Anda di halaman 1dari 9

STA 3 : Kali Medana / Kali Kemutuk (Kalitelu)

Lokasi : Dusun Kalitelu, Panerusan, Kecamatan Wadas Lintang, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.
Berada di sisi timur dari antilinorium karangsambung / disebelah utara dari STA 2.

Koordinat -7.559.063 ; 109.815902

Morfologi : Singkapan berupa bedrock strea, sungainya menggerus Formasi Penosogan yg adalah
batuan sedimen berlapis – lapis didominasi lempung dan pasir calcareous (napal yg terlipat – lipat).
Formasi Penosogan dan Halang termasuk ke dalam bagian antiklinorium Karangsambung. Terlihat
lipatan2 yg sudah banyak terlipat tegak dan mengalami struktur2 geologi kekar dan patahan.

Kita melakukan traverse / transect (lintasan yg memotong dari Serayu Selatan ke Utara); Fisiografi /
Tektonomorfologi dari Serayu Selatan :

1. Bagian Timur = STA 3 disebut Bruno Massif


2. Bagian tengah = Antiklinorium Karsam
3. Bagian barat : Jampang Massif

Traverse dilakukan melewati 2 unit tektonnomomorfologi yaitu antara antiklinorium Karsam dengan
Bruno Massif.

Bagaimana tektnonik mendeformasi dan membentuk Serayu Selatan? Karsam sebagai bagian dari
Serayu Selatan merupakan salah satu dari 3 tempat di Pulau Jawa dimana batuan2 berumur Mesozooik
muncul di permukaan. Perlu proses tektonik tertentu yg bisa menempatkan batuan2 berumur
meoszoikum tersebut yg umumnya menjadi landas / basement bagi sediementasi Kenozoik berada di
permukaan.

Karangsambung melibatkan deformasi Sesar Anjak (dipping nya ke utara). Warna ungu = unit batuan
berumur Mesozoik yang bercampur aduk (batuan sedimen, batuan beku, batuan metamorf) berkumpul
menjadi satu = Bancuh / Melange (umumnya disebut Komplek Luk Ulo).
Melange dibagi menjadi 2 komplek :

1. Melange Seboro : sbg core dari antiklinorium Karsam


2. Melange Jatisamit : dibagian depan Melange Seboro; Proses progradasi sesar Anjak berjalan ke
selatan sehingga Melange Jatisamit terletak lebih depan.

Hubungan sesar Anjak yg menempatkan komplek Luk Ulo dengan antiklinorium?

Karena kompresi tekanan tektonik deformasi kerak bumi yg mendorong dan mengangkat komplek
Melange Luk Ulo, akibatnya batuan yg berada di depan sesar anjak tersebut akan juga mengalami
kompresi, tekanan yg menyebabkan mereka juga terdeformasi.

Konsep tektonik yg kompresif, maka struktur yg berkembang berhubungan dengan REOLOGI (=


karakteristik respon batuan terhadap deformasi). Batuan yg menyusun antiklinorium Karsam umumnya
terdiri dengan batuan2 berukuran halus (F. Karsam, F. Totogan) kemudian ditutupi dengan batuan yg
lebih kasar (F. Waturanda) kemudian ditutupi yg lebih halus juga (F. Penosogan) maka menyebabkan
gaya deformasi yg diterima menjadi satu deformasi yg bersifat liat (ductile). Manifestasinyaa yaitu
struktur2 lipatan yang berkembang di depan sesar anjak yg mengangkat komplek Luk Ulo ini.

Antiklinorium = sederetan antiklin yg terjadi di satu area dan secara genetik terbentuk bersama2.

Hubungan sesar anjak dan antiklin ini : pada bagian tengah disebut dengan Fold Thrust Belt (Sabuk
Lipatan dan Sesar Anjak).

Hubungan Fold Thrust Belt dengan dua bagian disekitarnya (Bruno Massif dan Masif Jampang). Di bagian
barat, Lipatan2 baik antiklin dan sinklin bertemu disisi barat menuju Jampang atau disebut juga sebagai
ujung antiklinorium dan tidak terjadi satu deformasi yg berarti. Dikarenakan geometri dari
Karangsambung, Bruno Masif yang dibangun olelh vulkanisme yg terjadi terus menerus dari Oligosen yg
membentuk Formasi Andesit Tua, atau di lembar Yogyakarta disebut Formasi Kebo Butak ekuivalen
dengan Breksi Formasi Waturanda (umurnya sama hanya saja beda Lembar geologi). Dari Oligosen,
ditutup oleh Formasi Halang, kemudian Formasi Peniron. Halang dan breksi yang berkembang di bagian
timur merupakan vulkanisme yg berkembang di Miosen Atas. Peniron berkembang di Pliosen
(vulkanisme terakhir di Serayu Selatan). Deformasi yg terjadi hanya berasal dari sisi selatan, ada
beberapa antiklin.

Kelompok Melange Luk Ulo yang didorong naik akan bergerak ke selatan, memampatkan sedimen2 yg
menutup diatasnya untuk juga terangkat di selatan sebagai satu seri lipatan (antiklinorium). Ketika
Melange bergerak ke selatan, Bruno Masif statis, maka dibagian interaksi keduanya berkembang satu
zona geser disebut MEDANG SHEAR ZONE (lokasi tipenya di S. Medang / Kemutung).

Kondisi Lokal S. Medang : relatif mengalir dari TL – BD . Ada bendungan yang mengatur ketinggian
sungai, dan menampung / menahan massa air di sebelah hulunya.

