja Lembur
Page 9 of 62
1.5.4 Prinsip Perusahaan
Di dalam peningkatan kinerja dari perusahaan dan jaminan bagi kualitas produk,
PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper berupaya untuk mendapatkan pengakuan dari
lembaga resmi yang mengeluarkan sertifikat tentang kinerja dan adapun sertifikasi yang
telah berhasil dicapai oleh PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper adalah sebagai
berikut :
Page 10 of 62
2. Menanggapi kebutuhan konsumen setiap waktu, dengan mengirimkan
produk yang sesuai, tepat waktu serta memenuhi persyaratan baik dari
dalam maupun dari luar.
3. Mengembangkan hubungan yang jujur dan saling percaya pada
konsumen.
Page 11 of 62
Berikut merupakan persyaratan yang harus dipenuhi oleh PT.
Tanjungenim Lestari Pulp and Paper.
1. Kayu bukan dari Illegal Loging.
2. Tidak ada masalah sosial dengan masyarakat sekitar.
3. Kayu yang dipakai dapat di Tracking.
4. Kayu bukan dari hutan konservasi.
Page 12 of 62
verifikasi legalitas kayu berdasarkan sistem dan standar yang ditetapkan
pemerintah.
G. ISEGA
PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper juga memperoleh sertifikat
ISEGA. Tujuanj pemberian sertifikat yaitu menunjukan bahwa Pulp yang
dihasilkan oleh PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper 100% food grade,
ramah lingkungan, mudah didaur ulang, serta biodegrade.
Page 13 of 62
berkembangnya industri yang berdaya saing sehingga berdampak pada
kemajuan bangsa Indonesia.
Secara khusus, jaminan keamanan bagi industri diharapkan membuat
lancarnya kegiatan produksi bagi perusahaan-perusahaan, termasuk para
karyawannya yang bekerja dan berkarya didalamnya. Objek Vital Nasional
Sektor Industri langsung mendapatkan perlindugan keamanan. Adapun
pengamanan yang diberikan oleh kepolisian RI disesuaikan nilai investasi,
luasnya lahan, jumlah karyawan, dan faktor – faktor lainya yang telah
disesuaikan dengan sistem yang dirumuskan oleh polri melalui SKEP
738/2005 tentang sistem pengamanan Objek Vital Nasional.
Page 14 of 62
BAB II
TINJAUAN UMUM
Bahan baku berasal dari jenis kayu Accasia Mangium yang akan mengalami
beberapa proses untuk menghasilkan pulp. Bahan baku tersebut dperoleh dari Hutan
Tanaman Industri PT. Musi Hutan Persada (PT. MHP) dan beberapa HTI lain dari
Kalimantan.
Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam dan merupakan bahan
mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai dengan kemajuan teknologi.
Kayu memiliki beberapa sifat yang tidak dapat ditiru oleh bahan lain.
1. Semua batang pohon mempunyai pengatur vertical dan sifat simetris radial.
2. Kayu tersusun dari sel-sel yang memiliki tipe bermacam-macam dan susunan sel
nya terdiri dari senyawa kimia berupa selulosa dan hemiselulosa (unsure
karbohidrat) serta berupa lignin (non karbohidrat).
3. Semua kayu bersifat anisotripic, yaitu memperlihatkan sifat yang berlainan jika
diuji menurut tiga arah utamanya (longitudinal, tangensial, dan radial). Hal ini
disebabkan struktur dan orientasi selulosa dalam dinding sel , bentuk memanjang
sel kayu dan pengaturan sel terhadap sumber vertical dan horizontal pada batang
pohon.
5. Kayu dapat diserang oleh makhluk hidup perusak kayu, dapat juga terbakar
terutama kayu dalam keadaan kering. (J.F.Dumanauw, 1990)
Page 15 of 62
2.1.1 Sifat Kimia Kayu
Distribusi komponen kimia tersebut dalam dinding sel kayu merata, dan kadar
selulosa serta hemiselulosanya banyak terdapat dalam dinding sekunder. Sedangkan
lignin banyak terdapat dalam dinding primer dan lamella tengah. Zat ekstraktif terdapat
diluar dinding sel kayu. Unsur-unsur kimia dalam zat kayu adalah
a. Karbohidrat 50 %
b. Hidrogen 6 %
d. Abu 0,2-0,5%
e. Sisanya O2
Golongan Kayu
Komponen
Kayu Daun Lebar (%) Kayu Daun Jarum (%)
Page 16 of 62
Zat Ekstraktif 1-12 2-0.3
Beberapa sifat fisik yang terdapat pada kayu adalah sebagai berikut :
1. Berat Jenis
Kayu mempunyai berat jenis yang berbeda, yaitu antara 0,2 – 1,8. Berat jenis
merupakan petunjuk penting bagi beberapa sifat kayu, makin berat kayu maka
pada umumnya makin kuat pula kayu tersebut. Berat jenis kayu ditentukan oleh
tebal dinding sel kayu, dan kecilnya rongga sel kayu yang membentuk pori-pori.
Keawetan alami kayu adalah ketahanan kayu terhadap serangan dari unsur -
unsur perusak kayu dari luar, seperti ; jamur, rayap, bubuk, cacing dan lainnya
yang diukur dalam jangka tahunan.
3. Warna Kayu
Ada beberapa macam warna kayu, antara lain warna kuning, keputih-putihan,
coklat muda, coklat tua, kehitam-hitaman, dan kemerah-merahan. Warna pada
kayu disebabkan oleh zat pengisi warna.
4. Higroskopik
Higroskopik adalah suatu sifat yang dapat menyerap atau melepaskan air atau
kelembaban kayu sangat dipengaruhi oleh kelembaban dan suhu udara.
5. Berat Kayu
Berat suatu jenis kayu tergantung dari jumlah zat kayu yang tersusun
Page 17 of 62
2.2. Proses Produksi
Bahan baku berasal dari jenis kayu Accasia Mangium akan mengalami beberapa
tahap proses dari tahap persiapan hingga akhir menjadi pulp.
5. Pengelantangan/Pemutihan (Bleaching)
Selain proses produksi diatas terdapat juga proses pendukung yaitu penyiapan
bahan kimia (chemical preparation plant)
Tujuan dari proses ini adalah untuk menyiapkan bahan baku yang baik dan
memenuhi kriteria yang diinginkan sebagai bahan untuk proses pemasakan di unit
Digester. Sedangkan limbah yang dihasilkan dari penyiapan bahan baku berupa limbah
padat (13 % Bulk + 3 % Fines) akan digunakan sebagai bahan baku di power boiler.
a. Pengulitan (Debarking)
Potongan kayu akan dimasukkan ke unit drum barker dengan kapasitas 500
m3/jam. Limbah yang dihasilkan berupa kulit kayu (bark) dan selanjutnya dikirim ke
penampungan (hog pile), untuk dijadikan bahan bakar di power boiler.
