Anda di halaman 1dari 14

TINDAKAN PADA KEJADIAN KERACUNAN

MAKALAH
Diajukan oleh Mata Kuliah Toksikologi

Kelompok 1:
Netwin Dawile 19330103027
Resia Waworuntu 19330103007
Midlin C V Tarang 19330103009
Patricia Dandel 19330103047
Mauren Dorah 19330103030
Estefania Kanalung 19330103017
Silyan Hadi 19330103039
Alfionita Ponamon 19330103070
Genli O Malasai 19330103028
Rafael Wowiling 19330103056
Andyhart J Pai 19330103060
Jesica Gabriela Dalonto 19330103038
Viorgine Lovenia 19330103036
Belinda Kolelupun 19330103064

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS TRINITA
MANADO
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kesempatan yang diberikan kepada penulis
sehingga penulis sehingga penulis bias membuat makalah ini sampai selesai.Makalah ini memuat
tentang Tindakan Pada Kejadian Keracunan.
Adapun makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Toksikologi. Akhir kata,
penulis menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari kesalahan dan tidaklah sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran terhadap makalah ini sangat diharapkan oleh penulis sehingga penulis
bisa lebih baik lagi dalam melakukan suatu makalah. Terima kasih atas perhatiannya.

Manado, 5 Juli 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................................................1
BAB 2 PEMBAHASAN
A. Definisi Keracunan..................................................................................................................2
B. Simbol Tanda Bahan Berbahaya..............................................................................................4
C. Mengurangi atau Memperlambat Penetrasi Racun..................................................................5
D. Ekskresi Racun Setelah Arbsorpsi dan Detoksifikasi..............................................................6
E. Tindakan-tindakan simptomatik...............................................................................................3
BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................................................3
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................6
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Definisi Keracunan

Keracunan merupakan masuknya suatu racun kedalam tubuh disebabkan oleh menelan,
mencium, menyentuh, atau menyuntikkan berbagai macam obat, bahan kimia, racun, atau gas
yang mengganggu fungsi organ dan dapat menimbulkan kematian.Penyebab keracunan terdiri
dari beberapa hal yaitu makanan, obat-obatan, zat kimia, alcohol, minyak tanah, racun tikus,
racun tanaman, Co2, H2S, gigitan serangga dan gigitan ular berbisa. Keracunan dapat diketahui
dari gejala yang ditimbulkannya seperti pusing, mual, sakit perut, muntah dan diare.
Tubuh yang keracunan akan memberikan pengaruh yaitu pada jantung dapat menyebabkan
shock dan gangguan irama jantung, pada saraf terdapat rasa sakit, rangsangan saraf sentral yang
berlebihan, timbulnya kejang-kejang, depresi terhadap saraf pusat seperti kelumpuhan reflek
umum, terhentinya alat pernapasan, dan gangguan metabolism dalam sel-sel otak, gangguan atau
kelainan psikis (kejiwaan). Pada pencernaan dapat menimbulkan mual, nyeri perut, diare,
kerusakan hati, pada saluran kemih dapat menjadi retensi urine atau kerusakan ginjal akut, serta
dapat menimbulkan luka bakar pada kulit, selaput lendir pada mulut, tenggorokan dan selaput
lendir mata.

B. Simbol Tanda Bahan Berbahaya

Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat dengan B3 adalah bahan yang
karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau dapat
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup
lainnya.Pengelolaan B3 yang mencakup kegiatan menghasilkan,mengangkut, mengedarkan,
menyimpan, menggunakan dan/atau membuang B3 harus dilakukan secara baik dan benar,
sehingga penggunaan dan penanganan B3 tersebut akan aman bagi pengguna dan tidak
mencemari lingkungan dan membahayakan makhluk hidup lainya.
Salah satu hal penting dalam pengelolaan B3 adalah pemberian simbol dan label. Pemberian
simbol dan label sangat penting untuk mengidentifikasi sekaligus mengklasifikasikan B3, yang
nantinya akan sangat berguna sebagai informasi penting dalam pengelolaannya.Simbol B3
merupakan gambar yang menunjukan klasifikasi B3 yang terdiri dari 10 (sepuluh) jenis simbol
yang dipergunakan yaitu:

