Anda di halaman 1dari 88

Bahan Beracun dan Berbahaya (B3)

dan
Toksikologi Lingkungan Kerja

SUSI A WILUJENG
ATIEK MOESRIATI
MASHUDI
Pertemuan ke 5
Pendahuluan

Toksikologi adalah Ilmu yang mempelajari racun dan efeknya


dengan tujuan mencegah suatu racun menimbulkan efek bagi
manusia
Toksisitas adalah kemampuan, kapasitas, daya suatu material utk
dapat menimbulkan kerusakan atau jejas.
Hazard adalah kemungkinan suatu material dapat menimbulkan
jejas pada kondisi tertentu (tergantung factor eksternal lainnya

2
Toksikologi lingkungan kerja

Fokus pada efek fisiologis yang timbul pada pekerja yang terpapar
bahan berbahaya pada saat bekerja,
dibedakan mjd industry (I) dan non industry (NI).
Faktor yang membedakan:
▰ Portal entry – mulut (NI), inhalasi, saluran pernafasan (I)
▰ Efek pemaparan, kronis (I), akut (NI)
▰ Zat yang mengakibatkan keracunan

3
Toksisitas Bahan Kimia

▰ Kapasitas dari bahan kimia untuk menyebabkan cedera


▰ Bahaya keselamatan bahan kimia dipengaruhi factor:
▻ Toksisitas bahan kimia
▻ Sifat kimia bahan kimia
▻ Probabilitas adsorbs
▻ Tingkat dan intensitas paparan bahan kimia
▻ Tindakan pengendalian yang sudah dilakukan

4
Portal entri bahan kimia

▻ Kontak atau absorbsi melalui saluran pernafasan,


▻ Kontak atau absorbs melalui kulit,
▻ Kontak atau absorbs melalui saluran pencernaan

Efeknya: Akut, Subakut dan Kronis, yang tergantung pada:


- Intake bahan berbahaya
- Tingkat munculnya gejala
- Lamanya gejala
5
Besar intensitas dari keracunan dari zat toksin

▻ Dosis, jumlah racun yang masuk tubuh


▻ Absorbsi, mudah tidaknya racun diserab tubuh
▻ Distribusi, mudah tidaknya tersebar ke bagian tubuh
▻ Toleransi, reaksi tubuh
▻ Fate atay farmatokinetika, nasib racun di dalam tubuh
▻ Sensitivitas,
▻ Kumulasi di dalam tubuh

6
Faktor yang memperngaruhi efek dalam tubuh

▻ Usia ▻ Kecepatan ekskresi


▻ Jenis kelamin ▻ Kombinasi dg zat lain
▻ Berat badan ▻ Toksisitas racun
▻ Portal entri ▻ Konsentrasi racun
▻ Frekswensi pajanan
▻ Interval waktu paparan

7
Bahan Berbahaya dan Beracun

Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah:


Bahan yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara
langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusak
lingkungan hidup, dan atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya

8
Pengelolaan B3

Foto Pengemasan dan Penyimpanan B3


9
10
Mudah Meledak (Explosive)

▰ Bahan yang pada suhu dan tekanan standar (25C, 760 mmHg) dapat meledak atau
melalui reaksi kimia dan atau fisika dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan
tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan di sekitarnya.
▰ Pengujiannya dapat dilakukan dengan menggunakan Diferential Scanning Calorymetry
(DSC) atau
▰ Differential Thermal Analysis (DTA), 2,4-dinitrotoluena atau Dibenzoil-peroksida
sebagai senyawa acuan.
▰ Dari hasil pengujian tersebut akan diperoleh nilai temperatur pemanasan. Apabila nilai
temperatur pemanasan suatu bahan lebih besar dari senyawa acuan, maka bahan
tersebut diklasifikasikan mudah meledak.
11
Pengoksidasi (oxidizing)

▰ Pengujian bahan padat yang termasuk dalam kriteria B3 pengoksidasi dapat dilakukan
dengan metoda uji pembakaran menggunakan ammonium persulfat sebagai senyawa
standar.
▰ Sedangkan untuk bahan berupa cairan, senyawa standar yang digunakan adalah
larutan asam nitrat.
▰ Dengan pengujian tersebut, suatu bahan dinyatakan sebagai B3 pengoksidasi apabila
waktu pembakaran bahan tersebut sama atau lebih pendek dari waktu pembakaran
senyawa standar.

