Anda di halaman 1dari 28

1 LAPORAN

SURVEI DRAINASE JALAN AHMAD YANI

Dosen Pengampu: Drs. Abner Doloksaribu, M.T

KELOMPOK 4

UNIVERSITAS MUSAMUS

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK SIPIL

2021
Disusun oleh:

1. JOKO AGUS HARIANTO (201622201074)


2. HENDRI CHRISTIAWAN (201822201061)
3. AGUS PUTRA LAKSONO (201822201003)
4. ABID HABIBI (202022201056)
5. LUCYA M. DUMATUBUN (202022201034)
6. PRISCILIA SAVIRA S. PUTRI (202022201018)
7. IBRAHIM H.Z (202022201016)
2 KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-
Nya penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum Mekanika Fluida ini
tentang “Analisa Saluran Air di Drainase Ahmad Yani” tepat pada waktu yang
telah ditentukan.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada dosen


pengampu yang telah memberikan bimbingan serta arahan sehingga penulis
bisa menyelesaikan penulisan laporan ini. Di samping itu, penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan laporan ini.

Penulis menyadari laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, namun dalam
penulisan ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan demi terciptanya
laporan yang lebih baik.

Merauke, 06 Juli 2021

Kelompok 4

i
3 DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................3

DAFTAR ISI............................................................................................................4

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................6

1.1 Latar Belakang..........................................................................................6

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................6

1.3 Tujuan........................................................................................................7

1.4 Manfaat......................................................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................8

2.1 Debit Aliran...............................................................................................8

2.2 Definisi Bilangan Reynolds.......................................................................8

2.3 Sifat - Sifat Fluida.....................................................................................9

BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM..............................................................12

3.1 Waktu dan Tempat..................................................................................12

3.2 Bahan dan Alat........................................................................................12

3.3 Metode Praktikum...................................................................................12

3.4 Prosedur Penelitian..................................................................................12

3.5 Hasil dan Pembahasan...............................................................................6

BAB IV PENUTUP...............................................................................................14

4.1 Simpulan..................................................................................................14

4.2 Saran........................................................................................................14

LAMPIRAN...........................................................................................................15

ii
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17

iii
4 BAB I

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fluida merupakan zat cair yang dapat mengalir dan memberikan sedikit
hambatan terhadap permukaan bentuk ketika ditekan. Fluida dapat bersifat
cair, gas ataupun padat.  Tanpa disadari setiap hari  kita pasti pernah
melihat aliran air seperti air sungai, air selokan, air yang melucur/air terjun
dan  aliran air dalam pipa, ada yang alirannya cepat dan ada juga yang
lambat. Air merupakan hal yang tidak bisa lepas dari kehidupan makhluk
hidup, terutama manusia.
Air adalah senyawa yang penting bagi semua bentuk kehidupan. Namun
kita tidak pernah berpikir bagaimana terjadinya aliran tersebut. Oleh
karena itu, pada praktikum ini perlu untuk kita melakukan pengujian untuk
mengetahui debit air pada  aliran dan mengetahui arti aliran laminer dan
turbulen. Dan lokasi praktikum yang di ambil adalah aliran drainase di
Jalan Parako, Distrik Merauke, Kabupaten Merauke.

1.2 Rumusan Masalah


 Bagaimana mengetahui seberapa besar debit air yang mengalir pada
lokasi tersebut?
 Apakah jenis aliran tersebut laminer, transisi atau turbulen?
 Pengaruh apa yang mempengaruhi kecepatan?

1
1.3 Tujuan
 Mengetahui seberapa besar debit air yang mengalir pada lokasi
tersebut.
 Mengetahui apakah jenis aliran tersebut laminer, transisi atau turbulen.
 Mengetahui kondisi atau pengaruh saluran dengan kecepatan di lokasi
tersebut.

1.4 Manfaat
Sebagai referensi untuk menambah wawasan dan pengetahuan
mengenai mata kuliah mekanika fluida dalam hal menganalisa debit air dan
mencari bilangan reynolds pada drainase di Jalan Ahmad Yani, Distrik
Merauke Kabupaten Merauke.

