dan
Toksikologi Lingkungan Kerja
SUSI A WILUJENG
ATIEK MOESRIATI
MASHUDI
Pertemuan ke 5
Pendahuluan
2
Toksikologi lingkungan kerja
Fokus pada efek fisiologis yang timbul pada pekerja yang terpapar
bahan berbahaya pada saat bekerja,
dibedakan mjd industry (I) dan non industry (NI).
Faktor yang membedakan:
▰ Portal entry – mulut (NI), inhalasi, saluran pernafasan (I)
▰ Efek pemaparan, kronis (I), akut (NI)
▰ Zat yang mengakibatkan keracunan
3
Toksisitas Bahan Kimia
4
Portal entri bahan kimia
6
Faktor yang memperngaruhi efek dalam tubuh
7
Bahan Berbahaya dan Beracun
8
Pengelolaan B3
▰ Bahan yang pada suhu dan tekanan standar (25C, 760 mmHg) dapat meledak atau
melalui reaksi kimia dan atau fisika dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan
tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan di sekitarnya.
▰ Pengujiannya dapat dilakukan dengan menggunakan Diferential Scanning Calorymetry
(DSC) atau
▰ Differential Thermal Analysis (DTA), 2,4-dinitrotoluena atau Dibenzoil-peroksida
sebagai senyawa acuan.
▰ Dari hasil pengujian tersebut akan diperoleh nilai temperatur pemanasan. Apabila nilai
temperatur pemanasan suatu bahan lebih besar dari senyawa acuan, maka bahan
tersebut diklasifikasikan mudah meledak.
11
Pengoksidasi (oxidizing)
▰ Pengujian bahan padat yang termasuk dalam kriteria B3 pengoksidasi dapat dilakukan
dengan metoda uji pembakaran menggunakan ammonium persulfat sebagai senyawa
standar.
▰ Sedangkan untuk bahan berupa cairan, senyawa standar yang digunakan adalah
larutan asam nitrat.
▰ Dengan pengujian tersebut, suatu bahan dinyatakan sebagai B3 pengoksidasi apabila
waktu pembakaran bahan tersebut sama atau lebih pendek dari waktu pembakaran
senyawa standar.
12
Mudah Menyala (Flammable)
1. Berupa cairan
▰ Bahan berupa cairan yang mengandung alkohol kurang dari 24% volume dan/atau pada
titik nyala (flash point) tidak lebih dari 600C (1400 F) akan menyala apabila terjadi kontak
dengan api, percikan api atau sumber nyala lain pada tekanan udara 760 mmHg.
Pengujiannya dapat dilakukan dengan metode “Closed-Up Test”.
2. Berupa padatan
▰ B3 yang bukan berupa cairan, pada temperatur dan tekanan standar (250C, 760 mmHg)
dengan mudah menyebabkan terjadinya kebakaran melalui gesekan, penyerapan uap air
atau perubahan kimia secara spontan dan apabila terbakar dapat menyebabkan
kebakaran yang terus menerus dalam 10 detik.
▰ Selain itu, suatu bahan padatan diklasifikasikan B3 mudah terbakar apabila dalam
pengujian dengan metode “Seta Closed-Cup Flash Point Test” diperoleh titik nyala kurang
dari 400C. 13
Mudah Menyala (Flammable)
14
Beracun (Moderately Toxic)
B3 yang bersifat racun bagi manusia akan menyebabkan kematian atau sakit
yang serius apabila masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan, kulit atau mulut.
15
Parameter toksikologi
16
Berbahaya (Harmful)
Bahan baik padatan maupun cairan ataupun gas yang jika terjadi kontak
atau melalui inhalasi ataupun oral dapat menyebabkan bahaya terhadap
kesehatan sampai tingkat tertentu.
.
17
Korosif (Corrosive)
18
Bersifat Iritasi (Irritant)
▰ Bahan baik padatan maupun cairan yang jika terjadi kontak secara
langsung, dan apabila kontak tersebut terus menerus dengan kulit
atau selaput lendir dapat menyebabkan peradangan.