12
Mudah Menyala (Flammable)

1. Berupa cairan
▰ Bahan berupa cairan yang mengandung alkohol kurang dari 24% volume dan/atau pada
titik nyala (flash point) tidak lebih dari 600C (1400 F) akan menyala apabila terjadi kontak
dengan api, percikan api atau sumber nyala lain pada tekanan udara 760 mmHg.
Pengujiannya dapat dilakukan dengan metode “Closed-Up Test”.
2. Berupa padatan
▰ B3 yang bukan berupa cairan, pada temperatur dan tekanan standar (250C, 760 mmHg)
dengan mudah menyebabkan terjadinya kebakaran melalui gesekan, penyerapan uap air
atau perubahan kimia secara spontan dan apabila terbakar dapat menyebabkan
kebakaran yang terus menerus dalam 10 detik.
▰ Selain itu, suatu bahan padatan diklasifikasikan B3 mudah terbakar apabila dalam
pengujian dengan metode “Seta Closed-Cup Flash Point Test” diperoleh titik nyala kurang
dari 400C. 13
Mudah Menyala (Flammable)

▰Sangat mudah sekali menyala (extremely flammable)


▻ B3 baik berupa padatan maupun cairan yang memiliki titik nyala dibawah 00C dan titik
didih lebih rendah atau sama dengan 35 0C.
▰ Sangat mudah menyala (highly flammable)
▻ B3 baik berupa padatan maupun cairan yang memiliki titik nyala 00C - 210C.

14
Beracun (Moderately Toxic)

B3 yang bersifat racun bagi manusia akan menyebabkan kematian atau sakit
yang serius apabila masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan, kulit atau mulut.

15
Parameter toksikologi

▰ Minimum Lethal Dose


▰ LD50 adalah perhitungan dosis (gram pencemar per kilogram)
yang dapat menyebabkan kematian 50 % populasi makhluk hidup
yang dijadikan percobaan. Apabila LD50 lebih besar dari 15 gram
per kilogram berat badan.
▰ LD100
▰ NOEL – no observed effect level dosis

16
Berbahaya (Harmful)

Bahan baik padatan maupun cairan ataupun gas yang jika terjadi kontak
atau melalui inhalasi ataupun oral dapat menyebabkan bahaya terhadap
kesehatan sampai tingkat tertentu.
.

17
Korosif (Corrosive)

▰B3 yang bersifat korosif mempunyai sifat antara lain :


(1) Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit;
(2) Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja SAE 1020 dengan laju korosi
lebih besar dari 6,35 mm/tahun dengan temperatur pengujian 55 0C;
(3) Mempunyai pH sama atau kurang dari 2 untuk B3 bersifat asam dan sama atau lebih
besar dari 12,5 untuk yang bersifat basa.

18
Bersifat Iritasi (Irritant)

▰ Bahan baik padatan maupun cairan yang jika terjadi kontak secara
langsung, dan apabila kontak tersebut terus menerus dengan kulit
atau selaput lendir dapat menyebabkan peradangan.

19
Berbahaya bagi Lingkungan
(Dangerous to the Environment)

▰ Bahaya yang ditimbulkan oleh suatu bahan seperti merusak lapisan


ozon (misalnya CFC), persisten di lingkungan (misalnya PCBs), atau
bahan tersebut dapat merusak lingkungan.

20
Karsinogenik (Carcinogenic), Teratogenik
(Teratogenic), Mutagenik (Mutagenic)
▰ Karsinogenik (carcinogenic) adalah sifat bahan penyebab sel kanker,
yakni sel liar yang dapat merusak jaringan tubuh.
▰ Teratogenik (teratogenic) adalah sifat bahan yang dapat
mempengaruhi pembentukan dan pertumbuhan embrio.
▰ Mutagenik (mutagenic) adalah sifat bahan yang menyebabkan
perubahan kromosom yang berarti dapat merubah genetika.

21
Simbol dan Label

22
MSDS / SDS

• Setiap orang yang memproduksi B3 wajib membuat Lembar Data


Keselamatan Bahan (Material Safety Data Sheet)

• Setiap penanggung jawab pengangkutan, penyimpanan, dan


pengedaran B3 wajib menyertakan Lembar Data Keselamatan
Bahan (Material Safety Data Sheet)

• Setiap kemasan B3 wajib diberikan simbol dan label serta


dilengkapi dengan Lembar Data Keselamatan Bahan (Material
Safety Data Sheet)