Page 18 of 62
b. Pembentukan serpih kayu (Chipping)
Kayu yang telah dikuliti dilewati dengan conveyor belt ke unit chipper untuk
dibentuk menjadi serpihan-serpihan yang berukuran seragam, yaitu sekitar 2cm x 3cm x
0,2cm. Selanjutnya dikirim ke tempat penampungan sementara (chipyard) dan
dikumpulkan serta dikeringkan disana selama 28 hari. Limbah dari penyerpihan berupa
serbuk kayu (sawdust) dan selanjutnya dikirim ke penampungan sisa kayu (hog pile)
untuk dijadikan bahan bakar di power boiler.
Serpih kayu sebelum dimasak dalam digester unit diayak sehingga didapatkan
serpih dengan ukuran yang seragam. Serpihan kayu yang memenuhi ukuran yang
diinginkan dikirim ke penumpukan serpihan kayu (chip pile) untuk selanjutnya dimasak
di digester unit.
Proses pulping yang digunakan adalah proses kraft dengan bahan kimia pemasak
berupa larutan Na2S dan NaOH. Di dalam digester, kedua jenis bahan kimia pemasak
tersebut berubah menjadi ion yang bereaksi dengan komponen-komponen kimia yang
terdapat di dalam kayu seperti lignin dan selulosa. Dari proses ini akan dihasilkan
limbah cair yang berupa bahan kimia pemasak bekas atau lindi hitam (black liquor).
Dari hasil pemasakan ini diperoleh pulp berwarna coklat dan larutan lindi hitam. Lindi
hitam merupakan campuran air, lignin, Na2CO3, Na2SO4, dan sisa Na2S/NaOH.
Pulp hasil dari digesting kemudian di cuci dengan tujuan untuk memindahkan cairan
hasil sisa pemasakan dan mengurangi dampak terhadap lingkungan. Setelah itu disaring
(screen reject) agar terbebas dari bahan-bahan pengotor.
Page 19 of 62
2.2.4 Delignifikasi Oksigen (Oxygen Delignification)
Pulp yang dihasilkan dari proses oxygen delignification akan mengalami proses
pemutihan yang bertujuan untuk menghilangkan sisa lignin, warna, kotoran, dan bahan-
bahan lain yang masih terkandung dalam pulp.
2.2.6 Pengeringan dan Pembentukan Lembaran Pulp (Pulp Drying and Finishing)
Proses yang berlangsung di mesin pulp ini merupakan tahap akhir pembuatan
pulp. Proses ini mengubah pulp menjadi lembaran-lembaran pulp dengan ukuran yang
diinginkan. Pulp akan mengalami beberapa perlakuan sebagai berikut:
- Pengeringan akan menghilangkan sisa air yang masih terdapat pada lembaran pulp
dengan cara mengalirkan uap panas pada bagian atas dan bawah lembaran pulp di
airborne type dryer. Dari proses ini dihasilkan pulp dengan tingkat kekeringan sekitar
87-95% (bone dry pulp);
- Pengepakan lembaran pulp akhir yang siap dikirim ke gudang penyimpanan produk
akhir pulp.
Page 20 of 62
Kegiatan Penunjang
Proses pemulihan ini bertujuan mengolah larutan pemasak bekas atau lindi hitam
(black liquor) yang dihasilkan dari digester untuk memperoleh senyawa Na2S dan
NaOH yang akan digunakan kembali sebagai larutan pemasak (lindi putih/white liquor).
Dari kegiatan proses pemulihan bahan kimia akan dihasilkan limbah padat saltcake
sebesar lebih dari 5 ton/hari.
A. Pemekatan
Pemekatan lindi hitam dilakukan dengan cara penguapan dengan uap panas di
multiple effect evaporator untuk mengurangi kadar air pada lindi hitam. Penguapan
dengan uap panas ini akan mengurangi polusi gas berbau (yang umumnya terdiri dari
senyawa-senyawa sulfur). Tinggi cerobong buangan gas pada recovery boiler adalah 75
m dengan diameter 3,2 m. Terdapat upaya pengendalian terhadap debu dengan
pemasangan alat pengendali pencemaran udara berupa Electrostatic Precipitator (ESP)
dengan tingkat efisiensi sebesar 91-99% serta Black liquor Oxidation sebagai alat
pengendali emisi SO2 dengan efisiensi sebesar 72%.
Lindi hitam yang telah dipekatkan di unit evaporator, akan dibakar di unit
recovery furnace. Sebelum pemekatan, terjadi pencampuran lindi hitam pekat dengan
Na2SO4 di ruang pengadukan untuk menaikkan kadar Na2S yang dihasilkan dari proses
ini. Pembakaran campuran tersebut mengubah Na2SO4 menjadi Na2S. Pembakaran
senyawa organik tersebut untuk pembuatan steam yang selanjutnya akan digunakan di
steam turbine untuk pembangkit tenaga listrik. Senyawa anorganik, Na2S, dan Na2CO3
berubah menjadi zat semacam pasta (smelt) dan setelah dilarutkan dengan weak white
liquor di tangki pelarutan (dissolve tank) berubah menjadi green liquor (lindi hijau),
yang mengandung Na2S dan Na2CO3. Selanjutnya kedua senyawa tersebut mengalami
proses penyodaan dalam causticizing plant.
Page 21 of 62
C. Proses Soda
Pada proses soda yang terjadi di causticizing plant, lindi hijau direaksikan
dengan batu kapur (CaO) untuk mengubah Na2CO3 dalam larutan lindi hijau menjadi
NaOH. Dari proses soda ini dihasilkan larutan pemasak (lindi putih), larutan yang akan
digunakan kembali untuk pemasakan pulp. Dari proses ini akan dihasilkan limbah padat
berupa dreg dan grit sebesar lebih kurang 30 ton/hari. Limbah padat ini selanjutnya
dikirim ke landfill. Hasil sampingan dari proses soda ini, berupa lumpur kapur (CaCO3),
akan disaring dalam mud filter untuk memisahkan cairan weak white liquor yang masih
terdapat dalam lumpur kapur. Weak white liquor akan dikembalikan ke dissolve tank
untuk melarutkan pasta, hasil pembakaran dari recovery boiler. Sedangkan kapur
dibakar di unit lime kiln untuk mendapatkan kembali batu kapur (CaO), yang diperlukan
dalam proses soda berikutnya.
