Karakteristik Sedimen
Proses pengangkutan dan pengendapan sedimen tidak hanya tergantung pada sifat-sifat
arus tetapi juga pada sifat-sifat sedimen itu sendiri, yaitu besar dan ukurannya.
Dalam beberapa studi mengenai sedimen sungai diwaktu lampau menggunakan bentuk
rata-rata untuk menggambarkan karateristik sedimen secara keseluruhan. Cara ini dapat kita
lakukan apabila bentuk, kepadatan dan distribusi sedimen tidak terlalu bervariasi dalam
regime sungai. Untuk mendapatkan hasil yang lebih tepat, perlu dilakukan penggambaran
sedimen yang lebih seksama.
o Roundness
Yaitu koefisien yang digunakan untuk mendefinisikan bentuk butiran
yang berdasarkan proyeksi luasan butiran. Koofisien roundness juga
digunakan untuk menunjukan keruncingan dari ujung-ujung butiran
sedimen.
o Shape Factor
Nilai Shape Factor (SF) atau Faktor Bentuk (FB) didasarkan pada nilai-
nilai sumbu triaxial yang saling tegak lurus; yaitu sumbu panjang atau a,
sumbu menengah atau b, dan sumbu pendek atau c. Bentuk partikel
dinyatakan sebagai suatu faktor bentuk (FB), yaitu :
c
FB =
√ ab
Dengan:
a : sumbu terpanjang
b : sumbu menengah
c : sumbu terpendek
Tabel 2.1 America Geophysical Union (AGU) Grade Scale For Particle Sizes
Sizes Class
Millimetes Micros Inches
4000-2000 Very large boulders
2000-1000 Large boulders
100-500 Medium boulders
500-250 Small boulders
250-130 Large cobbles
130-64 Small cobbles
64-32 Very coarse gravel
32-16 160-80 Coarse gravel
16-8 80-40 Medium gravel
8-4 40-20 Fine gravel
4-2 20-10 Very fine gravel
2,00-1,00 2000-1000 10-5 Very coarse sand
1,00-0,50 100-500 5,0-2,5 Coarse sand
0,50-0,25 500-250 2,5-1,3 Medium sand
0,250-0,125 250-125 1,3-0,6 Fine sand
0,125-0,062 125-62 0,6-0,3 Very fine sand
0,062-0,031 62-31 0,30-0,16 Coarse silt
0,031-0,016 31-16 0,16-0,08 Medium silt
0,016-0,008 16-8 Fine silt
0,008-0,004 8-4 Very fine silt
0,004-0,002 4-2 Coarse clay
0,002-0,001 2-1 Medium clay
0,001-0,0005 1-0,5 Fine clay
0,0005-0,0025 0,5-0,24 Very fine clay
Sumber : Tugas Besar Transportasi Sedimen, 2018
Pada saluran dengan dasar mobile bed (material sedimen nonkohesif yang dapat
bergerak) terjadi interaksi antara aliran dengan material dasar sehingga terjadi perubahan
konfigurasi dasar (tinggi kekasaran) dan sebaliknya, dan perubahan kekasaran akan
mempengaruhi aliran itu sendiri. Pada aliran dalam saluran terbuka, angka Froude(Fr) sering
digunakan sebagai kriteria suatu aliran. Untuk tujuan klasifikasi konfigurasi dasar (bed form),
dibedakan 3 regim aliran, yaitu :
- Lower flow regime (aliran sub kritis) Fr<1
- Transition flow regime Fr≈1
- Upper flow regime (aliran super kritis) Fr>1
3. Konsentrasi
Menurut AGU (American Geophysical Union) material pasir mempunyai ukuran
butiran antara 0,062 sampai 2,000 mm. Dari data material dasar sungai serta material
suspended yang terangkut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar material dasar sungai
berupa pasir, yaitu sekitar 80 % dari seluruh material dasar sungai. Material suspended yang
terangkut sebagian besar juga merupakan material pasir, yaitu sekitar 90 %. Dengan demikian
material dasar sungai yang ada dapat dikatakan mempunyai agihan butiran yang sama dengan
agihan butiran material suspended yang terangkut, yaitu sebagian besar berupa material pasir.
Borland dan Maddock dari USBR telah menyediakan sebuah tabel untuk
memperkirakan besar angkutan bed load dengan berdasarkan besar konsentrasi suspended
load.
Dari tabel 2.2 dapat dilihat bahwa angkutan bed load untuk sungai Brantas sebesar 50
% dari jumlah suspended load yaitu 0,41 juta m3/th, sedangkan yang terjadi pada sungai Lesti
besarnya 20 % dari jumlah suspended load, sehingga jumlah bed load yang terangkut 0,27
juta m 3/th. Nilai 50 % serta 20 % kecuali berdasarkan konsentrasi sedimen suspended load,
data material dasar sungai dan material suspended nilai tersebut diambil dengan
mempertimbangkan keadaan penampang kedua sungai tersebut, pada umumnya sungai
dangkal yang lebar akan membawa bed load lebih besar dibandingkan dengan sungai dalam
yang sempit.
Dengan :
W = kecepatan jatuh butiran
CD = koefisien hambatan (drag coeffisien)
Δ = (Δs-Δw)/Δw
2.2.4. Disribusi Frekuensi Ukuran Butiran Sedimen
Dari penyaringan atau distribusi ukuran butiran sedimen yang dapat diperoleh biasanya
dinyatakan dengan hubungan distribusi antara persen berat dan ukuran butiran. Distribusi
ukuran butiran kumulatif dari hampir semua sedimen dapat digunakan pendekatan distribusi
log normal.