23
Global Harmonized System (GHS)

METI (Ministry of Economic Trade and Industry) di Jepang


Kesepakatan satu sistem global dalam hal komunikasi bahaya yaitu:
Klasifikasi Bahaya, MSDS, dan Label / Penandaannya.
PBB - UNITAR (United Nations Institute for Training and Research) dibawah payung
ILO sebagai koordinator proyek GHS pada tahun 2008

MSDS menjadi SDS


24
MSDS / SDS

• Setiap orang yang memproduksi B3 wajib membuat Lembar Data


Keselamatan Bahan (Material Safety Data Sheet)

• Setiap penanggung jawab pengangkutan, penyimpanan, dan


pengedaran B3 wajib menyertakan Lembar Data Keselamatan
Bahan (Safety Data Sheet)

• Setiap kemasan B3 wajib diberikan simbol dan label serta


dilengkapi dengan Lembar Data Keselamatan Bahan (Safety Data
Sheet)

25
Identifikasi Bahan

Bagian ini menjelaskan nama bahan kimia, dan meliputi :


• Nomur urut MSDS.
• CAS (Chemical Abstract Services) registry Number
International seperti halnya nomor RTECS (registry Toxic
Effects of Chemical Substances).
• Sinonim, baik dalam nama kimia maupun nama dagang.
• Rumus dan berat molekul.

26
Identifikasi Bahan

• Klasifikasi bahaya dari zat kimia


• Kata peringatan (signal word)
• Pernyataan bahaya (hazard statement)
• Piktogram sesuai dengan panduan Globally Harmonized System (GHS)
• Pernyataan tindakan (precautionary statement)
• Deskripsi dari semua bahaya yang belum terklasifikasi
• Jika ada campuran yang mengandung zat yang tidak diketahui tingkat
racunnya, sebuah pernyataan yang mendeskripsikan seberapa banyak
persentase dari zat yang tidak diketahui itu.

27
MSDS/SDS

Label bahaya :
▰ Label bahaya diberikan dalam bentuk gambar untuk memberikan gambaran cepat
sifat bahaya. Label yang dipakai ada dua, yaitu menurut PBB (internasional) dan
NFPA (Amerika).
▰ Label bahaya menurut Eropa tidak diberikan karena mirip dengan PBB. Label NFPA
ditunjukkan di gambar dan tabel dibawah, berupa 4 kotak yang mempunyai ranking
bahaya (0-4) ditinjau dari aspek bahaya kesehatan (biru), bahaya kebakaran
(merah) dan reaktivitas (kuning). Kotak putih untuk ketarangan tambahan.

28
SDS
RANKING BAHAYA KESEHATAN BAHAYA KEBAKARAN BAHAYA REAKTIVITAS
Penyebab kematian, cedera Segera menguap dalam Mudah meledak atau
4 fatal meskipun ada keadaan normal dan dapat diledakkan, sensitif terhadap
pertolongan. terbakar secara cepat. panas danmekanik.
Berakibat serius pada Mudah meledak tetapi
Cair atau padat dapat
3 keterpaan singkat, meskipun memerlukan penyebab
dinyalakan pada suhu biasa.
ada pertolongan. panas dan tumbukan kuat.
Keterpaan intensif dan terus- Perlu sedikit ada pemanasan
Tidak stabil, bereaksi hebat
2 menerus berakibat serius, sebelum bahan dapat
tetapi tidak meledak.
kecuali ada pertolongan. dibakar.
Dapat dibakar tetapi Stabil pada suhu normal,
Penyebab iritasi atau cedera
1 memerlukan pemanasan tetapi tidak stabil pada suhu
ringan.
terlebih dahulu. tinggi.
Tidak berbahaya bagi
Bahan tidak dapat dibakar Stabil, tidak reaktif, meskipun
0 kesehatan meskipun kena
sama sekali. kena panas atau suhu29 tinggi.
panas (api).
MSDS

30
SDS

Informasi bahan singkat :


 Informasi singkat mengenai jenis bahan, wujud, manfaat serta bahaya-bahaya
utamanya. Dari informasi singkat dan label bahaya, secara cepat bisa
dipahami kehati-hatian dalam menangani bahan kimia tersebut.