1. Simbol untuk B3 klasifikasi bersifat mudah meledak (explosive)


Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Simbol berupa gambar bom
meledak (explosive/exploded bomb) berwarna hitam. Simbol ini menunjukkan suatu
bahan yang pada suhu dan tekanan standar (25ºC, 760 mmHg) dapat meledak dan
menimbulkan kebakaran atau melalui reaksi kimia dan/atau fisika dapat menghasilkan
gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan di
sekitarnya.
2. Simbol untuk B3 klasifikasi bersifat pengoksidasi (oxidizing)

Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Gambar simbol berupa bola
api berwarna hitam yang menyala. Simbol ini menunjukkan suatu bahan yang dapat
melepaskan banyak panas atau menimbulkan api ketika bereaksi dengan bahan kimia
lainnya, terutama bahan-bahan yang sifatnya mudah terbakar meskipun dalam keadaan
hampa udara.
3. Simbol untuk B3 klasifikasi bersifat mudah menyala (flammable)

Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Gambar simbol berupa
gambar nyala api berwarna putih dan hitam. Simbol ini menunjukkan suatu bahan
yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Dapat menjadi panas atau meningkat suhunya dan terbakar karena kontak dengan
udara pada temperatur ambien;
b. Padatan yang mudah terbakar karena kontak dengan sumber nyala api;
c. Gas yang mudah terbakar pada suhu dan tekanan normal;
d. Mengeluarkan gas yang sangat mudah terbakar dalam jumlah yang berbahaya, jika
bercampur atau kontak dengan air atau udara lembab;
e. Padatan atau cairan yang memiliki titik nyala di bawah 0ºC dan titik didih lebih
rendah atau sama dengan 35ºC;
f. Padatan atau cairan yang memiliki titik nyala 0ºC – 21ºC;
g. Cairan yang mengandung alkohol kurang dari 24% volume dan/atau pada titik
nyala (flash point) tidak lebih dari 60ºC (140ºF) akan menyala apabila terjadi kontak
dengan api, percikan api atau sumber nyala lain pada tekanan udara 760 mmHg.
Pengujiannya dapat dilakukan dengan metode ”Closed-Up Test”;
h. Padatan yang pada temperatur dan tekanan standar (25ºC dan 760 mmHg) dengan
mudah menyebabkan terjadinya kebakaran melalui gesekan, penyerapan uap air atau
perubahan kimia secara spontan dan apabila terbakar dapat menyebabkan kebakaran
yang terus menerus dalam 10 detik. Padatan yang hasil pengujian ”Seta Closed Cup
Flash Point Test”-nya menunjukkan titik nyala kurang dari 40ºC;
i. Aerosol yang mudah menyala;
j. Padatan atau cairan piroforik; dan/atau
k. Peroksida organik.
4. Simbol untuk B3 klasifikasi bersifat beracun (toxic)

Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Simbol berupa gambar
tengkorak dan tulang bersilang. Simbol ini menunjukkan suatu bahan yang memiliki
karakteristik sebagai berikut:
a. Sifat racun bagi manusia, yang dapat menyebabkan keracunan atau sakit yang
cukup serius apabila masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan, kulit atau mulut.
Penentuan tingkat sifat racun ini didasarkan atas uji LD50 (amat sangat beracun,
sangat beracun dan beracun); dan/atau
b. Sifat bahaya toksisitas akut.
5. Simbol untuk B3 klasifikasi bersifat berbahaya (harmful)
Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Simbol berupa gambar
silang berwarna hitam. Simbol ini untuk menunjukkan suatu bahan baik berupa
padatan, cairan ataupun gas yang jika terjadi kontak atau melalui inhalasi ataupun oral
dapat menyebabkan bahaya terhadap kesehatan sampai tingkat tertentu.
6. Simbol untuk B3 klasifikasi bersifat iritasi (irritant)

Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Simbol berupa gambar
tanda seru berwarna hitam. Simbol ini menunjukkan suatu bahan yang memiliki
karakteristik sebagai berikut:
a. Padatan maupun cairan yang jika terjadi kontak secara langsung dan/atau terus
menerus dengan kulit atau selaput lendir dapat menyebabkan iritasi atau peradangan;
b. Toksisitas sistemik pada organ target spesifik karena paparan tunggal dapat
menyebabkan iritasi pernafasan, mengantuk atau pusing;
c. Sensitasi pada kulit yang dapat menyebabkan reaksi alergi pada kulit; dan/atau
d. Iritasi/kerusakan parah pada mata yang dapat menyebabkan iritasi serius pada
mata.
7. Simbol untuk B3 klasifikasi bersifat korosif (corrosive)

Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Simbol terdiri dari 2 gambar
yang tertetesi cairan korosif. Simbol ini menunjukkan suatu bahan yang memiliki
karakteristik sebagai berikut:
a. Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit;
b. Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja SAE 1020 dengan laju korosi
> 6,35 mm/tahun dengan temperatur pengujian 55 C; dan/atau c. Mempunyai pH
sama atau kurang dari 2 untuk B3 bersifat asam dan sama atau lebih besar dari 12,5
untuk B3 yang bersifat basa.
8. Simbol untuk B3 klasifikasi bersifat berbahaya bagi lingkungan (dangerous for
environment)

Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Simbol berupa gambar
pohon dan media lingkungan berwarna hitam serta ikan berwarna putih. Simbol ini
untuk menunjukkan suatu bahan yang dapat menimbulkan bahaya terhadap lingkungan.
Bahan kimia ini dapat merusak atau menyebabkan kematian pada ikan atau organisme
aquatic lainnya atau bahaya lain yang dapat ditimbulkan, seperti merusak lapisan ozon
(misalnya CFC = Chlorofluorocarbon), persistent di lingkungan (misalnya PCBs =
Polychlorinated Biphenyls).
9. Simbol untuk B3 klasifikasi bersifat karsinogenik, teratogenik dan mutagenik
(carcinogenic, tetragenic,mutagenic)

Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Simbol berupa gambar
kepala dan dada manusia berwarna hitam dengan gambar menyerupai bintang segi
enam berwarna putih pada dada. Simbol ini menunjukkan paparan jangka pendek,
jangka panjang atau berulang dengan bahan ini dapat menyebabkan efek kesehatan
sebagai berikut:
a. karsinogenik yaitu penyebab sel kanker;
b. teratogenik yaitu sifat bahan yang dapat mempengaruhi pembentukan dan
pertumbuhan embrio;
c. mutagenic yaitu sifat bahan yang menyebabkan perubahan kromosom yang berarti
dapat merubah genética;
d. toksisitas sistemik terhadap organ sasaran spesifik;
e. toksisitas terhadap sistem reproduksi; dan/atau
f. gangguan saluran pernafasan. 
10. Simbol untuk B3 klasifikasi bersifat bahaya lain berupa gas 

Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Simbol berupa gambar
tabung gas silinder berwarna hitam. Simbol ini untuk menunjukkan bahaya gas
bertekanan yaitu bahan ini bertekanan tinggi dan dapat meledak bila tabung
dipanaskan/terkena panas atau pecah dan isinya dapat menyebabkan kebakaran.

