Disusun oleh:
ANNISA NURLAILY (22101120033)
PUTRI FATMAWATI (22101120045)
PUTRI HASLYNDA (22101120024)
NOVITA DWI MEILINDA (22101120015)
DENI CAHYA SAPUTRA (22101120029)
AHMAD FATHUR RIFQI (221011120062)
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................2
DAFTAR ISI ................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................4
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................5
1.3 Tujuan .....................................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................6
2.1 Kajian Pustaka ........................................................................................................6
2.2 Dasar Teori ..............................................................................................................6
2.2.1 Tekanan Hidrostastis ......................................................................................6
2.2.2 Penerapan Hukum Archimedes ......................................................................7
2.2.3 Jenis dan Fungsi Sistem Pintu Air .................................................................8
2.2.4 Penerapan Ilmu Komputational Fluid Dynamics ...........................................8
BAB III PEMBAHASAN...........................................................................................10
3.1 Fungsi Kerja Sistem Pintu Air ...............................................................................10
3.1.1 Efektivitas Bangunan Air di Indonesia .........................................................10
3.1.2 Pintu Air Sebagai Bangunan Penunjang Irigasi dan Drainase ......................11
3.2 Bukaan Pintu Air Pada Saat Kondisi Air Normal dan Kondisi Air Banjir .............12
3.2.1 Pintu Air dan Konteksnya Sebagai Kontrol Air ............................................12
3.2.2 Cara Kerja Pintu Air Sebagai Kontrol Air ....................................................13
3.3 Proses Kerja Pintu Air ............................................................................................14
BAB IV PENUTUP ....................................................................................................18
4.1 Kesimpulan.............................................................................................................18
4.2 Saran ......................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................19
LAMPIRAN ................................................................................................................20
3
BAB I
PENDAHULUAN
Pintu air merupakan salah satu bangunan air irigasi yang membagi
saluran primer sekunder, sehingga difungsikan sebagai bangunan bagi. Bangunan
bagi terdiri dari pintu-pintu yang dengan teliti mengukur dan mengatur air
mengalir ke berbagai saluran. Salah satu dari pintu-pintu bangunan bagi berfungsi
sebagai pintu pengatur muka air, sedangkan pintu-pintu sadap lainnya mengukur
debit pada cabang saluran dipasang pintu pengatur untuk saluran terbesar dan
dipasang alat-alat pengukur dan pengatur di bangunan-bangunan sadap yang lebih
kecil.
4
untuk pematusan (drainase), penyadapan, dan pengatur lalu lintas air irigasi .
Pintu air sebagai penyadap berfungsi untuk mengatur besarnya debit air yang
dialirkan ke dalam sistem saluran irigasi, sehingga pintunya dapat diatur dengan
tujuan mencapai debit yang diinginkan. Pintu air ini dimaksudkan untuk
mencegah terjadinya banjir karena pada musim hujan air meluap. Selain itu
dengan adanya pintu air, debit aliran dapat di kendalikan dengan mengatur tinggi
bukaan pintu untuk melewatkan aliran di bawah pintu serta kedalaman aliran di
hilir dapat diketahui
1.3 Tujuan
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Banyak penelitian telah dilakukan pada sistem pintu air, hal ini dilakukan
di berbagai lembaga penelitian formal seperti universitas atau Lembaga non
formal. Topik makalah ini berfokus pada sistem pintu air. Terdapat beberapa
penelitian yang telah dilakuakan tentang pintu air, contohnya dari Rizki Arif Fauzi
(2019) dengan judul Analisa pintu air otomatis berpenggerak mekanika dengan
tinggi saluran drainase 1,5 meter yang membahas mengenai kadaan normal pintu
air serta keadaan pintu air yang akan menutup dan merapat 100% apabila muka air
telah mencapai batasnya.Juga, pada penelitian yang dilakukan oleh Ratna Musa,
Hanafi Ashad, Muhammad Asrul (2019) dengan judul Analisa Pintu Air Untuk
meningkatkan kinerja irifgasi pada daerah iriggasi kampili kabupaten gowa.
