Anda di halaman 1dari 26

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA

MINERAL
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN
KONSERVASI ENERGI

STRATEGI PENGEMBANGAN ENERGI BARU TERBARUKAN


Akselerasi EBT Guna Mencapai Target Rencana Umum Energi Nasional

Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi


Jakarta, 26 Juni 2020
DAFTAR ISI

1. Kebijakan Energi Nasional


2. Strategi Pencapaian EBT

2
KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL

3
TARGET EBT PADA KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL
1. PLTP, 7,2 GW
TARGET BAURAN ENERGI Penggunaan
2. PLTA, 17,9 GW
Tidak Langsung
PRIMER PADA 2025 3. PLTM/H, 3 GW
Listrik 45,2 GW
4. PLTBm/g, 5,5 GW
5. PLTS, 6,5 GW
EBT
Gas 6. PLTB, 1,8 GW
7. EBT lainnya, 3,1
GW
BBN 13,8 Juta KL

Bio-
8,4 Juta Ton
massa Penggunaan
Minyak Langsung
Batubara bumi
489,8 Juta M3

46,0

PP 79/2014
Kebijakan Energi
Nasional

4
TARGET RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL

9%
23% 25%
37%
30% 31%
Target
2019 Target
34% 2025 2050
24%
20% 25% 20%
EBT
22%
Minyak bumi
Gas Energi Baru dan Terbarukan Minyak Bumi Gas Bumi
Batubara Batubara
Energi Baru dan Terbarukan Minyak Bumi
Gas Bumi Batubara
1. Pembangkit : 69,1 GW 1. Pembangkit : 115 GW 1. Pembangkit : 430 GW
2. Konsumsi Energi : 0,8 TOE/kapita 2. Konsumsi Energi : 1,4 TOE/kap 2. Konsumsi Energi : 3,2 TOE/kap
3. Konsumsi Listrik : 1.084Kwh/kap 3. Konsumsi Listrik : 2500 Kwh/kap 3. Konsumsi Listrik : 7000 Kwh/kap

5 5
KONSUMSI LISTRIK PERKAPITA NASIONAL
Menuju tren konsumsi negara maju
Konsumsi listrik terus meningkat seiring Satuan: kWh/Kapita
peningkatan akses/elektrifikasi dan
pertumbuhan ekonomi

Mendorong pengembangan kendaraan


listrik dan kompor listrik
1.021
910

Foto: Dalil Harahap/Lomba Foto KESDM 2018


6
6 6
PERKEMBANGAN PEMBANGKIT EBT (MW)
s.d. tahun 2018
• Pembangkit EBT yang dikembangkan dominan air, panas bumi dan biomass
Tahun 2019
• Pembangkit EBT yang dikembangkan dominan air, panas bumi dan biomassa
• Pembangkit EBT intermittent, khususnya PLTS pesat dikembangkan (dari 88.04 menjadi 152.44 MW)

12000

10,300.2 10,407.8
9,808.4
10000 9,379.0
8,985.4
8,495.8
7,964.3 8,037.1
8000
7,232.0

6,036.5 6,073.6 6,220.7


5,859.8
6000

4000

2000

0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 TW-I

PLT Hybrid PLTB PLTBio PLTS PLTSa PLTP PLTAM/H Total


7
PORSI EBT DALAM BAURAN ENERGI NASIONAL

9.15 2019
8.55 9%

37%

6.47 6.34
34%
5.41 5.33
4.96
4.37 4.35 4.38
3.77 3.92

20%

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
EBT MINYAK GAS BATUBARA

8
BBN MENDUKUNG KETAHANAN ENERGI NASIONAL
BAURAN ENERGI PRIMER
TAHUN 2019
Kontribusi EBT pada Bauran Energi
Minyak Bumi Primer Tahun 2019
33.58% Gas Bumi sebesar 9,15%, dimana 32,2% nya
20.12%
adalah kontribusi
Biodiesel (B20)

EBT
9.15%

Kontribusi Biodiesel akan terus


meningkat dan dominan dengan
implementasi B30 Tahun 2020
dan rencana pengembangan
B40 serta B50 ke depannya

