Anda di halaman 1dari 19

BAB VI

BATUAN SEDIMEN

6.1 Pengertian Batuan Sedimen


Batuan Sedimen adalah batuan yang paling banyak tersingkap di permukaan bumi,
kurang lebih 75 % dari luas permukaan bumi, sedangkan batuan beku dan metamorf hanya
tersingkapsekitar 25 % dari luas permukaan bumi. Oleh karena itu, batuan sediment
mempunyai arti yang sangat penting, karena sebagian besar aktivitas manusia terdapat di
permukaan bumi. Fosil dapat pula dijumpai pada batua sediment dan mempunyaiarti penting
dalam menentukanumur batuan dan lingkungan pengendapan. Batuan Sedimen adalah batuan
yang terbentuk karena proses diagnesis dari material batuan lain yang sudah mengalami
sedimentasi. Sedimentasi ini meliputi proses pelapukan, erosi, transportasi, dan deposisi.
Proses pelapukan yang terjadi dapat berupa pelapukan fisik maupun kimia. Proses erosidan
transportasi dilakukan oleh media air dan angin. Proses deposisi dapat terjadi jika energi
transport sudah tidak mampumengangkut partikel tersebut.

6.2 Proses Pembentukan Batuan Sedimen


Batuan sedimen terbentuk dari batuan-batuan yang telah ada sebelumnya oleh
kekuatan-kekuatan yaitu pelapukan, gaya-gaya air, pengikisan-pengikisan angina angina serta
proses litifikasi, diagnesis, dan transportasi, maka batuan ini terendapkan di tempat-tempat
yang relatif lebih rendah letaknya, misalnya: di laut, samudera, ataupun danau-danau. Mula-
mula sediment merupakan batuan-batuan lunak,akan tetapi karean proses diagnosi sehingga
batuan-batuan lunak tadi akan menjadi keras.
Proses diagnesis adalah proses yang menyebabkan perubahan pada sediment selama
terpendamkan dan terlitifikasikan, sedangkan litifikasi adalah proses perubahan material
sediment menjadi batuan sediment yang kompak. Proses diagnesis ini dapat merupakan
kompaksi yaitu pemadatan karena tekanan lapisan di atas atau proses sedimentasi yaitu
perekatan bahan-bahan lepas tadi menjadi batuan keras oleh larutan-larutan kimia misalnya
larutan kapur atau silisium. Sebagian batuan sedimen terbentuk di dalam samudera.
Beberapa zat ini mengendap secara langsung oleh reaksi-reaksi kimia misalnya garam
(CaSO4.nH2O). adapula yang diendapkan dengan pertolongan jasad-jasad, baik tumbuhan
maupun hewan.
Batuan endapan yang langsung dibentuk secara kimia ataupun organik mempunyai
satu sifat yang sama yaitu pembentukkan dari larutan-larutan. Disamping sedimen-sedimen
di atas, adapula sejenis batuan sejenis batuan endapan yang sebagian besar mengandung
bahan-bahan tidak larut, misalnya endapan puing pada lereng pegunungan-pegunungan
sebagai hasil penghancuran batuan-batuan yang diserang oleh pelapukan, penyinaran
matahari, ataupun kikisan angin. Batuan yang demikian disebut eluvium dan alluvium jika
dihanyutkan oleh air, sifat utama dari batuan sedimen adalah berlapis-lapisdan pada

72
awalnya diendapkan secara mendatar. Lapisan-lapisan ini tebalnya berbedabeda dari
beberapa centimeter sampai beberapa meter. Di dekat muara sungai endapan-endapan itu
pada umunya tebal, sedang semakin maju ke arah laut endapan-endapan ini akan menjadi
tipis(membaji) dan akhirnya hilang. Di dekat pantai, endapan-endapan itu biasanya
merupakan butir-butir besar sedangkan ke arah laut kita temukan butir yang lebih halus
lagi.ternyata lapisan-lapisan dalam sedimen itu disebabkan oleh beda butir batuan yang
diendapkan. Biasanya di dekat pantai akan ditemukan batupasir, lebih ke arah laut batupasir
ini berganti dengan batulempung, dan lebih dalam lagi terjadi pembentukkan
batugamping(Katili dan Marks).