19
Berbahaya bagi Lingkungan
(Dangerous to the Environment)
20
Karsinogenik (Carcinogenic), Teratogenik
(Teratogenic), Mutagenik (Mutagenic)
▰ Karsinogenik (carcinogenic) adalah sifat bahan penyebab sel kanker,
yakni sel liar yang dapat merusak jaringan tubuh.
▰ Teratogenik (teratogenic) adalah sifat bahan yang dapat
mempengaruhi pembentukan dan pertumbuhan embrio.
▰ Mutagenik (mutagenic) adalah sifat bahan yang menyebabkan
perubahan kromosom yang berarti dapat merubah genetika.
21
Simbol dan Label
22
MSDS / SDS
23
Global Harmonized System (GHS)
25
Identifikasi Bahan
26
Identifikasi Bahan
27
MSDS/SDS
Label bahaya :
▰ Label bahaya diberikan dalam bentuk gambar untuk memberikan gambaran cepat
sifat bahaya. Label yang dipakai ada dua, yaitu menurut PBB (internasional) dan
NFPA (Amerika).
▰ Label bahaya menurut Eropa tidak diberikan karena mirip dengan PBB. Label NFPA
ditunjukkan di gambar dan tabel dibawah, berupa 4 kotak yang mempunyai ranking
bahaya (0-4) ditinjau dari aspek bahaya kesehatan (biru), bahaya kebakaran
(merah) dan reaktivitas (kuning). Kotak putih untuk ketarangan tambahan.
28
SDS
RANKING BAHAYA KESEHATAN BAHAYA KEBAKARAN BAHAYA REAKTIVITAS
Penyebab kematian, cedera Segera menguap dalam Mudah meledak atau
4 fatal meskipun ada keadaan normal dan dapat diledakkan, sensitif terhadap
pertolongan. terbakar secara cepat. panas danmekanik.
Berakibat serius pada Mudah meledak tetapi
Cair atau padat dapat
3 keterpaan singkat, meskipun memerlukan penyebab
dinyalakan pada suhu biasa.
ada pertolongan. panas dan tumbukan kuat.
Keterpaan intensif dan terus- Perlu sedikit ada pemanasan
Tidak stabil, bereaksi hebat
2 menerus berakibat serius, sebelum bahan dapat
tetapi tidak meledak.
kecuali ada pertolongan. dibakar.
Dapat dibakar tetapi Stabil pada suhu normal,
Penyebab iritasi atau cedera
1 memerlukan pemanasan tetapi tidak stabil pada suhu
ringan.
terlebih dahulu. tinggi.
Tidak berbahaya bagi
Bahan tidak dapat dibakar Stabil, tidak reaktif, meskipun
0 kesehatan meskipun kena
sama sekali. kena panas atau suhu29 tinggi.
panas (api).
MSDS
30
SDS
31
SDS
Sifat-sifat bahaya :
Bahaya kesehatan :
Bahaya terhadap kesehatan dinyatakan dalam bahaya jangka pendek (akut)
dan jangka panjang (kronis). NAB (Nilai Ambang Batas) diberikan dalam
satuan mg/m3 atau ppm. NAB adalah konsentrasi pencemaran dalam udara
yang boleh dihirup seseorang yang bekerja selama 8 jam/hari selama 5 hari.
Beberapa data berkaitan dengan bahaya kesehatan juga diberikan, yakni :
LD-50 (lethal doses) : dosis yang berakibat fatal terhadap 50 persen
binatang percobaan mati.
LC-50 (lethal concentration) : konsentrasi yang berakibat fatal terhadap 50
persen binatang percobaan.
