SISTEM IRIGASI
Kelompok IV
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Beberapa Pengertian......................................................................................... 1
1.2 Tujuan dan Manfaat.......................................................................................... 2
BAB II. TEKNIK IRIGASI
2.1 Umum Tentang Irigas............................................................................4
2.2 Kualitas Air Irigasi………………………..……………......................4
2.3 Sistem Irigasi Dan Klasifikasi Jaringan Irigasi.....................................6
2.4 Cara Pemberian Air Irigasi……………………………………………8
BAB III KEBUTUHAN AIR IRIGASI
3.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Air Tanaman…..….10
3.2 Efisiensi Irigasi………………………..……………………………..11
BAB IV SISTEM JARINGAN IRIGASI
3.1 Petak Irigasi.........................................................................................13
BAB V BANGUNAN IRIGASI
5.1 Pintu dan Alat Ukur........................................................................20
5.2 Bentuk Hidrolis dan Kriteria……………………………………..20
BAB VI BANGUNAN UTAMA………………………………………………...26
BAB VII PERENCANAAN HIDROLIS BANGUNAN UTAMA…………...…27
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………29
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
perilaku sungai yang menguntungkan dan memperkecil atau bahkan berusaha
menghilangkan sifat yang merugikan kehidupannya. Manusia lalu untuk
memanfaatkan sumber daya air sungai, misalnya bendungan-bendungan, pusat listrik
tenaga air ataupun membuat bangunan yang diharapkan akan dapat melindungi
manusia terhadap bencana yang ditimbulkan oleh perilaku sungai, misalnya waduk,
krib, tanggul, penahan lereng, bronjong dan fasilitas lainnya.
Kenyataan sejarahpun kemudian membuktikan, bahwa manusia yang tidak bisa
bersahabat dan melestarikan keberadaan sumber daya air yang ada, akan surut dan
runtuh kejayaannya, kehancuran tersebut tidak hanya semata-mata karena disebabkan
oleh bencana yang ditimbulkan oleh perilaku sungai, namun kebanyak merupakan
proses akibat menurunnya fungsi sumber daya air sungai sehingga mematikan
beberapa sarana dan prasarana yang penting bagi kehidupan manusia.
1.1. BEBERAPA PENGERTIAN
a. Daerah pengaliran : adalah daerah pada pengaliran sungai (DPS), dimanaapabila
terjadi peristiwa-peristiwa alam dan perubahan hidro-klimatologi,akan
mempengaruhi kondisi pengaliran pada sungai tersebut.
b. Daerah irigasi atau daerah pengairan : adalah kesatuan wilayah ataudaerah yang
mendapat air dari satu jaringan irigasi.
c. Daerah potensial : adalah daerah yang mempunyai kemungkinan baik
untuk dikembangkan.
d. Daerah fungsional : adalah bagian dari daerah potensial yang telah
memiliki jaringan irigasi yang telah dikembangkan; luas daerah fungsional ini
sama atau lebih kecil dari daerah potensial.
e. Jaringan irigasi : adalah saluran dan bangunan yang merupakan satu kesatuan dan
diperlukan untuk pengaturan air irigasi mulai dari penyediaan, pengambilan,
pembagian, pemberian dan penggunannya.
f. Petak irigasi : adalah petak lahan yang memperoleh pemberian air irigasi dari
satu jaringan irigasi.
2
g. Penyediaan irigasi : adalah penentuan banyaknya air yang dapat
dipergunakanuntuk menunjang pertanian
h. Pembagian air irigasi : adalah penyaluran air yang dilaksanakan oleh pihakyang
berwenang dalam ekspoitasi pada jaringan irigasi utama hingga ke petak tersier.
3
2.1 UMUM TENTANG IRIGASI
Bangunan dan saluran irigasi sudah dikenal orang sejak zaman sebelum
Masehi. Hal ini dapat dibuktikan oleh peninggalan sejarah, baik sejarah nasional
maupun sejarah dunia.
Keberadaan bangunan tersebut disebabkan oleh adanya kenyataan bahwa
sumber makanan nabati yang disediakan oleh alam sudah tidak mencukupi untuk
memenuhi kebutuhan manusia. Segi teknis dari persoalan pertanian ini menimbulkan
permasalahan dari yang paling sederhana sampai yang paling sulit.