6.3 Penggolongan Dan Penamaan

Gambar Penggolongan Batuan Sedimen

73
A. Batuan Sedimen Klastik
Batuan sedimen klastik terbentuk sebagai akibat pengendapan kembali
rombakan batuan asal, baik batuan beku, batuan metamorf ataupun batuan sedimen
yang lebih tua. Melaui proses pelapuak, baik mekanik maupun kimiawi, tererosi,
tertransportasi dan terendapkan pada cekungan pengendapan lalu mengalami
diagenesa.
B. Batuan Sedimen Non Klastik

Terbentuk dari Reaksi kimia atau kegiatan organisme.

6.4 Pemer1an Batuan Sedimen Klastik


Pemerian batuan sedimen klastik meliputi :

1. Warna
Warna pada batuan sedimen mempunyai arti yang penting karena mencerminkan
komposisi butiran penyusun batuan sedimen dan dapat digunakan untuk
menginterpretasikan lingkungan pengendapan. Warna batuan merah menunjukan
lingkungan oksidasi, sedangkan warna batuan hitam atau gelap menunjukan
lingkunganreduksi. Secara umum warna pada batuan sedimen dipengaruhi oleh :
 Warna mineral pembentuk batuan sedimen, contoh : bila mineral pembentuk batuan
sedimen didominasi oleh kuarsa maka batuan akan berwarna putih (misal batupasir
quartz arenite).
 Warna matrik atau semen, contoh : bila matriks/semen mengandung oksida besi,
maka batuan akan berwarna coklat kemerahan.
 Warna material yang meyelubungi (coating material), contoh : batupasir kuarsa yang
diselubungi oleh glaukonit akan berwarna hijau
 Derajat kehalusan butir penyusunnya, contoh : pada batuan dengan komposisi sama
jika makin halus ukuran butir maka warnanya akan cenderung lebih gelap.

2. Tekstur
Tekstur adalah kenampakan yang berhubungan dengan ukuran dan bentuk butir serta
susunannya ( Pettijohn, 1975 ).
1. Ukuran Butir ( Grain Size )
Adalah suatu ukuran yang menyatakan besar atau kecilnya butiran pada batuan
sedimen, yang mana pemerian ukuran butir didasarkan pada pembagian besar
butir yang disampaikan oleh (Wentworth, 1922), seperti di bawah ini:

74
Tabel Ukuran butir pada batuan Sedimen (Wentworth, 1922)

Nama Butiran

Ukuran Butir (mm) Indonesia Inggris

> 256 Bongkah Boulder

64 – 256 Berangkal Couble

4 – 64 Kerakal Pebble

2–4 Kerikil Gravel

1–2 Sangat Kasar Very Coarse

0.5 – 1 Kasar Coarse

0.25 – 0.5 Sedang Medium

0.125 – 0.25 Pasir Halus Sand Fine

0.06 – 0.125 Sangat Halus Very Fine

0.004 – 0.06 Lanau Silt

< 0.004 Lempung Clay

2. Pemilahan ( Sorting )
Pemilahan adalah keseragaman ukuran besar butir penyusun batuan sedimen.
Dalam pemilahan dipergunakan pengelompokan sebagai berikut :
- Tepilah Baik (well sorted), Kenampakan ini diperlihatkan oleh ukuran besar
butir yang seragam pada semua komponen batuan sedimen.
- Terpilah Buruk (poorly sorted), merupakan kenampakan pada batuan
sedimen yang memiliki besar butir yang beragam dimulai dari lempung
hingga kerikil atau bahkan bongkah.
- Selain dua pengelompokan tersebut adakalanya seorang peneliti
menggunakan pemilahan sedang untuk mewakili kenampakan yang agak
seragam.