2
1 BAB II

1 TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Debit Aliran


Debit aliran adalah laju air (dalam bentuk volume air) yang
melewati suatu penampang melintang sungai per satuan waktu.Dalam
system SI besarnya debti dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik
(m3/detik). Sedangkan dalam laporan-laporan teknis, debit aliran biasanya
ditunjukan dalam bentuk hidrograf aliran.Hidrograf aliranadalah suatu
perilaku debit sebagai respon adanya perubahan karakteristik biogeofisik
yang berlangsung dalam suatu DAS oleh adanya kegiatan pengelolaan
DAS dan / atau adanya perubahan (fluktuasi musiman atau tahunan) iklim
local.
Dimana: Q = A.V
         Q – Debit air
     V – kecepatan fluida,
     A – Luas penampang,

1.2 Definisi Bilangan Reynolds


Air dalam mekanika fluida, bilangan Reynolds adalah rasio antara
gaya inersia (vsρ) terhadap gaya viskos (μ/L) yang mengkuantifikasikan
hubungan kedua gaya tersebut dengan suatu kondisi aliran tertentu.
Bilangan ini digunakan untuk mengidentifikasikan jenis aliran yang
berbeda, misalnya laminer, turbulen atau transisi. Namanya diambil dari
Osborne Reynolds (1842–1912) yang mengusulkannya pada tahun 1883.
Bilangan Reynolds merupakan salah satu bilangan tak berdimensi
yang paling penting dalam mekanika fluida dan digunakan, seperti halnya

3
dengan bilangan tak berdimensi lain, untuk memberikan kriteria untuk
menentukan dynamic similitude. Jika dua pola aliran yang mirip secara
geometris, mungkin pada fluida yang berbeda dan laju alir yang berbeda
pula, memiliki nilai bilangan tak berdimensi yang relevan, keduanya disebut
memiliki kemiripan dinamis.
Rumus bilangan Reynolds umumnya adalah sebagai berikut:

Dimana: ℜ = V ∙(4 R)

         Re–bilangan renolds


     V – kecepatan rata- rata fluida,
     R – jari-jari hidrolik,
v – viskositas absolut fluida kinematik,

Misalnya pada aliran dalam pipa, panjang karakteristik adalah diameter


pipa, jika penampang pipa bulat, atau diameter hidraulik, untuk penampang
tak bulat.
Dilihat dari kecepatan aliran, dapat diasumsikan/dikategorikan sbb:
1. Aliran laminar bila aliran tersebut mempunyai bilangan Re
kurang dari 2000,
2. Aliran transisi berada pada pada bilangan Re (2000 - 4000)
biasa juga disebut sebagai bilangan Reynolds kritis,
sedangkan,
3. Aliran turbulen mempunyai bilangan Re lebih dari 4000.

4
1.3 Sifat - Sifat Fluida

Fluida ada 2 macam, yaitu cairan dan gas. Watak dari fluida adalah
mengalir, mengisi ruangan yang mewadahinya. Beberapa diantara sifat-sifat
fluida adalah:

1. Densitas (massa jenis) dan berat spesifik: Densitas adalah massa per
satuan volume, sedangkan berat spesifik adalah berat per satuan
volume.
2. Tekanan: Dalam hal ini, ada tekanan absolut dan ada juga tekanan
alat ukur (gauge pressure). Yang disebut terakhir tidak lain adalah
tekanan absolut dikurangi tekanan atmosfir (1 atm). Tekanan fluida
biasanya diukur dengan manometer (cairan) atau barometer (gas).
3. Temperatur (suhu), panas spesifik (specific heat), konduktivitas
termal, dan koefisien ekspansi termal: Panas spesifik adalah jumlah
energi panas yang diperlukan untuk menaikkan satu satuan massa
sebesar satu derajat. Konduktivitas termal menunjukkan kemampuan
fluida untuk menghantarkan (mengkonduksikan) panas. Sedangkan
koefisien ekspansi termal menghubungkan antara temperatur dan
densitas pada tekanan konstan.
4. Compressibility: Dalam hal ini, fluida bisa dibagi menjadi
compressible fluid dan incompressible fluid. Secara umum, cairan
bersifat incompressible sedangkan gas bersifat compressible.
Kemampuan suatu fluida untuk bisa dikompresi biasanya dinyatakan
dalam bulk compressibility modulus. Istilah compressible fluid dan
incompressible fluid hendaknya dibedakan dengan istilah
compressible flow dan incompressible flow. Compressible flow
adalah aliran dimana densitas fluidanya tidak berubah didalam
medan aliran (flow field), misalnya aliran air. Sedangkan
incompressible flow adalah aliran dimana densitas fluidanya berubah
didalam medan aliran, misalnya aliran udara.

