“Pengaruh Keberhasilan First Date dengan Metode Makan atau Nonton Terhadap Keberlanjutan
Hubungan Asmara”
Disusun Oleh
Agatha Sang Aorangi (X5/1)
Evline Hanita Florencia (X5/11)
Faustine Vassula Tioria Panjaitan (X5/12)
Giovanna Aminakaputri Sodo (X5/17)
Maria Eugenia Felice Yung (X5/24)
Richelle Marvella Hengky (X5/29)
Keberhasilan dari pembuatan laporan ini tentu didasarkan atas kerjasama dari kelompok dan juga tentu
atas dukungan dari guru kami yaitu Pak Priyan serta atas karunia Tuhan yang mengizinkan kami
mengerjakan laporan ini. Akhir kata, kami berharap agar Laporan ini kedepannya akan bermanfaat bagi
para pembaca serta bermanfaat bagi peneliti selanjutnya. Meskipun laporan ini tentu jauh dari kata
sempurna kiranya kami berharap agar laporan ini dapat memberikan manfaat bagi orang lain
Tim Peneliti
ABSTRAK
Sebelum melanjutkan hubungan yang lebih mendalam, pasti setiap pasangan melakukan first date
sebelum menentukan apakah hubungan akan lanjut atau tidak. Kencan pertama atau first date menjadi
momen yang penting untuk menentukan arah suatu hubungan antara berlanjut atau tidak. Dua orang yang
melakukan kencan untuk pertama kali bisa saling mengenal melalui momen ini untuk menemukan
kecocokan satu sama lain. Sayangnya, tidak semua kencan pertama berjalan sesuai rencana seperti yang
diharapkan karena sebagian di antaranya langsung kandas. Kemungkinan dari salah satu pihak buru-buru
menyudahi kencan atau ingin segera memutuskan komunikasi karena beberapa hal yang membuatnya
ilfeel atau hilangnya rasa ketertarikan. Hal ini tentunya tidak diinginkan siapa pun karena dianggap
melakukan hal yang sia-sia dan kebanyakan akan menjadi momen yang begitu sulit untuk dilakukan. Dari
hasil penelitian ini, kita akan mengetahui hal-hal yang harus dilakukan untuk melanjutkan hubungan
setelah first date. Selain itu, kita juga dapat mengetahui beberapa pendapat yang berasal dari murid-murid
kelas X sekolah SMA Regina Pacis Bogor sebagai responden penelitian kami. Pendapat yang diberikan
menimbulkan beberapa perbedaan, seperti langkah yang harus dilakukan untuk mencapai keberhasilan
dan keromantisan dalam kencan pertama. Sehingga kesimpulan yang kami bisa dapatkan bisa berbeda
dengan hipotesis yang kami perkirakan sebelumnya.
Sebagai orang muda, pasti kita sudah tidak asing dengan istilah ‘First Date’. First date atau dalam
bahasa Indonesia adalah kencan pertama merupakan sebuah langkah pertama seseorang untuk menjalin
hubungan. First date merupakan sebuah penentuan dimana seseorang tertarik pada pasangannya atau
tidak. Maka dari itu, kencan pertama adalah hal yang sangat penting, dimana kedua pasangan akan saling
berkenalan dan saling menilai satu sama lain. Kencan pertama ini juga menjadi momen bagi sebuah
pasangan untuk saling mengenal, mulai dari kesibukan sehari-hari, hobi, bahkan musik favoritnya
sekalipun.
Sudah banyak sekali artikel-artikel yang memunculkan ‘Do’s and Don'ts’ dalam menjalani first date
dengan lancar. Ada yang menyarankan untuk berkomunikasi dengan calon pasangan, ada juga yang
menyarankan untuk mengajak makan si calon gebetan. Banyak artikel juga yang membahas ide-ide
tempat yang sesuai untuk kesempatan kencan pertama ini. Dan yang paling sering dijadikan perdebatan
ialah, apa saja kegiatan yang sesuai untuk menjalankan first date ini?
