Anda di halaman 1dari 19

TRAUMA KIMIA

I RWA N S U H A D I ( 1 8 0 6 2 7 2 9 9 2 )
DEFINISI TRAUMA KIMIA

• Iritasi dan kerusakan pada jaringan yang disebabkan oleh pajanan bahan kimia melalui kontak
langsung dengan bahan kimia.

• Trauma kimia pada mata dan kulit lebih sering terjadi daripada melalui jalur oral ingestion
TRAUMA KIMIA PADA MATA
• Terjadi karena percikan bahan kimia (accidental splash) secara tidak sengaja masuk mengenai
permukaan mata
• Epitel kornea mata yang intak tahan terhadap perubahan keasaman bahan kimia pada skala pH
4-10 → di luar dari skala tsb. epitel kornea rusak sangat cepat dan menjadi akses perlukaan
jaringan di bawahnya
TRAUMA KIMIA PADA MATA

• Populasi pekerja yang berisiko untuk terjadinya trauma kimia pada mata;
➢ Industri laboratorium kimia
➢ Agrikultural
➢ Pekerja konstruksi bangunan
➢ Pekerja di fasilitas servis otomotif (cairan aki mobil/motor dan proses recharge)
➢ Pekerja di fasilitas servis cleaning & sanitizing

Terjadi paling sering pada grup usia 20-40 tahun dan kejadian di industri > di rumah (2x lipat)
TRAUMA KIMIA PADA MATA
TRAUMA KIMIA PADA MATA

• Trauma Asam
Trauma pada mata yang disebabkan oleh zat kimia asam cenderung lebih ringan daripada trauma
yang diakibatkan oleh zat kimia basa.
Reaksi asam pada mata; reaksi molekul ion dan anion hydrogen dalam kornea. Reaksi ion merusak
permukaan okular dengan mengubah pH. Reaksi anion merusak dengan cara denaturasi protein,
presipitasi dan koagulasi.
Jaringan mata terkena bahan kimia asam → terjadi denaturasi & presipitasi dengan jaringan
protein di sekitarnya → presipitasi tsb membentuk buffer / barrier → kerusakannya menjadi
terlokalisir → menghentikan penetrasi bahan kimia asam ke jaringan mata lebih dalam
TRAUMA KIMIA PADA MATA
• Trauma Basa
2 sifat bahan kimia basa → hidrofilik dan lipofilik ➔ penetrasi dengan cepat membrane sel, menembus
kornea, bilik mata depan (COA) sampai retina (kebutaan) → suatu kegawatdaruratan
pH tinggi:
- Safonifikasi disertai disosiasi asam lemak membrane sel → penetrasi lebih lanjut
- Mukopolisakarida hilang → stroma kornea akan mati → serbukan sel PMN disertai neovaskularisasi
- Membran sel basal epitel kornea rusak → sel epitel di atasnya lepas
- Gangguan penyembuhan epitel kornea karena hilangnya plasminogen activator dan kolagenase
kornea → ulkus kornea (+) sampai perforasi.
- Pembentukan ulkus berhenti bila terjadi epitelisasi lengkap atau vaskularisasi telah menutup dataran
depan kornea.
- kadar glukosa dan askorbat yang berkurang → susunan cairan mata terganggu ➔ pembentukan
jaringan kornea (kolagenase) terhambat
TRAUMA KIMIA PADA MATA
TRAUMA KIMIA PADA MATA

• Komplikasi
✓ Simblefaron; gejala gerak mata terganggu, diplopia, lagoftalmus, sehingga kornea dan penglihatan
terganggu.
✓ Kornea keruh, edema.
✓ Sindroma mata kering.
✓ Katarak traumatik, trauma basa pada permukaan mata sering menyebabkan katarak.
✓ Glaukoma sudut tertutup.
✓ Entropion dan phthosis bulbi.
TRAUMA KIMIA PADA MATA
• Tatalaksana
✓ Intervensi segera → irigasi mata dan fornix konjungtiva dengan aliran air keran yang BERSIH
atau dengan NS 0,9% atau cairan RL → min. 30 menit, tidak perlu cek kadar pH di mata
✓ Selama irigasi mata harus tetap terbuka dan biasanya membutuhkan anestesi topikal
✓ Fornix konjungtiva harus diperiksa dari adanya benda asing dan bila ada harus segera diangkat
✓ Selama proses rujukan direkomendasikan untuk terus dilakukan irigasi pada matanya
✓ Bandage soft lens
✓ Rujukan ke Spesialis Mata harus dilakukan setelah penderita dilakukan irigasi → menyembuhkan
epitel kornea dan mengurangi jaringan parut
✓ Anggap semua trauma kimia adalah karena kimia basa
TRAUMA KIMIA PADA KULIT

• Disebut juga dengan chemical burn


• American Burn Association → Prevalensi sekitar 3,4% dari kasus luka bakar lain (2004 -2015).
• Populasi pekerja berisiko → agricultural dan industri manufaktur
• Terjadi pada grup usia pekerja 20 – 60 tahun → lokasi tersering chemical burn adalah
ekstremitas atas, kepala – leher, ekstremitas bawah
• Bahan kimia yang sering menimbulkan trauma → ammonia, chlorine, hydrochloric acid, sulfuric
acid, white phosphorus, phenol, fluorocarbon
TRAUMA KIMIA PADA KULIT

Bahan kimia mengenai kulit → denaturasi protein fisiologis pada kulit akan mengalami proses
reduksi, oksidasi, korosi, edema, desikasi dan kerusakan protoplasma.

