Anda di halaman 1dari 104

Ketersediaan air tawar di suatu wilayah mutlak diperlukan karena

segala aktivitas manusia sangat bergantung terhadapnya. Sumber KARAKTERISTIK

Karakteristik dan Teknik Pengolahan Air Gambut


air tawar yang dapat dimanfaatkan biasanya diperoleh melalui air
hujan, air permukaan, air tanah dan mata air. Seperti contoh kasus DAN TEKNIK PENGOLAHAN
di sebagian wilayah Kalimantan, sumber air permukaan yang ada
berupa air gambut dengan ciri: mengandung zat organik dan zat
besi tinggi, berasa asam, memiliki pH rendah (3 - 5), tingkat kesa-
dahan rendah, berwarna merah, coklat atau kehitaman. Berda-
sarkan standar kelayakan air bersih, air gambut termasuk kategori
air yang tidak layak digunakan untuk keperluan sehari-hari.

Ketersediaan air bersih merupakan permasalahan umum di berba-


gai wilayah Indonesia. Faktor utamanya disebabkan oleh pertum-
buhan penduduk yang semakin bertambah sehingga kebutuhan
terhadap air bersih juga meningkat. Ironisnya, hal tersebut tidak
diimbangi dengan penyediaan sumber air bersih yang cukup. Oleh
karena itu, diperlukan upaya pengolahan air sehingga layak untuk
digunakan.

Berbagai metode telah diterapkan untuk mengolah air gambut


agar layak digunakan. Hadirnya buku ini adalah untuk mengupas
tuntas tentang salah satu metode yang dapat digunakan tersebut,
yaitu metode filterisasi dengan bahan karbon aktif, greensand,
pasir zeolite dan filter. Dengan metode ini, nilai pH air gambut
akan meningkat secara signifikan dan warna air akan bertambah
jernih.

Suhendra & Ari Rianto

Penerbit Cakrawala Budaya


Perumnas Flat Klender SUHENDRA & ARI RIANTO
Blok 4, Lt. II, No, 6
Jakarta Timur 13460
E-mail: cakrawalabudaya@yahoo.com cb
KARAKTERISTIK
DAN TEKNIK PENGOLAHAN

AIR GAMBUT

i
UU No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta

Ketentuan Pidana
Pasal 113

(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak
ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk
Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1
(satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 100.000.000 (seratus
juta rupiah).
(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau
pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,
dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan
pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau
pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e,
dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan
pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara
paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp
4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
ii
KARAKTERISTIK
DAN TEKNIK PENGOLAHAN

AIR GAMBUT

SUHENDRA & ARI RIANTO

Cakrawala Budaya
2017

iii
Karakteristik dan Ternik Pengolahan Air Gambut

Diterbitkan pertama kali oleh Penerbit Cakrawala Budaya

Cetakan pertama Mei 2017


All Right Reserved
Hak cipta dilindungi undang-undang

Penulis: Suhendra dan Ari Rianto

Perancang sampul: Cakrawala Budaya Team


Penata letak: Cakrawala Budaya Team

Karakteristik dan Ternik Pengolahan Air Gambut


xiv + 89: 14 cm x 21 cm
ISBN: 978-602-1349-29-8

Cakrawala Budaya
Perumnas Flat Klender,
Blok 4, Lt. II, No. 6,
Jakarta Timur 13460
Email: cakrawalabudaya@yahoo.com
HP: 0856-9586-9769

Isi di luar tanggungjawab percetakan.

iv
PRAKATA
Air merupakan sumber kehidupan segala
makhluk hidup yang ada di permukaan bumi.
Tanpa air tidak akan ada kehidupan seperti saat
ini. Ketersediaan air di suatu wilayah mutlak di-
perlukan karena segala aktivitas manusia sangat
bergantung terhadap air. Namun ketersediaan air
yang melimpah dalam jumlah yang sangat banyak
juga dapat menimbulkan bencana.
Kebutuhan air bersih bagi manusia untuk
melakukan kegiatan sehari-hari seperti minum,
mandi, mencuci, memasak, mengairi sawah, sara-
na transportasi, kegiatan perindustrian dan lain
sebagainya harus terpenuhi dan sesuai standar
kelayakan. Air dikatakan bersih jika memenuhi
standar yang telah ditetapkan meliputi kualitas
fisik, kimia, biologi dan radiologis. Standar baku
air bersih yang diatur dalam PERMENKES No.
416 /MENKES/PER/IX/1990 “Tentang Syarat-sya-
rat dan Pengawasan Kualitas Air”.
Sumber air tawar yang dapat dimanfaatkan
diperoleh melalui air hujan, air permukaan, air ta-
nah dan mata air. Di sebagian wilayah Kaliman-
tan, sumber air permukaan yang ada berupa air
gambut. Ciri khas air gambut yaitu mengandung
v
zat organik dan zat besi tinggi, berasa asam, me-
miliki pH rendah (3 - 5), tingkat kesadahan
rendah, berwarna merah, coklat atau kehitaman.
Berdasarkan standar kelayakan air bersih, air
gambut termasuk kategori air yang tidak layak
digunakan untuk keperluan sehari-hari.
Hal tersebut merupakan permasalahan
umum tentang air bersih di berbagai wilayah
Indonesia. Faktor utama permasalahan tersebut
disebabkan oleh dampak lajunya pertambahan
penduduk Indonesia sehingga kebutuhan air ber-
sih juga meningkat. Ironisnya, hal tersebut tidak
diikuti dengan penyediaan sumber air bersih yang
cukup. Sehingga diperlukan upaya pengolahan air
agar menjadi layak untuk digunakan.
Berbagai metode telah diterapkan untuk me-
ngolah air gambut agar layak digunakan. Salah
satu metode yang dapat digunakan yaitu metode
filterisasi dengan bahan karbon aktif, greensand,
pasir zeolite dan filter. Dengan metode ini, nilai
pH air gambut akan meningkat secara signifikan
dan warna air akan bertambah jernih.
Terima kasih yang tak terhingga penulis
ucapkan kepada semua pihak yang telah mendu-
kung penyelesaian penulisan buku ini serta kepa-
da Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada
Masyarakat, Kementerian Riset, Teknologi dan
Pendidikan Tinggi yang telah mendanai kegiatan

vi
pengabdian berupa pengolahan air gambut. Buku
ini merupakan bentuk luaran dari kegiatan pe-
ngabdian berjudul IbM Desa Tebas Sungai dalam
Menghadapi Permasalahan Pengolahan Air Gam-
but. Akhirnya, semoga buku ini dapat membe-
rikan sumbangan ilmu dan bermanfaat bagi para
pembaca. Amin.

Sambas, Mei 2017

Penulis

vii
viii
DAFTAR ISI

PRAKATA ................................................................. v
DAFTAR ISI ............................................................. ix
DAFTAR GAMBAR................................................ xi
DAFTAR TABEL .................................................... xiii

BAB 1. POTENSI SUMBER DAYA AIR ....... 1


A. Permasalahan Air Bersih ................. 1
B. Potensi Sumber Daya Air ................. 5
C. Siklus Hidrologi .................................. 10
D. Karakteristik Air Bersih .................. 13
E. Analisis Kualitas Air Secara
Sederhana ............................................ 18

BAB 2. AIR GAMBUT ......................................... 23


A. Karakterisktik dan Potensi Lahan
Gambut ................................................ 23
B. Proses Pembentukan Gambut ........ 28
C. Air Gambut .......................................... 33

BAB 3. METODE PENGOLAHAN AIR


GAMBUT................................................... 37
A. Proses Koagulasi - Flokulasi ........... 38
B. Proses Penyaringan (Filtrasi) ......... 46

ix
C. Proses Adsorpsi .................................. 51
D. Aplikasi Teknik Pengolahan Air
Gambut ................................................. 59

BAB 4. INSTALASI PENGOLAHAN AIR


GAMBUT................................................... 65
A. Pengolahan yang Telah
Diterapkan .......................................... 65
B. Persiapan Pengolahan Air Metode
Kombinasi ............................................ 66
C. Bahan .................................................... 67
D. Alat ........................................................ 72
E. Cara Menginstal Alat Pengolah
Air Gambut .......................................... 73
F. Hasil Pengolahan ............................... 80

DAFTAR PUSTAKA ............................................. 82


INDEKS ..................................................................... 85
TENTANG PENULIS............................................ 88

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Sungai yang belum tercemar dapat


dijadikan sumber air bersih .............. 2
Gambar 2. Tingkat penggunaan air di dunia;
tingkat penggunaan air di negara
berpendapatan tinggi; dan tingkat
penggunaan air di negara
berpendapatan sedang dan rendah . 9
Gambar 3. Siklus hidrologi..................................... 11
Gambar 4. Pengujian sifat fisik ............................. 19
Gambar 5. Pengujian sifat kimia .......................... 21
Gambar 6. Proses pembentukan gambut............ 32
Gambar 7. Perbandingan warna air gambut
yang berwarna hitam pekat dan
yang berwarna hitam kecoklatan .... 33
Gambar 8. Pengaruh zat humat terhadap
warna pada air gambut...................... 35
Gambar 9. Skematik Proses koagulan dan
flokulasi.................................................. 39
Gambar 10. Tawas berbentuk balok kecil........... 44
Gambar 11. PAC berbentuk serbuk ..................... 45
Gambar 12. Bentuk fisik buah kelor dan daun
kelor; biji kelor yang sudah
ditumbuk ............................................. 46

xi
Gambar 13. Media pasir silika............................... 49
Gambar 14. Catridge Filter sebagai media
penyaring akhir dengan ukuran
mesh yang bermacam-macam ........ 51
Gambar 15. Skematik proses adsorben ............... 52
Gambar 16. Arang Aktif dalam bentuk butiran 53
Gambar 17. Pasir Zeolit berwarna hijau dalam
bentuk butiran................................... 56
Gambar 18. Manganese Greensand ...................... 58
Gambar 19. Resin dalam wadah catridge dan
resin berbentuk butiran .................. 59
Gambar 20. Teknik kombinasi untuk
pengolahan air ................................... 60
Gambar 21. Pengolahan air gambut sederhana 66
Gambar 22. Sumber air gambut ........................... 67
Gambar 23. Bahan untuk pengolah air gambut 71
Gambar 24. Alat untuk pengolahan air gambut 73
Gambar 25. Desain alat pengolah air gambut
yang dibuat ......................................... 73
Gambar 26. Pasang bahan penjernih pada
catridge yang telah dipersiapkan .. 75
Gambar 27. Pemasangan housing catridge
pada dudukan .................................... 75
Gambar 28. Pemasangan foot valve pada pipa .. 76
Gambar 29. Pemasangan sock drat pada
pompa................................................... 76
Gambar 30. Pemasangan foot valve pada
sumber air........................................... 77

xii
Gambar 31. Sambungan pipa dari sumber air
ke tangki air ....................................... 78
Gambar 32. Tahap pemasangan pipa dari
tangki air ke penjernih .................... 79
Gambar 33. Instalasi pengolahan air gambut ... 79
Gambar 34. Perubahan air gambut sebelum
dan setelah diolah ............................. 80

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Data curah hujan, aliran permukaan


dan aliran mantap serta jenis
pemanfaatannya dalam waktu satu
tahun di beberapa pulau di Indonesia 7
Tabel 2. Daftar persyaratan kualitas air bersih
sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesehatan R.I
No: 16/MENKES/PER/IX/ 1990 ............ 15
Tabel 3. Kriteria tingkat kesuburan
tanah gambut ............................................ 33
Tabel 4. Karakteristik active carbon dari
berbagai jenis bahan baku ..................... 54

xiii
xiv
Karakteristik dan Teknik Pengolahan Air Gambut 1

A. Permasalahan Air Bersih

Air merupakan kebutuhan pokok bagi setiap


mahkluk hidup dalam memenuhi keperluan hi-
dupnya. Tanpa air, maka manusia, hewan, dan
tumbuhan tidak akan mampu bertahan hidup
dalam waktu yang lama. Tubuh manusia sebagian
besar terdiri dari air dengan proporsi sekitar 70 %
dari berat badan. Segala aktifitas manusia sangat
bergantung pada air misalnya untuk minum,
mandi, mencuci, memasak, mengairi sawah, sara-
na transportasi, kegiatan perindustrian dan lain
sebagainya. Air adalah bagian terpenting dari
sumber daya alam yang dinamis dan terbarukan.
2 Suhendra dan Ari Rianto

