Anda di halaman 1dari 2

BAB II

Uji Pemompaan

Uji pemompaan merupakan tahapan yang dilakukan untuk menguji kapasitas debit dari akuifer
yang berada di sekitar lubang pengeboran dengan mengetahui karakteristik akuifer pada litologi
yang dituju. Dalam uji pemompaan diperlukan lebih dari satu sumur, sumur pertama berfungsi
sebagai sumur pompa dan sumur lainnya berfungsi sebagai sumur pantau dengan jarak tertentu
menyesuaikan lokasi.

Secara prinsip, uji pemompaan ini memperhatikan fluktuasi muka air tanah (MAT) selama uji
pemompaan berlangsung dengan debit tertentu. Pada kondisi ini terdapat dua macam kondisi yang
dapat terjadi. Kondisi unsteady, yaitu kondisi MAT merupakan fungsi dari waktu, dan kondisi steady
ketika kondisi MAT konstan terhadap waktu. Uji pemompaan dilakukan dengan beberapa tahap
berikut:

A. Pemompaan Uji Penurunan Bertingkat/ Uji Surut Muka Air Secara Bertahap (Step draw-
down test)

Air dapat dipompa secara berturut-turut dari sumur artinya kondisi besarnya pemompaan yang
tetap dapat diperoleh pada permukaan air yang tetap. Jadi air yang keluar dari sumur diperkirakan
pertama-tama terjadi pada penurunan permukaan air dan umumnya air yang keluar itu sama
dengan besar pemompaan (Mori dkk., 1999). Besar air pemompaan ditingkatkan tahap demi tahap
dan pada setiap besarnya pemompaan akan ditemukan permukaan air yang seimbang. Kemudian
besarnya pemompaan dikurangi tahap demi tahap sampai ditemukan permukaan air yang seimbang.
Pemompaan dilakukan tiap tahapannya selama 3 jam dengan besarnya debit pemompaan bertahap.
Kemudian dari hasil pengujian tersebut dapat dinyatakan dengan grafik hubungan antara besarnya
pemompaan air (Q) dengan besarnya penurunan permukaan air (s) (Dinas Pengelolaan dan
Pendayagunaan Air Tanah, 2008).

B. Pemompaan Uji Menerus (Constant rate pumping test)

Pengujian ini dilakukan dengan mengandalkan debit pemompaan konstan selama pengujian
berlangsung. Pengujian ini dilakukan untuk pengamatan penurunan muka air tanah dan apabila
didapatkan penurunan muka air yang drastis serta mempengaruhi sumur-sumur lain yang ada maka
dilakukan uji pemompaan dengan penurunan debit (Dinas Pengelolaan dan Pendayagunaan Air
Tanah, 2008).

Waktu pengukuran perubahan ketinggian MAT dilakukan dengan mengikuti aturan interval
pembacaan pengujian pemompaan dengan debit konstan yaitu pada menit ke- 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9,
10, 20, 30, 45, 60, 75, 90, 120, dan seterusnya setiap 30 menit dan setiap jam hingga keadaan MAT
tetap terhadap waktu (Untung Sudarsono, 1998).

Dari uji pemompaan tersebut dapat dilihat berapa besar kapasitas jenis sumur, yakni jumlah air
yang dapat dihasilkan dalam satuan volume tertentu (specific capacity) apabila muka air dalam
sumur diturunkan dalam satuan panjang (misalnya liter/detik setiap satu meter satuan). Disamping
itu, dari uji pemompaan dapat diketahui juga parameter akuifer, seperti koefisien permeabilitas (K),
transmisivitas (T) dan storativitas (S).

Koefisien permeabilitas (hydraulic conductivity) yang disimbolkan dengan K, merupakan properti


dari media berpori, seperti tanah dan batuan, yang menggambarkan kemudahan dimana fluida
dapat bergerak melalui ruang pori, atau jaringan rekahan. Transmisivitas atau (T) adalah
kemampuan akuifer untuk meneruskan air melaui suatu bidang vertikal setebal akuifer dengan lebar
satu satuan panjang dan satu unit landaian hidrolika (Todd, 1980). Sedangkan Storativitas (S) adalah
koefisien cadangan air tanah yang dapat disimpan atau dilepaskan oleh suatu akuifer setiap satuan
luas akuifer pada satuan perubahan kedudukan MAT atau bidang piezometrik (Todd, 1995).

Anda mungkin juga menyukai