Batubara 37.15%

9
RASIO ELEKTRIFIKASI TAHUN 2019 RDB 2019
99,48%
Dalam 5 tahun terakhir rasio elektrifikasi meningkat 14,54%,
dari tahun 2014 sebesar 84,35% menjadi 98,89% tahun 2019
Realisasi 2019
99%
98,89%
99%
99%
99% Target
99%
97% 98% 2020
99% 99%
99%
99% 100%
97% 99%

99% 94%

99%

98% 99%
94%
99% Keterangan
99% 99%
99% 92% :
94% : >95% |29 provinsi
98% : 90-95% | 4 provinsi
: 80-90% | 1 provinsi
99% 99% : <80% | 0 provinsi
99% 98%
99% 99%
100%
85%
10
10
STRATEGI PENCAPAIAN EBT

11
RENCANA PENAMBAHAN KAPASITAS PEMBANGKIT PLT EBT
 No. Jenis Pembangkit EBT 2020 2021 2022 2023 2024 TOTAL
1. PLTP 140.0 80.0 132.0 300.0 375.0 1,027.0
2. PLTA 165.2 440.3 918.6 245.7 1,936.5 3,706.3
3. PLT Bio 138.7 60.2 356.9 49.8 102.6 708.2
4. PLTS 0 162.9 11.1 315.2 315.7 804.9
5. PLT Bayu 0 0 10.0 170.0 380.0 560.0
6. EBT lain (Arus Laut) 0 0 0 0 0 0
Sub Total Tambahan 443.9 743.4 1,428.6 1,080.7 3,109.8 6,806.4
Sub Total Kumulatif 443.9 1,187.3 2,615.9 3,696.6 6,806.4  
1. PLTP 0 0 0 0 0 0
2. PLTA 0 0 37.3 151.3 14.9 203.5
3. PLT Bio/ CPO 108.0 91.8 127.9 109.2 150.0 586.9
4. PLTS 134.6 165.9 328.0 328.0 328.0 1,284.5
5. PLT Bayu 0 0 0 109.0 60.0 169.0
6. EBT lain 0 0 0 0 0 0
Sub Total Tambahan New – Inisiatif 242.6 257.7 493.2 697.5 552.9 2,243.9
Sub Total New – Inisiatif (Kumulatif) 242.6 500.3 993.5 1,691.0 2,243.9  
TOTAL 686.5 1,001.1 1,921.8 1,778.2 3,662.7  
TOTAL (Kumulatif) 686.5 1,687.6 3,609.4 5,387.6 9,050.3  

RUPTL

12
LANGKAH-LANGKAH “RESTRUCTURING AND REFOCUSING” PROGRAM EBTKE
Isu strategis:
Gap antara target kebutuhan kapasitas PLT EBT untuk pencapaian EBT 23% tahun 2025 dengan target kapasitas PLT EBT pada RUPTL PLN tahun 2025:
• Untuk mencapai target EBT 23% tahun 2025 diperlukan kapasitas PLT EBT berkembang menjadi 27.687 MW pada tahun 2025, namun RUPTL PLN
hanya menargetkan 23.578 MW. Sehingga ada gap kapasitas PLT EBT sekitar 4.109 MW.
• Hasil evaluasi project pipeline PLN ada yang mundur terutama panas bumi, sekitar 2.000 MW. Dengan demikian total gap kapasitas PLT EBT menjadi
6.109 MW pada tahun 2025
• Infrastruktur jaringan listrik PLN baru bisa menampung 1000 MW EBT yang bersifat intermintent

Tujuan “restructuring and refocusing program EBTKE”:


Menciptakan system energi masa depan yang bersih dan berkesinambungan berbasis EBTKE sambil mendorong pertumbuhan ekonomi, menciptakan
lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah-daerah