IDLH (immediately dangerous to life and health) : pemaparan yang
berbahaya terhadap kehidupan dan kesehatan. 32
SDS
Bahaya kebakaran :
Ini termasuk kategori bahan mudah terbakar, dapat dibakar, tidak dapat
dibakar atau membakar bahan lain. Kemudahan zat untuk terbakar ditentukan
oleh :
Titik nyala : suhu terendah dimana uap zat dapat dinyalakan.
Konsentrasi mudah terbakar : daerah konsentrasi uap gas yang dapat
dinyalakan. Konsentrasi uap zat terendah yang masih dapat dibakar
disebut LFL (low flammable limit) dan konsentrasi tertinggi yang masih
dapat dinyalakan disebut UFL (upper flammable limit). Sifat kemudahan
membakar bahan lain ditentukan oleh kekuatan oksidasinya.
Titik bakar : suhu dimana zat terbakar sendirinya.
.
33
SDS
Bahaya reaktivitas :
Sifat bahaya akibat ketidakstabilan atau kemudahan terurai, bereaksi dengan
zat lain atau terpolimerisasi yang bersifat eksotermik sehingga eksplosif. Atau
reaktivitasnya terhadap gas lain menghasilkan gas beracun.
.
34
SDS
Sifat-sifat fisika :
Sifat-sifat fisika merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi sifat bahaya suatu
bahan.
Keselamatan dan pengamanan :
Diberikan langkah-langkah keselamatn dan pengamanan : Penanganan dan penyimpanan :
usaha keselamatan yang dilakukan apabila bekerja dengan atau menyimpan bahan.
Tumpahan dan kebocoran : usaha pengamanan apabila terjadi bahan tertumpah atau bocor.
Alat pelindung diri : terhadap pernafasan, muka, mata dan kulit sebagai usaha untuk
mengurangi keterpaan bahan.
Pertolongan pertama : karena penghirupan uap / gas, terkena mata dan kulit atau tertelan.
pemadaman api : alat pemadam api ringan yang dapat dipakai untuk memadamkan api yang
belum terlalu besar dan cara penanggulangan apabila sudah membesar.
35
.
SDS
Informasi lingkungan :
▰Menjelaskan bahaya terhadap lingkungan dan bagaimana menangani limbah atau
buangan bhan kimia baik berupa padat, cair maupun gas. Termasuk di dalamnya cara
pemusnahan
.
36
Rencana pengamanan di tempat kerja
▰ Penyediaan daftar pedoman untuk pengamanan, nomor kontak untuk
keadaan darurat (polisi, pemadam kebakaran, RS, ambulans)
▰ Monitoring medis
41
Lembar Data Keselamatan Bahan
(=MSDS, Material Safety Data Sheet)
(Komposisi,
No.CAS/No UN).
Produsen
Identitas Pemasok
Nomor CAS, CAS RNs atau CAS #s. Chemical Abstracts Service (CAS), bagian dari American
Chemical Society. Tujuan penggunaannya untuk memudahkan pencarian, karena bahan kimia
sering memiliki banyak nama.
