Anda di halaman 1dari 11

LINGKUNGAN LUBANG BOR

lingkungan lubang bor pada kegiatan eksplorasi


Mengapa kalian perlu mengetahui kondisi dari suatu lubang bor ?
karena kondisi lubang bor itu sangat dipengaruhi pembacaan dan data logging
seperti resistivity log, calliper log, litologi log, ataupun data log yang lainnya
yang sangat dipengaruhi oleh kondisi lubang bor. Dengan mengetahui kondisi
lubang bor maka dapat membantu kalian untuk menganalisis data logging.
Mud sirkulasi sistem
kegiatan pemboran itu akan menggunakan lumpur pemboran (drilling fluid) yang
secara terus-menerus akan dipompakan dan disirkulasikan selama proses
pemboran berlangsung.
lumpur pemboran ini sangat penting karena terkait langsung dengan salah satu dari
5 aspek utama dalam pemboran yaitu sirkulasi system.
sirkulasi sistem ini memungkinkan lumpur dapat bergerak dan menjalankan
fungsinya di mana pompa lumpur akan menggerakkan Lumpur ke arah bawah
lubang pemboran melalui pipa bor dan collar atau drill collar.
pipa bor dan drill collar ini dikenal dengan drill string . melalui drill string akan
menyemprotkan Lumpur ke lubang bor melalui nuzzle zet.
di mana nuzzle zet ini berada pada Bit atau mata bor. kemudian lumpur yang
disemprotkan melalui Bit ini akan mengangkat serbuk bor dan Lumpur ke atas
permukaan melalui anulus atau ruang di antara dinding pipa bor dengan dinding
formasi.
lalu serbuk bor atau cutting dan lumpur yang naik ke atas permukaan ini akan
meninggalkan lubang bor melalui mud return line.dan jatuh ke vibrating screen
atau shale sheker.
Di shale sheekr inilah akan memisahkan cutting dan lumpur yang fungsinya untuk
menjaga berat jenis lumpur atau Mud density. Dan ini semua diproses di mud
tank .
jadi berdasarkan berat jenisnya maka cutting akan tertinggal di permukaan
sedangkan lumpur akan dipompakan kembali oleh pompa Lumpur melalui slush
pump, stand pipe, rotary hose, swivel, dan Kelly yang akan masuk kembali ke
lubang bor.
pompa pemboran inilah sebenarnya yang merupakan peralatan utama pada
sirkulasi system
lumpur pemboran ini akan secara terus-menerus dipompakan dan disirkulasikan
selama proses pemboran itu berlangsung. proses inilah yang akan menciptakan tiga
kondisi yang ada pada lubang pemboran yang akan mempengaruhi pembacaan
data logging.

kondisi Mud fluid atau kondisi lumpur pemboran


lumpur pemboran ini pada umumnya ada tiga jenis :
1. fasa cair di mana pada fase cair lumpur pemboran menggunakan bahan dasar
air(asin/tawar) dan minyak untuk kondisi tertentu di mana shale yang ditembus
itu reaktif dan menghisap atau menyeram.
2. Komposisi inert Solid dimana pada kondisi ini padatan yang digunakan untuk
menaikkan berat lumpur seperti Barite namun tidak bereaksi dengan air atau
minyak dan komponen lainnya dalam lumpur.
3. reactive Solid ini merupakan padatan yang bereaksi dengan air (menghisap)dan
membentuk suatu koloid, biasanya digunakan clay (bentonite) yang menghisap
air dan membentuk lumpur.
4. fasa kimia seperti zat pengontrol terhadap sifat-sifat dari lumpur pemboran.

berdasarkan komposisi lumpur fluida ini maka di klasifikasikanlah lumpur fluida


ini dari heriot-watt University.
menurut heriot-watt University klasifikasi mud fluid atau lumpur pemboran
diklasifikasikan menjadi tiga :
1. pertama dalam fase Liquid
2. percampuran antara gas dan Liquid
3. fase gas
yang biasa digunakan adalah pada fase liquid. fasa Liquid ini yang dikenal
dengan :
a. water Based mud (WBM)
b. oil Based (OBM)
mana yang akan digunakan sebagai lumpur pemboran Apakah waterbase
Made BBM atau BBM atau BBM ini berdasarkan biasanya dilihat dari nilai
keekonomisan dari kegiatan pemboran tersebut.
jika memakai OBM ada yang menggunakan full oilnya sebagai lumpur
pemboran atau dicampur dengan inner emulsion.
jika menggunakan water beesmart atau WBM biasa ada yang menggunakan
dari freshwater mud atau air tawar dengan Salt mud/ air asin. penggunaan
freshwater mud atau salt mud ini tergantung pada lokasi pemboran nya
apakah dia di onshore atau di offshore.