1. Kebijakan untuk membangun a level playing field untuk EBT: Merevisi peraturan dan perundang-
undangan untuk mendukung pengembangan EBT; Rperpres EBT (cost reflective price)
2. Roadmap pengembangan EBT dengan berbagai terobosan dalam rangka penciptaan pasar-pasar
EBT yang baru
3. Fasilitasi pendanaan murah untuk investasi EBTKE
4. Membangun DJEBTKE sebagai “Centre of Excellence” pengembangan EBTKE, yaitu pusat inovasi
strategi dan implementasi EBTKE:
• Perbaikan dan pemutakhiran Sistem Informasi Manajemen EBTKE
• Sistem monitoring dan evaluasi sebagai “information clearing house” pengembangan EBT

13
STRATEGI PENGEMBANGAN EBT 2025
Strategi untuk pencapaian target dengan mengisi gap kapasitas PLT EBT

Pengembangan PLTS 02 Pengembangan biomasa secara 04 Pengembangan model resource


01 secara masif: based renewable energy develop
masif
ment untuk EBT skala besar:
• Pengembangan PLT Surya Atap • Pengembangan proyek pelet
selaras dengan pembangunan biomasa dengan memanfaatkan • Pemanfaatan PLTA skala besar di
perumahan rakyat melalui sinergi lahan-lahan sub-optimal untuk co- Sulawesi dengan penyelesaian jaringan
dengan KPUPR, Perum Perumnas, firing PLTU batubara (target 3-5%) transmisi di Sulawesi untuk bisa
BTN, BUMN, dan swasta menya lur kan listrik ke industri
• Pengembangan proyek PLT biomasa smelter
• Pengembangan Proyek Energi Surya untuk menggantikan PLTD di
Atap Nusantara melalui sinergi berbagai daerah 05 Pengembangan biofuel dan greenfuel
dengan Kementerian/Lembaga • Pengembangan proyek pellet
terkait, BUMN/BUMD, dan swasta
biomasa untuk menggantikan LPG
• Pengembangan proyek PLTS untuk dan mitan di sektor rumah tangga Pengembangan dan modernisasi
cold storage melalui sinergi dengan golongan ekonomi menengah 06 sistem jaringan infrastruktur
KKP, BUMN (LEN, PLN) dan swasta kebawah listrik nasional
• Pengembangan proyek pengadaan
PLTS skala masif; bekerja sama Pengembangan PLT EBT melalui Perbaikan Tata Kelola Pengembangan
dengan ADB 03 sinergi dengan rencana 07 EBT dengan melibatkan seluruh K/L
pembangunan ecotourism: Flores terkait agar harga PLT EBT lebih
Geothermal Island kompetitif

