Anda di halaman 1dari 34

A.

MAKSUD DAN TUJUAN


1. Maksud
Untuk melakukan identifikasi aspek-aspek morfologi butiran kerakal yang meliputi
bentuk (form), derajat kebolaan (sphericity) dan derajat kebundaran (roundness).

2. Tujuan
Untuk mengetahui proses - proses geologi yang berperanan terhadap mekanisme
transportasi dan deposisi sedimen tersebut berdasarkan morfologi butir kerakal.
B. DASAR TEORI

Morfologi butir merupakan aspek tekstur sedimen yang utama. Tucker (1991), menyatakan
bahwa aspek morfologi butir adalah bentuk (form), derajat kebolaan (sphericity), dan derajat
kebundaran (roundness). Sedangkan Pettijon (1975) dan Boggs (1992), menekankan bahwa
aspek morfologi adalah bentuk (form), kebundaran (roundess), dan tesktur permukaan. Tekstur
permukaan sendiri lebih mengacu pada kenampakan relief mikro permukaan butir. Pettijohn
dan Boggs menganggap bahwa sphericity adalah metode untuk menyatakan suatu bentuk
(form) suatu butiran.

1. Bentuk Butir
Merupakan keseluruhan permukaan kenampakan partikel secara 3D yang dimana
membandingkan nilai sumbu panjang , menengah, dan pendek. Cara yang paling sederhana
untuk mendefinisikan bentuk butir diperkenalkan oleh Zing (1935) dengan cara
perbandingan b/a dan c/b untuk menjelaskan butir dalam 4 bentuk yaitu , oblate , prolate ,
bladed dan equant.Sebagai informasi sumbu a mewakili sumbu Panjang , sumbu b
menengah , dan sumbu c untuk yang pendek.

Klasifikasi butiran pebel berdasarkan perbandingan antara sumbu (Zing, 1935, diambil
dari Pettijohn, 1975 dengan modifikasi)

No. kelas b/a c/b Bentuk


I >2/3 <2/3 Oblate
II >2/3 >2/3 Equant
III <2/3 <2/3 Bladed
IV <2/3 >2/3 Prolate
Klasifikasi bentuk butir menurut Zingg (1935)
2. Sphericity
Sphericity () di definisikan sebagai ukuran bagaimana suatu butiran mendekati bentuk
bola. Maka semakin suatu butiran mendekati bola maka akan memiliki nilai sphericity yang
semakin tinggi. (Wadell (1932) mendefinisikan sphericity yang sebenarnya (true sphericity)
sebagai luas permukaan butir dibagi dengan luas permukaan sebuah bola yang keduanya
mempunyai volume sama, sehingga rumus sphericity menurut Wadell (1932) adalah :

3 𝑉𝑝
𝑝 = √
𝑉𝑐𝑠

Vp : volume butiran yang diukur


Vcs : volume terkecil suatu bola yang melingkupi partikel tersebut (circumscribing sphere)

Krumbein (1941) kemudian menyempurnakan rumus tersebut dengan memberikan nilai


volume bola dengan π/6D3, dimana D adalah diameter bola. Dengan asumsi bahwa butiran
secara 3 dimensi dapat diukur panjang sumbu-sumbunya, maka diameter butiran dijabarkan
dalam bentuk DL, DI, dan DS, dengan L, I, S adalah panjang sumbu terpanjang ( length),
menengah ( intermediet), dan terpendek ( short), sehingga diperoleh rumusan sebagai
berikut :

3 6𝜋𝐷𝐿 𝐷𝐼 𝐷𝑆 3 𝐷𝐼 𝐷𝑆
𝐼 = √ 3 = √ 2
6𝜋𝐷𝐿 𝐷𝐿

Rumus ini dikenal dengan intercept sphericity (𝐼 ).Namun terjadi lagi perubahan oleh
Sneed and Folk (1958) bahwa rumus ini tidak dapat secara tepat menggambarkan perilaku
butiran ketika diendapkan , atau dengan kata lain menjadi

3 𝐷2
Ψp = √𝐷 𝑆𝐷
𝐿 𝐼

Dalam hal ini, Ds : sumbu terpendek (short), Dl : sumbu menengah (intermediete) dan
DL : sumbu terpanjang (long).
Dalam Hal ini L,I,dan S mewakili long , intermediet , dan short sama seperti rumus yang
diajukan oleh Krumbein ( 1941 ), namun ternyata menurut Boggs ( 1987 ) , rumus terbaru
ini tidak lebih valid dari Intercept Sphericity , terutama ketika diaplikasikan pada sedimen
yang diendapkan oleh aliran arus maupun air.
Dengan tanpa mempertimbangkan bagaimana sphericity dihitung, Boggs (1987)
menyatakan bahwa hasil perhitungan sphericity yang sama terkadang dapat diperoleh pada
semua bentuk butir. Gambar 2 menunjukkan bahwa partikel dengan bentuk yang berbeda
bisa mempunyai nilai sphericity yang sama. Untuk mendefinisikan sphericity dari hitungan
matematis.
Folk (1968) mengklasifikasikan sphericity sebagai berikut :

Hitungan matematis Kelas


< 0,60 Very elongate
0,60-0,63 Elongate
0,63-0,66 Subelongate
0,66-0,69 Intermediet shape
0,69-0,72 Subsequent
0,72-0,75 Equent
>0,75 Veryequent

