Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

[Reynold’s Apparatus]

PENYUSUN:

[Zahra Wardani]
[5007211021]

ASISTEN:

[Daulika Sarasvati]
[5007201001]

LABORATORIUM MEKANIKA DAN MESIN-MESIN FLUIDA


DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FTIRS
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
ABSTRAK
Fluida merupakan zat yang mudah terdeformasi, contohnya adalah air dan
udara. Praktikum Reynold apparatus adalah pengujian untuk mendemostrasikan
visualisasi dari aliran dalam saluran. Dari praktikum ini bisa diketahui pola aliran
yang terjadi melalui pengamatan terhadap pola aliran tinda dalam pipa transparan.
Tujuannya adalah untuk memahami prinsip dasar reynold, dan untuk memahami
fenomena dalam pipa.
Pada percobaan ini alat dan bahan yang digunakan adalah bak air transaparan,
suplai air, pelimpah, pipa transparan, keran pengeluaran air, tabung zat warna (dye),
klep dan nozel injector. Pertama debit air diukur dengan cara mengatur valve pada
flowmeter hingga mencapai angka 30 liter/jam. Lalu, valve tabung tinta warna
merah dibuka. Kemudian pola aliran yang terjadi diamati, lalu hasil pengamatan
dicatat pada lembar pengamatan. Percobaan diulangi dengan variasi debit air yang
berbeda. Kenaikan debit adalah 10 liter/jam hingga mencapai 250 liter/jam. Hasil
percobaan dimasukkan ke penurunan rumus dan diperoleh nilai bilangan Reynold.
Berdasarkan hasil percobaan, diperoleh nilai bilangan Reynold di bawah 2300
saat debit kurang dari 130L/jam. Sementara bilangan Reynold di atas 2300 didapat
saat debit lebih dari 140L/jam Berdasarkan percobaan ini, nilai bilangan reynold
berbanding lurus dengan nilai debit fluida. Debit berbanding lurus dengan
kecepatan fluida, sehingga kecepatan aliran juga berbanding lurus dengan bilangan
Reynold.
Kata Kunci : Aliran, Fluida, Laminar, Reynold, Turbulen

2
DAFTAR ISI
ABSTRAK .......................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ....................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULAN ...................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 5
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 5
1.3 Tujuan Praktikum .................................................................................... 5
1.4 Batasan Masalah Praktikum .................................................................... 5
BAB II DASAR TEORI ..................................................................................... 6
2.1 Pengertian Fluida dan Jenis-Jenisnya...................................................... 6
2.2 Pengertian streamline, streakline, pathline, dan timeline ....................... 7
2.3 Fluid as a Continuum .............................................................................. 9
2.4 Aliran Melalui Suatu Penampang ......................................................... 12
2.5 Jenis-Jenis Aliran .................................................................................. 16
2.6 Penurunan Bilangan Reynold................................................................ 16
BAB III METODOLOGI .................................................................................. 18
3.1 Alat dan Bahan ...................................................................................... 18
3.2 Langkah Kerja ....................................................................................... 18
3.3 Skema Peralatan .................................................................................... 19
3.4 Flowchart Perhitungan .......................................................................... 20
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ........................................ 21
4.1 Data Hasil Percobaan ............................................................................ 21
4.2 Contoh Perhitungan............................................................................... 21
4.3 Flowchart Perhitungan .......................................................................... 22
4.4 Pembahasan ........................................................................................... 23
BAB V KESIMPULAN .................................................................................... 25
5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 25
5.2 Saran ...................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 26
LAMPIRAN ...................................................................................................... 27

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari akan menemui berbagai macam
fenomena terkait fluida. Fluida adalah suatu zat yang dapat mengalir dan
biasanya berwujud cair dan gas. Contoh penerapan aliran fluida dalam
kehidupan sehari-hari adalah pada mobil yang sedang berjalan. Fluida
merupakan zat yang dapat mengalir dan memiliki tekanan dan kecepatan
tertentu. Tekanan dan kecepatan tersebut yang menghasilkan bentuk aliran
fluida yang berbeda. Aliran fluida dapat berupa aliran laminar atau aliran
turbulen. Dalam menentukan bentuk aliran bisa dilihat dari bilangan
Reynold, untuk menguasai ilmu terkait Bilangan Reynolds maka salah
satu cara untuk mempelajarinya adalah dengan melakukan praktikum
Reynolds Apparatus. Diharapkan setelah melakukan percobaan ini,
kitadapat mengerti tentang prinsip bilangan reynold, memahami
fenomena aliran dalam pipa, dan menentukan aliran laminar atau aliran
turbulen. Prinsip aliran fluida merupakan dasar yang cukup penting sebelum
membuat sebuah peralatan atau sistem yang bekerja dengan baik. Konsep
dasar ini harus dikuasai untuk menghindari hal yang tidak diinginkan saat
memproduksi peralatan dalam jumlah besar. Contoh dari penerapan aliran
fluida yang sering kita jumpai adalah pada bentuk sayap pesawat terbang
untuk mendeteksi gaya angkat, pompa hidrolik untuk mengisi udara pada
ban sepeda, aliran pada pipa yang digunakan dalam bidang industri, dan lain
sebagainya. Dalam percobaan ini, aliran tersebut dapat dikategorikan
menjadi laminar, turbulen maupun transisi dengan indikator yang
dinamakan bilangan reynolds. Untuk memperdalam pemahaman tentang
jenis aliran pada fluida, maka dilakukanlah rangkaian percobaan ini.