14
STRATEGI PENGEMBANGAN PLTS
PENGEMBANGAN PLTS SKALA BESAR PENGEMBANGAN PROYEK PENGADAAN PLTS SKALA MASIF;
BEKERJASAMA DENGAN ADB
• Pengembangan PLTS skala besar dalam rangka menurun kan
BPP listrik, termasuk PLTS pada lokasi bekas lahan
tambang/tambang terlantar yang lahan konsesinya sudah PLTS ROOFTOP SECARA MASIF
kembali ke PEMDA
Pengembangan PLTS rooftop di daerah-daerah melalui
sinergi dengan Pemprov ataupun Pemkab/Pemkot an-
• PLTS DI AREA LAHAN EKS TAMBANG DI BERBAGAI DAERAH,
tara lain melalui program eko wisata, klaster ekonomi,
2700 HA ATAU 2300 MW
khususnya Program Energi Surya Nusantara*
1.Bangka Belitung sebesar 1.250 MW
2.Kutai Barat sebesar 1.000 MW PLTS COLD STORAGE
3.Kutai Kartanegara sebesar 53 MW Mengoptimalkan dana APBN dan Kerjasama dengan
Kementerian KKP untuk meningkatkan ekonomi wilayah berbasis
EBT
• PLTS TERAPUNG, 857 MW PLTS HYBRID
1. Waduk Wonogiri di Jawa Tengah
• PLTS DI DAERAH 3T
2. Waduk Sutami di Karangkates, Jawa Timur
3. Waduk Jatiluhur di Jawa Barat khusus Indonesia Bagian Timur untuk penciptaan
pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru
4. Waduk Mrica di Banjarnegara, Jawa Tengah
5. Waduk Saguling di Jawa Barat • PROGRAM HYBRID DI PULAU-PULAU KECIL
6. Waduk Wonorejo di Tulung Agung, Jawa Timur khusus Indonesia Bagian Timur untuk penciptaan
7. Danau Singkarak di Sumatera Barat pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru
• PROGRAM KONVERSI PLTD KE PLTS/ PLT EBT
* Inisisasi dari IESR khusus Indonesia Bagian Timur untuk penciptaan
pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru
15
STRATEGI PENGEMBANGAN PLTA/PLTMH
a. Kerjasama pemanfaatan waduk eksisting/baru b. Pengembangan PLTA di Kaltara
bersama PUPR Potensi : 302 MW Cascading 5 PLTA dengan total kapasitas 6.000 -
1. Waduk Arsari/Sepaku 20 MW di Kalimantan 9.000 MW dan PLTA Mentarang dengan total
Timur (eksisting) kapasitas 1.375 MW. Keduanya untuk mendukung
2. Waduk Lambakan 20 MW di Kalimantan industri di Kalimantan Timur
Timur (eksisting) c. Pengembangan PLTA skala besar dengan
3. Waduk Samboja 18 MW di Kalimantan Timur konsep Renewable Energy Based Industry
(eksisting) Development (REBID)
4. PLTM Kalibumi 6,3 MW di Papua (eksisting) d. Mengoptimalkan proyek-proyek yang telah terdaftar
COD 2025 di DPT PLN namun terhenti dan untuk
5. PLTA Konawe (Bendungan Pelosika) 10 MW di dikembangkan dengan skema IPP murni/mandatory
Sulawesi Tenggara anak perusahaan PLN (Potensi 1000 - 5.425 MW)
6. PLTA Merangin 90 -228 MW di Jambi e. Pengembangan PLTMH dengan Microgrid 20 kV,
potensi 442 MW
7. PLTA Kusan 65 MW di Kalimantan Selatan
f. Rencana Investasi PLTA di Papua*, FMG Australia
berencana membangun PLTA 20 GW beserta
* Dibawah koordinasi Kemenko Marvest kawasan industri di Mamberamo, Urumuka,
Idenburg, Balien dan Derewo, serta sungai/
bendungan lainnya yang berpotensi

16
STRATEGI PENGEMBANGAN PLTBm
Program Co-firing
• Total PLTU milik PLN sebesar 20.201 MW kebutuhan batubara 65.626.560 ton dengan produksi tahun 2019
01 sebesar 118.969 GWh
• Skenario Co firing dengan sensitivitas persentase jumlah pellet/woodchip terhadap total batubara
• volutpat dui at fermentum.
Sensitivitas Tambahan Kapasitas (MW)
1% 202.01
2% 404.02
3% 606.03
4% 808.04
5% 1,010.05

Pengembangan PLTBm Roll Out model pengembangan PLTBm di Mentawai (Kerjasama Pemda
02
dengan PLN)
• PLTBm di NTT (PLTBm Ponu 5 MW serta potensi tambahan di tiga tempat lain yaitu Atambua 5 MW, Kefamenanu
5 MW, dan Soe 5 MW total sebesar 20 MW)
• PLTBm di pulau pulau Sumatera
Program pengelolaan sampah untuk EBT melalui RDF/Pellet (Kerjasama KPUPR, Pemda
03
dengan PLN/IP)
• Proyek Citarum Harum sebagai pilot project scale up teknologi pengelolaan sampah dengan RDF IP, kerja sama dengan
KPUPR dengan tahap awal mengelola sampah di 5 lokasi
• Pilot project teknologi pellet untuk pengelolaan sampah dan biomasa sebagai bahan co-firing di PLTU Jeranjang NTB

17
TARGET DAN CAPAIAN PROGRAM MANDATORI BIOFUELS

13,9
12,5
11,2
9,6 10
8,9
8,0
6,6 6,4
5,4
3,75

Target RUEN (Juta Realisasi (Juta Target Capaian 2020


kL) kL) (Juta kL)

