Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Packer test Packer test merupakan metoda pengujian permeabilitas
dengan prinsip close-end atau tertutup. Packer merupakan suatu peralatan
yang dapat digunakan untuk membentuk suatu sistem penyekat di dalam
lubang bor, sehingga dapat membatasi bagian-bagian tanah/batuan yang akan
diuji (Gambar 5). Syarat dapat dilakukannya packer test adalah lapisan yang
diuji merupakan formasi batuan yang kompak dan padat. Adapun tujuan dari
metode pengujian ini adalah untuk memperoleh konduktivitas hidraulik dan
nilai Lugeon.
Syarat dapat dilakukannya packer test adalah lapisan yang diuji
merupakan formasi batuan yang solid. Pengujian packer test dilakukan dengan
metoda single packer, dimana pengujian dilaksanakan bersamaan dengan
kemajuan pemboran setiap kedalaman 5 meter pada litologi batuan yang solid,
dalam hal ini di lapangan ditemukan batulempung. Sebelum pelaksanaan,
peralatan packer udara dicoba terlebih dahulu dipermukaan. Uji coba
bertujuan untuk melihat efek tekanan udara pada sifat mengembang packer.
Packer yang digunakan di lapangan merupakan packer built-up, penggunaan
packer lokal dihindarkan karena sangat rawan terhadap kebocoran pada saat
diberikan tekanan air tertentu pada packer. Selain itu sifat mengembang packer
built-up dapat jauh lebih besar bahkan lebih dari 8 kali diameter awalnya.
Kondisi tersebut sangat ideal karena akan memberikan tekanan lateral yang
jauh lebih besar dan dapat mencegah terjadinya kebocoran.
Pada awal pengujian setelah keseluruhan stang bor dan core barrel
diangkat dari dalam lubang bor, segera dilakukan pengukuran muka air tanah.
Selanjutnya peralatan packer dimasukkan kedalam lubang bor. Apabila
digunakan packer udara maka selang udara dimasukkan dan diikat secara hatihati pada pipa pengantar. Pada ujung pipa pengantar dipasang pipa dengan
nozzle untuk mengalirkan air ke dalam lubang yang diuji.

Uji Slake Durability merupakan salah satu pengujian sifat mekanik


material geologi untuk menentukan dan mengetahui ketahanan

batuan

terhadap proses disintegrasi melalui standar putaran pada kondisi basah dan
kering. Pengetahuan tentang kekuatan material sangat diperlukan

untuk

menindaklanjuti masalah-masalah yang berhubungan dengan stabilitas


massa dari material tersebut.
Gaya-gaya
cenderung

yang

bekerja

pada

suatu

massa

materi

geologi

akan menyebabkan timbulnya suatu ketidakstabilan (instability)

pada daerah dimana massa materi geologi tersebut berada, yang pada titik
kulminasi akan terjadi

failure envelope. Dalam prakteknya, seringkali

dianggap bahwa mekanisme keruntuhan (failure) akan terjadi pada titik-titik di


sepanjang daerah yang tidak stabil (sebagai suatu asumsi maupun yang dapat
diketahui atau dapat diidentifikasi secara langsung di lapangan). Uji ketahanan
batuan ini dapat mencerminkan resistivitas batuan terhadap pelapukan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu pengujian lapangan Packer Test ?
2. Bagaimana mekanisme pengujian lapangan Packer Test ?
3. Manfaat pengujian lapangan Packer Test ?
4. Apa pengujian laboratorium Slake Durability ?
5. Bagaimana mekanisme pengujian laboratorium Slake Durability ?
6. Manfaat pengujian laboratorium Slake Durability ?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini ialah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Mekanika Batuan, sekaligus mencari referensi mengenai Pengujian Lapangan
dan Laboratorium : Packer Test dan Slake Surability.

1.4 Manfaat Penulisan


1. Mengetahui pengujian lapangan Packer Test dari definisi, mekanisme
pengujian lapangan dan manfaat dari pengujian Packer Test.
2. Mengetahui pengujian laboratorium terkait Slake Durability dari definisi,
pengujian di lapangan dan manfaat dari pengujian.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengujian Lapangan Packer Test
Tes Packer, merupakan metode pengujian in-situ banyak digunakan
untuk memperkirakan konduktivitas hidrolik rata dari massa batuan.