Penelitian ini membahas tentang besar debit air yang melewati pintu air, dan
evaluasi kinerja pintu air pada sakuran dengan melakukan pada bukaan pintu.
6
Gambar 2.1 Contoh tekanan hidrolis dalam wadah
(Sumber : http://fisikaituasyik.weebly.com/tekanan-
hidrostatis.html)
7
Penenerapan hukum archimeddes mengakibatkan tiga keadaan benda
yaitu, benda tenggelam, benda melayang, dan benda terapung
2.2.3 Jenis dan Fungsi Sistem Pintu Air
Menurut Bambang Triarmodjo dkk (1992), sistem pintu air
berfungsi sebagai pengatur aliran air untuk darinase atau pembuangan,
penyadap dan pengatur lalu lintasan air. Ditinjau dari segi konstruksinya,
pintu air dapat dibedakan dalam dua tipe yaitu pintu air tipe saluran terbuka
atau disebut pintu air saluran (gate) dan pintu air tipe saluran tertutup atau
disebut pintu air terowongan (sluice).
Berdasarkan bentuknya, pintu air dibagi menjadi beberapa antara lain :
1. Pintu air geser (slide gate, sliding gate, sluice gate ).
2. Pintu air dengan roda ( roller gate )
Pembagian tipe pintu air berdasarkan jenisnya antara lain:
1. Pintu pengatur ( regulating gate )
2. Pintu air penjaga ( guard gate )
3. Pintu air pengeluaran (outlet gate)
2.2.4 Penerapan ilmu Computational Fluid Dynamics
Menurut Verseeg (1995), Computational Fluid Dynamics (CFD)
merupakan ilmu yang mempelajari cara memprediksi pola aliran fluida,
perpindahan panas, reaksi kimia dan fenomena lainnya dengan
menyelesaikan persamaan-persamaan matematika atau model matematika.
Pada dasarnya CFD mengganti persamaan-persamaan diferensial
parsial dari kontinuitas, momentum, dan energi dengan persamaan-
persamaan aljabar. Beberapa analisis yang dapat dipecahkan sistem
komputasi dinamika fluida, antara lain: (Solidworks User Guide, 2010)
1. Radiation heat transfer analysis Melihat bagaimana panas ditransfer
antar high-temperature surfaces.
2. Rotating reference frame analysis Sangat mudah untuk memahami
arus rotasi yang kompleks pada sistem.
3. Transient flow analysis Untuk mensimulasikan aliran yang tidak stabil
dari waktu ke waktu.
8
4. Conduction and convection heat transfer analysis Melihat bagaimana
panas mengalir melewati sebuah objek
5. External flow analysis Melihat bagaimana cairan dan gas melewati
saluran.
Menurut (Verseeg, 1995), parameter yang digunakan untuk simulasi
untuk menentukan kondisi batas (boundary condition) antara lain:
a. Velocity Inlet Digunakan untuk mendefinisikan kecepatan aliran dan
besaran skalar lainnya pada sisi masuk aliran. Kondisi batas ini hanya
digunakan untuk aliran inkompresibel.
b. Mass Flow Inlet Pada kondisi batas ini harus dimasukkan data laju
aliran massa atau fluks massa, temperature fluida (apabila
mengaktifkan persamaan energi), tekanan gauge pada sisi masuk, arah
aliran, dan besaran turbulensi.
c. Outflow Kondisi batas ini digunakan apabila data aliran pada sisi
keluar tidak diketahui. Data pada sisi keluar diekstrapolasi dari data
yang ada pada alran sebelum mencapai sisi keluar.
d. Dinding (Wall) Kondisi batas ini digunakan sebagai dinding untuk
aliran fluida dalam saluran atau dapat disebut juga sebagai dinding
saluran. Kondisi batas ini digunakan juga sebagai pembatas antara
daerah fluida (cair dan gas) dan padatan.
9
BAB III
PEMBAHASAN
10
Pada saluran drainse atau pun irigasi memiliki bangunan penunjang kerja
sistemnya. Salah satu dari bangunan penunjang tersebut adalah pintu air.