Pressure environment of borehole logging / atau kondisi tekanan pada lubang


pemboran
selain berfungsi untuk membawa cutting dan Lumpur ke atas permukaan, lumpur
pemboran juga berfungsi untuk menjaga keseimbangan tekanan. kondisi tekanan pada
proses drilling dan logging dipengaruhi oleh tekanan formasi atau disingkat PF / formation
pressure dan dipengaruhi oleh Tekanan hidrostatik, yaitu fluida yang ada di dalam lumpur
yaitu tekanan hidrostatik atau PH Mud. Jadi ada 2 tekanan pada lubang pemboran.
reservoir memiliki suatu tekanan. jadi ketika dilakukan pemboran Diharapkan dengan
menggunakan lumpur pemboran itu dapat menyeimbangkan tekanan yang ada pada
reservoir tersebut.
di dalam menyeimbangkan tekanan antara tekanan hidrostatik lumpur pemboran terhadap
tekanan reservoir itu bisa lebih kecil dari tekanan reservoirnya atau lebih besar dari
tekanan reservoirnya.
biasanya Range yaitu antara tekanan formasi dengan tekanan hidrostatik itu range
biasanya +_ 200 PSI artinya bila tekanan formasinya itu adalah 1000 psia, maka tekanan
hidrostatik lumpurnya itu bisa maksimalnya 1200 Psia atau minimalnya 800 psia.
jika kondisinya tekanan hidrostatik lumpur ini 800 psia maka ini dikenal dengan kondisi
under balance drilling, sedangkan apabila tekanan hidrostatik nya di atas 1200 psia maka
disebut dengan kondisi over balance drilling.
pada kondisi under balance drilling tekanan formasi atau tekanan yang ada pada rekahan
formasi itu rendah sehingga jika menggunakan pH mud yang lebih besar dari 1200 dapat
menyebabkan bahaya salah satunya itu lumpur pemboran akan hilang.
tetapi jika kita menggunakan PH yaitu dalam kondisi over Balance itu dipastikan kondisi
hidrostatik lumpur pemboran itu harus lebih besar dari kondisi tekanan formasinya.
Jadi pada tekanan pressure itu ada 0.433 Psia biasanya untuk air tawar sedang 0.465 psia
itu untuk air asin atau brand water.
bila kurang dari 0.433 Psia itu untuk kondisi sub normal pressure, sedangkan jika lebih
besar dari 0.465 psia per feet nya maka ini kondisi upnormal pressure.
untuk kondisi normal berada di gradien pressurenya antara 0.433 Psia per feet sampai
0.465 Psia per feet. setiap penurunan 1 feet maka ada kenaikan temperatur 0.433 psia.
jadi ketika ada penurunan pemboran 1 feet dan terjadi kenaikan temperatur kurang dari
0.433 Psia maka disebut dengan kondisi subnormal pressure.
tetapi apabila setiap penurunan 1 feet maka ada kenaikan lebih besar dari 0.465 Psia maka
ini dikatakan kondisi upnormal pressure.
jadi untuk kondisi normal itu kondisi normal itu apabila gradien pernya setiap penurunan 1
feet maka ada kenaikan tekanan antara 0.433 psia sampai 0.465 psia. itu adalah disebut
dengan kondisi normal Pressure.
fungsi pemboran selain menjaga tekanan agar tidak terjadi kelebihan tekanan sehingga
dapat menyebabkan loss ke circulation atau kurangnya tekanan yang dapat berakibat
terjadinya blowout.

ada tiga kondisi tekanan:


1. normal
2. loss
3. gain
pada kondisi normal apabila tekanan hidrostatik lumpur itu lebih besar dari
tekanan formasinya sehingga fluida formasi ini tidak bisa masuk ke dalam lubang
pemboran.