18
STRATEGI PENGEMBANGAN BIOFUELS
B30
• Berdasarkan Peraturan Menteri ESDM No. KONVERSI PLTD –
12/2015, pada tahun 2020 akan Pembangunan PLTBm & PLTBg
diimplementasikan B30 untuk seluruh
sektor. • Untuk meningkatkan kontribusi EBT pada
• Road Test B30 dilakukan pada Triwulan I bauran energi nasional, PT PLN (Persero)
2019. akan meng-konversi PLTD eksisting menjadi
• Penerapan B30 diperkirakan akan B30 PLTBn.
meningkatkan kebutuhan CPO ± 3 juta • Sedang dilakukan pendataan PLTD yang
kL/tahun dapat dikonversi dan kebutuhan CPO.
• Trial konversi akan dilakukan pada Semester
01 03 II tahun 2019.
• Saat ini sedang dilakukan proses
komisioning PLT CPO dengan kapasitas 5
• Pemerintah mulai mengembangkan Green MW di Bangka Belitung.
Fuel berbasis CPO mulai tahun 2019
melalui kilang milik PT Pertamina baik
secara co-processing maupun stand alone
Refiniring Unit. 02
• Diperkirakan pada tahun 2023 kebutuhan
CPO untuk Green Fuel akan mencapai 4.9
juta ton/tahun.

19
TRANSFORMASI PENGEMBANGAN PANAS BUMI INDONESIA
2019-2025
8000 2500

7241.5
7000

6242.5 6310.5 2000


6000

Pengembangan per Tahun (MW)


Kapasitas Terpasang (MW)

5067.5
5000
1500
4417.5

4000
3559.5 3551.5
3352.6
3109.5 3191.5
2891.5 1000
3000 2870.6
2655.6
2493.5 2436.5
2289.5
2270.6 2285.6 2335.6
2138.5
2130.6
2000
482
500
320
1000 215
182.1 140
15 50
0 0
2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026

RUEN RUPTL 2019-2028


Road Map 2020-2030 (MW) Road Map Pengembangan per Tahun

20
RENCANA PENGEMBANGAN PANAS BUMI
2020 – 2030
9000 2500
8,008
8000

Year (MW)
6,873 2000
7000

(MW)
Capacity (MW)
(MW)

6000 5,743

per
1500

Kapasitas
InstalledTerpasang

5000 4,798

Development
4,263 1130 1135
4000

Tambahan
3,353 910 945 1000
Kapasitas

3000 2,871
2,656

Additional
2,271 2,286 2,336
2,131 535
2000 482
500
320
1000 182.1 215
140
15 50
0 0
2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2030

Road Map 2020-2030 (MW)


AdditionalKapasitas
Tambahan Development
(MW) per year (MW)
Pengembangan per Tahun (MW)

Total Kapaitas Terpasang (MW)

21
ROADMAP PENGEMBANGAN PANAS
BUMI 2020-2030
Berdasarkan Progress Pengembangan
a. Eksisting (proyek berjalan, PPA) : 57 Proyek pada 28 WKP
 2.232 MW Pengembangan Panas Bumi
b. Pipeline (dalam RUPTL, belum PPA) : 2020 – 2030: 8.007,7 MW
44 Proyek pada 34 WKP/WPSPE  1.630 MW
c. Potensial (belum masuk dalam RUPTL): Kap. Terpasang: 2.130,7MW
76 Proyek pada 54 wilayah  2.015 MW +
Rencana 177 PROYEK
Hingga Tahun 2030
Berdasarkan target waktu COD 5.877 MW
a. Jangka Pendek 2020-2024 : 29 Proyek  740 MW
b. Jangka Menengah 2025-2028 : 71 Proyek  2.872 MW
c. Jangka Panjang 2029-2030 : 77 Proyek  2.265 MW

Berdasarkan sumber daya panas bumi


a. Temperature tinggi > 225˚C : 131 Proyek  4.995 MW
b. Temperature menengah 125˚C - 225˚C : 546 Proyek  882 MW