Tes

ini

dinamai Maurice Lugeon (1933), seorang ahli geologi Swiss yang

pertama kali merumuskan tes ini. Pada dasarnya, Tes Packer ini adalah tes
kepada costant jenis permeabilitas dilakukan
lubang

bor.

Hasil

penelitian

ini

di

bagian

terisolasi dari

memberikan informasi tentang

condictivuty hzdraulic dari massa batuan termasuk matriks batu dan


diskontinuitasnya.
Packer merupakan suatu peralatan yang dapat digunakan untuk
membentuk suatu sistem seal di dalam lubang bor, sehingga dapat
membatasi

bagian

bagian tanah/batuan yang akan diuji. Pengujian ini

dilakukan dengan menyuntikkan air bertekanan ke dalam batuan melalui


dinding lubang bor dengan menggunakan alat packer.
Syarat dapat dilakukannya packer test adalah lapisan yang diuji
merupakan formasi batuan yang kompak dan padat. Sifat lulus air batu atau
tanah adalah kemampuan batu atau tanah mengalirkan air melalui rongga antar
butir dan atau diskontinuitas. Diskontinuitas adalah bidang atau celah yang
menyebabkan batu bersifat tidak menerus, anataralain berupa pelapisan, kekar,
dan sesar; Koefisien kelulusan air (k) adalah angka yang menunjukkan
kemampuan batu atau tanah mengalirkan air dan dinyatakan dalam satuan
panjang dibagi satuan waktu (cm/detik).

2.2 Mekanisme Pengujian Packer Test


Pengujian dilakukan dengan menyuntikkan air bertekanan ke dalam
batuan melalui dinding lubang bor dengan menggunakan alat packer. Hasil
pengujian berupa koefisien kelulusan air batuan yang digunakan sebagai
parameter untuk analisis rembesan air dan perkiraan pemilihan tipe injeksi
untuk menurunkan koefisien kelulusan air batuan atau untuk meningkatkan
kuat geser batuan. Panjang packer minimal harus lima kali diameter lubang
dan berupa jenis alat yang berkembang secara pneumatik, hidraulik atau
mekanik. Hal-hal yang perlu diperhatikan ialah seperti berikut :

(a) Jika digunakan packer pneumatik atau hidraulik, maka peralatan harus
dilengkapi dengan sumber tekanan udara atau air yang dihubungkan
melalui alat ukur tekanan ke packer melalui pompa bertekanan tinggi;
(b) Sistem pipa pada packer dirancang agar pengujian dapat dilakukan baik di
ruang antara dua packer (atas dan bawah) maupun ruang di bawah packer
bagian bawah;
(c) Packer agar dipasang secara terpisah antara 0,6;1,5 atau 3 m untuk
memberikan fleksibilitas uji dan mempunyai rangkaian dengan adanya
perbedaan jarak packer, sehingga berlaku uji dengan perbedaan panjang
lubang. Jarak yang lebih besar digunakan untuk batuan yang lebih
homogen, dan jarak yang lebih pendek digunakan untuk uji masingmasing patahan yang dapat menyebabkan kehilangan air yang tinggi
kecuali pada lapisan yang rapat;
(d) Metode berikut ini agar dilakukan pada batuan yang tidak berpotensi
mengalami pelekukan (cave-in). Setelah lubang bor selesai dibuat, lalu
dibilas dan dicuci dengan air jernih. Kemudian, alat uji dimasukkan ke
dalam lubang sampai puncak packer berada pada puncak batuan yang akan
diuji. Lalu kedua packer dikembangkan dan air bertekanan disuntikkan ke
dinding batuan antara packer dan di bawah packer bagian bawah;
(e) Pengamatan terhadap hubungan antara waktu dengan volume air pompa
pada tekanan yang berbeda harus dicatat. Untuk penyelesaian uji, alat
diturunkan pada jarak sama dengan jarak antara packer dan uji yang
diulangi. Prosedur ini dilanjutkan sampai seluruh panjang lubang telah
diuji atau sampai tidak terjadi kehilangan air dalam lubang di bawah
packer bawah;
(f) Pada batuan yang berpotensi mengalami pelekukan (cave-in), uji tekanan
dilakukan setelah setiap pemasukan lubang mencapai panjang yang sama
dengan panjang batuan maksimum tidak terlindung (unsupported) yang
diijinkan atau jarak antara packer dan dipilih yang lebih kecil. Dalam hal
ini, pengujian hanya berlaku pada zona antara packer;
(g) Dalam pengujian tekanan berlebih di atas muka air pisometer alami agar
dijaga tidak melebihi 23 kPa per meter tanah atau batuan di atas tekanan
overburden pada packer bagian atas. Batasan ini untuk menjaga