Contoh
Prosedur penetapan potensi bahaya
(Kepmennaker No. 187/1999, Ps. 7)
Potensi bahaya:
- Bahaya menengah
- Bahaya besar
Nilai Ambang Kuantitas (NAK)
Ps.14)
▰Bahan kimia beracun : 10 ton
▰Bahan sangat beracun : 5 ton
▰Cairan mudah terbakar : 50 ton
▰Cairan sangat mudah terbakar : 10 ton
▰Gas mudah terbakar : 10 ton
▰Bahan mudah meledak : 200 ton
▰Bahan reaktif : 100 ton
▰Bahan oksidator : 50 ton
Ketentuan NAK untuk penetapan potensi bahaya
Ps.15)
PENGOLAH
(treatment & disposal))
Abu incenerator,
PENGANGKUT Sisa/hasil reaksi kimia, dll
Penghasil
Penyimpanan sementara
PENGELOLAAN Pengumpul
LIMBAH B3 Pengangkut
Pengolah
Pemanfaat
Penimbunan
From Cradle to Grave Dalam Pengawasan Kegiatan Pengelolaan Limbah B3
2 Februari 2021
1 April 2021
LIMBAH B3
KATEGORI 1 KATEGORI 2
(AKUT) (KRONIS)
RISIKO LIMBAH B3 BERBEDA,
PENGELOLAANNYA BERBEDA
SIMPAN SIMPAN
ANGKUT ANGKUT
TIMBUN TIMBUN
Limbah B3 berdasarkan sumbernya:
Berdasarkan sumber:
Limbah B3 dari sumber tidak spesifik
Limbah B3 dari sumber spesifik:
Sumber spesifik umum
Sumber spesifik khusus
(PERMENLHK P.12/2020)
a) menggunakan kemasan yang terbuat dari bahan logam atau plastik
yang dapat mengemas limbah
b) sesuai dengan karakteristik Limbah B3;
c) mampu mengungkung Limbah B3 untuk tetap berada dalam
kemasan
d) memiliki penutup yang kuat untuk mencegah terjadinya tumpahan
saat dilakukan penyimpanan, pemindahan, dan/atau
pengangkutan; dan
e) berada dalam kondisi tidak bocor, tidak berkarat, dan tidak rusak.
SIMBOL LIMBAH B3 SESUAI PERMEN LH 14/2013 TENTANG SIMBOL
DAN LABEL LIMBAH B3
PENGUMPULAN LIMBAH B3
58
Penyimpanan di lokasi Pengumpulan Limbah B3
60
Pengangkut Limbah B3 adalah badan usaha yang melakukan kegiatan Pengangkutan
Limbah B3.
Pengangkutan limbah b3
Pengangkutan menuju ke pemanfaat, pengolah, atau penimbunan akhir.
65
Accident during transport to
treatment facilities
66
Sistem tanggap darurat, Program KEDARURATAN
PENGELOLAAN LIMBAH B3
• Sistem Tanggap Darurat Pengelolaan B3 dan/atau Limbah B3 adalah
sistem pengendalian keadaan darurat yang meliputi pencegahan,
kesiapsiagaan, dan penanggulangan kecelakaan serta pemulihan
kualitas lingkungan hidup akibat kejadian kecelakaan Pengelolaan B3
dan/atau Limbah B3.
▰Sistem Tanggap Darurat wajib dimiliki dan diterapkan oleh Setiap Orang yang
menghasilkan Limbah B3, Pengumpul Limbah B3, Pengangkut Limbah B3, Pemanfaat
Limbah B3, Pengolah Limbah B3, dan/atau Penimbun Limbah B3.
▰Kebakaran
▰Ledakan
▰Kebocoran gas
▰Kebocoran gas beracun
▰Tumpahan
‘Hot Spot’ yang potensial menimbulkan kondisi
darurat ▰Ruang penyimpanan B3
▰Ruang penyimpanan limbah B3
▰Tanki minyak dan bahan bakar
▰Proses start-up and shut-down
▰Peralatan bertekanan tinggi
▰Tanker, kapal pengangkut
▰Lokasi-lokasi unloading, shipping
▰ Sistem drainase
Penentu
Identifika Analisis an Penginte
si Risiko risiko kebutuha Finalisas Sosialisa grasian
Pengumpu Menentu
Kedarura Kedarura n i Draf si ke dalam
lan data kan
tan B3 tan B3 infrastruk Program Program Program
dan tingkat
dan/atau dan/atau tur dan Kedarura Kedarura Penangg
informasi risiko
Limbah Limbah fungsi tan tan ulangan
B3 B3 penangg Bencana
ulangan
• Dokumen/informasi keberadaaan dan karakteristik setiap jenis dan jumlah B3/LB3 yang
dikelola.
▰Alat Komunikasi
MENLHK (2019)
Pedoman
Penyusunan
Program
Kedaruratan LB3.
Kasubdit Tanggap
darurat dan
Pemulihan Non
Institusi
MENLHK (2019)
87
Selamat Belajar
88