Air tunduk pada hukum gravitasi, sehingga air dapat mengalir melalui
saluran-saluran secara alamiah ke tempat yang lebih rendah. Untuk keperluan air
irigasi, dengan cara yang paling sederhanapun telah dapat dicapai hasil yang cukup
memadai.
Kemajuan ilmu dan teknologi senantiasa memperluas batas-batas yang dapat
dicapai dalam bidang keirigasian.
Manusia mengembangkan ilmualam, ilmu fisika dan juga hidrolika yang
meliputi statika dan dinamika benda cairoSemua ini membuat pengetahaun tentang
irig~si bertambah lengkap.
4
Sebenarnya yang menentukan besarnya bahaya adalah konsentrasi senyawa
dalam larutan tanah. Dengan demikian, kriteria yang didasarkan pada kegaraman air
irigasi hanyalah merupakan suatu pendekatan saja. Pada awal pemakaian airyang
kurang baik dalam jaringan irigasi, bahaya tersebut tidak akan terlihat.
Namun dengan bergulirnya waktu, konsentrasi garam di dalam tanah akan meningkat.
Sejumlah unsur dapat merupakan racun bagi tanaman atau binatang.
Misalnya kandungan boron sangat penting untuk pertumbuhan tanaman,
namun konsentrasi lebih dari 0,05 mg/liter akan dapat menggangu sitrus, kacang-
kacangan dan buah musiman. Untuk kandungan boron yang lebih dari 4 mg/liter,
semua tanaman dianggap akan mendapatkan gangguan.
Boron terkandung dalam sabun sehingga dapat merupakan faktor yang kritis
dalam penggunaan limah bagi irigasi. Selenium, walaupun dalam konsentrasi rendah,
sangat beracun bagi ternak dan harus dihindari, Garam-garam yang berupa kalsium,
magnesium dan potasium dapat juga berbahaya bagi air irigasi.
Dalam jumlah yang berlebihan, garam – garam ini akan mengurangi kegiatan
osmotik tanaman, mencegah penyerapan zat giri dari tanah. Di samping itu, garam-
garam ini dapat mempunyai pengaruh kimiawi tidak langsung terhadap metabolisme
tanaman dan mengurangi kelulusan air dari tanah yang bersangkutan dan mencegah
drainase atau aerasi yang cukup.
Konsentrasi kritis di dalam air irigasi tergantung dari berbagai faktor, namun
jumlah yang melebihi 700 mg/liter akan berbahaya bagi beberapa jenis tanaman dan
konsentrasi yang melebihi 2000 mg/liter akan berbahaya bagi hampir seluruh
tanaman.
5
1. Irigasi Sistem Gravitasi
Irigasi gravitasi merupakan sistem irigasi yang telah lama. dikenal
danditerapkan dalam kegiatan usaha tani. Dalam sistem irigasi ini, sumber airdiambil
dari air yang ada di permukaan burni yaitu dari sungai, waduk dahdanau di dataran
tinggi. Pengaturan dan pembagian air irigasi menuju ke petak-petak yang
membutuhkan, dilakukan secara gravitatif.
3. Irigasi Pasang-surut
Yang dimaksud dengan sistem irigasi pasang-surut adalah suatu tipe irigasi
yang memanfaatkan pengempangan air sungai akibat peristiwa pasang-surut air laut.
Areal yang direncanakan untuk tipe irigasi ini adalah areal yang mendapat pengaruh
langsung dari peristiwa pasang-surut air laut.
Untuk daerah Kalimantan misalnya, daerah ini bisa mencapai panjang 30 - 50
km memanjang pantai dan 10 - 15 km masuk ke darat. Air genangan yang berupa air
tawar dari sungai akan menekan dan mencuci kandungan tanah sulfat masam dan
akan dibuang pada saat air laut surut.