5
5. Viskositas: menunjukkan resistensi satu lapisan untuk meluncur
(sliding) diatas lapisan lainnya. Definisi lain dari viskositas dikaitkan
dengan ada tidaknya geseran (shear). Dengan demikian, viskositas
berhubungan langsung dengan besarnya friksi dan tegangan geser
yang terjadi pada partikel-partikel fluida. Dalam hal ini, fluida bisa
dibedakan menjadi viscous fluid dan inviscid fluid (kadangkala
disebut juga nonviscous fluid atau frictionless fluid). Sebetulnya,
semua fluida pasti memiliki viskositas betapapun kecilnya. Namun
ketika viskositasnya sangat kecil dan bisa diabaikan, maka biasanya
diasumsikan sebagai inviscid fluid. Fluida yang berada didalam lapis
batas (boundary layer) biasanya diperlakukan sebagai viscous,
sedangkan fluida yang berada diluar lapis batas diperlakukan sebagai
inviscid. Fluida yang berada dalam lapis batas, sebagai akibat dari
sifat viskositasnya, akan membentuk gradien kecepatan. Pada fluida
Newtonian, gradien kecepatan berubah secara linier (membentuk
garis lurus) terhadap besarnya tegangan geser. Sebaliknya, pada
fluida non-Newtonian, hubungan antara gradien kecepatan dan
besarnya tegangan geser tidaklah linier.

6. Tegangan permukaan (surface tension): adalah besarnya gaya tarik


yang bekerja pada permukaan fluida (cair). Definisi lainnya adalah:
intensitas daya tarik-menarik molekular per satuan panjang pada
suatu garis manapun dari permukaan fluida. Dimensi dari tegangan
permukaan adalah gaya per panjang. Contoh bagaimana efek dari
tegangan permukaan adalah, jika sebuah pisau silet diletakkan secara
perlahan diatas air maka pisau silet tersebut tidak akan tenggelam
akibat adanya tegangan permukaan air.

6
1 BAB III

1 METODOLOGI PRAKTIKUM

1.1 Waktu dan Tempat


Praktikum pengukuran saluran air ini dilakukan pada hari Sabtu, 19
Juni 2021 pukul 11.00 – 12.00 WIT, berlokasi di Drainase Ahmad Yani,
Merauke.

1.2 Bahan dan Alat


Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam pengukuran debit air ini
diantaranya:

1. 1 buah meteran
2. 1 buah stopwatch
3. Potongan sendal sebagai pelampung
4. Tongkat duga
5. Alat-alat tulis
6. Alat pengukur suhu (termometer)
7. Kamera

1.3 Metode Praktikum


Metode praktikum yang digunakan adalah observasi atau pengamatan
langsung di drainase Ahmad Yani serta analisa data dari hasil pengamatan
yang didapatkan. Pengolahan data dilakukan bersama di rumah salah satu
anggota kelompok.

1.4 Prosedur Penelitian


Prosedur kerja dari praktikum ini dilakukan beberapa langkah kerja
sebagai berikut:

7
Penentuan lokasi oleh dosen pengampuh mata kuliah Mekanika Fluida yaitu
Bapak Drs. Abner Doloksaribu, MT. Menentukan kami untuk melakukan
pengukuran di drainase Ahmad Yani. Selanjutnya kami mendatangi tempat
tersebut, melakukan pengukuran panjang lintasan yang akan ditinjau (kami
meninjau sepanjang 60 meter dengan titik tinjau per 10 meter), menghitung
lebar penampang bagian atas dan bawah, mengukur kedalaman saluran
dengan tongkat duga, melepaskan pelampung dan menghitung kecepatan
aliran, lalu melakukan pengolahan data.

8
Gambar 1. Pengukuran Ketinggian Penampang

Gambar 2. Pengukuran Panjang dan Lebar Saluran yang Akan


Ditinjau

9
Gambar 3. Pencatatan Kecepatan Aliran pada 3 Titik Tinjau (Peninjauan
per 20 meter)

Gambar 4. Pengukuran Suhu Air

10
1.5 Hasil dan Pembahasan

A. HASIL
1. Data Penampang Saluran

Bentuk Saluran : Trapesium


Lebar Atas (T) : 10 meter
Lebar Dasar (b) : 4 meter
Kedalaman rata-rata (h) : 0,39 meter
Ketinggian saluran (H) : 2,11 meter
Kemiringan (m) : 3,14 meter

Gambar 5. Sketsa Penampang Saluran

Maka dapat dihitung Luas Penampang Basah (A)


A = b.h + m. h2

A = 4 . 0,39 + 3,14 . 0,392

A = 2,04 m2

6
2. Data Kecepatan Aliran

Jarak Tempuh
Percobaan ke
10 m 20 m 30 m 40 m 50 m 60 m
119,79 134,48 129,72 130,42 139,30 122,34
1
detik detik detik detik detik detik
Kecepatan rata-rata 0,0835 m/s 0,0744 m/s 0,0771 m/s 0,0767 m/s 0,0718 m/s 0,0817 m/s
Kecepatan rata-rata total : 0,0647 m/s

Tabel 1. Tabel kecepatan aliran

3. Hipotesis Jenis Aliran

Kami mengamati suatu keadaan saat pelampung kami


yakni dilemparkan ke saluran.