Gambar 1. Sungai yang belum tercemar dapat dijadikan sumber


air bersih

Ketersediaan air di suatu wilayah harus


seimbang dengan kebutuhan air di wilayah ter-
sebut. Jika jumlah air di suatu wilayah terlalu
besar dapat menimbulkan terjadinya banjir dan
mengakibatkan kerugian harta, benda dan jiwa
bagi mahkluk hidup. Jika jumlah air di suatu
wilayah terlalu kecil dapat menimbulkan terjadi-
nya bencana kekeringan karena air akan menjadi
barang langka yang sulit diperoleh.
Keberadaan air di alam dalam bentuk laru-
tan dapat mengandung berbagai unsur hara,
garam, zat kimia, senyawa organik dan lain seba-
gainya karena sifatnya sebagai pelarut. Sebagian
bahan tersebut dapat mencemari air dan menu-
Karakteristik dan Teknik Pengolahan Air Gambut 3

runkan kualitas air. Pada kadar tertentu, air


sudah tidak layak digunakan baik untuk minum
atau untuk keperluan lainnya.
Kebutuhan air bersih akan berbanding lurus
dengan pertumbuhan populasi penduduk, yang
memberikan konsekuensi terhadap upaya peme-
nuhan kebutuhan air bersih. Permasalahan ke-
butuhan air bersih bagi masyarakat merupakan
persoalan yang masih belum dapat diatasi karena
tidak seimbangnya antara laju pertumbuhan pen-
duduk dengan ketersediaan sumber air bersih
yang ada. Hal ini menjadi perhatian khusus baik
dari Negara maju maupun Negara yang sedang
berkembang dalam upaya mengatasi krisis air
bersih.
Indonesia sebagai salah satu Negara berkem-
bang, juga mengalami permasalahan penyediaan
air bersih bagi masyarakatnya. Faktor utama per-
masalahan tersebut disebabkan oleh dampak laju-
nya pertambahan penduduk Indonesia sehingga
kebutuhan air bersih juga meningkat. Ironisnya,
hal tersebut tidak diikuti dengan penyediaan sum-
ber air bersih yang cukup. Menurut BPS (2010),
jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010
sekitar 237,6 juta jiwa dengan sebaran kepadatan
penduduk yang tidak merata antar daerah. Pulau
Jawa dan Bali dengan luas 7% dari luas daratan
Indonesia dihuni oleh 58% dari jumlah penduduk
4 Suhendra dan Ari Rianto

Indonesia, sedangkan Maluku dan Papua yang


memiliki luas 25% dari wilayah Indonesia hanya
dihuni oleh 3% dari jumlah penduduk yang ada.
Kepadatan dan jumlah penduduk memiliki
hubungan erat dengan permasalahan lingkungan,
laju alih fungsi lahan, pencemaran air dan tingkat
penggunaan air bersih yang dapat menyebabkan
terjadinya permasalahan air bersih. Selain faktor
penduduk, permasalahan lain yang dihadapi ada-
lah kurangnya sumber air bersih, belum optimal-
nya pengolahan sumber air yang ada serta pelaya-
nan penyediaan air bersih oleh PDAM yang belum
merata. Hal ini diperparah dengan perilaku ma-
nusia yang tidak hemat menggunakan air dan
kurang peduli untuk menjaga kelestarian lingku-
ngan. Kerusakan lingkungan dan penggundulan
hutan akibat penebangan liar atau pembakaran
lahan dapat mengancam potensi wilayah sumber
air baku sebagai penyedia air bersih. Kondisi lain
yang memperburuk permasalahan ini adalah ada-
nya perubahan iklim yang mulai terasa dampak-
nya dan membuat sebagian besar daerah di Indo-
nesia mengalami banjir pada musim penghujan
dan kekeringan pada musim kemarau.
Oleh karena itu, upaya yang dapat dilakukan
untuk mengatasi permasalah ketersediaan sum-
ber air adalah melalui konservasi lahan, pelesta-
rian hutan, penghijauan, menghemat penggunaan
Karakteristik dan Teknik Pengolahan Air Gambut 5

air, membuat tempat penampungan air hujan,


membuat sumur resapan air atau lubang resapan
biopori, mengurangi pencemaran air oleh limbah
rumah tangga, dan kegiatan industri. Selain itu,
upaya lain yang dapat dilakukan adalah dengan
melakukan pengolahan sumber daya air yang ada
secara optimal dan terpadu serta memperbaiki
manajemen penyediaan air bersih yang ada.

B. Potensi Sumber Daya Air

Menurut Shiklomanov (1993), volume cada-


ngan air total yang ada di bumi sekitar
1.385.984.000 km3 dan hanya 2,53% dari cada-
ngan air total atau 35.029.000 km3 adalah cada-
ngan dalam bentuk air tawar. Sebagian besar air
tawar atau sekitar 24.000.000 km3 (68,7% dari air
tawar) dalam bentuk es dan salju abadi yang
menutupi wilayah Antartika dan Artik. Sumber
air tawar yang paling banyak digunakan untuk
memenuhi kebutuhan manusia berasal dari air
danau dan sungai, dengan total volume sekitar
90.000 km3 atau hanya 0,26% dari total cadangan
air tawar dunia.
Indonesia sebagai Negara Maritim memiliki
luas daratan sekitar 1/3 dari luas wilayah Indo-
nesia, sedangkan sekitar 2/3 sisanya merupakan
luas perairan. Walaupun demikian, sebagian be-
6 Suhendra dan Ari Rianto

sar sumber air yang tersedia merupakan air asin


sehingga tidak dapat dimanfaatkan secara lang-
sung untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan
hanya sebagian kecil sumber air berupa air tawar.
Sumber air tawar dapat diperoleh melalui air
hujan, air permukaan, air tanah dan mata air.
Dalam siklus hidrologi, air permukaan terdiri
dari aliran permukaan dan aliran mantap yang
bersumber dari air hujan. Aliran permukaan ada-
lah air yang berasal dari hujan kemudian menga-
lir ke permukaan bumi, sedangkan aliran mantap
adalah air yang berada di danau, sungai, waduk
dan tempat penampungan lainnya. Berdasarkan
data Departemen PU (1994), besarnya curah hu-
jan, aliran permukaan dan aliran mantap serta
jenis pemanfaatannya dalam waktu satu tahun di
beberapa pulau besar di Indonesia dapat dilihat
pada Tabel 1.
Karakteristik dan Teknik Pengolahan Air Gambut 7

Tabel 1. Data curah hujan, aliran permukaan dan


aliran mantap serta jenis pemanfaatan-
nya dalam waktu satu tahun di beberapa
pulau di Indonesia

Curah Jenis aliran (juta m3/thn) Keperluan (juta m3/thn)


N
Pulau hujan R Aliran Aliran
o Domestik Pertanian
mm/th Permukaan Mantap
1 Jawa 2.680 189.070 47.268 4.257 55.581
2 Sumatera 2.820 691.900 172.975 1.634 21.352
3 Kalimantan 2.990 745.030 186.258 374 4.891
4 Sulawesi 2.340 542.600 135.650 497 6.498
5 Bali 2.120 5.670 1.418 107 1.408
6 NTB 1.410 8.070 2.018 132 2.732
7 NTT 1.200 9.570 2.393 123 1.622
8 Maluku 2.370 87.170 21.793 74 977
9 Papua 3.190 755.340 188.835 57 747

Air hujan diperoleh melalui proses konden-


sasi uap air di atmosfer menjadi butir air yang
cukup berat sehingga jatuh ke daratan. Air hujan
pada umumnya bersifat asam, hal ini disebabkan
air hujan telah tercemar polusi udara dengan me-
larutkan gas yang terdapat di atmosfer, seperti
gas karbondioksida (CO2), nitrogen oksida (NO2)
dan sulfur (S) yang dapat membentuk asam le-
mah. Selain bersifat asam, air hujan cendrung
memiliki sifat sadah karena mengandung magne-
sium dan kalsium yang tinggi, dengan indikasi sa-
bun atau detergen tidak berbusa ketika dilarut-
kan dengan air hujan. Air permukaan adalah air
yang berasal dari hujan dan terdapat di permu-
kaan tanah seperti air yang berada di sungai,
8 Suhendra dan Ari Rianto

danau, waduk, sumur, rawa dan badan air lain-


nya. Air tanah (ground water) berasal dari air
hujan yang jatuh kepermukaan bumi yang menga-
lami perkolasi atau penyerapan kedalam tanah
dan mengalami peroses filtrasi secara alamiah.
Proses-proses yang telah dialami air hujan terse-
but membuat air tanah menjadi lebih baik dan
lebih murni dibandingkan air permukaan. Mata
air adalah jenis air tanah yang keluar ke permu-
kaan tanah dengan sendirinya, umumnya tidak
terpengaruh oleh musim, serta memiliki kualitas
tergantung dari lapisan mineral tanah yang dialiri
air tanah tersebut.
Sumber daya air lain yang dapat dimanfa-
atkan adalah air laut. Ciri khas air laut adalah
berasa asin karena mengandung senyawa garam
murni (NaCl). Air laut dapat dioleh menjadi air
bersih dan tawar dengan cara menghilangkan
kandungan senyawa garam melalui teknologi filte-
risasi (penyaringan) dan destilasi (penyulingan).
Upaya ini telah dilakukan oleh Negara-Negara
yang sering mengalami kekeringan seperti Negara
di Timur Tengah dan Afrika. Kelemahan dari tek-
nologi ini adalah membutuhkan biaya dan paso-
kan energi listrik yang besar dalam pengopera-
siannya.
Karakteristik dan Teknik Pengolahan Air Gambut 9

(a) (b) (c)

Gambar 2. (a) Tingkat penggunaan air di dunia


(b) Tingkat penggunaan air negara
berpendapatan tinggi
(c) Tingkat penggunaan air negara
berpendapatan sedang dan rendah
Sumber: World Water Assessment Programme, UNESCO, 2003

Berdasarkan data stasistik 1995 (SUPAS


1995), dapat dilihat banyaknya air bersih yang di-
gunakan oleh rumah tangga dan sumber air mi-
num yang digunakan di berbagai daerah di Indo-
nesia secara umum menggunakan air ledeng
(PAM) 16,08 %, air tanah dengan pompa 11,61 %,
air sumur 49,92 %, mata air 13,92%, air sungai
4,91 %, air hujan 2,62% dan lainnya 0,80 %. Ber-
dasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa seba-
gian besar penggunaan air bersih masih bersum-
ber dari air permukaan yaitu dari air sumur dan
air sungai.
Tingkat penggunaan air di berbagai wilayah
dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu tingkat
ekonomi, jumlah populasi penduduk dan geofisika
(iklim) suatu wilayah (Shiklomanov, 1993). Di Ne-
10 Suhendra dan Ari Rianto

gara maju, tingkat penggunaan air tertinggi pada


sektor industri, sedangkan di Negara berkembang
tingkat penggunaan air tertinggi pada sektor per-
tanian. Pertambahan jumlah penduduk dapat me-
nimbulkan pergeseran terhadap jenis penggunaan
air dimana akan mengurangi kebutuhan air di
sektor pertanian serta meningkatnya kebutuhan
air untuk rumah tangga (domestic) dan sektor
industri.

C. Siklus Hidrologi

Siklus hidrologi adalah suatu siklus yang sa-


ling berhubungan, dimana terjadi pergerakan air
dalam bentuk padat, cair dan gas yang mengalami
sirkulasi di atmosfer, tanah dan badan air melalui
proses evaporasi, transpirasi, presipitasi dan kon-
densasi. Siklus hidrologi merupakan siklus tertu-
tup, dimana air akan bergerak dengan konstan
dan berubah bentuk, tetapi tidak dapat dibentuk
atau dimusnahkan, sehingga volume air di bumi
akan selalu tetap (Lerner dan Lerner, 2005).
Karakteristik dan Teknik Pengolahan Air Gambut 11

Gambar 3. Siklus hidrologi

Sumber: Lerner K. L., dan Lerner B. W., (2005)

Pemanasan air oleh sinar matahari adalah


faktor utama siklus hidrologi dapat berlangsung
secara terus menerus. Secara umum proses siklus
hidrologi dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Evaporasi dan transpirasi.
Proses evaporasi dan transpirasi berlangsung
ketika terjadi pemanasan air oleh sinar mata-
hari menyebabkan air di permukaan dan pada
tanaman berubah wujud menjadi uap atau gas,
selanjutnya naik menuju atmosfer. Jika uap
tersebut didinginkan hingga mencapai titik
embunnya maka uap tersebut akan membeku
menjadi butiran air dan membentuk awan. Pro-
12 Suhendra dan Ari Rianto

ses evaporasi berlangsung pada air permukaan,


proses transpirasi berlangsung pada tumbuhan,
sedangkan proses penguapan gabungan air per-
mukaan dan air pada tanaman disebut proses
evapotranspirasi.

b. Presipitasi
Proses presipitasi (hujan) berlangsung ketika
terjadi kondisi jenuh pada uap air di atmosfer,
awan akan membentuk titik-titik air yang akan
turun ke permukaan dalam bentuk cair atau
padat (salju dan es).

c. Infiltrasi dan perkolasi


Proses Infiltrasi berlangsung ketika terjadinya
hujan, dimana air yang jatuh ke permukaan
bumi akan terserap ke dalam tanah melalui
pori-pori tanah dan batuan menuju muka air
tanah. Proses kelanjutan resapan air tanah ter-
sebut ke tanah yang lebih dalam setelah lapisan
tanah bagian atas jenuh disebut dengan proses
presipitasi.

Secara alami, air yang sampai ke permukaan


bumi sebagian akan terserap ke dalam tanah dan
sebagian lainnya akan mengalir dari daerah yang
tinggi ke daerah yang lebih rendah, menuju dae-
rah tangkapan air (reservoir), selanjutnya menuju
Karakteristik dan Teknik Pengolahan Air Gambut 13

aliran sungai dan akhirnya ke laut. Aliran air ini


disebut aliran permukaan tanah karena mengalir
diatas permukaan tanah. Menurut Linsley dan
Franzini (1994), sekitar 2/3 dari presipitasi yang
mencapai permukaan tanah dikembalikan lagi ke
udara melalui penguapan dari permukaan air,
tanah dan tumbuh-tumbuhan serta melalui trans-
pirasi oleh tanaman. Proses aliran air di daratan
terjadi dalam komponen siklus hidrologi yang ber-
langsung secara terus menerus. Siklus ini meru-
pakan konsep dasar keseimbangan air di bumi
yang saling berhubungan.