Limbah padat seperti serbuk kayu, kulit kayu, dan serpihan kayu akan dibakar dalam
power boiler untuk menghasilkan uap/steam. Diperkirakan sekitar 25 kg/detik uap panas
dihasilkan melalui pembakaran limbah kayu. Uap yang dihasilkan akan digunakan untuk
sumber energi mesin pabrik. Terdapat upaya pengendalian terhadap debu dengan
pemasangan alat pengendali pencemaran udara berupa Electrostatic Precipitator (ESP)
dengan tingkat efisiensi sebesar 91-99%.
Kebutuhan bahan kimia untuk proses di pabrik pulp diproduksi sendiri di unit
chemical plant yang terintegrasi dengan disain pabrik secara keseluruhan (integrated
chemical preparation plant) dan tidak menghasilkan limbah padat atau produk
sampingan. Bahan kimia yang dihasilkan dari chemical plant adalah NaOH, Cl 2, HCl,
ClO2 dan O2.
Page 22 of 62
3. Pengolahan Air Baku (Water Treatment)
Air Sungai Lematang akan dipompa masuk melewati unit penyaringan (kasar
dan halus). Air sungai akan mengalami proses desilting sebelum dialirkan melalui
pompa ke lokasi pabrik. Sedimentasi dan penyaringan dengan pasir di water treatment
plant akan mengurangi turbidity air sungai. Disamping itu floculant, sodium hidroksida
dan asam hidrokhlorik juga diperlukan. Sodium hipokhlorit diperlukan untuk
pengolahan air minum bagi kebutuhan town site. Dari proses pengolahan air baku, akan
dihasilkan limbah padat berupa sludge dari proses sedimentation sebanyak 50 G/L.
Sludge yang dihasilkan dikumpulkan dan penanganannya dikirim/dialirkan ke effluent
water treatment (IPAL). Air hasil pengolahan air baku yang akan digunakan di pabrik
pulp akan memenuhi standar proses pulp, yaitu kesadahan (hardness), silikat, kekeruhan
(turbidity), besi, klorida, dan CO2 yang rendah untuk mutu pulp yang baik.
Tenaga Kerja
Kegiatan operasi di lokasi pabrik pulp berlangsung selama 24 jam dengan tiga
kali shift. Jumlah tenaga kerja PT. TEL dan kontraktornya berdasarkan data pada
periode Januari – Juni 2017, berjumlah 1489 orang.
Keadaan Darurat
Page 23 of 62
Secara bertahap mensosialisasikan dan melembagakan ERS kepada segenap tingkatan
manajemen PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper; dan Industri pulp PT.
Tanjungenim Lestari Pulp and Paper menyiapkan sarana dan prasarana pendukung yang
dibutuhkan untuk mengoperasikan ERS.
Pelaksanaan K3
Dalam pelaksanaan Keamanan dan Keselamatan Kerja (K3), industri pulp PT. TEL
selalu menerapkan pada ketentuan yang telah digariskan dan membuat prosedur operasi
standar yang harus dilaksanakan pada setiap unit manajemen, sehingga pelaksanaan K3
lebih terencana dan terjamin.
PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper telah memperoleh sertifikat Sistem
Manajemen Lingkungan (ISO 14001:2004) dari SGS dengan nomor ID02/56727
berlaku dari 26 Juli 2014 s/d 26 Juli 2017 dan telah memperoleh PROPER Hijau dari
KLH selama 9 kali dan Peringkat HIJAU dari Gubernur selama 9 (Sembilan) kali mulai
tahun 2002 sampai dengan 2014. Selain itu, PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper
berhasil mempertahankan penghargaan Industri HIJAU dari Kementerian Perindustrian
untuk kali ke-enam di akhir tahun 2016 ini.
Page 24 of 62
BAB III
UTILITAS
Adapun unit yang menyediakan berbagai macam sumber energy yang diperoleh
oleh produksi suatu pabrik. Utilitas yang ada di PT. Tanjungenim Lestari Pulp and
Paper meliputi :
f. Pengolahan Limbah
Pemakaian air oleh pabrik pulp dan townsite berasal dari sungai, dengan
kebutuhan air rata-rata sebesar 86.850 m3/hari (1 m3/detik). Kebutuhan air untuk proses
produksi adalah sebesar 85.800 m3/hari (60 m3/ADt pulp). Sekitar 600 m3/hari akan
dialirkan untuk kebutuhan domestik, dan 450 m3/hari terkandung di dalam sludge yang
dihasilkan dari proses water treatment. Dari diagram neraca air tersebut terlihat bahwa
dalam proses industri dari jumlah air yang diambil (100.000 m3/d), sebanyak 80%
sisanya dikembalikan lagi ke badan sungai.
Air Sungai Lematang akan dipompa masuk melewati unit penyaringan (kasar
dan halus). Air sungai akan mengalami proses desilting sebelum dialirkan melalui
pompa ke lokasi pabrik. Sedimentasi dan penyaringan dengan pasir di water treatment
Page 25 of 62
plant akan mengurangi turbidity air sungai. Disamping itu floculant, sodium hidroksida
dan asam hidrokhlorik juga diperlukan. Sodium hipokhlorit diperlukan untuk
pengolahan air minum bagi kebutuhan town site. Dari proses pengolahan air baku, akan
dihasilkan limbah padat berupa sludge dari proses sedimentation sebanyak 50 G/L.
Sludge yang dihasilkan dikumpulkan dan penanganannya dikirim/dialirkan ke effluent
water treatment (IPAL). Air hasil pengolahan air baku yang akan digunakan di pabrik
pulp akan memenuhi standar proses pulp, yaitu kesadahan (hardness), silikat, kekeruhan
(turbidity), besi, klorida, dan CO2 yang rendah untuk mutu pulp yang baik. Diagram
proses pengolahan air dapat dilihat dalam gambar 3.1.
Page 26 of 62
3.2 Penyediaan Kebutuhan Listrik
Pada PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper, listrik dihasilkan dari generator
yang digerakkan oleh sebuah turbin yang dihasilkan 75 MW untuk proses mill dan
perumahan. Turbin ini digerakkan oleh steam yang dihasilkan dari power boiler dan
recovery boiler.
Uap (steam) diperoleh dari power boiler dan recovery plant dimana pada power
boiler, steam yang dihasilkan mempunyai tekanan 6300 Kpa dan laju 98 kg/s. Pada
power boiler menggunakan bahan bakar berupa kulit kayu, sludge, dan yang lainnya
yang merupakan Reject dari debarking drum. Reject tersebut dibakar di BFB 9 (Bubling
Fluidized Bed) boiler dengan menggunakan pasir sebagai media pemanas. Pada
recovery plant steam dihasilkan dari aliran ekstraksi pada Digester yang masuk ke flash
tank 1 yang kemudian dialirkan ke flash tank 2. Dari flash tank 1 dan 2 akan dihasilkan
flash steam yang digunakan sebagai presteaming pada chip bin dan steaming vessel.