C. Mengurangi dan Memperlambat Penetrasi Racun


Racun tubuh dikenal sebagai senyawa yang membahayakan kesehatan. Paparan toksin dalam
waktu yang cukup lama dapat mengakibatkan gangguan fungsi organ dan metabolisme tubuh.
Efeknya sangat berbahaya, apalagi kalau dibiarkan tanpa penanganan. Ada beberapa racun tubuh
yang hanya bisa ditangani melalui obat – obatan dan terapi. Namun tidak semuanya seperti itu,
beberapa lainnya dapat dibersihkan melalui detox. Perbanyak makan sayur dan buah.
Mengkonsumsi makanan organik termasuk salah satu cara terbaik menghindari efek keracunan
pestisida, dan juga bisa mengkonsumsi daging dan susu yang berlabel organik.
Saat detox, Anda juga dilarang mengonsumsi lemak jenuh untuk mencegah toksin terikat
dalam jaringan lemak tubuh. Detox menyarankan Anda untuk memperbanyak minum air putih.
Tujuannya agar racun tubuh dapat dialirkan keluar melalui urine maupun feses. Untuk menuai
manfaat ini, Anda harus minum air putih sebanyak 2 liter per hari. Cara – cara seperti itu
diketahui mampu menetralkan; atau bahkan mengeluarkan; racun tubuh. Racun tubuh yang bisa
dibersihkan melalui detoks misalnya racun yang menumpuk pada colon, liver, ginjal, darah, paru
– paru dan semacamnya.
Mengutip penjelasan dari dr. Phaidon L Toruan yang dipublikasikan melalui Detik Health,
racun pada liver dapat menyebabkan batu empedu. Oleh karena itu, diperlukan detoks liver untuk
mengeluarkan atau mengurangi konsentrasi racun tersebut. Mekanisme detoks liver diawali
dengan berpuasa, lalu mengkonsumsi minyak zaitun sebanyak kurang lebih 100 cc. Liver akan
mendorong empedu melakukan pemijatan yang membantu pengeluaran racun tubuh dan sisa –
sisa batu yang mengendap.
Praktik detoks lainnya yang bisa mengeluarkan racun tubuh adalah detoks colon. Detoks ini
menguras usus dari ampas makanan yang sudah tidak digunakan lagi oleh tubuh. Ampas tersebut
mungkin saja sudah terakumulasi selama beberapa tahun, namun tidak juga dapat dikeluarkan.
Detoksifikasi dapat pula diterapkan untuk membersihkan racun alkohol, bisa hewan, dan
meningkatkan metabolisme. Detoks alkohol dilakukan dengan cara mengonsumsi cairan
elektrolit dalam jumlah tertentu. Lalu, detoks bisa hewan dilakukan dengan cara pemberian
penisilin kristal sebanyak jumlah yang diperlukan untuk melawan toksin.  Sementara,
detoksifikasi untuk metabolisme tubuh dilakukan dengan menjaga pola makan seimbang dan
memperbanyak konsumsi jus detoks / smoothies.
D. Ekskresi Racun Setelah Arbsorpsi dan Detoksifikasi
Sistem ekskresi pada manusia terdiri atas sejumlah organ, yaitu paru-paru, kulit, hati, dan
ginjal. Masing-masing organ ekskresi tersebut memiliki fungsi dan cara kerja yang berbeda
untuk membuang zat sisa dan racun dari dalam tubuh.
1. Ginjal
Ginjal merupakan organ utama dari sistem ekskresi manusia. Organ ini terletak di kedua sisi
tulang belakang, tepatnya di rongga perut bagian belakang. Ginjal memiliki bentuk menyerupai
kacang merah dan berwarna merah kecokelatan. Ginjal berfungsi untuk menyaring zat sisa dari
makanan, obat-obatan, atau racun yang terdapat di darah. Selain itu, ginjal juga berperan
mengendalikan keseimbangan cairan dan kadar elektrolit dalam tubuh. Jika tubuh Anda
kelebihan garam atau mineral, ginjal pun akan membuangnya. Zat sisa yang terkumpul,
kemudian akan diubah menjadi urine. Urine akan mengalir dari ginjal ke kandung kemih melalui
saluran yang disebut ureter. Urine tersebut berisi zat sisa dari ginjal yang akan terbuang saat