kemungkinan penyembulan dan kerusakan pada fondasi. Setiap tekanan


harus diatur setelah mencapai 10 menit atau sampai kecepatan aliran
seragam (diambil yang lebih lama);
(h) Jika kecepatan aliran seragam tidak tercapai dalam waktu yang ditentukan,
maka batasan pengujian harus diupayakan oleh tenaga ahli teknik.
Kuantitas aliran untuk setiap tekanan harus dicatat pada interval waktu 1; 2
dan 5 menit dan untuk setiap interval waktu 5 menit berikutnya. Untuk
penyelesaian uji tekanan pada 100; 200 dan 300 kPa harus dikurangi pada
200 dan 100 kPa masing-masing dan kecepatan aliran dan waktu kejadian
harus dicatat sekali lagi dengan cara yang sama;
(i) Jika kurva aliran versus tekanan berbentuk cekung (konkav) ke atas, maka
hal ini menunjukkan adanya bukaan membesar dan jika cembung (konvex)
menunjukkan adanya bukaan tersumbat;
(j) Data tambahan yang diperlukan untuk setiap uji adalah sebagai berikut :
i) kedalaman lubang pada waktu uji masing-masing,
ii) kedalaman sampai dasar packer atas,
iii) kedalaman sampai puncak packer bawah,
iv) kedalaman sampai muka air dalam lubang pada interval yang berurutan
(hal ini penting karena kenaikan muka air dalam lubang bor dapat
menunjukkan bocoran sekeliling packer atas, serta bocoran sekeliling
packer bawah akan diperlihatkan oleh air yang naik dalam pipa dalam),
v) elevasi muka air pisometer,
vi) panjang bagian uji,
vii) jari-jari packer;
viii) panjang packer,
ix) tinggi alat ukur tekanan di atas permukaan tanah,
x) tinggi swivel air di atas permukaan tanah,
xi) deskripsi material uji.
2.2.1

Persiapan
Lakukan persiapan pengujian kelulusan air bertekanan sebagai berikut.

a. Periksa dan persiapkan peralatan unit mesin bor, injeksi dan


mesin pompa dalam kondisi laik pakai dan siap pakai termasuk
bahan bakar, air pembilas dan peralatan tambahan lainnya seperti
alat ukur waktu dan alat duga muka air tanah.
b. Bersihkan dan ratakan permukaan tanah di sekitar lokasi pekerjaan
sehingga unit mesin bor dan pompa pada permukaan tanah yang
datar.
c. Pasang dan rangkaikan unit mesin bor dengan selang-selang
swifel air, termasuk landasan mesin bor.
2.2.2

Pekerjaan pengeboran
Lakukan pekerjaan pengeboran sebagai berikut :
a. Jalankan mesin bor dan operasikan mesin bor dan lakukan
pengeboran inti hingga kedalaman yang diinginkan.

b. Kemajuan pengeboran dicatat untuk setiap panjang pengeboran.


c. Inti bor yang dapat diambil, dicatat panjangnya kemudian
dihitung persentasi terhadap panjang pengeboran.
d. Simpan inti bor pada peti contoh batuan, disusun sesuai dengan
nomor titik pengeboran dan kedalaman pengeboran.
e. Bersihkan dan bilas dasar lubang bor dengan air bersih.
f. Ukur kedalaman muka air tanah pada lubang tersebut, setelah
muka air tanah ini dalam keadaan seimbang dan tanpa pengaruh
air pembilas atau air lainnya yang masuk ke dalam lubang bor.
g. Pasang pipa pelindung pada lubang bor yang mudah runtuh.