75
Gambar. Derajat sortasi

3. Kebundaran ( Roundness )
Kebundaran adalah nilai membulat atau meruncingnya bagian tepi butiran pada
batuan sedimen klastik sedang sampai kasar. Kebundaran dibagi menjadi:
 Membundar Sempurna (Well Rounded) Hampir semua butiran
permukaannyacembung (Equidimensional).
 Membundar (Rounded), Pada umumnya butiran memiliki permukaan
bundar,ujung-ujung dan tepi butiran cekung.
 Agak Membundar (Subrounded), Permukaan butiran umumnya datar
denganujung-ujung yang membundar.
 Agak Menyudut (Sub Angular), Permukaan butiran datar dengan ujung-
ujungyang tajam.
 Menyudut (Angular), Permukaan kasar dengan ujung-ujung butiran runcing
dantajam.

Gambar Kebundaran

4. Kemas
Kemas yaitu banyak sedikitnya rongga antar butir pada batuan sedimen.
Batuan sedimen yang memiliki kemas tertutup memiliki sedikit ruang antar butir dan
sebaliknya batuan sedimen yang berkemas terbuka berarti bahwa banyak ruang atau
rongga antar butir yang cenderung tertutup yang memilki ukuran butir pasir halus
hingga lempung karena pada ukuran tersebut cenderung sekali memiliki ruang antar
butiran.

76
5. Porositas
Porositas adalah perbandingan antara volume rongga dengan volume total
batuan (dinyatakan dalam persen). Porositas dapat diuji dengan meneteskan cairan
(air) ke dalam batuan. Istilah yang dipakai adalah porositas baik (batuan
menyerap air), porositas sedang (di antara baik-buruk), dan porositas buruk
(batuan tidak menyerap air). Jenis-jenis porositas : intergranular, microporosity,
dissolution dan fracture.

6. Struktur
Struktur sedimen merupakan suatu kelainan dari perlapisan normal dari batuan
sedimen yang diakibatkan oleh proses pengendapan dan keadaan energy
pembentuknya.Studi Struktur paling baik dilakukan di lapangan (Pettijhon, 1975 ).
Berdasarkan asalnya, struktur sedimen yang terbentuk dapat dibagi menjadi tiga
macam yaitu :
1. Struktur Sedimen Primer
Terbentuk karena proses sedimentasi, dapat merefleksikan mekanisme
pengendapannya. Struktur sedimen primer antara lain : perlapisan, gelembur
gelombang, perlapisan silang siur, konvolut, perlapisan bersusun dan lain-lain.
2. Struktur Sedimen Sekunder
Terbentuk setelah Proses sedimentasi, sebelum atau setelah diagenesa.
Menunjukkan keadaan lingkungan pengendapanmya. Contoh : Struktur sedimen
sekunder antara lain : Cetak beban, cetak suling dll. Struktur Organik
Struktur yang terbentuk oleh kegiatan organisme seperti molusca, cacing
atau binatang lainnya. Struktur organik antara lain : kerangka, laminasi
pertumbuhan dan lain-lain. Struktur batuan sedimen yang terpenting adalah
perlapisan. Struktur ini umum terdapat pada batuan Sedimen Klastik yang
terbentuknya disebabkan beberapa faktorantara lain:
Faktor-faktor yang mempengaruhi kenampakan adanya struktur perlapisan
adalah :

77
 Adanya perbedaan warna mineral.
 Adanya perbedaan ukuran besar butir.
 Adanya perbedaan komposisi mineral.
 Adanya perubahan macam batuan.
 Adanya perubahan struktur sedimen.
 Adanya perubahan kekompakan.

Macam - Macam Perlapisan :

1. Masif
Bila tidak menunjukkan struktur dalam ( Pettijohn & Potter, 1964 ) atau
ketebalan lebih dari 120 cm. ( Mc. Kee & Weir, 1953 )
2. Perlapisan Sejajar
Bila menunjukkan bidang perlapisan yang sejajar.
3. Laminasi
Perlapisan sejajar yang memiliki ketebalannya kurang dari 1 cm. Terbentuk
darisuspensi tanpa energi mekanis.
4. Perlapisan Pilihan
Bila perlapisan disusun oleh butiran yang berubah dari halus ke kasar pada
arahvertikal. Perlapisan Silang Siur
Perlapisan yang membentuk sudut terhadap bidang lapisan yang berada di
atas atau dibawahnya dan dipisahkan oleh bidang erosi, terbentuk akibat
intensitas arus yang berubah-ubah.