3. Roundness
Roundess adalah morfologi butir yang berkaitan dengan ketajaman pinggir dan sudut
suatu partikel sedimen klastik. Menurut Wadell (1932), rumus dari Roundess adalah :
𝑟
∑( ) ∑(𝑟)
𝑅𝑤 = 𝑅 =
𝑁 𝑅𝑁
Dimana r adalah jari-jari kurva tiap sudut, R adalah jari-jari maksimum bola yang dapat
masuk butir, dan N adalah banyaknya sudut yang diukur. Powers (1953) memiliki gambaran
dalam roundness ini dan dituang dalam bentuk visual roundness sebagai berikut :

Tabel visual roundness secara sketsa (Krumbein, 1941)


Tabel visal foto roundness (Power, 1953)
Dan Wadell(1932) memiliki korelasi atau hubungan dalam hal roundess ini. korelasinya
dibuat dalam bentuk klasifikasi sebagai berikut :

Interval kelas Visual kelas


(Wadell, 1932) (Powers, 1953)
0,12-0,17 Very angular
0,17-0,25 Angular
0,25-0,35 Subangular
0,35-0,49 Subrounded
0,49-0,70 Rounded
0,70-1 Well rounded

Untuk ukuran butiran seperti pasir akan sulit apabila dilakukan dengan metode matematis.
Oleh karena itu Rittenhouse (1943) menggunakan visual pembanding untuk menentukan nilai
sphericity.
Bentuk butir pasir cenderung lebih sukar untuk mengalami perubahan bentuk akibat abrasi
dan pemecahan pada saat proses transportasi. Oleh sebab itu, sphericity dari sedimen berukuran
pasir akan relatif banyak dipengaruhi oleh bentuk asal sumbernya. Analisis sphericity
umumnya dilakukan pada butir kuarsa. Hal ini dilakukan karena kuarsa merupakan mineral
yang memiliki sifat resistensi yang tinggi dan keras sehingga menyebabkan sphericity setelah
butir tertransportasi tidak akan jauh beda dengan sebelum proses transportasi. Akibat sifatnya
tersebut, kuarsa banyak dijumpai pada batuan sedimen, khususnya sedimen silisiklastik. Namun
untuk melakukan perbandingan terhadap sphericity setelah mengalami transportasi, maka
pengamatan terhadap mineral lain maupun litik juga dapat dilakukan.

Sphericity juga akan berpengaruh terhadap kecepatan pengendapan sedimen. Dalam sistem
suspensi, butiran pasir yang tidak spheris akan tertahan lebih lama pada media suspensi
dibandingkan dengan yang spheris.

4. Tekstural Matuirity

Plumley (1948) berpendpaat bahwa maturitas dari kerikil atau pasir sebagai sesuatu yang
tersusun dari well sorted, dan secara mineralogi tersrun dari butir yang dewasa. Folk (1951)
mendefinisikan maturitas tekstur sebagai derajat pasir terbebas dari intersitial clay, lalu
tingkatnya untuk mencapai well rounded dan well sorted. Lingkungan pengendapan
bagaimanapun juga mengontrol maturitas tekstur.
5. Diagram Hjulstorm

Diagram Hjulstorm merupakan diagram yang menunjukkan hubungan antara kecepatan


aliran dan ukuran butir sedimen terhadap proses transportasi sedimen yang terjadi. Dari gambar
di bawah dapat dilihat bahwa semakin besar ukuran butir, maka kecepatan aliran yang
dibutuhkan untuk mentransportasi butiran tersebut akan semakin besar pula. Begitu pula pada
saat deposisi terjadi. Butiran sedimen yang berukuran lebih besar akan terdeposisi pada
kecepatan aliran yang lebih tinggi. Pada sedimen berukuran lempung, sifat kohesifnya pada saat
mulai mengalami konsolidasi menyebabkan butiran memerlukan kecepatan aliran yang sangat
tinggi untuk mentransportasinya.
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
 Mikroskop
 Jarum pentul atau tusuk gigi
 Kamera atau HP
 Buku panduan praktikum
 Kertas HVS
 Alat tulis
2. Bahan
 Sampel pasir mesh 60 per LP (LP 1, 2, dan 3)
D. LANGKAH KERJA

• Persiapkan sampel pasir yang akan dianalisis dengan mikroskop


1

• Sampel pasir diletakkan di meja preparat mikroskop


2

• Dengan bantuan jarum pentul atau tusuk gigi, pilih 25 butir untuk masing-
3 masing komposisi yang akan di analisis

• Komposisi yang di analisis untuk mineral ringan adalah Kuarsa, Feldspar,


4 Fragmen Batuan

• Untuk mineral berat sendiri pilih satu jenis untuk dianalisis agar tidak terjadi
5 perbedaan resistensi karena perbedaan mineral

• Setelah dipilih 25 butir, lakukan analisis morfologi butir dengan mikroskop


6 berdasarkan aspek yang telah dibahas

• Catat hasil analisis dalam bentuk tabel dan lakukan interpretasi


7
E. ANALISIS DATA
1. Tabel dan Kurva Frekuensi Kumulatif Bentuk Butir
a. STA 12 LP 1

Tabel bentuk butir LP 1


Mineral
Mineral
Bentuk Kuarsa Feldspar Litik
Berat
f fk f fk f fk f fk
Oblate 4 4 3 3 0 0 5 5
Prolate 3 7 0 3 2 2 1 6
Bladed 0 7 0 3 0 2 4 10
Equant 18 25 22 25 23 25 15 25
Jumlah 25 25 25 25