4
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari praktikum Reynold Apparatu’s ini adalah
sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimana prinsip dasar baingan Reynold?
1.2.2 Bagaimana fenomena aliran fluida dalam pipa?

1.3 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan didadakannya praktikum Reynold Apparatu’s ini adalah
sebagai berikut:
1.3.1 Memahami prinsip dasar bilangan Reynold
1.3.2 Memahami fenomena aliran dalam pipa
1.4 Batasan Masalah Praktikum
1.4.1 Steady Flow
Praktikum ini dilakukan pada kondisi steady flow, dimana Steady
flow adalah aliran yang mana kondisi alirannya (kecepatan, tekanan,
densitas, dsb) tidak berubah dengan waktu sehingga mempermudah
praktikan dalam memperoleh data dan melakukan perhitungan.
1.4.2 Incompressible Flow
Incompresssible flow adalah aliran yang memiliki densitas
dibawah 5% dan memiliki nilai mach number dibawah 0,3 M,
sehingga nilai densitas dapat diabaikan. Hal itu dapat memudahkan
praktikan dalam melakukan perhitungan data.
1.4.3 Percobaan Dilakukan Pada Suhu Kamar
Percobaan dilakukan pada suhu kamar antara 20º C - 26º C hal
tersebut dilakukan agar etika melakukan praktikum fluida tidak
mengalami perubahan suhu yang ekstrim.

5
BAB II
DASAR TEORI
2.1 pengertian Fluida dan jenis-Jenisnya
Fluida atau zat alir merupakan suatu zat yang mudah mengalami
deformasi dan memiliki kecenderungan untuk mengalir akibat kerapatan
partikel yang rendah. Peristiwa deformasi ini terjadi ketika fluida dikenai
tegangan geser. Material fluida yang mudah mengalami deformasi dan
dapat mengalir umumnya berada dalam fase cair dan gas. Maka dari itu,
fluida terbagi menjadi newtonian fluid dan non-newtonian fluida
2.1.1 Newtonian Fluids
Newtonian fluids adalah fluida yang tegangan gesernya
berbanding lurus secara linier dengan gradien kecepatan pada arah
tegak lurus dengan bidang geser. Definisi ini memiliki arti bahwa
fluida newtonian akan mengalir terus tanpa dipengaruhi gaya-gaya
yang bekerja pada fluida. Suatu fluida yang mengalir akan memiliki
tingkat kekentalan tertentu, atau dapat disebut dengan viskositas,
dengan persamaan sebagai berikut
𝑑𝑢
𝜏 = 𝜇 𝑑𝑦 .................................................................................... (2.1)

Dengan keterangan sebagai berikut :


𝜏 = tegangan geser
𝜇 = viskositas
𝑑𝑢
= laju geser
𝑑𝑦

Beradasarkan persamaan tersebut, dapat dilihat bahwa viskositas


berbanding lurus dengan laju gesernya sehingga diperoleh grafik
sebagai berikut :

2.1.2 Non Newtonian Fluids


Non newtonian fluids adalah Fluida yang memiliki nilai
viskositas yang selalu berubah atau tidak konstan akibat pengaruh
dari gaya luar. Namun, nonnewtonian fluid memiliki kecenderungan

6
tahan terhadap perubahan suhu, tegangan geser, dan perubahan
gradien kecepatan, berkebalikan dengan newtonian fluid. Pada jenis
fluida ini, berlaku persamaan sebagai berikut :
𝑑𝑢
𝜏 = 𝑘(𝑑𝑦)𝑛 ................................................................................ (2.2)

Dengan keterangan sebagai berikut:


𝜏 = tegangan geser
𝑘 = konstanta
𝑑𝑢
= laju geser
𝑑𝑦

2.2 Pengertian Streamline, Streakline, Pathline, dan Timeline


Dalam mempelajari aliran-aliran dalam fluida, terdapat berbagai istilah
yang digunakan untuk menggambarkan kondisi fluida, diantaranya sebagai
berikut :
2.2.1 Streamline
Streamline adalah garis-garis yang ditarik dalam medan aliran
sehingga pada suatu saat tertentu garis-garis itu bersinggungan
dengan arah aliran di setiap titik dalam medan aliran. Dikarenakan
arus bersinggungan dengan vektor kecepatan di setiap titik dalam
medan aliran maka tidak mungkin ada aliran melintasi garis arus.
Streamlines adalah teknik visualisasi yang paling umum digunakan.
Misalnya, mereka digunakan untuk mempelajari aliran di atas mobil
dalam simulasi komputer.