2.2.3

Penentuan tekanan maksimum


Tekanan maksimum yang diijinkan terbaca pada manometer
dalam pengujian kelulusan air bertekanan tergantung pada kedalaman
lubang bor, yaitu sebesar 0,23 dari tekanan akibat berat tanah di atas
elevasi alat penyekat. Tekanan total yang digunakan dalam
perhitungan adalah tekanan maksimum ditambah dengan tekanan
akibat tekanan tinggi muka air tanah yang berada di atas alat penyekat
tersebut.

2.2.4

Pengujian kelulusan air


Lakukan pekerjaan pengujian kelulusan air sebagai berikut.
a. Pasang dan rangkai unit injeksi dengan pompa tekan, bak air dan
baipas pada lubang bor.

b. Rangkai peralatan penyekat dengan unit injeksi dan peralatan


lainnya.
c. Pasang peralatan penyekat ke dalam lubang bor dengan
panjang lubang uji antara (1,50 s.d. 5,0) meter sesuai kedalaman
yang diinginkan seperti rangkaian
d. Kembangkan alat penyekat dengan memompa udara atau air
kedalam karet penyekat atau dikembangkan secara mekanis
dengan ulir.
e. Alirkan air kedalam lubang bor dengan tekanan awal 1/3 dari
tekanan maksimum dengan cara mengatur keran
f. Lakukan pembacaan aliran air hingga diperoleh nilai aliran
yang

seragam

melalui meteran air maksimum selama 10

menit. Jika aliran seragam tidak diperoleh dalam waktu yang


ditentukan, batasan pengujian harus ditetapkan oleh tenaga ahli.

10

g. Adapun pemberian tekanan selama pengujian pada tiap tahap


tekanan adalah 1/3, 2/3, 1, 2/3 dan 1/3 dari tekanan maksimum
yang ditentukan.
h. Lakukan pengamatan rembesan atau bocoran yang timbul di
sekeliling pipa lindung dan sambungan pipa injeksi selama
pengujian dilaksanakan.

2.2.5

Pencatatan Data
Data yang perlu dicatat pada uji kelulusan air bertekanan,
adalah sebagai berikut.
a. Nama proyek, lokasi, hari, tanggal pengujian.
b. Nomor lubang bor, diameter lubang bor, deskripsi jenis
lapisan lubang bor.
c. Kedalaman lubang pada waktu uji masing-masing.
d. Elevasi penyekat atas dan bawah.
e. Elevasi muka air tanah.
f. Panjang lubang uji.
g. Jari-jari alat penyekat.
h. Tinggi alat ukur tekanan di atas permukaan tanah.
i. Tinggi swivel air di atas permukaan tanah.
j. Cara pemasangan alat penyekat.
k. Lama pengujian, pembacaan manometer dan
pembacaan meteran air.
l. Kondisi cuaca.
m. Tim pengujian dan penanggung jawab.

11

2.3 Manfaat Pengujian Lapangan Packer Test


Packer test merupakan metoda pengujian permeabilitas dengan prinsip
close-end atau tertutup. Packer merupakan suatu peralatan yang dapat
digunakan untuk membentuk suatu sistem penyekat di dalam lubang bor,
sehingga dapat membatasi bagian-bagian tanah/batuan yang akan diuji
(Gambar 5). Syarat dapat dilakukannya packer test adalah lapisan yang diuji
merupakan formasi batuan yang kompak dan padat. Adapun tujuan dari
metode pengujian ini adalah untuk memperoleh konduktivitas hidraulik dan
nilai Lugeon. Beberapa pengertian yang berkaitan dengan metode pengujian
ini :
a. sifat lulus air batu atau tanah adalah kemampuan batu atau tanah
mengalirkan air melalui rongga antar butir dan atau diskontinuitas;
b. diskontinuitas adalah bidang atau celah yang menyebabkan batu bersifat
tidak menerus, antara lain berupa perlapisan, kekar, dan sesar;
c. koefisien kelulusan air (k) adalah angka yang menunjukkan kemampuan