Pada recovery boiler digunakan boiler jenis Water Tube Boiler.
Bahan bakar yang digunakan di PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper berupa
bahan bakar fosil dan biomassa. Bahan bakar fosil yang digunakan yaitu diesel oil,
heavy oil, dan natural gas. Sedangkan biomassa yang digunakan merupakan sumber
bahan bakar penghasil energy utama sebagai bahan bakar pembangkit listrik yang
memanfaatkan limbah produksi yaitu kulit kayu (bark) Acacia Mangium dan black
liquor (komponen lignin, zat ekstraktif yang terdegradasi pada proses pembuatan pulp
yang terkandung dalam black liquor). Bahan bakar berupa diesel oil (solar) dan heavy
oil (MFO/Marine Fuel Oil) yang digunakan untuk penyalaan awal proses pembakaran
dan juga memenuhi kekurangan bahan bakar di pembangkit listrik power boiler,
recovery boiler, NCG incinerator dan lime kiln.
Page 27 of 62
3.5 Pemulihan Kembali Bahan Kimia (Chemical Recovery)
a. Evaporator Plant
Produk dari evaporator effek 1 berupa heavy black liquor (black liquor
dengan konsentrasi tinggi) dipompakan ke dalam heavy black liquor flash tank.
Black liquor yang ada di heavy black liquor flash tank akan dipompakan ke
heavy liquor storage tanks (tanki HBL 1 dan 2). Selanjutnya black liquor dari
tanki HBL akan dipompakan ke recovery boiler untuk menjadi bahan bakar.
Page 28 of 62
b. Recovery Plant
Black liquor yang berasal dari seksi evaporator akan di spray ke dalam
furnace recovery boiler oleh stationery liquor spray. Noozle-noozle pada akhir
sprayer akan membentuk butiran-butiran yang akan jatuh ke bagian bawah
furnace dan membentuk cher bed, kemudian hasil pembakaran lindi hitam ini
akan membentuk smelt yang selanjutnya akan dikirim ke rechausetizing plant
untuk di ubah menjadi cairan pemasak kembali.
1. Proses Rechausticizing
Filtrat yang berasal dari GLC yang sudah jernih dipompakan menuju ke
slaker classifier yang mempunyai dua buah pengaduk didalam slaker
ditambahkan CaO yang berasal dari ime bin dan terjadi proses slaking
dimana reaksi yang terjadi adalah :
Page 29 of 62
Sluge yang berasal dari slaker masuk ke bunker sedangkan filtratnya
yang berupa slurry dipompakan ke caustizer tiga untuk menyempurnakan
reaksi dari slaking untuk menghasilkan reaksi white liquor yang sempurna.
Dimana reaksi yang terjadi pada caustizing adalah :
2. Lime Kiln
Page 30 of 62
Didalam lime kiln terjadi pembakaran dan menghasilkan CaO yang
kemudian dihancurkan dengan menggunkan crushear sebelum dikirim ke
lime bin. CaO akan jatuh ke dreg chain conveyor lalu masuk ke elevator.
Quicklime (CaO) kemudian ditampung didalam lime bin dengan
menggunakan lime elevator. Quicklime yang telah berada dalam lime bin
siap digunakan didalam proses slaker classifier.
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) PT. Tanjungenim Lestari Pulp and
Paper yang disebut Effluent Treatment berfungsi untuk mengolah limbah cair yang
dihasilkan oleh pabrik yang sudah tidak dapat di daur ulang kembali sehingga menjadi
limbah terolah yang berada di bawah standar pemerintah yang berlaku Kep-
51/MENLH/10/1995 untuk pabrik pulp dan kertas. Berikut ini merupakan diagram alir
proses IPAL yaitu:
Page 31 of 62
3.6.2 Pengolahan Limbah Padat
Limbah padat yang dihasilkan di area PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper
terdiri dari dua limbah yaitu limbah pabrik dan limbah domestik.
a. Limbah Pabrik
Limbah padat yang dihasilkan dari pabrik berupa dreg dan grit dari
recausticizing plant, abu dari Power boiler dan garam dari Chemical Plant yang
nantinya akan ditimbun dengan sistem landfill. Sedangkan limbah padat lainnya seperti
kulit kayu dari wood handling, screen reject dan lumpur dari Effluent Treatment
diumpankan ke Power boiler sebagai bahan bakar untuk menghasilkan steam sebagai
penggerak turbin pembangkit tenaga listrik. Dalam operasi landfill, dibuat sumur pantau
dan kolam pengumpul lindi untuk memantau kualitas lindi dan kontaminasi limbah
padat terhadap tanah. Lindi yang terkumpul di dalam kolam penampungan akan
dikirimkan ke Effluent Treatment untuk diolah secara fisik-kimia-biologi.
b. Limbah Domestik
Limbah domestik merupakan limbah hasil dari rumah tangga dan perkantoran
akan ditampung di tempat pembuangan sampah yang dikontrol oleh petugas khusus.
Dalam hal ini, PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper membangun peralatan
pengendalian pencemaran udara di masing-masing sumber. Di pabrik pulp terdapat dua
proses yang memungkinkan terjadinya pencemaran udara yaitu:
Page 32 of 62
bau yang dihasilkan pabrik pulp, maka PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper
menerapkan hal-hal berikut:
Page 33 of 62
BAB IV
TUGAS KHUSUS
4.1 Judul
Page 34 of 62
Hal tersebut menyebabkan organisasi mengadopsi pedekatan sistematis untuk
manajemen lingkungan dengan menerapkan sistem manajemen lingkungan dengan
tujuan memberikan kontribusi bagi pilar lingkungan berkelanjutan.
Tujuan dari standar ISO 14001:2015 adalah untuk memberikan organisasi suatu
kerangka dan tanggap terhadap perubahan kondisi lingkungan dalam menyeimbangkan
kebutuhan sosial-ekonomi. Standar ini menentukan persyaratan yang memungkinkan
suatu organisasi untuk mencapai hasil yang diharapkan yang telah organisasi tetapkan
untuk sistem manajemen lingkungannya.