buang air kecil.
2. Kulit
Kulit manusia memiliki sekitar 3–4 juta kelenjar keringat. Kelenjar ini tersebar di seluruh
bagian tubuh, namun paling banyak terdapat di telapak tangan, kaki, wajah, dan ketiak. Kelenjar
keringat terbagi menjadi 2 jenis, yaitu kelenjar ekrin dan kelenjar apokrin. Kelenjar ekrin
terhubung langsung dengan permukaan kulit dan menghasilkan keringat yang tidak berbau dan
encer. Sementara itu, kelenjar apokrin menghasilkan keringat yang mengandung lemak dan
pekat, serta terdapat di folikel rambut, seperti ketiak dan kulit kepala.
Pada dasarnya, keringat yang dihasilkan kelenjar-kelenjar tersebut berfungsi untuk
mengendalikan suhu tubuh dan melumasi kulit serta rambut. Namun, sebagai bagian dari sistem
ekskresi, kelenjar keringat juga berperan membuang racun dari dalam tubuh melalui keringat
yang dihasilkannya. Ada beberapa jenis racun yang dibuang melalui kelenjar keringat di kulit,
antara lain zat logam, bisphenol A, polychlorinated biphenyls, urea, phthalate, dan bikarbonat.
Tak hanya racun, kelenjar keringat di kulit juga berfungsi untuk membunuh dan membuang
bakteri.
3. Usus besar
Pada dasarnya, usus terbagi menjadi 2 bagian, yaitu usus kecil dan usus besar. Sebagian besar
nutrisi dan sekitar 90% air yang terkandung dalam makanan dan minuman yang dikonsumsi
setiap hari terserap ke dalam usus kecil. Sementara itu, usus besar bertugas untuk menyerap sisa
air dan nutrisi yang tidak bisa dicerna oleh usus kecil. Usai diserap, sisa makanan dan minuman
tersebut diubah menjadi feses, lalu dibuang melalui dubur saat Anda buang air besar.
4. Hati
Hati adalah organ yang berukuran besar dengan berat sekitar 1 kilogram. Organ yang sangat
penting bagi metabolisme dan sistem kekebalan tubuh ini terletak di bagian kanan atas dalam
rongga perut, tepat di bawah diafragma. Salah satu zat beracun yang dibuang dan diolah oleh hati
adalah amonia, yaitu zat sisa dari hasil penguraian protein. Jika dibiarkan menumpuk dalam
tubuh, amonia dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan, termasuk gangguan
pernapasan dan masalah pada ginjal.
Di dalam tubuh, hati berfungsi untuk mengolah amonia menjadi urea. Setelah itu, urea yang
diolah di hati akan dibuang melalui sistem ekskresi pada ginjal lewat urine. Selain amonia, zat
lain yang dibuang atau diekskresi oleh hati adalah zat beracun dalam darah, misalnya akibat
konsumsi alkohol atau obat-obatan. Organ hati juga berfungsi untuk membuang sel darah merah
yang sudah rusak dan kelebihan bilirubin yang dapat menyebabkan sakit kuning atau jaundice.
5. Paru-paru
Paru-paru merupakan organ utama dalam sistem pernapasan manusia. Melalui proses
pernapasan, paru-paru bertugas untuk memindahkan oksigen yang diperoleh dari udara ke dalam
darah. Darah yang telah mengandung oksigen tersebut akan disalurkan ke seluruh jaringan dan
organ tubuh agar dapat berfungsi dengan baik. Setelah memperoleh oksigen, setiap sel tubuh
akan menghasilkan karbon dioksida sebagai zat sisa metabolismenya. Karbon dioksida
merupakan zat beracun yang bisa berbahaya bagi kesehatan apabila menumpuk di dalam darah.
Untuk membuangnya, karbon dioksida akan dibawa oleh darah kembali menuju paru-paru dan
dikeluarkan ketika Anda mengembuskan napas. Batuk atau bersin juga merupakan mekanisme
alami tubuh yang melibatkan paru-paru dan saluran napas untuk mengeluarkan zat kimia atau
gas beracun, debu, kuman, virus, dan benda asing yang masuk ke dalam sistem pernapasan.