batu atau tanah mengalirkan air dan dinyatakan dalam satuan panjang
dibagi satuan waktu (cm/detik);
d. satu Lugeon (1 Lu) adalah banyaknya air dalam liter per menit yang masuk
ke dalam batu atau tanah melalui lubang bor sepanjang satu meter dengan
tekanan 10 bar (1 bar = 1,0197 kg/cm2 ).
e. Penentuan

nilai

Lugeon

Perhitungan

uji

kelulusan

air

dengan

menggunakan tekanan yang bervariasi dapat menghasilkan nilai Lugeon


yang berbeda, tergantung pada kondisi aliran air yang terjadi dalam tanah
atau batuan yang diuji. Grafik aliran air yang dibuat berdasarkan data hasil
uji kelulusan air bertekanan yang merupakan hubungan tekanan p dan
debit aliran air Q/L dimaksudkan antara lain untuk mengetahui: - Perilaku
tanah atau batuan yang diuji dengan cara injeksi air pada tekanan tertentu Kondisi aliran air yang terjadi dalam tanah atau batuan tersebut dapat
berupa kondisi laminer, turbulen, dilasi, pengikisan dan penyumbatan.
Perhitungan nilai Lugeon dilakukan dengan formula sebagai berikut:

12

Keterangan :
Lu = adalah nilai Lugeon;
Q = adalah debit air yang masuk (liter/menit) melalui lubang
bor berukuran NX yaitu berdiamater 75,7 mm;
p

= adalah tekanan uji, (kg/cm2);

(p = pm+ps dengan pm adalah tekanan manometer dan ps adalah


h tinggi tekanan air yang telah dikonversikan ke dalam satuan
kg/cm2);
L

= adalah panjang bagian yang diuji, (m);

V
= adalah volume air yang diinjeksikan, (liter) ke dalam
lubang bor berukuran NX yaitu berdiamater 75,7 mm;
t

= adalah waktu (menit)


Dalam hal ini aliran air berupa aliran laminer bila nilai Lugeon dari

setiap tahapan memberikan nilai yang mendekati sama. Aliran turbulen


terjadi bila nilai Lugeon yang diperoleh pada tekanan puncak lebih kecil
dari pada nilai Lugeon yang diperoleh dari kedua tahapan tekanan yang
lebih rendah dan juga nilai Lugeon yang diperoleh pada setiap tahapan
yang lebih rendah dari tekanan puncak baik tahapan peningkatan dan pada
tahapan penurunan memperoleh nilai Lugeon yang hampir sama. Bila nilai
Lugeon yang dilakukan pada tekanan puncak lebih tinggi dari nilai Lugeon
pada kedua tekanan lebih rendah dan nilai Lugeon pada kedua tekanan
yang lebih rendah ini memiliki nilai yang hampir sama, aliran ini disebut
aliran dilasi.
Nilai Lugeon yang dilakukan pada setiap tekanan dari kelima
tahapan tekanan baik saat peningkatan tekanan maupun penurunan tekanan
memberikan nilai Lugeon yang terus meningkat, pada tahap tekanan
terakhir dengan tekanan yang terendah diperoleh nilai Lugeon yang
terbesar, aliran ini disebut aliran pengikisan. Aliran penyumbatan terjadi
pada suatu aliran dengan nilai Lugeon memberikan nilai yang bertambah