ISO 14001:2015 merupakan salah satu standar yang bisa digunakan organisasi
dalam upaya untuk memenuhi tanggung jawab pegelolaan seperti yang dipersyaratkan
dalam UU No. 32 Tahun 2009. Standar ini bisa membantu organisasi mencapai hasil
yang diharapkan dari sistem manajemen lingkungan dan memberikan manfaat bagi
lingkungan hidup bagi organisasi itu sendiri dan pihak lain yang berkepentingan. Hasil
yang diharapkan dari penerapan sistem manajemen lingkungan yang konsisten dengan
kebijakan lingkungan organisasi meliputi:
Page 35 of 62
Selaku perusahaan yang telah tersertifikasi ISO 14001:2015, PT. Tanjungenim
Lestari Pulp and Paper telah melakukan berbagai upaya untuk memenuhi semua standar
ISO 14001 : 2015, dan telah diauditkan oleh badan sertifikasi SGS setiap 6 bulan sekali,
dan audit oleh auditor internal secara rutin dari tahun 2002.
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada tugas khusus ini adalah
mengetahui bagaimana implementasi ISO 14001:2015 pada kinerja pengelolaan
lingkungan hidup PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper.
4.4 Tujuan
Adapun tujuan yang akan dicapai pada tugas khusus ini adalah mengetahui
pengaruh implementasi standar ISO 14001:2015 PT. Tanjungenim Lestari Pulp and
Paper terhadap kinerja pengelolaan lingkungan hidup secara nasional maupun global.
Page 37 of 62
1. 1988 : The American Chemestry Council (ACC) diterbitkan agar membantu
perusahaan meningkatkan kualitas mutu lingkungan serta kesehatan.
2. 1992 : The British Standards Institute (BSI) adalah suatu badan Sistem
Manajemen Lingkungan yang berbasis standar pertama kali di dunia. : BS
7750, sebuah standar untuk mengontrol lingkungan dikawasan perusahaan
manufaktur.
3. 1996 : The International Organization for Standardization (ISO) membuat
ISO 14001, diterbitkanya ISO 14001 adalah untuk memperbaruhi peraturan
yang ada di amerika dan inggris serta seluruh perusahaan di dunia bisa
bergabung disini.
Page 38 of 62
7. Melaksanakan komunikasi informasi lingkungan kepada pihak berkepentingan.
Standar ini, seperti Standar Nasional lainnya, tidak dimaksudkan untuk menambah atau
mengurangi persyaratan hukum organisasi.
D. Faktor Keberhasilan
Mengadopsi standar ini, tidak serta merta akan menjamin hasil lingkungan yang
oPT.imal. Penerapan standar ini dapat berbeda dari satu organisasi dengan organisasi
lainnya karena konteks organisasinya. Dua organisasi dapat melaksanakan kegiatan
yang serupa, namun dapat memiliki perbedaan dalam kewajiban penaatan, komitmen
dalam kebijakan lingkungan, teknologi lingkungan dan capaian kinerja lingkungan,
namun keduanya dapat sesuai dengan persyaratan standar ini.
Page 39 of 62
E. Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 : 2015
Seperti halnya semua sistem manajemen, secara periodik ISO 14001 harus
melalui proses review yang komprehensif. Sehingga dalam perjalannya, Sistem
Manajemen Mutu berdasarkan ISO 14001 telah mengalami dua kali revisi yaitu di tahun
1996 dan 2004. Saat ini, revisi standard ISO 14001 telah memasuki proses final draft
stage dimana ISO 14001 telah diterbitkan pada tanggal 2 Juli 2015. Publikasi standard
baru ISO 14001 : 2015 telah terlaksana pada September 2015.
Perbedaan terbesar antara lama dan standar baru adalah struktur. Hal ini karena
edisi baru menggunakan Template Annex SL baru. Menurut ISO, semua standar sistem
manajemen di masa yang akan datang akan menggunakan layout baru ini dan akan
mempunyai persyaratan dasar yang sama Akibatnya, semua Sistem Manajemen yang
baru akan memiliki tampilan yang sama dan struktur umum sangat dimungkinkan
karena konsep dasar umum digunakan untuk semua standar sistem manajemen. Struktur
umum akan membuat organisasi lebih mudah untuk menerapkan beberapa standar
karena semua standar akan menggunakan bahasa dasar yang sama dan persyaratan dasar
yang sama.
Ada beberapa persyaratan baru, contoh yang paling signifikan adalah terkait
konteks organisasi (Pasal 4) dan Tindakan untuk mengatasi risiko dan peluang. Gagasan
di balik persyaratan baru adalah untuk membuat Sistem Manajemen Lingkungan
menjadi bagian dari kegiatan bisnis sehari-hari, dan sebaliknya. Tentu saja, ada beberapa
persyaratan lama yang sekarang tidak disebutkan lagi dalam standar ISO 14001, seperti
perwakilan manajemen dan tindakan pencegahan.