D. Karakteristik Air Bersih

Air bersih adalah air yang layak digunakan


untuk memenuhi keperluan sehari-hari. Air dika-
takan bersih jika memenuhi standar yang telah
ditetapkan meliputi kualitas fisik, kimia, biologi
dan radiologis. Dengan standar tersebut, dapat di-
ketahui air yang digunakan sudah memenuhi
kualitas air bersih yang layak digunakan atau
belum. Standar baku air bersih yang diatur dalam
PERMENKES No. 416 /MENKES/PER/IX/1990
“Tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas
Air” untuk mengetahui kelayakan air tersebut se-
bagai air bersih dapat dilihat pada Tabel 2.
14 Suhendra dan Ari Rianto

Standar air bersih yang dibuat tersebut telah


disesuaikan dengan standar air bersih dari WHO
yang merupakan standar internasional. Standar
ini bertujuan untuk melindungi dan memelihara
kesehatan manusia sebagai pemakai. Dengan
standar ini dapat dinilai kelayakan sumber air
yang digunakan oleh masyarakat.
Persyaratan fisik air bersih antara lain air
harus jernih, tidak berasa, tidak berbau, tidak
berwarna, temperaturnya normal dan tidak me-
ngandung zat padatan. Kekeruhan pada air dise-
babkan oleh adanya partikel yang tersuspensi ke
dalam air seperti tanah, lumpur dan pasir. Air
yang berbau umumnya juga memiliki rasa yang
tidak enak, hal tersebut dapat diindikasikan oleh
adanya proses pembusukan bahan-bahan organik
oleh mikroorganisme di dalam air. Air yang ber-
warna umumnya disebabkan oleh adanya bahan
kimia dan mikroorganik yang terlarut dalam air.
Batas maksimal warna air yang layak diminum
adalah 15 pada skala TCU. Temperatur air yang
tidak normal dapat disebabkan oleh terlarutnya
bahan kimia anorganik dan adanya gas-gas ter-
larut. Padatan pada air umumnya berupa bahan
kimia anorganik dan gas yang terlarut.
Karakteristik dan Teknik Pengolahan Air Gambut 15

Tabel 2. Daftar persyaratan kualitas air bersih


sesuai dengan Peraturan Menteri Kese-
hatan R.I No: 416/MENKES/PER/IX/
1990
Kadar
Maksimum
No Parameter Satuan Keterangan
yang
diizinkan
A. FISIKA
1 Bau - - Tidak berbau
Jumlah zat padat
2 Mg/L 1000 -
terlarut
3 Kekeruhan Skala NTU 5 -
4 Rasa - - Tidak berasa
Suhu udara ±
5 Suhu 0 oC -
3o C
6 Warna Skala TCU 15 -
B. KIMIA
a. Kimia Anorganik
1 Air raksa Mg/L 0,001
2 Arsan Mg/L 0,05
3 Besi Mg/L 1,0
4 Flourida Mg/L 1,5
5 Kadmium Mg/L 0,005
6 Kesadanan (CaCO3) Mg/L 500
7 Klorida Mg/L 600
8 Kronium, valensi 6 Mg/L 0,05
9 Mangan Mg/L 0,5
10 Nitrat, sebagai N Mg/L 10
11 Nitrit, sebagai N Mg/L 1,0
12 pH Mg/L 0,05
13 Salenium Mg/L 0,01
14 Seng Mg/L 15
15 Sianida Mg/L 0,1
16 Sulfat Mg/L 400
17 Timbal Mg/L 0,05
b. Kimia organik
1 Aldrin dan dieldrin Mg/L 0,0007
2 Benzene Mg/L 0,01
3 Benzo (a) pyrene Mg/L 0,00001
4 Chloroform (total isomer) Mg/L 0,007
5 Chloroform Mg/L 0,03
6 2,4-D Mg/L 0,10
7 DDT Mg/L 0,03
16 Suhendra dan Ari Rianto
8 Detergen Mg/L 0,5
9 1,2-Dichloroethene Mg/L 0,01
10 1,1- Dichloroethene Mg/L 0,0003
Heptachlor dan
11 Mg/L 0,003
heptachlor epoxide
12 Hexachlorobenzene Mg/L 0,00001
13 Gamma-HCH (lindane) Mg/L 0,004
14 Methoxychlor Mg/L 0,10
15 Pentachloropenol Mg/L 0,01
16 Pestisida total Mg/L 0,10
17 2,4,6-trichorophenol Mg/L 0,01
18 Zat organik (Kmn04) Mg/L 10
c. Mikrobiologik
Bukan air
1 Total Koliform (MPN) Jumlah / 100 ml 0
pipaan
Koliform tinja belum Bukan air
2 Jumlah / 100 ml 0
diperiksa pipaan
d. Radio Aktivitas
Aktivitas Alpha (Gross
1 Bg/L 0,1
Alpha activity)
Aktivitas Beta (Gross
2 Bg/L 0,1
Beta activity)

Secara fisik, sebenarnya kita dapat melihat


kondisi air yang kita gunakan seperti rasa, bau,
warna dan kejernihannya. Tapi air yang tidak
berasa, tidak berbau, tidak berwarna dan jernih
belum tentu layak untuk digunakan sebelum kita
mengetahui kandungan kimia dan mikrobiologi
air tersebut. Persyaratan kimia air bersih antara
lain air harus memiliki pH netral, kesadahan ren-
dah, tidak mengandung bahan kimia beracun dan
tidak mengandung bahan organik. Persyaratan
mikrobiologis yang harus dipenuhi oleh air bersih
adalah tidak mengandung bakteri pathogen (coli,
salmonellatyphi) dan non pathogen (cladocera,
Karakteristik dan Teknik Pengolahan Air Gambut 17

actinomycetes) sebagai sumber penyakit yang da-


pat tersebar melalui air sebagai perantara.
Air yang telah tercemar dan tidak memenuhi
persyaratan air bersih, tidak boleh digunakan un-
tuk memenuhi kebutuhan manusia. Pencemaran
air dapat terjadi akibat adanya kegiatan industri,
pertanian dan rumah tangga. Pencemaran oleh
kegiatan industri disebabkan oleh pembuangan
limbah industri ke perairan sekitar, pencemaran
oleh kegiatan pertanian disebabkan oleh penggu-
naan obat-obatan dalam pertanian seperti pesti-
sida dan pupuk, sedangkan pencemaran oleh ke-
giatan rumah tangga disebabkan oleh penggunaan
detergen, sabun, sampo, pemutih dan limbah ru-
mah tangga lainnya.
Selain persyaratan tersebut, persyaratan lain
yang diperlukan dalam penyediaan air bersih ada-
lah ketersedian jumlah air baku yang harus me-
menuhi kebutuhan masyarakat di daerah terse-
but. Disamping itu, sumber air baku untuk air
bersih harus dapat diambil secara terus-menerus
dengan perubahan debit yang relatif tetap baik
pada musim penghujan atau kemarau. Jadi keter-
sediaan air perlu diimbangi dengan kualitas air
yang memenuhi standar sehingga layak dimanfa-
atkan untuk kebutuhan sehari-hari.
Penyediaan air bersih yang memenuhi stan-
dar memiliki peran penting dalam memelihara,
18 Suhendra dan Ari Rianto

melindungi dan meningkatkan kesehatan masya-


rakat dengan menurunkan angka penderita pe-
nyakit yang berhubungan dengan air dan ber-
peran dalam meningkatkan standar atau kualitas
hidup masyarakat. Jenis penyakit yang dapat
disebabkan oleh air antara lain adalah penyakit
diare, kholera, disentri, thypus, penyakit kulit dan
lain sebagainya. Penyebaran penyakit tersebut da-
pat melalui konsumsi air yang telah tercemar atau
melalui penggunaan air untuk kegiatan sehari-
hari. Agar memenuhi standar, sistem penyediaan
air harus didukung manajemen pengelolaan air
dan sanitasi lingkungan yang baik pula.

E. Analisis Kualitas Air Secara Sederhana

Kualitas air bersih dapat diketahui dengan


melakukan uji laboratorium terhadap sifat fisik
dan kimia air. Namun kualitas air sebenarnya da-
pat diketahui dengan melakukan pengujian secara
sederhana. Hanya saja hasil pengujian laborato-
rium akan lebih akurat dengan data yang leng-
kap. Uji secara laboratorium umumnya dilakukan
untuk penelitian, studi kelayakan dan kegiatan
lainnya yang membutuhkan data akurat secara
kuantitatif.
Pengujian air untuk skala rumah tangga jika
hanya ingin mengetahui air tersebut layak dipa-
Karakteristik dan Teknik Pengolahan Air Gambut 19

kai atau tidak maka dapat dilakukan pengujian


sederhana. Pengujian dengan metode ini mudah
dilakukan, bahan untuk pengujian mudah dipero-
leh dan murah biayanya sehingga setiap orang
dapat melakukan pengujian.

1. Pengujian Sifat Fisik

Pengujian untuk mengetahui sifat fisik air se-


perti warna, kekeruhan dan bau dapat dila-
kukan sebagai berikut:

(1) (2) (3) (4)


Gambar 4. Pengujian sifat fisik

Keterangan gambar:
(1) Botol yang telah ditandai menjadi 4 bagian.
(2) Air sampel uji dimasukkan sebanyak 1/4 ba-
gian botol.
(3) Air bersih (aquades) ditambahkan sebanyak
1/4 bagian botol.
20 Suhendra dan Ari Rianto

(4) Air bersih (aquades) ditambahkan lagi seba-


nyak 1/2 bagian botol.

a. Siapkan air yang akan diuji


b. Siapkan bahan pendukung seperti botol dan
corong.
c. Tandai botol menjadi 4 bagian.
d. Rasa, cium dan lihat warna serta kekeruhan
air yang akan diuji.
e. Masukkan air yang akan diuji kedalam botol
sebanyak 1/4 bagian botol yang telah
ditandai.
f. Tambahkan 1/4 bagian botol dengan air
bersih (aquades) lalu dikocok. Kemudian
lihat bau, warna dan kekeruhan campuran
air ini. Jika tidak berbau, berwarna dan
tidak keruh artinya baik digunakan karena
memiliki derajat campuran yang rendah.
g. Jika masih berbau, tambahkan lagi air
bersih sebanyak 2/4 bagian botol. Jika sudah
tidak berbau, berarti air yang diuji memiliki
tingkat derajat campuran yang sedang. Jika
masih berbau, berarti air memiliki derajat
campuran tinggi yang berarti air tidak baik
digunakan untuk air minum.
Karakteristik dan Teknik Pengolahan Air Gambut 21

2. Pengujian Sifat Kimia

Pengujian untuk mengetahui kualitas air se-


cara kimia dapat dilakukan menggunakan larutan
teh. Langkah pengujiannya dapat dilakukan seba-
gai berikut:

(1) (2) (3) (4)

Gambar 5. Pengujian sifat kimia

Keterangan gambar:
(1) Wadah yang telah diisi dengan air sampel
uji
(2) Masukkan air teh dengan jumlah yang sa-
ma dengan sampel uji air.
(3) Air berkualitas baik tidak mengalami peru-
bahan warna.
22 Suhendra dan Ari Rianto

(4) Air mengandung logam tinggi akan berubah


warna menjadi gelap.

a. Siapkan air sampel uji dan larutan teh.


b. Siapkan wadah untuk pencampuran, sebaik-
nya wadah berbahan bening.
c. Masukkan air sampel uji dan larutan teh de-
ngan jumlah yang sama banyak ke dalam
wadah yang telah disiapkan.
d. Diamkan campuran tersebut selama satu
malam dalam keadaan terbuka (± 12 jam)
e. Setelah keesokan harinya, periksa kondisi
campuran. Jika campuran berlendir, terda-
pat minyak dipermukaan air dan terdapat
perubahan warna air berarti kondisi air ku-
rang baik. Jika warna air tetap seperti teh
berarti kualitas air baik secara kimia, se-
dangkan jika warna berubahn menjadi ungu,
hitam atau biru berarti air memiliki kandu-
ngan logam tinggi .