22
TANTANGAN UTAMA PENGEMBANGAN PANAS BUMI

Area Prospek pada Kawasan


Kelayakan Proyek Panas Bumi
Hutan Konsevasi dan Tropical Rainforest
untuk Tarif Listrik kepada
Heritage of Sumatra (TRHS)
Masyarakat

Akses Pendanaan
Isu Sosial
sebelum FS
& Cadangan Panas Bumi
Perizinan tidak sesuai Perencanaan karena
Keterbatasan Demand Kelistrikan Setempat
23
RISIKO PENGEMBANGAN PANAS BUMI
95%
90% PARAMETER KUNCI DAN RISIKO MASING-MASING TAHAPAN:
1. Tahap survei pendahuluan meliputi studi regional dan survei
tinjau (risiko pengembangan 95%).
2. Tahap eksplorasi meliputi survei geosains rinci berupa 3G
50%
45% termasuk MT dan survei landaian suhu (risiko pengembangan
90%).

20% 3. Tahap pengeboran eksplorasi meliputi pembangunan


infrastruktur, pengeboran dan uji sumur (risiko pengembangan
10% turun hingga 50%).
4. Tahap studi kelayakan (FS) meliputi kalkulasi keekonomian proyek,
perencanaan engineering (Front End Engineering Design), dan
perencanaan pengeboran pengembangan (risiko pengembangan
turun hingga 45%).
1 2 3 4 5 6
5. Tahap eksploitasi/ pengembangan meliputi pengeboran sumur
produksi-reinjeksi, pembangunan fasilitas produksi dan
KESIMPULAN: pembangkit (risiko pengembangan dari 45% hingga 20%).

• Risiko pengembangan panas bumi pada akhir tahap eksplorasi meliputi survei geosains 6. Tahap Pemanfaatan meliputi kegiatan pengujian kelayakan
rinci, berkisar antara 90-95%, sehingga tidak signifikan untuk menurunkan harga listrik pembangkit (PLTP)/commisioning dan operasi produksi serta
yaitu sebesar 0,01 – 0,4 sen USD/kWh . maintenance (risiko pengembangan 20% hingga 10%).

• Risiko pengembangan pada akhir tahap eksplorasi (meliputi survei geosains & pengeboran
eksplorasi 2 slim hole dan 1 standard hole) turun hingga 50% (tergantung pada hasil
pengeboran), sehingga dapat menurunkan harga listrik panas bumi secara signifikan yaitu
sebesar 0,5 -1,7 sen USD/kWh. Sumber: ESMAP, 2012

24
STRATEGI PERCEPATAN PENGEMBANGAN PANAS BUMI
1. Penyiapan skema insentif atau pengaturan tarif yang mempertimbangkan keekonomian proyek
PLTP.
2. Melakukan eksplorasi panas bumi hingga pengeboran dalam rangka peningkatan kualitas data
wilayah panas bumi yang akan ditawarkan kepada badan usaha.
3. Sinergi BUMN dalam pengembangan panas bumi.
4. Optimalisasi sumber daya panas bumi pada WKP yang telah berproduksi dengan pengembangan/
ekspansi dan pengembangan pembangkit skala kecil.
5. Mengembangkan sumber daya panas bumi di wilayah Indonesia bagian timur.
6. Penciptaan demand pada daerah yang memiliki sumber daya panas bumi tinggi namun demand
nya rendah
7. Sinergi dengan masyarakat dan Pemerintah Daerah untuk mengelola isu sosial/resistensi dalam
pengembangan panas bumi .
8. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan proyek panas bumi secara Nasional yang melibatkan
KESDM (Badan Geologi, DJ EBTKE, DJ Ketenagalistrikan), KLHK, Kemenkeu, Bappenas, Kemen
Perindustrian, BKPM, Pemda, dll.
9. Join study dan knowledge sharing antar stakeholders dalam pengembangan panas bumi.

25
TERIMA KASIH
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
Jl. Medan Merdeka Selatan No. 18, Jakarta

DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI


Jl. Pegangsaan Timur No.1 Menteng, Jakarta

26

Anda mungkin juga menyukai