Page 40 of 62
mengenai"life-cycle"
Klausul Judul
1 Ruang Lingkup
2 Acuan Normatif
3 Istilah dan Definisi
3.1 Istilah terkait dengan organisasi dan kepemimpinan
3.1.1 Sistem Manajemen
3.1.2 Sistem Manajemen Lingkungan
3.1.3 Kebijakan Lingkungan
3.1.4 Organisasi
3.1.5 Manajemen Puncak
3.1.6 Pihak berkepentingan
3.2 Istilah terkait dengan perencanaan
3.2.1 Lingkungan
3.2.2 Aspek Lingkungan
3.2.3 Kondisi Lingkungan
3.2.4 Dampak Lingkungan
Page 41 of 62
3.2.5 Sasaran
3.2.6 Sasaran Lingkungan
3.2.7 Pencegahan pencemaran
3.2.8 Persyaratan
Kewajiban penaatan (istilah yang dipilih) persyaratan
3.2.9 hukum dan persyaratan lainnya (istilah yang
dihilangkan)
3.2.10 Risiko
3.2.11 Risiko dan Peluang
3.3 Istilah terkait dengan dukungan dan operasional
3.3.1 Kompetensi
3.3.2 Informasi terdokumentasi
3.3.3 Daur Hidup
3.3.4 Pengalihan keluar (kata kerja)
3.3.5 Proses
3.4 Istilah terkait evaluasi dan perbaikan kinerja
3.4.1 Audit
3.4.2 Kesesuaian
3.4.3 Ketidaksesuaian
3.4.4 Tindakan Korektif
3.4.5 Perbaikan berkelanjutan
3.4.6 Efektifitas
3.4.7 Indikator
3.4.8 Pemantauan
3.4.9 Pengukuran
3.4.10 Kinerja
3.4.11 Kinerja Lingkungan
4 Konteks Organisasi
4.1 Memahami organisasi dan konteksnya
4.2 Memahami kebutuhan dan harapan pihak
Page 42 of 62
berkepentingan
4.3 Menentukan lingkup sistem manajamen lingkungan
4.4 Sistem manajemen lingkungan
5 Kepemimpinan
5.1 Kepemimpinan dan komitmen
5.2 Kepemimpinan didalam kebijakan lingkungan
Peran,kewenangan, dan tanggung jawab organisasi
6 Perencanaan
Tindakan yang ditujukan pada resiko (risks) dan
6.1
Peluang (opportunities)
6.1.1 Membangun proses dan rencana pada SML
6.1.2 Aspek lingkungan
6.1.3 Kewajiban Penaatan (Compliance obligation)
6.1.4 Tindakan Perencanaan (Planning Action)
Sasaran Lingkungan dan perencanaan untuk mencapai
6.2
sasaran
6.2.1 Sasaran lingkungan
Tindakan perencanaan untuk mencapai sasaran
6.2.2
lingkungan
7 Dukungan ( Support)
7.1 Sumber daya
7.2 Kompetensi
7.3 Kepedulian
7.4 Komunikasi
7.4.1 Umum
7.4.2 Internal komunikasi
7.4.3 komunikasi eksternal
7.5 Informasi terdokumentasi
7.5.1 umum
7.5.2 Pembuatan dan pemuktahiran
Page 43 of 62
7.5.3 Pengendalian informasi dan terdokumentasi
8 Operasi
8.1 Perencanaan dan pengendalian operasional
8.2 Kesiagaan dan tanggap darurat
9 Evaluasi kinerja
9.1 Pemantauan, pengukuran, analisis, dan evaluasi
9.1.1 Umum
9.1.2 Evaluasi penataan
9.2 Audit internal
9.2.1 Umum
9.2.2 Program audit internal
9.3 Tinjauan manajemen
10 Perbaikan
10.1 Umum
10.2 Ketidaksesuaian dan tindakan korektif
10.3 Perbaikan berkelanjutan
F. Model Plan-Do-Check-Act
Page 44 of 62
- Tindaki : lakukan tindakan untuk perbaikan berkelanjutan
Gambar 4.1 Hubungan antara PDCA dan kerangka kerja standar ini
4.7 Pembahasan
4.7.1 Umum
Semua klausul yang ada di ISO 14001 : 2015 akan dibedah, pembedahan tiap
klausul yaitu dengan menilai tiap sub bab kalusul apakah perusahaan oleh PT.
Tanjungenim Lestari Pulp and Paper telah menerapkannya atau belum. PT.
Tanjungenim Lestari Pulp and Paper telah mendisiplinkan diri sebagai perusahaan yang
berkomitment untuk menjaga mutu kualitas produk dan lingkungan area perusahaan.
Sebelum membedah klausul – klausul ISO 14001 : 2015 di perusahaan PT.
Tanjungenim Lestari Pulp and Paper Penulis akan menjabarkan terlebih dahulu seluruh
permasalahan – permasalahan lingkungan yang diatasi oleh PT. Tanjungenim Lestari
Pulp and Paper.
Limbah cair dari proses pabrik disaring melalui penapisan mekanis (mechanical
screening) untuk memisahkan padatan tersuspensi atau Total Suspended Solids (TSS)
dan lumpur dari limbah cair. Endapan yang terbentuk dialirkan ke sludge thickener,
Page 45 of 62
sedangkan limbah cair dialirkan ke lime neutralization untuk penetralan pH menjadi 6–
9. Lumpur halus yang masih tersisa dalam limbah cair diendapkan dalam clarifier, dan
endapan yang terbentuk di bagian bawah dikirim ke sludge thickener, sedangkan limbah
cair dialirkan ke settling basin.
Dalam keadaan darurat dimana terjadi limpasan (spill) bahan kimia dari pabrik
(blue wont), alat sensor konduktivitas akan menutup aliran normal limbah ke settling
basin dan mengalirkannya ke spill pond. Limpasan bahan kimia ditampung dalam spill
pond dan dialirkan ke settling basin dengan mengatur kecepatan aliran. Limbah cair
mengalami pengendapan dalam settling basin. Selanjutnya limbah cair dialirkan ke
aerated stabilization basin untuk diproses secara biologis. Dalam unit ini, limbah cair
akan mengalami pengadukan (mixing) dan penambahan O2 (oksigen) yang cukup agar
proses biologi dapat berlangsung secara oPT.imal.
Limbah cair yang telah diolah di IPAL dan telah memenuhi baku mutu
lingkungan selanjutnya dibuang ke Sungai Lematang. Lokasi IPAL terletak di luar
lokasi pabrik yaitu 500 meter dari arah pintu keluar pabrik PT. Tanjungenim Lestari
Pulp and Paper. Sebelum dibuang ke badan Sungai Lematang, setelah melalui IPAL,
limbah cair dialirkan melalui Pharshall C, kemudian ke kolam penampungan, dan
dilanjutkan ke Pharshall D. Dari Pharshall D limbah cair dialirkan melalui bangunan
penghilang busa (foam chamber). Dari bangunan penghilang busa tersebut limbah cair
dialirkan melalui pipa besi ke Sungai Lematang. Ujung pipa diletakkan di dasar sungai
pada jarak 1/3 dari lebar sungai. Bangunan penghilang busa adalah suatu bangunan yang
di desain untuk mengurangi busa yang ditimbulkan oleh aliran limbah cair olahan
sebelum masuk ke Sungai Lematang.
B. Udara
Sumber dampak yang berasal dari emisi debu dari power boiler, recovery boiler,
dan lime kiln ; serta emisi H2S (TRS), SO2, NO2, dan ClO2 yang berasal dari power
boiler, recovery boiler, lime kiln, dissolving tank, digesting tank dan bleach tank.
Dampak emisi gas dan debu yang timbul pada tahap operasi dapat menimbulkan
masalah kesehatan terhadap masyarakat disekitar pabrik dan juga terhadap karyawan
pabrik.
Page 46 of 62
Tolak ukur pengelolaan berdasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 41
Tahun 1999 dan Keputusan Mentri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-
50/MENLH/11/1996 tentang Baku Mutu Tingkat Kebauan(H2S = 0,02 ppm). Upaya
pengelolaan yaitu melakukan pengendalian terhadap debu dan emisi gas menggunaka
alat pengendali pencemaran udara yang memiliki efesiensi tinggi, yaitu Electrostatic
Precipitators (ESP) dan Cyclone Separators (CS). Bentuk lain sebagai usaha
pengendalian pencemaran udara ialah penanaman pohon tahap konstruksi.