Adapun klasifikasi jaringa irigasi bila ditinjau dari cara pengaturan, cara
pengukuran aliran air dan fasilitasnya, dibedakan atas tiga tingkatan, yaitu :
6
Di dalam jaringan irigasi sederhana, pembagian air tidak diukur atau diatur
sehingga air lebih akan mengalir ke saluran pembuang. Persediaan air biasanya
berlimpah dan kemiringan berkisar antara sedang dan curam. Oleh karena itu hampir-
hampir tidak diperlukan teknik yang sulit untuk pembagian air. Jaringan irigasi ini
walaupun mudah diorganisir namun memiliki kelemahankelemahan serius yakni :
1. Ada pemborosan air dan karena pada umumnya jaringan ini terletak di daerah yang
tinggi, air yang terbuang tidak selalu dapat mencapai daerah rendah yang subur.
2. Terdapat banyak pengendapan yang memerlukan lebih banyak biaya dari penduduk
karena tiap desa membuat jaringan dan pengambilan sendiri-sendiri.
3. Karena bangunan penangkap air bukan bangunan tetap / permanen, maka umumya
pendek.
7
pembuangan air lebih secara efisien. Jika petak tersier hanya memperoleh air pada
satu tempat saja dari jaringan utama, hal ini akan memerlukan jumlah bangunan yang
lebih sedikit di saluran primer, ekspoitasi yang lebih baik dan pemeliharaan yang
lebih murah. Kesalahan dalam pengelolaan air di petak-petak tersier juga tidak akan
mempengaruhi pembagian air di jaringan utama.
8
a. Wild flooding : air digenangkan pada suatu daerah yang luas pada waktu banjir
cukup tinggi sehingga daerah akan cukup sempurna dalam pembasahannya, cara ini
hanya cocok apabila cadangan dan ketersediaan air eukup banyak.
b. Free flooding : daerah yang akan diairi dibagi dalam beberapa bagian / petak, air
dialirkan dari bagian yang tinggi ke bagian yang rendah.
c. Check flooding : air dari tempat pengambilan (sumber air) dimasukkan ke dalam
selokan, untuk kemudian dialirkan pada petak-petak yang kecil; keuntungan dari
sistem ini adalah bahwa air tidak dialirkan pada daerah yang sudah diairi.
d. Border strip method : daerah pengairan dibagi-bagi dalam luas yang keeil dengan
galengan berukuran lOx 100 m2 sampai 20 x 300 m2; air dialirkan ke dalam tiap
petak melalui pintu-pintu.
e. Zig-zig method : daerah pengairan dibagi dalam sejumlah petak berbentuk jajaran
atau persegi panjang; tiap petak dibagi lagi dengan bantuan galengan dan air akan
mengalir melingkar sebelum meneapai lubang pengeluaran. Cara ini menjadi dasar
dari pengenalan perkembangan teknik dan peralatan irigasi.
f. Bazin method : cara ini biasa digunakan di perkebunan buah-buahan. Tiap bazin
dibangun mengelilingi tiap pohon dan air dimasukkan ke dalarnnya melalui selokan
lapangan seperti pada ehek flooding.
g. Furrow method : cara ini digunakan pada perkebunan bawang dan kentang serta
buah-buahan lainnya. Tumbuhan tersebut ditanam pada tanah gundukan yang paralel
dan diairi melalui lembah di antara gundukan.
BAB III
KEBUTUHAN AIR IRIGASI
9
Kebutuhan air irigasi adalah jumlah volume air yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan evapontranspirasi, kehilangan air, kebutuhan airuntuk tanaman
dengan memperhatikan jumlah air yang diberikan oleh alam melalui hujan dan
kontribusi air tanah.
a. Topografi
Keadaan topografi mempengaruhi kebutuhan air tanaman. Untuk lahan yang miring
membutuhkan air yang lebih banyak dari pada lahan yang datar, karena air akan lebih
cepat mengalir menjadi aliran permukaan dan hanya sedikit yang mengalami
infiltrasi, dengan kata lain kehilangan air di lahan miring akan lebih besar.
b. Hidrologi
Jumlah contoh hujan mempengaruhi kebutuhan air makin banyak curah hujannya,
maka makin sedikit kebutuhan air tanaman, hal ini di karenakan hujan efektif akan
menjadi besar.
c. Klimatologi
Keadaan cuaca adalah salah satu syarat yang penting untuk pengelolaan
pertanian.Tanaman tidak dapat bertahan dalam keadaan cuaca buruk.