11
Pintu air sebagai Sumber Irigasi Air. Pintu Air juga bisa
digunakan untuk mengalirkan air ke lahan pertanian, kolam
ikan, perkebunan, serta industri. Di Indonesia secara umum dan Kabupaten
Blitar pada khususnya, sistem pengairan irigasi telah menjadi salah satu
cara untuk mengairi lahan pertanian. Jika persediaan air melimpah karena
tempat yang dekat dengan sungai atau sumber mata air, maka irigasi
dilakukan dengan mengalirkan air tersebut ke lahan pertanian. Dari pintu
masuk air diperlukan untuk mengatur debit udara yang keluar dari bedung
pengambilan dan yang menuju ke lahan pertanian. Karena melalui proses
gravitasi, tanah yang lebih tinggi akan mendapat udara lebih dahulu.
Sebagai Pembagi Saluran Primer untuk membagi air irigasi dari
saluran primer ke saluran sekunder kanan dan saluran sekunder kiri.
Sebagai saluran pembagi, Pintu air digunakanpada saluran primer dari
bendungan menjadi 3 saluran sekunder, dan hal ini hanya ada pada saluran
primer yang cukup besar. Untuk sistem irigasi dengan tekanan air yang
kecil maka yang dibutuhkan juga pintu air yang kecil pula.
3.2 Bukaan Pintu Air Pada Saat Kondisi Air Normal dan Kondisi Air
Banjir
3.2.1 Pintu Air dan Konteksnya Sebagai Kontrol Air
Bendung Gerak Vertikal. Bendung ini terdiri dari tubuh bendung
dengan ambang tetap yang rendah dilengkapi dengan pintu-pintu yang
dapat digerakkan vertikal maupun radial. Tipe ini mempunyai fungsi
ganda, yaitu mengatur tinggi muka air di hulu bendung kaitannya dengan
muka air banjir dan meninggikan muka air sungai kaitannya dengan
penyadapan air untuk berbagai keperluan. Operasional di lapangan
dilakukan dengan membuka pintu seluruhnya pada saat banjir besar atau
membuka pintu sebagian pada saat banjir sedang dan kecil. Pintu ditutup
sepenuhnya pada saat saat kondisi normal, yaitu untuk kepentingan
penyadapan air. Tipe bendung gerak ini hanya dibedakan dari bentuk
pintu-pintunya antara lain:
12
(a) Pintu geser atau sorong, banyak digunakan untuk lebar dan
tinggi bukaan yang kecil dan sedang. Diupayakan pintu tidak terlalu berat
karena akan memerlukan peralatan angkat yang lebih besar dan mahal.
Sebaiknya pintu cukup ringan tetapi memiliki kekakuan yang tinggi
sehingga bila diangkat tidak mudah bergetar karena gaya dinamis aliran
air.
(b) Pintu radial, memiliki daun pintu berbentuk lengkung
(busur) dengan lengan pintu yang sendinya tertanam pada tembok sayap
atau pilar. Konstruksi seperti ini dimaksudkan agar daun pintu lebih ringan
untuk diangkat dengan menggunakan kabel atau rantai. Alat penggerak
pintu dapat dapat pula dilakukan secara hidrolik dengan peralatan
pendorong dan penarik mekanik yang tertanam pada tembok sayap atau
pilar.
13
3.3 Proses Kerja Pintu Air
Menurut Bambang Triarmodjo dkk (1992), sistem pintu air
berfungsi sebagai pengatur aliran air untuk darinase atau pembuangan,
penyadap dan pengatur lalu lintasan air. Berdasarkan cara
pengoperasiannya, pintu air dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:
1. Pintu Air Manual
Penggunaan pintu air secara manual dapat dijumpai pada
persawahan dan aliran dengan tekanan kecil. Pintu air manual masih
memerlukam tenaga manusia untuk mengatur aliran air dengan
menutup dan membuka pintu air ini. Langkah kerja pintu air manual:
a. Buka kunci (gembok) pada pemutar pintu air
b. Tutup pintu air apabila saluran atau waduk akan
dikeringkan
c. Buka pintu air apabila tinggi muka air di saluran atau
waduk melampaui tinggi jagaan
d. Bila muka air sudah hampir limpas maka pintu air harus
dibuka agar air tidak merusak tanggul waduk/saluran.