Kurva Frekuensi Kumulatif Bentuk Butir LP 1


30

25

20

15

10

0
Oblate Prolate Bladed Equant

Kuarsa Feldspar Litik Mineral Berat

b. STA 12 LP 2

Tabel bentuk butir LP 2


Mineral
Mineral
Bentuk Kuarsa Feldspar Litik
Berat
f fk f fk f fk f fk
Oblate 1 1 2 2 0 0 2 2
Prolate 3 4 5 7 3 3 4 6
Bladed 0 4 0 7 2 5 1 7
Equant 21 25 18 25 20 25 18 25
Jumlah 25 25 25 25
Kurva Frekuensi Kumulatif Bentuk Butir LP 2
30

25

20

15

10

0
Oblate Prolate Bladed Equant

Kuarsa Feldspar Litik Mineral Berat

c. STA 12 LP 3
Tabel bentuk butir LP 3

Mineral
Mineral
Bentuk Kuarsa Feldspar Litik
Berat
f fk f fk f fk f fk
Oblate 0 0 1 1 4 4 4 4
Prolate 2 2 1 2 2 6 3 7
Bladed 1 3 3 5 0 6 0 7
Equant 22 25 20 25 19 25 18 25
Jumlah 25 25 25 25
Kurva Frekuensi Kumulatif Bentuk Butir LP 3
30

25

20

15

10

0
Oblate Prolate Bladed Equant

Kuarsa Feldspar Litik Mineral Berat

2. Tabel dan Kurva Frekuensi Kumulatif Sphericity


a. STA 12 LP 1

Tabel sphericity LP 1

Kuarsa Feldspar Litik Mineral Berat


Sphericity a
f f2 fk a*f f f2 fk a*f f f2 fk a*f f f2 fk a*f
0,45 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0,47 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0,49 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Very 0,51 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Elongate 0,53 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0,55 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0,57 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0,59 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Elongate 0,61 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0,63 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Subelongate
0,65 3 9 3 1,95 1 1 1 0,65 3 9 3 1,95 0 0 0 0
Intermediate 0,67 2 4 5 1,34 1 1 2 0,67 0 0 3 0 6 36 6 4,02
Shape 0,69 0 0 5 0 5 25 7 3,45 0 0 3 0 0 0 6 0
Subequent 0,71 3 9 8 2,13 5 25 12 3,55 1 1 4 0,71 3 9 9 2,13
0,73 2 4 10 1,46 0 0 12 0 3 9 7 2,19 0 0 9 0
Equent
0,75 0 0 10 0 4 16 16 3 0 0 7 0 4 16 13 3
0,77 1 1 11 0,77 0 0 16 0 0 0 7 0 0 0 13 0
0,79 3 9 14 2,37 1 1 17 0,79 8 64 15 6,32 6 36 19 4,74
Very Equent
0,81 0 0 14 0 0 0 17 0 6 36 21 4,86 0 0 19 0
0,83 7 49 21 5,81 8 64 25 6,64 2 4 23 1,66 6 36 25 4,98
0,85 1 1 22 0,85 0 0 25 0 0 0 23 0 0 0 25 0
0,87 0 0 22 0 0 0 25 0 2 4 25 1,74 0 0 25 0
0,89 0 0 22 0 0 0 25 0 0 0 25 0 0 0 25 0
0,91 3 9 25 2,73 0 0 25 0 0 0 25 0 0 0 25 0
0,93 0 0 25 0 0 0 25 0 0 0 25 0 0 0 25 0
0,95 0 0 25 0 0 0 25 0 0 0 25 0 0 0 25 0
0,97 0 0 25 0 0 0 25 0 0 0 25 0 0 0 25 0
Jumlah 25 95 19,4 25 133 18,8 25 127 19,4 25 133 18,9
Mean 0,7764 0,75 0,7772 0,7548
Ralat 0,069721669 0,08660254 0,084162541 0,08660254