- arah panah yang hitam adalah tekanan hidrostatik lumpur pemboran

- arah Panah Merah adalah tekanan formasi atau tekanan fluida


pada kondisi normal dimana PH mud nya lebih besar daripada PF sehingga fluida
formasi tidak bisa masuk ke dalam lubang pemboran.
Kemudian pada kondisi yang kedua itu adalah kondisi Loss apabila kondisi
tekanan hidrostatik lumpur pemboran nya jauh lebih besar dari tekanan formasinya
seperti gambar maka di sini ph mud lebih dari 200 PSia biasanya. pada kondisi loss
ini menyebabkan gap yang terlalu besar sehingga menyebabkan lumpur pemboran
kita itu menginvasi ke formasi atau lumpur pemboran kita akan masuk ke pori-pori
batuan atau ke reservoir. ini menyebabkan lumpur pemboran yang akan naik ini
akan hilang maka disebut makanya disebut ini dengan kondisi Lost circulation.
Kemudian untuk kondisi yang ketiga ini adalah kondisi gain artinya ada
penambahan fluida. fluida yang ada di lubang pemboran itu bertambah. Hal ini
dikarenakan tekanan hidrostatik lumpur pemboran itu lebih kecil daripada tekanan
reservoir sehingga fluida yang ada yang ada dalam formasi itu akan masuk ke
dalam lubang pemboran sehingga terjadilah penambahan fluida lobang pemboran.
jadi Inilah tiga kondisi awal ada normal ketika tekanan hidrostatisnya itu lebih
besar daripada tekanan formasinya sehingga lumpur yang masuk itu sama dengan
lumpur yang keluar sedangkan fluida formasi tidak masuk tidak dapat masuk ke
dalam lumpur pemboran.
pada kondisi Loss ini apabila tekanan hidrostatisnya jauh lebih besar daripada
tekanan fluida nya aja di sini ada gap jadi pada saat itu lumpur pemboran akan
masuk ke pori-pori reservoar atau pori-pori batuan sehingga terjadilah lumpur
yang masuk dan Kembali itu tidak seimbang karena ada lumpur yang hilang masuk
ke pori-pori batuan.
pada posisi yang ketiga atau kondisi yang ketiga itu ada gain dimana tekanan
hidrostatik lumpur pemboran itu lebih kecil dari tekanan formasi sehingga di sini
ada penambahan fluida di dalam lubang pemboran. jadi karena fluida fluida
formasi ini masuk ke dalam lubang pemboran kemudian.
ada juga satu lagi kondisi Loss Gain. artinya dalam satu lubang pemboran terjadi
Lost dan gain ada pada litologi yang pertama di mana kondisi tekanan hidrostatik
nya lebih besar dari tekanan formasinya sehingga terjadi Lost . kemudian dengan
lubang pemboran yang sama tetapi dengan litologi yang berbeda terjadi kondisi
tekanan hidrostatisnya lebih kecil daripada tekanan formasi sehingga terjadi gain.
maka dalam satu lubang pemboran terjadi 2, yaitu Lost dan gain.
Kemudian untuk itulah perlu diketahui jadi seberapa besar sih sebenarnya tekanan
yang harus diberikan pada lubang pemboran tekanan hidrostatik yang harus
diberikan pada pemboran.
ini ada rumusnya dimana tekanan hidrostatik lumpur pemboran dalam PSia ini
dapat dicari dengan 0.052 x TVD/ true vertical depth(ft) x MW/mud weight(ppg).
atau berat berat dari lumpurnya dalam Pon per gallon/ppg.

untuk cari berapa tekanan hidrostatik lumpur fluida yang harus diinjeksikan ke
dalam lubang pemboran.

ilustrasi di mana kondisi over Balance dengan kondisi under Balance.