31
SDS
Sifat-sifat bahaya :
 Bahaya kesehatan :
Bahaya terhadap kesehatan dinyatakan dalam bahaya jangka pendek (akut)
dan jangka panjang (kronis). NAB (Nilai Ambang Batas) diberikan dalam
satuan mg/m3 atau ppm. NAB adalah konsentrasi pencemaran dalam udara
yang boleh dihirup seseorang yang bekerja selama 8 jam/hari selama 5 hari.
Beberapa data berkaitan dengan bahaya kesehatan juga diberikan, yakni :
 LD-50 (lethal doses) : dosis yang berakibat fatal terhadap 50 persen
binatang percobaan mati.
 LC-50 (lethal concentration) : konsentrasi yang berakibat fatal terhadap 50
persen binatang percobaan.
 IDLH (immediately dangerous to life and health) : pemaparan yang
berbahaya terhadap kehidupan dan kesehatan. 32
SDS

Bahaya kebakaran :
 Ini termasuk kategori bahan mudah terbakar, dapat dibakar, tidak dapat
dibakar atau membakar bahan lain. Kemudahan zat untuk terbakar ditentukan
oleh :
 Titik nyala : suhu terendah dimana uap zat dapat dinyalakan.
 Konsentrasi mudah terbakar : daerah konsentrasi uap gas yang dapat
dinyalakan. Konsentrasi uap zat terendah yang masih dapat dibakar
disebut LFL (low flammable limit) dan konsentrasi tertinggi yang masih
dapat dinyalakan disebut UFL (upper flammable limit). Sifat kemudahan
membakar bahan lain ditentukan oleh kekuatan oksidasinya.
 Titik bakar : suhu dimana zat terbakar sendirinya.
.
33
SDS

Bahaya reaktivitas :
 Sifat bahaya akibat ketidakstabilan atau kemudahan terurai, bereaksi dengan
zat lain atau terpolimerisasi yang bersifat eksotermik sehingga eksplosif. Atau
reaktivitasnya terhadap gas lain menghasilkan gas beracun.
.

34
SDS

Sifat-sifat fisika :
 Sifat-sifat fisika merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi sifat bahaya suatu
bahan.
Keselamatan dan pengamanan :
 Diberikan langkah-langkah keselamatn dan pengamanan : Penanganan dan penyimpanan :
usaha keselamatan yang dilakukan apabila bekerja dengan atau menyimpan bahan.
 Tumpahan dan kebocoran : usaha pengamanan apabila terjadi bahan tertumpah atau bocor.
 Alat pelindung diri : terhadap pernafasan, muka, mata dan kulit sebagai usaha untuk
mengurangi keterpaan bahan.
 Pertolongan pertama : karena penghirupan uap / gas, terkena mata dan kulit atau tertelan.
 pemadaman api : alat pemadam api ringan yang dapat dipakai untuk memadamkan api yang
belum terlalu besar dan cara penanggulangan apabila sudah membesar.
35
.
SDS

Informasi lingkungan :
▰Menjelaskan bahaya terhadap lingkungan dan bagaimana menangani limbah atau
buangan bhan kimia baik berupa padat, cair maupun gas. Termasuk di dalamnya cara
pemusnahan
.

36
Rencana pengamanan di tempat kerja
▰ Penyediaan daftar pedoman untuk pengamanan, nomor kontak untuk
keadaan darurat (polisi, pemadam kebakaran, RS, ambulans)

▰ Analisis resiko yang mungkin terjadi

▰ Penyediaan perlengkapan pelindung diri

▰ Program pelatihan keselamatan dan keamanan kerja

▰ Monitoring medis

▰ Program monitoring lingkungan di tempat kerja

▰ Prosedur dekontaminasi lingkungan dan peralatannya

▰ Pelatihan keselamatan kerja HARUS TERINTEGRASI DENGAN KEGIATAN PENGELOLAAN


B3 DAN LIMBAH B3
Perusahaan Industri diwajibkan melaksanakan langkah-langkah pengamanan teknis yang
Kewajiban Perusahaan Industri
meliputi:
(KepMen Perindustrian No. 148/1985, Ps. 2)
•Tahap Perencanaan dan Pengembangan Industri;

(1) Pemilihan lokasi,

(2) Pemilihan teknologi proses,

(3) Pemilihan disain dan peralatan.

•Tahap Operasi Industri:

(1) Pengadaan, penyimpanan, pengolahan, pengemasan dan pengangkutan B3,

(2) Keamanan dan keselamatan alat, proses dan instalasi,

(3) Keselamatan dan kesehatan kerja para karyawan perusahaan.


Kewajiban pengendalian B3 di
tempat kerja
Kepmennaker No. 187/1999 Ps. 2

Pengusaha atau Pengurus yang menggunakan, menyimpan,


memakai, memproduksi dan mengangkut bahan kimia
berbahaya di tempat kerja wajib mengendalikannya untuk
mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja
Menurut Kemenaker Nomor 187 Tahun 2009 dan
Permerin Nomor 23 Tahun 2013, MSDS haruslah
terdapat 16 bagian.
Sedangkan menurut PP Nomor 74 Tahun 2001,
MSDS haruslah minimum terdapat 6 bagian.