78
Gambar Bentuk – Bentuk lapisan Sedimen

79
Tabel. Pembagian lapisan berdasarkan ketebalannya (Mc. Kee&Weir, 1953)

• Komposisi Mineral
Komposisi mineral dari batuan sedimen klastik dapat dibedakan menjadi :
1. Fragmen
Fragmen adalah bagian butiran yang berukuran lebih besar, dapat berupa
pecahan-pecahan batuan, mineral, cangkang fosil dan zat organik.
2. Matrik (masa dasar)
Matrik adalah butiran yang berukuran lebih kecil dari fragmen dan terletak
diantaranya sebagai masa dasar. Matrik dapat berupa pecahan batuan, mineral
atau fosil.
3. Semen
Semen adalah material pengisi rongga serta pengikat antar butir sedimen,
dapatberbentuk Amorf atau Kristalin. Bahan bahan semen yang lazim adalah :
 Semen karbonat (kalsit dan dolomit).
 Semen silika (kalsedon, kuarsa).
 Semen oksida besi (limonit, hematit dan siderit).
 Pada sedimen berbutir halus (lempung dan lanau) semen umumnya
tidakhadir karena tidak adanya rongga antar butiran.

6.5 Pemerian Batuan Sedimen Non Klastik

Pemerian batuan sedimen Non Klastik didasarkan pada :

• Struktur
Struktur batuan sedimen Non klastik terbentuk oleh reaksi kimia maupun
aktifitasorganisme. Macam-macamnya :
a. Fossiliferous, struktur yang menunjukkan adanya fosil.

80
b. Oolitik, struktur dimana fragmen klastik diselubungi oleh mineral non
klastik,bersifat konsentris dengan diameter kurang dari 2 mm.
c. Pisolitik, sama dengan oolitik tetapi ukuran diameternya lebih dari 2 mm.
d. Konkresi, sama dengan oolitik namun tidak konsentris.
e. Cone in cone, struktur pada batugamping kristalin berupa pertumbuhan
kerucut.
f. Bioherm, tersusun oleh organisme murni insitu.
g. Biostorm, seperti bioherm namun bersifat klastik.
h. Septaria, sejenis konkresi tapi memiliki komposisi lempungan. Ciri khasnya
adalah adanya rekahan-rekahan tak teratur akibat penyusutan bahan lempungan
tersebut karena proses dehidrasi yang semua celah-celahnya terisi oleh mineral
karbonat.
i. Goode, banyak dijumpai pada batugamping, berupa rongga-rongga yang terisi
oleh kristal-kristal yang tumbuh ke arah pusat rongga tersebut. Kristal dapat
berupa kalsit maupun kuarsa.
j. Styolit, kenampakan bergerigi pada batugamping sebagai hasil pelarutan.
• Tekstur
Tekstur dibedakan menjadi :
a. Kristalin
Terdiri dari kristal-kristal yang interlocking. Untuk pemeriannya
menggunakan
skala (Wenthworth, 1922) dengan modifikasi sebagai berikut :

Tabel. Pemerian Batupasir dari skala (Wentworth, 1922)

Nama Butir Besar Butir (mm)

Berbutir kasar >2

Berbutir sedang 1/16 ± 2

Berbutir halus 1/256 ± 1/16

Berbutir sangat halus < 1/256

81
b. Amorf
Terdiri dari mineral yang tidak membentuk kristal-kristal atau amorf (non
klastik).
c. Komposisi Mineral
Monomineralik Karbonat.