13

kecil pada tahapan tekanan baik tahapan peningkatan maupun tahapan


penurunan, sehingga nilai Lugeon diakhir pengujian diperoleh nilai
Lugeon yang terkecil (Tabel 1).
Interpretasi aliran air berdasarkan nilai Lugeon diantaranya adalah:
- dilasi : pelebaran rekahan sementara akibat tekanan tertentu pada saat
pengujian kelulusan air bertekanan
- pengikisan : pelebaran rekahan akibat hilangnya material pengisi atau
akibat kikisan pada saat pengujian kelulusan air bertekanan
- penyumbatan : pengisian/penyumbatan rekahan oleh material pada saat
pengujian kelulusan air bertekanan
2.4 Pengujian laboratorium Slake Durability
Evaluasi ketahanan batuan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor alami,
seperti cuaca musiman dan siklus ulang temperatur (misalnya aliran air,
pembasahan dan pengeringan, kegiatan gelombang, pembekuan dan
pencairan, dan lain-lain). Oleh karena itu, sebaiknya dilakukan uji ketahanan
bahan. Prinsip dasar uji ketahanan adalah cara empirik dan hasilnya
merupakan petunjuk atau indikasi ketahanan batuan terhadap proses alami.
Perilaku batuan dalam aplikasi sebenarnya dapat berbeda dengan hasil uji.
Oleh karena itu, uji Ketahanan batuan merupakan cara uji mutu yang handal
dan terpercaya. Selain hasil uji ini, kesesuaian berbagai jenis batuan dan
penggunaannya bergantung pada kinerja aplikasi awal. Sebagai contoh
penggunaan uji ketahanan batuan adalah pada evaluasi serpih dalam
bendungan urugan batuan
Uji ketahanan (slake durability test) dan One dimensional swelling
strain indeks, Pengetahuan tentang kekuatan material

(tanah

maupun

batuan) sangat diperlukan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang


berhubungan dengan stabilitas massa dari material tersebut.

14

Adanya gaya-gaya yang bekerja pada suatu massa materi geologi


cenderung akan menyebabkan timbulnya suatu ketidakstabilan (unstability)
pada

daerah dimana massa

materi

geologi tersebut berada. Dalam

prakteknya, seringkali dianggap bahwa mekanisme keruntuhan (failure) akan


terjadi pada titik-titik di sepanjang daerah yang tidak stabil (sebagai suatu
asumsi maupun yang dapat diketahui atau dapat diidentifikasi secara langsung
di lapangan). Hasil uji ketahanan batuan akan mencerminkan tingkat
kemudahan batuan untuk mengalami pelapukan.
2.5 Mekanisme Pengujian Laboratorium Slake Durability
Tujuan uji tahan lekang batuan adalah untuk mengetahui ketahanan
serpih atau batuan lunak lainnya yang mengalami siklus pembasahan dan
pengeringan. Uji ini dapat dilakukan dengan mengacu pada standar uji SNI
03-3406 atau ASTM D 4644. Uraian prosedur dan penjelasan uji adalah
sebagai berikut.
a. Prosedur uji
1. Fragmen kering batuan yang diketahui beratnya ditempatkan dalam
tabung fabrikasi dengan selimut kawat jaring berbentuk bujur sangkar
selebar 2,0 mm.
2. Tabung diputar dalam posisi horisontal sepanjang sumbu memanjang,
sementara bagian yang terendam dalam air suling untuk pembasahan
contoh.

15

3. Benda uji dan tabung dikeringkan pada akhir siklus rotasi (10 menit
pada 20 rpm) lalu ditimbang.
4. Setelah dua siklus putaran dan pengeringan, kehilangan berat serta
bentuk dan ukuran fragmen batuan yang tertinggal dicatat dan indeks
ketahanan lekangnya (SDI = slake durability index) dihitung.
5. Kedua faktor SDI dan deskripsi bentuk dan ukuran butiran yang
tertinggal digunakan untuk menentukan ketahanan batuan lunak.
Skema alat uji diperlihatkan pada Gambar 70.
b. Penjelasan umum
1. Uji ini dilakukan secara khusus pada batuan serpih dan batuan lunak
lainnya, yang dipengaruhi degradasi dalam kondisi lingkungan.
2. Jika serpih baru saja terbuka dalam kondisi udara atmosfir, akan cepat
mengalami degradasi dan mempengaruhi stabilitas urugan batuan dari
tiang bor sebelum penempatan beton

16

2.6 Manfaat Pengujian Laboratorium Slake Durability


Uji Slake Durability adalah suatu pengujuan yang bertujuan
untuk melihat pengaruh pelapukan terhadap batuan. Namun, mekanisme yang
terlibat di dalam uji slake durability belum benarbenar dipahami.Mekanisme p
ergerakan batuan di dalam apparatus telah dimengertu,namun

efek

dari

pelapukan masih belum diketahui.