Kurva Frekuensi Kumulatif Sphericity LP 1


30

25

20

15

10

0
0.63

0.85
0.45
0.47
0.49
0.51
0.53
0.55
0.57
0.59
0.61

0.65
0.67
0.69
0.71
0.73
0.75
0.77
0.79
0.81
0.83

0.87
0.89
0.91
0.93
0.95
0.97
Kuarsa Feldspar Litik Mineral Berat

b. STA 12 LP 2

Tabel sphericity LP 2

Kuarsa Feldspar Litik Mineral Berat


Sphericity a
f f2 fk a*f f f2 fk a*f f f2 fk a*f f f2 fk a*f
0,45 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0,47 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0,49 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Very 0,51 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Elongate 0,53 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0,55 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0,57 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0,59 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Elongate 0,61 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0,63 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Subelongate
0,65 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Intermediate 0,67 0 0 0 0 4 16 4 2,68 0 0 0 0 4 16 4 2,68
Shape 0,69 2 4 2 1,38 2 4 6 1,38 0 0 0 0 2 4 6 1,38
Subequent 0,71 5 25 7 3,55 3 9 9 2,13 1 1 1 0,71 1 1 7 0,71
0,73 0 0 7 0 0 0 9 0 0 0 1 0 0 0 7 0
Equent
0,75 3 9 10 2,25 3 9 12 2,25 4 16 5 3 7 49 14 5,25
0,77 0 0 10 0 0 0 12 0 3 9 8 2,31 0 0 14 0
0,79 3 9 13 2,37 10 100 22 7,9 8 64 16 6,32 3 9 17 2,37
0,81 0 0 13 0 0 0 22 0 3 9 19 2,43 0 0 17 0
0,83 11 121 24 9,13 3 9 25 2,49 6 36 25 4,98 6 36 23 4,98
0,85 1 1 25 0,85 0 0 25 0 0 0 25 0 1 1 24 0,85
Very Equent 0,87 0 0 25 0 0 0 25 0 0 0 25 0 0 0 24 0
0,89 0 0 25 0 0 0 25 0 0 0 25 0 1 1 25 0,89
0,91 0 0 25 0 0 0 25 0 0 0 25 0 0 0 25 0
0,93 0 0 25 0 0 0 25 0 0 0 25 0 0 0 25 0
0,95 0 0 25 0 0 0 25 0 0 0 25 0 0 0 25 0
0,97 0 0 25 0 0 0 25 0 0 0 25 0 0 0 25 0
Jumlah 25 169 19,5 25 147 18,8 25 135 19,8 25 117 19,1
Mean 0,7812 0,7532 0,79 0,7644
Ralat 0,1 0,092044675 0,087400737 0,079930525

Kurva Frekuensi Kumulatif Sphericity LP 2


30

25

20

15

10

0
0.63

0.85
0.45
0.47
0.49
0.51
0.53
0.55
0.57
0.59
0.61

0.65
0.67
0.69
0.71
0.73
0.75
0.77
0.79
0.81
0.83

0.87
0.89
0.91
0.93
0.95
0.97

Kuarsa Feldspar Litik Mineral Berat

c. STA 12 LP 3

Tabel sphericity LP 3
Kuarsa Feldspar Litik Mineral Berat
Sphericity a
f f2 fk a*f f f2 fk a*f f f2 fk a*f f f2 fk a*f
0,45 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0,47 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0,49 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Very 0,51 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Elongate 0,53 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0,55 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0,57 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0,59 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Elongate 0,61 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0,63 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Subelongate
0,65 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Intermediate 0,67 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 4 2 1,34
Shape 0,69 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0
Subequent 0,71 0 0 0 0 0 0 0 0 2 4 2 1,42 1 1 3 0,71
0,73 0 0 0 0 0 0 0 0 2 4 4 1,46 0 0 3 0
Equent
0,75 2 4 2 1,5 3 9 3 2,25 0 0 4 0 5 25 8 3,75
0,77 1 1 3 0,77 2 4 5 1,54 2 4 6 1,54 2 4 10 1,54
0,79 3 9 6 2,37 2 4 7 1,58 1 1 7 0,79 0 0 10 0
0,81 1 1 7 0,81 4 16 11 3,24 9 81 16 7,29 7 49 17 5,67
0,83 8 64 15 6,64 10 100 21 8,3 2 4 18 1,66 5 25 22 4,15
0,85 2 4 17 1,7 1 1 22 0,85 3 9 21 2,55 0 0 22 0
Very Equent 0,87 0 0 17 0 3 9 25 2,61 0 0 21 0 3 9 25 2,61
0,89 8 64 25 7,12 0 0 25 0 4 16 25 3,56 0 0 25 0
0,91 0 0 25 0 0 0 25 0 0 0 25 0 0 0 25 0
0,93 0 0 25 0 0 0 25 0 0 0 25 0 0 0 25 0
0,95 0 0 25 0 0 0 25 0 0 0 25 0 0 0 25 0
0,97 0 0 25 0 0 0 25 0 0 0 25 0 0 0 25 0
Jumlah 25 147 20,9 25 143 20,4 25 123 20,3 25 117 19,8
Mean 0,8364 0,8148 0,8108 0,7908
Ralat 0,092044675 0,090523171 0,082495791 0,079930525
Kurva Frekuensi Kumulatif Sphericity LP 3
30

25

20

15

10

0
0.63

0.85
0.45
0.47
0.49
0.51
0.53
0.55
0.57
0.59
0.61

0.65
0.67
0.69
0.71
0.73
0.75
0.77
0.79
0.81
0.83

0.87
0.89
0.91
0.93
0.95
0.97
Kuarsa Feldspar Litik Mineral Berat

3. Tabel dan Kurva Frekuensi Kumulatif Roundness


a. STA 12 LP 1

Tabel roundness LP 1

Kuarsa Feldspar Litik Mineral Berat


Roundness a
f f2 fk a*f f f2 fk a*f f f2 fk a*f f f2 fk a*f
Very Angular 0,15 3 9 3 0,45 2 4 2 0,3 4 16 4 0,6 3 9 3 0,45
Angular 0,2 5 25 8 1 4 16 6 0,8 5 25 9 1 6 36 9 1,2
Subangular 0,3 5 25 13 1,5 6 36 12 1,8 4 16 13 1,2 6 36 15 1,8
Subrounded 0,4 8 64 21 3,2 8 64 20 3,2 9 81 22 3,6 8 64 23 3,2
Rounded 0,6 4 16 25 2,4 4 16 24 2,4 3 9 25 1,8 2 4 25 1,2
Very Rounded 0,85 0 0 25 0 1 1 25 0,85 0 0 25 0 0 0 25 0
Jumlah 25 139 8,55 25 137 9,35 25 147 8,2 25 149 7,85
Mean 0,342 0,374 0,328 0,314
Ralat 0,088975652 0,08819171 0,092044675 0,092796073
Kurva Frekuensi Kumulatif Roundness LP 1
30