E. Tindakan-tindakan simptomatik
Keracunan dalah masuknya zat yang berlaku sebagai racun, yang memberikan gejala sesuai
dengan macam, dosis dan cara pemberiannya. Seseorang dicurigai menderita keracunan, bila :
1. Sakit mendadak.
2. Gejala tak sesuai dengan keadaan patologik tertentu.
3. Gejala berkembang dengan cepat karena dosis besar.
4. Anamnese menunjukkan kearah keracunan, terutama kasus percobaan bunuh diri,
pembunuhan atau kecelakaan.
5. Keracunan kronis dicurigai bila digunakannya obat dalam waktu lama atau lingkungan
pekerjaan yang berhubungan dengan zat kimia.
Gejala Umum Keracunan:
1. Hipersalivasi (air ludah berlebihan)
2. Gangguan gastrointestinal : mual-muntah
3. Mata : miosis

a) Mencegah / menghentikan penyerapan racun


 Racun melalui mulut (ditelan / tertelan)
1) Encerkan racun yang ada di lambung dengan : air, susu, telor mentah atau norit.
2) Kosongkan lambung (efektif bila racun tertelan sebelum 4 jam) dengan cara :
 Dimuntahkan :
Bisa dilakukan dengan cara mekanik (menekan reflek muntah di tenggorokan), atau pemberian
air garam atau sirup ipekak.
Kontraindikasi :
cara ini tidak boleh dilakukan pada keracunan zat korosif (asam/basa kuat, minyak tanah,
bensin), kesadaran menurun dan penderita kejang.
 Bilas lambung :
 Pasien telungkup, kepala dan bahu lebih rendah.
 Pasang NGT dan bilas dengan : air, larutan norit, Natrium bicarbonat 5 %, atau asam asetat 5
%. Pembilasan sampai 20 X, rata-rata volume 250 cc.
 Kontraindikasi : keracunan zat korosif & kejang.
 Bilas Usus Besar :
bilas dengan pencahar, klisma (air sabun atau gliserin).
 Racun melalui melalui kulit atau mata.
1) Pakaian yang terkena racun dilepas.
2) Cuci / bilas bagian yang terkena dengan air dan sabun atau zat penetralisir (asam cuka /
bicnat encer).
3) Hati-hati : penolong jangan sampai terkontaminasi.

 Racun melalui inhalasi.


Pindahkan penderita ke tempat aman dengan udara yang segar.
Pernafasan buatan penting untuk mengeluarkan udara beracun yang terhisap, jangan
menggunakan metode mouth to mouth.

 Racun melalui suntikan.


 Pasang torniquet proximal tempat suntikan, jaga agar denyut arteri bagian distal masih
teraba dan lepas tiap 15 menit selama 1 menit.
 Beri epinefrin 1/1000 dosis : 0,3-0,4 mg subkutan/im.
 Beri kompres dingin di tempat suntikan.

b) Mengeluarkan racun yang telah diserap.


Dilakukan dengan cara :
 Diuretic : lasix, manitol.
 Dialisa
 Transfusi exchange.
c) Pengobatan simptomatis / mengatasi gejala.
 Gangguan sistem pernafasan dan sirkulasi : RJP
 Gangguan sistem susunan saraf pusat
 Kejang : beri diazepam atau fenobarbital
 Odem otak : beri manitol atau dexametason.
d) Pengobatan spesifik dan antidotum
 Keracunan Asam / Basa Kuat (Asam Klorida, Asam Sulfat, Asam Cuka Pekat, Natrium
Hidroksida, Kalium Hidroksida).
Dapat mengenai kulit, mata atau ditelan.
Gejala : nyeri perut, muntah dan diare.
Tindakan: :
 Keracunan pada kulit dan mata :
 irigasi dengan air mengalir.
 beri antibiotik dan antiinflamasi.
 Keracunan ditelan / tertelan :
 asam kuat dinetralisir dengan antasida
 basa kuat dinetralisir dengan sari buah atau cuka
 jangan bilas lambung atau tindakan emesis
 beri antibiotik dan antiinflamasi.
 Keracunan Arsenikum
Gejala : mulut kering, kulit merah, rasa tercekik, sakit menelan, kolik usus, muntah,
diare, perdarahan, oliguri, syok.
Tindakan :
 Bilas lambung dengan Natrium karbonat/sorbitol
 Atasi syok dan gangguan elektrolit
 Beri BAL (4-5 Kg/BB) setiap 4 jam selama 24 jam pertama. Hari kedua sampai ketiga
setiap 6 jam (dosis sama). Hari keempat s/d ke sepuluh dosis diturunkan.

 Keracunan Tempe Bongkrek


Gejala : mengantuk, nyeri perut, berkeringat, dyspneu, spasme otot, vertigo sampai koma.
Tindakan : terapi simptomatik.
 Keracunan Marihuana / Ganja
Gejala : halusinasi, mulut kering, mata midriasis
Tindakan : simptomatik, biasanya sadar setelah dalam 24 jam pertama.

Anda mungkin juga menyukai