41
Lembar Data Keselamatan Bahan
(=MSDS, Material Safety Data Sheet)

▰Identitas bahan dan perusahaan


▰Komposisi bahan
▰Identifikasi bahaya
▰Tindakan P3K
▰Tindakan penanggulangan kebakaran
▰Tindakan mengatasi kebocoran dan tumpahan
▰Penyimpanan dan penanganan bahan
▰Pengendalian pemajanan dan perlindungan diri
Lembar Data Keselamatan Bahan
(=MSDS, Material Safety Data Sheet)

▰Sifat fisika dan kimia


▰Stabilitas dan reaktifitas bahan
▰Informasi toksikologi
▰Informasi ekologi
▰Pembuangan limbah
▰Pengangkutan bahan
▰Informasi peraturan-perundang-undangan
▰Peraturan lain yang berlaku
Label identitas B3

Nama B3/Nama Dagang Nama B3

(Komposisi,
No.CAS/No UN).
Produsen

Informasi tindakan penanganan


Kata peringatan

Keterangan tambahan Pernyataan Bahaya:


- klasifikasi B3
- fisik, kesehatan dan lingkungan

Identitas Pemasok

Nomor CAS, CAS RNs atau CAS #s. Chemical Abstracts Service (CAS), bagian dari American
Chemical Society. Tujuan penggunaannya untuk memudahkan pencarian, karena bahan kimia
sering memiliki banyak nama.
Contoh
Prosedur penetapan potensi bahaya
(Kepmennaker No. 187/1999, Ps. 7)

- Nama Pengusaha Kantor Departemen/Dinas


- Sifat bahan Naker
- Kuantitas bahan

nama, kriteria, NAK

Potensi bahaya:
- Bahaya menengah
- Bahaya besar
Nilai Ambang Kuantitas (NAK)
Ps.14)
▰Bahan kimia beracun : 10 ton
▰Bahan sangat beracun : 5 ton
▰Cairan mudah terbakar : 50 ton
▰Cairan sangat mudah terbakar : 10 ton
▰Gas mudah terbakar : 10 ton
▰Bahan mudah meledak : 200 ton
▰Bahan reaktif : 100 ton
▰Bahan oksidator : 50 ton
Ketentuan NAK untuk penetapan potensi bahaya
Ps.15)

▰Perusahaan atau industri yang menggunakan


bahan kimia berbahaya > NAK tergolong
perusahaan yang berpotensi bahaya besar
▰Perusahaan atau industri yang menggunakan
bahan kimia berbahaya < NAK tergolong
perusahaan yang berpotensi bahaya menengah
Sistem Pengawasan Limbah B3

From Cradle to The Grave


PENGUMPUL

PENGHASIL PEMANFAAT PENIMBUN


(WASTE EXCHANGE)

Limbah yang tidak


habis bereaksi, dll

PENGOLAH
(treatment & disposal))
Abu incenerator,
PENGANGKUT Sisa/hasil reaksi kimia, dll
Penghasil
Penyimpanan sementara
PENGELOLAAN Pengumpul
LIMBAH B3 Pengangkut
Pengolah
Pemanfaat
Penimbunan
From Cradle to Grave Dalam Pengawasan Kegiatan Pengelolaan Limbah B3

 Limbah B3 selalu diawasi mulai dari saat dihasilkan sampai dengan


tujuan akhir pengelolaannya;
 Setiap limbah B3 harus memiliki tujuan akhir pengelolaan;
 Setiap pelaku kegiatan pengelolaan limbah B3 harus memenuhi
ketentuan dan persyaratan yang ditetapkan termasuk memiliki izin
sesuai kegiatan pengelolaan limbah B3 yang dilakukan;
 Secara khusus, mekanisme pengawasan perpindahan limbah B3
dilakukan melalui sistem notifikasi/ dokumen limbah B3;
PERATURAN TURUNAN UU 11 TAHUN 2020 Tentang CIPTA KERJA
Terkait Dengan Pengelolaan Limbah B3

2 Februari 2021

• PP 5 Tahun 2021  PP 22 Tahun 2021


tentang Penyelenggaraan tentang Penyelenggaraan
Perizinan Berusaha Berbasis Perlindungan dan Pengelolaan
Risiko Lingkungan Hidup