6.6 Batuan Sedimen Karbonat

Batuan karbonat didefinisikan sebagai batuan dengan kandungan material karbonat


lebihdari 50 % yang tersusun atas partikel karbonat klastik yang tersemenkan atau karbonat
kristalin hasil presipitasi langsung (Reijers & 1986). Bates & Jackson (1987)
mendefinisikan batuan karbonat sebagai batuan yang komponen utamanya adalah mineral
karbonat dengan berat keseluruhan lebih dari 50 %. Sedangkan batugamping, menurut
definisi Reijers & Hsu (1986) adalah batuan yang mengandung kalsium karbonat hingga 95
%.Sehingga tidak semua batuan karbonat merupakan batugamping.
Batuan karbonat terbentuk oleh proses sedimentasi organik, sedimentasi mekanis,
sedimentasi kimiawi atau kombinasi dari proses-proses tersebut. Batuan karbonat yang
terbentuk oleh proses sedimentasi organik (kumpulan cangkang moluska, alga,
foraminifera, coral, dll) akan menghasilkan batugamping terumbu; oleh proses sedimentasi
mekanis (hasil rombakan batuan karbonat yang terbentuk lebih dahulu) akan menghasilkan
batugamping klastik atau kalkarenit; oleh proses sedimentasi kimiawi (dolomitisasi) akan
menghasilkan batugamping yang kaya dolomit (dolostone); oleh proses sedimentasi organik
dan mekanis akan menghasilkan batugamping bioklastik; oleh proses sedimentasi organik
dan kimiawi akan menghasilkan batugamping oolit; oleh proses sedimentasi mekanis dan
kimiawi akan menghasilkan batugamping kristalin.
Dua jenis batuan karbonat yang utama adalah batugamping (limestone) dan dolomite
(dolostone). Suatu batuan karbonat disebut batugamping (limestone) bila tersusun oleh
kalsit
≥90% dan disebut dolomite (dolostone) bila tersusun oleh dolomit ≥90% (Boggs, 1987).

Batuan karbonat terutama terbentuk di lingkungan laut dangkal (supratidal – subtidal)


seperti batugamping terumbu. Selain itu, dapat juga terbentuk di laut dalam sebagai
endapan pelagik atau turbidit seperti chalk dan cherty limestone, dan terbentuk di danau dan
pada tanah(soil) seperti caliche (vadose pisoid) (Tucker, 1982)
Dalam praktikum, akan disajikan klasifikasi sebagai berikut :
• Batugamping Klastik
Adalah Batugamping yang terbentuk dari pengendapan kembali rombakan
batugamping asal. Contoh : Kalsirudit, Kalkarenit, Kalsilutit.
82
• Batugamping Non Klastik
Terbentuk dari proses kimia maupun aktifitas organisme dan umum
monomineralik.Dapat dibedakan berdasarkan :
 Hasil biokimia : bioherm, biostorm
 Hasil larutan kimia : travertin, tufa.
 Hasil replacement : batu gamping fosfat, batu gamping dolomit,
batu
gamping silikat, dll.

6.7 Pemerian Batuan Sedimen Karbonat Klastik

• Struktur
Struktur batuan sedimen karbonat klastik sama dengan batuan sedimen klastik.
• Tekstur
Tekstur pada batuan sedimen karbonat klastik sama dengan batuan sedimen klastik
yaitu, ukuran butiran, pemilahan, kebundaran butiran, kemas, abrasi, kontak antar
butiran. Namun ada sedikit perbedaan dalam pembagian ukuran butirnya.
Tabel. Ukuran Butir Batuan Sedimen Karbonat Klastik

Nama butir Ukurun butir (mm)