Tampak pelampung menimbulkan


gelombang / riak air

Gambar 6. Pelampung Menimbulkan Gelombang

7
Berdasarkan landasan teori yang kami temukan dikatakan bahwa
“Aliran disebut subkritis apabila suatu gangguan (misalnya batu
dilemparkan ke dalam aliran sehingga menimbulkan gelombang) yang
terjadi di suatu titik pada aliran dapat menjalar ke arah hulu. Aliran subkritis
dipengaruhi oleh kondisi hilir, dengan kata lain keadaan di hilir akan
mempengaruhi aliran di sebelah hulu. Apabila kecepatan aliran cukup besar
sehingga gangguan yang terjadi tidak menjalar ke hulu maka aliran adalah
super kritis”.

Maka sesuai dengan keadaan pelampung pada Gambar 6. dapat


dilihat bahwa saat dilempar, menimbulkan gelombang atau riak air ke
sekitarnya, maka kami menduga bahwa aliran ini adalah aliran sub kritis
(mengalir) dan juga berjenis laminer.

B. ANALISA / PENGOLAHAN DATA


1. Penampang Geometris Saluran

Dari hasil pengamaatan yang telah dilakukan didapatkan data


sebagai berikut:
T = 10 m
b = 4m
h = 0,39 m
H = 2,11 m
m = 3,14 m

8
Maka dapat dihitung:

a. Luas basah (water area) A : luas penampang melintang aliran yang


tegak lurus arah aliran.

A=b . h+m. h 2

2
A=4 . 0,39+3,14 .0,39

2
A=2,04 m

b. Keliling basah (wetted perimeter) P : panjang-garis perpotongan dari


permukaan basah saluran dengan bidang penampang melintang yang
tegaklurus arah aliran.

P=b+2. h √m 2 +12

P=4+ 2. 0,39 √ 3,142 +¿ 12 ¿ P=6,57 m

c. Jari-jari hidrolik (hydraulic radius] R : rasio luas basah dengan keliling


basah atau

A
R=
P

2,04
R=
6,57

R=0,31 m

9
d. Kedalaman hidrolik (hydraulic depth) D : rasio luas basah dengan lebar
puncak, atau

A
D=
T

2,04
D=
10

D=1,11 m

2. Debit Air

Rumus yang digunakan


Q=VxA
Dimana : V = Kecepatan aliran (m/dtk)
A = Luas penampang (m2)

Maka debit aliran dapat dihitung menggunakan rumus:

Q=V x A

Q = 0,0647 m/s x 2,04 m2

Q = 0,132 m3/s

Namun berdasarkan pengamatan kami,kecepatan aliran serta debit


air ini sangat dipengaruhi oleh iklim (pengamatan dilakukan pada
musim kemarau) dan angin

10
.

3. Bilangan Reynolds

Bilangan Reynold adalah bilangan yang tidak mempunyai


dimensi, yang menyatakan perbandingan gaya-gaya inersia terhadap
gaya-gaya kekentalan.

Untuk nilai

Bilangan Reynolds dapat dirumuskan:

ℜ = V ∙(4 R) dengan niai suhu air 32°C


Dengan viskositas ( v ) = 0,661 x 10-6 m²/detik

X= 0,804 x 10-6 + ( 32−30


40−30 )
(0,661 x 10 -6
– 0,804 x 10-6)

X= 0,804 x 10-6 + ( 102 ) (–0,143 x 10 )


-6

X= 0,7754 x 10-6 m²/detik

Re = 0,0647. (4 . 0,31) ¿ 0,7754 x 10-6

Re = 1,034

11
Sehingga Re di bawah 2.000, gangguan aliran dapat diredam oleh
kekentalan zat cair, dan aliran pada kondisi tersebut adalah laminer.

4. Bilangan Froude

Parameter yang menentukan ketiga jenis aliran tersebut adalah


nisbah antara gaya gravitasi dan gaya inersia, yang dinyatakan dengan
bilangan Froude (Fr).

V
Fr=
√ g .h

0,0647 0,0647 0,0647


Fr= = =
√ 9,81 x 0,39 √ 3,8259 1,9560
Fr=0,033

Dengan demikian Fr < 1 maka dikatakan aliran dalam saluran ini


adalah sub kritis (mengalir).