1 April 2021

Permen LHK No. 3 Tahun 2021


Permen LHK No. 4 Tahun 2021 Permen LHK No. 6 Tahun 2021
tentang Standar Kegiatan Usaha
tentang Daftar Usaha dan/atau tentang Tata Cara dan
pada Penyelenggaraan Perizinan
Kegiatan yang Wajib Memiliki Persyaratan Pengelolaan Limbah
Berusaha Berbasis Risiko Sektor
AMDAL, UKL-UPL, atau SPPL. B3
LHK
Limbah B3 berdasarkan kategorinya:

LIMBAH B3

KATEGORI 1 KATEGORI 2
(AKUT) (KRONIS)
RISIKO LIMBAH B3 BERBEDA,
PENGELOLAANNYA BERBEDA
SIMPAN SIMPAN

ANGKUT ANGKUT

TIMBUN TIMBUN
Limbah B3 berdasarkan sumbernya:

Berdasarkan sumber:
Limbah B3 dari sumber tidak spesifik
Limbah B3 dari sumber spesifik:
 Sumber spesifik umum
 Sumber spesifik khusus

Limbah B3 dari bahan kimia kadaluwarsa, tumpahan,


bekas kemasan, dan buangan produk yang tidak
memenuhi spesifikasi
Kedaruratan

▰Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan


Republik Indonesia Nomor P.74/Menlhk/Setjen/Kum.1/10/2019
Tentang Program Kedaruratan Pengelolaan Bahan Berbahaya
dan Beracun dan/atau Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

▰Kedaruratan Penanggulangan B3 dan/atau Limbah B3 adalah


suatu keadaan bahaya yang mengancam keselamatan
manusia, yang menimbulkan pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup dan memerlukan tindakan penanggulangan
sesegera mungkin untuk meminimalisasi terjadinya tingkat
pencemaran dan/atau kerusakan yang lebih parah.
PERSYARATAN KEMASAN LIMBAH B3

(PERMENLHK P.12/2020)
a) menggunakan kemasan yang terbuat dari bahan logam atau plastik
yang dapat mengemas limbah
b) sesuai dengan karakteristik Limbah B3;
c) mampu mengungkung Limbah B3 untuk tetap berada dalam
kemasan
d) memiliki penutup yang kuat untuk mencegah terjadinya tumpahan
saat dilakukan penyimpanan, pemindahan, dan/atau
pengangkutan; dan
e) berada dalam kondisi tidak bocor, tidak berkarat, dan tidak rusak.
SIMBOL LIMBAH B3 SESUAI PERMEN LH 14/2013 TENTANG SIMBOL
DAN LABEL LIMBAH B3
PENGUMPULAN LIMBAH B3

Pengumpulan Limbah B3 dilakukan dengan:

 segregasi Limbah B3;

 Penyimpanan Limbah B3; dan

 tidak melakukan pencampuran Limbah B3 yang dihasilkannya.

Segregasi Limbah B3 dilakukan sesuai dengan:

 nama Limbah B3 sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan Pemerintah


tentang Pengelolaan Limbah B3; dan

 karakteristik Limbah B3.

 Penyimpanan Limbah B3 dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Penyimpanan Limbah


B3.

58
Penyimpanan di lokasi Pengumpulan Limbah B3

 Persyaratan sama dengan TPS Limbah B3/Penyimpnan Limbah


B3, namun Pengumpul Limbah B3 wajib mempunyai Pengumpul
Limbah B3 wajib memiliki laboratorium dan/atau alat analisa
laboratorium yang mampu menguji paling sedikit karakteristik
Limbah B3 mudah meledak, mudah menyala, reaktif, korosif,
dan/atau beracun, untuk menentukan tata cara penyimpanan
Limbah B3.
 Pengumpul Limbah B3 wajib melakukan Penyimpanan Limbah
B3 paling lama 90 (sembilan puluh) hari sejak Limbah B3
diserahkan oleh Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3.
PRINSIP-PRINSIP PENGUMPULAN LIMBAH B3

Limbah B3 yang dikumpulkan merupakan limbah B3 yang “memiliki


nilai ekonomis”
Pengumpul limbah B3 DILARANG menyerahkan limbah B3 yang
dikumpulkannya kepada pengumpul limbah B3 lainnya
Pengumpul DILARANG melakukan pre-treatment (pengolahan awal)
limbah B3 yang dikumpulkannya

60
 Pengangkut Limbah B3 adalah badan usaha yang melakukan kegiatan Pengangkutan
Limbah B3.
Pengangkutan limbah b3
 Pengangkutan menuju ke pemanfaat, pengolah, atau penimbunan akhir.