C. Kebisingan
Page 47 of 62
D. Limbah Padat/ Landfill
Limbah padat yang ada diperusahaan oleh PT. Tanjungenim Lestari Pulp and
Paper berasal dari proses wood handling yang menghasilkan limbah bark, Effluent
treatment yang menghasilkan Sludge cake, Brownstock yang menghasilkan limbah
berupa Screen reject, Chemical preparation yang menghasilkan limbah berupa Brine
Sludge, power boiler yang menghasilkan limbah berupa ash dan sand, dan
recausticizing menghasilkan limbah berupa dreg.
Page 48 of 62
Pembuatan tiga sumur pantau, dua sumur terletak pada jarak sekitar 20
dari landfill ( jarak antara kedua sumur pantau tersebut sekitar 50 m
sejajar dengan pinggiran landfill) ke arah barat laut (down stream).
Sedangkan satu sumur lainnya terletak di bagian tenggara pada jarak 20m
dari landfill (up stream).
Page 49 of 62
4.7.2. Peraturan – Peraturan Lingkungan Terhadap Udara, Air dan Limbah di PT.
Tanjungenim Lestari Pulp and Paper
Terdapat beberapa topik regulasi yang menjadi perhatian dan acuan PT.
Tanjungenim Lestari Pulp and Paper sebagai bentuk proteksi dalam mengatasi potensi
pencemaran lingkungan, yaitu:
Page 50 of 62
4.7.3 Pengaruh Implementasi ISO 14001:2015 pada Kinerja Pengelolaan
Lingkungan Hidup PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper
A. Konteks Organisasi
Dalam klausul ini, organisasi diharapkan mampu menentukan isu internal dan
eksternal yang relevan dengan tujuan dan yang dapat berpengaruh pada kemampuan
untuk mencapai hasil yang diharapkan dari manajemen lingkungan. Isu tersebut harus
mencakup kondisi lingkungan yang terpengaruh oleh atau mampu mempengaruhi
organisasi. Sehingga, ketika suatu organisasi telah menerapkan klausul ini, mereka dapat
merumuskan sebuah perencanaan terhadap isu-isu internal maupun eksternal dan
bagaimana cara mengatasinya. Hal ini sebagai bentuk proteksi terhadap potensi yang
dapat memberikan dampak terhadap sistem manajemen lingkungan organisasi dalam
perjalanannya untuk mencapai tujuan. Selain itu, organisasi perlu mengadakan
penetapan, penerapan, pemeliharaan dan perbaikan suatu sistem manajemen lingkungan
secara berkelanjutan, termasuk proses dan interaksi yang diperlukan.
Berdasarkan klausul 4.1, PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper telah
memahami dan mengidentifikasi isu internal maupun eksternal baik secara maksud dan
tujuan sebagaimana telah tertera di lampiran LIST OF INTERNAL AND EXTERNAL
ISSUE OF PT. TeL Pulp and Paper.
Berdasarkan klausul 4.2, adalah bahwasannya PT. Tanjungenim Lestari Pulp and
Paper dituntut untuk memahami kebutuhan dan harapan dari pihak-pihak yang
berkepentingan. Sehingga penentuan kebutuhan dan harapan dari pihak yang
berkepentingan menjadi penting untuk ditetapkan oleh PT. Tanjungenim Lestari Pulp
and Paper sebagaimana telah tertera di lampiran LIST OF NEED & EXPECTATION
INTERESTED PARTIES.
Page 51 of 62
Berdasarkan klausul 4.4 adalah Sistem Manajemen Lingkungan, PT.
Tanjungenim Lestari Pulp and Paper didalam membangun SML telah
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1. Konteks Organisasi
2. Konteks Eksternal
3. Isu-isu Eksternal
6. Proses Produksi
Tidak
Klausul Sesuai Bukti Dokumentasi
Sesuai
4.1 Memahami Organisasi dan
v - NA
konteksnya
4.2 Memahami kebutuhan (needs) dan List of needs, expectation,
harapan (expectations) pihak v -
and interested parties
berkepentingan
Manual SML PT.
4.3 Menentukan lingkup sistem Tanjungenim Lestari Pulp
v -
management lingkungan
and Paper
4.4 Sistem management Lingkungan
v - Standard ISO 14001 : 2015
(SML)
B. Kepemimpinan
Page 52 of 62
lingkungan dan kewajiban kepatuhan. Maka dari itu, ketika klausul ini diterapkan secara
tidak langsung Top Manajemen telah menunjukkan akuntabilitasnya dalam sistem
manajemen lingkungan organisasi dengan memberikan peran, tanggung jawab dan
kewenangan dalam berorganisasi. Sehingga kinerja organisasi dapat terkontrol dan
environmentally friendly dengan adanya kebijakan-kebijakan lingkungan yang
dirumuskan oleh top manajemen sebelumnya.
Berdasarkan klausul 5.3 PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper memiliki
pemahaman yang jelas tentang peran, dan tanggung jawab agar sesuai dengan
persyaratan standar. Tahapan ini ditunjukkan dengan adanya Organization Chart yang
dengan jelas menggambarkan struktur dan kewenangan dari tiap-tiap bagian kerja di PT.
Tanjungenim Lestari Pulp and Paper.
Tidak
Klausul Sesuai Bukti Dokumentasi
Sesuai
5.1 Kepimpinan dan Komitmen v - Kebijakan Lingkungan
5.2 Kepemimpinan di dalam kebijakan
v - Kebijakan Lingkungan
lingkungan
Page 53 of 62
Organization chart & job
5.3 Peran, tanggung jawab, dan
v -
kewenangan organisasi description
C. Perencanaan
Perencanaan yang dimaksud dalam klausul ini yaitu tindakan yang dilakukan
terhadap:
Aspek lingkungan penting dapat mengakibatkan risiko dan peluang yang terkait
dengan dampak lingkungan yang merugikan (ancaman) atau menguntungkan (peluang).
Dapat merumuskan sebuah action plan terhadap risiko dan peluang tersebut serta
menentukan person in charge yang sesuai.
Berdasakan klausa 6.1 adalah PT. Tanjungenim lestari Pulp and Paper telah
membangun proses rencana SML dengan cara mengidentifikasi resiko dan peluang
seperti: merencanakan pengelolaan dokumen dan rekaman lingkungan , membuat
dokumen untuk risiko dan peluang yang perlu ditangani, membuat dokumen untuk
mendokumentasikan proses yang diperlukan untuk merencanakan dan mengelola SML.
Poin – poin tadi semuanya tertera di dalam Operating Procedure PT. Tanjungenim
Lestari Pulp and Paper. Selain itu, PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper juga
mengidentifikasikan aspek lingkungan yang termasuk dalam lingkup SML organisasi,
aspek – aspek lingkungan apa saja yang dipengaruhi atau dikendalikan organisasi.