Gambar 2.1 Ilustrasi streamline

7
2.2.2 Streakline
Streakline adalah lokasi sekumpulan partikel fluida yang
mengalir secara berurutan melalui lokasi tertentu dalam aliran
fluida.” Metode ini paling mudah diterapkan di terowongan angin,
terowongan air, atau eksperimen serupa di mana asap disuntikkan
ketika fluidanya udara. dan tinta atau gelembung halus ketika
fluidanya adalah air. injeksi ini membuat pola yang mewakili aliran
fluida atau didefinisikan sebagai streakline

Gambar 2.2 Ilustrasi Streakline


2.2.3 Pathline
Pathline adalah jalan atau lintasan yang ditelusuri oleh partikel
fluida yang bergerak. Untuk membuat sebuah pathline, yang perlu
dilakukan adalah mengidentifikasi partikel fluida pada saat tertentu,
misalnya, dengan menggunakan pewarna atau asap, kemudian
mengambil foto eksposur panjang dari gerakan berikutnya. Garis
yang dilacak oleh partikel tersebut adalah sebuah pathline.
Pendekatan ini dapat digunakan untuk mempelajari suatu bidang
misalnya digunakan untuk mempelajari lintasan kontaminan
meninggalkan cerobong asap.

Gambar 2.3 Ilustrasi Pathline

8
2.2.4 Timeline
Timeline aka nada jika sejumlah partikel fluida yang berdekatan
dalam medan aliran ditandai pada saat tertentu mereka membentuk
garis dalam cairan pada saat itu. Timeline bisa dihasilkan dengan
menggunakan kawat gelembung hydrogen. Pengamatan selanjutnya
dari line tersebut dapat memberikan informasi tentang bidang aliran.
Misalnya dalam membahas perilaku fluida di bawah aksi gaya geser
konstan timeline digunakan untuk menunjukkan deformasi fluida
pada saat yang berurutan.

Gambar 2.4 Ilustrasi Timeline

2.3 Fluid as Continuum


Konsep Continuum adalah dasar dari mekanika fluida klasik.
Asumsi kontinum berlaku dalam memperlakukan perilaku cairan dalam
kondisi normal.Fluida sebagai benda kontinum dapat diartikan sebagai
benda yang tidak memiliki paket massa. Menurut Bapak Herman
Menkovski Fluida sebagai Continuum Mechanis juga dapat diartikan
sebagai benda yang mudah berdeformasi dikarenakan mudahnya
pergerakan dan perubahan bentuknya yang disebabkan oleh tegangan geser
dipermukaannya.
Secara umum, perumusan benda kontinum terbagi menjadi 2 yaitu
deskripsi lagranian dan deskripsi eularian. Pada deskripsi Lagranian,
menitik pointkan pada besaran yang jelas menurut pengamat (jika wujud
paket masanya jelas) dan pada deskripsi eularian menitikpointkan pada
posisi fluida (dimana bukan yang mana) .

9
Fluid as a continuum sendiri merupakan pendekatan atau asumsi
yang menyatakan bahwa fluida merupakan satu kesatuan yang dilihat secara
makroskopis (kasat mata). Dengan asumsi tersebut, maka seluruh properti
seperti densitas, kecepatan, viskositas dan lain sebagainya dianggap
terdefinisi pada seluruh tempat dimana fluida mengalir. Maka dari itu,
besaran tersebut memiliki nilai yang sama di seluruh tempat. Maka
berdasarkan hal tersebut dapat diklasifikasikan prinsip fluida as continuum
dalam struktur berikut :

Fluid as continuum

inviscid Viscous

Laminar Turbulen

Compressible Incompressible Internal External

Gambar 2.5 Diagram Klasifikasi Continuum Fluid Mechanics

2.3.1 Aliran Inviscid dan Aliran Viscous


Aliran Inviscid merupakan aliran yang tidak memiliki viskositas
atau viskositasnya sangat kecil, Karena aliran tidak memiliki
viskositas maka tidak terjadi tegangan geser antara partikel.
Sebaliknya, aliran viscous adalah aliran yang memiliki viskositas,
sehingga keberadaannya dipengaruhi oleh tegangan geser terhadap
benda-benda yang dilalui. Besar kecilnya tegangan geser tersebut
dapat diketahui dengan nilai viskositas fluida. Semakin besar nilai

10
viskositas fluida, maka tegangan geser akan semakin besar. Berikut
merupakan gambaran dari aliran inviscid dan viscous.

Gambar 2.6 Aliran Inviscid dan Viscous

2.3.2 Aliran Laminer, Aliran Transisi, dan Aliran Turbulen


Aliran laminar merupakan jenis aliran fluida yang bergerak
beraturan dengan kecepatan relatif rendah. Aliran ini memiliki
bilangan reynolds kurang dari 2300. Aliran laminar biasanya
berbentuk lamina-lamina yang halus. Sedangkan Aliran turbulen
adalah salah satu aliran dimana partikel-partikel fluida bercampur
dengan cepat saat mereka bergerak karena fluktuasi kecepatan tiga
dimensi yang acak. Aliran turbulen memiliki bilangan reynolds
lebih dari 4000. Di antara kedua aliran ini, terdapat suatu aliran
transisi yang memiliki bilangan reynolds antara 2300 hingga 4000.
Bilangan ini berbanding lurus dengan kecepatan fluida dan diameter
pipa, semakin besar kecepatan fluida mengalir maka bilangan
reynolds akan semakin tinggi. Namun, bilangan ini berbanding
terbalik dengan viskositas fluida. Berikut merupakan gambaran dari
ketiga aliran tersebut :

Gambar 2.7 Ilustrasi Aliran Laminar, Transisi, Dan Turbulen

11
2.3.3 Aliran Internal dan Aliran External
Aliran eksternal terjadi saat fluida mengenai suatu permukaan
benda. Contohnya adalah aliran fluida melintasi plat atau melintang
pipa. Aliran internal adalah aliran fluida yang dibatasi oleh
permukaan zat padat, misalnya aliran dalam pipa/saluran. Perbedaan
antara aliran eksternal dan aliran internal pada suatu pipa/saluran
dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2.8 Aliran External dan Internal

2.3.4 Aliran Compressible dan Aliran Incompressible


Compressible fluid merupakan fluida yang dapat dimampatkan,
dimana fluida tersebut memiliki densitas (kerapatan massa) lebih
dari 5% dan mach 10 number di atas 0,3 M. Aliran ini dipengaruhi
oleh densitas fluida karena nilai densitasnya yang tergolong cukup
tinggi. Contohnya adalah aliran yang terjadi pada zat gas, seperti
transmisi gas dalam pipa. Sedangkan Incompressible fluid
merupakan aliran yang tidak dapat dimampatkan, dengan densitas
yang cukup rendah yaitu kurang dari 5% dan mach number di bawah
0,3 M. Sehingga perhitungan densitas fluida dapat diabaikan.
Contohnya terdapat pada aliran dengan zat cair seperti oli.

2.4 Aliran melalui suatu penampang


2.4.1 Aliran pada pipa
Pipa adalah saluran tertutup yang biasanya berpenampang lingkaran
dan digunakan untuk mengalirkan fluida dengan tampang aliran

12
penuh. Fluida yang di alirkan melalui pipa bisa berupa zat cair atau
gas dan tekanan bisa lebih besar atau lebih kecil dari tekanan
atmosfer. Apabila zat cair di dalam pipa tidak penuh maka aliran
termasuk dalam aliran saluran terbuka atau karena tekanan di dalam
pipa sama dengan tekanan atmosfer (zat cair di dalam pipa tidak
penuh), aliran temasuk dalam pengaliran terbuka. Karena
mempunyai permukaan bebas, maka fluida yang dialirkan dalah zat
cair. Tekanan dipermukaan zat cair disepanjang saluran terbuka
adalah tekanan atmosfer.

Gambar 2.9 Aliran Pada Pipa


2.4.2 Aliran Pada Pelat Datar
Aliran yang terjadi pada pelat datar merupakan salah satu jenis
viscous flow, yaitu aliran yang memiliki viskositas dan
keberadaannya dipengaruhi oleh tegangan geser terhadap
permukaan pelat datar. Pada awalnya, aliran terdistribusi dengan
kecepatan yang sama. Ketika melewati pelat datar, aliran ini akan
dipengaruhi oleh satu permukaan atau boundary layer, sehingga
aliran mengalami perlambatan ketika posisi fluida mendekati
permukaan pelat datar. Sedangkan aliran yang berada di luar
boundary layer tidak akan terpengaruh oleh tegangan geser,
sehingga berlaku aliran inviscid. Berikut merupakan bentuk aliran
yang terjadi pada pelat datar :

13
Gambar 2.10 Aliran pada Plat Datar

2.4.3 Aliran Pada Silinder Pejal


Aliran fluida mengalir pada silinder pejal termasuk dalam
aliran viscous dani nviscid. Aliran viscous merupakan aliran
dimana viskositas fluida sangatberpengaruh sehingga
menghasilkan tegangan geser pada dinding saluran. Sedangkan
inviscid adalah aliran dimana pada daerah tersebut tidak ada efek
viscous,sehingga tegangan geser diabaikan. Aliran pada silinder
pejal dapat dilihat padagambar berikut ini
Merupakan gambar aliran inviscid. Dapat dilihat padagambar
bahwa pada gamabr di atas aliran ideal tidak terjadi wake. Aliran
yangterjadi adalah aliran laminer yang halus dengan tangensial yang
kecil.Pada gambar di atas juga terdapat beberapa titik yang mana
pada titik tersebut,kondisinya berbeda. Aliran yang menabrak pada
titik A kecepatannya kecil namun tekanan yang terjadi adalah besar.
Streamline yang terjadi adalah garis lurus. Hal ini terjadi karena
begitu vector kecepatan menabrak benda akan memantulkembali
dan akibatnya arah vektor kembali ini saling menghilankan
sehinggaterbentuk arah kecepatan yang lurus. Kemudian mengalami
kenaikan kecepatan pada titik D dengan tekanan yang rendah,
kecepatannya maksimum dan mengalami penurunan kecepatan