Dengan memperhatikan keadaan cuaca dan cara pemanfaatannya, maka dapat
dilaksanakan penanaman tanaman yang tepat untuk periode yang tepat dan sesuai
dengan keadaan tanah.
10
Untuk penentuan tahun/periode dasar bagi rancangan irigasi harus dikumpulkan data
curah hujan dengan jangka waktu yang sepanjang mungkin.
Disamping data curah hujan diperlukan juga penyelidikan evapotranspirasi, kecepatan
angin, arah angin, suhu udara, jumlah jam
penyinaran matahari, kelembaban.
d. Tekstur tanah
Selain membutuhkan air, tanaman juga membutuhkan tempat untuk tumbuh, yang
dalam tehnik irigasi dinamakan tanah.
Tanah yang baik untuk usaha pertanian ialah tanah yang mudah dikerjakan dan
bersifat produktif serta subur.
Tanah yang baik tersebut memberi kesempatan pada akar tanaman untuk tumbuh
dengan mudah, menjamin sirkulasi air dan udara serta baik pada zona perakaran dan
secara relatif memiliki persediaan hara dan kelembaban tanah yang cukup.
Kehilangan air tersebut dapat berupa penguapan di saluran irigasi, rembesan dari
saluran atau untuk keperluan lain (rumah tangga).
a. Efisiensi pengaliran
Jumlah air yang dilepaskan dari bangunan sadap ke areal irigasi mengalami
kehilangan air selama pengalirannya.Kehilanganair ini menentukan besarnya efisiensi
pengaliran.
EPNG =(Asa / Adb) x 100% dengan :
11
Asa = Air yang sampai di irigasi
Adb = Air yang diambil dari bangunan sadap
b. Efisiensi pemakaian
Efisiensi pemakaian adalah perbandingan antara air yang dapat ditahan
pada zone perakaran dalam periode pemberian air, dengan air yang diberikan pada
areal irigasi.
BAB IV
SISTEM JARINGAN IRIGASI
Dalam suatu jaringan irigasi dapat dibedakan adanya empat unsur fungsional pokok
yakni :
- Bangunan-bangunan utama (head works) dimana air diambil dari sumbemya,
umumnya sungai atau waduk.
- Jaringan pembawa berupa saluran yang mengalirkan air ke petak-petak tersier.
- Petak-petak tersier dengan sistim pembagian air dan sistim pembuangan kolektif;
air irigasi dibagi-bagi dan dialirkan ke sawah-sawah dan kelebihan air ditampung di
dalam suatu sistim pembuangan dalam petak tersier.
- Sistim pembuangan yang ada diluar daerah irigasi untuk membuang kelebihan air
ke sungai atau saluran-saluran alamo.
12
4.1 PETAK IRIGASI
Untuk menghubungkan bagian-bagian dari suatu jaringan irigasi dibuat suatu
peta yang biasanya disebut peta petak. Peta petak ini dibuat berdasarkan peta
topografi yang dilengkapi dengan garis-garis kontur dengan skala 1 : 2500, Peta petak
tersebut memperlihatkan :
- Bangunan-bangunan utama
- Jaringan dan trase saluran irigasi
- Jaringan dan trase saluran pembuang
- Petak-petak primer, sekunder dan tersier
- Lokasi bangunan
- Batas-batas daerah irigasi
- Jaringan dan trase jalan
- Daerah-daerah yang tidak diairi (misal : desa-desa)
a. Petak Primer
Petak primer dilayani oleh satu saluran primer yang mengambil airnya langsung dari
sumber air, biasanya sungai. Petak primer terdiri dari beberapa petak sekunder yang
mengambil air langsung dari saluran primer. Daerah-daerah irigasi tertentu
mempunyai dua saluran primer, ini menghasilkan dua petak primer.
b. Petak Sekunder
Biasanya petak sekunder menerima air dari bangunan bagi yang terletak di saluran
primer atau sekunder. Petak sekunder terdiri dari beberapa petak tersier yang
kesemuanya dilayani oleh satu saluran sekunder. Batas-batas petak sekunder pada
umumnya berupa tanda-tanda topografi yang jelas, misal saluran pembuang. Luas
petak sekunder bisa berbedabeda tergantung pada situasi daerah.