Dalam mengidentifikasi aspek – aspek lingkungan, adapun peran END adalah sebagai
berikut :
Meyiapkan rangkaian flow chart untuk setiap kegiatan yang ada di dalam
organisasi. Tujuan dari menyiapkan flow chart adalah agar segala aktivitas di
lingkup PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper berjalan secara detail.
Page 54 of 62
Seluruh input dan output yang berhubungan dengan aspek lingkungan harus
diketahui segala tiap aktivitasnya. Adapun yang dimaksud dengan input adalah
air, energi, material, bahan bakar, dam serta para kontraktor. Dan yang dimaksud
dengan output adalah berupa bau, kebisingan, dan limbah dari proses produksi
pulp.
Berdasakan klausul 6.2 maksudnya adalah memastikan tujuan dari sasaran
lingkungan konsisten dengan kebijakan lingkungan secara terukur. PT. Tanjungenim
Lestari Pulp and Paper telah menetapkan sasaran lingkungan dan perencanaan untuk
pencapaian sasaran melalui program yang memenuhi persyaratan SMART ( Spesific,
Measurable, Achievable, Realistic, and Timely).
Tabel 4.5 Kesesuaian Klausul 6 ISO 14001:2015
Tidak
Sub Bab Sesuai Bukti Dokumentasi
Sesuai
6.1 Tindakan yang ditujukan pada Daftar risk and
resiko (risks) dan Peluang v -
opportunities
(opportunities)
D. Dukungan
Berdasakan klausul 7.1 yakni PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper telah
menentukan dan menyediakan sumber daya yang diperlukan oleh SML seperti salah
satu contohnya menyediakan sumber daya manusia yang mendukung organisasi.
Page 55 of 62
Berdasarkan klausul 7.2 yakni PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper telah
memperjelas persyaratan kompetensi dan mengidentifikasi personel yang
mempengaruhi kinerja lingkungan dan persyaratan kompetensi yang harus dipenuhi oleh
personel tersebut. Hal ini dibuktikan dengan adanya dokumentasi kompetensi personel
yang mempengaruhi kinerja lingkungan.
Berdasarkan klausul 7.3 yakni PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper telah
memastikan bahawa mereka menyadari kebijakan, tujuan, aspek, dan dampak
lingkungan. Kepedulian ini dibuktikan dengan tindakan – tindakan dalam mengatasi
isu-isu organisasi baik internal maupun eksternal.
Page 56 of 62
Tabel 4.6 Kesesuaian Klausul 7 ISO 14001:2015
Tidak
Bukti Dokumentasi
Sub Bab Sesuai Sesuai
v - Organization chart
7.1 Sumber Daya
v - Data – data pelatihan
7.2 Kompetensi
v - Kebijakan Lingkungan
7.3 Kepedulian
SOP internal + eksternal
v -
komunikasi
7.4 Komunikasi
7.5 Informasi
v - SOP, WI, rekaman
Terdokumentasi
E. Operasi
Berdasarkan klausul 8.2 pada klausul operasi yaitu kesiagaan dan tanggap
darurat maksudnya adalah menyediakan standar operasional prosedur apabila terjadi
suatu ancaman baik sebelum maupun saat kejadian terjadinya kecelakaan dan kebocoran
Page 57 of 62
Cl2. PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper telah menetapkan SOP untuk tanggap
darurat sebagai berikut :
1. Kebakaran
2. Kecelakaan
3. Kebocoran Cl2
4. Ledakan Boiler
Tabel 4.7 Kesesuaian Klausul 8 ISO 14001:2015
Tidak
Bukti Dokumentasi
Sub Bab Sesuai Sesuai
8.1 Perencanaan
dan Pengendalian v - SOP dan WI
Operasional
8.2 Kesiagaan dan SOP dan WI
v -
tanggap darurat
F. Evaluasi Kinerja
Maksud dari klausul 9.2 PT. Tanjunenim Lestari Pulp and Paper telah
melakukan audit internal setiap 6 bulan sekali yang dilakukan oleh tim audit internal
yang telah dibekali dengan training standar ISO 14001: 2015, sedangkan audit eksternal
dilakukan 6 bulan sekali oleh badan sertifikasi yang ditunjuk oleh PT. Tanjunenim
Lestari Pulp and Paper yaitu PT. SGS. Adapun tujuan diadakannya audit internal yaitu
sebagai berikut :
Page 58 of 62
Untuk memastikan bahwa SML berjalan sesuai standar yang telah ditetapkan
pada ISO 14001 : 2015.
Untuk memastikan bahwa SML diterapkan dengan dipelihara secara efektif.
Poin yang terakhir dalam klausul 9.3 adalah tinjauan manajemen. Manajemen
puncak harus meninjau sistem manajemen lingkungan organisasi, pada interval waktu
yang telah direncanakan untuk memastikan kesesuaian, kecukupan, dan keefektifan dari
SML. Tinjauan manajemen di PT. Tanjunenim Lestari Pulp and Paper dilakukan 6
bulan sekali. Dokumentasi dari pelaksanaan tinjauan manajemen harus disimpan sebagai
bukti hasil tinjauan manajemen.
Tidak
Bukti Dokumentasi
Sub Bab Sesuai Sesuai
Evaluasi Objective and
G. Perbaikan
Page 59 of 62
Klausul 10.2 yakni ketidaksesuaian dan tindakan korektif. PT. Tanjunenim
Lestari Pulp and Paper melakukan tindakan untuk mengendalikan dan melakukan
koreksi terhadap setiap ketidaksesuaian yang terjadi didalam SML dan mengevaluasi
setiap tindakan perbaikan yang dilaksanakan untuk menghilangkan penyebab
ketidaksesuaian supaya tidak terjadi lagi. Tindakan perbaikan (korektif) yang
dilaksanakan harus sesuai dengan tingkat penting dari pengaruh ketidaksesuaian yang
terjadi termasuk dampak lingkungan.
Tidak
Klausul Sesuai Bukti Dokumentasi
Sesuai
10.1 Umum v - NA
10.2
Dokumentasi Audit &
Ketidaksesuaian
v -
dan tindakan formulir CPAR
korektif
Dokumentasi Audit &
10.3 Perbaikan
v -
berkelanjutan formulir monitoring EMP
Page 60 of 62
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Penulis menyarankan beberapa hal kepada PT. Tanjungenim Lestari Pulp and
Paper dalm kinerja pengelolaan kinerja hidup, yaitu :
Page 61 of 62
Daftar Pustaka
Page 62 of 62