25

20

15

10

0
Very Angular Angular Subangular Subrounded Rounded Very Rounded

Kuarsa Feldspar Litik Mineral Berat

b. STA 12 LP 2

Tabel roundness LP 2

Kuarsa Feldspar Litik Mineral Berat


Roundness a
f f2 fk a*f f f2 fk a*f f f2 fk a*f f f2 fk a*f
Very Angular 0,15 1 1 1 0,15 2 4 2 0,3 2 4 2 0,3 2 4 2 0,3
Angular 0,2 1 1 2 1 5 25 7 1 1 1 3 0,2 4 16 6 0,8
Subangular 0,3 3 9 5 1,5 5 25 12 1,5 8 64 11 2,4 4 16 10 1,2
Subrounded 0,4 6 36 11 3,2 9 81 21 3,6 10 100 21 4 6 36 16 2,4
Rounded 0,6 9 81 20 2,4 4 16 25 2,4 3 9 24 1,8 9 81 25 5,4
Very Rounded 0,85 5 25 25 0 0 0 25 0 1 1 25 0,85 0 0 25 0
Jumlah 25 153 8,25 25 151 8,8 25 179 9,55 25 153 10,1
Mean 0,33 0,352 0,382 0,404
Ralat 0,094280904 0,093541435 0,103413947 0,094280904
Kurva Frekuensi Kumulatif Roundness LP 2
30

25

20

15

10

0
Very Angular Angular Subangular Subrounded Rounded Very Rounded

Kuarsa Feldspar Litik Mineral Berat

c. STA 12 LP 3

Tabel roundness LP 3

Kuarsa Feldspar Litik Mineral Berat


Roundness a
f f2 fk a*f f f2 fk a*f f f2 fk a*f f f2 fk a*f
Very Angular 0,15 1 1 1 0,15 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0,15
Angular 0,2 3 9 4 1 1 1 1 0,2 2 4 2 0,4 4 16 5 0,8
Subangular 0,3 5 25 9 1,5 3 9 4 0,9 5 25 7 1,5 5 25 10 1,5
Subrounded 0,4 9 81 18 3,2 8 64 12 3,2 9 81 16 3,6 10 100 20 4
Rounded 0,6 5 25 23 2,4 8 64 20 4,8 7 49 23 4,2 4 16 24 2,4
Very Rounded 0,85 2 4 25 0 5 25 25 4,25 2 4 25 1,7 1 1 25 0,85
Jumlah 25 145 8,25 25 163 13,4 25 163 11,4 25 159 9,7
Mean 0,33 0,534 0,456 0,388
Ralat 0,091287093 0,097894501 0,097894501 0,096465308
Kurva Frekuensi Kumulatif Roundness LP 3
30

25

20

15

10

0
Very Angular Angular Subangular Subrounded Rounded Very Rounded

Kuarsa Feldspar Litik Mineral Berat


F. PERHITUNGAN MEAN DAN RALAT
1. Perhitungan Mean Sphericity dan Roundness

∑ 𝑎𝑓
𝑀𝑒𝑎𝑛 =
𝑁

a. Sphericity

LP 1

 Kuarsa
∑ 𝑎𝑓 19,4
𝑀𝑒𝑎𝑛 = = = 0,7764
𝑁 25
 Feldspar
∑ 𝑎𝑓 18,8
𝑀𝑒𝑎𝑛 = = = 0,752
𝑁 25
 Litik
∑ 𝑎𝑓 19,4
𝑀𝑒𝑎𝑛 = = = 0,7772
𝑁 25
 Mineral Berat
∑ 𝑎𝑓 18,9
𝑀𝑒𝑎𝑛 = = = 0,7548
𝑁 25