*****
Karakteristik dan Teknik Pengolahan Air Gambut 23

A. Karakteristik dan Potensi Lahan Gambut

Gambut adalah jenis tanah yang terbentuk


dari sisa-sisa tumbuhan baik yang sudah mem-
busuk atau belum serta memiliki kandungan ba-
han organik tinggi. Gambut terbentuk disebabkan
oleh bagian tumbuhan yang rontok ke tanah dan
terhambat pembusukannya karena kadar keasa-
man yang tinggi serta kondisi anaerob di perairan
tersebut, sehingga proses perombakan bahan or-
ganik berjalan sangat lambat. Akhirnya bahan
organik atau sisa-sisa tumbuhan tersebut akan
terkumpul dan membentuk tanah gambut.
Berdasarkan karakteristik fisik, gambut ber-
sifat hydrophysical yaitu mempunyai daya serap
air yang sangat besar sebagai bahan terlarut. Ka-
pasitas mengikat air sangat tinggi sekitar 4,5 - 30
24 Suhendra dan Ari Rianto

kali berat keringnya pada gambut fibrik, sekitar


4,5 - 8,5 kali berat keringnya untuk gambut hemik
dan kurang dari 4,5 kali berat keringnya untuk
gambut saprik (Hardjowigeno, 1997). Gambut me-
miliki massa isi (bulk density) yang rendah, berki-
sar antara 100 – 200 kg/m3 tergantung tingkat
dekomposisinya. Akibat bulk density yang rendah,
maka daya tahan gambut untuk menahan beban
menjadi sangat rendah. Menurut Agus dan
Subiksa (2008), volume gambut akan menyusut
bila lahan gambut didrainase, sehingga terjadi pe-
nurunan permukaan tanah (subsiden), selain itu
subsiden juga terjadi karena adanya proses de-
komposisi dan erosi. Gambut juga memiliki sifat
mengering tidak balik, dimana gambut yang telah
mengering dengan kadar air <100% (berdasarkan
berat), tidak bisa menyerap air lagi kalau diba-
sahi.
Gambut umumnya memiliki warna coklat
atau hitam yang merupakan hasil dekomposisi
senyawa-senyawa tertentu. Warna gambut dapat
dijadikan indikator yang menunjukkan tingkat ke-
matangan gambut. Semakin gelap warna gambut,
berarti semakin matang gambut tersebut. Gambut
memiliki kemampuan menyalurkan air secara
mendatar dengan cepat sehingga mampu member-
sihkan unsur hara dalam waktu singkat. Kemam-
puan gambut menyalurkan air ke atas sangat
Karakteristik dan Teknik Pengolahan Air Gambut 25

lambat sehingga sering ditemui lapisan bawah


gambut basah tapi lapisan atas gambut tetap
kering.
Karakteristik kimia gambut dipengaruhi oleh
tingkat dekomposisi gambut, ketebalan, kandu-
ngan dan jenis mineral pada gambut. Gambut di
Indonesia umumnya mengandung 95% bahan or-
ganik dan 5% sisanya berupa mineral, memiliki
sifat keasaman yang relatif tinggi dengan kisaran
pH 3 - 5. Pada umumnya tanah gambut memiliki
tingkat kesuburan rendah, karena memiliki kan-
dungan unsur hara yang rendah dan mengandung
beragam asam organik yang sebagian bersifat ra-
cun bagi tanaman. Jika tanah gambut digunakan
untuk pertanian maka diperlukan perlakuan khu-
sus dengan menambahkan bahan tertentu guna
menghilangkan sifat asam dan sifat lain tanah
gambut yang bersifat racun bagi tanaman.
Indonesia merupakan salah satu Negara
yang memiliki lahan gambut sangat luas. Menu-
rut BB Litbang SDLP (2008), lahan rawa gambut
di Indonesia mencapai 20,6 juta ha atau 10,8%
dari luas daratan Indonesia. Lahan rawa gambut
sebagian besar terdapat di empat pulau besar yai-
tu Sumatera 35%, Kalimantan 32%, Sulawesi 3%,
dan Papua 30%. Dari total luas lahan gambut
yang ada, hanya sekitar 6 juta ha yang layak di-
manfaatkan sebagai lahan pertanian.
26 Suhendra dan Ari Rianto

Luasnya lahan gambut yang tersebar di selu-


ruh wilayah Indonesia dapat dijadikan suatu po-
tensi jika dapat dimanfaatkan secara maksimal.
Gambut dapat dimanfaatkan sebagai media ta-
nam, sumber energi, penyerapan air atau bahkan
dapat dijadikan komoditas yang dapat diekspor.
Gambut juga mampu menyerap dan menyimpan
karbon dalam jumlah yang besar sehingga dapat
mengikat terutama gas CO2 . Kondisi ini harus
kita syukuri dan pelihara dengan menjaga ekosis-
tem lingkungan lahan gambut yang ada.
Kesadaran tentang pelestarian ekosistem la-
han gambut masih belum dimiliki oleh semua pi-
hak. Berbagai kerusakan lahan gambut masih
saja terjadi akibat adanya pembukaan lahan baru
dengan cara membakar lahan. Apalagi saat ini
sedang maraknya alih fungsi hutan menjadi per-
kebunan sawit yang banyak dilakukan oleh peru-
sahaan. Membuka lahan baru dengan cara mem-
bakar lahan menjadi pilihan utama karena biaya
yang diperlukan relatif rendah, waktu yang dibu-
tuhkan lebih singkat dengan tingkat kebersihan
lahan sangat baik. Namun, resiko pembersihan la-
han (land clearing) dengan cara ini dapat menim-
bulkan dampak negatif yang sangat besar. Keba-
karan lahan gambut sangat berbahaya dan sulit
dikendalikan karena bara api yang dihasilkan ber-
ada di bawah tanah dan dapat menjalar kemana
Karakteristik dan Teknik Pengolahan Air Gambut 27

saja tanpa dapat diprediksi. Kondisi ini menye-


babkan kebakaran di lahan gambut sulit dipadam-
kan. Asap yang dihasilkan dapat berbahaya bagi
kesehatan, mencemari lingkungan dan dapat
mengganggu aktivitas sehari-hari.
Lahan gambut merupakan tempat tumbuh
berbagai jenis tumbuhan yang memiliki nilai
ekonomi tinggi. Pola penanaman di lahan gambut
dapat dilakukan secara intensif, non intensif mau-
pun tumbuh secara alami. Jenis tanaman pangan
yang dapat ditanam di lahan gambut antara lain
jagung, kacang tanah, kedelai, padi, singkong,
bengkoang dan lain sebagainya. Jenis tanaman
perkebunan yang dapat tumbuh subur di lahan
gambut antara lain kelapa sawit, karet, kopi, kela-
pa, teh, tebu dan lain sebagainya. Jenis tanaman
sayuran yang banyak ditanam dilahan gambut
antara lain cabe, bayam, bawang merah, kacang
panjang, labu, lobak, kubis, pakis, seledri, selada,
terong dan tomat. Jenis tanaman buah yang dapat
ditanam dilahan gambut antara lain jambu air,
duku, belimbing, durian, alpukat, manggis, mang-
ga, kedondong, jambu biji, nenas, nangka, melon,
pepaya, rambutan dan lain sebagainya. Masih ba-
nyak lagi jenis tanaman yang cocok ditanam dan
dapat tumbuh subur dilahan gambut.
Lahat gambut di Indonesia umumnya dikate-
gorikan dengan tingkat kesuburan rendah. Kondi-
28 Suhendra dan Ari Rianto

si ini dapat ditemukan pada gambut pedalaman


yang terdiri atas gambut tebal dan miskin unsur
hara. Gambut dengan kesuburan tinggi dapat di-
temui pada daerah pesisir karena dipengaruhi
oleh pasang surut air (Barchia, 2012)
Lahan gambut yang akan dijadikan lahan
pertanian atau perkebunan harus mendapatkan
perlakuan tertentu agar tanaman bisa tumbuh op-
timal. Lahan gambut dengan ciri-ciri bersifat
asam, umumnya miskin unsur hara dengan ting-
kat kesuburan tanah yang rendah. Perbaikan
lahan gambut dapat dilakukan dengan menambah
pupuk dan amelioran pada lahan. Bahan amelio-
ran yang dapat digunakan antara lain berbagai
jenis kapur, abu, pupuk kandang, tanah mineral
dan lumpur.

B. Proses Pembentukan Gambut

Gambut merupakan suatu ekosistem lahan


basah yang terbentuk dengan adanya akumulasi
bahan organik yang berlangsung dalam kurun
waktu lama. Proses pembentukan gambut di dae-
rah cekungan dangkal dapat dilihat pada gambar.
Proses terbentuknya gambut di daerah cekungan
dangkal dapat dijelaskan sebagai berikut:
Karakteristik dan Teknik Pengolahan Air Gambut 29

1. Proses pembentukan gambut dimulai dari ada-


nya cekungan dangkal yang ditumbuhi oleh
jenis tanaman lahan basah serta diisi oleh bagi-
an tanaman yang telah mati dan gugur serta
berlangsung secara bertahap dalam jangka
waktu lama.

2. Tanaman atau bagian tanaman yang telah mati


dan gugur yang jatuh dan mengisi permukaan
cekungan dangkal selanjutnya akan melapuk
yang secara bertahap membentuk lapisan tran-
sisi antara lapisan gambut dan lapisan diba-
wahnya (substratum) berupa tanah mineral.
Lapisan gambut yang terbentuk merupakan
gambut topogen, dimana proses pembentukan-
nya disebabkan oleh topografi daerah cekungan.

3. Seiring berjalannya waktu, hasil pelapukan


akan terus mengisi cekungan hingga terbentuk
lapisan gambut baru. Lama kelamaan lapisan
tersebut akan membentuk permukaan berben-
tuk cembung yang dikenal dengan istilah kubah
(dome) gambut. Lapisan gambut yang terbentuk
diatas gambut topogen disebut dengan gambut
ombrogen.

Menurut Agus dan Subiksa (2008), gambut


dapat diklasifikasikan menurut beberapa kriteria.
30 Suhendra dan Ari Rianto

Berdasarkan tingkat kematangannya, gambut di-


klasifikasikan menjadi:

a. Gambut saprik (matang) adalah gambut yang


sudah melapuk lanjut dan bahan asalnya tidak
dikenali, berwarna coklat tua sampai hitam,
dan bila diremas kandungan seratnya < 15%.

b. Gambut hemik (setengah matang) adalah gam-


but setengah lapuk, sebagian bahan asalnya
masih bisa dikenali, berwarma coklat, dan bila
diremas bahan seratnya 15 – 75%.

c. Gambut fibrik (mentah) adalah gambut yang


belum melapuk, bahan asalnya masih bisa dike-
nali, berwarna coklat, dan bila diremas >75%
seratnya masih tersisa.

Berdasarkan lingkungan pembentukannya,


gambut dapat diklasifikasikan menjadi:

a. Gambut ombrogen yaitu gambut yang terben-


tuk pada lingkungan yang hanya dipengaruhi
oleh air hujan.

b. Gambut topogen yaitu gambut yang terbentuk


di lingkungan yang mendapat pengayaan air
pasang. Dengan demikian gambut topogen akan
Karakteristik dan Teknik Pengolahan Air Gambut 31

lebih kaya mineral dan lebih subur dibanding-


kan dengan gambut ombrogen.

Berdasarkan proses dan lokasi pembentu-


kannya, gambut dapat diklasifikasikan menjadi:

a. Gambut pantai adalah gambut yang terbentuk


dekat pantai laut dan mendapat pengayaan
mineral dari air laut.

b. Gambut pedalaman adalah gambut yang ter-


bentuk di daerah yang tidak dipengaruhi oleh
pasang surut air laut tetapi hanya oleh air
hujan.

c. Gambut transisi adalah gambut yang terbentuk


diantara kedua wilayah tersebut, yang secara
tidak langsung dipengaruhi oleh air pasang
laut.

Berdasarkan kedalaman lapisan yang terben-


tuk, gambut dapat diklasifikasikan menjadi:
a. Gambut dangkal (50 – 100 cm)
b. Gambut sedang (100 – 200 cm)
c. Gambut dalam (200 – 300 cm)
d. Gambut sangat dalam (> 300 cm)
32 Suhendra dan Ari Rianto

Proses 1

Proses 2

Proses 3

Gambar 6. Proses pembentukan gambut

Menurut Driessen dan Soepraptohardjo


(1974), kesuburan tanah gambut dapat dibedakan
menjadi 3 tingkat yaitu oligotrofik, tingkat kesu-
buran rendah, mesotrofik, tingkat kesuburan se-
Karakteristik dan Teknik Pengolahan Air Gambut 33

dang, dan eutrofik, tingkat kesuburan tinggi.