Over Balance ketika tekanan hidrostatik lumpur itu lebih besar daripada tekanan
formasi. inilah sebenarnya kondisi over balance yang ingin dicari. Kondisi under
balance ini diharapkan seminimal mungkin terjadi ya karena di sini kondisinya
dimana Tekanan hidrostatis lumpur pengeboran nya lebih kecil daripada tekanan
formasinya yang ditakutkan adalah terjadinya Lost circulation atau yang paling
berbahaya adalah terjadinya blowout, maka pada saat pemboran diharapkan terjadi
kondisi yang over Balance dimana tekanan hidrostatik itu itu lebih besar
dibandingkan dengan tekanan formasi atau tekanan reservoirnya.
pada saat pemboran lumpur pemboran itu masuk ke formasi mendorong fluida
formasi hingga sejauh tertentu tergantung dari kondisi formasi sejauh mana
invasinya .
Jadi pada dasarnya Terbagi 3 zona pada kondisi lubang bor :
1. zona warna merah
2. zona warna orange
3. zona warna hijau
ini sebenarnya potongan daripada lubang bor potong tampak samping ya tampak
samping Jadi kalian bayangkan ini lubang bor dipotong kemudian kalian
melihatnya secara samping.
warna merah ini itu adalah daerah terinfasi atau flash zone Di mana daerah ini
berisi air lumpur pemboran.
Kemudian pada daerah zona yang berwarna orange ini adalah daerah transisi atau
Transition zone di mana daerahnya berisi air lumpur dan fluida formasi dan
disinilah daerah anulus.
Kemudian daerah yang ketiga itu adalah uninfited zone atau daerah yang tidak
terinfasi ini yang berwarna hijau. untuk daerah yang tidak terinfasi adalah daerah
yang hanya berisi fluida formasi.
syarat terjadinya profile invasi ini Apabila apabila PH tekanan hidrostatik lumpur
pemboran itu lebih besar daripada tekanan formasi atau syarat terjadinya kondisi
lubang bor seperti ini Apabila terjadi kondisi over balance pada saat drilling dan
logging sehingga lumpur pemboran ini kita bisa menginvasi ke si reservoirnya
dengan catatan dengan batasan tekanan yang masuk tekanan yang naik +-200 PSIA
tadi jika lebih maka akan terjadi Lost atau GAIN.
Nah di sini pada flashzone atau zona yang terinfeksi yang berisi air lumpur
pemboran ini data yang bisa diambil itu:

- Rxo / flush zone resistivity

- Sxo/ flash zone water saturation

- Rmf
Kemudian pada daerah ah yang tidak terinfeksi atau yang pada zona hijau ini di sini lah
bisa kalian lihat ada :

- Sw / water saturation/saturasi air

- Rt / true resistivity

- Rw / formation water resistivity


data-data ini sangat tergantung pada kondisi lubang bor nya .

data ini juga sangat dipengaruhi oleh mud filter dengan mud cake
pada waktu pemboran ini kan tekanan hidrostatik lumpur pemboran itu sedikit
lebih besar dari tekanan formasi sehingga lumpur pemboran yang terdiri dari
bagian padat yang seperti tadi ada bentonit barite dan ada yang lainnya dan bagian
cairnya ada WBM ataupun oil based mud tadi akan terdorong masuk ke dalam
lapisan permeable.
bila lumpur pemboran masuk ke dalam lapisan permeabel maka bagian padat ini
akan menempel pada dinding sumur dan membentuk mud cake atau kerak lumpur.

analoginya mud cake itu terjadi ketika membuat teh disini bukan teh celup Tapi
Teh Seduh ya yang dari serbuknya. ketika kalian membuat teh di dalam cangkir
kemudian kalian menuangkannya ke gelas dengan menggunakan saringan ketika
teh itu tersebut Airnya ada di dalam gelas kemudian di dalam saringan ini adalah
bubuk bubuk teh nya. bubuk teh inilah ketika dia tidak tidak ter Filtrat maka dia
akan terendapkan di saringan bahan teh yang terendapkan Inilah yang disebut
sebagai mud cake didalam drilling.
jadi mud cake ini sendiri bisa berfungsi menjaga lumpur agar tidak mengalir keluar
formasi sekaligus memelihara lubang dari keruntuhan.
itu jika macetnya posisinya tidak tebal tetapi ketika mud cake itu adalah tebal ini
juga mengganggu lubang pemboran salah satunya lubang pemborannya akan
menjadi semakin kecil itu dan ini harus perlu di treatment Kembali.
sifat-sifat lumpur pemboran yang perlu kalian perhatikan agar terjadi lumpur
pemboran yang memiliki sirkulasi yang baik itu adalah

- viskositasnya

- resistivity alirannya

- berat jenisnya

- derajat filtrasinya
itu merupakan sifat pemboran yang harus kalian perhatikan agar menjaga sirkulasi
pada lumpur pemboran nya dimana ketika sirkulasi ini baik maka data logging
yang kalian terima itu mampu merepresentasikan lubang bor sesuai dengan
keadaan di bawah permukaan nya.
itulah Mengapa perlu kalian mengetahui kondisi dari suatu lubang bornya.
oke baiklah semuanya sampai sini saja dulu untuk kita mengetahui kondisi dari
suatu lubang bor minggu depan kita akan lebih masuk ke pada lumpur pemboran
dan itu baik sifatnya karakteristiknya maupun Bagaimana cara mencari viskositas
ataupun derajat filtrasi yang baik untuk sebuah lumpur pemboran.

Anda mungkin juga menyukai