13
c. Petak Tersier
Petak ini menerima air irigasi yang dialirkan dan diukur pada bangunan sadap (off
take) tersier. Petak tersier harns terletak langsung berbatasan langsung dengan saluran
sekunder atau saluran primer, kecuali apabila petak-petas tersier tidak secara
langsung terletak disepanjang jaringan saluran irigasi utama. Petak tersier mempunyai
batas-batas yang jelas misalnya : parit, jalan, batas desa dan sesar medan.
14
Dipetak tersier yang berukuran kecil, efisiensi irigasi akan menjadi lebih tinggi
karena :
15
Ukuran petak kuarter,............................................................. 8 - 15 ha
Panjang saluran tersier ,...........................................................< 1500 m
Panjang saluran kuarter,........................................................... < 500 m
Jarak antar saluran & pembuang ,.............................................< 300 m
III. BATAS PETAK
Batas-batas petak tersier didasarkan pada kondisi topografi. Daerah ini
hendaknya diatur sebaik mungkin, sedemikian rupa sehingga satu petak tersier
terletak dalam satu daerah administrasi desa agar E & P jaringan lebih baik.
Jika ada dua desa di petak tersier yang sangat luas, maka dianjurkan untuk
membagi petak tersier tersebut menjadi dua petak sub-tersier yang berdampingan
sesuai dengan daerah masing-masing.
Batas-batas petak kuarter biasanya akan berupa saluran irigasi dan pembuang
kuarter yang memotong kemiringan medan dan saluran irigasi tersier serta pembuang
tersier atau primer yang mengikuti kemiringan medan. Jika mungkin batas-batas ini
bertepatan dengan batas-batas hak milik tanah.
Jika batas-batas ini belum tetap, dan jaringan masih harns dikembangkan,
dipakai kriteria umum.
IV. SALURAN IRIGASI
16
Saluran muka tersier membawa air dari bangunan sadap tersier ke petak tersier yang
terletak diseberang petak tersier lainnya.
V. DIMENSI SALURAN
17
Untuk pengaliran air irigasi, saluran berpenampung trapesium adalah bangunan
pembawa yang paling umum dipakai dan ekonomis. Saluran tanah sudah umum
dipakai untuk saluran irigsi karena biayanya jauh lebih murah dibandingkan dengan
saluran pasangan.
Untuk merencanakan kemiringan saluran mempunyai asumsi-asumsi
mengenai parameter perhitungan, yang terlihat seperti tabel berikut ini :
Dimana : k = koefisien kekasaran stricker
m = kemiringan talud
n = perbandingan lebar dasar saluran dengan
kedalaman air
a. Daerah Irigasi
Nama yang diberikan sesuai dengan nama daerah setempat, atau desa terdekat dengan
jaringan bangunan utama atau sungai yang aimya diambil untuk keperluan irigasi.
Apabila ada dua pengambilan atau lebih maka daerah irigasi tersebut sebaiknya diberi
nama sesuai dengan desa - desa terdekat didaerah layanan setempat.
18
c. Jaringan Irigasi Tersier
Petak tersier diberi nama sesuai bangunan sadap tersier dari jaringan utama. Ruas-
ruas saluran tersier diberi nama sesuai dengan nama box yang terletak diantara kedua
box (lihat gambar 4.10). Box tersier diberi kode T, diikuti nomor urut menurut arah
jarum jam, mulai dari box pertama dihilir bangunan sadap tersier, dst. Petak kuarter
diberi nama sesuai dengan petak rotasi, diikuti dengan nomor urut menurut jarum
jam. Diberi kode A, B, C, dst. Box kuarteri diberi kode K, diikuti dengan nomor urut
menurut arah jarum jam (KI, K2, dst). Saluran kuarter diberi nama sesuai dengan
petak kuarter yang dilayani tetapi dengan huruf kecil (aI, a2, dst).
d. Jaringan Pembuang
Pada umumnya pembuang primer berupa sungai-sungai alamiah yang kesemuanya
akan diberi nama. Apabila ada saluran-saluran pembuang primer baru yang akan
dibuat, maka saluran-saluran itu harud diberi nama tersendiri. Jika saluran pembuang
dibagi menjadi ruas-ruas maka masing-masing ruas akan diberi nama mulai dari
ujung hilir. Pembuang sekunder pada umumnya bempa sungai atau anak sungai yang
lebih keeil. Beberapa diantaranya sudah mempunyai nama yang tetap bisa dipakai,
jika tidak sungai tersebut akan ditunjukan dengan sebuah huruf d (d =drainase).