Masing2 zona shear di Kali Medang diwakili satu zona patahan yg definitif, karena bergerak dalam
kondisi yg ductile maka menghasilkan deformasi yg bersifat liat, salah satunya pembentukan lipatan
lokal yg berasosiasi dengan pergeseran / drag fold / lipatan seret.
Batuan yang dijumpai sudah terdeformasi akibat seretan dari sesar2 yang membentuk Medang Shear
Zone. Sesar – sesarnya ada Sesar Medang (dibagian timur), kemudian disebelah baratnya ada Sesar
Wadaslintang, kemudian di sebelah baratnya lagi ada Sesar Tritis yang membentuk sungai yang
mengalirkan airnya ke Waduk Wadaslintang. Hulu masing2 aliran sungai umumnya dari bagian utara
batas Serayu Selatan dan juga dari arah Brunomasif dan ujung antiklinorium Karangsambung kemudian
ditampung di Waduk Wadaslintang.

Umumnya, Medang Shear Zone akan bergeser dengan kinematika Sesar Geser Sinitral dimana Blok
Karangsambung bergeser ke selatan, sementara blok Bruno Masif bertahan dan berkembang sesar
sinistral / left lateral. Akibat pergeseran tersebut, akan mengalami lipatan seret. Umumnya lapisan
mengikuti sesarnya, tetapi antara sesar Medang dan Wadaslintang mengalami drag fold sehingga
membentuk lazy S >> membentuk antiklin dan sinklin yang disebut Antiklin Windu dan sinklin
Wadaslintang.

SINGKAPAN
Lengkung dari batuan ini membentuk antiklin kecil akibat seretan sesar.

Kunci dalam mengidentifikasi sesar

1. Offset perlapisan, dimana lapisan yang ada tidak ditemukan lagi di blok sebelahnya.

2. Mengalami deformasi lokal (khusus batuan sedimen), seharusnya lapisan lurus horizontal tetapi
melengkung akibat seretan. Blok sebelah kanan relatif bergerak melengkung di bawah (kalau
dilihat 2D)
3. Mengamati pergeseran yang tercermin pada bidang patahan (gores – garis), pada zona
hancuran tersebut terlihat banyak sekali lempung (gouge / tepung sesar) terbentuk akibat
serbuk ketika bongkah batuan yang berada di zona sesar terhancurkan sehingga menjadi bubuk
dari suatu pergerakan sesar. Di bidang sesar yg menggerus akan terlihat garis2 yang
menunjukkan arah pergerakan / pergeserannya. Pergerakan terjadi terus menerus dalam
jangka waktu yg relatif panjang dan liat, terjadi di bawah permukaan bumi relatif dalam dan
memiliki overburden yang cukup tetbal untuk meningkatkan temperature dan tekanan,
mengalami shortening (salah satu kunci utama memahami sesar kompresif) pada gambar
dibawah sebelah kanan.
Figure 1. Lokasi Pak Udin berada di ujung Lazy S

Figure 2. Terlihat drastis lapisan vertikal berubah menjadi horizontal

Pak DHA

 Berada di Formasi Penosogan (di bawahnya Formasi Halang), berumur Middle Miosen, dianggap
sebagai produk pengendapan gaya berat / proses2 turbidite.
 Lapisan – lapisan terdiri dari batupasir yang tebal, kemudian sisipan batulanau, batulempung
seidikit sekali, ada struktur ripple tdk begitu bagus, semakin atas ketemu batupasir juga yang lebih
sediki lebih tebal, ada kesan2 fosil jejak (cth : zoophycos)
Figure 3. fosil jejak (kiri); konvolut (kanan)

Figure 4. Batuan Sedimen dengan fragmen koral (kiri); Batuan reaktif thd HCl, karbonatan (kanan)

 Dibagian bawah memiliki fraksi2 batuan sedimen dengan fragmen kasar, masif, diabgain atasnya
ada perlapisan2, kemudian ripple, kemudian laminasi2 paralel, kemudian butir halus homogen, ...
(Bouma, 1962)
 Fasies Ta Bouma diperjelas : bagian paling bawah kasar, kemudian keatas makin halus, terus
dibagian atas lebih halus lagi akibat suspensi (Lowe, 1982)
 Fasies Te Bouma diperjelas : ada ripple / gelembur halus, kemudian laminasi2 tipis, dibagian
atasnya berubah menjadi masif, kemudian ada sedimen2 berbutir halus, ada kegiatan organiasme
yang menghasilkan fosil jejak. (Stow and Shanmugam, 1980). Fosil jejak menunjukkan berada pada
kondisi yang lebih tenang.
 Fasies mana suatu lapisan itu terbentuk? Dapat melihat flow regime. Upper flow regime arusnya
sedikit lebih kuat daripada lower flow regime contohnya yg menghasilkan gelembur arus.
 Model yang kita punya di STA 3, ada fasies Tb (plane parallel laminae), kemudian bagian Tc
(bergelembur / ripple), kemudian Td (upper parallel laminae, lebih halus); terdapat fasies yang
berulang – ulang.
 Bentukan konvolut terjadi karena ada bagian dimana sedimen lebih berat mendesak turun.
 Ciri perulangan pada lapisan merupakan penciri ouma squence yang klasik >> distribusi ukuran butir
halus lebih menjauh, density sedimen lebih ringan, ada sedikit kenampakan gelembur yg lebih
halus, pada low regime, terjadi pada daerah2 sedikit lebih jauh pada model kipas laut dalam >> mid
- lower fan (ciri : thin bedded).
 Breksi koral dan batuan sedimen karbonatan menunjukkan sumbernya diatas, pada saat kipas laut
terbentuk sudah ada batuan yg karbonat (reef . sekuen karbonat lain) yang kemudian menyumbang
sedikit karbonatnya pada lapisan2 yang ada dibawah yang terbentuk sebagai kipas dasar laut.

Anda mungkin juga menyukai