Distribusi log normal akan memberikan garis lurus jika kertas probabilitas logaritma
digunakan. Dari definisi ukuran komulatif dalam bentuk diameter dapat didefinisikan
(Breuser, H.N.C : 1979) :
D atau Dm
pi Di
i
pi i
Dengan:
pi = butiran dengan diameter Di
Di = rata-rata geometrik batas ukuran dari butiran yang dapat juga dinyatakan dengan Dp bila
menunjukkan diameter campuran dengan syarat P % lebih kecil Dp.
Dm = diameter tengah.
Nilai distribusi rerata geometrik diameter adalah (Breuser, H.N.C: 1979) :
Dg = D84 . D16
Yang nilainya menyamai Dm untuk distribusi log normal.
Standar deviasi geometri (Breuser, H.N.C: 1979) :
D84
g
D16
( s w ).g.D3
partikel akan diam (seimbang) jika :
0 < C ( s w ).g.D3 …………………..(2-5)
Dengan :
0 = w .g.h.I
s = kerapatan butiran
w = kerapatan air
g = percepatan gravitasi
D = diameter partikel
H = tinggi air
I = kemiringan dasar sungai
C = konstanta yang tergantung dari kondisi aliran, bentuk partikel dan posisi partikel
terhadap partikel lainnya
Kondisi aliran berdekatan dengan dasar sungai sebanding dengan besarnya partikel dan
berbanding terbalik dengan viskositas lapisan aliran yang dirumuskan dengan :
U * .D
Re* = V
2. Keseimbangan Kritis
Keseimbangan kritis adalah keseimbangan batas pada saat akan mulai terjadi gerakan.
Semua teori selain White didasarkan pada pertimbangan bahwa gaya seret berkaitan dengan
kecepatan aliran, dengan keseimbangan kritis yang dirumuskan dengan :
U * cr 2
cr .g .D
= …………………..(2-7)
Dengan :
cr
= gaya seret kritis
U * cr = kecepatan geser kritis
D = diameter butiran
s w
w
=
Shield (1936) telah mengadakan penyelidikan yang sistematis terhadap hubungan
cr
, cr , U cr dan mendapatkan kesimpulan bahwa :
*
antara
cr
cr
= . g . D
U * cr 2
.g .D
=
U * cr .D
v
= f
= f (Re*)…………………..(2-8)
2.3.3. Analisa Sedimen Non Kohesif
Stabilitas dari partikel non kohesif pada dasar saluran tergantung pada gaya gerak
seperti: submerged weight, drag force dan lift force.
Pada kondisi equilibrium :
Fb = Ga
atau :
CF1/2. ρ . Ub2 . 0,25 π D2 . b = π/6 D2 . (ρs-ρw) . g . a
Ub proporsional dengan kecepatan geser U* = (τ0/ρw)1/2
Perbandingan ini tergantung pada kekasaran dan viskositas. Hubungan tersebut dapat ditulis:
w.U *2
( s w). g .D
dimana Δ tergantung dari bentuk partikel, profil kecepatan dan lain sebagainya.
2.3.4. Stabilitas Sedimen (Butiran Dasar)
Beberapa peneliti memberikan rumus pendekatan untuk menentukan ukuran batuan
guna mencapai kestabilannya, yaitu:
1. Shields
Shields memberi angka keamanan dengan parameter Δ = 0,03 dan ks = 2D yang
memperlihatkan pada kekasaran batuan yang besar (Δ = intensitas pengaliran dan
ks=kekasaran batuan). Dengan kedua parameter tersebut didapatkan hubungan sebagai
berikut :
1/ 2
U cr 6.h
1,0 log
(.g .D) 1/ 2
D
Dengan :
U cr = kecepatan kritis rata-rata (m/dt)
h = kedalaman aliran (m)
D = diameter material (m)
g = percepatan gravitasi (m/dt2)
Δ = (Δs-Δw)/Δw
Δs = rapat massa material (kg/m3)
Δw = rapat massa air (kg/m3)
Gambar 2.5. Diagram Shield - Hunungan Antara Tegangan Geser Kritis dengan Angka
Reynolds
Sumber ; Breuser, H.N.C: 1979
2. Goncharov
Goncharov memberikan persamaan sebagai berikut :
U cr 8,8.h
0,75 log
(.g .D)1/ 2
D untuk batuan diam
U cr 8,8.h
1,07 log
(.g .D )1/ 2
D untuk keadaan kritis
3. Levi
Levi memberikan persamaan sebagai berikut :
0, 2
U cr h
1,40 log
(.g .D)1/ 2
D
4. Isbach
Isbach (1935) memberikan hubungan empiris dengan mengabaikan harga h/D untuk
stabilitas batuan pada dasar sebagai berikut :
Ucr = 1,2 (2 Δ g D)1/2 = 1,7 (Δ g D)1/2
Sedangkan untuk kecepatan kritis batuan pada puncak dam adalah :
Ucr = 0,86 (2 Δ g D)1/2 = 1,2 (Δ g D)1/2
5. Maynord
Maynord (1978) memberikan persamaan empiris sebagai berikut :
D50 = 0,22 Fr3
Fr = U / (g.h)1/2