LP 2

 Kuarsa

∑ 𝑎𝑓 19,5
𝑀𝑒𝑎𝑛 = = = 0,7812
𝑁 25

 Feldspar

∑ 𝑎𝑓 18,8
𝑀𝑒𝑎𝑛 = = = 0,7532
𝑁 25

 Litik

∑ 𝑎𝑓 18,3
𝑀𝑒𝑎𝑛 = = = 0,7328
𝑁 25

 Mineral Berat

∑ 𝑎𝑓 19,1
𝑀𝑒𝑎𝑛 = = = 0,7644
𝑁 25

LP 3
 Kuarsa

∑ 𝑎𝑓 20,9
𝑀𝑒𝑎𝑛 = = = 0,8364
𝑁 25

 Felspar

∑ 𝑎𝑓 20,5
𝑀𝑒𝑎𝑛 = = = 0,818
𝑁 25

 Litik

∑ 𝑎𝑓 20,3
𝑀𝑒𝑎𝑛 = = = 0,8108
𝑁 25

 Mineral Berat

∑ 𝑎𝑓 19,8
𝑀𝑒𝑎𝑛 = = = 0,7908
𝑁 25

b. Roundness

LP 1

 Kuarsa

∑ 𝑎𝑓 8,55
𝑀𝑒𝑎𝑛 = = = 0,342
𝑁 25

 Feldspar

∑ 𝑎𝑓 9,35
𝑀𝑒𝑎𝑛 = = = 0,374
𝑁 25

 Litik

∑ 𝑎𝑓 8,2
𝑀𝑒𝑎𝑛 = = = 0,374
𝑁 25

 Mineral Berat

∑ 𝑎𝑓 6,77
𝑀𝑒𝑎𝑛 = = = 0,2708
𝑁 25

LP 2

 Kuarsa
∑ 𝑎𝑓 13,3
𝑀𝑒𝑎𝑛 = = = 0,532
𝑁 25

 Feldspar

∑ 𝑎𝑓 13,3
𝑀𝑒𝑎𝑛 = = = 0,532
𝑁 25

 Litik

∑ 𝑎𝑓 9,55
𝑀𝑒𝑎𝑛 = = = 0,382
𝑁 25

 Mineral Berat

∑ 𝑎𝑓 10,1
𝑀𝑒𝑎𝑛 = = = 0,404
𝑁 25

LP 3

 Kuarsa

∑ 𝑎𝑓 10,6
𝑀𝑒𝑎𝑛 = = = 0,422
𝑁 25

 Felspar

∑ 𝑎𝑓 13,4
𝑀𝑒𝑎𝑛 = = = 0,534
𝑁 25

 Litik

∑ 𝑎𝑓 11,4
𝑀𝑒𝑎𝑛 = = = 0,456
𝑁 25

 Mineral Berat

∑ 𝑎𝑓 9,7
𝑀𝑒𝑎𝑛 = = = 0,388
𝑁 25

2. Perhitungan Ralat Sphericity dan Roundness


a. Sphericity

LP 1

 Kuarsa
1 1
𝑁 √𝑁 ∑ 𝑓 2 − ∑(𝑓)2 25 √25(95) − (25)2
𝑅𝑎𝑙𝑎𝑡 = = = 0,069721669
𝑁−1 25 − 1

 Feldspar

1 1
𝑁 √𝑁 ∑ 𝑓 2 − ∑(𝑓)2 25 √25(133) − (25)2
𝑅𝑎𝑙𝑎𝑡 = = = 0,08660254
𝑁−1 25 − 1

 Litik

1 1
√𝑁 ∑ 𝑓 2 − ∑(𝑓)2 √25(127) − (25)2
𝑅𝑎𝑙𝑎𝑡 = 𝑁 = 25 = 0,084162541
𝑁−1 25 − 1

 Mineral Berat

1 1
√𝑁 ∑ 𝑓 2 − ∑(𝑓)2 √25(133) − (25)2
𝑅𝑎𝑙𝑎𝑡 = 𝑁 = 25 = 0,08660254
𝑁−1 25 − 1

LP 2

 Kuarsa

1 1
𝑁 √𝑁 ∑ 𝑓 2 − ∑(𝑓)2 25 √25(169) − (25)2
𝑅𝑎𝑙𝑎𝑡 = = = 0,1
𝑁−1 25 − 1

 Feldspar

1 1
𝑁 √𝑁 ∑ 𝑓 2 − ∑(𝑓)2 25 √25(147) − (25)2
𝑅𝑎𝑙𝑎𝑡 = = = 0,092044675
𝑁−1 25 − 1

 Litik

1 1
𝑁 √𝑁 ∑ 𝑓 2 − ∑(𝑓 )2 25 √25(135) − (25)2
𝑅𝑎𝑙𝑎𝑡 = = = 0,087400737
𝑁−1 25 − 1

 Mineral Berat

1 1
𝑁 √𝑁 ∑ 𝑓 2 − ∑(𝑓)2 25 √25(117) − (25)2
𝑅𝑎𝑙𝑎𝑡 = = = 0,079930525
𝑁−1 25 − 1

LP 3

 Kuarsa
1 1
𝑁 √𝑁 ∑ 𝑓 2 − ∑(𝑓)2 25 √25(147) − (25)2
𝑅𝑎𝑙𝑎𝑡 = = = 0,092044675
𝑁−1 25 − 1