Kandungan hara pada masing-masing jenis gam-
but dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Kriteria tingkat kesuburan tanah gambut


(Driessen dan Soepraptohardjo, 1974)
Tingkat Kandungan Hara (% bobot kering)
Kesuburan N K2O P2O5 CaO Abu
Eutrofik 2.5 0.1 0.25 4.00 10
Mesotrofik 2.0 0.1 0.20 1.00 5
Oligotrofik 0.8 0.03 0.05 0.25 2

C. Air Gambut

(a) (b)
Gambar 7. (a) Air gambut dengan warna hitam pekat
(b) Air gambut dengan warna hitam kecoklatan

Air gambut merupakan air permukaan yang


terdapat di lahan gambut, umumnya memiliki ciri
khas yaitu mengandung zat organik dan zat besi
tinggi, berasa asam, memiliki pH rendah (3 - 5),
34 Suhendra dan Ari Rianto

tingkat kesadahan rendah, berwarna merah, cok-


lat atau kehitaman. Air yang terdapat di lahan
gambut bersumber dari hujan, luapan air sungai
atau dari air tanah. Karakteristik air gambut da-
pat beragam, tergantung dari jenis dan kandu-
ngan mineral, ketebalan gambut, usia gambut
serta jenis tanaman pembentuk lahan gambut di
daerah tersebut. Warna merah, coklat atau kehi-
taman pada air gambut merupakan akibat tinggi-
nya kandungan senyawa organik yaitu asam hu-
mus yang terdiri dari asam humat, asam fulvat
dan humin yang berasal dari dekomposisi bahan
organik sisa tumbuhan seperti daun dan kayu.
Asam tersebut juga sangat mempengaruhi sifat
asam pada air gambut.
Zat pewarna pada air gambut terdiri dari
asam humat, asam fulvat dan humin. Asam hu-
mat memiliki berat molekul yang tinggi dan ber-
warna coklat sampai hitam. Asam fulvat meru-
pakan bagian dari zat humat yang memilki sifat
larut di dalam air, baik dalam suasana asam mau-
pun suasana basa, berwarna kuning emas hingga
kuning coklat. Humin merupakan bagian dari zat
humat yang tidak larut di dalam air dan memilki
warna hitam (Zadow, 2009). Kandungan asam
humat sangat mempengaruhi intensitas warna,
tingkat polimerisasi, berat molekul, kandungan
Karakteristik dan Teknik Pengolahan Air Gambut 35

karbon, kandungan oksigen, perubahan asam dan


tingkat kelarutan pada air gambut.
Sebagian besar masyarakat yang tinggal di
daerah bergambut memanfaatkan air hujan yang
ditampung dalam suatu wadah sebagai sumber air
minum, sedangkan untuk kegiatan sehari-hari
masyarakat memanfaatkan air gambut yang di-
peroleh dari aliran sungai atau sumur. Tingkat
ketergantungan masyarakat sekitar gambut ter-
hadap penggunaan air gambut masih sangat ting-
gi. Pada musim kemarau, akibat kelangkaan air
bersih masyarakat menggunakan air kemasan se-
bagai air minum dan sebagian masyarakat lain-
nya dengan tingkat ekonomi rendah terpaksa
menggunakan air gambut sebagai air minum.

Gambar 8. Pengaruh zat humat terhadap warna pada air gambut


36 Suhendra dan Ari Rianto

Penggunaan air gambut secara berkelanjutan


tanpa dilakukan proses pengolahan sangat berpe-
ngaruh terhadap resiko kesehatan apalagi jika air
gambut digunakan sebagai air minum dalam jang-
ka waktu yang lama, selain itu air gambut tidak
bisa digunakan untuk mencuci pakaian berwarna
putih atau terang karena warna pakaian dapat
berubah menjadi kekuning-kuningan atau coklat.
Saat air gambut digunakan untuk mandi, kulit
akan terasa kesat dan detergen atau sabun tidak
menghasilkan busa ketika digunakan, jika diguna-
kan untuk menggosok gigi maka air gambut dapat
mempercepat kerusakan pada gigi.
Berdasarkan data yang ada, air gambut me-
rupakan potensi sumber daya air yang cukup me-
limpah di Negara kita, tapi dari karakteristik air
gambut yang telah dijelaskan sebelumnya, me-
nunjukkan bahwa air gambut sebenarnya kurang
layak digunakan untuk keperluan sehari-hari,
apalagi jika digunakan sebagai air minum. Oleh
karena itu, perlu diupayakan teknik pengolahan
air gambut agar menjadi air bersih yang layak di-
gunakan dan bermanfaat bagi masyarakat seki-
tarnya.

*****
Karakteristik dan Teknik Pengolahan Air Gambut 37

Pengolahan air gambut dapat diaplikasikan


melalui berbagai metode penjernihan air. Kombi-
nasi metode pengolahan dapat dilakukan pada air
gambut sesuai dengan karakteristik yang diha-
rapkan dari pengolahan tersebut. Proses pengo-
lahan yang dapat dilakukan untuk mengurangi
tingkat warna dan keasaman maupun sifat-sifat-
nya antara lain melalui proses koagulasi – floku-
lasi, penyaringan (filtrasi), adsorpsi dan elektro-
koagulasi.
38 Suhendra dan Ari Rianto

A. Proses Koagulasi – Flokulasi

Proses pengolahan air gambut dengan meto-


de koagulasi-flokulasi merupakan proses pemisa-
han warna dan organik dengan penambahan zat
kimia ke dalam air sehingga partikel-partikel ke-
cil akan bergabung menjadi partikel-partikel yang
lebih besar untuk meningkatkan kemungkinan
penyisihan antara air, warna dan kotoran agar
lebih mudah mengendap.
Dua proses yang terangkai menjadi proses
koagulasi dan flokulasi adalah proses yang tak
terpisahkan. Pada proses koagulasi terjadi desta-
bilisasi koloid dan partikel dalam air akibat dari
pengadukan cepat dan pembubuhan bahan kimia
(disebut koagulan). Akibat pengadukan cepat,
koloid dan partikel yang stabil berubah menjadi
tidak stabil karena terurai menjadi partikel yang
bermuatan positif dan negatif. Pembentukan ion
positif dan negatif juga dihasilkan dari proses pe-
nguraian koagulan. Proses ini berlanjut dengan
pembentukan ikatan antara ion positif dari koagu-
lan (misal Al3+) dengan ion negatif dari partikel
(misal OH-) dan antara ion positif dari partikel
(misal Ca2+) dengan ion negatif dari koagulan
(misal SO42-) yang menyebabkan pembentukan
inti flok (presipitat).
Karakteristik dan Teknik Pengolahan Air Gambut 39

Terbentuknya inti flok akan diikuti proses


flokulasi, yaitu penggabungan inti flok menjadi
flok berukuran lebih besar yang memungkinkan
partikel mengendap. Penggabungan flok kecil
menjadi flok besar terjadi karena adanya tumbu-
kan antar flok. Tumbukan ini terjadi akibat ada-
nya pengadukan lambat.

Gambar 9. Skematik Proses koagulan dan flokulasi

Menurut Sutrisno (1991), proses koagulasi


harus diikuti flokulasi yaitu penggumpalan koloid
terkoagulasi sehingga membentuk flok yang mu-
40 Suhendra dan Ari Rianto

dah terendapkan atau transportasi partikel tidak


stabil, sehingga kontak antar partikel dapat terja-
di. Koagulasi dan flokulasi diperlukan untuk
menghilangkan material organik dan limbah ber-
bentuk suspensi atau koloid. Koloid adalah par-
tikel-partikel berdiameter sekitar 1 nm (10-7 cm)
hingga 0.1 nm (10-8 cm). Partikel-partikel ini
tidak dapat mengendap dalam periode waktu yang
wajar dan tidak dapat dihilangkan dengan proses
perlakuan fisika biasa.
Proses yang mempengaruhi proses koagulasi
dan flokulasi diantaranya adalah:

1). Tingkat kekeruhan air gambut

Pada tingkat kekeruhan yang rendah, proses


destabilisasi akan sulit terjadi. Sebaliknya pada
tingkat kekeruhan yang tinggi proses destabilisasi
akan berlangsung dengan cepat, tetapi bila pada
kondisi tersebut dipakai dosis koagulan yang ren-
dah maka pembentukan flok kurang efektif. Hu-
bungan dosis koagulan dan tingkat kekeruhan se-
cara garis besar dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Pada tingkat kekeruhan yang tinggi seharus-
nya dosis koagulan akan naik juga, tetapi
kenaikan dosis koagulan ini tidak berbanding
lurus dengan peningkatan kekeruhan.
Karakteristik dan Teknik Pengolahan Air Gambut 41

b. Apabila kekeruhan sangat tinggi akan diperlu-


kan koagulan yang lebih sedikit karena besar-
nya tumbukan antar partikel-partikel koloid
yang telah dikoagulasi. Jika kekeruhan ren-
dah kemungkinan terjadinya tumbukan tidak
terlalu besar sehingga sulit terkoagulasi.
c. Bervariasinya distribusi ukuran partikel lebih
memudahkan terjadinya koagulasi, dibanding
dengan suspensi yang hanya terdiri dari satu
jenis ukuran partikel saja

2). Kondisi pengadukan

Dengan mengatur kondisi pengadukan yaitu


pada lama waktu dan kecepatan pengadukan
akan mempengaruhi kualitas air pada proses koa-
gulasi-flokulasi, karena pencampuran koagulan
yang merata akan bereaksi dengan partikel-
partikel koloid atau ion-ion lain dalam air gambut.
Disamping itu kecepatan pengadukan sangat
mempengaruhi pertumbuhan partikel besar. Pro-
ses koagulasi –flokulasi yang baik dipengaruhi
oleh kecepatan pengadukan dan lama waktu pe-
ngadukan yang tepat.
42 Suhendra dan Ari Rianto

3). Derajat keasaman (pH) dan alkalinitas.

Koagulasi akan berjalan baik apabila berada


pada rentang pH optimum. Di samping itu alkali-
nitas juga mempengaruhi koagulasi dalam proses
pembentukan flok. Alkalinitas dapat dibuat de-
ngan cara menambahkan senyawa NaOH,
Ca(OH)2, NaHCO3, dan CaO yang sekaligus
sebagai pengatur pH sebelum koagulasi dilaku-
kan.

4). Jumlah Garam-Garam Terlarut Dalam Air.

5). Jenis Koagulan

Koagulan yang sering digunakan adalah


kapur, tawas atau alumunium sulfat, kaporit
PAC.Pemilihan jenis koagulan pada pengolahan
air seharusnya didasarkan kepada penelitian per-
bandingan performa koagulan dan setelah itu
baru dilihat dari segi ekonomisnya.

6). Pengaruh Temperatur Air.

Penurunan temperatur air dapat meningkat-


kan viskositas air sehingga kecepatan mengendap
flok akan menurun. Proses koagulasi – flokulasi
lebih mudah dilakukan pada temperatur tinggi
Karakteristik dan Teknik Pengolahan Air Gambut 43

daripada temperatur rendah, karena viskositas air


pada temperatur tinggi lebih rendah daripada vis-
kositas air pada temperatur rendah. Hubungan
antara temperatur dengan proses koagulasi – flo-
kulasi yaitu temperatur akan mempengaruhi pH
optimum untuk proses koagulasi, sehingga dosis
koagulan akan bertambah bila temperatur turun
dan proses koagulasi – flokulasi akan mempunyai
kekeruhan yang lebih tinggi bila temperatur
rendah.
Media yang dapat digunakan dalam proses
pengolahan air menggunakan metode koagulasi –
flokulasi adalah:

1). Tawas

Tawas adalah alum yaitu senyawa kimia


yang terbuat dari molekul air yang tidak berwar-
na dan memiliki bentuk kristal. Tawas dalam ba-
hasa ilmiah disebut aluminium sulfat yang meru-
pakan kelompok garam yang memiliki ciri-ciri
tidak berbau, mudah larut dalam air dan bentuk-
nya seperti kristal keputihan. Tawas berfungsi
menggumpalkan partikel-partikel kecil yang ter-
dapat di dalam air menjadi gumpalan-gumpalan
sehingga dapat terendap ke dasar sumur atau
tangki air.
44 Suhendra dan Ari Rianto

Gambar 10. Tawas berbentuk balok kecil

Takaran yang bisa digunakan berbeda-beda


sesuai dengan kondisi air yang akan diaplika-
sikan. Kondisi air yang sedikit keruh, tidak ber-
lumpur dan tidak kuning atau merah, takarannya
3-5 sendok / 1000 liter air, sedangkan untuk air
yang banyak endapannya, berwarna kuning atau
merah, takarannya lebih banyak yaitu kurang
lebih 5-8 sendok makan / 1000 liter air (sumber:
www.filterairbalikpapan.com)

2). PAC (Poly Aluminium Chloride)

PAC merupakan salah satu koagulan yang


bisa membantu untuk menjernihkan air, seperti
air sumur yang keruh. Kelebihan PAC dalam
menjernihkan air lebih baik dari tawas berdasar-
Karakteristik dan Teknik Pengolahan Air Gambut 45

kan kecepatan dalam terbentuknya flok. Hal ini


disebabkan gugus aktif aluminat yang bekerja
efektif dalam mengikat koloid dimana ikatan ini
diperkuat dengan rantai polimer dari gugus poli-
elektrolite sehingga gumpalan floknya menjadi
lebih padat. Penambahan gugus hidroksil ke da-
lam rantai koloid yang hidrofobik akan menambah
berat molekul dan dapat bekerja optimal pada
rentang pH 5,-9. Takaran yang bisa digunakan
±30 gr / 1000 liter air

Gambar 11. PAC berbentuk serbuk

3). Biji kelor (moringa oleifera)

Biji kelor banyak tumbuh di India dan me-


nyebar ke wilayah tropis termasuk Indonesia. Ba-
nyak penelitian yang mengangkat manfaat biji
46 Suhendra dan Ari Rianto

kelor terutama pada proses pengolahan air bersih.


Biji kelor termasuk koagulan alami. Secara fisik
bentuk pohon kelor memiliki tinggi 7-11 m dan
berdaun bulat telur berukuran kecil bersusun ma-
jemuk dalam satu tangkai, sedangkan buahnya
berbentuk segitiga memanjang.
Serbuk biji buah kelor ternyata cukup ampuh
menurunkan dan mengendapkan kandungan un-
sur logam berat yang cukup tinggi dalam air,
sehingga air tersebut memenuhi standar baku air
minum dan air bersih. Penurunan kandungan Fe
dan mangan dalam air sebesar 3g/liter dapat dila-
kukan menggunakan 10 biji kelor atau 1 sendok
teh dalam bentuk serbuk.