Selain itu, disamping perdebatan mengenai kegiatan yang cocok untuk first date tersebut, berkembang
stereotip di kalangan anak muda bahwa berhasil atau tidaknya first date akan sangat berpengaruh terhadap
keberlanjutan hubungan asmara seseorang dengan partner kencannya. Banyak yang beranggapan bahwa
first date yang berjalan dengan lancar dapat membuat hubungan berpacaran kedepannya menjadi lebih
baik. Sebaliknya, first date yang tidak berjalan dengan lancar dianggap dapat membuat hubungan asmara
seseorang dengan pasangannya kandas seketika. Hal ini pun lantas membuat banyak anak muda yang
bimbang untuk melaksanakan first datenya karena khawatir akan berujung dengan perasaan kecewa/ilfeel
dari pacar/gebetannya setelah menjalankan first date. Maka dari itu, dengan penelitian kesuksesan first
date dan pengaruh/dampaknya terhadap keberlangsungan hubungan dengan partner kencannya.
1. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan first date baik dengan metode makan maupun
nonton?
2. Apa saja pengaruh/dampak dari menjalankan first date terhadap keberlangsungan hubungan asmara?
1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan first date baik dengan metode makan
maupun nonton.
2. Untuk mengetahui pengaruh/dampak dari menjalankan first date terhadap keberlangsungan hubungan
asmara.
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai pertimbangan bagi para remaja yang
ingin menjalankan first date dengan memerhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan first
date maupun pengaruh/dampak kedepannya setelah sebuah pasangan menjalankan first datenya.
BAB II
KERANGKA BERPIKIR
Secara umum, teori pertukaran sosial adalah teori bahwa suatu hubungan sosial memiliki unsur-unsur
penghargaan, pengorbanan, dan penghargaan yang saling berinteraksi. Teori ini menjelaskan bagaimana
orang memandang hubungan kita dengan orang lain berdasarkan persepsi mereka sendiri. Melawan
keseimbangan antara apa yang dimasukkan ke dalam suatu hubungan dan apa yang dikeluarkan dari suatu
hubungan. Jenis hubungan yang langgeng dan peluang untuk hubungan yang lebih baik dengan orang
lain. Lebih khusus lagi, teori pertukaran sosial adalah teori ilmu sosial berbasis ide bahwa hubungan
antara dua orang diciptakan melalui analisis biaya-manfaat. Teori pertukaran sosial bukan hanya teori,
tetapi juga kerangka kerja di mana para ahli teori dapat berdialog satu sama lain. Semua teori ini
didasarkan pada asumsi yang berbeda tentang sifat manusia dan sifat hubungan manusia. Sifat manusia
yang dimaksud dalam konteks ini adalah pertama-tama manusia yang sering menginginkan pahala dan
jauh dari hukuman.
Prinsip-prinsip teori pertukaran ini adalah (Wirawan, 2012: 174- 176):
1. Penelitian mengkaji unit analisis dan berperan penting dalam menjelaskan tatanan sosial dan individu.
2. Sebagai motif pertukaran, diasumsikan bahwa setiap orang memiliki keinginannya sendiri. Setiap orang
membutuhkan sesuatu, tetapi itu bukan tujuan bersama. Ini berarti bahwa orang melakukan transaksi
karena mereka dimotivasi oleh kombinasi tujuan dan keinginan yang unik.
3. Keuntungan atau manfaat berupa biaya yang dikeluarkan oleh seseorang yang menerima “imbalan”,
yang terkadang mengabaikan biaya yang dikeluarkan. Biaya dapat didefinisikan sebagai upaya yang
diperlukan untuk mencapai kepuasan ditambah imbalan untuk melakukan sesuatu. Benefit dapat diartikan
sebagai kepuasan atau imbalan yang diterima seseorang.
4. Penerimaan sosial adalah motivator yang memuaskan dan umum dalam sistem pertukaran. Tidak ada
batasan jumlah penghargaan, karena bersifat individual dan emosional. Penghargaan adalah penghargaan
dengan penerimaan sosial.