 Feldspar

1 1
𝑁 √𝑁 ∑ 𝑓 2 − ∑(𝑓)2 25 √25(143) − (25)2
𝑅𝑎𝑙𝑎𝑡 = = = 0,090523171
𝑁−1 25 − 1

 Litik

1 1
√𝑁 ∑ 𝑓 2 − ∑(𝑓)2 √25(123) − (25)2
𝑅𝑎𝑙𝑎𝑡 = 𝑁 = 25 = 0,082495791
𝑁−1 25 − 1

 Mineral Berat

1 1
√𝑁 ∑ 𝑓 2 − ∑(𝑓)2 √25(117) − (25)2
𝑅𝑎𝑙𝑎𝑡 = 𝑁 = 25 = 0,079930525
𝑁−1 25 − 1

b. Roundness

LP 1

 Kuarsa

1 1
𝑁 √𝑁 ∑ 𝑓 2 − ∑(𝑓)2 25 √25(139) − (25)2
𝑅𝑎𝑙𝑎𝑡 = = = 0,088975652
𝑁−1 25 − 1

 Feldspar

1 1
𝑁 √𝑁 ∑ 𝑓 2 − ∑(𝑓)2 25 √25(137) − (25)2
𝑅𝑎𝑙𝑎𝑡 = = = 0,08819171
𝑁−1 25 − 1

 Litik

1 1
𝑁 √𝑁 ∑ 𝑓 2 − ∑(𝑓)2 25 √25(137) − (25)2
𝑅𝑎𝑙𝑎𝑡 = = = 0,08819171
𝑁−1 25 − 1

 Mineral Berat

1 1
𝑁 √𝑁 ∑ 𝑓 2 − ∑(𝑓)2 25 √25(149) − (25)2
𝑅𝑎𝑙𝑎𝑡 = = = 0,092796073
𝑁−1 25 − 1

LP 2
 Kuarsa

1 1
√𝑁 ∑ 𝑓 2 − ∑(𝑓)2 √25(153) − (25)2
𝑅𝑎𝑙𝑎𝑡 = 𝑁 = 25 = 0,094280904
𝑁−1 25 − 1

 Feldspar

1 1
√𝑁 ∑ 𝑓 2 − ∑(𝑓)2 √25(151) − (25)2
𝑅𝑎𝑙𝑎𝑡 = 𝑁 = 25 = 0,093541435
𝑁−1 25 − 1

 Litik

1 1
√𝑁 ∑ 𝑓 2 − ∑(𝑓)2 √25(179) − (25)2
𝑅𝑎𝑙𝑎𝑡 = 𝑁 = 25 = 0,103413947
𝑁−1 25 − 1

 Mineral Berat

1 1
√𝑁 ∑ 𝑓 2 − ∑(𝑓)2 √25(153) − (25)2
𝑅𝑎𝑙𝑎𝑡 = 𝑁 = 25 = 0,094280904
𝑁−1 25 − 1

LP 3

 Kuarsa

1 1
𝑁 √𝑁 ∑ 𝑓 2 − ∑(𝑓)2 25 √25(145) − (25)2
𝑅𝑎𝑙𝑎𝑡 = = = 0,091287093
𝑁−1 25 − 1

 Feldspar

1 1
𝑁 √𝑁 ∑ 𝑓 2 − ∑(𝑓)2 25 √25(163) − (25)2
𝑅𝑎𝑙𝑎𝑡 = = = 0,097894501
𝑁−1 25 − 1

 Litik

1 1
𝑁 √𝑁 ∑ 𝑓 2 − ∑(𝑓)2 25 √25(163) − (25)2
𝑅𝑎𝑙𝑎𝑡 = = = 0,097894501
𝑁−1 25 − 1

 Mineral Berat

1 1
𝑁 √𝑁 ∑ 𝑓 2 − ∑(𝑓)2 25 √25(159) − (25)2
𝑅𝑎𝑙𝑎𝑡 = = = 0,096465308
𝑁−1 25 − 1
G. PEMBAHASAN DAN INTERPRETASI

1. Pembahasan

Lokasi tempat pengambilan sampel pada acara morfologi butir sedimen ini terletak pada
Sungai Progo tepatnya pada STA 12 (Hilir). Pada STA 12 dilakukan dengan 3 Lokasi
Pengamatan (LP). Kecepatan aliran sungai pada tiga lokasi pengamatan relatif sedang yaitu
sekitar 0,84 m/s (LP 1), 0.68 m/s (LP2), dan 1.2 m/s (LP 3) dikarenakan letak STA yang sudah
berada di hilir sungai sehingga energi aliran juga rendah. Selain itu adanya perbedaan kecepatan
aliran sungai disebabkan oleh perubahan cuaca, yang pada awalnya hujan sehingga
menyebabkan banjir, kemudian setelah itu hujannya reda.

Sampel yang digunakan berupa pasir ukuran mesh 60, kemudian diamati tiap butirnya. Dari
data pengamatan sampel pasir ukuran mesh 60 tersebut didapatkan bahwa:

a. Bentuk butir
Bentuk butir pada LP 1, LP 2 dan LP 3 baik Kuarsa, Feldspar, Litik maupun Mineral Berat
didominasi oleh bentuk Equant dengan masing-masing persentase tiap 25 butirnya adalah
sekitar 80% atau setidaknya ada 20 butir bentuk yang memiliki bentuk equant.
Dapat dilihat juga pada kurva frekuensi kumulatif dimana pada saat memasuki bentuk
oblate, terjadi kenaikan kurva yang signifikan.
b. Sphericity
Sphericity butir pada LP 1, LP 2 dan LP 3 baik Kuarsa, Feldspar, Litik maupun Mineral
Berat didominasi oleh sphericity Very Equant dengan masing-masing persentase tiap 25
butirnya adalah sekitar 60% atau setidaknya ada 15 butir dengan spehricity Very Equant.
Dapat dilihat juga pada kurva frekuensi kumulatif dimana pada saat memasuki sphericity
Very Equant, terjadi kenaikan kurva yang signifikan.
c. Roundness
Roundness butir pada LP 1, dan LP 3 baik Kuarsa, Feldspar, Litik maupun Mineral Berat
didominasi oleh Sub-Rounded dengan masing-masing persentase tiap 25 butirnya adalah
sekitar 40% atau setidaknya ada 10 butir dengan roundness Sub-Rounded. Sedangkan pada
LP 2 baik Kuarsa, Feldspar, Litik maupun Mineral Berat didominasi oleh Rounded dengan
masing-masing persentase tiap 25 butirnya adalah sekitar 40% atau setidaknya ada 10 butir
dengan roundness Rounded.
Pada kurva frekuensi kumulatif dapat dilihat bahwa kenaikan walaupun tidak signifikan
kurva pada subrounded sampai well rounded.
2. Interpretasi