Rudite >1

Arenit 0,062 ±1

Lutite < 0,062

• Komposisi dan Komponen Batuan Karbonat


Komposisi dari batuan sedimken karbonat klastik dapat dibagi menjadi menurut
Komposisi Kimia Mineral dan Komponen pembentuk batuan tersebut
Komposisi kimia/mineral batuan karbonat
 Aragonit CaCO3 (ortorombik) : hasil presipitasi langsung dari air laut secara
kimiawi atau berasal dari proses biogenic (ganggang hijau), bentuk serabut, dan tidak
stabil.
 Kalsit CaCO3 (heksagonal) : mineral lebih stabil, berbentuk hablur yaang
baik/spar, kalsit bila diberi alizarin red menjadi merah.
83
 High-Mg Calcite : kandungan MgCO3
≥4%, terbentuk pada daerah yang hangat
Low-Mg Calcite : kandungan MgCO3<4%, terbentuk pada daerah yang dingin

 Dolomit CaMg(CO3)2 (heksagonal) : berbentuk belah ketupat, tidak bereaksi


dengan alizarinred, kebanyakan hasil
dolomitisasi dari kalsit
 Magnesit MgCO3 (heksagonal) : biasanya berasosiasi dengan evaporit
 Siderit FeCO3 (heksagonal)
 Ankerite Ca(Fe,Mg)(CO3)2 (heksagonal)
Komponen pembentuk batuan karbonat
Menurut Tucker (1991) komponen penyusun batugamping dibedakan atas non skeletal grain,
skeletal grain, matrix, dan cement.
1) Non Skeletal Grain, terdiri dari :
a. Ooid dan Pisolid
Ooid adalah butiran karbonat yang berbentuk bulat atau elips yang mempunyai satu
atau lebih struktur lamina yang konsentris dan mengelilingi inti. Inti penyusun
biasanya partikel karbonat atau butiran kuarsa. Ooid memliki ukuran butir < 2 mm
dan apabila memiliki ukuran >2 mm disebut pisoid.

Gambar Ooid dan Pisolid

84
b. Peloid
Peloid adalah butiran karbonat yang berbentuk bulat, elipsoid atau meruncing yang
tersusun oleh micrite dan tanpa struktur internaL Ukuran dari peloid antara 0,1 - 0,5
mm.
c. Pellet
Pellet merupakan partikel berukuran < 1mm berbentuk spheris atau elips dengan
komposisi CaCO3. Secara genetic pellet merupakan kotoran dari organisme.
d. Agregat dan Interklas
Agregat merupakan kumpulan dari beberapa macam butiran karbonat yang tersemen
bersama-sama oleh semen mikrokristalin atau tergabung akibat material organik.
Sedangkan intraklas ialah fragmen dari sedimen yang sudah terlitifikasi atau setengah
terlitifikasi yang terjadi akibat pelepasan air lumpur pada daerah pasang surut/ tidal
flat.

Gambar Komponen Butiran Non-Skeletal

85
2) Skeletal Grain
Merupakan butiran cangkang penyusun batuan karbonat yang terdiri dari seluruh
mikrofosil, butiran fosil ataupun pecahan dari fosil-fosil makro. Cangkang ini
merupakan allochem yang paling umum dijumpai dalam batugamping.

Gambar Komponen Butiran Skeletal


3) Lumpur Karbonat atau micrite
Micrite adalah matriks yang biasanya berwarna gelap. Pada batugamping hadir
sebagai butir yang sangat halus. Micrite memilliki ukuran butir kurang
dari 4 um. Micrite dapat mengalamai alterasi dan dapat tergantikan oleh mosaik
mikrospar yang kasar.
4) Semen atau Sparit
Semen terdiri dari material halus yang menjadi pengikat antar butiran dan
mengisi rongga pori yang terendapkan setelah fragmen dan matriks. Semen dapat
berupa kalsit, silika, sulfat atau oksida besi.

6.8 Pemerian Batuan Sedimen Karbonat Non Klastik

Pemeriannya sama dengan pemerian batuan sedimen Non Klastik lainnya hanya
sajadalam jenis batuan memakai Karbonat Non Klastik.

6.9 Klasifikasi Batuan Karbonat

1. Klasifikasi Grabau (1904)


Grabau mengklasifikasikan batugamping berdasarkan ukuran butir menjadi 5 yaitu :
 Calcirudite : batugamping yang ukuran butirnya lebih besar dari pasir (>2
mm).
 Calcarenite : batugamping yang ukuran butirnya sama dengan pasir (1/16
- 2mm).
 Calcilutite :batugamping yang ukuran butirnya lebih kecil dari pasir
(<1/16mm).

