Anda di halaman 1dari 7

PERMEABILITAS

Kemampuan fluida untuk mengalir melalui medium yang berpori adalah suatu sifat teknis yang
disebut permeabilitas (Bowles, 1991). Permeabilitas juga dapat didefinisikan sebagai sifat bahan
yang memungkinkan aliran rembesan zat cair mengalir melalui rongga pori (Hardiyatmo, 2001).

Permeabilitas adalah kemampuan batuan reservoir untuk dapat meloloskan fluida reservoir melalui
pori batuan yang saling berhubungan tanpa merusak partikel pembentuk batuan tersebut. jadi
permeabilitas merupakan tingkat kemudahan mengalirnya fluida melalui pori-pori batuan.

Cara penentuan permeabilitas adalah :

1) Dengan permeameter, suatu alat pengukur yang mempergunakan gas.

2) Dengan penaksiran kehilangan sirkulasi dalam pemboran.

3) Dari kecepatan pemboran

4) Berdasarkan test produksi terhadap penurunan tekanan dasar lubang (bottom-hole pressure-
decline).

ALAT DAN METODE PENGUKURAN PERMEABILITAS


Pengukuran permeabilitas batuan dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya :

a. Analisa Core yaitu melakukan intepretasi terhadap sampel core batuan formasi reservoir.

b. Analisa Log yaitu melalui hasil data atau chart Log yang didapat dari running Logging. biasanya yang
digunakan yaitu Log Spontaneus Pontential (SP) dan bisa di inteprestasikan dengan hasil dari Log lainnya.

c. Pengujian Sumur (Well Test)

Uji Permeabilitas di Lapangan


Ada beberapa metode pengujian permeabilitas yang telah banyak dikembangkan dan ada
tiga metode yang lazim digunakan untuk keperluan perencanaan pembangunan bendungan
yaitu : metode pengujian legeon, metode sumur pengujian dan metode pengujian pada
lubang bor (Sosrodarsono, 1977).

1. Constant Head Permeameter


Metoda constant head merupakan metoda pengujian permeabilitas terbuka (open end),
dimana infiltrasi air kedalam formasi tanah/batuan dilakukan tanpa tekanan atau bantuan
pompa. Metoda ini dilakukan apabila tanah diperkirakan mempunyai konduktivitas hidraulik
yang cukup besar, dan pada litologi yang tidak terkonsolidasi Prinsip utama dalam constant
head adalah mempertahankan level air secara konstan sehingga dengan persamaan dapat
dihitung nilai koefisien konduktivitas hidrauliknya.
Prosedur pelaksanaan constant head dilakukan dengan cara memasukkan pipa lindung
sampai batas atas atau sampai kedalaman tanah yang ingin diketahui permeabilitasnya,
kemudian pipa lindung diisi penuh dengan air dan selanjutnya debit air yang ditambahkan
secara konstan diukur (Gambar 4). Persyaratan penambahan air adalah debit tidak
menyebabkan penurunan atau meluapnya level muka air. Pada kondisi tersebut maka
konduktivitas hidraulik dapat dihitung dengan formula (BSN, 2006):

Gambar 4. Metoda uji permeabilitas constant head.

Pekerjaan uji permeabilitas menggunakan metoda constant head dilakukan pada litologi
tanah tidak terkonsolidasi ataupun batuan apabila dikhawatirkan uji permeabilitas dengan
tekanan (packer test) akan membuka struktur batuan dan menjadikan keruntuhan pada
dindingpemboran. Uji permeabilitas dengan metoda constant head dilakukan dengan
terlebih dahulu melakukanpemboran sampai kedalaman yang diinginkan untuk uji
permeabilitas. Sedangkan ujung pipacasing diturunkan sampai batas atas kedalaman lubang
bor yang akan diuji. Pipa casingberguna untuk membatasi dan menutup lubang bor yang
akan diuji. Setelah pemboran sampaikedalaman yang diinginkan, selanjutnya stang bor dan
core barrel diangkat dari dalam lubangbor (Gambar 6).

Gambar 6. Skema uji permeabilitas metoda constant head.