14
pada titik E. Titik A dan E merupakan titik stagnasi yang
pada kondisi ini tekanannya relatif tinggi.
Merupakan gambar dari streamline aliran viscouspada silinder
pejal. Aliran Viscous adalah aliran dimana viskositas fluida
sangatberpengaruh sehingga menghasilkan tegangan geser aliran
pada dinding saluran.τ yx ≠ 0 . Pada titik A adalah titik Stagnasi,
titik Stagnasi adalah dimana saatkecepatan menabrak body
sehingga kecepatannya mendekati nol hinggakecepatannya nol,
tekanannya maksimum dan tidak terjadi gaya geser.
Kemudiankecepatan menuju ke titik B dimana kecepatannya
maksimum dan tekanannya minimum. Titik B ini ada diatas body
dan dibawah body. Kemudian titik C adalah titik separasi. Titik
Separasi adalah dimana terjadinya tegangan geser dan tekanan balik
(Adverse Pressure Gradient), dan tekanan dari titik B lebih
kecil dariAdverse Pressure Gradient. Maka kecepatan fluida ini
akan mengalami vortex dan akhirnya kecepatan aliran tersebut
meninggalkan body dan menjauh dari body, kemudian
menimbulkan Wake. Wake adalah daerah bertekanan rendah
yang dibentuk oleh terpisahnya boundary layer bagian atas dan
bagian bawah. Wake juga menyebabkan Drag Force. Jika wake
yang timbul semakin besar maka Drag Force makin besar. Jika
mempunyai energi lebih besar, separasi bisa tertunda danwake
menyempit. Untuk mengurangi wake dengan cara Streamlining
a Body.Streamlining a Body ini mengurangi adverse pressure
gradient, menundaterjadinya separasi dan menyempitnya daerah
wake maka Drag Force juga mengecil.

Gambar 2.11 Aliran Inviscid dan Viscous

15
2.5 Jenis Jenis Aliran
2.5.1 Aliran Laminar
Aliran laminar merupakan jenis aliran fluida yang bergerak
beraturan dengan kecepatan relatif rendah. Sehingga, aliran ini
hanya memiliki satu komponen kecepatan. Aliran ini memiliki
bilangan reynolds kurang dari 2300. Aliran tersebut dapat
diilustrasikan seperti gambar berikut.

Gambar 2.12 Aliran Laminar

2.5.2 Aliran Turbulen


Aliran turbulen adalah jenis aliran fluida yang bergerak tidak
beraturan, saling berinteraksi dan memiliki kecepatan tinggi.
Sehingga, aliran ini memiliki tiga komponen kecepatan. Aliran
turbulen memiliki bilangan reynolds lebih dari 4000. Aliran tersebut
dapat diilustrasikan seperti gambar berikut.

Gambar 2.13 Aliran Turbulent

2.6 Penurunan rumus bilanngan Reynold


Bilangan Reynold adalah bilangan tak berdimensi
untukmengkarakteristikkan apakah aliran termasuk aliran laminar atau

16
turbulen. Untukmendapatkan nilai Re dapat didapatkan dengan penurunan
rumus sebagai berikut
𝐺𝑎𝑦𝑎 𝐼𝑛𝑒𝑟𝑠𝑖𝑎
𝑅𝑒 =
𝐺𝑎𝑦𝑎 𝑉𝑖𝑠𝑐𝑜𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠
𝜌𝑣𝑠 𝐿
𝑅𝑒 = ......................................................................................... (2.3)
𝜇
𝜇 𝜌 1
Jika 𝑣 = 𝜌, maka = , dan L (characteristic length) yang digunakan
𝜇 𝑣

adaah diameter tabung, maka persamaan diatas dapat disederhanakan


menjadi:
𝑣𝑠 𝑑
𝑅𝑒 = ........................................................................................... (2.4)
𝑣

Dengan keterangan sebagai berikut


𝑅𝑒 = bilangan Reynold (dinmensionless)
𝑣𝑠 = kecepatan aliran fluida (m/s²)
𝜌 = massa jenis fluida yang diukur (kg/m³)
𝑑 = diameter tabung (m)
𝜇 = viskositas absolut fluida dinamis
𝑣 = viskositas kinematic fluida (m²/s)