(a) (b)
Gambar 12. a) bentuk fisik buah kelor dan daun kelor,
b) biji kelor yang sudah ditumbuk

B. Proses Penyaringan (Filtrasi)

Teknik penyaringan adalah metode yang se-


ring digunakan untuk pengolahan air karena
Karakteristik dan Teknik Pengolahan Air Gambut 47

sederhana. Teknik penyaringan merupakan proses


pemisahan antara padatan yang tercampur di da-
lam air sehingga cairan lebih jernih. Teknik ini
biasanya menggunakan bentuk, jenis dan ukuran
serta media saringan yang bermacam-macam. Pe-
nentuan saringan yang akan digunakan tergan-
tung dari partikel-partikel yang terkandung di
dalam air, dari partikel besar, sedang sampai uku-
ran partikel yang halus. Saringan ini harus mu-
dah dibersihkan dan dibongkar pasang sehingga
saat saringan sudah tidak mampu bekerja dengan
baik dapat dilakukan perawatan rutin.
Air gambut yang disaring dapat memiliki be-
ragam ukuran padatan dari ukuran besar sampai
ukuran kecil. Penyaringan dapat dilakukan meng-
gunakan catridge filter dengan berbagai ukuran
mesh, pasir hitam dan pasir kalsit.
Faktor yang mempengaruhi filtrasi yaitu:

1. Tekanan air

Tekanan air yang terlalu tinggi meyebabkan


filtrasi tidak dapat terjadi dengan sempurna aki-
bat adanya aliran air yang terlalu cepat melewati
rongga diantara butiran media seperti pada media
pasir. Pada filter dengan ukuran mesh yang kecil,
sambungan pada rangkaian penjernih harus be-
nar-benar terpasang dengan kuat karena tekanan
48 Suhendra dan Ari Rianto

yang besar atau debit yang besar harus diterima


oleh filter. Kecepatan aliran yang terlalu tinggi
saat melewati rongga antar butiran menyebabkan
partikel–partikel yang terlalu halus dapat lolos
dari filter.

2. Konsentrasi kekeruhan

Konsentrasi kekeruhan sangat mempengaru-


hi efisiensi penyaringan. Konsentrasi kekeruhan
air baku yang sangat tinggi akan menyebabkan
tersumbatnya lubang pori dari media atau akan
terjadi clogging. Oleh karena itu, dalam melaku-
kan filtrasi sering dibatasi berapa besar konsen-
trasi kekeruhan dari air baku (konsentrasi air
influen) yang boleh masuk. Jika konsentrasi keke-
ruhan yang terlalu tinggi, harus dilakukan pengo-
lahan terlebih dahulu, seperti misalnya dilakukan
proses koagulasi – flokulasi dan sedimentasi
Media yang digunakan untuk pengolahan air
metode filtrasi adalah:

a. Pasir Silika

Pasir silika adalah bahan galian yang terdiri


atas kristal-kristal silika (SiO2) dan mengandung
senyawa pengotor yang terbawa selama proses pe-
ngendapan. Pasir silika juga dikenal dengan nama
Karakteristik dan Teknik Pengolahan Air Gambut 49

pasir kuarsa atau pasir putih merupakan hasil


pelapukan batuan yang mengandung mineral uta-
ma, seperti kuarsa dan feldspar. Hasil pelapukan
kemudian tercuci dan terbawa oleh air atau angin
yang terendapkan di tepi-tepi sungai, danau atau
laut. Pasir kuarsa mempunyai komposisi gabu-
ngan dari SiO2, Fe2O3, Al2O3, TiO2, CaO, MgO,
dan K2O, berwarna putih bening atau warna lain
bergantung pada senyawa pengotornya, kekerasan
7 (skala Mohs), berat jenis 2,65, bentuk kristal
hexagonal, panas sfesifik 0,185 dan konduktivitas
panas 12 – 1000o C.

Gambar 13. Media pasir silika

Dalam kegiatan industri, penggunaan pasir


kuarsa sudah berkembang meluas, baik langsung
sebagai bahan baku utama maupun bahan ikutan.
50 Suhendra dan Ari Rianto

Pasir silika selain untuk filter air, juga digunakan


sebagai bahan baku gelas, kaca, bahan campuran
semen, blasting pipa (sand blasting) dan lainnya.
Pasir silika juga digunakan untuk menyaring lum-
pur, tanah dan partikel besar/kecil dalam air serta
biasa digunakan untuk penyaringan tahap awal.
Cadangan pasir kuarsa terbesar terdapat di Su-
matera Barat, potensi lain terdapat di Kalimantan
Barat, Jawa Barat, Sumatera Selatan, Kaliman-
tan Selatan, dan Pulau Bangka dan Belitung.

b. Cartridge Filter

Cartridge filter berfungsi sebagai penyaring


akhir partikel berukuran sangat kecil serta tidak
terlarut dalam air (suspended solid) yang masih
lolos pada saringan pasir silika. Agar air bisa
melewati cartridge filter dibutuhkan tekanan air
yang cukup tinggi, sehingga untuk menghasilkan
debit air yang besar masih diperlukan tekanan
dari pompa.
Karakteristik dan Teknik Pengolahan Air Gambut 51

Gambar 14. Catridge Filter sebagai media penyaring akhir dengan


ukuran mesh yang bermacam-macam

C. Proses Adsorpsi

Proses adsorpsi merupakan proses penyera-


pan kotoran-kotoran seperti partikel-partikel ha-
lus, bau dan rasa yang terkandung dalam air.
Media adsorben yang banyak digunakan adalah
karbon aktif, mineral zeolit dan resin.
Gambar 15 menjelaskan proses adsorpsi dari
tangki 1 yang sudah dicampurkan oleh media
arang aktif/pasir zeolite/pasir kuarsa/resin. Air
akan melalui media-media adsorpsi yang sudah
diletakkan pada tangki 1, hasil akhir air yang
sudah melalui proses adsorpsi seperti bau, kandu-
ngan kadar besi, dan warna keruh akan ditam-
52 Suhendra dan Ari Rianto

pung pada tangki 2 yang sudah menghasilkan air


yang tidak berbau, lebih jernih dan berkurangnya
kadar besi pada air sehingga lebih aman diguna-
kan untuk kebutuhan rumah tangga maupun
konsumsi air bersih.

Gambar 15. Skematik proses adsorben

Media yang digunakan untuk pengolahan air


dengan metode adsorpsi adalah:
Karakteristik dan Teknik Pengolahan Air Gambut 53

a. Arang aktif

Gambar 16. Arang Aktif dalam bentuk butiran

Arang aktif adalah material yang mengan-


dung karbon yang diperoleh melalui proses pem-
bakaran dari bahan baku seperti batubara, kulit
kelapa, serbuk kayu dan batok kelapa yang mem-
punyai porositas tinggi dan mengandung zat
arang. Karbon aktif tersedia dalam berbagai
bentuk misalnya gravel, pelet (0.8-5 mm) lemba-
ran fiber, bubuk (PAC: powder active carbon, 0.18
mm atau US mesh 80) dan butiran-butiran kecil
(GAC: Granular Active carbon, 0.2-5 mm). Serbuk
karbon aktif PAC lebih mudah digunakan dalam
pengolahan air karena mudah ditempatkan pada
wadah penjernih sederhana. Fungsi utama dari
arang aktif adalah sebagai media penyerap zat-zat
yang terkandung di dalam air seperti penghilang
bau busuk pada pengolahan limbah, penetral war-
54 Suhendra dan Ari Rianto

na dan penyerap logam-logam berbahaya yang


terkandung dalam air.
Arang aktif yang banyak dipasaran berasal
dari tempurung kelapa dalam bentuk serbuk, gra-
nular dan pellet. Bentuk serbuk dengan ukuran
0,18 mm biasanya dimanfaatkan pada industri
farmasi, industri pengolahan air minum, pengola-
han pemurnian glukosa, pemurnian asam sitrat
dan lain-lain. Arang aktif bentuk granular dengan
ukuran 0,2-5 mm umumnya digunakan pada pe-
murnian emas, pengolahan air, air limbah dan air
tanah serta penghilang bau busuk.

Tabel 4. Karakteristik active carbon dari berbagai


jenis bahan baku
K arbon Akt i f
K arakt eri s t i k tempurung
bat u bara l i gn i t e kayu
kel apa
Pori-pori mikro tinggi tinggi sedang Rendah
Pori-pori makro Rendah Sedang Tinggi Tinggi
Kekerasan Tinggi Tinggi Rendah -
Kadar abu 5% 10% 20% 5%
Saluble ash dust Tinggi Rendah Tinggi Medium
Debu rendah sedang tinggi -
Reaktifitas Baik Baik lemah -
Rapat jenis 0,48 g/cc 0,48 g/cc 0,4 g/cc 0,35 g/cc
Bilangan iodium 1100 1000 1000 1000

Nilai perubahan penjerapan warna dan ke-


naikan pH air gambut sangat tergantung pada
jumlah dan jenis karbon aktif yang digunakan.
Berdasarkan hasil pengujian terbukti bahwa
Karakteristik dan Teknik Pengolahan Air Gambut 55

karbon aktif dapat digunakan untuk menjerap


warna dan meningkatkan pH air gambut. Kemam-
puan karbon untuk menjerap warna dan mening-
katkan pH air gambut akan semakin berkurang
dengan semakin lamanya waktu kontak karbon
aktif dan air gambut (Suhendra dkk., 2016).

b. Pasir zeolit

Zeolit merupakan bahan tambang yang me-


ngandung mineral dan merupakan kelompok se-
nyawa alumina silikat terhidrasi dan mempunyai
stuktur bersaluran molekuler, berisi serta dapat
diisi secara aktif dengan bahan berharga untuk
berinteraksi dengan larutan disekelinglingnnya.
Zeolit berasal dari mineral kelas silikat alami
yang memiliki sifat pelunak air. Pasir zeolit me-
miliki kemampuan melakukan berbagai mekanis-
me seperti:
1. Penyaringan molekuler terhadap suspensi yang
berada di dalam larutan
2. Penukaran ion secara bolak-balik antara rong-
ga dan saluran serta larutan disekelingnya.
3. Penyerapan senyawa dari larutan kedalam
rongga dan saluran
4. Katalis yang mendukung atau menghambat
reaksi kimia di dalam larutan.
56 Suhendra dan Ari Rianto

Secara kasat mata batuan ini terlihat seperti


batu kapur. Ketika bongkahan batu ini dipecah,
akan terlihat warna yang beragam bergantung
pada karakter dan kandungan alami didalamnya.
Secara umum zeolit berwarna abu-abu kehijauan,
ada pula yang berwarna putih kekuningan dengan
tekstur halus.

Gambar 17. Pasir Zeolit berwarna hijau dalam bentuk butiran

Zeolit pada umumnya dapat dibedakan men-


jadi 2 macam yaitu zeolite alam dan zeolit sintetis.
Zeolit alam mengandung kation-kation K+, Na+,
Ca2+, dan Mg2+, sedangkan zeolit sintetik biasanya
hanya mengandung kation-kation K+ atau Na+.
Aktivasi zeolit alam perlu dilakukan sebelum di-
gunakan sebagai media adsorpsi dengan cara
pemanasan pada suhu 300-400 ºC dengan udara
panas atau sistem vakum untuk melepaskan mo-
Karakteristik dan Teknik Pengolahan Air Gambut 57

lekul air dalam pori dan oksida bebas dipermu-


kaan seperti AL2O3, SiO2, CaO, MgO, Na2O, K2OS
yang dapat menutupi pori-pori pada permukaan
zeolit sehingga peningkatan adsorpsi zeolit jadi
lebih baik. Cara aktivasi zeolit juga dapat dilaku-
kan dengan unsur kimia melalui pencucian zeolit
dengan larutan Na2EDTA atau asam-asam anor-
ganik seperti HF, HCL dan H2SO4. Zeolit sangat
bermanfaat pada pengolahan air karena dapat
mengikat kation-kation pada air seperti Besi (Fe),
Alumunium (Al) dan Magnesium (Mg) yang pada
umumnya terdapat pada air gambut.

c. Manganese Greensand

Manganese greensand berfungsi menurunkan


kadar logam berat dalam air dengan menghilang-
kan kandungan mangan (Mn2+), besi, hidrogen
sulfida yang tampak seperti lapisan atas bermi-
nyak di dalam air. Manganese greensand adalah
pasir khusus yang dilapisi dengan bahan katalis
untuk bereaksi dengan zat besi, mangan dan
hidrogen sulfida di dalam air dan membentuk en-
dapan yang kemudian terperangkap dalam media
filter. Manganese greensand harus diregenerasi
dengan kalium permanganat (KMnO4) untuk me-
ngembalikan fungsi filtrasinya kembali pada kon-
disi awal.
58 Suhendra dan Ari Rianto

Gambar 18. Manganese Greensand

Ciri-ciri air berkadar besi tinggi antara lain:


1. Bila air diendapkan semalam akan berubah
menjadi kemerahan
2. Lantai dan dinding yang dilewati air tersebut
bewarna merah
3. Air berbau (bangar)
4. Air mengandung lapisan minyak

d. Resin

Resin berbentuk serbuk berwarna kuning


merupakan media yang digunakan untuk mengi-
kat ion Fe (besi) menjadi R-Fe. Ikatannya tidak
permanen dan dapat terpisah jika kondisi ikatan
sudah jenuh dan tidak dapat mengikat Fe yang
melalui media tersebut. Penggunaan resin menja-
Karakteristik dan Teknik Pengolahan Air Gambut 59

di salah satu cara dalam pengolahan air yang


mengandung kadar besi seperti air tanah atau air
gambut atau disebut dengan metode kimia dengan
mengikat ion Fe yang melewati resin pengisi un-
tuk proses adsorpsi.
Resin dikenal dengan 2 jenis yaitu resin
alami dan resin sintetis. Resin alami berasal dari
getah kayu pinus sedangkan resin sintetis berasal
dari proses kimia yang bahan bakunya berasal
dari plastik thermosetting.