2. Variable/Falling Head Permeameter

Uji ini digunakan untuk batu yang memiliki koefisien permeabilitas yang rendah.
Rumus :
k = 2,303.(a.L / A.L).log (h1/h2)
Dengan :
k = Koefisien Permeabilitas (cm/detik)
a = Luas Penampang Pipa (cm2)
L = Panjang/Tinggi Sampel (cm)
A = Luas Penampang Sampel Tanah (cm2)
t = Waktu Pengamatan (detik)
h1 = Tinggi Head Mula-mula (cm)
h2 = Tinggi Head Akhir (cm)

3. Packer Test
Tes Packer, merupakan metode pengujian in-situ yang digunakan untuk
memperkirakan konduktivitas hidrolik rata dari massa batuan dengan prinsip close-
end atau tertutup. Packer merupakan suatu peralatan yang dapat digunakan untuk
membentuk suatu
sistem penyekat di dalam lubang bor, sehingga dapat membatasi bagian-bagian
tanah/batuan yang akan diuji. Tes Packer ini adalah tes kepada costant jenis permeabilitas
dilakukan di bagian terisolasi dari lubang bor. Hasil penelitian ini memberikan
informasi tentang condictivuty hzdraulic dari massa batuan termasuk matriks batu dan
diskontinuitasnya.
Syarat dapat dilakukannya packer test adalah lapisan yang diuji merupakan formasi
batuan yang kompak dan padat. Sifat lulus air batu atau tanah adalah kemampuan batu
atau tanah mengalirkan air melalui rongga antar butir dan atau diskontinuitas.
Diskontinuitas adalah bidang atau celah yang menyebabkan batu bersifat tidak menerus,
anataralain berupa pelapisan, kekar, dan sesar. Adapun tujuan dari metode pengujian ini
adalah untuk memperoleh konduktivitas hidraulik dan nilai Lugeon. Beberapa pengertian
yang berkaitan dengan metode pengujian ini :

a) sifat lulus air batu atau tanah adalah kemampuan batu atau tanah mengalirkan air melalui
rongga antar butir dan atau diskontinuitas;
b) diskontinuitas adalah bidang atau celah yang menyebabkan batu bersifat tidak menerus,
antara lain berupa perlapisan, kekar, dan sesar;
c) koefisien kelulusan air (k) adalah angka yang menunjukkan kemampuan batu atau tanah
mengalirkan air dan dinyatakan dalam satuan panjang dibagi satuan waktu (cm/detik);
d) satu Lugeon (1 Lu) adalah banyaknya air dalam liter per menit yang masuk ke dalam batu
atau tanah melalui lubang bor sepanjang satu meter dengan tekanan 10 bar (1 bar = 1,0197
kg/cm2).
Mekanisme Pengujian Packer Test

Pengujian dilakukan dengan menyuntikkan air bertekanan ke dalam batuan


melalui dinding lubang bor dengan menggunakan alat packer. Hasil pengujian berupa
koefisien kelulusan air batuan yang digunakan sebagai parameter untuk analisis
rembesan air dan perkiraan pemilihan tipe injeksi untuk menurunkan koefisien kelulusan
air batuan atau untuk meningkatkan kuat geser batuan. Panjang packer minimal harus
lima kali diameter lubang dan berupa jenis alat yang berkembang secara pneumatik,
hidraulik atau mekanik. Data tambahan yang diperlukan untuk setiap uji adalah sebagai
berikut :
i) kedalaman lubang pada waktu uji masing-masing,
ii) kedalaman sampai dasar packer atas,
iii) kedalaman sampai puncak packer bawah,
iv) kedalaman sampai muka air dalam lubang pada interval yang berurutan (hal ini
penting karena kenaikan muka air dalam lubang bor dapat menunjukkan bocoran
sekeliling packer atas, serta bocoran sekeliling packer bawah akan diperlihatkan
oleh air yang naik dalam pipa dalam),
v) elevasi muka air pisometer,
vi) panjang bagian uji,
vii) jari-jari packer;
viii) panjang packer,
ix) tinggi alat ukur tekanan di atas permukaan tanah,
x) tinggi swivel air di atas permukaan tanah,
xi) deskripsi material uji

4. Lugeon Test
Metode pengujian legion menggunakan lubang bor dalam keadaan dimana pondasi calon
bendungan terdiri dari lapisan batuan. Nilai koefisien permeabilitas yang dihasilkan dari
pengujian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk pelaksanaan sementasi (grouting).
Sedangkan metode pengujian pada lubang bor dilaksanakaan apabila pada lubang yang akan
diuji, permukaan air tanahnya tinggi. Uji permeabilitas pertama kali diperkenalkan oleh Lugeon
pada tahun 1933, yang bertujuan untuk mengetahui nilai lugeon (Lu) dari deformasi batuan. Nilai
lugeon adalah suatu angka yang menunjukkan berapa liter air yang bisa merembes ke dalam formasi
batuan sepanjang satu meter selama periode satu menit, dengan menggunakan tekanan standar 10
Bars atau sekitar 10 kg/cm2. Angka ini hampir sama dengan koefisien kelulusan air sebesar 1 x 10 -5
cm/detik. Nilai lugeon dapat memberikan informasi mengenai sifat aliran dalam batuan dan sifat
batuan itu sendiri terhadap aliran air yang melaluinya.