17
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Dalam melakukan praktikum, pasti diperlukan alat dan bahan yang
perlukan dalam menunjang lancarnya praktikum. Adapun alat dan bahan
yang diperlukan ddalam melaksanakan praktikum Reynold Appartu’s ini
adalah sebagai berikut :
a. Bak air transparan sebagai tempat penampungan air yang digunakan
selama praktikum berlangsung
b. Pipa pemasok air ke bak
c. Katup pembuang kelebihan air untuk mempertahankan tinggi muka air
d. Pipa transparan berdiameter 25 mm untuk melihat jenis aliran yang
terjadi, umumnya aliran diberi zat warna untuk mempermudah
praktikan dalam melakukan pengamatan
e. Aliran air sebagai indikator utama dalam mengklasifikasikan jenis aliran
f. Tangki zat pewarna sebagai tempat penampungan zat warna yang
digunakan untuk mendeteksi jenis aliran
g. Pengatur aliran zat pewarna untuk mengatur banyaknya zat warna yang
dibutuhkan selama aliran berlangsung
h. Nozzle zat pewarna sebagai katup untuk menentukan terbukanya jalan
zat pewarna dari tangki ke pipa transparan

3.2 Skema Peralatan


Berikut merupakan skema peralatan dari praktikum Reynold’s Apparatus:

18
Gambar 3.1 Skema Peralatan Praktikum Reynold’s Apparatus
Dengan keterangan sebagai berikut :
1. Bak air transparan
2. Suplai air
3. Pelimpah
4. Pipa transparan
5. Keran pengeluaran air
6. Tabung zat warna (dye)
7. Klep

3.3 Langkah Kerja


Dalam melakukan praktikum, tentunya harus ada prosedur-prosedur
yang berlaku agar praktikum tersebut berjalan dengan lancer dan tanpa
kendala. Berikut merupakan Langkah-langkah kerja dalam melakukan
praktikum Reynold’s Apparatus :
1. Debit air diukur dengan mengatur volume valve pada flow meter
hingga debit airmenjadi 30 liter/jam.
2. Valve tabung tinta warna biru dibuka
3. Pola aliran yang terjadi diamati
4. Hasil pengamatan dicatat pada lembar pengamatan yang tersedia
5. Mengulangi langkah 1-4 dengan variasi debit air yang berbeda-
beda, dengan interval kenaikan debit air adalah 10 liter/jam sampai
mencapai debit air 250liter/jam.

19
3.4 Flowchart Percobaan
Berikut merupakan flowchart pada percobaan Reynold’s Apparatus :

Mulai

Dinaikkan 10 liter/jam
hingga mencapai 250
Mengatur debit air Dinaikkan 30 liter/jam
liter/jam
diatur dengan
mengatur valve
pada flow meter
Membuka valve tabung Setelah debit dinaikkan,

tinta warna merah tunggu selama 30 detik


hingga cairan tinta
mengalami transisi secara
Mengamati pola yang utuh.
terjadi

Mencatat
Tulis hasil pengamatan tiap
pengamatan pada kenaikan debit
lembar pengamatan aliran pada lembar
yang tersedia. pengamatan.

Gambar 3.2 Flowchart Percobaan

20
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Percobaan
(terlampir)
4.2 Flowchart Perhitungan
berikut merupakan flowchart perhitungan data dari praktikum Reynold’s
Apparatus

Mulai

Masukkan data hasil


percobaan

Hitung luas penampang


𝑑
𝐴 = 𝜋 ( )2
2

Hitung kecepatan fluida


𝑄
𝑉=
𝐴

Hitung nilai bilangan Reynold


𝜌𝑣𝑑
𝑅𝑒 =
𝜇

Ya Tidak
Apakah sudah
Selesai dihitung semua?

Gambar 4.1 Flowchart Perhitungan

21
4.3 Contoh Perhitungan
Berikut merupakan contoh perhitungan untuk menentukan bilangan
Reynolds menggunakan data nomor dua:
Diketahui:
d = 0,0245 m
Q = 40 liter/jam = 0,0000111 m³/detik
𝜇 = 0,0008333 Pa.s
𝜌 = 997 kg/m³
Ditanya:
Berapakah besar Bilangan Reynolds?
Jawab:
• Langkah pertama, hitung luas penampang pipa aliran
𝐴 = 𝜋𝑟 2
𝑑
𝐴 = 𝜋 ( )2
2
0,0245 𝑚 2
𝐴 = 3,14 ( )
2
𝐴 = 0,000471 𝑚²
• Langkah kedua, hitung kecepatan aliran
𝑄
𝑉=
𝐴
0,0000111 𝑚3 /𝑠
𝑉=
0,000471 𝑚²
𝑉 = 0,023581 𝑚2 /𝑠
• Langkah ketiga, hitung billangan Reynolds
𝜌𝑣𝑑
𝑅𝑒 =
𝜇
𝑘𝑔 𝑚2
997 𝑥 0,0000111
𝑚3 𝑠 𝑥 0,0245𝑚
𝑅𝑒 =
0,0008333 𝑃𝑎. 𝑠
𝑅𝑒 = 691.2188

Sehingga, diperoleh bilangan Reynolds sebesar 691,2188 yang dimana


angka tersebut menunjukkan mengalami aliran laminar.