Membuka dan menutup pintu ari di percabangan saluran:
a. Apabila salah satu saluran yang tidak berpintu maka airnya
hampir mendekati bibir saluran maka bukalh pintu air agar
aliran terbagi melalui pintu percabangan
b. Buka pintu air penggelontoran agar kotoran di saluran air
yang berbau busuk dapat dihanyutkan
c. Tutup kembali pintu setelah penggelontoran selesai.
2. Pintu Air Semi Otomatis
Pintu air semi otomatis, penggunaan pintu air semi otomatis
sering dijumpai pada bendungan yang bertekanan tinggi Pintu air
merupakan salah satu infrastruktur untuk mengatasi debit air akibat
banjir. Sistem kontrol pintu air yang baik dapat memaksimalkan
efisiensi pengelolaan air pada sungai maupun bendungan. Maka
perlunya suatu sistem kendali pintu air secara semi otomatis
14
dan sistem peringatan dini debit air pada pintu air sebagai sebagai
sinyal kepada operator penjaga pintu air.
3. Pintu Air Otomatis
Pintu air irigasi otomatis akan menghasilkan manfaat lebih dari
pengoperasian secara manual. Manusia yang mengoperasikan buka
tutup pintu akan beralih menjadi pengawas sistem otomatis, tidak
hanya kekuatan saja namun juga kecerdasan akan terpakai. Sehingga
tingkat efektivitas pengoperasian akan meningkat. Selain itu,
pengoperasian pintu air irigasi juga bisa diakses secara manual
apabila terjadi kerusakan pintu maupun kesalahan sistem.
Otomatisasi Irigasi ini akan mengotomatisasikan operasi pintu air
dengan mendeteksi tinggi muka air di saluran dan debit yang dialiri
pada saluran tersebut. Alat ini telah terprogram untuk
mengoperasikan pintu air berdasarkan data tersebut menggunakan
daya yang tersimpan dari accumulator, daya tersebut diproduksi oleh
panel surya.
15
Sedangkan aspek keamanan memperhatikan sistem keamanan dari
kerusakan maupun kehilangan.
16
untuk proses pembukaan dan penutupan pintu bendungan. Dengan
menambahkan tampilan LCD (Liquid Crystal Display) di alat ini
untuk menunjukkan informasi ketingan air yang terdapat pada
bendungan. Berdasarkan masalah yang terjadi, maka satu solusi
untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan merancang
“Rancang Bangun Pintu Air Otomatis Berbasis Mikrokontroler
ATMega16”. Sehingga dengan adanya alat ini, diharapkan dapat
pembukaan dan penutupan pintu bendungan secara otomatis.
17
BAB IV
PENUTUP
4. 1 Kesimpulan
4.2 Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
Zulius, A. (2017). Rancang Bangun Kontrol Pintu Air Otomatis Berdasarkan Level
Ketinggian Air Menggunakan Arduino Dan Sensor Hc-Sr04 Pada Dinas
PU dan Penataan Ruang Kota Lubuklinggau. Jusikom: Jurnal Sistem
Komputer Musirawas, 2(2), 78-86.
Fauzi, R. A. (2019). ANALISIS PINTU AIR OTOMATIS BERPENGGERAK
MEKANIK DENGAN TINGGI SALURAN DRAINASE 1, 5
METER (Doctoral dissertation, Universitas Islam Indonesia).
Umum, D. P., & Pengairan, D. J. (1986). Standar perencanaan irigasi kriteria
perencanaan bagian saluran KP-03.
Anderson, J. D., & Wendt, J. (1995). Computational fluid dynamics (Vol. 206, p.
332). New York: McGraw-hill.
Buya, H. (2019). Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Tersier Di Desa Marente
Kecamatan Alas Kabupaten Sumbawa (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Mataram).
Rusdiana, R., & Permana, S. (2021). Efisiensi Cara Kerja Bendung Copong
Kabupaten Garut. Jurnal Konstruksi, 19(1), 241-250.
19
LAMPIRAN
20
3. Pintu Air pada Saluran Irigasi
4. Dokumentasi Kegiatan
21