Franklin dan Chandra mengindikasikan bahwa mekanis yang terdapat
di dalam uji durabilitas adalah akibat adanya pertukaran ion dan tekanan
kapiler. Dengan durasites yang hanya berlangsung selama 10 menit, proses
pembasahanmungkinhanya terjadi dibeberapa bagian batuan, terutama di perm
ukaan, tapidengan kecepatan rotasi dan ketinggian air maka hampir seluruh
bagian batuan menjadi basah.
Perhitungan indeks durabilitas slake (siklus kedua), dapat dinyatakan

BAB III
17

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tes Packer, merupakan metode pengujian in-situ banyak digunakan
untuk memperkirakan konduktivitas hidrolik rata dari massa batuan.
Tes

ini

dinamai Maurice Lugeon (1933), seorang ahli geologi Swiss yang

pertama kali merumuskan tes ini. Pada dasarnya, Tes Packer ini adalah tes
kepada costant jenis permeabilitas dilakukan
lubang

bor.

Hasil

penelitian

ini

di

bagian

terisolasi dari

memberikan informasi tentang

condictivuty hzdraulic dari massa batuan termasuk matriks batu dan


diskontinuitasnya.
Uji ketahanan (slake durability test) dan One dimensional swelling
strain indeks, Pengetahuan tentang kekuatan material

(tanah

maupun

batuan) sangat diperlukan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang


berhubungan dengan stabilitas massa dari material tersebut.
Adanya gaya-gaya yang bekerja pada suatu massa materi geologi
cenderung akan menyebabkan timbulnya suatu ketidakstabilan (unstability)
pada

daerah dimana massa

materi

geologi tersebut berada. Dalam

prakteknya, seringkali dianggap bahwa mekanisme keruntuhan (failure) akan


terjadi pada titik-titik di sepanjang daerah yang tidak stabil (sebagai suatu
asumsi maupun yang dapat diketahui atau dapat diidentifikasi secara langsung
di lapangan). Hasil uji ketahanan batuan akan mencerminkan tingkat
kemudahan batuan untuk mengalami pelapukan.
3.2 Saran
Agar pengujian lapangan dan laboratorium mengenai Packer Test dan
Slake Durability dapat dilaksanakan pada kegiatan perkuliahan, agar teori yang
didapatkan dapat diaplikasikan di lapangan.

DAFTAR PUSTAKA
18

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=87377&val=4548.

Diakses

pada 3 Juni 2016


http://dokumen.tips/documents/dasar-teori-dan-tujuandocx.html. Diakses pada 3
Juni 2016
PENENTUAN KOEFISIEN HIDRAULIK PADA TAPAK NSD, SERPONG,
BERDASARKAN METODA UJI PERMEABILITAS IN-SITU Heri
Syaeful(1), Sucipta(2) (1)Pusat Pengembangan Geologi Nuklir-BATAN,
(2)Pusat

Teknologi

Limbah

Radioaktif-BATAN

Email

syaeful@batan.go.id, scipta@batan.go.id. Diakses pada 3 Juni 2016


Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang Cara uji kelulusan air bertekanan di
lapangan merupakan revisi dari SNI 03-2411-1991. Diakses pada 3 Juni
2016
http://pip2bdiy.com/nspm/Pd%20T-04-2005-A.pdf

Pedoman

penyelidikan

geoteknik untuk fondasi bangunan air Volume II : Pengujian lapangan dan


laboratorium. Diakses pada 3 Juni 2016
https://id.scribd.com/doc/311111706/Slake-Durability-New

DhonyPranata.

Diakses pada 3 Juni 2016

19

Anda mungkin juga menyukai