22
4.4 Pembahasan
Pada praktikum raktikum reynold apparatus ini, bertujuan untuk
memahami prinsip dasar bilangan reynold dan menganalisis fenomena
aliran di dalam pipa. Prinsip yang digunakan pada percobaan ini adalah
prinsip bilangan Reynold yaitu rasio antara gaya inersia (vsρ) terhadap gaya
viskos (μ/L) yang mengkuantifikasikan hubungan kedua gaya tersebut
dengan suatu kondisi aliran tertentu..
Bilangan Reynold merupakan salah satu indicator yang dapat
menentukan jenis aliran yang terjadi pada fluida. Aliran fluida yang
memiliki nilai kurang dari 2300 adalah aliran laminar dan aliran yang
memiliki nilai lebih dari 2300 adalah aliran turbulen. Aliran fluida tidak
hanya dilihat dari nilai bilangan Reynold tapi juga melalui kasat mata.
Aliran laminar memiliki karakteristik aliran yang bergerak teratur.
Sementara aliran turbulen memiliki karakteristik aliran yang acak dengan
variasi kecepatan yang tidak stabil.
Nilai bilangan Reynold umumnya sebanding dengan debit dan kecepatan
aliran. Semakin besar debit dan kecepatan aliran, maka bilangan reynolds
semakin besar, begitu pula sebaliknya. Pada hasil percobaan, diperoleh
bilangan Reynold yang kurang dari 2300 ketika debit aliran berada pada
rentan 30liter/jam sampai 130 liter/jam. Sehingga aliran yang ditunjukkan
adalah aliran laminar. Sementara pada debit 140 liter/jam sampai 250
liter/jam menunjukkan bilangan Reynold di atas 2300 sehingga tergolong
aliran turbulen.
Berdasarkan hasil percobaan menggunakan Reynold’s Appataus,
diperoleh bilangan Reynold sebesar 518,4141 untuk debit aliran 30
liter/jam. Bilangan Reynold 691,2188 diperoleh pada debit aliran 40
liter/jam. Bilangan Reynold 863,0235 diperoleh pada debit aliran 50 liter
/jam. Bilangan Reynold 1036,828 diperoleh pada debit aliran 60 liter/jam.
Bilangan Reynold 1209,633 diperoleh pada debit aliran 70 liter/jam.
Bilangan Reynold 1382,438 diperoleh pada debit aliran 80 liter/jam.
Bilangan Reynold 1555,242 diperoleh pada debit aliran 90 liter/jam.

23
Bilangan Reynold 1728,047 diperoleh pada debit aliran 100 liter/jam.
Bilangan Reynold 1900,852 diperoleh pada debit aliran 110 liter/jam.
Bilangan 21 Reynold 2073,656 diperoleh pada debit aliran 120 liter/jam.
Bilangan Reynold 2246,461 diperoleh pada debit aliran 130 liter/jam.
Bilangan Reynold 2419,266 diperoleh pada debit aliran 140 liter/jam.
Bilangan Reynold 2592,07 diperoleh pada debit aliran 150 liter/jam.
Bilangan Reynold 2764,875 diperoleh pada debit aliran 160 liter/jam.
Bilangan Reynold 2937,68 diperoleh pada debit aliran 170 liter/jam.
Bilangan Reynold 3110,484 diperoleh pada debit aliran 180 liter/jam.
Bilangan Reynold 3282,289 diperoleh pada debit aliran 190 liter/jam.
Bilangan Reynold 3455,094 diperoleh pada debit aliran 200 liter/jam.
Bilangan Reynold 3628,899 diperoleh pada debit aliran 210 liter/jam.
Bilangan Reynold 3801,703 diperoleh pada debit aliran 220 liter/jam.
Bilangan Reynold 3974,508 diperoleh pada debit aliran 230 liter/jam.
Bilangan Reynold 4147,313 diperoleh pada debit aliran 240 liter/jam.
Sementara bilangan Reynold 43120,117 diperoleh pada debit aliran 250
liter/jam.
Hasil tersebut diperoleh melalui perhitungan dari prinsip bilangan
Reynold. Nilai bilangan Reynold dipengaruhi oleh massa jenis cairan,
kecepatan aliran, viskositas, serta diameter penampang. Dalam percobaan
kali ini, kecepatan aliran digunakan sebagai variabel bebas selama
percobaan, yakni pada rentang debit air30L/jam sampai 250L/jam dengan
interval 10L/jam. Sementara massa jenis, viskositas, dan diameter dijadikan
variabel tetap yang membatasi hasil percobaan. Untuk mempermudah
percobaan, dan perhitungan, simulasi dilakukan pada bidang datar sehingga
tidak membentuk sudut terhadap arah gravitasi serta pada suhu ruang agar
properti fluida tidak berubah seiring waktu. Pada pelaksanaan praktikum,
kemungkinan terdapat kesalahan kesalahan baik dari factor kelalaian
praktikan dalam melakukan pengamatan maupun faktor kerusakan pada alat
praktikum