1. Orang-orang termotivasi untuk menyimpan sesuatu yang bernilai (hadiah) ketika mereka harus
menyerahkan sesuatu (biaya), menurut pekerjaan sosial.
2. Kami melanjutkan pertukaran sosial di mana mereka menerima lebih banyak manfaat daripada biaya.
3. Manfaat dan biaya dapat berupa manfaat materi atau bentuk lain seperti jam kerja atau fasilitas.
4. Mereka umumnya mengharapkan untuk menerima biaya yang sama dengan membayar biaya yang
sama (modal kerja).
5. Orang-orang putus ketika mereka percaya biayanya lebih besar daripada manfaatnya.
6. Ketika mengukur manfaat dan biaya, orang membandingkan harapan mereka, pengalaman masa lalu,
atau alternatif lain, seperti efek relasional.
2.1.2 TEORI DRAMATURGI
Goffman dalam bukunya yang berjudul “The Presentational of Self in Everyday Life” memperkenalkan
konsep dramaturgi yang bersifat penampilan teateris. Banyak ahli mengatakan bahwa dramaturgi
Goffman ini berada di antara tradisi interaksi simbolik dan fenomenologi. Interaksionisme simbolik
mengandung inti dasar pemikiran umum tentang komunikasi dan masyarakat. Pada dasarnya interaksi
manusia menggunakan simbol-simbol, cara manusia menggunakan simbol, merepresentasikan apa yang
mereka maksudkan untuk berkomunikasi dengan sesamanya. Itulah interaksi simbolik dan itu pulalah
yang mengilhami perspektif dramaturgis.
Dramaturgi menekankan dimensi ekspresif atau impresif aktivitas manusia, yakni bahwa makna
kegiatan manusia terdapat dalam cara mereka mengekspresikan diri dalam interaksi dengan orang lain
yang juga ekspresif. Oleh karena perilaku manusia bersifat ekspresif inilah maka perilaku manusia
bersifat dramatik. Pendekatan dramaturgis Goffman berintikan pandangan bahwa ketika manusia
berinteraksi dengan sesamanya, ia ingin mengelola pesan yang ia harapkan tumbuh pada orang lain
terhadapnya. Untuk itu, setiap orang melakukan pertunjukan bagi orang lain. Kaum dramaturgis
memandang manusia sebagai aktor-aktor di atas panggung metaforis yang sedang memainkan
peran-peran mereka.
Dalam perspektif dramaturgis, kehidupan ini ibarat teater, interaksi sosial yang mirip dengan
pertunjukan diatas panggung, yang menampilkan peran-peran yang dimainkan para aktor. Untuk
memainkan peran tersebut, biasanya sang aktor menggunakan bahasa verbal dan menampilkan perilaku
nonverbal tertentu serta mengenakan atribut-atribut tertentu, misalnya kendaraan, pakaian dan aksesoris
lainnya yang sesuai dengan perannya dalam situasi tertentu. Aktor harus memusatkan pikiran agar dia
tidak keseleo-lidah, menjaga kendali diri, melakukan gerak-gerik, menjaga nada suara dan
mengekspresikan wajah yang sesuai dengan situasi.
Menurut Goffman kehidupan sosial itu dapat dibagi menjadi “wilayah depan” (front region) dan
“wilayah belakang” (back region). Wilayah depan merujuk kepada peristiwa sosial yang menunjukan
bahwa individu bergaya atau menampilkan peran formalnya. Mereka sedang memainkan perannya di atas
panggung sandiwara di hadapan khalayak penonton. Sebaliknya wilayah belakang merujuk kepada tempat
dan peristiwa yang yang memungkinkannya mempersiapkan perannya di wilayah depan. Wilayah depan
ibarat panggung sandiwara bagian depan (front stage) yang ditonton khalayak penonton, sedang wilayah
belakang ibarat panggung sandiwara bagian belakang (back stage) atau kamar rias tempat pemain
sandiwara bersantai, mempersiapkan diri, atau berlatih untuk memainkan perannya di panggung depan.