12
C. PEMBAHASAN

Debit air adalah jumlah air yang mengalir dari suatu penampang
tertentu(sungai, saluran, dll) per satuan waktu (m3/detik). Ada beberapa cara
untuk mengukur debit air yaitu dengan Emboys Float Method. Kami
melakukan penelitian di drainase Jalan Ahmad Yani Merauke. Seperti yang
diketahui bahwa pintu air memiliki banyak manfaat dalam mengendalikan
debit air pada sungai atau drainase kota. Oleh karena itu pemantauan
volume dan debit air sangat penting dilakukan dalam rangka pengendalian
banjir serta pengendalian debit air saat kemarau.
Rumus yang digunakan untuk menghitung debit air :
Q=VxA
Dimana : V = Kecepatan aliran (m/detik)
A = Luas penampang (m2)

Dari hasil analisa di atas, kecepatan aliran diketahui 0,0647 m/s.


Melihat kecepatan aliran yang sangat lambat, maka kami simpulkan bahwa
pada saluran air ini memiliki aliran yang laminer serta terjadi pendangkalan
saluran (terdapat banyak sampah dan tumpukan lumpur di dasar
saluran).Kedalaman menyatakan dimana letak dasar perairan, oleh karena
itu menjadi suatu hal yang harus diperhatikan dalam melakukan pengukuran
debit air. Kedalaman perairan adalah jarak vertikal dari permukaan sampai
ke dasar perairan yang biasanya dinyatakan dalam meter (Ghalib, 1996).
Dalam hidrolika dan mekanika fluida bilangan Reynolds adalah rasio
antara gaya inersia (vsρ) terhadap gaya viskos (µ/L) yang mengkuantitatif
hubungan kedua gaya tersebut dengan suatu kondisi aliran tertentu.Bilangan
ini digunakan untuk mengidentifikasi jenis aliran, apakah laimner atau
turbulen. Bilangan Reynolds pada aliran ini adalah 1,034 sehingga aliran
dapat dikatakan laminer.

Bilangan Froude adalah sebuah bilangan tak bersatuan yang


digunakan untuk mengukur resistensi dari sebuah benda yang bergerak

13
melalui air. Bilangan ini didasarkan pada kecepatan / beda jarak. Setelah
dianalisa, bilangan Froude pada saluran ini adalah 0,033 dan nilainya
kurang dari 1 sehingga aliran dikatakan subkritis (mengalir). Selain itu saat
pelampung dilemparkan menimbulkan gelombang atau riak air.

14
1 BAB IV

1 PENUTUP

1.1 Simpulan
Dari hasil praktikum yang dilakukan maka didapat kesimpulan bahwa
debit air adalah hasil pengukuran di lapangan dan luas penampang adalah
hasil pengukuran di lapangan. Pengukuran debit dilakukan dengan
menggunakan rumus Q = V x A = 0,132 m3/s.

Sesuai hasil pembahasan maka jenis aliran adalah laminer dan bersifat
subkritis (mengalir).

Kemungkinan hal yang mempengaruhi kecepatan aliran sungai


disebabkan oleh adanya faktor geometri. Faktor geometri disini adalah
adanya belokan dan kenaikan.

1.2 Saran
Dengan adanya tugas laporan survei drainase yang telah diberikan
oleh bapak dosen dapat menambah dan mengembangkan wawasan
mahasiswa tentang cara perhitungan debit aliran, jenis aliran, dan pengaruh
geometri terhadap kecepatan aliran.

15
2 LAMPIRAN

16
17
3 DAFTAR PUSTAKA

http://debitairlimbong.blogspot.in/2011/12/laporan-debit-air.html?m=1. Laporan
Debit Air. Diakses tanggal 7 Desember 2015

www.tempo.co/read/news/2014/11/22/083623592/Pintu-Air-Manggarai-
Dibangun-Apa-Manfaatnya. Pintu Air Manggarai Dibangun Apa Manfaatnya.
Diakses tanggal 7 Desember 2015

Triadmojo, Bambang. Hidraulika II. 2011. Beta Offset: Yogyakarta.

https://mechanicals.wordpress.com/2014/03/23/fluida-dan-sifat-sifatnya/.
http://asagenerasiku.blogspot.co.id/2012/03/menentukan-debit-volume-dan-
waktu.html
http://turmudikemiri.blogspot.co.id/2016/01/bilangan-reynolds-reynolds-number-
dan.html

18

Anda mungkin juga menyukai