24
BAB V
KESIMPILAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Pada praktikum Reynold Apparatus didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
5.1.1 Nilai bilangan reynold yang didapat berbanding lurus dengan nilai
debit. Semakin besar debit maka semakin besar bilangan reynold
yang didapat. Dan nilai debit berbanding lurus dengan kecepatan
aliran, sehingga kecepatan aliran juga berbanding lurus dengan
bilangan reynold.
5.1.2 Nilai bilangan reynold hasil perhitungan yang digunakan untuk
mengklasifikasikan jenis aliran ternyata berbeda dengan
pengamatan, hal tersebut dikarenakan beberapa factor seperti
kesalahan pengamatan

5.2 Saran
Setelah dilakukan percobaan, didapat beberapa saran untuk
meningkatkan keakuratan data pada praktikum selanjutnya, yaitu:
5.2.1 Sebaiknya mempersiapkan terlebih dahulu alat yang akan digunakan
untuk praktikum dengan baik
5.2.2 Lebih teliti dalam mengamati aliran yang terbentuk di dalam pipa
5.2.3 Hati hati dalam melakukan praktikum dan jangan sampai alat
terguncang karena dapat menyebabkan aliran terganggu

25
DAFTAR PUSTAKA
Munson, Bruce R. 2009. Fundamental of Fluid Mechanics Sixth Edition.
Morgantown, USA: John Wiley & Son, Inc.
Pritchard, Philip J. 2011. Introduction to Fluid Mechanics Eighth Edition.
Hoboken: John Wiley & Son, Inc.
White, Frank M. 1991. Mekanika Fluida Jilid I Edisi Kedua. Jakarta: PT. Gelora
Aksara Pratama

26
LAMPIRAN
Berikut merupakan data hasil percobaan Reynold’s Apparatus yang
disajikan dalam bentuk tabel.

Q Q 𝜌 𝜇
d (m) A (m²) V (m/s) Re Jenis Aliran
(liter/jam) (m³/detik) (kg/m³) (Ns/m²)
30 0,0000083 0.0245 0.000471 0.017685 997 0.0008333 518.4141 Laminar
40 0,0000111 0.0245 0.000471 0.023581 997 0.0008333 691.2188 Laminar
50 0,0000139 0.0245 0.000471 0.029476 997 0.0008333 864.0235 Laminar
60 0,0000167 0.0245 0.000471 0.035371 997 0.0008333 1036.828 Laminar
70 0,0000194 0.0245 0.000471 0.041266 997 0.0008333 1209.633 Laminar
80 0,0000222 0.0245 0.000471 0.047161 997 0.0008333 1382.438 Laminar
90 0.0000250 0.0245 0.000471 0.053056 997 0.0008333 1555.242 Laminar
100 0,0000278 0.0245 0.000471 0.058952 997 0.0008333 1728.047 Laminar
110 0,0000305 0.0245 0.000471 0.064847 997 0.0008333 1900.852 Laminar
120 0,0000333 0.0245 0.000471 0.070742 997 0.0008333 2073.656 Laminar
130 0,0000361 0.0245 0.000471 0.076637 997 0.0008333 2246.461 Laminar
140 0,0000369 0.0245 0.000471 0.082532 997 0.0008333 2419.266 Turbulen
150 0,0000417 0.0245 0.000471 0.088427 997 0.0008333 2592.07 Turbulen
160 0,0000444 0.0245 0.000471 0.094323 997 0.0008333 2764.875 Turbulen
Turbulen
170 0,0000472 0.0245 0.000471 0.100218 997 0.0008333 2937.68
Terdifusi
Turbulen
180 0.0000500 0.0245 0.000471 0.106113 997 0.0008333 3110.484
Terdifusi
Turbulen
190 0,0000528 0.0245 0.000471 0.112008 997 0.0008333 3283.289
Terdifusi
200 0,0000556 0.0245 0.000471 0.117903 997 0.0008333 3456.094 Turbulen
Turbulen
210 0,0000583 0.0245 0.000471 0.123798 997 0.0008333 3628.899
Terdifusi
220 0,0000611 0.0245 0.000471 0.129694 997 0.0008333 3801.703 Turbulen
230 0,0000639 0.0245 0.000471 0.135589 997 0.0008333 3974.508 Turbulen
240 0,0000667 0.0245 0.000471 0.141484 997 0.0008333 4147.313 Turbulen
250 0,0000694 0.0245 0.000471 0.147379 997 0.0008333 4320.117 Turbulen

27
28

Anda mungkin juga menyukai