PRAKTIKUM HIDROLIKA
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas sega limpahan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan panduan praktikum untuk
praktikum Hidrolika dengan baik dan sesuai jadwal.
Mekanika fluida telah berkembang sebagai suatu disiplin analitik dari aplikasi
hukum-hukum klasik dari statika, dinamika dan termodinamika untuk situasi dimana cairan
dapat dianggap sebagai suatu media yang berkesinambungan. Buku Pedoman Praktikum
Mekanika Fluida & Hidrolika ini disusun untuk menjadi acuan praktikum Mekanika Fluida
& Hidrolika bagi mahasiswa/I Teknik Sipil Universitas Islam Riau (UIR).
Penulis menyadari bahwa modul ini masih banyak kekurangan dalam penulisan,
penyusu-nan ataupun penyajian materi. Untuk itu Penulis mengharapkan kritik dan saran dari
para pembaca, sebagai bahan penyempurnaan penyusunan modul berikutnya. Semoga modul
ini bisa memberikan hal yang bermanfaat bagi pembacanya.
Tim Penyusun
KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB I OSBORNE REYNOLDS ............................................................................ 1
BAB II TUMBUKAN PANCARAN FLUIDA .......................................................
BAB III OPEN CHANNEL ...................................................................................
BAB IV ALIRAN MELALUI LUBANG ...............................................................
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................
Bila bilangan Reynolds dari aliran fluida tertentu dalam suatu pipa nilainya kuran g dari ±
2000, maka aliran yang terjadi adalah aliran laminer, sedangkan bila lebih dari ± 4000, maka aliran
yang terjadi adalah aliran turbulen.
Apabila suatu fluida dialirkan diantara batas-batas yang tetap, maka hambatan terhadap
gerakan aliran akan mempunyai nilai terbesar pada permukaan-permukaan batasnya. Hal tersebut
akan menyebabkan terjadinya perlambatan kecepatan partikel fluida pada permukaan batas,
sehingga akan membentuk suatu profil kecepatan pada aliran laminer yang berbentuk parabola
bisa melalui percobaan ini.
Bilangan Reynolds (Re) telah dikenal luas sebagai kriteria penentuan kondisi aliran cairan.
Bilangan Re ini diperoleh dari hasil perbandingan antara gaya inersia dan gaya kekentalan (Viscous
Gaya pada pancaran fluida arah sumbu X besarnya sama dengan perubahan momentum
pada arah sumbu X, yaitu :
F = W . V1 . cos β - W . V0 ……………………… (kgm/det2) = Newton
Gaya (F) pada pelat pada arah sumbu X adalah besarnya sama dan berlawanan arah dengan
gaya tersebut sehingga :
F = W . (V0 . V1 cos β) ……………………….…… Newton
Disebabkan karena perubahan tekanan piezometrik dan elevasi diabaikan maka harga
maksimum V1 = V0 ( tidak ada kehilangan energi ).
Dengan demikian gaya maksimum yang munkin terjadi pada pelat cekung adalah :
Fcekung = 2 . W . V0 …………..……………….…… Newton
Sehingga pelat cekung dua kali lebih besar gayanya dari pelat datar.
Dengan anggapan bahwa kehilangan energi akibat turbulensi dan viskositas fluida
diabaikan maka persamaan Bernoulli dapat berlaku, sehingga :
Dalam praktek asumsi garis aliran sejajar dan distribusi tekanan hidrostatik tidak
berlaku, kedalaman air diatas ambang tidak sama dengan kedalaman kritis walaupun terjadi
kondisi energi minimum. Selain itu terjadi pula kehilangan energi akibat turbulensi dan
viskositas fluidanya. Dengan memasukkan faktor-faktor tersebut kedalam koefisien Cw, maka
persamaan (1.2) menjadi :
𝐻𝑤
Untuk 0.2 < < 0.6 maka nilai Cw berkisar antara 0.93 – 1.0
𝐿
Dimana :
Q = debit aliran
Yg = tinggi bukaan
U n i v e r s i t a s I s l a m R i a u | 10
Ho = tinggi tekanan total di hulu =
Yo = kedalam air di hulu