86
 Calcipulverite : batugamping hasil presipitasi kimiawi seperti batugamping
kristalin.
 Batugamping organik : batugamping hasil pertumbuhan organisme secara
insituseperti batugamping terumbu dan stromatolite.
2. Klasifikasi Folk (1962)
Berdasarkan perbandingan relatif antara allochem, micrite dan sparite serta jenis
allochem yang dominan, Folk mengklasifikasikan batugamping menjadi 4 yaitu :
batugamping tipe I allochemical rocks dengan sparry calcite cement, batugamping
tipe II allochemical rocks dengan microcrystalline calcite matrix (allochemical
>10%), batugamping tipe III orthochemical rocks (allochemical ≤10%), dan
batugamping tipe IV autochthonous reef rocks. Batas ukuran butir yang digunakan
Folk untuk membedakan antara allochem dan micrite adalah 4 micron (lempung).

Gambar Klasifikasi Folk (1962)

3. Klasifikasi Dunham (1962)


Dunham mengklasifikasikan batugamping berdasarkan tekstur pengendapan
(yaitu derajat perubahan tekstur pengendapan, komponen asli terikat atau tidak
terikat selama proses pengendapan, tingkat kelimpahan antara butiran dan lumpur
karbonat) menjadi 5 yaitu : mudstone, wackestone, packstone, grainstone dan
boundstone, sedangkan batugamping yang tidak menunjukan tekstur pengendapan
disebut crystalline carbonate. Batas ukuran butir yang digunakan Dunham untuk
membedakan antara butiran dan lumpur karbonat adalah 20 micron (lanau
kasar).Klasifikasi batugamping yang didasarkan pada tekstur pengendapan dapat
dihubungkan dengan fasies terumbu dan tingkat energi yang bekerja sehingga
dapat untuk menginterpretasikan lingkungan
pengendapan.

87
Gambar Klasifikasi Dunham (1962)

4. Klasifikasi Embry & Klovan (1971)


Embry & Klovan mengklasifikasikan batugamping berdasarkan tekstur
pengendapan dan merupakan pengembangan dari klasifikasi Dunham yaitu dengan
menambahkan kolom khusus pada kolom boundstone, menghapuskan kolom
crystalline carbonate dan membedakan prosentase butiran yang berdiameter ≤2 mm
dari butiran yang berdiameter >2 mm, ukuran butir ≥0,03-2 mm dan ukuran lumpur
karbonat <0,03mm.
Embry & Klovan mengklasifikasikan batugamping menjadi 2 kelompok yaitu
batugamping autochthon dan batugamping allochthon.

Gambar Klasifikasi Menurut Embry & Klovan (1971)

88
6.10 Diagenesa Batuan Karbonat

• Lingkungan Diagenesis
 Diagenesis di bawah air laut : laut dangkal, bagian laut dalam
 Meteoric diagenesis / freskwater diagenesis : diatas muka air tanah, di bawah muka
air tanah
• Lingkup Dan Proses Diagenesis
 Lingkup diagenesis : pengisian pori, lithifikasi, neomorphisme dan pelarutan
 Proses diagenesis
1. Pengisian pori dengan mikrit/lumpur karbonat
2. Mikritisasi oleh gangang
3. Pelarutan
4. Sementasi
5. Polimorfisme
6. Rekristaliasi
7. Pengubahan/penggantian
8. Dolomitisasi
9. Silisifikasi
 Sementasi : proses perekatan antar butir batuan akibat adanya proses pelarutan dan
pembatuan

89
Nama Batuan : Nama Batuan : Nama Batuan :
Breksi/Konglomerat/ Kalkarenit/Kalsirudit/Kalsilutit
RijangBatubara/Batugamping
Batupasir/Batulempung/ kristalin, dll
Batulanau, dll

90

Anda mungkin juga menyukai