Asam (pH<2) → nekrosis koagulasi pada jaringan superfisial (seperti luka bakar superfisial)
Basa (pH>11) → injuri lebih luas, menghasilkan panas karena bereaksi terhadap lemak dan cairan
jaringan sekitar dan menyebabkan nekrosis liquefactive (jaringan yang terkena menjadi basah,
lunak, dan terkandung pus). Proses nekrosis akan penetrasi lebih dalam dan akan terus terjadi
walau bahan kimia pada kulit sudah dihilangkan.
TRAUMA KIMIA PADA KULIT
• Tatalaksana
✓ Penolong wajib menggunakan APD yang sesuai (gloves, safety google)
✓ Primary dan Secondary survey (airway, breathing, circulation)
✓ Anamnesis singkat
✓ Anggap semua trauma kimia tersebut adalah karena kimia basa
✓ Prinsip manajemen umum pajanan bahan kimia pada kulit
TRAUMA KIMIA PADA KULIT
• Prinsip manajemen umum pajanan bahan kimia pada kulit;
1. Hilangkan pajanan bahan kimia pada kulit → beratnya injuri tergantung dari durasi kontak kulit
dengan bahan kimia
✓ Secepat mungkin, lepaskan baju yang terkena bahan kimia, residu atau debu harus disikat halus dari
kulit
✓ Irigasi kulit dengan air keran yang BERSIH, diperhatikan bilasan air tersebut jangan mengenai
daerah kulit yang sehat → dengan teknik “tapping”. Irigasi dapat dilakukan 0,5 – 2 jam
2. Evaluasi luka → test pin prick, test CRT (capillary refill time)
3. Kenali gangguan metabolisme sistemik
✓ Gangguan metabolic → Analisa gas darah dari pembuluh darah vena
✓ Elektrolit imbalans → hydrofluoro acid menyebabkan hipokalsemia dan menyebabkan aritmia
jantung
✓ Hipotermia → tergantung dari durasi luka yang terbuka
4. Rujuk
TRAUMA KIMIA
• Pencegahan
❑ Unit-unit operasional yang menimbulkan gas atau uap ke udara harus memakai system
tertutup dengan ventilasi local exhaust
❑ Bahan kimia berbahaya harus diangkut dengan alat angkut mekanis
❑ Bubuk yang tumpah harus diambil dengan alat penghisap vakum
❑ Menyapu harus dilakukan secara basah dengan air atau dengan minyak untuk senyawa tertentu
yang larut dalam minyak
❑ Cairan yang tumpah harus dibuang dengan mencuci dan pembuangan air cuci melalui saluran
pembuangan air limbah
❑ Pekerja harus dilatih akan bahaya yang ada dan menghindarinya dengan memakai alat
keselamatan
❑ Sarung tangan, kaca mata, dan pakaian pelindung harus dipakai saat mengoperasikan bahan
kimia
❑ Air untuk mandi dan mencuci mata darurat (emergency shower and eye wash) harus cukup
tersedia dan ditempatkan sedekat mungkin pada tempat/ruangan pengoperasian dengan bahan-
bahan kimia (the “10 seconds” rule, no partition, unobstructed path, no stairs, near the
emergency exit, )
REFERENSI
• Jonathan F., David A. Brown, Benjamin Levi. Chemical, Electrical, and Radiation Injuries. Clin Plast
Surg; 44(3): 657-669. April. 2017
• Parul Singh, Manoj Tyagi, Yogesh Kumar, et al. Ocular Chemical Injuries and Their Management. Oman
J Ophthalmol; 6(2): 83-86. May-Aug. 2013.
• Neiraja Gnaneswaran, Eshini Perera, Marlon Perera, et al. Cutaneous Chemical Burns: Assessment
and Early Management. Australian Family Physician; 44(3): 135-139. March. 2015
• Canadian Centre for Occupational Health and Safety. Emergency Showers and Eyewash Stations.
2017. Diunduh dari: http//:ccohs.ca/oshanswers/safety_haz/emer_showers.html
• J.A. Goldsmith, N.A. Zabriskie, R.J. Olson. 2007. Occupational Eye disorders. In: William N. Rom,
S.B.Markowitz, editor: Environmental and Occupational Medicine. 4th ed. Philadelphia: Lippincot
Williams & Wilkins. p. 698-699
• A.K. Khurana. 2007. Comprehensive Ophthalmology. 4th ed. New Delhi: New Age International
Publishers. p. 414-415

Anda mungkin juga menyukai