Metode pengujiannya adalah dengan cara memasukkan air bertekanan ke dalam lubang bor,
menggunakan peralatan yang disebut rubber packer, yang digunakan untuk menyumbat lubang bor.
Peralatan lain yang digunakan dalam uji permeabilitas antara lain:

 Waterflow Meter untuk mengetahui debit air


 Stop Watch untuk menentukan waktu rembesan
 Pressure Gauge untuk mengetahui tekanan air
 Water Pump untuk memompa air
Penentuan nilai Lugeon
Untuk pengujian dengan tekanan kurang dari 10 kg/cm2, dibuat ekstrapolasi sehingga bentuk
persamaannya menjadi:

Keterangan :
Lu = adalah nilai Lugeon;
Q = adalah debit air yang masuk (liter/menit) melalui lubang bor
berukuran NX yaitu berdiamater 75,7 mm;
p = adalah tekanan uji, (kg/cm2);
(p = pm+ps dengan pm adalah tekanan manometer dan ps adalah h tinggi

tekanan air yang telah dikonversikan ke dalam satuan kg/cm2);


L = adalah panjang bagian yang diuji, (m);
V = adalah volume air yang diinjeksikan, (liter) ke dalam lubang bor
berukuran NX yaitu berdiamater 75,7 mm;
t = adalah waktu (menit)

Perhitungan uji kelulusan air dengan menggunakan tekanan yang bervariasi dapat
menghasilkan nilai Lugeon yang berbeda, tergantung pada kondisi aliran air yang terjadi
dalam tanah atau batuan yang diuji. Grafik aliran air yang dibuat berdasarkan data hasil uji
kelulusan air bertekanan yang merupakan hubungan tekanan p dan debit aliran air Q/L
dimaksudkan antara lain untuk mengetahui:
- Perilaku tanah atau batuan yang diuji dengan cara injeksi air pada tekanan tertentu
- Kondisi aliran air yang terjadi dalam tanah atau batuan tersebut dapat berupa kondisi
laminer, turbulen, dilasi, pengikisan dan penyumbatan.

Dalam hal ini aliran air berupa aliran laminer bila nilai Lugeon dari setiap tahapan
memberikan nilai yang mendekati sama. Aliran turbulen terjadi bila nilai Lugeon yang
diperoleh pada tekanan puncak lebih kecil dari pada nilai Lugeon yang diperoleh dari
kedua tahapan tekanan yang lebih rendah dan juga nilai Lugeon yang diperoleh pada setiap
tahapan yang lebih rendah dari tekanan puncak baik tahapan peningkatan dan pada tahapan
penurunan memperoleh nilai Lugeon yang hampir sama. Bila nilai Lugeon yang dilakukan
pada tekanan puncak lebih tinggi dari nilai Lugeon pada kedua tekanan lebih rendah dan
nilai Lugeon pada kedua tekanan yang lebih rendah ini memiliki nilai yang hampir sama,
aliran ini disebut aliran dilasi. Nilai Lugeon yang dilakukan pada setiap tekanan dari
kelima tahapan tekanan baik saat peningkatan tekanan maupun penurunan tekanan
memberikan nilai Lugeon yang terus meningkat, pada tahap tekanan terakhir dengan
tekanan yang terendah diperoleh nilai Lugeon yang terbesar, aliran ini disebut aliran
pengikisan. Aliran penyumbatan terjadi pada suatu aliran dengan nilai Lugeon
memberikan nilai yang bertambah kecil pada tahapan tekanan baik tahapan peningkatan
maupun tahapan penurunan, sehingga nilai Lugeon diakhir pengujian diperoleh nilai
Lugeon yang terkecil (Tabel 1).
Interpretasi aliran air berdasarkan nilai Lugeon diantaranya adalah:
- dilasi : pelebaran rekahan sementara akibat tekanan tertentu pada saat pengujian
kelulusan air bertekanan
- pengikisan : pelebaran rekahan akibat hilangnya material pengisi atau akibat kikisan
pada saat pengujian kelulusan air bertekanan
- penyumbatan : pengisian/penyumbatan rekahan oleh material pada saat pengujian
kelulusan air bertekanan

Anda mungkin juga menyukai