H1 = tinggi tekanan total di hilir =
Y1 = kedalaman air di hilir
Debit aliran yang terjadi pada pintu sorong pada kondisi aliran air bebas dihitung
menggunakan formula sebagai berikut :
Dimana :
Q = Debit aliran
Cd = Koefisien debit
B = Lebar pintu
G = Percepatan gravitasi
Yg = Tinggi bukaan pintu
Y˳ = Tinggi air di hulu pintu sorong
U n i v e r s i t a s I s l a m R i a u | 11
3.3 Gaya-gaya pada Pintu Sorong
3.3.1 Maksud dan Tujuan
Menunjukkan gaya yang bekerja pada pintu sorong
Pada gambar tersebut ditunjukkan bahwa gaya resultan yang terjadi pada pintu sorong
adalah sebagai berikut:
U n i v e r s i t a s I s l a m R i a u | 12
Dimana :
Fg = resultan gaya dorong pada pintu sorong (non hidrostatis)
FH = resultan gaya dorong akibat gaya hidrostatis
Q = debit aliran
P = rapat massa fluida
g = percepatan gravitasi bumi
b = lebar pintu sorong
Yg = tinggi bukaan pintu
YO = kedalaman air di hulu pintu
Y1 = kedalaman air di hilir pintu
U n i v e r s i t a s I s l a m R i a u | 13
BAB VI
ALIRAN MELALUI LUBANG
U n i v e r s i t a s I s l a m R i a u | 14
Kecepatan aliran melalui lubang (orifice) dapat dinyatakan sebagai berikut :
V = Cv. 2.g.h
Sedangkan dari percobaan ini harga Cv diperoleh dari hubungan :
X
Cv =
2 h.Y
dimana :
V = kecepatan aliran yang melewati lubang.
Cv = koefisien kecepatan.
g = Gravitasi
h = tinggi air terhadap lubang
X = jarak horizontal pancaran air dari bidang vena contracta.
Y = jarak vertikal pancaran air.
Titik nol ( 0 ) untuk pengukuran sumbu X, diambil dari bidang vena contracta, demikian
juga dengan luas penampang yang dipakai adalah luas penampang pada bidang vena contracta,
dimana hubungan antara luas penampang lubang (AP) dengan luas bidang vena contacta (AV)
dinyatakan sebagai berikut :
A v = Cc.Ap
dimana Cc adalah nilai koefisien kontraksi
Selain koefisien kecepatan (Cv) pada aliran melalui lubang dikenal juga dengan istilah
koefisien Cd, yaitu perbandingan antara debit yang sebenarnya dengan debit teoritis.
Q = Cd.A. 2.g.h
(aliran dengan tekanan tetap)
T =
2.A T
(
. h1 − h 2 )
Cd.A. 2.g
(aliran dengan tekanan berubah)
Dimana :
Q = besarnya debit aliran yang melalui lubang.
Cd = koefisien debit
A = luas penampang lubang
g = percepatan gravitasi
h = tinggi air terhadap lubang
T = waktu pengosongan tabung / tangki ( t2 - t1 )
AT = luas tangki utama
h1 = tinggi air pada waktu t1
h2 = tinggi air pada waktu t2
U n i v e r s i t a s I s l a m R i a u | 15
3. Menyelipkan selembar kertas pada papan dibelakang jajaran jarum dan semua
jarum dinaikkan untuk membebaskan lintasan air yang menyembur. Digunakan
lempeng berlubang berdiameter 3 mm.
4. Menaikkan pipa pelimpah dan katup pengatup aliran dibuka air dialirkan masuk
kedalam tangki utama. Tinggi air pada tangki utama dimulai dari 400 mm, 380
mm, dan 360 mm
5. Mengatur katup pengatur aliran sedemikian rupa, hingga air persis melimpah
lewat pipa pelimpah dan tidak ada gelombang pada permukaan tangki utama.
6. Mencatat tinggi tekanan tangki utama.
7. Mengatur posisi 8 jarum sampai tidak menyentuh air yang melintas untuk
mendapatkan bentuk lintasan aliran yang menyembur. Dan memberi tanda posisi
ujung atas jarum pada kertas grafik.
8. Mengulangi percobaan untuk setiap perbedaan tinggi tekanan pada tangki utama.
Dimulai dari 400 mm, 380 mm, dan 360 mm.
9. Menentukan letak X dan Y dari setiap titik percobaan baik saat D = 3 mm.
U n i v e r s i t a s I s l a m R i a u | 16
DAFTAR PUSTAKA
Jonas M K Doke, Endang P. Tachyan, Y.P. Pangaribuan. Hidrolika Teknik. Erlangga: 1985.
Laboratorium Hidrolika Teknik Sipil. 2021. Modul Praktikum Hidrolika. Riau: Fakultas
Teknik UIR
U n i v e r s i t a s I s l a m R i a u | 17