(a) (b)
Gambar 19. a). Resin dalam wadah catridge; b). Resin berbentuk
butiran

D. Aplikasi Teknis Pengolahan Air Gambut

Penjernihan air gambut dapat dilakukan de-


ngan mengkombinasikan teknik koagulasi-floku-
lasi, absorbsi dan fitrasi (penyaringan). Teknik
60 Suhendra dan Ari Rianto

kombinasi ini diharapkan dapat mengefektifkan


proses pengolahan air gambut sehingga dapat
menghasilkan kualitas air yang layak pakai

Gambar 20. Teknik kombinasi untuk pengolahan air.

1. Tahapan koagulasi dan flokulasi

Tahapan ini dilakukan dengan mencampur-


kan air yang sudah ditampung di dalam tangki air
dengan media koagulan. Teknik koagulasi dapat
menggunakan beberapa media baik itu kimia
maupun alami seperti tawas, PAC, tanah liat atau
lempung, biji kelor dan lain-lain. Proses ini lebih
efektif jika air yang akan diproses diambil pada
waktu siang atau sore hari karena temperatur air
lebih hangat sehingga kekentalan air rendah dan
media koagulan mudah tercampur dengan baik.
Dosis yang bisa digunakan dalam pencampuran
PAC yang efektif berdasarkan sumber KEPMEN-
KES adalah 20-50 mg/L air dengan tingkat keke-
ruhan 50 NTU, 100 NTU dan 150 NTU.
Karakteristik dan Teknik Pengolahan Air Gambut 61

Prosedur kerja yang dapat dilakukan adalah:

a. Campurkan PAC dengan dosis 40 mg/L atau


untuk tangki air 1000 liter campurkan 400 mg
PAC kedalam ember kemudian masukkan ke
dalam tangki pengolahan air, aduk ± 10 menit
hingga PAC larut sempurna dengan air.
b. Diamkan selama satu jam sebelum proses ab-
sorbsi dilakukan
c. Setelah itu buka kran penutup pada tangki air
supaya air mengalir menuju proses selanjutnya.

Pemeliharaan dilakukan dengan pembersi-


han tangki air setelah seminggu proses koagulasi,
endapan tidak boleh terlalu banyak dalam tangki
air agar media absopsi seperti arang dan zeolit
tidak cepat kotor. Buka kran pembuangan agar
endapan dari proses koagulasi keluar dan tangki
dapat dibersihkan.

2. Tahap adsorpsi

Teknik ini menggabungkan 2 media yaitu


absorben pertama digunakan karbon aktif yang
berfungsi menyerap bahan-bahan yang terkan-
dung di dalam air seperti warna, bau, rasa. Selain
itu, karbon aktif dapat menyerap mikro organis-
me, fenol dan racun. Kedua, media adsorben digu-
62 Suhendra dan Ari Rianto

nakan pasir zeolit yang berfungsi sebagai zat


penangkap ion besi yang terkadung dalam air
gambut.

Prosedur kerja yang dapat dilakukan adalah:

a. Gunakan housing sebagai wadah catridge yang


berisi karbon aktif dan pasir zeolite,
b. Posisi penyaringan dengan media diatas dapat
di bolak balik langkah urutan kerjanya.
c. Pastikan karbon aktif dan pasir zeolit sudah
dalam keadaan bersih sebelum digunakan yaitu
dengan mencuci media tersebut dengan air
bersih sebelum digunakan

Pemeliharaan dapat dilakukan dengan mela-


kukan pembersihan media setelah 1 bulan pema-
kaian. Keluarkan media pasir zeolit dan arang
aktif dari catridge yang berada dalam housing
(wadah catridge). Letakkan media tersebut keda-
lam ember plastik untuk selanjutnya dicuci de-
ngan air bersih dan pastikan kotoran yang mele-
kat benar-benar hilang. Jika pasir zeolite dan
arang aktif sudah tidak layak dan susah dibersih-
kan, ganti media adsorpsi dengan yang baru
Karakteristik dan Teknik Pengolahan Air Gambut 63

3. Tahap filtrasi

Proses ini merupakan akhir dari proses pen-


jernihan air gambut setelah melalui tahapan koa-
gulasi dan proses adsorpsi dengan media zeolite
dan arang. Proses filtrasi menggunakan catridge
filter dengan ukuran 1 µm untuk menyaring air
setelah melalui proses adsorpsi. Proses filtrasi
memerlukan tekanan air yang cukup agar air
dapat mengalir melalui filter sehingga debit air
yang keluar sesuai dengan yang diharapkan.

*****
64 Suhendra dan Ari Rianto
Karakteristik dan Teknik Pengolahan Air Gambut 65

A. Pengolahan yang Telah Diterapkan.

Berbagai metode telah diterapkan dalam pe-


ngolahan air gambut. Diantaranya dibuat oleh
Said dan Wahjono (1999), yaitu pengolahan air
gambut sederhana menggunakan pasir silika,
arang, ijuk, kapur gamping, tawas dan kaporit.
Alat pengolah air minum sederhana ini sangat
cocok digunakan untuk keluarga karena modal
pembuatan alat relatif murah.
66 Suhendra dan Ari Rianto

Gambar 21. Pengolahan air gambut sederhana


Sumber: Said dan Wahjono (1999).

B. Persiapan Pengolahan Air Metode Kombi-


nasi

Sebelum pembuatan alat pengolah air gam-


but dilaksanakan, maka beberapa persiapan awal
perlu dilakukan meliputi: a) pemilihan lokasi
tempat alat yang harus dekat dengan sumber air
dan jalur transportasi, b) persiapkan pondasi se-
bagai tempat dudukan rangka, c) persiapkan
rangka sebagai dudukan tangki penampungan air,
d) persiapkan bahan, e) persiapkan media penjer-
nih air, e) lakukan analisis awal terhadap kondisi
air yang akan diolah.
Karakteristik dan Teknik Pengolahan Air Gambut 67

Gambar 22. Sumber air gambut

C. Bahan

Alat pengolah air gambut yang dijelaskan


dalam buku ini merupakan alat pengolah air
gambut menggunakan 4 tahap penyaringan yaitu
dengan karbon aktif, pasir zeolite, greensand dan
filter yang dimasukkan pada masing-masing cat-
ridge. Bahan-bahan untuk membuat alat pengolah
air gambut selengkapnya adalah sebagai berikut:

1. Karbon Aktif
Pemberian karbon aktif bertujuan untuk
menjernihkan air, menyerap bau, rasa serta
racun pada air.
68 Suhendra dan Ari Rianto

2. Pasir Zeolit
Pemberian pasir zeolite berfungsi sebagai
penukar kation, pelunak air dan penyaring
molekul.

3. Greensand
Pemberian greensand berfungsi untuk
menghilangkan kandungan Mangan, Besi,
Hidrogen Sulfida yang tampak seperti lapisan
berminyak pada permukaan air.

4. Filter
Pemberian filter bertujuan untuk menya-
ring partikel – partikel yang terkandung
dalam aliran air.

5. Housing catridge
Housing catridge berfungsi sebagai tem-
pat untuk menyimpan bahan-bahan penjernih
seperti karbon aktif, pasir zeolite, greensand
dan filter. Housing catridge yang digunakan
berukuran 10 Inch serta memiliki ulir dalam
pada tabungnya agar mudah dilepas dan dipa-
sang untuk mengganti media penyaringan.

6. Tangki Air
Tangki air berfungsi sebagai tempat pe-
nampungan air kotor maupun air bersih.
Karakteristik dan Teknik Pengolahan Air Gambut 69

Sebaiknya memilih tangki air dari bahan


polyethylene murni (bukan daur ulang) karena
tahan terhadap radiasi ultraviolet dan tahan
terhadap segala jenis cuaca.

7. Pipa
Pipa berfungsi sebagai wadah untuk
mengalirkan air dari sumber air ke tangki
penampungan, saringan, tangki air bersih dan
mengalirkannya lebih lanjut.

8. Sambungan L
Sambungan L berfungsi untuk membe-
lokkan arah aliran air. Jumlah sambungan L
dalam suatu rangkaian diharapkan seminimal
mungkin, karena jumlah sambungan L yang
banyak dapat menyebabkan kerugian head
(head loss) yang besar.

9. Sock drat luar


Sock drat luar digunakan untuk menghu-
bungkan pipa dari tangki air dan menghu-
bungkan housing filter.

10. Stopkran
Stopkran dapat digunakan untuk meng-
hubungkan pipa serta untuk membuka atau
70 Suhendra dan Ari Rianto

menutup aliran air dengan kapasitas yang da-


pat diatur besarnya.

11. Foot valve


Foot valve umumnya dipasang pada
ujung pipa yang diletakkan di sumber air. Foot
valve berfungsi sebagai saringan, untuk men-
jaga agar air yang terpompa senantiasa bersih
dan bebas dari kotoran atau sampah.

12. Seal tape


Seal tape berfungsi sebagai perapat pada
sambungan perpipaan yang memiliki drat
agar terhindar dari kebocoran.

13. Lem PVC


Lem PVC berfungsi untuk merekatkan
dan menguatkan sambungan pipa jenis PVC.
Lem PVC memiliki warna bening, berbau
menyengat dan agak cair.

14. Catridge
Catridge berfungsi sebagai wadah untuk
menyimpan berbagai media penjernih dan di-
pasang di dalam housing catridge.
Karakteristik dan Teknik Pengolahan Air Gambut 71

9 8

5 4 14 6

1 2 3
Gambar 23. Bahan untuk pengolah air gambut

15. Besi plat


Besi plat dipasang pada rangka dudukan
tangki air yang berfungsi sebagai tempat un-
tuk mengikat housing catridge. Sebelum dipa-
sang pada rangka, besi plat terlebih dahulu
72 Suhendra dan Ari Rianto

dilubangi yang ukurannya disesuaikan dengan


posisi baut pada tutup housing catridge.

D. Alat

1. Gergaji besi
Gergaji besi berfungsi untuk memotong
pipa, dengan bentuk mata gergaji yang halus
dan memiliki banyak gerigi. Gergaji ini memi-
liki gagang yang melengkung seperti huruf U.

2. Meteran
Meteran digunakan untuk mengukur jarak
potongan pada pipa. Meteran yang digunakan
merupakan meteran logam dengan perumahan,
yang dapat ditarik keluar masuk.

3. Spidol
Spidol berfungsi untuk memberi tanda
pada pipa atau bagian lain yang akan dipotong.

4. Obeng
Obeng yang digunakan merupakan obeng
plus (+) berfungsi untuk mengencangkan baut
pada tutup housing catridge agar terikat de-
ngan kuat pada dudukan penahan housing
catridge.
Karakteristik dan Teknik Pengolahan Air Gambut 73

1 2

4 3

Gambar 24. Alat untuk pengolahan air gambut

E. Cara Menginstal Alat Pengolah Air


Gambut

Gambar 25. Desain alat pengolah air gambut yang dibuat


74 Suhendra dan Ari Rianto

Keterangan gambar:
1. Pompa air 6. Stop kran
2. Saluran buang 7. Penjernih (4 penjernih
disusun seri)
3. Rangka 8. Tangki air bersih
4. Saluran air gambut 9. Kran air bersih
5. Tangki penampung air gambut

Alat pengolah air gambut yang dibuat dalam


buku ini merupakan alat pengolah air gambut se-
derhana yang mudah dibuat, karena hanya me-
rangkai komponen penjernih serta mudah dalam
penggantian media penjernih. Langkah-langkah
pembuatan alat pengolah air gambut dapat dila-
kukan dengan cara berikut:

1. Persiapkan komponen penjernih air.

a. Pasang masing-masing bahan penjernih se-


perti karbon aktif, pasir zeolite, greensand
dan filter pada catridge yang telah disedia-
kan, lalu masukkan masing-masing catridge
yang telah terisi bahan penjernih ke dalam
housing catridge.
Karakteristik dan Teknik Pengolahan Air Gambut 75

Gambar 26. Pasang bahan penjernih pada catridge yang telah


dipersiapkan

b. Pasang housing catridge yang telah terisi


bahan penjernih pada dudukan yang telah
disediakan pada rangka menggunakan obeng
plus (+). Pada saluran masuk dan keluar
housing catridge diberi sock drat luar, selan-
jutnya masing-masing housing catridge dihu-
bungkan dengan pipa.

Gambar 27. Pemasangan housing catridge pada dudukan


76 Suhendra dan Ari Rianto

2. Persiapkan sambungan pipa dari sumber air ke


tangki air.

a. Pasang foot valve dengan pipa, selanjutnya


masukkan foot valve yang telah terpasang
pada sumber air.
b. Pasang sock drat luar pada saluran masuk
dan saluran keluar pompa. Jangan lupa
memberikan seal tape pada drat untuk memi-
nimalisir kebocoran sambungan tersebut.