 Pengangkut Limbah B3 wajib memenuhi syarat syarat berkaitan dengan :

1. alat angkut Limbah B3;


2. rekomendasi pengangkutan Limbah B3
3. Festronik pengangkutan Limbah B3, yang sebelumnya
menunggunakan manifest.
Alat Angkut
 Pengangkutan Limbah B3 wajib
dilakukan dengan menggunakan
alat angkut yang tertutup untuk
Limbah B3 kategori 1.
 Pengangkutan Limbah B3 dapat
dilakukan dengan menggunakan
alat angkut yang terbuka untuk
Limbah B3 kategori 2.
 Angkutan bisa melalui jalan
umum, perkeretaapian, perairan
(laut, sungai, dll)
Alat angkut (2)
 
Sumber: Geocycle

65
Accident during transport to
treatment facilities

66
Sistem tanggap darurat, Program KEDARURATAN
PENGELOLAAN LIMBAH B3
• Sistem Tanggap Darurat Pengelolaan B3 dan/atau Limbah B3 adalah
sistem pengendalian keadaan darurat yang meliputi pencegahan,
kesiapsiagaan, dan penanggulangan kecelakaan serta pemulihan
kualitas lingkungan hidup akibat kejadian kecelakaan Pengelolaan B3
dan/atau Limbah B3.

• Program Kedaruratan Pengelolaan B3 dan/atau Limbah B3 adalah


dokumen perencanaan sistem tanggap darurat yang memiliki komponen
infrastruktur dan fungsi penanggulangan  sebagai dasar pelaksanaan
system tanggap darurat pengelolaan B3/LB3.
Con’t

▰Sistem Tanggap Darurat wajib dimiliki dan diterapkan oleh Setiap Orang yang
menghasilkan Limbah B3, Pengumpul Limbah B3, Pengangkut Limbah B3, Pemanfaat
Limbah B3, Pengolah Limbah B3, dan/atau Penimbun Limbah B3.

▰Pengelolaan Limbah B3, disebutkan bahwa Sistem Tanggap Darurat Pengelolaan


Limbah B3 terdiri atas:

1. penyusunan program kedaruratan Pengelolaan Limbah B3;

2. pelatihan dan geladi kedaruratan Pengelolaan Limbah B3; dan

3. penanggulangan kedaruratan Pengelolaan Limbah B3.

Penyusunan program ini didasarkan pada penilaian dokumen identifikasi resiko


kecelakaan LB3.
Con’t

• Risiko kecelakaan Pengelolaan B3 dan/atau Limbah B3 adalah potensi kejadian kecelakaan


yang berkaitan dengan bahaya B3 dan karakteristik Limbah B3, jumlah keberadaan, dan
kondisi pelaksanaan persyaratan Pengelolaan B3 dan Limbah B3.
• Identifikasi risiko tersebut memuat informasi antara lain:
▰a. jenis kegiatan;
▰b. sektor industri;
▰c. klasifikasi B3 dan/atau kategori dan karakteristik Limbah B3;
▰d. jumlah B3 dan/atau Limbah B3;
▰e. potensi ancaman secara langsung atau tidak langsung terhadap keselamatan jiwa
▰ manusia; dan
▰f. potensi ancaman gangguan terhadap fungsi lingkungan hidup.
Definisi sistem tanggap darurat
mekanisme atau prosedur untuk menanggulangi terjadinya
malapetaka dalam pengelolaan B3 yang memerlukan
kecepatan dan ketepatan penanganan, sehingga bahaya
yang terjadi dapat ditekan sekecil mungkin. (Ps . 19 Permen
LH no. 30/2009)
Contoh kondisi darurat yang potensial

▰Kebakaran
▰Ledakan
▰Kebocoran gas
▰Kebocoran gas beracun
▰Tumpahan
‘Hot Spot’ yang potensial menimbulkan kondisi
darurat ▰Ruang penyimpanan B3
▰Ruang penyimpanan limbah B3
▰Tanki minyak dan bahan bakar
▰Proses start-up and shut-down
▰Peralatan bertekanan tinggi
▰Tanker, kapal pengangkut
▰Lokasi-lokasi unloading, shipping

▰Fasilitas pengolahan limbah

▰Saluran pembuangan limbah


Buat peta ‘Hot Spot’

Buat peta dari :


▰ Lokasi tempat penyimpanan bahan
kimia, gas, bahan bakar, minyak
▰ Lokasi dari kegiatan bongkar muat dan
pemindahan bahan kimia, bahan bakar,
dan minyak
▰ Arah aliran air limbah dan drainase
Tentukan lingkungan sekitar yang potensial
terkena dampak