Pembuang tersier adalah pembuang kategori terkeeil dan akan dibagi-bagi
menjadi mas-mas dengan debit seragam, masing-masing diberi nomor seri sendiri-
sendiri (lihat gambar 4.13).
BAB V
BANGUNAN IRIGASI
Bangunan bagi dilengkapi dengan pintu dan alat ukur. Waktu debit kecil
muka air akan turun. Pintu diperlukan untuk menaikkan kembali muka air sarnpai
19
batas yang diperlukan, supaya pemberian air ke cabang saluran sekunder dapat
dilakukan.
Pada cabang saluran dibuat alat ukur guna mengukur debit yang akan
dialirkan melalui saluran yang bersangkutan sesuai dengan kebutuhan air disawah
yang akan diairi.
20
BAB VI
BANGUNAN UTAMA
Bila bangunan tersebut juga akan dipakai untuk mengatur elevasi air di sungai, maka
ada dua tipe yang dapat digunakan adalah bendung pelimpah (weir) dan bendung
gerka (barrage).
21
2. BANGUNAN PENGAMBILAN
Bangunan pengambilan adalah sebuah bangunan berupa pintu air. Air irigasi
dibelokkan dari sungai melalui bangunan ini. Bangunan ini dibangun untuk dapat
mengatur banyaknya air yang masuk saluran sesuai dengan yang dibutuhkan dan
menjaga air banjir tidak masuk saluran. Garnbar 5.2. Menunjukkan bangunan
pengambilan dengan penguras bawah.
Untuk mencegah masuknya bahan sedimen kasar ke dalarn jaringan saluran irigasi,
bandung perlu dilengkapi dengn bangunan penguras yang terletak pada tubuh
bendung tepat di hilir bangunan pengambilan.
Jika pada kedua sisi dari sungai dibuat bangunan pengambilan maka bangunan
penguras juga dibuat pada kedua sisinya. Gambar 5.3 . menunjukkan bangunan
penguras dengan pintu penguras.
- Penguras bawah
Bangunan penguras bawah atau yang dikenal undersluice adalah plat beton mendatar
di depan dan setinggi ambang pengambilan, diantara pintu pengambilan, pintu
penguras dan pilar.
- Pintu Penguras
Pintu penguras dibangun sebagai terusan dari tubuh bendung di dekat dan di sebelah
hilir arnbang pengarnbilan. Tingginya pintu penguras sarnadengan tinggi bendung
sehingga dapat dilimpasi air banjir diatasnya.
4. KANTONG LUMPUR
22
Bangunan kantong lumpur merupakan pembesaran potongan melintang
saluran sampai panjang tertentu untuk mengurangi kecepatan aliran dan memberi
kesempatan pada sedimen untuk mengendap. Bangunan ini terletak pada bagian awal
dari saluran primer persis di belakang bangunan pengambilan.
BAB VII
PERENCANAAN HIDROLIS BANGUNAN UTAMA
23
VII.1. BANGUNAN PENGAMBILANBEBAS
Pengambilan bebas dibuat di tempat yang tepat sehingga dapat mengambil air
dengan baik dan sedapat mungkin menghindari masuknya sedimen, masuknya
sedimen dipengaruhi oleh sudut antara pengambilan dan sungai, penggunaan dan
ketinggian ambang penahan sedimen skimming wall, kecepatan aliran masuk dan
sebagainya.
Agar mampu mengatasi tinggi muka air yang berubah-ubah di sungai,pengambilan
harns direncanakan sebagai pintu aliran bawah.
24
Perencanaan saringan dan saluran akan didasarkan pada kebutuhan
pengambilan serta kecepatan yang dibutuhakn untuk mencegah masuknya sedimen ke
dalam saluran bertekanan.
DAFTAR PUSTAKA
http://ganiblopost.blogspot.com/2014/07/makalah-irigasi-dan-bangunan-air-
teknik.html
https://www.academia.edu/4727913/IRIGASI_DAN_BANGUNAN_AIR
25
26