Berdasarkan data hasil pengamatan morfologi butir pada sampel pasir ukuran mesh 60 dan
juga pembahasan diatas dapat interpretasikan bahwa:

a. Media Transportasi
Pada saat melakukan pengambilan sampel pasir ini, tempat pengambilannya berupa daerah
fluvial yaitu sungai pada bagian pointbar yang berada didalam tubuh sungai atau dibawah
air. Jadi dapat dipastikan bahwa media atau agen transportasinya yaitu fluida berupa arus
air (sungai).
b. Mekanisme Transportasi
Kecepatan aliran sungai pada tiga lokasi pengamatan relatif sedang yaitu sekitar 0,84 m/s
(LP 1), 0.68 m/s (LP2), dan 1.2 m/s (LP 3) dengan rata-rata kecepatan yaitu 0,91 m/s
termasuk dalam kecepatan yang sedang ke tinggi kaarena diakibatkan oleh perbuahan cuaca
pada lokasi pengambilan sampel pasir. Dari data kecepatan arus sungai dan ukuran pasir
mesh 60 (medium sand) dapat ditentukan mekanisme transportasinya melalu plotingan pada
diagram hjulstrom.

Dari plotingan tersebut dapat dilihat kesimpulan sementara (karena diagram hjulstrom
hanya digunakan untuk kedalam 1 meter) bahwa mekanisme transportasi dari pasir adalah
terjadi erosi dan transportasi. Bentuk-bentuk dari butir pasir tadi yang dominannya adalah
Equant akan tertransportasi dan mengerosi karena kecepatan arus yang sedang ke tinggi.
Jadi, pasir ukuran mesh 60 tidak akan mengalami transportasi secara bedload yang berarti
akan kontak dengan dasar sungai. Sehingga butir pasir tersebut tidak menerima terlalu
banyak gaya dengan dasar sungai melainkan tumbukan antar butirnya saja, yang
mengakibatkan dominasi dari bentuk Equant dan sphericity Very Equant.
c. Level Erosi
Pada data bagian roundness didapatkan bahwa yang paling dominan adalah subrounded dan
juga rounded. Dari data ini dapat diketahui level erosi terhadap butir pasir tersebut, yaitu
ketika suatu butir pasir mendekati bentuk yang well rounded atau sudah well rounded maka
bisa diinterpretasikan bahwa butir pasir tersebut mengalami erosi dengan level yang tinggi
sehingga menggerus, menghaluskan butir pasir tersebut sehingga memiliki roundness yang
subrounded dan rounded.
d. Jarak dan Waktu Ttransportasi
Dari ketiga data tersebut yang dominan Equant, Very Equant dan Subrounded-Rounded
sudah dapat menginterpretasikan bahwa butir pasir tersebut memiliki jarak transportasi
yang jauh serta waktu transportasi yang lama. Hal ini dikarenakan makin jauh dan lama
transportasi dari suatu butir pasir maka akan semakin banyak pula kontak butir pasir dengan
dasar sungai, antar butir, dll sehingga membuat butir pasir tersebut lama kelamaan
bentuknya akan menghalus pada bagian sudut-ssudut dari butir tersebut dan juga makin
lama makin akan mendekati bentuk bola bisa high sphericity maupun low sphericity
tergantung tingkat resistensi mineral. Jadi sesuai dengan lokasi pengambilan sampel yang
berada pada bagian hilir dari sungai tersebut.

STA 12 LP 1
STA 12 LP 2
STA 12 LP 3
H. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan serta interpretasi data morfologi butir sedimen yang menggunakan
parameter bentuk butir, sphericity, dan roundness dapat disimpulkan bahwa:

1. Suplai pasir berasal dari gunung Merapi


2. Sampel kerakal pada Lokasi Pengamatan (LP) 1, 2, dan 3 memiliki dominas bentuk butir
Equent, dominasi sphericity Very Equent, dan dominasi roundness Subrounded dan
Rounded.
3. Media transportasi yang terdapat pada STA 12 berupa fluida (aliran sungai) dengan
kecepatan rata-rata 0,91 m/s
4. Level erosi dari butir pasir tersebut sangatlah tinggi.
5. Jarak transportasi sangat jauh dan waktu transportasi sangatlah lama.
DAFTAR PUSTAKA

Boggs , Sam Jr. 2005. Principles of sedimentology and Sedimentology. New Jersey: University
of Oregon

Dana, Cendi Diar Permata, dkk. (2016). Analisis Granulometri, Morfologi Butir, dan Batuan
Asal Pada Endapan Pasir-Kerakal Di Sepanjang Aliran Sungai Progo, D.I. Yogyakarta.
Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta.

Pettijohn, F.J.,Paul Edwin Potter , Raymond Siever.1973.Sand and Sandstone. Heidelberg :


Springer-Verlag Berlin.

Surjono, Sugeng S. dkk. (2017). Analisis Sedimentologi. Departemen Teknik Geologi, Fakultas
Teknik, Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai