Anda di halaman 1dari 37

MAKSUD DAN TUJUAN

I.1 MAKSUD

Praktikum Analisis Morfologi Butir Pasir kali ini bermaksud untuk melakukan analisis bentuk
butir, sphericity, dan roundness butir pasir melalui pengamatan mikroskop.

I.2 TUJUAN

Praktikum Analisis Morfologi Butir Pasir kali ini bertujuan untuk mengidentifikasi media
transportas, mekanisme transportasi, level erosi, dan jarak serta waktu transportasi.

1|MORGOLOGI BUTIR PASIR


DASAR TEORI

II.1 PENDAHULUAN
Analisis morfologi butir merupakan aspek tekstur sedimen yang utama perlu dilakukan,
karena dapat mengetehaui info mengenai butiran seperti berikut :
- Lingkungan pengendapan sedimen dan proses geologi yang bekerja pada butiran sedimen
tersebut
- Proses transportasi dan deposisi seperti kemampuan air angin untuk menggerakan dan
mengadakan partikel.
Aspek morfologi butir menurut Tucker (1991) membagi menjadi 3 aspek, yaitu bentuk
(form), derajat kebolaan (spherecity) dan derajat kebundaran (roundness). Sedangkan
menurut Pettijohn (1975) dan Boggs (1992) menyatakan bahwa aspek dari morfologi butir
yaitu meliputi bentuk (form), derajat kebundaran (roundness), dan tekstur permukaan,
sedangkan sphericity sendiri yaitu merupakan metode untuk menyatakan suatu bentuk (form)
butiran. Untuk mengetahui nilai dari bentuk, maka ditentukanlah derajat kebolaan
(spherecity) dan derajat kebundaran (roundness) inilah yang akan digunakan dalam
menentukan mekanisme transportasi, jarak transportasi

Pada sedimen silisiklastik, terdapat jenis partikel rombakan atau detrital berupa
mineral ringan, mineral berat, ataupun partikel lainnya seperti partikel karbonat, fosil, fosfat,
dll.
Mineral ringan:
1. Kuarsa
2. Feldspar
3. Mika dan lempung (biotit, muskovit, kaolinit, illite, klorit, smektit)
4. Litik (fragmen dari batuan lain seperti butir batuan beku, sedimen, meta sedimen, dan
metamorf)

Mineral berat:
1. Kelompok mineral opak , yaitu ilmenit, magnetit, hematit, pirit
2. Kelompok ultra stabil, yaitu zircon, turmalin, rutil

2|MORGOLOGI BUTIR PASIR


3. Kelompok meta stabil, yaitu oLivin, piroksen, garnet, apatit, epidot, zoisit, kyanit,
andalusit, silimanit.
Interpretasi lingkungan pengendapan dan proses-proses geologi dari pratikel
sedimen, dilakukan dengan menganalisa morfologi butirnya.

II.2 BENTUK BUTIR (FORM)

Bentuk butir atau yang biasa disebut dengan form adalah semua kenampakan partikel
secara tiga dimensi yang berkaitan dengan perbandingan antara ukuran panjang sumbu
terpanjang (a), sumbu menengah (b), dan sumbu terpendek (c).Dalam penentuan bentuk butir
ini, Zingg (1935, dalam Surjono 2010) memperkenalkan suatu metode untuk mendefinisikan
bentuk butir. Hasil dari nilai perbandingan ini selanjutnya akan digunakan untuk
mengklasifikasikan bentuk butir sedimen ke dalam 4 kelas yaitu oblate, prolate, equant, dan
bladed. Cara untuk mencari nilai perbandingan ini adalah dengan menggunakan
perbandingan antara b/a dan c/b. Untuk butiran yang berukuran lebih besar misalnya
bongkah, jarang dilakukan karena keterbatasan metode dan alat untuk melakukan
pengamatan dalam praktikum ini.

Gambar 2.2.1. Klasifikasi form (Zingg, 1935, diambil dari Pettijohn, 1975 dengan modifikasi)

3|MORGOLOGI BUTIR PASIR


Tabel 2.2.1 Klasifikasi bentuk butir menurut Zingg (1935)
No. Kelas b/a c/b Bentuk
I >2/3 <2/3 Oblate – Discoidal
II >2/3 >2/3 Equent (spherical)
III <2/3 <2/3 Bladed (Triaxial)
IV <2/3 >2/3 Prolate (Rod-shape)

II.3 DERAJAT KEBOLAAN (SPHERICITY)


Sphericity diartikan sebagai derajat kebolaan suatu partikel sehingga secara tiga
dimensi ukuran sumbunya mendekati sama dan mendekati bentuk bola. Istilah sphericity
pertama kali diperkenalkan oleh Wadell (1932, dalam Boggs 1995). Sphericity digunakan
sebagai penunjuk hubungan antara kesamaan panjang sumbu panjang, tinggi, serta lebar dari
suatu butiran, dimana semakin besar perbedaan panjang sumbunya maka akan semakin
rendah nilai sphericity nya. Semakin tinggi nilai sphericity, maka butiran tersebut semakin
menyerupai bentuk bola. Selain itu, parameter ini juga menunjukkan perbedaan luas
permukaan objek dengan luas permukaan bola yang volumenya sama dengan volume objek.
Menurut Wadell (1932, dalam Surjono 2010), rumus untuk mencari nilai sphericity:

𝑉𝑝
𝛹=∛
𝑉𝑐𝑠
Ket :
Vp = volume butir yang diukur
Vcs = volume terkecil suatu bola yang melingkupi partikel tersebut
Yang kemudian disempurnakan oleh Krumbein (1941)
3 Ψ1 = 3 π6DLDIDS = DSDI
Π6DL3 DL

4|MORGOLOGI BUTIR PASIR


Berdasarkan perhitungan matematis, Folk (1968) mengklasifikasikan sphericity
menjadi beberapa kelas, yaitu:

Tabel 2.3.1. Klasifikasi sphericity menurut Folk (1968)

Nilai kelas pada tabel klasifikasi Folk (1968) berdasarkan rumus :

Ψp = 3 DS2
DLDI

Gambar 2.3.1. Visual pembanding sphericity pada kenampakan 2 dimensi (Rittenhouse, 1943)

5|MORGOLOGI BUTIR PASIR


Bentuk butir pasir cenderung lebih sedikit mengalami perubahan bentuk akibat abrasi
dan pemecahan pada saat proses transportasi. Oleh sebab itu, sphericity dari sedimen
berukuran pasir akan relatif banyak dipengaruhi oleh bentuk asal sumbernya. Analisis
sphericity umumnya dilakukan pada butir kuarsa. Hal ini dilakukan karena kuarsa merupakan
mineral yang memiliki sifat resistensi yang tinggi dan keras sehingga menyebabkan
sphericity setelah butir tertransportasi tidak akan jauh beda dengan sebelum proses
transportasi. Akibat sifatnya tersebut, kuarsa banyak dijumpai pada batuan sedimen,
khususnya sedimen silisiklastik. Namun untuk melakukan perbandingan terhadap sphericity
setelah mengalami transportasi, maka pengamatan terhadap mineral lain maupun litik juga
dapat dilakukan.
Sphericity juga akan berpengaruh terhadap kecepatan pengendapan sedimen. Dalam
sistem suspensi, butiran pasir yang tidak spheris akan tertahan lebih lama pada media
suspensi dibandingkan dengan yang spheris. Selain itu dalam sistem transportasi bed load
(secara traksi khusunya) sphericity juga berpengaruh. Butiran yang spheris akan lebih mudah
tertransport dibandingkan dengan yang tidak spheris.
Sphericity berkaitan erat dengan bentuk (form atau shape). Butiran yang spheris atau
high sphericity akan memiliki bentuk yang semakin equent/spherical/equaxial. Berikut
adalah grafik yang hubungan antara sphericity secara matematis dengan bentuk butir
sedimennya:

Gambar 2.3.2. Hubungan Antara Sphericity Matematis Menurut Folk (1968) dengan Klasifikasi Bentuk Butir
Menurut Zingg (1935)

6|MORGOLOGI BUTIR PASIR


II.4 DERAJAT KEBUNDARAN (SPHERICITY)
Roundness atau derajat kebolaan adalah morfologi butir yang berkaitan dengan
ketajaman pinggir dan sudut suatu partikel. Menurut Wadell, 1932 roundness adalah rata-rata
aritmetik sudut butiran pada bidang pengukuran secara matematis. Roundness masing-masing
sudut diukur dengan membandingkan jari-jari lengkungan sudut tersebut dengan jari-jari
lingkaran maksimum yang dapat dimasukkan dalam butiran tersebut.

𝑟
∑( ) ∑(𝑟)
𝑅𝑤 = 𝑅 =
𝑁 𝑅𝑁

r = jari-jari kurva tiap sudut


R = jari-jari maksimum bola yang dapat masuk ke dalam butir
N = banyaknya sudut yang diukur

Hasil dari perhitungan dapat dikategorikan berdasarkan range dari nilai roundness yang
diperoleh tersebut.
Tabel 2.4.1. Hubungan antara roundness Wadell (1932) dan korelasinya pada visual roundness Powers
(1953)

Interval kelas (Wadell, 1932) Visual kelas (Powers, 1953)


0,12-0,17 Very angular
0,17-0,25 Angular
0,25-0,35 Subangular
0,35-0,49 Subrounded
0,49-0,70 Rounded
0,70-1,00 Well rounded

7|MORGOLOGI BUTIR PASIR


Gambar 2.4.1. Gambar pengukuran jari-jari lingkaran maksimum pada butiran (R) dan jari-jari lengkungan sudut
pada butiran (r)

Boggs (1987) mengemukakan bahwa cara tersebut memerlukan waktu yang banyak
untuk kerja di laboratorium dengan alat circular protactor atau electronic particle – size
analyzer. Menurut Folk (1968) pengukuran sudut – sudut tersebut hampir tidak mungkin bisa
dipraktekkan, Untuk penentuan roundness butiran dilakukan dengan membandingkan
kenampakan butiran (visual comparison) kerakal atau butiran pasir dengan tabel visual
secara sketsa (Krumbein, 1941) dan tabel visual foto (Powers, 1953)

Gambar 2.4.2. Gambar visual roundness secara sketsa (Krumbein, 1941)

8|MORGOLOGI BUTIR PASIR


Gambar 2.4.3. Gambar visual foto roundness butiran (Powers, 1953)

Bagian atas adalah untuk butiran dengan sphericity tinggi dan bagian bawah untuk
butiran dengan sphericity rendah.

II.5 DIAGRAM HJULSTORM


Diagram Hjulstorm merupakan diagram yang menunjukkan hubungan antara
kecepatan aliran dan ukuran butir sedimen terhadap proses transportasi sedimen yang terjadi.
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa semakin besar ukuran butir, maka kecepatan aliran
yang dibutuhkan untuk mentransportasi butiran tersebut akan semakin besar pula. Begitu
pula pada saat deposisi terjadi. Butiran sedimen yang berukuran lebih besar akan terdeposisi
pada kecepatan aliran yang lebih tinggi. Pada sedimen berukuran lempung, sifat kohesifnya
pada saat mulai mengalami konsolidasi menyebabkan butiran memerlukan kecepatan aliran
yang sangat tinggi untuk mentransportasinya.

Gambar 2.5.1. Gambar Diagram Hjulstorm

9|MORGOLOGI BUTIR PASIR


ALAT DAN BAHAN
III.1 ALAT
Alat yang diperlukan :
1. Buku panduan praktikum
2. Mikroskop binokuler
3. Jarum pentul
4. Borang praktikum
5. Alat tulis
6. HVS
7. Kamera
III.2 BAHAN
Bahan yang diperlukan :
1. Sampel pasir mesh 60 LP 1
2. Sampel pasir mesh 60 LP 2
3. Sampel pasir mesh 60 LP 3

LANGKAH KERJA

IV.1 PEMISAHAN MINERAL DAN LITIK

Memisahkan
Untuk mineral berat
mineral ringan
memilih salah satu Menentukan bentuk
dengan ketentuan 25
mineral yang mineral, sphericity
butir kuarsa,
dominan sebanyak dan roundness
feldspar dan litik
25 butir
(total 75 butir)

Gambar 4.1.1. Gambar Diagram Alur Pemisahan Mineral

10 | M O R G O L O G I B U T I R P A S I R
IV.2 MENENTUKAN BENTUK

Memilih 25 butir Mengamati dan


Menentukan
mineral ringan membandingkan
presentase masing-
(kuarsa, butir dengan tabel
masing mineral dan
feldspar,litik) dan pembanding Zingg
menghitung mean
mineral berat (1935)

Gambar 4.2.1. Gambar Diagram Alur Menentukan Bentuk Butir Mineral

IV.3 MENENTUKAN SPHERICITY

Memilih 25 butir Mengamati dan


Menentukan
mineral ringan membandingkan
presentase masing-
(kuarsa, butir dengan tabel
masing mineral dan
feldspar,litik) dan pembanding
menghitung mean
mineral berat Rittenhouse (1943)

Gambar 4.3.1. Gambar Diagram Alur Menentukan Nilai Sphericity

IV.4 MENENTUKAN ROUNDNESS

Memilih 25 butir Mengamati dan


Menentukan
mineral ringan membandingkan
presentase masing-
(kuarsa, butir dengan tabel
masing mineral dan
feldspar,litik) dan pembanding Powers
menghitung mean
mineral berat (1953)

Gambar 4.4.1. Gambar Diagram Alur Menentukan Nilai Roundness

11 | M O R G O L O G I B U T I R P A S I R
ANALISIS DATA

V. 1 TABEL DAN KURVA FREKUENSI KUMULATIF BENTUK BUTIR

V.1.1 STA 5/LP 1

Tabel 5.1.1. Tabel Frekuensi Kumulatif Bentuk Butir LP 1

Bentuk Kuarsa Feldspar Litik Min.Berat


f fk f fk f fk f fk
Oblate 5 5 11 11 8 8 6 6
Prolate 1 6 3 14 3 11 1 7
Bladed 9 15 3 17 6 17 7 14
Equant 10 25 8 25 8 25 11 25
Jumlah 25 51 25 67 25 61 25 52

Gambar 5.1.1. Kurva Frekuensi Kumulatif Bentuk Butir LP 1

12 | M O R G O L O G I B U T I R P A S I R
V.1.2 STA 5/LP 2
Tabel 5.1.2. Tabel Frekuensi Kumulatif Bentuk Butir LP 2

Bentuk Kuarsa Feldspar Litik Min.Berat


f fk f fk f fk f fk
Oblate 6 6 6 6 5 5 9 9
Prolate 4 10 3 9 6 11 4 13
Bladed 8 18 11 20 7 18 8 21
Equant 7 25 5 25 7 25 4 25
Jumlah 25 59 25 60 25 59 25 68

Gambar 5.1.2. Kurva Frekuensi Kumulatif Bentuk Butir LP 2

V.1.3 STA 5/LP 3


Tabel 5.1.3. Tabel Frekuensi Kumulatif Bentuk Butir LP 3

Bentuk Kuarsa Feldspar Litik Min.Berat


f fk f fk f fk f fk
Oblate 7 7 8 8 2 2 3 3
Prolate 2 9 1 9 2 4 7 10
Bladed 10 19 9 18 11 15 8 18
Equant 6 25 7 25 10 25 7 25
Jumlah 25 60 25 60 25 46 25 56

13 | M O R G O L O G I B U T I R P A S I R
Gambar 5.1.3. Kurva Frekuensi Kumulatif Bentuk Butir LP 3

14 | M O R G O L O G I B U T I R P A S I R
V. 2. TABEL DAN KURVA FREKUENSI KUMULATIF SPHERICITY
V.2.1 STA 5/LP 1
Tabel 5.2.1. Tabel Frekuensi Kumulatif Sphericity LP 1
Sphericity a Kuarsa Feldspar Litik Min. Berat
f f2 fk a.f f f2 fk a.f f f2 fk a.f f f2 fk a.f
Very 0.45 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
elongate 0.47 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0.49 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0.51 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0.53 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0.55 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0.57 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0.59 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Elongate 0.61 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Sub 0.63 0 0 0 0 1 1 1 0.63 0 0 0 0 0 0 0 0
elongate 0.65 0 0 0 0 1 1 2 0.65 0 0 0 0 0 0 0 0
Intermediet 0.67 0 0 0 0 1 1 3 0.67 0 0 0 0 1 1 1 0.67
shape 0.69 2 4 2 1.38 2 4 5 1.38 1 1 1 0.69 3 9 4 2.07
Sub equent 0.71 3 9 5 2.13 4 16 9 2.84 1 1 2 0.71 2 4 6 1.42
Equent 0.73 1 1 6 0.73 0 0 9 0 2 4 4 1.46 0 0 6 0
0.75 3 9 9 2.25 2 4 11 1.5 3 9 7 2.25 3 9 9 2.25
Very 0.77 2 4 11 1.54 4 16 15 3.08 3 9 10 2.31 2 4 11 1.54
equent 0.79 2 4 13 1.58 0 0 15 0 1 1 11 0.79 6 36 17 4.74
0.81 4 16 17 3.24 4 16 19 3.24 2 4 13 1.62 5 25 22 4.05
0.83 1 1 18 0.83 2 4 21 1.66 5 25 18 4.15 2 4 24 1.66
0.85 5 25 23 4.25 0 0 21 0 3 9 21 2.55 0 0 24 0
0.87 2 4 25 1.74 3 9 24 2.61 2 4 23 1.74 0 0 24 0
0.89 0 0 25 0 0 0 24 0 2 4 25 1.78 1 1 25 0.89
0.91 0 0 25 0 1 1 25 0.91 0 0 25 0 0 0 25 0
0.93 0 0 25 0 0 0 25 0 0 0 25 0 0 0 25 0
0.95 0 0 25 0 0 0 25 0 0 0 25 0 0 0 25 0
0.97 0 0 25 0 0 0 25 0 0 0 25 0 0 0 25 0
Jumlah 25 77 254 19.7 25 73 279 19.2 25 71 235 20.1 25 93 273 19.3
Mean 0.7868 0.7668 0.802 0.7716
Ralat 0.060092521 0.057735027 0.056519417 0.068718427

15 | M O R G O L O G I B U T I R P A S I R
Gambar 5.2.1. Kurva Frekuensi Kumulatif Sphericity LP 1

16 | M O R G O L O G I B U T I R P A S I R
V.2.2 STA 5/LP 2
Tabel 5.2.2. Tabel Frekuensi Kumulatif Sphericity LP 2

Sphericity a Kuarsa Feldspar litik min.berat


f f2 fk a.f f f2 fk a.f f f2 fk a.f f f2 fk a.f
Very 0.45 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
elongate 0.47 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0.49 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0.51 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0.53 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0.55 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0.57 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0.59 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Elongate 0.61 2 4 2 1.22 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0.61
Sub 0.63 1 1 3 0.63 0 0 0 0 0 0 0 0 2 4 3 1.26
elongate 0.65 3 9 6 1.95 1 1 1 0.65 0 0 0 0 1 1 4 0.65
Intermediet 0.67 2 4 8 1.34 0 0 1 0 1 1 1 0.67 1 1 5 0.67
shape 0.69 3 9 11 2.07 1 1 2 0.69 1 1 2 0.69 3 9 8 2.07
Sub Equent 0.71 4 16 15 2.84 0 0 2 0 3 9 5 2.13 4 16 12 2.84
Equent 0.73 0 0 15 0 4 16 6 2.92 2 4 7 1.46 3 9 15 2.19
0.75 4 16 19 3 5 25 11 3.75 3 9 10 2.25 1 1 16 0.75
Very 0.77 3 9 22 2.31 3 9 14 2.31 6 36 16 4.62 2 4 18 1.54
Equent 0.79 1 1 23 0.79 0 0 14 0 3 9 19 2.37 2 4 20 1.58
0.81 1 1 24 0.81 6 36 20 4.86 2 4 21 1.62 2 4 22 1.62
0.83 0 0 24 0 3 9 23 2.49 3 9 24 2.49 1 1 23 0.83
0.85 1 1 25 0.85 2 4 25 1.7 0 0 24 0 2 4 25 1.7
0.87 0 0 25 0 0 0 25 0 1 1 25 0.87 0 0 25 0
0.89 0 0 25 0 0 0 25 0 0 0 25 0 0 0 25 0
0.91 0 0 25 0 0 0 25 0 0 0 25 0 0 0 25 0
0.93 0 0 25 0 0 0 25 0 0 0 25 0 0 0 25 0
0.95 0 0 25 0 0 0 25 0 0 0 25 0 0 0 25 0
0.97 0 0 25 0 0 0 25 0 0 0 25 0 0 0 25 0
Jumlah 25 71 347 17.8 25 101 269 19.4 25 83 279 19.2 25 59 322 18.3
Mean 0.7124 0.7748 0.7668 0.7324
Ralat 0.056519417 0.072648316 0.063464776 0.048591266

17 | M O R G O L O G I B U T I R P A S I R
Gambar 5.2.2. Kurva Frekuensi Kumulatif Sphericity LP 2

18 | M O R G O L O G I B U T I R P A S I R
V.2.3 STA 5/LP 3
Tabel 5.2.3. Tabel Frekuensi Kumulatif Sphericity LP 3
Sphericity a Kuarsa Feldspar litik min.berat
f f2 fk a.f f f2 fk a.f f f2 fk a.f f f2 fk a.f
Very 0.45 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
elongated 0.47 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0.49 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0.51 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0.53 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0.55 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0.57 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0.57
0.59 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 4 3 1.18
Elongated 0.61 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0.61 2 4 5 1.22
Sub 0.63 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 2 0.63 0 0 5 0
elongated 0.65 1 1 1 0.65 0 0 0 0 0 0 2 0 2 4 7 1.3
Intermediet 0.67 4 16 5 2.68 0 0 0 0 0 0 2 0 1 1 8 0.67
shape 0.69 3 9 8 2.07 0 0 0 0 2 4 4 1.38 3 9 11 2.07
Sub equent 0.71 3 9 11 2.13 3 9 3 2.13 2 4 6 1.42 4 16 15 2.84
Equent 0.73 1 1 12 0.73 3 9 6 2.19 1 1 7 0.73 0 0 15 0
0.75 2 4 14 1.5 5 25 11 3.75 3 9 10 2.25 3 9 18 2.25
Very 0.77 4 16 18 3.08 0 0 11 0 3 9 13 2.31 2 4 20 1.54
Equent 0.79 1 1 19 0.79 3 9 14 2.37 5 25 18 3.95 2 4 22 1.58
0.81 4 16 23 3.24 4 16 18 3.24 4 16 22 3.24 1 1 23 0.81
0.83 1 1 24 0.83 4 16 22 3.32 2 4 24 1.66 0 0 23 0
0.85 1 1 25 0.85 2 4 24 1.7 0 0 24 0 1 1 24 0.85
0.87 0 0 25 0 0 0 24 0 1 1 25 0.87 0 0 24 0
0.89 0 0 25 0 0 0 24 0 0 0 25 0 0 0 24 0
0.91 0 0 25 0 1 1 25 0.91 0 0 25 0 0 0 24 0
0.93 0 0 25 0 0 0 25 0 0 0 25 0 1 1 25 0.93
0.95 0 0 25 0 0 0 25 0 0 0 25 0 0 0 25 0
0.97 0 0 25 0 0 0 25 0 0 0 25 0 0 0 25 0
Jumlah 25 75 310 18.6 25 89 257 19.6 25 75 285 19.1 25 59 347 17.8
Mean 0.742 0.7844 0.762 0.7124
Ralat 0.058925565 0.066666667 0.058925565 0.048591266
19 | M O R G O L O G I B U T I R P A S I R
Gambar 5.2.3. Kurva Frekuensi Kumulatif Sphericity LP 3

V.3 TABEL DAN KURVA FREKUENSI KUMULATIF ROUNDNESS


V.3.1 STA 5/LP 1
Tabel 5.3.1. Tabel Frekuensi Kumulatif Roundness LP 1
Roundness a Kuarsa Feldspar Litik Min. Berat
f f2 fk a.f f f2 fk a.f f f2 fk a.f f f2 fk a.f
Very angular 0.15 1 1 1 0.15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Angular 0.2 4 16 5 0.8 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0.2
Subangular 0.3 9 81 14 2.7 3 9 3 0.9 5 25 5 1.5 8 64 9 2.4
Subrounded 0.4 7 49 21 2.8 9 81 12 3.6 11 121 16 4.4 12 144 21 4.8
Rounded 0.6 4 16 25 2.4 12 144 24 7.2 9 81 25 5.4 4 16 25 2.4
Well rounded 0.85 0 0 25 0 1 1 25 0.85 0 0 25 0 0 0 25 0
Jumlah 25 163 91 8.85 25 235 64 12.55 25 227 71 11.3 25 225 81 9.8
Mean 0.354 0.502 0.452 0.392
Ralat 0.097894501 0.120761473 0.11843892 0.11785113

20 | M O R G O L O G I B U T I R P A S I R
Gambar 5.3.1. Kurva Frekuensi Kumulatif Roundness LP 1

V.3.2 STA 5/LP 2


Tabel 5.3.2. Tabel Frekuensi Kumulatif Roundness LP 2
Roundness a Kuarsa Feldspar Litik Min. Berat
f f2 fk
a.f f f2 fk a.f f f2 fk a.f f f2 fk a.f
Very angular 0.15 0 0 00 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Angular 0.2 4 16 4
0.8 0 0 0 0 3 9 3 0.6 2 4 2 0.4
Subangular 0.3 11 121 153.3 2 4 2 0.6 7 49 10 2.1 1 1 3 0.3
Subrounded 0.4 7 49 22 2.8 11 121 13 4.4 11 121 21 4.4 10 100 13 4
Rounded 0.6 3 9 25
1.8 11 121 24 6.6 4 16 25 2.4 12 144 25 7.2
Well 0.85 0 0 25
0 1 1 25 0.85 0 0 25 0 0 0 25 0
rounded
Jumlah 25 195 91 8.7 25 247 64 12.45 25 195 84 9.5 25 249 68 11.9
Mean 0.348 0.498 0.38 0.476
Ralat 0.108653373 0.12416387 0.108653373 0.124721913

21 | M O R G O L O G I B U T I R P A S I R
Gambar 5.3.2. Kurva Frekuensi Kumulatif Roundness LP 2

V.3.3 STA 5/LP 3


Tabel 5.3.2. Tabel Frekuensi Kumulatif Roundness LP 3
Roundness a Kuarsa Feldspar Litik Min. Berat
f f2 fk a.f f f2 fk a.f f f2 fk a.f f f2 fk a.f
Very angular 0.15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Angular 0.2 1 1 1 0.2 0 0 0 0 0 0 0 0 2 4 2 0.4
Subangular 0.3 14 196 15 4.2 1 1 1 0.3 4 16 4 1.2 15 225 17 4.5
Subrounded 0.4 10 100 25 4 6 36 7 2.4 20 400 24 8 6 36 23 2.4
Rounded 0.6 0 0 25 0 17 289 24 10.2 1 1 25 0.6 2 4 25 1.2
Well rounded 0.85 0 0 25 0 1 1 25 0.85 0 0 25 0 0 0 25 0
Jumlah 25 297 91 8.4 25 327 57 13.75 25 417 78 9.8 25 269 92 8.5
Mean 0.336 0.55 0.392 0.34
Ralat 0.137436854 0.144817893 0.164991582 0.130170828

22 | M O R G O L O G I B U T I R P A S I R
Gambar 5.3.3. Kurva Frekuensi Kumulatif Roundness LP 3

PERHITUNGAN DAN RALAT


VI.1 PERHITUNGAN MEAN SPHERICITY DAN ROUNDNESS
VI.1.1 MEAN SPHERICITY
Tabel 6.1.1 Perhitungan Mean Sphericity

PERHITUNGAN MEAN SPHERICITY


Kuarsa Feldspar Lithic Min. Berat
LP 1 = 𝛴𝑎𝑓 = 19.67 = 𝛴𝑎𝑓 = 19.17 = 𝛴𝑎𝑓 = 20.05 = 𝛴𝑎𝑓 = 19.29
𝑁 25 𝑁 25 𝑁 25 𝑁 252
= 0,7868 = 0.7668 = 0.802 = 0.7716
LP 2 𝛴𝑎𝑓 17.81 𝛴𝑎𝑓 19.37 𝛴𝑎𝑓 19.17 𝛴𝑎𝑓 18.31
= = = = = = = =
𝑁 25 𝑁 25 𝑁 25 𝑁 25
= 0.7124 = 0.7748 = 0.7668 = 0.7324

LP 3 = 𝛴𝑎𝑓 = 18.55 = 𝛴𝑎𝑓 = 19.61 = 𝛴𝑎𝑓 = 19.05 = 𝛴𝑎𝑓 = 17.81


𝑁 25 𝑁 25 𝑁 25 𝑁 25
= 0.742 = 0.7844 = 0.762 = 0.7124

23 | M O R G O L O G I B U T I R P A S I R
VI.1.2 MEAN ROUNDNESS

Tabel 6.1.2 Perhitungan Mean Roundness

PERHITUNGAN MEAN ROUNDNESS


Kuarsa Feldspar Lithic Piroksen
LP 1 𝛴𝑎𝑓 8.85 𝛴𝑎𝑓 12.55 𝛴𝑎𝑓 11.3 𝛴𝑎𝑓 9.8
= = = = = = = =
𝑁 25 𝑁 25 𝑁 25 𝑁 25
= 0.354 = 0.502 = 0.452 = 0.392
LP 2 𝛴𝑎𝑓 8.7 𝛴𝑎𝑓 12.45 𝛴𝑎𝑓 9.5 𝛴𝑎𝑓 11.9
= = = = = = = =
𝑁 25 𝑁 25 𝑁 25 𝑁 25
= 0.348 = 0.498 = 0.38 = 0.476
LP 3 𝛴𝑎𝑓 8.4 𝛴𝑎𝑓 13.75 𝛴𝑎𝑓 9.8 𝛴𝑎𝑓 8.5
= = = = = = = =
𝑁 25 𝑁 25 𝑁 25 𝑁 25
= 0.336 = 0.55 = 0.392 = 0.34

VI.2 PERHITUNGAN RALAT SPHERICITY DAN ROUNDNESS


VI.2.1 RALAT SPHERICITY
Tabel 6.2.1 Perhitungan Ralat Sphericity

PERHITUNGAN RALAT SPHERICITY


Kuarsa Feldspar Lithic Mineral Berat
LP 1 1 1 1 1
[ √𝑁𝛴𝑓 2 − 𝛴(𝑓)2 ] [ √𝑁𝛴𝑓 2 − 𝛴(𝑓)2 ] [ √𝑁𝛴𝑓 2 − 𝛴(𝑓)2 ] [ √𝑁𝛴𝑓 2 − 𝛴(𝑓)2 ]
= 𝑁 = 𝑁 = 𝑁 = 𝑁
𝑁−1 𝑁−1 𝑁−1 𝑁−1
1/25√25 .77 − 625 1/25√25 .73 − 625 1/25√25 .71 − 625 1/25√25 .93 − 625
= = = =
25 − 1 25 − 1 25 − 1 25 − 1
= 0.098 = 0.121 = 0.118 = 0.118
LP 2 1 1 1 1
[ √𝑁Σ𝑓 2 − 𝛴(𝑓)2 ] [ √𝑁Σ𝑓 2 − 𝛴(𝑓)2 ] [ √𝑁𝛴𝑓 2 − 𝛴(𝑓)2 ] [ √𝑁𝛴𝑓 2 − 𝛴(𝑓)2 ]
= 𝑁 = 𝑁 = 𝑁 = 𝑁
𝑁−1 𝑁−1 𝑁−1 𝑁−1
1/25√25 .71 − 625 1/25√25 .101 − 625 1/25√25 .83 − 625 1/25√25 .59 − 625
= = = =
25 − 1 25 − 1 25 − 1 25 − 1
= 0.057 = 0.073 = 0.063 = 0.049
LP 3 1 1 1 1
[ √𝑁𝛴𝑓 2 − 𝛴(𝑓)2 ] [ √𝑁𝛴𝑓 2 − 𝛴(𝑓)2 ] [ √𝑁𝛴𝑓 2 − 𝛴(𝑓)2 ] [ √𝑁𝛴𝑓 2 − 𝛴(𝑓)2 ]
= 𝑁 = 𝑁 = 𝑁 = 𝑁
𝑁−1 𝑁−1 𝑁−1 𝑁−1
1/25√25 .75 − 625 1/25√25 .89 − 625 1/25√25 .75 − 625 1/25√25 .59 − 625
= = = =
25 − 1 25 − 1 25 − 1 25 − 1
= 0.059 = 0.067 = 0.059 = 0.049

24 | M O R G O L O G I B U T I R P A S I R
VI.2.2 RALAT ROUNDNESS

Tabel 6.2.2 Perhitungan Ralat Roundness

PERHITUNGAN RALAT ROUNDNESS


Kuarsa Feldspar Lithic Mineral Berat
LP 1 1 1 1 1
𝑁 √𝑁𝛴𝑓 2 − 𝛴(𝑓)2 𝑁 √𝑁𝛴𝑓 2 − 𝛴(𝑓)2 N √𝑁𝛴𝑓 2 − 𝛴(𝑓)2 𝑁 √𝑁𝛴𝑓 2 − 𝛴(𝑓)2
= = = =
𝑁−1 𝑁−1 𝑁−1 𝑁−1
1/25√25 .163 − 625 1/25√25 .235 − 625 1/25√25 .227 − 625 1/25√25 .225 − 625
= = = =
25 − 1 25 − 1 25 − 1 25 − 1
= 0.098 = 0.121 = 0.118 = 0.105
LP 2 1 1 1 1
𝑁 √𝑁𝛴𝑓 2 − 𝛴(𝑓)2 𝑁 √𝑁𝛴𝑓 2 − 𝛴(𝑓)2 𝑁 √𝑁𝛴𝑓 2 − 𝛴(𝑓)2 𝑁 √𝑁𝛴𝑓 2 − 𝛴(𝑓)2
= = = =
𝑁−1 𝑁−1 𝑁−1 𝑁−1
1/25√25.195 − 625 1/25√25 .247 − 625 1/25√25 .195 − 625 1/25√25 .249 − 625
= = = =
25 − 1 25 − 1 25 − 1 25 − 1
= 0.109 = 0.124 = 0.109 = 0.125
LP 3 1 1 1 1
𝑁 √𝑁𝛴𝑓 2 − 𝛴(𝑓)2 𝑁 √𝑁𝛴𝑓 2 − 𝛴(𝑓)2 𝑁 √𝑁𝛴𝑓 2 − 𝛴(𝑓)2 𝑁 √𝑁𝛴𝑓 2 − 𝛴(𝑓)2
= = = =
𝑁−1 𝑁−1 𝑁−1 𝑁−1
1/25√25 .297 − 625 1/25√25 .327 − 625 1/25√25 .417 − 625 1/25√25 .269 − 625
= = = =
25 − 1 25 − 1 25 − 1 25 − 1
= 0.137 = 0.145 = 0.165 = 0.130

25 | M O R G O L O G I B U T I R P A S I R
PEMBAHASAN DAN INTERPRETASI

VII.1 PEMBAHASAN
VII.1.1 STA 5/LP 1
Berdasarkan pengamatan dari morfologi butiran pasir pada sampel STA 5/ LP 1, didapatkan
hasil frekuensi dominasi dari tiap kelas adalah sebagai berikut:

Tabel 7.1.1 Tabel Frekuensi Bentuk Butir STA 5/ LP 1

Bentuk (a) TABEL FREKUENSI BENTUK BUTIR LP 1


Kuarsa Feldspar Litik Mineral Berat
Oblate 5 11 8 6
Prolate 1 3 3 1
Bladed 9 3 6 7
Equent 10 8 8 11

Berdasarkan pengamatan bentuk butir pasir yang paling dominan untuk kuarsa adalah
equent, feldspar adalah oblate, litik adalah bladed dan equent, dan mineral berat adalah
equent. Bentuk oblate menunjukkan butir pasir tertransportasi secara langsung tanpa
menyentuh dasar sungai atau disebut suspense dengan tingkat abrasi yang terjadi pada butir
pasir termasuk sedang.

Tabel 7.1.2 Tabel Frekuensi Dominasi Sphericity STA 5/ LP 1

TABEL FREKUENSI DOMINASI SPHERICITY LP 1


Kuarsa Very Equent
Feldspar Very Equent
Litik Very Equent
Mineral Berat Very Equent

26 | M O R G O L O G I B U T I R P A S I R
Material sedimen pada lokasi ini memiliki sphericity yang didominasi oleh: very equent
untuk semua mineral (kuarsa, feldspar, litik, mineral berat). Nilai sphericity tersebut
memperlihatkan bahwa kecepatan pengendapan yang relatif cepat karena semakin
mendekati bentuk bola maka butir akan semakin cepat terendapkan dan tertransportasi
semakin jauh.

Tabel 7.1.3. Tabel Frekuensi Dominasi Roundness STA 5/ LP 1

Kelas TABEL FREKUENSI KUMULATIF ROUNDNESS LP 1


Kuarsa Feldspar Litik Mineral Berat
Very Angular 1 0 0 0
Angular 4 0 0 1
Subangular 9 3 5 8
Subrounded 7 9 11 12
Rounded 4 12 9 4
Well Rounded 0 1 0 0

27 | M O R G O L O G I B U T I R P A S I R
Berdasarkan nilai roundness nya, didapatkan hasil untuk mineral kuarsa didominasi oleh
subangular, feldspar oleh rounded, litik oleh subrounded, dan mineral berat oleh
subrounded. Nilai roundness tersebut mengindikasikan bahwa butir pasir tertransportasi
dengan jarak yang sudah cukup jauh.

VII.1.2 STA 5/LP 2


Berdasarkan pengamatan dari morfologi butiran pasir pada sampel STA 5/ LP 2, didapatkan
hasil frekuensi dominasi dari tiap kelas adalah sebagai berikut:

Tabel 7.2.1 Tabel Frekuensi Bentuk Butir STA 5/ LP 2

Bentuk (a) TABEL FREKUENSI BENTUK BUTIR LP 2


Kuarsa Feldspar Litik Mineral Berat
Oblate 6 8 2 9
Prolate 4 1 2 4
Bladed 8 9 11 8
Equent 7 7 10 4

Berdasarkan pengamatan bentuk butir pasir yang paling dominan untuk kuarsa adalah
bladed, feldspar adalah bladed, litik adalah bladed dan mineral berat adalah oblate. Bentuk
bladed menunjukkan butir pasir cukup mudah transportasi dan juga dipengaruhi bahwa
bentuk asli yang mendekati spheroid. Bentuk ini tertransportasi oleh traksi dan saltation

28 | M O R G O L O G I B U T I R P A S I R
serta suspended load (tergantung masa jenis) dengan waktu transportasi yang dapat
dikategorikan sedang.

Tabel 7.2.2 Tabel Frekuensi Dominasi Sphericity STA 5/ LP 2

TABEL FREKUENSI DOMINASI SPHERICITY LP 2


Kuarsa Very Equent
Feldspar Very Equent
Litik Very Equent
Mineral Berat Very Equent

Material sedimen pada lokasi ini memiliki sphericity yang didominasi oleh: very equent
untuk semua jenis mineral. Nilai sphericity tersebut memperlihatkan bahwa kecepatan
pengendapan yang relative cepat karena semakin mendekati bentuk bola maka butir akan
semakin cepat terendapkan dan tertransportasi semakin jauh.

Tabel 7.2.3 Tabel Frekuensi Dominasi Roundness STA 5/ LP 2

Kelas TABEL FREKUENSI KUMULATIF ROUNDNESS LP 2


Kuarsa Feldspar Litik Mineral Berat
Very Angular 0 0 0 0
Angular 4 0 3 2
Subangular 11 2 7 1
Subrounded 7 11 11 10
Rounded 3 11 4 12
Well Rounded 0 1 0 0

29 | M O R G O L O G I B U T I R P A S I R
Berdasarkan nilai roundness nya, didapatkan hasil untuk mineral kuarsa didominasi oleh
subangular, feldspar oleh subrounded dan rounded, litik oleh subrounded, dan mineral berat
oleh rounded. Nilai roundness tersebut mengindikasikan bahwa butir pasir tertransportasi
dengan jarak yang sudah cukup jauh.

VII.1.3 STA 5/LP 3


Berdasarkan pengamatan dari morfologi butiran pasir pada sampel STA 10/ LP 3, didapatkan hasil
frekuensi dominasi dari tiap kelas adalah sebagai berikut:

Tabel 7.3.1 Tabel Frekuensi Bentuk Butir STA 5/ LP 3

Bentuk (a) TABEL FREKUENSI BENTUK BUTIR LP 3


Kuarsa Feldspar Litik Mineral Berat
Oblate 7 8 2 3
Prolate 2 1 2 7
Bladed 10 9 11 8
Equent 6 7 10 7

30 | M O R G O L O G I B U T I R P A S I R
Berdasarkan pengamatan bentuk butir pasir yang paling dominan untuk semua mineral
adalah bladed. Bentuk bladed menunjukkan butir pasir tertransportasi secara suspended dan
bed load dengan tingkat abrasi yang terjadi pada butir pasir termasuk sedang.

Tabel 7.3.2 Tabel Frekuensi Dominasi Sphericity STA 5/ LP 3

TABEL FREKUENSI DOMINASI SPHERICITY LP 3


Kuarsa Very Equent
Feldspar Very Equent
Litik Very Equent
Mineral Berat Very Equent

Material sedimen pada lokasi ini memiliki sphericity yang sama dengan pada LP 1 dan LP
2, yaitu very equent untuk semua mineral. Nilai sphericity tersebut memperlihatkan bahwa
kecepatan pengendapan yang relatif cepat karena semakin mendekati bentuk bola maka
butir akan cepat untuk terendapkan dan tertransportasi semakin jauh.

31 | M O R G O L O G I B U T I R P A S I R
Tabel 7.3.3 Tabel Frekuensi Dominasi Roundness STA 5/ LP 3

Kelas TABEL FREKUENSI KUMULATIF ROUNDNESS LP 3


Kuarsa Feldspar Litik Mineral Berat
Very Angular 0 0 0 0
Angular 1 0 0 2
Subangular 14 1 4 15
Subrounded 10 6 20 6
Rounded 0 17 1 2
Well Rounded 0 1 0 0

Berdasarkan nilai roundness nya, didapatkan hasil untuk mineral kuarsa didominasi oleh
angular dan subangular, feldspar oleh rounded, litik oleh subrounded, dan mineral berat
oleh subangular. Nilai roundness tersebut mengindikasikan bahwa butir pasir
tertransportasi dengan jarak sudah lumayan jauh namun tetap dipengaruhi oleh bentuk
batuan asalnya.

32 | M O R G O L O G I B U T I R P A S I R
VII.2 INTERPRETASI

Berdasarkan pengamatan didapatkan data berupa dominasi bentuk butir bladed dan
equent pada kuarsa, bladed untuk feldspar, bladed pada litik, dan bladed pada mineral berat.
Berdasarkan bentuk pasir ini, maka dapat diinterpretasikan proses transportasi dan deposisi.
Semakin equent maka suatu butiran akan mengalami proses transportasi dan deposisi yang
lebih cepat secara suspense dibandingkan bentuk oblate. Bentuk prolate juga akan
mengalami proses transportasi dan deposisi yang lebih cepat secara suspense dibandingkan
bentuk blade dan oblate.
Terdapat faktor yang mempengaruhi bentuk butir yaitu bentuk asal mineral/partikel
sedimen itu sendiri. Kuarsa umumnya berbentuk oblate, Feldspar berbentuk prismatik yang
kemudian berbentuk bladed (mendekati equent) mengingat resistensi feldspar yang lebih
rendah dibanding kuarsa sehingga mineral tersebut dapat dengan mudah berubah menjadi
bentuk lain. Sedangkan mineral berat ada yang memiliki bentuk prismatik, bipiramidal, dan
yang lainnya kemudian menjadi bentuk bladed.
Nilai sphericity pada semua mineral didominasi oleh very equent Butiran tersebut
diperkirakan mempunyai kecepatan pengendapan yang lebih rendah karena cenderung
tertahan lebih lama pada media suspensi.
Nilai roundness dari keseluruhan mineral menunjukan jarak transportasi yang cukup
jauh dari daerah asal (pertengahan aliran Sungai Progo). Dibuktikan dengan dominasi
subrounded di hampir setiap mineral di tiap lokasi pengamatan,
Dari data – data bentuk butir, sphericity dan roundness diatas dapat
menginterpretasikan media transportasi, mekanisme transportasi, level erosi, jarak dan
waktu transportasi.
Media transportasi partikel – partikel sedimen (berukuran pasir) tersebut
menggunakan air dan pada daerah asal memungkinkan adanya pengaruh gravitasi pada
media transportasinya. Untuk mekanisme transportasi kemungkinan besar didominasi oleh
suspended load mengingat ukuran partikel yang berupa pasir sehingga lebih mudah
terangkat dan didukung dengan bentuk butir didominasi bladed, namun tetap memiliki
kemungkinan mekanisme transportasi melalui bed load karena di partikel – partikel sedimen
tersebut terdapat mineral berat. Sementara untuk level erosi yang dialami partikel sedimen
cukup tinggi karena dari segi bentuk butir yang sudah berbeda dengan bentuk asal mineral

33 | M O R G O L O G I B U T I R P A S I R
menurut teori yang ada. Kemudian jarak dan waktu transportasi untuk partikel sedimen
dapat diinterpretasikan bahwa partikel sedimen sudah tertransportasi pada jarak yang cukup
jauh dapat dilihat dari sphericity yang didominasi oleh very equent dan roundness
didominasi subrounded. Dengan waktu transportasi dan waktu pengendapan yang
cepat/tinggi karena dominasi very equent pada sphericity.
Pada praktikum analisis morfologi butir pasir cenderung menghasilkan data yang
kurang kualitatif karena tidak adanya parameter matematis yang kuat dan cenderung ke
subyektifitas pengamat. Subyektifitas tersebut dapat mepengaruhi interpretasi mekanisme
sedimentasi.

34 | M O R G O L O G I B U T I R P A S I R
KESIMPULAN

1. Morfologi batuan asal sumber pada stasiun pengamatan ini antara lain:
Bentuk butir : bladed
Roundness : subrounded
Sphericity : very equent
2. Proses transportasi relatif jauh dari sumber
3. Karena kurangnya parameter matematis, data yang dihasilkan berisfat subyektif sehingga
kurang akurat dalam interpretasi
4. Kejanggalan atau error yang terjadi pada data kemungkinan diakibatkan oleh: perombakan material
oleh arus berenergi tinggi (lahar), dan penambangan pasir oleh masyarakat sekitar yang
mengakibatkan endapan yang berada dibawahnya tersingkap keatas.

35 | M O R G O L O G I B U T I R P A S I R
DAFTAR PUSTAKA

Boggs, S. Jr., 1987, Principles of Sedimentology and statigraphy, Merril Publishing Co.,
Columbus

Krumbein, W. C., 1941, Measurement and Geological Significance of Shape and Roundness of
Sedimentary particles, Journal of Seimentary Petrology, v. 11

Pettijohn, F.G,. 1975, Sedimentary Rocks, 3rd ed., Harper, New York

Rittenhouse, G., 1943, A Visual method od estimating two dimentional sphericity, Journal of
Sedimentary Petrology. V. 13

Tucker, M.E., 1991, Seimentary petrology: an introduction to the origin of sedimentology rocks, 2nd
ed., Blackwell Scientific Publications, London

Zingg, Th. 1935. Breitrage zur Schotteranalyse, Min. Petrog. Mitt. Schweis, v.15,

36 | M O R G O L O G I B U T I R P A S I R
LAMPIRAN

37 | M O R G O L O G I B U T I R P A S I R

Anda mungkin juga menyukai