▰Identifikasi kawasan sekitar yang peka pada potensi dampak:


▻Daerah permukiman, industri, pertanian, perikanan, rekreasi
▻Sumber air minum
▻Daerah suaka alam, hewan dan tumbuhan langka
▻Cagar budaya
▰Catat arah angin untuk antisipasi terjadinya kebocoran gas
Langkah-langkah tindakan tanggap darurat

• mengamankan (mengisolasi) tempat terjadinya kecelakaan;


• menanggulangi kecelakaan sesuai dengan prosedur tetap
penanggulangan kecelakaan;
• melaporkan kecelakaan dan atau keadaan darurat kepada
aparat Pemerintah Kabupaten/Kota setempat; dan
• memberikan informasi, bantuan, dan melakukan evakuasi
terhadap masyarakat di sekitar lokasi kejadian.

(Pasal 25 PP no. 74/2001)


Sistem tanggap darurat

▰ Kecelakaan B3 adalah lepasnya atau tumpahnya B3 ke


lingkungan. Untuk mencegah meluasnya dampak B3 ,
kecelakaan B3 perlu ditanggulangi dengan cepat dan tepat.
▰ Keadaan darurat adalah eskalasi atau peningkatan
kecelakaan B3 sehingga membutuhkan penanganan yang
lebih komprehensif. (Penjelasan Ps. 24 PP no. 74/2001)
▰ Pengelolaan tempat penyimpanan B3 wajib dilengkapi
dengan sistem tanggap darurat dan prosedur penanganan
B3. (Pasal 19 PP no. 74/2001)
Tindakan Preventif
Inspeksi dan pemeliharaan yang reguler dari:
▰ Tanki penyimpan limbah

▰ Fasilitas pewadahan sekunder

▰ Pompa, katup, sambungan, pipa

▰ Sistem alarm pendeteksi kebocoran gas dan limbah cair

▰ Sistem drainase

▰ Peralatan pengendalian pencemaran untuk pencegahan


kegagalan operasi, kebocoran, kecelakaan, dan kondisi
darurat lainnya
Kedudukan Program kedaruratan dalam Sistem Tanggap darurat

MENLHK (2019) Pedoman Penyusunan


Program Kedaruratan LB3. Kasubdit Tanggap
darurat dan Pemulihan Non Institusi
MENLHK (2019)
Proses Penyusunan Program Kedaruratan

Penentu
Identifika Analisis an Penginte
si Risiko risiko kebutuha Finalisas Sosialisa grasian
Pengumpu Menentu
Kedarura Kedarura n i Draf si ke dalam
lan data kan
tan B3 tan B3 infrastruk Program Program Program
dan tingkat
dan/atau dan/atau tur dan Kedarura Kedarura Penangg
informasi risiko
Limbah Limbah fungsi tan tan ulangan
B3 B3 penangg Bencana
ulangan

MENLHK (2019) Pedoman Penyusunan


Program Kedaruratan LB3. Kasubdit Tanggap
darurat dan Pemulihan Non Institusi
Fasilitas
• Ruang/tempat kerja/posko

• Pedoman dan/atau instruksi kerja program kedaruratan

• Jalur evakuasi bencana/darurat

• Tempat evakuasi bencana/darurat

• Alat transportasi untuk penanggulangan kedaduratan PLB3

• Dokumen/informasi keberadaaan dan karakteristik setiap jenis dan jumlah B3/LB3 yang
dikelola.

• Dokumen/informasi mengenai cara penanggulangan bencana B3 dan/atau LB3 dan bentuk


kecelakaan yg ditimbulkan

• APD dan Fasilitas Penyediaan Logistik


Peralatan
▰Alat deteksi dini

▰Alat penanggulangan kedaruratan PLB3

▰Petunjuk Arah Angin

▰Alat Komunikasi

▰Peralatan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan

▰Peralatan untuk Kebutuhan Pengamanan

MENLHK (2019) Pedoman Penyusunan


Program Kedaruratan LB3. Kasubdit Tanggap
darurat dan Pemulihan Non Institusi
Penanggulangan Kedaruratan

MENLHK (2019)
Pedoman
Penyusunan
Program
Kedaruratan LB3.
Kasubdit Tanggap
darurat dan
Pemulihan Non
Institusi
MENLHK (2019)
87
Selamat Belajar

88

Anda mungkin juga menyukai