Goffman mengasumsikan bahwa ketika orang-orang berinteraksi, mereka ingin menyajikan suatu
gambaran diri yang akan diterima orang lain. Ia menyebut upaya itu sebagai “pengelolaan pesan”
(impression management), yaitu teknik-teknik yang digunakan aktor untuk memupuk kesan-kesan
tertentu dalam situasi tertentu untuk mencapai tujuan tertentu.
2.9 HIPOTESIS
1. Terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan first date, seperti komunikasi yang
dibangun, gift/hadiah yang diberikan, serta sikap yang ditunjukkan selama menjalankan first date.
2. Berhasil/tidaknya first date yang dijalankan dapat mempengaruhi keberlanjutan hubungan asmara
seseorang dengan partner kencannya.
BAB III
PEMBAHASAN
4.1 KESIMPULAN
Berdasarkan data-data yang telah kita kumpulkan melalui gform,dapat disimpulkan bahwa :
Pada zaman sekarang, Gen Z atau remaja saat ini sangat mementingkan sekali yang namanya "First
Impression" dalam melakukan kegiatan First Date dengan orang spesialnya. First Date adalah kegiatan
yang dilakukan oleh kegiatan yang dilakukan oleh dua orang untuk menentukan suatu hubungan bakal
berlanjut atau tidak. Dan dengan mengadakan First Date itu akan menentukan apakah kedua orang
tersebut saling cocok dengan satu sama lain atau tidak.
First Date dapat dilakukan dengan berbagai cara,antara lain makan,menonton dan masih banyak lagi. First
Date yang dilakukan akan menghasilkan dampak yang berbeda,apabila First Date tersebut berhasil maka
akan membuat hubungan pancaran/pdkt dua orang menjadi lebih baik. Namun sebaliknya,apabila First
Date tersebut tidak berhasil maka akan membuat hubungan tersebut canggung.
Berdasarkan penelitian yang kami dilakukan,hipotesis awal kami adalah "Terdapat banyak faktor yang
dapat mempengaruhi keberhasilan first date, seperti komunikasi yang dibangun, gift/hadiah yang
diberikan, serta sikap yang ditunjukkan selama menjalankan first date." dapat kami nyatakan bahwa tidak
benar, berdasarkan faktor komunikasi yang dibangun terdapat 97,7% yang setuju. Bagian faktor hadiah
yang diberikan terdapat dua jawab yang mencolok yaitu sekitar 37,2% yang ragu-ragu dan 37,2% yang
setuju. Dan faktor sikap (first impression) terdapat sekitar 46,9% yang setuju.
Dan untuk hipotesis alternatif kita yaitu "Berhasil/tidaknya first date yang dijalankan dapat
mempengaruhi keberlanjutan hubungan asmara seseorang dengan partner kencannya." dapat kami
nyatakan bahwa itu masih dipertanyakan. Karena berdasarkan data terdapat mayoritas responden kami
yang menjawab ragu-ragu dengan presentase sekitar 38,3%.
4.2 SARAN
Setelah kita menganalisis data penelitian yang terkait dengan “Pengaruh Keberhasilan First Date dengan
Metode Makan atau Nonton Terhadap Keberlanjutan Hubungan Asmara” ,kami dapat memberikan saran
kepada beberapa pihak yaitu :
a.) Bagi para remaja / Gen Z :
Setelah melakukan peneletian data mengenai “Pengaruh Keberhasilan First Date dengan Metode Makan
atau Nonton Terhadap Keberlanjutan Hubungan Asmara” kami dapat sarankan bagi kalian untuk
menggunakan metode makan,karena berdasarkan data terlihat sekitar 53,1% yang memilih first datenya
dengan metode makan karena dengan metode makan dapat meningkatkan hubungan dengan komunikasi
yang dibangun dan hadiah yang diberikan.