Gambar 28. Pemasangan foot valve pada pipa

Gambar 29. Pemasangan sock drat pada pompa


Karakteristik dan Teknik Pengolahan Air Gambut 77

Menuju
tangki

Gambar 30. Pemasangan foot valve pada sumber air

c. Hubungkan foot valve dengan saluran masuk


dan saluran keluar pompa menggunakan
pipa dan hubungkan saluran keluar pompa
dengan tangki penampungan air juga meng-
gunakan pipa 3/4 Inch dan beberapa buah
sambungan L. Jumlah sambungan L tergan-
tung dari banyaknya belokan yang dibuat.
Disarankan agar sambungan L digunakan
seminimal mungkin untuk mengurangi terja-
dinya head loss (kerugian) pada rangkaian
perpipaan.
d. Usahakan pemasangan foot valve tidak
terlalu tinggi atau rendah pada level air. Jika
pemasangan terlalu tinggi dapat menyebab-
kan air tidak dapat dipompa pada saat level
air rendah, dan jika pemasangan terlalu ren-
78 Suhendra dan Ari Rianto

dah dapat menyebabkan lumpur atau koto-


ran di dasar sungai ikut tersedot.

Dari sumber
air bersih

Gambar 31. Sambungan pipa dari sumber air ke tangki air

4. Hubungkan pipa dari tangki air ke penjernih


a. Pasang sock drat pada saluran keluar dan
saluran buang tangki air.
b. Hubungkan saluran keluar pada tangki air
ke komponen penjernih yang telah terpasang
pada rangka menggunakan pipa memakai 2 -
3 buah sambungan L.
c. Hubungkan saluran buang pada tangki air
dengan pipa pembuangan yang dilengkapi
dengan stop kran.
5. Hubungkan pipa dari penjernih ke tangki pe-
nampungan air bersih, kemudian buat saluran
keluar pada tangki air bersih
Karakteristik dan Teknik Pengolahan Air Gambut 79

Gambar 32. Tahap pemasangan pipa dari tangki air ke penjernih

Dari sumber
air bersih

Gambar 33. Instalasi pengolahan air gambut


80 Suhendra dan Ari Rianto

F. Hasil Pengolahan

Hasil pengolahan air gambut menggunakan


metode kombinasi menunjukkan terdapat peruba-
han yang signifikan pada warna dan PH air gam-
but sebelum dan setelah diolah. pH rata-rata air
gambut sebelum diolah 3,4 – 4,5 sedangkan sete-
lah diolah pH air gambut dapat mencapai 5,8 –
6,1. Parameter warna juga menunjukkan peruba-
han dari air gambut berwarna coklat sampai cok-
lat kehitaman menjadi relatif bening.
Perubahan pH dan warna air gambut sangat
bergantung pada jenis air gambut yang diolah. Air
gambut dengan nilai pH yang sangat rendah dan
memiliki warna sangat gelap akan semakin sulit
untuk dijadikan air bersih. Selain itu, media pe-
ngolah air gambut akan bekerja lebih berat se-
hingga pergantiannya harus semakin sering dila-
kukan.

Gambar 34. Perubahan air gambut sebelum dan setelah diolah


Karakteristik dan Teknik Pengolahan Air Gambut 81

Kondisi air gambut setelah diolah mengguna-


kan metode pada buku ini sudah layak digunakan
warga untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari
seperti mandi, mencuci atau bahkan untuk air mi-
num tetapi dengan terlebih dahulu memasak air
tersebut. Sistem pengolahan air gambut ini dapat
diterapkan pada daerah yang memiliki sumber air
berupa air gambut dan diharapkan dapat mengu-
rangi permasalahan ketersediaan air bersih.
Kelemahan sistem pengolahan air dengan
metode ini adalah debit air bersih yang dihasilkan
relatif kecil sehingga dapat menggunakan pompa
tambahan untuk memperbesar debit aliran air
bersih. Keuntungan dengan metode ini adalah
mudah dalam perawatan dan pergantian bahan
penjernih. Pergantian media penjernih dapat dila-
kukan dengan melepas housing catridge, kemu-
dian mengganti media pada catridge dan mema-
sang kembali housing catridge pada dudukan.
82 Suhendra dan Ari Rianto

Agus, F., Subiksa, I.G.M., 2008, Lahan Gambut:


Potensi untuk Pertanian dan Aspek
Lingkungan, Balai Penelitian Tanah dan
World Agroforestry Centre (ICRAF), Bogor
Alamsyah, 2006, Merakit Sendiri Alat Penjernih
Air, Kawan Pustaka, Jakarta
Barchia, MF, 2012, Gambut, Agroekosistem dan
Transformasi Karbon, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta
BPS, 2010, ____________
BB Litbang SDLP (Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Sumberdaya Lahan
Pertanian), 2008, Pemanfaatan dan
Konservasi Ekosistem Lahan Rawa Gambut
di Kalimantan, Pengembangan Inovasi
Pertanian 1(2), 2008: 149-156
Departemen PU, 1994, Teknologi Pengendalian
Banjir di Indonesia, Direktorat Sungai,
Ditjen Pengairan.
Driessen, P.M. dan M. Soepraptohardjo, 1974, Soil
for Argicultural Expansion in Indonesia. Bull,
1 SRI, Bogor
Karakteristik dan Teknik Pengolahan Air Gambut 83

Hardjowigeno, S., 1997, Pemanfaatan Gambut


Berwawasan Lingkungan, Jurnal Alami 2 (1):
3-6.
Http://banyubiruberkahsejati.co.id/2016/08/26/koa
gulasi-dan-flokulasi,
Http://www.tuliat.com/manfaat-tawas-dan-efek-
sampingnya
Http://www.purewatercare.com/pwc/index.php?pro
ductID=164
Http://www.filterairtirtamas.com/media-filter-air
Http://www.filterairbalikpapan.com
Jasman, 2011, Uji Coba Biji Kelor (Moringa
Oleifera) Untuk Menurunkan Kadar Besi
(Fe) Dan Mangan (Mn) Dalam Air, Infokes
Jurnal Ilmu Kesehatan, Vol 6, No 1
Kusnaedi, 2010, “Mengolah Air Kotor Untuk Air
Minum, Penebar Swadaya, Jakarta
Lerner K. L., Lerner B. W., (Editors), 2005,
Encyclopedia of Water Science, Vol. 1,
Thomson Gale, United States of America
Linsley R.K., Franzini J.B., 1994, Teknik Sumber
Daya Air, Jilid 1, Edisi Ketiga, Erlangga,
Jakarta.
Peraturan Menteri Kesehatan R.I No:
416/MENKES/PER/IX/1990 tentang: Syarat-
syarat dan Pengawasan Kualitas Air
84 Suhendra dan Ari Rianto

Said, N.I., Wahjono H.D., 1999, Pengolahan Air


Sungai/Gambut Sederhana, Direktorat
Teknologi Lingkungan, Jakarta.
Shiklomanov, I. A., Chapter 2, “World Fresh
Water Resources”, in Peter H. Gleick (editor),
1993, Water in Crisis: A Guide to the World's
Fresh Water Resources, Oxford University
Press, New York
Suhana, 2003, Membuat Alat Penjernih Air,
Puspa Swara, Jakarta.
Suhendra, Apriani W., Sundari, E.M., 2016, Uji
Kinerja Alat Penjerap Warna dan pH Air
Gambut Menggunakan Arang Aktif
Tempurung Kelapa, Jurnal Positron, Vol. VI,
No. 1, Hal. 35-39.
SUPAS Statistik, BPS, 1995
Sutrisno, T. C., 1991, Teknologi Penyediaan Air
Bersih, PT. Rineka Cipta, Jakarta
World Water Assessment Programme, UNESCO,
2003, Water for People, Water for Life, The
United Nations World Water Development
Report, UNESCO Publishing
Zadow R., 2009, The Real Dirt on Humic
Subtances, Maximum Yield, Canada, p. 40-
44.
Karakteristik dan Teknik Pengolahan Air Gambut 85

A
B
Actinomycetes, 17
Air Baku, 4, 17, 48 Bali, 3, 7
Air Berbau, 58 Bangka, 50
Air Bersih, 2, 3, 4, 5, 8, 9, 13, Banjir, 2, 4
14, 15, 16, 17, 18, 20, 35, Belitung, 50
36, 46, 52, 62, 68, 69, 74,
78, 80, 81 C
Air Hujan, 5, 6, 7, 9, 30, 31,
35 Catridge, 51, 70
Air Influen, 48 Catridge Filter, 47, 63
Air Permukaan, 6, 8, 9, 12, Cladocera, 16
33 Clogging, 48
Air Sumur, 9 Coli, 16
Air Sungai, 9
Air Tanah, 6, 8, 9, 12, 34, 54, D
59
Air Tawar, 5, 6 Danau, 5, 6, 8, 49
Amelioran, 28 Dekomposisi, 24, 25, 34
Antartika, 5
Arang Aktif, 53, 54 E
Artik, 5
Asam Fulvat, 34 Ekonomi, 9, 27, 35
Asam Humat, 34 Ekosistem, 26, 28
Evapotranspirasi, 12
Asam Sitrat, 54
Atmosfer, 7, 10, 11, 12
86 Suhendra dan Ari Rianto

Kalium Permanganat, 57
F
Karbondioksida, 7
Fibrik, 24, 30 Kemarau, 4, 17, 35
Flokulasi, 38, 39, 40, 41, 42, Kerusakan Lingkungan, 4
43, 48, 60, 83 Koagulasi, 37, 38, 39, 40, 41,
Foot V alve, 70, 76, 77 42, 43, 48, 59, 60, 61, 83

G L
Gambut, 23, 24, 25, 26, 28, Land Clearing, 26
30, 31, 33, 59, 73, 82, 83, Lem Pvc, 70
84 Lumpur, 14, 28, 44, 78
Geofisika, 9
Gergaji Besi, 72
M
Greensand, 57, 67, 68, 74
Maluku, 4, 7
Manganese Greensand, 57,
H 58
Head Loss, 69, 77 Mata Air, 6, 9
Hidrologi, 10, 11 Meteran, 72
Housing Filter, 69
Humin, 34
N
Hydrophysical, 23
Negara Maritim, 5
Nitrogen Oksida, 7
I Non Pathogen, 16
Indonesia, 3, 5, 6, 7, 25, 26,
27, 45, 82
O
Industri, 5, 10, 17, 49, 54
Infiltrasi, 12 Obeng, 72

J P
Jawa, 3, 7, 50 Papua, 4, 7, 25
Pathogen, 16
PDAM, 4
K Pembakaran Lahan, 4
Kalimantan, 7, 25, 50, 82 Penebangan Liar, 4
Karakteristik dan Teknik Pengolahan Air Gambut 87

Penggundulan Hutan, 4 Spidol, 72


Perkolasi, 8, 12 Stopkran, 69
Polyethylene, 69 Sulfur, 7
Presipitasi, 12 Sumatera, 7, 25, 50
Pupuk Kandang, 28 Sumur, 5, 8, 9, 35, 43, 44
Sungai, 5, 6, 7, 9, 13, 34, 35,
R 49, 78

Rawa, 8, 25
T
Reservoir, 12
Resin, 58, 59 Tanah Mineral, 28, 29
Tawas, 42, 43, 44, 60, 65, 83
S Thermosetting, 59

Salju Abadi, 5
W
Salmonellatyphi, 16
Sand Blasting, 50 Waduk, 6, 8
Seal Tape, 70 WHO, 14
Sedimentasi, 48
Shiklomanov, 5, 9, 84
Z
Siklus Hidrologi, 6, 11, 13
Silika, 48, 49, 50, 65 Zeolit, 55, 56, 68
88 Suhendra dan Ari Rianto

Suhendra, lahir di Tebas pada


tanggal 9 Agustus 1982. Gelar
Sarjana Teknik (S1) diperoleh
pada tahun 2005 di Jurusan
Teknik Mesin Universitas Jana-
badra Yogyakarta. Selanjutnya,
tahun 2008 melanjutkan pendi-
dikan S2 di Jurusan Teknik
Pertanian Universitas Gadjah
Mada Yogyakarta yang diselesaikan pada tahun
2010. Telah melakukan melakukan berbagai pene-
litian dan pengabdian tentang pengolahan air
khususnya tentang air gambut serta bidang tek-
nik pertanian yang telah dipublikasi dalam ben-
tuk jurnal maupun buku. Sekarang bekerja seba-
gai tenaga pengajar di Jurusan Teknik Mesin
Politeknik Negeri Sambas. Buku ini merupakan
buku ke 2 yang diterbitkan yang berhubungan
dengan kegiatan pengabdian pada masyarakat
yang telah dilaksanakan.
Karakteristik dan Teknik Pengolahan Air Gambut 89

Ari Rianto, lahir di Sambas pada tanggal 24


November 1981. Menyelesaikan pendidikan S1
Teknik Mesin di Universitas Muhammadiyah
Surakarta dan melanjutkan Pendidikan S2 Teknik
Mesin Kosentrasi Material dan Manufaktur di
Universitas Brawijaya Malang. Kesehariannya be-
kerja sebagai Dosen Jurusan Teknik Mesin di
Politeknik Negeri Sambas sampai sekarang. Buku
ini dipersembahkan sebagai karya pengabdian ke-
pada masyarakat yang telah dilaksanakan.

Anda mungkin juga menyukai